PENDAHULUAN
Latar Belakang
Rumusan Masalah
Tujuan Penulisan
Manfaat Penelitian
TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR
Tinjauan Pustaka
- Seni Rupa dalam Pembelajaran Seni Budaya
- Pengertian Seni Kriya dan Kerajinan Tangan
- Jenis-Jenis Seni Kriya Tekstil
Seni merupakan pemanfaatan akal dan nalar untuk menghasilkan karya yang mampu menyentuh jiwa spiritual manusia. Seni rupa adalah suatu cabang seni yang menciptakan karya seni dengan menggunakan media yang dapat ditangkap oleh mata dan dirasakan dengan sentuhan. Lukisan merupakan suatu bentuk seni rupa murni yang berbentuk dua dimensi, biasanya dibuat di atas kanvas dengan menggunakan cat minyak, cat akrilik atau bahan lainnya.
Seni kriya merupakan suatu bentuk karya seni terapan yang menitikberatkan pada keterampilan manual untuk mengolah bahan mentah dari lingkungan menjadi benda yang mempunyai nilai fungsional dan estetika (Purnomo 2014). Timbul Haryono (2002) menyatakan bahwa istilah “kerajinan” berasal dari akar kata “krya”. Sansekerta) yang berarti 'melakukan'; Dari akar katanya menjadi kata : kerja, kerajinan, kerja. Pada kenyataannya, craftmanship sering disebut sebagai karya yang dihasilkan karena keterampilan atau keahlian seseorang; Sebagaimana diketahui, segala karya dan ekspresi seni membutuhkan keterampilan.
Gustami (2007:1) tidak dapat dipungkiri bahwa keberadaan kerajinan di Indonesia telah berlangsung lama dengan berbagai perubahan dan perkembangan, perubahan dan perkembangan tersebut didorong oleh pengaruh internal dan eksternal. Menurut Oho Garha dan Idris Md (1977: 9), kriya adalah salah satu cabang seni rupa yang menghasilkan benda-benda sekali pakai yang mempunyai unsur dekoratif, unsur dekoratif inilah yang membedakan benda sekali pakai tergolong benda seni dengan benda lain.
Kerangka Pikir
METODE PENELITIAN
- Jenis Dan Lokasi Penelitian
- Variabel Dan Desain Penelitian
- Devinisi Observasi Variabel
- Populasi Sampel
- Teknik Pengumpulan Data
- Teknik Analis Data
Penelitian ini bersifat deskriptif karena berupaya mengungkap dan mendeskripsikan apa yang terjadi pada proses pembuatan kerajinan yaitu pembuatan kain ikat Maumere. Proses pembuatan Kain Tenun Ikat Maumere merupakan suatu tahapan berupa cara kerja atau langkah-langkah dalam upaya menghasilkan suatu karya tenun yang mempunyai fungsi kegunaan dan nilai estetika (indah). Kegiatan ini dilakukan saat masyarakat setempat sedang bergerak dalam pembuatan sarung tenun ikat Maumere di Desa Sikka, Kecamatan Lela, Kabupaten Sikka.
Dengan memaparkan profil ini diharapkan kita dapat memahami secara mendalam potret masyarakat dalam pemahamannya terhadap aspek struktur kain ikat di Maumere. Selain itu, kain ikat juga merupakan sugesti yang memberi kekuatan pada suatu tindakan, misalnya. pemberian kain/sarung/selimut oleh ibu kepada anaknya yang akan pergi ke luar negeri atau yang akan menikah. Pada awalnya pembuatan kain tenun ikat Maumere sulit diketahui secara pasti, kapan kegiatan menenun itu dilakukan dengan alat apa.
Semua garis ikat, besar dan kecil, dengan motif atau hiasan tertentu, dapat memenuhi satu kain sarung tenun ikat. Pada warna benangnya, penenun ikat tradisional menggunakan bahan dasar alami, seperti: daun dan akar mengkudu (merah); daun tarum (biru nila), kunyit (kuning), dan sebagainya. Sebelum membahas tentang warna dan makna simbolik tenun ikat suku Krowe di Maumere Kabupaten Sikka Nusa Tenggara Timur, terlebih dahulu dijelaskan apa itu warna dan makna simboliknya.
Pengaplikasian warna pada kain tenun ikat suku Krowe di Maumere, Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur memegang peranan penting dalam pembentukan motif, selain itu warna-warna tersebut juga dapat menambah keindahan pada kain. Warna-warna pada kain tenun ikat suku Krowe di Maumere, Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur mempunyai makna sebagai media untuk menampilkan aspek seni dan keindahan. Jika ditelusuri dari motif, teknik, proses produksi dan asal usulnya, sebuah kain tenun ikat dapat dikatakan memiliki nilai dan makna yang dalam bagi masyarakatnya.
Alat dan bahan pembuatan tenun ikat Maumere antara lain : Keho, Wetting, Dasa, Reong, Laen, Seler, Papan, Ailer, Pinus, Ai gemer, Aituan, Tu'un, Pati, Ekur, Bolen, Sipe, Legun dan Tunger. Begitu pula dengan kain tenun ikat tradisional Maumere yang mempunyai makna simbolik yang mendalam, yaitu sebagai hasil karya atau tingkah laku manusia yang terekspresikan dalam kehidupan masyarakat Maumere. Makna dari kain tenun ikat tradisional Maumere mempunyai makna yang erat kaitannya dengan sistem (nilai), antara lain : ) pada Tuhan Yang Maha Esa.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Tenun ikat suku krowe sika maumere, nusa tenggara timur
Kebiasaan masyarakat Sikka dalam kesehariannya dan dalam setiap acara adat atau keagamaan adalah selalu memakai kain tenun atau sarung adat. Istilah U’tang Sikka untuk sarung wanita dan Lipa Sikka atau Ragi Sikka untuk sarung pria. Proses awal tenun kain di Sikka dalam catatan sejarah diteliti secara luas sekitar tahun 1600 oleh Raja Don Aleksius Alesu Ximenes Da Silva yang dikenal dengan sebutan “Mo’ang Lesu” sebagai pionir tradisi menenun di desa Sikka sejak tahun 1607.
Sebagai tanda terima kasih atas jasa-jasanya, para ibu-ibu hingga saat ini selalu “mengabadikan” motif Rempa Sikka Tope pada salah satu jenis tenunnya, karena motif ini merupakan salah satu motif favorit Mo’ang Lesu. Dahulu, perempuan mana pun yang pandai menenun dianggap lebih tinggi derajatnya dibandingkan perempuan lain, sehingga pada umumnya perempuan yang pandai menenun selalu diincar oleh para pemuda. Hal ini terlihat pada saat tamu berkunjung ke tuan rumah/keluarga untuk bermalam, suatu kewajiban yang menjadi kebanggaan tuan rumah untuk menyediakan selimut atau barang tenun yang akan digunakan sebagai penutup.
Bahan, Alat Dan Perlengkapan Dasar Pembuatan Tenun Ikat
Dibutuhkan waktu berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun untuk menghasilkan sebuah kain tenun yang berkualitas dan mempunyai citra seni tinggi. Ada kain yang pencatatan pakannya menggunakan benang pakan yang sudah membentuk motifnya, sehingga posisi motifnya harus tepat pada saat ditenun. Pengetahuan dan pemahaman terhadap budaya ini harus dibarengi dengan informasi yang luas dan akurat tentang kain ikat tradisional Maumere agar tidak terjadi konflik antara aturan yang berlaku pada masyarakat Maumere dengan perkembangan pola pikir atau masyarakat modern yang menyebabkan budaya berubah.
Proses Pembatan Kain Tenun Ikat
- Memisahkan biji dengan kapas
- Membersihkan kapas
- Kapas di pintal
- Membuat motif
- Mewarnai
- Menenun
Nilai Estetika Kain Tenun Ikat Maumere
Semacam sarung hitam nila dengan motif kuda dan manusia, dimana manusia tersebut menunggangi kuda atau berdiri di samping kuda dan ingin menungganginya. Dengan motif merak dengan corak dan warna yang menarik dan indah (dikenakan oleh calon pengantin). Dengan motif Bintang Kejora sebagai pemberi cahaya dan sebagai pembimbing serta media penangkal kejahatan (digunakan oleh pemimpin).
Selain itu sarung sese we'or ini tergolong ke dalam jenis sarung lea, yakni sejenis sarung nila berwarna hitam. Hal ini menggambarkan gaya hidup harmonis dan produktif bagi pria dan wanita. Jadi alat puan to'a dan ibu nasi dianggap identik, semua sarung moko masuk dalam kategori sarung hujan.
Di Krowe Sika terdapat dua jenis sarung moko, yaitu moko iwang untuk masyarakat Krowe dan moko sika untuk masyarakat Sika. Fungsi sarung moko dihubungkan dengan upacara ritual, sarung ini digunakan sebagai pakaian kesayangan para orang tua. Sejenis sarung dasi dengan motif skematik laki-laki dan perempuan berselang-seling sebagai lambang laki-laki dan perempuan serta lambang kesuburan.
Motif laki-laki kurus sebagai lambang suami dan motif perempuan gemuk sebagai lambang istri yang sedang hamil.
PENUTUP
Kesimpulan
Proses pembuatan ti ikat Maumere meliputi : Pemisahan biji kapas, pembersihan kapas, pemerasan kapas, pembuatan motif, pewarnaan benang, penenunan. Setiap motif mempunyai makna dan pesan penting bagi masyarakat Maumere yang harus dijaga dan dilaksanakan. Esa, sebagai nilai integrasi sosial budaya, dan menjunjung tinggi nilai-nilai sosial yang merupakan kearifan lokal masyarakat Maumere.
Saran