• Tidak ada hasil yang ditemukan

sanksi adat terhadap remaja melakukan hubungan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "sanksi adat terhadap remaja melakukan hubungan"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

SANKSI ADAT TERHADAP REMAJA MELAKUKAN HUBUNGAN SEKS DI LUAR NIKAH DI NAGARI SIBAKUR

KECAMATAN TANJUNG GADANG KABUPATEN SIJUNJUNG

ARTIKEL

YELLA JUSNI DARTI NPM. 11070105

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SOSIOLOGI

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP) PGRI SUMATERA BARAT

PADANG

2015

(2)
(3)

Sanctions Against Indigenous Youth Performing Sex Outside of Marriage In Nagari Sibakur District of Tanjung Tower Sijunjung

Yella Jusni Darti1 Dr. Zainal Arifin, M.Hum2 Isnaini, M.Si3

Program Studi Pendidikan Sosiologi

STKIP PGRI Sumatera Barat

ABSTRACT

Adolescence is a developmental phase between childhood and adulthood, lasting between 12-21 years of age. Adolescence is composed of early adolescence 12-15 years of age, a period rema mid teens 15-18 years of age, and late adolescence 18-21 years of age. Adolescence is a transition period where highly susceptible to deviant behavior, especially periaku extramarital sex, sex outside of marriage perlaku some idea behind this increase from the year 2011-2014 and it became problematic social dikalanan society, sexual behavior outside of marriage is contrary to the law Islam, which is described in the Qur'an. In addition to the customary law of Islamic law is also very prohibits sex outside of marriage, terutaa Minangkabau. The aim of this study was describe the process of making traditional sanctions tehadap teens having sex outside marriage in Nagari Sibakur district of Tanjung Tower Sijunjung, Form Describing customary sanctions against teenagers having sex outside marriage in Nagari Sibakur district of Tanjung Tower Sijunjung.

The theory used in this research is the theory of the behavior pertukara raised by George C. Coleman. This study used a qualitative approach with descriptive type. Selection techniques informants in this research is purposive sampling with 13 informants. This type of data is primary data and secondary data dikumplkan through in-depth interviews, other than that carried out the study also documents that the supporting data and evidence used by the author to support data collection, reduction of DAA, data display, and conclusion. The research location is in the district of Tanjung Tower Nagari Sibakur Sijunjung district.

Based on the results of the study show that, 1). The process of making the customary sanctions against teenage sex outside marriage begins: a. Basic customs sanctions. b. People involved nature of making sanctions. c. The place and time of manufacture sanctions. 2). Samksi form customary for teens to have sex outside of marriage: a. Penyembelian a cow. b.

Entertaining entire Ninik Mamak. c. Pay a fine white cloth. d. Expelled from the village.

Key Words: Sanctions Against , Youth, Performing Sex, Outside of Marriage

1 Mahasiswa Program Studi Pendidikan Sosiologi STKIP PGRI Sumatera Barat 2011

2 Pembimbing I Dosen STKIP PGRI Sumatera Barat

3 Pembimbing II Dosen STKIP PGRI Sumatera Barat

(4)

PENDAHULUAN

Masa remaja merupakan satu fase perkembangan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa, berlangsung antara usia 12 sampai 21 tahun.

Masa remaja terdiri dari masa remaja awal usia 12-15 tahun, masa remaja pertengahan usia 15-18 tahun, masa remaja akhir usia 18-21 tahun (Monks, 2000:15). Masa remaja adalah yang sedang berkembang yang cenderung digambarkan sebagai pemunculan tingkah laku yang negatif, seperti suka melawan, gelisah, tekanan, tidak stabil dan berbagai label buruk lainnya. Dari penjelasan tersebut dapat dipahami bahwa tingkah laku negatif bukan merupakan ciri perkembangan remaja yang normal, tetapi remaja yang berkembang memperlihatkan kemampuan tingkah laku yang positif. Remaja memang memperlihatkan tingkah laku yang khas sebagai tanda mereka berkembang sebagai remaja yang normal (Mudjiran, 2002:3).

Masa remaja merupakan masa transisi dimana sangat rentan terjadinya perilaku menyimpang, khususnya perilaku seksual, perilaku seksual juga telah menjadi problematika sosial di kalangan masyarakat, masalah tersebut tidak sekedar berwujud dalam suatu bentuk, tetapi ada beberapa permasalahan seperti perkembangan seksual, kesehatan seksual, penyimpangan seksual dan sebagainya. Perilaku seksual yang muncul di kalangan anak yang baru memasuki usia remaja salah satu dari sekian banyak masalah kenakalan remaja atau perilaku menyimpang. Masalah seksual pada remaja seringkali mencemaskan para orang tua, pendidik, pejabat pemerintah, para ahli, dan sebagainya. Tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual, baik dengan lawan jenisnya atau sesama jenis. Bentuk-bentuk tingkah laku ini bermacam- macam, mulai dari perasaan tertarik sampai tingkah laku berkencan, berciuman, atau bersenggama (Sarwono, 2012:174).

Perilaku seksual di kalangan remaja tentunya sangat bertolak belakang dengan agama dan adat istiadat, apalagi agama, perilaku seksual di luar nikah merupakan perbuatan zina sebagaimana dijelaskan dalam Al-Qur’an surah Al-Isro’(17):32, yang artinya “Dan janganlah kamu mendekati zina, sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk”.

Selain hukum Islam, hukum adat juga mengatur tentang bagaimana manusia bertingkah laku dalam hidupnya, salah satunya adalah adat Minangkabau. Istilah-istilah yang terdapat dalam hukum adat Minangkabau begitu banyak dan beragam salah satunya menurut Alur yang lurus yang dibagi menjadi dua yaitu: (1) Alur Adat ; artinya

segala sesuatu yang akan dikerjakan boleh atau dapat dimusyawarahkan untuk mencari kata mufakat. (2) Alur Pusaka; artinya segala sesuatu yang akan dikerjakan ada yang patut tidak tidak boleh untuk dimusyawarakan untuk mencari kata mufakat (Piliang dan Nasrun, 2014:252-253). Perilaku seks di luar nikah ini juga terjadi pada beberapa remaja yang ada di Nagari Sibakur Kecamatan Tanjung Gadang Kabupaten Sijunjung. Oleh karena itu, hal ini perlu mendapatkan jalan penyelesaian dan perhatian khusus dengan jalan musyawarah, hal ini sesuai menurut alur adat bahwa segala sesuatu yang akan dikerjakan boleh atau dapat dimusyawarahkan untuk mencari kata mufakat.

Musyawarah tersebut dilakukan oleh Ninik Mamak dan staf pembantunya sehingga menghasilkan sebuah kata mufakat bahwa akan diberikan sanksi bagi mereka yang melakukan hubungan seks di luar nikah.

Tujuan dalam penelitian ini adalah: 1).

Mendeskripsikan proses penerapan sanksi adat terhadp remaja melakukan hubungan seks di luar nikah di Nagari Sibakur Kecamatan Tanjung Gadang Kabupaten Sijunjung. 2). Mendeskripsikan bentuk sanksi adat terhadap remaja melakukan hubungan seks di luar nikah di Nagari Sibakur Kecamatan Tanjung Gadang Kabupaten Sijunjung.

METODOLOGI PENELITIAN

Sesuai dengan permasalahan penelitian diatas, maka pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dengan tipe penelitian deskriptif . Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan dan lain-lain (Moleong,2010:4-6). Alasan peneliti memilih pendekatan kualitatif dianggap mampu menjelaskan masalah penelitian yang akan diteliti secara mendalam, metode ini menyajikan secara langsung hakikat hubungan antara peneliti dan informan.

Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah tipe penelitian deskriptif, tipe penelitian deskriptif merupakan tipe penelitian yang mempelajari masalah-masalah dan tata cara yang berlaku dalam masyarakat serta situasi-situasi tertentu, termasuk didalamnya hubungan-hubungan kegiatan, sikap, pandangan dan proses yang sedang belangsung serta pengaruh dari suatu fenomena (Sugiyono,2009:289). Alasan peneliti menggunakan tipe deskriptif ini adalah untuk menjabarkan secara lebih mendalam dan dijelaskan secara detail yang didapat selama penelitian. Disini peneliti melihat secara lebih jelas dan mendeskripsikan tentang sanksi adat terhadap remaja melakukan hubungan seks di

(5)

luar nikah di Nagari Sibakur Kecamatan Tanjung Gadang Kabupaten Sijunjung.

Pemilihan informan dengan teknik purposive sampling. Informan dalam penelitian ini berjumlah 13 orang.

a. Kriteria informan yaitu: 1). Tokoh adat yang ada di Nagari Sibakur seperti Datuak, ketua kerapatan adat Nagari2) Tokoh agama yang ada di Nagari Sibakur seperti Buya, Imam, alasan peneliti memilih mereka sebagai informan, karena mereka dianggap mengerti tentang agama Islam, dan lebih mengerti tentang perbuatan yang dilarang dilrang didalam agama. 3). Orang tua yang anaknya melakukan hubungan seks di luar nikah.

4). Remaja yang melakukan hubungan seks di luar nikah.

Jenis data dalam penelitian ini adalah data primer dan sekunder. Metode pengumpulan data dilakukan wawancara mendalam, dan studi dokumen.

Unit analisis dalam penelitian ini adalah individu.

Analisis data dalam penelitian ini adalah analisis data interaktif yang di kemukakan oleh Miles dan Huberman, analisis data interaktif terdiri dari beberapa komponen, yaitu :1) Pengumpulan data yaitu adalah proses pengumpulan data dilapangan dengan membuat catatan lapangan sesuai dengan permasalahan yang diteliti. 2) Reduksi data merupakan proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan- catatan tertulis dilapangan. 3) Penyajian data merupakan sekumpulan informasi tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. 4) Penarikan kesimpulan merupakan tahap terakhir dalam rangkaian analisis data rumuskan berdasarkan semua hal yang terdapat dalam pengumpulan data, reduksi data dan sajian data (Sugiyono 2012:388)

TEMUAN DAN PEMBAHASAN

Gambaran Umum Perilaku Remaja Di Nagari Sibakur

Masa remaja merupakan satu fase perkembangan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa yang berlangsung antara usia 12 sampai 21 tahun. Pada masa ini remaja tidak bisa lepas dari istilah pacaran, karena salah satu cirri remaja yang menonjol adalah rasa senang kepada lawn jenis disertai keinginan untuk memiliki. Pacaran dapat diartikan bermacam-macam, tetapi intinya adalah jalinan cinta antara seorang remaja dengan lawan jenisnya. Praktik pacaran juga bermacam-macam, ada yang sekedar berkirim surat, telepo, menjemput,

mengantar, atau menemani pergi ke suatu tempat, apel, sampai ada yang layaknya pasamgan suami istri. Fenomena perilaku pacaran sudah sangat umum dikalangan masyarakat Indonesia. Bahkan perilaku ini juga dilakukan oleh anak-anak yang masih duduk di bangku sekolah menengah (Hakim, 2004:1-2).

Remaja laki-laki dan perempuan mempunyai Perbedaan persepsi tentang pacaran dalam kehidupan sehari-hari. Remaja laki-laki melihat pacarnya sebagai seorang yang harus bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan emosioanal dan fisik mereka.

Sedangkan remaja perempuan melihat pacarnya sebagai seorang yang dapat membuat mereka merasa special, baik dan bahagia. Beberapa hal yang menjadi alasan para remaja untuk berpacaran yaitu bersenang- senang, bukti kasih sayang dan mengenal pasangan satu sama lain. Pacaran dibutuhkan persiapan dan bukan hanya asal mengikat komitmen dengan lawan jenis. Seandainya kita tidak memiliki kesiapan untuk mengantisipasi dan mengatasinya, kita bisa jauh pada apa yang disebut cinta buta ( Hakim, 2014:21-32).

Oleh karena itu peran orang tua sangat dibutuhkan untuk mempengaruhi pandangan anaknya tentang pacaran. Sehingga akan berdampak kepada rendahnya tingkat penyimpangan sekssual dikalangan remaja.

Hubungan seks di luar nikah pada remaja juga terjadi di Nagari Sibakur, ini terlihat dengan terjadinya peningkatan terhadap renaja melakukan hubungan seks di luar nikah hingga menimbulkan hamil, ini tentu berdampak terhadap masyarakat dan juga terhadap Nagari tersebut. Nagari Sibakur merupakan sebuah Nagari yang cukup kuat adatnya, ini terlihat dari adanya pemberian sanksi terhadap mereka yang melakukan hubungan seks di luar nikah hingga menimbulkan hamil.

Proses Penerapan Sanksi Adat Terhadap Remaja Melakukan Hubungan Seks Diluar Nikah

1. Dasar Pemberian Sanksi Adat Terhadap Remaja Melakukan Hubungan Seks Diluar Nikah Menurut Adat

Minangkabau terkenal dengan adatnya yang sering disebut dengan Adat Nan Ampek yaitu Adat Nan Sabana Adat, Adat Nan Diadatkan (adat nan babuhua mati, dimana tidak boleh dirubah, walaupun dengan musyawarah dan mufakat), Adat Nan Taradat, dan Adat Istiadat (Adat Nan Babuhua Sentak, dimana bisa dirubah melalui jalan musyawarah dan mufakat) (Attubani, 2012: 49).

Keempat adat tersebut merupakan pokok pemikiran orang Minangkabau dalam bertindak dalam kehidupan sehari-hari. Apabila terjadi masalah didalam masyarakat maka akan diselesaikan juga menurut adat. Seperti halnya seks diluar nikah pada

(6)

remaja, dimana masalah tersebut perlu mendapatkan jalan penyelesaian agar nantinya tidak berdampak kepada remaja yang lain, penyelesaiannya melalui musyawarah dan mufakat, dimana dari hasil musyawarah tersebut akan diberikan sebuah sanksi bagi mereka yang melakukan hubungan seks di luar nikah.

Menurut Utrecht (dalam Upe, 2010:23) Sanksi adalah akibat sesuatu perbuatan atau suatu reaksi dari pihak lain (manusia atau organisasi sosial) atas suatu perbuatan. Disini dapat kita lihat bahwa reaksi dari tindakan remaja yang melakukan hubungan seks di luar nikah tersebut berupa sanksi yang yang diberikan oleh ninik mamak yang berada di Nagari Sibakur Kecamatan Tanjung Gadang Kabupaten Sijunjung.

Jalan penyelesaian dalam masalah seks diluar nikah ini dilakukan dengan musyawarah dan mufakat yang dilakukan oleh pemimpin adat yang ada di Nagari tersebut, seperti halnya Adat Nan Taradat, Adat Nan Taradat merupakan peraturan- peraturan yang dibuat oleh pengulu adat dalam suatu Nagari guna untuk melaksanakan pokok-pokok hukum yang telah dituangkan oleh nenek moyang (Dt. Parpatiah nan sabatang dan Dt.

Katumangguangan) dalam pepatah-petiti adat, seperti halnya di Nagari Sibakur bahwa akan diberikan sanksi bagi mereka yang melakukan hubungan seks di luar nikah.

2. Orang Yang Terkait Dalam Pembuatan Sanksi Adat

Didalam adat Minangkabau tentunya mempunyai pemimpin dimana kepemimpinan itu mengutamakan kebajikan dan kebijaksanaan yang berpedoman kepada kitabullah dan sunnah, tanpa mempertentangkan kepada adat dan agama tapi menyatukannya dalam bentuk kepemimpinan yang telah mengakar kepada kondisi masyarakat Indonesia. Didalam masyarakat Minagkabau seorang pemimpin sangatlah penting bagi kehidupan masyarakat terutama dalam memimpin dan mengayomi masyarakat yang ada di Nagari tersebut, pemimpin ini dalam hukum Minangkabau disebut dengan Kepemimpinan Tungku Tigo Sajaranagan, hal ini juga berlaku di Nagari Sibakur bahwa orang yang terkait dalam pemberian sanksi adat tersebut adalah Kepemimpinan Tungku Tigo Sajarangan.

3. Tempat Dan Waktu Pembuatan Sanksi Adat Masyarakat Minangkabau dalam menyelesaikan sebuah persoalan atau masalah dikenal dengan musyawarahnya jadi apapun bentuk masalah yang terjadi di dalam masyarakatnya maka perlu dimusyawarahkan yang biasanya dilaksanakan di Balai Adat yang disebut Balerong dalan Kerapatan Adat Nagari (KAN). Balerong dalam Minangkabau

tampek duduak samo randah, tagak samo tinggi,

tampek mahukum nak samo adia, tampek mambagi nak samo banyak” artinya, Balerong dalam Minangkabau tempat duduk sama rendah, berdiri sama tinggi, tempat menghukum sama adil, dan tempat menimbang sama banayak. Jadi di balai adat inilah semua permasalah diselesaikan.

Di Nagari Sibakur tempat balai adat tersebut disebut juga dengan “Rumah Dalam”. Di Rumah Dalam inilah semua permasalahan yang menyangkut Nagari diselesaikan, jadi Para Ninik Mamak dan staf pembantunya yaitu, Panungkek, Manti, Malin, dan Dubalang tadi datang ke Rumah Dalam untuk merundingkan tentang pemberian sanksi terhadap remaja yang melakukan hubungan seks di luar nikah.

Bentuk Sanksi Adat Terhadap Remaja Melakukan Hubungan Seks Di Luar Nikah

Seks bebas atau seks di luar nikah bagi remaja Minangkabau mencerminkan kegagalan kaum inteltualnya dalam membina dan mengarahkan generasi mudanya, dimasyarakat orang lebih memilih sikap cuek, seakan-akan tidak terjadi apa-apanya.

Orang tua sudah enggan menegur kesalahan yang muda, anak muda tidak lagi menyegani yang tua.

Akibat lemahnya peran kontrol yang dimainkan oleh, Mamak, Orang tua, Guru, masyarakat dan sebagainya terhadap remaja, sedangkan arus penyebaran budaya asing serta dampak kemajuan teknologi terus menghujani mereka adalah semakin menjurusnya sikap remaja ke perbuatan yang menyimpang

Remaja atau orang yang melakukan hubungan seks diluar nikah di Nagari Sibakur meningkat beberapa tahun belakang ini, karena hal tersebut meupakan sebuah masalah sosial maka, hal tersebut perlu mendapat jalan penyelesaian, yaitu berupa pemberian sanksi bagi mereka yang melanggar, sanksi tersebut berupa :

1. Penyembelian seekor sapi

Apabila ada pasangan remaja yang melakukan seks di luar nikah di Nagari Sibakur harus membayar denda berupa seekor sapi, tetapi sebelum membayar denda harus ada pengaduan terlebih dahulu kepada ketua KAN, pengaduan tersebut harus berasal dari orang terdekat atau dari Mamak yang bersangkutan, seandainya tidak ada pengaduan tentunya tidak dapat dipastiakan apakah pasangan tersebut melakukan hubungan seks di luar nikah atau tidak.

2. Menjamu Seluruh Ninik Mamak

Penetapan sanksi berupa seekor sapi pada pasangan remaja yang melakukan pelanggaran tersebut, ternyata tidak sekedar penyerahan sapi saja, tetapi sapi tersebut disembeli sekaligus dimasak, dan nantinya kedua belah pihak yang melanggar

(7)

menjamu semua Ninik mamak yang ada di Nagari tersebut.

3. Membayar denda Berupa Kain Putih

Selain denda seekor sapi dan menjamu Ninik Mamak yang ada di Nagari Sibakur, ternyata masih ada denda lain yang harus dibayar oleh pasangan yang melakukan hubungan seks di luar nikah, denda tersebut berupa pemberian kain putih kepada semua Datuak-Datuak atau Ninik Mamak yang ada di Nagari Sibakur.

4. Di usir dari kampung (Nagari)

Sanksi yang telah diberikan kepada pasangan yang melakukan hubungan seks diluar nikah diatas harus dilaksanakan seandainya ada yang melakukan pelanggaran. Karena sanksi tersebut bersifat paksaan yang dibuat oleh Ninik Mamak yang ada di Nagari Sibakur, jadi semua anak cucu kemenakan yang ada di Nagari Sibakur tersebut harus mematuhi peraturan yang berlaku. selain itu sanksi tersebut harus terlaksana setelah jangka waktu yang diberikan yaitu selama dua puluh satu hari, dan setelah dua puluh satu hari tersebut belum juga dibayar, maka sanksi yang lebih berat lagi akan diterima oleh pasangan yang melakukan hubungan seks diluar nikah, sanksi tersebut adalah, diusir dari Nagari yang mereka tempati. Selain itu juga tidak dibolehkan mengikuti setiap kegiatan yang ada di Nagari tersebut.

PENUTUP Kesimpulan

1. Gambaran Umum Perilaku Remaja Di Nagari Sibakur

Masa remaja merupakan masa transisi dimana sangat rentan terjadinya perilaku menyimpang, khususnya perilaku seksual, perilaku seksual juga telah menjadi problematika sosial di kalangan masyarakat, masalah tersebut tidak sekedar berwujud dalam suatu bentuk, tetapi ada beberapa permasalahan seperti perkembangan seksual, kesehatan seksual, penyimpangan seksual dan sebagainya. PerilSaku seksual yang muncul di kalangan anak yang baru memasuki usia remaja salah satu dari sekian banyak masalah kenakalan remaja atau perilaku menyimpang. Masalah seksual pada remaja seringkali mencemaskan para orang tua, pendidik, pejabat pemerintah, para ahli, dan sebagainya. Tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual, baik dengan lawan jenisnya atau sesama jenis.

6.1.1. Proses Penerapan Sanksi Terhadap Remaja Melakukan Hubungan Seks Diluar Nikah a. Dasar Pemberian Sanksi Terhadap Remaja

Melakukan Hubungan Seks Di Luar Nikah Menurut Adat

Minangkabau terkenal dengan adat nan ampek yaitu: adat nan sabana adat, adat nan diadatkan (adat babuhua mati, dimana tidak bisa dirubah, walaupin melalui musyawarah dan mufakat), adat nan taradat, dan adat istiadat (adat babuhua sentak, dimana bisa dirubah melalui musyawarah dan mufakat). Keempat adat tersebut merupakan pedoman bagi masyaraat Minangkabau dalam berbuat dan bertindak didalam kehidupan sehari- hari, selain itu keempat adat tersebut mempunyai peraturan masing-masing, dan itu harus diikuti oleh seluruh masyarakat yang ada di Minangkabau, jadi keempat adat tersebutlah yang menjadi dasar pemberian sanksi adat terhadap remaja yang melakukan hubungan seks diluar Nikah di Nagari Siakur Kecamatan Tanjung Gadang Kabupaten Sijunjung.

b. Orang Yang Terlibat Dalam Pembuatan Sanksi Adat

Orang yang terlibat dalam kesepakatan sanksi terhadap remaja yang melakukan hubungan seks di luar nikah adalah para Pemimpin yang lebih dikenal dengan sebutan “Tungku Tigo Sajarangan”, yaitu:Pangulu, Alim Ulama, Cadiak Pandai. Tempat dan Waktu Pembuatan Sanksi Adat

c. Tempat pemberian sanksi

Tempat pembuatan sanksi adat terhadap remaja melakukan hubungan seks di luar nikah adalah di Rumah Dalam, kalau di Minangkabau lebih kita kenal dengan sebutan Balai Adat.

2. Bentuk Sanksi Adat Terhadap Remaja Melakukan Hubungan Seks Di Luar Nikah

Bentuk sanksi yang diberikan kepada pasangan yang melakukan hubungan seks diluar nikah adalah: (1). Apabila ada pasangan yang melakukan hubungan seks diluar nikah hinnga hamil dan dinikahkan, harus membayar denda berupa seekor sapi, (2). menjamu seluruh pemimpin Nagari beserta jajarannya. (3). Pembayaran denda kain putih.

(4). Apabila dalam jangka waktu yang telah ditetapkan tidak juga dibayar maka orang yang melanggar diusir dari Nagari tersebut.

Daftar Pustaka

Hakim, Luqman El. 2014. Fenomena Pacaran Dunia Remaja Panam Tampan Pekan Baru Riau:Zafana publishing.

(8)

Moleong, Lexy. 2010. Metode Penelitian Kualitatif.

Bandung: PT Remaja.

Monk F. J., Knoers A.M.P., Haditono S.R., 2000.

Psikologi Perkembangan Pengantar dalam Berbagai Bagiannya, edisi Ke empat Belas. Yogyakarta: Gaja Mada University Press.

Mudjiran. 2002. Perkembangan Peserta Didik.

Padang: UNP Press.

Piliang, Edison dan Nasrun. 2014. Tambo Minangkabau Budaya Hukum Adat di Minangkabau. Bukittinggi:

Multimedia.

Sarwono, Wirawan Sarlito. 2012. Psikologi Remaja. Jakarta: Raja Wali Pers.

Sugiyono, 2009. Metode Penelitian Kualitatif, Kuantitatif dan R&B. Bandung:

Alfabeta

Referensi

Dokumen terkait

Dampak negatif yang ditimbulkan oleh tayangan media televisi seperti tayangan-tayangan sinetron remaja terhadap pola hubungan anak (remaja) dengan orang tua di Dukuh Ngijo

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pengetahuan tentang dampak perkawinan dini pada kehamilan dan persalinan dengan sikap remaja putri terhadap perkawinan dini di

Sedangkan menurut Aroma & Suminar (2012:4) mengatakan bahwa seorang remaja yang berasal dari keluarga yang minim dukungan terhadap anak, minim kontrol dan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat diambil kesimpulan bahwa ada hubungan negatif antara persepsi pola asuh tipe permisif dengan kontrol diri remaja

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pengetahuan tentang dampak perkawinan dini pada kehamilan dan persalinan dengan sikap remaja putri terhadap perkawinan dini di