• Tidak ada hasil yang ditemukan

Saponin, pengertian sifat sumber analisis

N/A
N/A
Jamilatun

Academic year: 2024

Membagikan "Saponin, pengertian sifat sumber analisis "

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

Dosen Pengampu: Makhabbah J., M.Si.

(2)

Saponin

• Saponin

• Jenis glikosida yg banyak ditemukan dlm tumbuhan.

• Memiliki karakteristik berupa buih, shg ketika direaksikan dg air dan dikocok akan membentuk buih yg bertahan lama.

• Saponin membentuk larutan koloidal dalam air dan membentuk busa yang mantap jika dikocok dan tidak hilang dengan penambahan asam

• Bermanfaat sebagai

• sumber anti bakteri dan anti virus.

• Meningkatkan vitalitas dan sistem kekebalan tubuh.

• Mengurangi kadar kolesterol dan kadar gula dalam darah

• Mengurangi penggumpalan darah

• Mengurangi resiko kanker dan mencegah tumor

(3)
(4)

8 Common dietary sources of saponins

(5)

Saponin dan busa saponin pada teh Ciri utama saponin adalah terbentuknya busa ketika dimasukkan

dalam air. Pada umumnya saponin ditemukan dalam bentuk glikosida sebagai amphipatic glycoside, yaitu glikosida yang memiliki sifat

hidrofilik (suka air) maupun lipofilik (suka minyak), seperti sifat pada sabun atau sampo. Aglicone atau struktur tanpa gula dari saponin

dinamakan sapogenin. Sapogenin mengandung steroid atau triterpene lain sebagai fitur organik utama. Steroid merupakan komponen organik yang terdiri dari empat cincin yang tersusun dengan konfigurasi yang unik. Contoh steroid adalah kolestererol

Saponin memiliki manfaat seperti sebagai senyawa anti-inflmatori, sebagai bahan dalam pembuatan sampo, industri farmasi, agen

pembentuk busa pada pemadam kebakaran, serta dapat dimanfaatkan sebagai agen pembasmi hama udang.

(6)

Sifat Saponin

• Ada beberapa sifat fisika saponin, yaitu:

1. Larut dalam air dan etanol

2. Beracun bagi hewan berdarah dingin

3. Tidak beracun bagi hewan berdarah panas 4. Anti eksudatif

5. Aktivitas haemolisis merusak sel darah merah

• Ada beberapa sifat kimia saponin, yaitu:

1). Berbusa dalam air 2). Rasanya pahit

(7)

Identifikasi Saponin

• Sejumlah sampel di masukkan kedalam tabung reaksi, kemudian ditambahkan aquadest sampai terendam dan dipanaskan dalam waterbath

100

o

C selama 15 menit. Setelah dingin dikocok kuat-kuat arah vertical.

• Senyawa golongan saponin positif jika terbentuk

busa yang mantap.

- - -

(8)

Identifikasi Saponin

• Sebanyak 2 g sampel yang telah dihaluskan

dimasukkan ke dalam

tabung reaksi, ditambah air suling sehingga seluruh

cuplikan terendam, dididihkan selama 2-3 menit, dan selanjutnya didinginkan, kemudian dikocok kuat-kuat. Hasil positif ditunjukkan dengan terbentuknya buih yang stabil

Gambar 3. Hasil Uji Saponin (a) Ekstrak Metanol (b) Ekstrak Kloroform (c) Ekstrak n-Heksana

(9)

Identifikasi Saponin Batang Pisang Ambon (Musa paradisiaca var.

sapientum L.)

• Uji Basa

Simplisia batang pisang Ambon yang dimasukkan dalam tabung reaksi berisi pelarut aquades kemudian dikocok menghasilkan busa dan setelah penambahan pereaksi asam klorida 2 N, busa yang terbentuk tidak hilang. Pengujian busa dilakukan berulang terhadap simplisia.

Dalam uji busa digunakan aquades sebagai pelarut dan asam klorida 2 N sebagai pereaksinya. Setelah simplisia dikocok dalam aquades, busa yang terbentuk pada tabung reaksi setinggi 3 cm dan setelah penambahan asam klorida 2 N, busa tidak hilang dengan ketinggian 2 cm selama 30 detik. Busa yang terbentuk disebabkan karena senyawa saponin memiliki sifat fisika yaitu mudah larut dalam air dan akan menimbulkan busa ketika dikocok.

• Uji Warna

Dalam uji warna yang dilakukan setelah simplisia yang dilarutkan dalam kloroform dan dipanaskan

selama 5 menit sambil dikocok. Sampel setelah ditambahkan pereaksi LB akan menghasilkan cincin warna coklat-ungu yang menunjukkan adanya saponin triterpen dan hijau-biru untuk saponin steroid.

(10)

Penetapan Kadar Saponin Daun Ungu (Ruta angustifolia)

• Menimbang sampel 0,25 gram kedalam labu ukur 25 mL.

• Menambahkan akuades sebanyak sepertiga volume labu ukur.

• Mengocoknya selama 2 jam.

• Menyaring suspensi yang dihasilkan.

• Menotolkan filtrate kedalam lempeng TLC sebanyak 5 μl. 6) Membuat standar saponin 100 ppm dan menotolkannya sebanyak 5 μl.

• Mengelusi campuran tersebut dengan eluen CHCl3 : etanol: etil asetat selama 45 menit.

• Mengukur dengan Scanner TLC pada panjang gelombang (λ) 301 nm.

(11)

Identifikasi Saponin Ekstrak Daun Sambung Nyawa (Gynura procumbens L.

Merr)

(Penelitian Meilinda W. 2022)

• Sebanyak 0,5 g simplisia dilarutkan dalam 10 ml air panas. Kemudian

didinginkan dan dikocok kuat selama 10 detik,

ditambahkan 1 tetes HCl 2 N melalui dinding tabung reaksi. Terbentuk buih yang stabil selama tidak kurang dari 10 menit menunjukkan adanya saponin dalam

sampel

(12)

Pembentukan buih ini dikarenakan oleh sifat saponin yang dapat menurunkan tegangan permukaan air. Molekul saponin mengndung gugus hidrofilik (bagian polar) dan lipofilik

(bagian non polar). Di dalam air gugus hidrofilik akan berikatan dengan air sedangkan gugus lipofilik akan menjauhi air.

Gugus hidrofilik dapat bergabung dengan air, namun gugus lipofilik ditolak karena gaya adhesifnya dengan air lebih kecil dibandingkan dengan gaya kohesif antar molekul air.

Akibatnya zat tersebut diabsorpsi pada antarmuka air udara. Adsorbsi molekul saponin antarmuka air-udara dapat menurunkan tegangan permukaan air sehingga dapat

menimbulkan buih. Dengan adanya ini saponin dapat diklasifikasikan sebagai zat aktif permukaan

(13)

Penetapan Kadar Ekstrak Daun Sambung Nyawa (Gynura procumbens L.

Merr)

(Penelitian Meilinda W. 2022)

Penetapan kadar saponin menggunakan metode gravimetri

Sebanyak 1,25 g ekstrak kental direfluks dengan 50 mL petroleum eter pada suhu 60-80ºC selama 30 menit.

Setelah dingin, larutan petroleum eter dibuang dan

residu yang tertinggal dilarutkan dalam 50 mL etil asetat.

Larutan dipindahkan ke corong pisah, kemudian dipisahkan larutan etil asetat. Residu yang tertinggal dilarutkan dengan n-butanol sebanyak 3 kali

masingmasing dengan 50 ml. Lalu diuapkan dengan rotary evaporator. Sisa penguapan dilarutkan dengan metanol 10 ml, lalu diteteskan ke dalam 50 ml dietil eter sambil diaduk. Endapan yang terbentuk dalam campuran dituangkan pada kertas saring yang telah diketahui

bobotnya, lalu dibilas dengan 10 ml dietil eter. Kemudian kertas saring dikeringkan dan ditimbang sampai bobot tetap. Selisih bobot kertas saring sebelum dan sesudah penyaringan ditetapkan sebagai bobot saponin. Hal ini dilakukan sebanyak 3 kali dengan hasil perhitungan kadar rata-rata saponin

kadar saponin yang dihitung menggunakan rumus

(14)

Referensi

Dokumen terkait