i
ANALISIS KEBIJAKAN PENYELESAIAN TINDAK PIDANA PENCEMARAN NAMA BAIK MELALUI PENDEKATAN
RESTORATIVE JUSTICE BERDASARKAN SURAT EDARAN KAPOLRI BERNOMOR: SE/2/II/2021
(Skripsi)
Oleh
GANDANINGRUM SEKAR JAYANTRI
FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG 2022
ii ABSTRAK
ANALISIS KEBIJAKAN PENYELESAIAN TINDAK PIDANA PENCEMARAN NAMA BAIK MELALUI PENDEKATAN
RESTORATIVE JUSTICE BERDASARKAN SURAT EDARAN KAPOLRI BERNOMOR: SE/2/II/2021
Oleh
GANDANINGRUM SEKAR JAYANTRI
Kepolisian Negara Republik Indonesia dalam rangka penyelesaian tindak pidana di bidang informasi dan transaksi elektornik yang mengandung muatan pencemaran nama baik melalui restorative justice, telah memberlakukan Surat Edaran No: SE/2/II/2021tentang Kesadaran Budaya Beretika untuk Mewujudkan Ruang Digital Indonesia yang Bersih, Sehat, dan Produktif. Permasalahan penelitian ini adalah: Bagaimanakah kebijakan penyelesaian tindak pidana pencemaran nama baik melalui pendekatan restorative justice berdasarkan Surat Edaran Kapolri Bernomor: SE/2/11/2021? Apakah penyelesaian tindak pidana pencemaran nama baik melalui pendekatan restorative justice dilihat dari sudut pandang kebijakan hukum pidana?
Pendekatan penelitian yang digunakan adalah yuridis normatif dan empiris.
Pengumpulan data dilakukan dengan studi pustaka dan studi lapangan.
Narasumber penelitian terdiri atas Penyidik Direktorat Reserses Kriminal Khusus Polda Lampung dan Dosen Bagian Hukum Pidana Fakultas Hukum Unila.
Analisis data dilakukan secara kualitatif.
Hasil penelitian ini menunjukkan: Kebijakan penyelesaian tindak pidana pencemaran nama baik melalui pendekatan restorative justice berdasarkan Surat Edaran Kapolri Bernomor: SE/2/11/2021 dilaksanakan oleh Kepolisian dengan menjadi mediator antara pihak pelaku dan korban dalam tindak pidana tersebut.
Kepolisian memediasi para pihak yang menyepakati adanya perdamaian dengan adanya pemahaman bahwa penyelesaian perkara pidana tidak harus dengan pemidanaan atau penjatuhan sanksi pidana. Penggunaan pendekatan restorative justice juga sesuai dengan adanya kewenangan diskresi yang dimiliki oleh Kepolisian, sehingga Kepolisian berwenang untuk menempuh upaya penyelesaian perkara di luar pengadilan demi kepentingan para pihak dan masyarakat pada umumnya. Landasan yuridisnya adalah adanya peraturan perundang-undangan yang menjadi dasar hukum restorative justice. Landasan filosofisnya sesuai dengan falsafah hidup bangsa Indonesia yang mengutamakan kekeluargaan dan landasan sosiologisnya adalah adanya penyesuaian hukum dengan dinamika
iii
Gandaningrum Sekar Jayantri kehidupan sosial yang berkembang di masyarakat. Penyelesaian tindak pidana pencemaran nama baik melalui pendekatan restorative justice dilihat dari sudut pandang kebijakan hukum pidana merupakan kebijakan yang ditempuh Kepolisian dalam pembaharuan hukum yang mengacu pada nilai - nilai dan norma yang berlaku dalam kehidupan masyarakat yang memilih untuk menempuh jalan perdamaian dalam menyelesaian permasalahan hukum yang terjadi. Penyelesaian perkara melalui keadilan restoratif ini dipandang lebih efektif dalam penyelesaian perkara pidana dari pada melalui proses peradilan.
Saran dari penelitian ini adalah Kepolisian agar dapat lebih memaksimalkan dalam mengklasifikasikan tindak pidana pencemaran nama baik yang dapat diselesaikan melalui pendekatan restorative justice. Kepolisian dalam proses mediasi agar secara proporsional menempatkan diri sebagai pihak yang netral dan mejadi penengah antara kedua belah pihak.
Kata Kunci: Kebijakan, Pencemaran Nama Baik, Restorative Justice
iv
ANALISIS KEBIJAKAN PENYELESAIAN TINDAK PIDANA PENCEMARAN NAMA BAIK MELALUI PENDEKATAN
RESTORATIVE JUSTICE BERDASARKAN SURAT EDARAN KAPOLRI BERNOMOR: SE/2/II/2021
Oleh
GANDANINGRUM SEKAR JAYANTRI
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar Sarjana Hukum
Pada
Bagian Hukum Pidana
Fakultas Hukum Universitas Lampung
FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG 2022
v
Judul Skripsi : ANALISIS KEBIJAKAN PENYELESAIAN TINDAK PIDANA PENCEMARAN NAMA BAIK MELALUI PENDEKATAN
RESTORATIVE JUSTICE BERDASARKAN SURAT EDARAN KAPOLRI BERNOMOR:
SE/2/II/2021
Nama Mahasiswa : GANDANINGRUM SEKAR JAYANTRI No. Pokok Mahasiswa : 1842011026
Bagian : Hukum Pidana Fakultas : Hukum
MENYETUJUI
1. Komisi Pembimbing
Tri Andrisman, S.H., M.Hum.
NIP. 196112311989031023
Emilia Susanti, S.H, M.H.
NIP 197906252015042001
2. Ketua Bagian Hukum Pidana,
Tri Andrisman, S.H., M.Hum.
NIP. 196112311989031023
vi
MENGESAHKAN
1. Tim Penguji
Ketua : Tri Andrisman, S.H., M.Hum. ...
Sekretaris/Anggota : Emilia Susanti, S.H., M.H. ...
Penguji Utama : Dr. Erna Dewi, S.H., M.H. ...
2. Dekan Fakultas Hukum Universitas Lampung
Dr. Muhammad Fakih, S.H., M.S.
NIP.19641218 198803 1 002
Tanggal Lulus Ujian Skripsi: 15 November 2022
vii
SURAT PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Gandaningrum Sekar Jayantri Nomor Pokok Mahasiswa : 1842011026
Bagian : Hukum Pidana Fakultas : Hukum/Ilmu Hukum
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul: “Analisis Kebijakan Penyelesaian Tindak Pidana Pencemaran Nama Baik Melalui Pendekatan Restorative justice Berdasarkan Surat Edaran Kapolri Bernomor: SE/2/11/2021”, adalah hasil karya sendiri. Semua hasil tulisan yang tertuang dalam Skripsi ini telah mengikuti kaidah penulisan karya ilmiah Universitas Lampung. Apabila kemudian hari terbukti bahwa Skripsi ini merupakan hasil salinan atau dibuat oleh orang lain, kecuali disebutkan di dalam catatan kaki dan daftar pustaka. Maka saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan ketentuan akademik yang berlaku
Bandar Lampung, Oktober 2022 Penulis
Gandaningrum Sekar Jayantri NPM. 1842011026
31
viii
RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama Gandaningrum Sekar Jayantri, dilahirkan di Jakarta pada tanggal 29 September 2000, sebagai anak ketiga dari tiga bersaudara. Penulis merupakan putri dari pasangan Bapak Sustri Bagus Setiawan dan Ibu. Henny Muryani.
Riwayat pendidikan formal yang penulis tempuh dan selesaikan adalah pada Sekolah Dasar (SD) Al Kautsar Bandar Lampung lulus pada Tahun 2012, Sekolah Menengah Pertama Al Kautsar Bandar Lampung, lulus pada Tahun 2015, Sekolah Menegah Atas (SMA) Al Kautsar Bandar Lampung lulus pada Tahun 2018.
Selanjutnya pada Tahun 2018, penulis diterima sebagai mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Lampung. Pada Bulan Maret 2021 penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Kahuripan Dalam Kecamatan Menggala Timur Kabupaten Tulang Bawang.
ix MOTO
“Kamu tidak harus menjadi hebat untuk memulai, tetapi kamu harus memulai untuk menjadi hebat”
(Zig Ziglar)
x
PERSEMBAHAN
Dengan segala kerendahan hati dan rasa syukur, Penulis persembahkan skripsi ini kepada:
Kedua Orang Tua tercinta
Bapak Sustri Bagus Setiawan dan Ibu. Henny Muryani Atas cinta dan kasih sayang serta pengorbanan dan doa
yang selalu mengiringi perjalanan penulis dalam mencapai cita-cita
Kakak-kakak Penulis
Galih Ramadhan Hario Mursid dan Galuh Ajeng Titis Triyani yang selalu memberikan doa, motivasi dan semangat
demi keberhasilan penulis
Almamater Tercinta Universitas Lampung
xi
SAN WACANA
Alhamdulillahirabbil alamin, puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan kasih sayang-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul: “Analisis Kebijakan Penyelesaian Tindak Pidana Pencemaran Nama Baik Melalui Pendekatan Restorative justice Berdasarkan Surat Edaran Kapolri Bernomor: SE/2/11/2021”. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Lampung.
Penyusunan sampai selesainya skripsi ini mendapatkan bimbingan dari berbagai pihak, oleh karenanya dalam kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada:
1. Bapak Dr. Muhammad Fakih, S.H., M.S., selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Lampung.
2. Bapak Tri Andrisman, S.H., M.Hum., selaku Ketua Bagian Hukum Pidana Fakultas Hukum Universitas Lampung, sekaligus sebagai Pembimbing I, atas bimbingan, masukan dan saran yang diberikan dalam proses penyusunan sampai selesainya skripsi ini.
3. Ibu Emilia Susanti, S.H., M.H., selaku Pembimbing II, atas bimbingan, masukan dan saran yang diberikan dalam proses penyusunan sampai selesainya skripsi ini.
xii
4. Ibu Dr. Erna Dewi, S.H., M.H., selaku selaku Penguji Utama, atas masukan dan saran yang diberikan dalam perbaikan skripsi ini.
5. Ibu Aisyah Muda Cemerlang, S.H., M.H., selaku selaku Dosen Pembahas, atas masukan dan saran yang diberikan dalam perbaikan skripsi ini.
6. Para narasumber penelitian, yang telah memberikan bantuan dan informasi serta kebaikan yang diberikan demi keberhasilan pelaksanaan penelitian ini.
7. Bapak/ibu dosen bagian Hukum Pidana yang telah memberikan ilmu dan motivasi kepada penulis selama menempuh studi.
8. Papa dan mama yang telah mensupport dalam hal segala hal terutama dalam perkuliahan ini.
9. Mama Tanti yang telah membantu mengurus segala berkas untuk skripsi ini.
10. Seseorang yang pernah mengajariku untuk menyikapi proses hidup dengan kesabaran dan selalu mendukungku.
11. Aurellie tania, bestie ku yang telah menemani dunia perskripsian ini.
Semoga kebaikan yang telah diberikan akan mendapatkan pahala dari sisi Allah SWT, dan akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat
Bandar Lampung, November 2022 Penulis
Gandaningrum Sekar Jayantri
xiii DAFTAR ISI
Halaman I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Permasalahan dan Ruang Lingkup ... 7
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ... 7
D. Kerangka Teoritis dan Konseptual ... 8
E. Sistematika Penulisan ... 14
II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Tindak Pidana ... 15
B. Pencemaran Nama Baik ... 22
C. Restorative Justice ... 24
D. Kepolisian Negara Republik Indonesia ... 28
III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Masalah ... 34
B. Sumber dan Jenis Data... 34
C. Penentuan Narasumber ... 36
D. Prosedur Pengumpulan dan Pengolahan Data... 36
E. Analisis Data ... 37
IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Kebijakan Penyelesaian Tindak Pidana Pencemaran Nama Baik Melalui Pendekatan Restorative justice Berdasarkan Surat Edaran Kapolri Bernomor: SE/2/11/2021 ... 38
B. Penyelesaian Tindak Pidana Pencemaran Nama Baik Melalui Pendekatan Restorative Justice Dilihat dari Sudut Pandang Kebijakan Hukum Pidana ... 62
xiv V PENUTUP
A. Simpulan ... 78 B. Saran ... 79
DAFTAR PUSTAKA
xv
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Penyelesaian Kasus Pencemaran Nama Baik Melalui Restorative
Justice ... 39
xvi
DAFTAR GAMBAR
Halaman Gambar 1. Skema Kebijakan Penyelesaian Tindak Pidana Pencemaran
Nama Baik Melalui Restorative Justice ... 61
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Malnusial merupalkaln malkhluk sosiall, malu tidalk malu halrus berhubungaln dengaln malnusial lalin. Alristoteles mengaltalkaln balhwal, berkelompoknyal malnusial itu kalrenal malnusial aldallalh malkhluk yalng halrus bermalsyalralkalt (zoon politicon).1 Dallalm interalksi tersebut sering kalli merekal alkaln ditempaltkaln paldal sualtu hall yalng halrus menyalmpalikaln pendalpalt merekal balik secalral lisaln malupun tulisaln.
Pendalpalt tersebut tentu tidalk alkaln salmal daln perbedalaln pendalpalt alntalr oralng merupalkaln hall yalng sering terjaldi dallalm malsyalralkalt. Dallalm perbedalaln pendalpalt terkaldalng seseoralng talnpal sengaljal melalkukaln pencemalraln nalmal balik.2
Pencemalraln nalmal balik dewalsal ini merupalkaln sualtu perilalku yalng tidalk alsing lalgi di malsyalralkalt, di alntalral penyebalbnyal aldallalh kemaljualn teknologi. Istilalh ini yalng dallalm Balhalsal inggris sering kalli diterjemalhkaln dengaln defalmaltion, alrtinyal perbualtaln yalng membalhalyalkaln reputalsi oralng lalin dengaln membualt
1 Jusmadi Sikumbang, Mengenal Sosiologi dan Sosiologi Hukum. Pustaka Bangsa Press, Medan, 2010, hlm. 17.
2 Ari Wibowo. Kebijakan Kriminalisasi Delik Pencemaran Nama Baik di Indonesia, Jurnal Pandecta Vol.7 No.1 Tahun 2012, hlm. 2.
2
pernyaltalaln yalng sallalh. Pencemalraln nalmal balik menjaldi sallalh saltu kalsus yalng seringkalli terjaldi di dallalm kehidupaln bermalsyalralkalt.3
Pencemalraln nalmal balik altalu defalmaltion merupalkaln tindalkaln yalng menyeralng kehormaltaln seseoralng dengaln calral menyaltalkaln sesualtu, balik secalral lisaln malupun tulisaln. Aldalnyal hubungaln alntalral kehormaltaln daln nalmal balik dallalm hall pencemalraln nalmal balik dalpalt dilihalt dalri pengertialnnyal malsing-malsing.
Kehormaltaln aldallalh peralsalaln terhormalt seseoralng dimaltal malsyalralkalt, dimalnal setialp oralng memiliki halk untuk diperlalkukaln sebalgali alnggotal malsyalralkalt yalngterhormalt. Menyeralng kehormaltaln beralrti melalkukaln perbualtaln menurut penilalialn secalral umum menyeralng kehormaltaln seseoralng ditentukaln menurut lingkungaln malsyalralkalt paldal tempalt perbualtaln tersebut dilalkukaln.4
Menurut Palsall 315 Kitalb Undalng-Undalng Hukum Pidalnal (KUHP), istilalh pencemalraln nalmal balik dikenall dengaln istilalh “penghinalaln”, yalng paldal dalsalrnyal aldallalh menyeralng nalmal balik daln kehormaltaln seseoralng yalng bukaln dallalm alrti seksuall sehinggal oralng itu meralsal dirugikaln. Kehormaltaln daln nalmal balik memiliki pengertialn yalng berbedal, tetalpi kedualnyal tidalk dalpalt dipisalhkaln saltu dengaln yalng lalin, kalrenal menyeralng kehormaltaln alkaln beralkibalt kehormaltaln daln nalmal baliknyal tercemalr, demikialn jugal menyeralng nalmal balik alkaln beralkibalt nalmal balik daln kehormaltaln seseoralng dalpalt tercemalr, oleh kalrenal itu, menyeralng sallalh saltu dialntalral kehormaltaln altalunalmal balik sudalh cukup dijaldikaln allalsaln untuk menuduh seseoralng telalh melalkukaln penghinalaln.5
3 Ibid, hlm. 3.
4 Mudzakir, Delik Penghinaan dalam Pemberitaan Pers Mengenai Pejabat Publik, Dictum 3, 2004, hlm. 17
5 Ibid.
3
Selalin dallalm ketentualn KUHP, pencemalraln nalmal balik jugal dialtur berdalsalrkaln Undalng Nomor 11 Talhun 2008 tentalng Informalsi daln Tralnsalksi Elektronik (UU ITE), yalng lebih menekalnkaln paldal medial altalu calral dalri pencemalraln nalmal balik tersebut dilalkukaln. Hall ini dialtur dallalm Palsall 27 Alyalt (3) UU ITE, yalkni:
“Setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan dan/atau menstransmisikan dan/atau membuat dapat diaksesnya Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik yang memiliki muatan penghinaan dan/atau pencemaran nama baik.” Pelanggaran terhadap Pasal 27 Ayat (3) UU ITE, akan dikenakan ancaman pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun dan/atau denda paling banyak Rp750.000.000,00 (tujuh ratus lima puluh juta rupiah).
Berdasarkan uraian di atas maka diketahui bahwa definisi pencemaran nama baik mengacu pada pencemaran nama baik dan/atau fitnah yang diatur dalam KUHP.
Tidak terbatas pada pencemaran nama baik, UU ITE juga mengatur mengenai ujaran kebencian yang mengandung SARA yang diatur lebih lanjut dalam Pasal 28 Ayat (2) UU ITE sebagai berikut. “Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak menyebarkan informasi yang ditujukan untuk menimbulkan rasa kebencian atau permusuhan individu dan/atau kelompok masyarakat tertentu berdasarkan atas suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA)”. Pelanggaran atas perbuatan yang dimaksud pada Pasal 28 Ayat (2) UU ITE ini diancam dengan pidana penjara paling lama 6 (enam) tahun dan/atau denda paling banyak 1 miliar.
UU ITE 2008 menyatakan bahwa pencemaran nama baik merupakan delik atau tindak pidana biasa yang dapat diproses secara hukum meski tidak adanya pengaduan dari korban. Namun, ketentuan ini telah mengalami perubahan yang telah diaturdi dalam UU ITE 2016. Berdasarkan UU ITE 2016, tindak pidana
4
pencemaran nama baik berubah menjadi delik aduan (klacht delict) yang mengharuskan korban membuat pengaduan kepada pihak yang berwajib.
Menurut Putusan MK 50/PUU-VI/2008 disebutkan bahwa ketentuan pencemaran nama baik menjadi tindak pidana aduan tidak dapat dipisahkan dari norma hukum pokok dalam Pasal 310 dan Pasal 311 KUHP yang mensyaratkan adanya pengaduan (klacht) untuk dapat dituntut dihadapan Pengadilan. Oleh karena itu, jika seseorang mendapatkan kasus pencemaran nama baik, maka harus melakukan pengaduan ke pihak yang berwenang, karena kasus pencemaran nama baik hanya akan diproses jika pihak yang menjadi korban melakukan pelaporan kasus tersebut.
Pencemaran nama baik merupakan perbuatan yang meresahkan masyarakat, kebanyakan orang lain akan jadi malu sebab namanya sudah tercoreng (jelek) maka dari itu mencemarkan nama baik orang dilarang oleh agama. Islam benar- benar mengharamkan perbuatan menggunjing, mengadu domba, memata-matai, mengumpat, mencaci, memanggil dengan julukan tidak baik, dan perbuatan- perbuatan sejenis yang menyentuh kehormatan atau kemuliaan manusia.
Dewasa ini, perkembangan dan kemajuan teknologi informasi yang demikian pesat telah menyebabkan perubahan kegiatan manusia dalam berbagai bidang yang secara langsung telah mempengaruhi lahirnya bentuk-bentuk perubahan hukum baru. Seperti halnya, telah ditetapkannya restorative justice pada kasus- kasus pelanggaran UU ITE sesuai dengan Surat Edaran Kapolri No: SE /2/II/2021 tentang Kesadaran Budaya Beretika untuk Mewujudkan Ruang Digital Indonesia yang Bersih, Sehat, dan Produktif dalam Proses Hukum terhadap UU ITE.
5
Keadilan Restoratif atau Retorative Justice merupakan proses penyelesaian tindakan pelanggaran hukum yang terjadi di luar pengadilan dan dilakukan dengan korban serta pelaku (tersangka) bersama-sama duduk dalam satu pertemuan untuk bersama-sama berbicara. Dalam pertemuan tersebut mediator memberikan kesempatan kepada pihak pelaku untuk memberikan gambaran yang sejelas- jelasnya mengenai tindakan yang telah dilakukannya. Pada mediator ini pelaku memaparkan tetang tindakan yang telahdilakukannya dan sebab-sebab mengapa sampai tindakan tersebut dilakukan pelaku. Korban mempunyai kewajiban untuk mendengarkan dengan teliti penjelasan pelaku.6
Upaya penyelesaian masalah di luar pengadilan yang dilakukan oleh pelaku tindak pidana dan korban tindak pidana nantinya diharapkan menjadi dasar pertimbangan dalam proses pemeriksaan pelaku tindak pidana di pengadilan dalam penjatuhan sanksi pidananya oleh hakim/majelis hakim. Adanya penyelesaian perkara di luar pengadilan secara mediasi pidana dengan konsep restorative justice mendapatkan perhatian dari kalangan hukum.7
Berdasarkan keterangan Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo meminta kepada penyidik Polri supaya kasus-kasus pelanggaran UU ITE, khususnya yang terkait pencemaran nama baik, fitnah ataupun penghinaan, bisa diselesaikan dengan pendekatan Restorative justice (keadilan restoratif). Selanjutnya diterbitkan Surat Edaran No: SE/2/II/2021, tanggal 19 Februari 2021 tentang Kesadaran Budaya Beretika untuk Mewujudkan Ruang Digital Indonesia yang Bersih, Sehat, dan
6 Eva Achjani Zulfa, Keadilan Restoratif, FHUI, Jakarta, 2009, hlm. 2.
7 Ibid, hlm. 3.
6
Produktif dalam proses hukum terhadap UU ITE. Bertalian dengan surat edaran tersebut, Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo juga menerbitkan Surat Telegram No: ST/339/II/RES.1.1.1/2021, tanggal 22 Februari 2021 tentang pedoman penanganan perkara tindak pidana kejahatan siber, khususnya Ujaran Kebencian yang menggunakan UU ITE. Terdapat poin-poin dalam surat tersebut yang sebagai pedoman untuk penyidik 4 Jaelani, Panit II Reskrim di Polres Banjarbaru Kalimantan Selatan, Wawancara Pribadi, Banjarbaru, Senin, 19 Oktober 2020, Pukul 11:30 WITA. 8 Polri dalam menanggulangi perkara UUITE yakni salah satunya menyebutkan tindak pidana yang bisa diselesaikan dengan Restorative justice merupakan pencemaran nama baik, fitnah, penghinaan yang diatur dalam UU ITE Pasal 27 Ayat (3), Pasal 207, Pasal 310, serta Pasal 311 KUHP. Berdasarkan dari penjelasan diatas, penulis tertarik melakukan kajian penelitian yang berjudul “Analisis Kebijakan Penyelesaian Tindak Pidana Pencemaran Nama Baik Melalui Pendekatan Restorative justice Berdasarkan Surat Edaran Kapolri Bernomor: SE/2/11/2021.”
7
B. Permasalahan dan Ruang Lingkup 1. Permasalahan
Permasalahan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Bagaimanakah kebijakan penyelesaian tindak pidana pencemaran nama baik melalui pendekatan restorative justice berdasarkan Surat Edaran Kapolri Bernomor: SE/2/11/2021?
b. Apakah penyelesaian tindak pidana pencemaran nama baik melalui pendekatan restorative justice dilihat dari sudut pandang kebijakan hukum pidana?
2. Ruang Lingkup
Ruang lingkup ilmu dalam penelitian ini adalah hukum pidana, dengan kajian mengenai kebijakan penyelesaian tindak pidana pencemaran nama baik melalui pendekatan restorative justice berdasarkan Surat Edaran Kapolri Bernomor:
SE/2/11/2021 dan penyelesaian tindak pidana pencemaran nama baik melalui pendekatan restorative justice dilihat dari sudut pandang kebijakan hukum pidana.
C. Tujuan Penelitian dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan maka tujuan dilaksanakannya penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Untuk mengetahui kebijakan penyelesaian tindak pidana pencemaran nama baik melalui pendekatan restorative justice berdasarkan Surat Edaran Kapolri Bernomor: SE/2/11/2021
8
b. Untuk mengetahui penyelesaian tindak pidana pencemaran nama baik melalui pendekatan restorative justice dilihat dari sudut pandang kebijakan hukum pidana
2. Kegunaan Penelitian
Kegunaan penelitian ini adalah:
a. Kegunaan teoritis
Secara teoritis hasil penelitian ini di harapkan dapat menjadi bahan kajian ilmu pengetahuan hukum, khususnya di dalam Hukum Pidana, dalam rangka memberikan penjelasan mengenai kebijakan penyelesaian tindak pidana pencemaran nama baik melalui pendekatan restorative justice berdasarkan Surat Edaran Kapolri Bernomor: SE/2/11/2021.
b. Kegunaan praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna secara positif bagi pihak kepolisian dalam melaksanakan perannya sebagai aparat penegak hukum menghadapi perkembangan kehidupan masyarakat dan terjadinya pelanggaran hukum dan tindak pidana yang semakin kompleks dewasa ini. Selain itu diharapkan berguna bagi masyarakat agar tidak melakukan pencemaran nama baik, mengingat perbuatan tersebut merupakan tindak pidana yang diatur dan diancam pidana sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
D. Kerangka Teoritis dan Konseptual 1. Kerangka Teoritis
Kerangka teoritis adalah susunan dari beberapa anggapan, pendapat, cara, aturan, asas, keterangan sebagai satu kesatuan yang logis yang menjadi landasan, acuan,
9
dan pedoman untuk mencapai tujuan dalam penelitiaan atau penulisan. Kerangka teoritis yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Teori Pembaharuan Hukum Pidana
Pembaharuan hukum pidana pada dasarnya adalah upaya untuk melakukan reorientasi dan reformasi hukum pidana yang sesuai dengan landasan nilai-nilai yuridis, filosofis dan sosilogis masyarakat Indonesia yang melandasi kebijakan kriminal dan kebijakan penegakan hukum di Indonesia. Adapun penjelasannya sebagai berikut:
1) Landasan yuridis merupakan alasan yang menggambarkan bahwa peraturan yang dibentuk untuk mengatasi permasalahan hukum atau mengisi kekosongan hukum dengan mempertimbangkan aturan yang telah ada, yang akan diubah, atau yang akan dicabut guna menjamin kepastian hukum dan rasa keadilan masyarakat.
2) Landasan filosofis merupakan alasan yang menggambarkan bahwa peraturan yang dibentuk mempertimbangkan pandangan hidup, kesadaran, dan cita hukum yang meliputi suasana kebatinan serta falsafah bangsa Indonesia yang bersumber dari Pancasila dan Pembukaan UUD 1945.
3) Landasan sosiologis merupakan alasan yang menggambarkan bahwa peraturan yang dibentuk untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dalam berbagai aspek, serta menyangkut fakta empiris mengenai perkembangan masalah dan kebutuhan masyarakat dan negara.8
Pembaharuan hukum pidana di Indonesia dilakukan secara terus menerus agar hukum dapat memainkan peran dan fungsinya sebagai pedoman bertingkah laku (fungsi ketertiban) dalam hidup bersama yang imperatif dan efektif sebagai penjamin keadilan di dalam masyarakat. Upaya pembangunan tatanan hukum yang terus menerus ini diperlukan. Sebagai pelayan bagi masyarakat. Karena hukum itu tidak berada pada kevakuman, maka hukum harus senantiasa disesuaikan dengan perkembangan masyarakat yang dilayaninya juga senantiasa
8 Barda Nawawi Arief, RUU KUHP Baru Sebuah Restrukturisasi/Rekonstruksi Sistem Hukum Pidana Indonesia, Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang. 2012, hlm. 24.
10
berkembang. Sebagai alat pendorong kemajuan masyarakat. Secara realistis di Indonesia saat ini fungsi hukum tidak bekerja secara efektif, sering dimanipulasi, bahkan jadi alat atau instrumen yang efektif bagi penimbunan kekuasaan.9
Upaya pembaruan tatanan hukum itu haruslah tetap menjadikan Pancasila sebagai paradigmanya, sebab Pancasila yang berkedudukan sebagai dasar, ideologi, cita hukum dan norma fundamental negara harus dijadikan orientasi arah, sumber nilai-nilai dan karenanya juga kerangka berpikir dalam setiap upaya pembaruan hukum. Kebangkitan hukum nasional mengutamakan perlindungan hak asasi manusia dalam sebuah mekanisme sistem peradilan pidana. Kemajuan di bidang hukum ditandai dengan usaha untuk memperbaharui hukum itu sendiri, karena hukum sebagai salah satu tiang utama dalam menjamin ketertiban dalam masyarakat, diharapkan mampu mengantisipasi dan mengatasi tantangan, kebutuhan dan kendala terkait sarana dan prasarana. Selain harus bisa beradaptasi dengan kemajuan dan perubahan yang terjadi dalam masyarakat.10
b. Pendekatan Restorative Justice
Restorative justice atau keadilan restoratif merupakan paradigma baru dalam penegakan hukum pidana, meskipun sebenarnya konsep tersebut sudah lama berkembang dan dipraktikkan dalam penyelesaian perkara pidana di beberapa negara yang menganut common law system. Sebagai suatu filosofi pemidanaan, maka Restorative justice dalam implementasinya membutuhkan suatu konsep yang memiliki legitimasi dalam aplikasinya, sebagai wujud aktualisasi dari
9 Muladi, Demokrasi, Hak Asasi Manusia dan Reformasi Hukum di Indonesia, The Habibie Center, Jakarta, 2002, hlm. 34.
10 Mardjono Reksodiputro, Menyelaraskan Pembaruan Hukum, Komisi Hukum Nasional, Jakarta, 2009, hlm.7.
11
filosofi tersebut maka konsep tersebut harus dituangkan dalam peraturan perundang-undangan. Perubahan dan dinamika masyarakat yang teramat kompleks di satu sisi sedangkan di sisi lainnya terhadap regulasi pembuatan peraturan perundang-undangan sebagai kebijakan legislasi yang bersifat parsial ternyata sifat publik dari hukum pidana bergeser sifatnya karena relatif juga memasuki ranah privat dengan dikenal dan dipraktekkan melaui mediasi sebagai sebuah bentuk penyelesaian perkara di luar peradilan.11
Sistem peradilan pidana Indonesia dalam menangani tindak kejahatan hampir seluruhnya selalu berakhir di penjara. Padahal penjara bukanlah solusi terbaik dalam menyelesaikan tindak kejahatan, khususnya kejahatan dengan “kerusakan”
yang ditimbulkannya masih bisa di restorasi, sehingga kondisi yang telah “rusak”
dapat dikembalikan ke keadaan semula. Restorasi tersebut memungkinkan adanya penghilangan stigma dari individu pelaku. Paradigma penghukuman tersebut dikenal sebagai Restorative justice, di mana pelaku memperbaiki kerugian yang telah ditimbulkannya kepada korban, keluarganya dan juga masyarakat.
Restorative justice dapat dikembangkan dengan ide dan prinsip sebagai berikut:
1) Penanganan konflik (Conflict Handling/Konflikbearbeitung): Tugas mediator adalah membuat para pihak melupakan kerangka hukum dan mendorong mereka terlibat dalam proses komunikasi. Hal ini didasarkan pada ide, bahwa kejahatan telah menimbulkan konflik interpersonal.
Konflik itulah yang dituju oleh proses mediasi.
2) Berorientasi pada proses (Process Orientation; Prozessorientierung):
Mediasi lebih berorientasi pada kualitas proses dari pada hasil, yaitu:
menyadarkan pelaku tindak pidana akan kesalahannya, kebutuhan- kebutuhan konflik terpecahkan, ketenangan korban dari rasa takut, dan sebagainya.
3) Proses informal (Informal Proceeding-Informalitat): Mediasi merupakan suatu proses yang informal, tidak bersifat birokratis, menghindari prosedur hukum yang ketat.
11 Adrianus Meliala, Penyelesaian Sengketa Alternatif: Posisi dan Potensinya di Indonesia Fakultas Hukum, Universitas Indonesia, Jakarta, 2005. hlm.25.
12
4) Ada patisipasi aktif dan otonom pada pihak (Active and Autonmous Participation-Parteiautonomie/Subjektivierung): Para pihak (pelaku dan korban) tidak dilihat sebagai objek dari prosedur hukum pidana, tetapi lebih sebagai subjek yang mempunyai tanggung jawab pribadi dan kemampuan untuk berbuat. Mereka diharapkan berbuat atas kehendaknya sendiri.12
Eksistensi penyelesaian perkara di luar peradilan melalui keadilan restoratif merupakan dimensi baru dikaji dari aspek teoretis dan praktik. Dikaji dari dimensi praktik, mediasi berkorelasi dengan pencapaian tujuan peradilan, di mana semakin hari terjadi peningkatan perkara dengan segala bentuk maupun variasinya yang masuk ke Pengadilan, sehingga konsekuensinya menjadi beban bagi Pengadilan dalam memeriksa dan memutus perkara sesuai asas “peradilan sederhana, cepat dan biaya ringan” tanpa harus mengorbankan pencapaian tujuan peradilan yaitu kepastian hukum, kemanfaatan dan keadilan.
2. Konseptual
Konseptual adalah susunan berbagai konsep yang menjadi fokus pengamatan dalam melaksanakan penelitian.13 Berdasarkan definisi tersebut, maka konseptualisasi dalam penelitian ini sebagai berikut:
a. Analisis merupakan penyelidikan terhadap suatu peristiwa (karangan, perbuatan, dan sebagainya) untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya (sebab-musabab, duduk perkaranya, dan sebagainya).14
b. Kebijakan adalah suatu kumpulan keputusan yang diambil oleh seorang pelaku atau oleh kelompok politik dalam usaha memilih tujuan-tujuan dan cara-cara untuk mencapai tujuan-tujuan itu. 15
12 Ibid, hlm.26.
13 Soerjono Soekanto. Pengantar Penelitian Hukum. Rineka Cipta. Jakarta. 1983. hlm.63.
14 https://kbbi.web.id/analisis-atau-analisa
13
c. Penyelesaian merupakan proses, cara, perbuatan, menyelesaikan (dalam berbagai-bagai arti seperti pemberesan, pemecahan). 16
d. Tindak Pidana adalah Istilah tindak pidana dalam KUHP, dikenal dengan istilah strafbaarfeit dan dalam kepustakaan tentang hukum pidana sering mempergunakan istilah delik, sedangkan pembuat undang-undang merumuskan suatu undang-undang mempergunakan istilah peristiwa pidana atau perbuatan pidana atau tindak pidana.17
e. Pencemaran nama baik menurut Pasal 310 – Pasal 321 merupakan perbuatan yang menyerang nama baik seseorang. Penyerangan nama baik adalah menyampaikan ucapan (kata atau rangkaian perkataan/kalimat) dengan cara menuduhkan melakukan perbuatan tertentu, dan yang ditujukan pada kehormatan dan nama baik orang yang dapat mengakibatkan rasa harga diri atau martabat orang itu dicemarkan, dipermalukan atau direndahkan
f. Pendekatan adalah tolak atau sudut pandang terhadap proses pembelajaran yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, yang didalamnya mewadahi, menginspirasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran tertentu. 18
g. Restorative justice merupakan konsep pemikiran yang merespon pengembangan sistem peradilan pidana dengan menitikberatkan pada kebutuhan pelibatan masyarakat dan korban yang dirasa tersisihkan dengan mekanisme yang bekerja pada sistem peradilan pidana pada saat ini.19
15 Mirriam Budiharjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 1992, hlm. 12.
16 https://kbbi.web.id/selesai
17 Andi Hamzah, Asas-Asas Hukum Pidana. Rineka Cipta, Jakarta, 2004. hlm. 72
18 Ahmad Susanto, Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar, Kencana Prenada Media Group, Jakarta, 2013, hlm. 25
19 Eva Achjani Zulfa, Op.Cit, hlm. 3.
14
E. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan skripsi ini terdiri dari lima bab sebagai berikut:
I. PENDAHULUAN
Bab ini berisi latar belakang masalah, permasalahan dan ruang lingkup penelitian, tujuan dan kegunaan penelitian, kerangka pemikiran, metode penelitian dan sistematika penulisan.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini berisi berbagai pengertian dan tinjauan teoritis mengenai penyelesaian tindak pidana pencemaran nama baik melalui pendekatan restorative justice dilihat dari sudut pandang kebijakan hukum pidana.
III. METODE PENELITIAN
Bab ini menguraikan metode penelitian yang memuat pendekatan masalah, sumber dan jenis data, penentuan narasumber pengumpulan dan pengolahan data serta analisis data.
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Bab ini berisi hasil penelitian dan pembahasan mengenai kebijakan penyelesaian tindak pidana pencemaran nama baik melalui pendekatan restorative justice berdasarkan Surat Edaran Kapolri Bernomor: SE/2/11/
2021 dan penyelesaian tindak pidana pencemaran nama baik melalui pendekatan restorative justice sesuai dengan kebijakan hukum pidana.
V. PENUTUP
Bab ini berisi kesimpulan dari materi yang telah didapat dan saran untukt dapat diajukan dan dipergunakan bagi pihak-pihak yang membutuhkan.
15
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Umum Tindak Pidana
Tindalk pidalnal merupalkaln pengertialn dalsalr dallalm hukum pidalnal. Tindalk pidalnal merupalkaln sualtu pengertialn yuridis, lalin hallnyal dengaln istilalh perbualtaln jalhalt altalu kejalhaltaln. Secalral yuridis formall, tindalk kejalhaltaln merupalkaln bentuk tingkalh lalku yalng melalnggalr undalng-undalng pidalnal. Setialp perbualtaln yalng dilalralng oleh undalng-undalng halrus dihindalri daln balralng sialpal melalnggalrnyal malkal alkaln dikenalkaln pidalnal. Lalralngaln-lalralngaln daln kewaljibaln-kewaljibaln tertentu yalng halrus ditalalti oleh setialp walrgal negalral waljib dicalntumkaln dallalm undalng-undalng altalu peralturaln pemerintalh. 20
Tindalk pidalnal aldallalh kelalkualn malnusial yalng dirumuskaln dallalm undalng- undalng, melalwaln hukum, yalng paltut dipidalnal daln dilalkukaln dengaln kesallalhaln.
Oralng yalng melalkukaln perbualtaln pidalnal alkaln mempertalnggung jalwalbkaln perbualtaln dengaln pidalnal alpalbilal ial mempunyali kesallalhaln, seseoralng mempunyali kesallalhaln alpalbilal paldal walktu melalkukaln perbualtaln dilihalt dalri segi
20 Andi Hamzah. Bunga Rampai Hukum Pidana dan Acara Pidana. Ghalia Indonesia Jakarta.
2001. hlm. 19.
16
malsyalralkalt menunjukaln palndalngaln normaltif mengenali kesallalhaln yalng dilalkukaln.21
Tindalk pidalnal aldallalh perbualtaln melalkukaln altalu tidalk melalkukaln sesualtu yalng memiliki unsur kesallalhaln sebalgali perbualtaln yalng dilalralng daln dialncalm dengaln pidalnal, di malnal penjaltuhaln pidalnal paldal pelalku aldallalh demi tertib hukum daln terjalminnyal kepentingaln umum. Tindalk pidalnal sebalgali perbualtaln yalng dilalralng oleh sualtu alturaln hukum, lalralngaln malnal disertali alncalmaln (salnksi) yalng berupal pidalnal tertentu, balgi balralng sialpal yalng melalnggalr alturaln tersebut. Terdalpalt 3 (tigal) hall yalng perlu diperhaltikaln:
a. Perbualtaln pidalnal aldallalh perbualtaln oleh sualtu alturaln hukum dilalralng daln dialncalm pidalnal.
b. Lalralngaln ditujukaln kepaldal perbualtaln (yalitu sualtu kealdalaln altalu kejaldialn yalng ditimbulkaln oleh kelalkualn oralng), sedalngkaln alncalmaln pidalnal ditujukaln kepaldal oralng yalng menimbulkaln kejaldialn itu.
c. Alntalral lalralngaln daln alncalmaln pidalnal aldal hubungaln yalng eralt, kalrenal alntalral kejaldialn daln oralng yalng menimbulkaln kejaldialn itu aldal hubungaln eralt pulal. Kejaldialn tidalk dalpalt dilalralng jikal yalng menimbulkaln bukaln oralng, daln oralng tidalk dalpalt dialncalm pidalnal jikal tidalk kalrenal kejaldialn yalng ditimbulkalnnyal.22
Tingkalh lalku yalng jalhalt immorall daln alnti sosiall alkaln menimbulkaln realksi berupal kejengkelaln daln kemalralhaln di kallalngaln malsyalralkalt daln jelals alkaln merugikaln malsyalralkalt umum. Mengingalt kondisi tersebut malkal setialp walrgal malsyalralkalt keseluruhaln secalral keseluruhaln, bersalmal-salmal dengaln lembalgal- lembalgal resmi yalng berwenalng seperti kepolisialn, kejalksalaln, pengaldilaln, lembalgal pemalsyalralkaltaln daln lalin-lalin waljib menalnggulalngi setialp tindalk kejalhaltaln altalu kriminall. Setialp kejalhaltaln yalng dilalkukaln seseoralng alkaln
21 M. Faal. Penyaringan Perkara Pidana Oleh Polisi (Diskresi Kepolisian). Pradnya Paramita.
Jakarta. 1991. hlm. 6.
22 Moch Anwar. Beberapa Ketentuan Umum dalam Buku Pertama KUHP,Alumni, Bandung.
1996. hlm. 21.
17
menimbulkaln sualtu alkibalt yalkni pelalnggalraln terhaldalp ketetalpaln hukum daln peralturaln pemerintalh.23
Berdalsalrkaln beberalpal pengertialn di altals malkal dalpalt diketalhui balhwal tindalk pidalnal aldallalh perbualtaln melalkukaln altalu tidalk melalkukaln sesualtu yalng memiliki unsur kesallalhaln sebalgali perbualtaln yalng dilalralng daln dialncalm dengaln pidalnal, di malnal penjaltuhaln pidalnal terhaldalp pelalku aldallalh demi terpelihalralnyal tertib hukum daln terjalminnyal kepentingaln umum.
Tindalk pidalnal merupalkaln perbualtaln yalng dilalralng oleh sualtu alturaln hukum, lalralngaln malnal disertali alncalmaln (salnksi) yalng berupal pidalnal tertentu balgi balralng sialpal yalng melalnggalr lalralngaln tersebut”. Untuk mengetalhui aldalnyal tindalk pidalnal, malkal paldal umumnyal dirumuskaln dallalm peralturaln perundalng- undalngaln pidalnal tentalng perbualtaln-perbualtaln yalng dilalralng daln disertali dengaln salnksi. Dallalm rumusaln tersebut ditentukaln beberalpal unsur altalu syalralt yalng menjaldi ciri altalu sifalt khal<