PERUBAHAN STRUKTUR HISTOLOGI JANTUNG MENCIT (Mus musculus L.) YANG DIINDUKSI ALOKSAN SETELAH PEMBERIAN EKSTRAK ETANOL DAUN SONGGOLANGIT (Tridax procumbens L.)
(Skripsi)
PROGRAM STUDI S1 BIOLOGI JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG 2022
Oleh
RIZKA DEWI YULIANA NPM. 1857021002
PERUBAHAN STRUKTUR HISTOLOGI JANTUNG MENCIT (Mus musculus L.) YANG DIINDUKSI ALOKSAN SETELAH PEMBERIAN EKSTRAK ETANOL DAUN SONGGOLANGIT (Tridax procumbens L.)
Oleh
RIZKA DEWI YULIANA
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA SAINS
Pada Jurusan Biologi
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
PROGRAM STUDI S1 BIOLOGI JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG 2022
ABSTRAK
PERUBAHAN STRUKTUR HISTOLOGI JANTUNG MENCIT (Mus musculus L.) YANG DIINDUKSI ALOKSAN SETELAH PEMBERIAN EKSTRAK ETANOL DAUN SONGGOLANGIT (Tridax procumbens L.)
Oleh
RIZKA DEWI YULIANA
Hiperglikemia termasuk penyakit gangguan metabolik yang ditandai dengan kadar gula darah yang melebihi batas normal yang dapat menyebabkan gangguan pada imun tubuh dan komplikasi berbagai organ vital seperti jantung. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian daun songgolangit terhadap berat badan, indeks organ jantung dan tingkat kerusakan histologi sel otot jantung pada mencit yang diinduksi aloksan. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 5 kelompok perlakuan dan masing-masing 5 ulangan.
Kelompok K(-) sebagai kontrol negatif (normal), kelompok K(+) sebagai kontrol positif (hanya diinduksi aloksan dengan dosis 8 mg/g/bb), kelompok P1 sebagai kelompok perlakuan 1 (diinduksi aloksan dan diberi ekstrak etanol daun songgolangit dengan dosis 0,45 mg/g bb/hari selama 14 hari secara oral), Kelompok P2 sebagai kelompok perlakuan 2 (diinduksi aloksan dan diberi ekstrak etanol daun songgolangit dengan dosis 0,9 mg/g bb/hari selama 14 hari secara oral), kelompok P3 sebagai kelompok perlakuan 3 (diinduksi aloksan dan diberi ekstrak etanol daun songgolangit dengan dosis 1,8 mg/g bb/hari selama 14 hari secara oral). Parameter yang diamati antara lain berat badan, indeks organ jantung dan histologi organ jantung mencit (Mus musculus L.). Data dianalisis dengan uji parametrik ANOVA dengan uji lanjut LSD dan uji non parametrik Kruskal-Wallis dengan uji lanjut uji Post Hoc Wilcoxon-Mann-Whitney pada taraf signifikansi 5%. Hasil penelitian menunjukkan pemberian ekstrak etanol daun songgolangit berpengaruh pada berat badan, indeks organ jantung, dan skor kerusakan pada sel otot jantung sejalan dengan meningkatnya dosis. Dosis yang aman digunakan yaitu dosis 1,8 mg/g bb/hari karena memberikan hasil yang terbaik jika dibandingkan dengan P1 dan P2.
Kata Kunci: Aloksan, Hiperglikemia, Jantung, Mencit, Tridax procumbens L.
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Tulang Bawang, pada tanggal 09 Juli 2000, sebagai putri kedua dari Bapak Yulius Usman, S. E dan Ibu Ratna Dewi Sriwahyuti.
Penulis beralamat di Jl. Raden Imba Kusuma Ratu Gg.
Ros, Kel. Beringin Jaya, Kec. Kemiling, Bandar
Lampung. Penulis menempuh pendidikan pertamanya di TK Abadi Perkasa pada tahun 2004, lalu melanjutkan pendidikan di SD Abadi Perkasa pada tahun 2006. Kemudian penulis melanjutkan pendidikan di SMP Gula Putih Mataram pada tahun 2012 dan pada tahun 2015 penulis melanjutkan pendidikan di SMAS Sugar Group.
Pada tahun 2018, penulis diterima sebagai Mahasiswa Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Lampung melalui jalur Seleksi Mandiri Masuk Perguruan Tinggi Negeri-Barat (SMM PTN-Barat).
Selama menjadi mahasiswa, penulis pernah menjadi asisten praktikum pada mata kuliah Struktur Perkembangan Hewan dan Biologi Perkembangan Hewan di Jurusan Biologi, FMIPA Unila. Penulis juga aktif di Organisasi Himpunan Mahasiswa Biologi (HIMBIO) FMIPA Unila menjadi Anggota Bidang Ekspedisi pada tahun 2019 dan menjadi Bendahara Bidang Ekspedisi pada tahun 2020.
Selain itu, penulis menjadi Staff Ahli PSDM BEM FMIPA Unila pada tahun 2019.
Penulis melaksanakan Kerja Praktik di Balai Besar Perikanan dan Budidaya Laut (BBPBL) Lampung pada Bulan Juli-Agustus 2021 dengan judul
“PEMBENIHAN IKAN KAKAP PUTIH (Lates calcarifer L.) DI BALAI BESAR PERIKANAN DAN BUDIDAYA LAUT LAMPUNG”. Penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) pada bulan Januari-Februari 2021 di Desa Natar, Kecamatan Natar, Lampung Selatan selama 40 hari. Penulis melaksanakan penelitian bulan Februari-Juli 2022 di Laboratorium Zoologi, FMIPA Universitas Lampung.
“PEMBENIHAN IKAN KAKAP PUTIH (Lates calcarifer L.) DI BALAI BESAR PERIKANAN DAN BUDIDAYA LAUT LAMPUNG”. Penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) pada bulan Januari-Februari 2021 di Desa Natar, Kecamatan Natar, Lampung Selatan selama 40 hari. Penulis melaksanakan penelitian bulan Februari-Juli 2022 di Laboratorium Zoologi, FMIPA Universitas Lampung.
PERSEMBAHAN
Dengan mengucapkan rasa syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan berbagai nikmat, hidayah, rahmat dan ridho-Nya kepadaku untuk menjalani
kehidupan ini dengan sebaik-sebaiknya.
Sholawat beriring salam selalu tercurahkan kepada suri tauladan Rasulullah Muhammad SAW yang dinantikan syafaatnya di yaumul akhir.
Kupersembahkan karya kecilku ini untuk :
Ayah, bunda, kakak, dan adik-adikku yang telah memberikan kasih sayang tulus selama ini, selalu mendukung dan mendoakanku hingga sampai di titik ini,
Bapak/Ibu dosen yang selalu sabar membimbing serta ikhlas memberikan ilmu yang bermanfaat untukku,
Seluruh sahabat dan teman seperjuangan yang selalu memberikan nasihat dan motivasi kepadaku,
serta
Almamaterku tercinta
MOTTO
Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya.
(QS. Al Baqarah: 286)
Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain.
(QS. Ql Insyirah:7)
Bersemangatlah atas hal-hal yang bermanfaat bagimu. Minta tolonglah kepada Allah SWT, jangan engkau lemah.
(HR. Muslim)
Bukan spesies terkuat yang dapat bertahan hidup, bukan juga yang paling cerdas, tapi yang paling responsif terhadap perubahan.
(Charles Darwin)
Tidak ada sesuatu yang mustahil untuk dikerjakan, hanya tidak ada sesuatu yang mudah (Napoleon Bonaparte)
Keindahan jiwa bersinar ketika seseorang bersabar dari cobaan demi cobaan, bukan karena dia tidak merasakannya, tetapi karena dia adalah orang yang memiliki karakter tinggi dan
heroik.
(Aristoteles)
SANWACANA
Puji dan syukur kehadirat Allah Subhanahu wa ta‟ala yang telah melimpahkan segala rahmat, nikmat, hidayah dan ridho-Nya sehingga penulis mampu
menyelesaikan skripsi dengan judul “Perubahan Struktur Histologi Jantung Mencit (Mus musculus L.) yang Diinduksi Aloksan Setelah Pemberian
Ekstrak Etanol Daun Songgolangit (Tridax procumbens L.)” sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Sains (S.Si). Shalawat serta salam selalu
tercurahkan kepada baginda Nabi Muhammad Shalallahu „Alaihi Wasallam dengan mengharap syafaatnya di yaumil akhir kelak.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan ini masih banyak kekurangan dan tidak terlepas dari bantuan, bimbingan serta doa dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada :
1. Kedua orang tua tercinta, Bapak Yulius Usman, S.E dan Ibu Ratna Dewi Sriwahyuti yang senantiasa mencurahkan cinta dan kasih, memberikan doa sepanjang hayat, dukungan, perhatian, motivasi yang tiada henti serta kerja keras demi anaknya agar lebih baik lagi dan berguna untuk banyak orang.
2. Kakak dan adik-adikku tersayang, Rana Maulidya Rahmatin S. Pi, Reza Putri Yuliana Rahmatin, dan Rezky Putra Yudhistira yang selalu mendukung, memberikan semangat, menghibur dan bercanda dengan penulis.
3. Kepada seluruh keluarga besar yang telah memberi dukungan, perhatian, semangat serta doa yang tiada hentinya kepada penulis.
4. Ibu Dr. Nuning Nurcahyani, M.Sc., selaku Pembimbing 1 yang telah sabar dan ikhlas dalam memberikan ilmu, bimbingan, motivasi, kritik/saran, dan bantuan selama perkuliahan maupun dalam penyusunan skripsi ini.
5. Ibu Dra. Eti Ernawiati, M.P., selaku Pembimbing II yang telah sabar dan ikhlas dalam membimbing, memberikan motivasi dan arahan selama perkuliahan maupun dalam penyusunan skripsi ini.
6. Ibu Dra. Endang Linirin Widiastuti, Ph. D., selaku pembahas yang telah sabar dan senantiasa memberikan masukan dan arahan dalam menyelesaikan skripsi ini.
7. Bapak Dr. Mohammad Sofwan Effendi, M.Ed., selaku Plt. rektor Universitas Lampung.
8. Bapak Dr. Eng. Suripto Dwi Yuwono, S.Si., M.T., selaku Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung.
9. Bapak Dr. Jani Master, S.Si., M.Si., selaku Ketua Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Lampung.
10. Ibu Dr. Kusuma Handayani, S.Si., M.Si., selaku Ketua Program Studi Biologi, Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Lampung.
11. Bapak Dr. Mahfut, S. Si., M. Sc., selaku pembimbing akademik yang senantiasa membimbing penulis dalam perkuliahan.
12. Sahabat karib dan seperjuangan, Khoirunisa dan Yeni Mitasari yang senantiasa menemani, memberikan semangat, canda tawa, dukungan, dan kebersamaan dalam menjalani perkuliahan.
13. Sahabatku semasa kuliah Antika Febiola Utami, Az-zahra Septiana, Lidya Septaria Sinurat, Lulu Anbiya, Mas Noni Firda Safira, Metari Arsitalia, Novia Amorita, Nur Indah Sari, Sriana Putri, dan semua teman-teman satu angkatan Biologi 2018 yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang selalu
memotivasi semasa perkuliahan.
4. Ibu Dr. Nuning Nurcahyani, M.Sc., selaku Pembimbing 1 yang telah sabar dan ikhlas dalam memberikan ilmu, bimbingan, motivasi, kritik/saran, dan bantuan selama perkuliahan maupun dalam penyusunan skripsi ini.
5. Ibu Dra. Eti Ernawiati, M.P., selaku Pembimbing II yang telah sabar dan ikhlas dalam membimbing, memberikan motivasi dan arahan selama perkuliahan maupun dalam penyusunan skripsi ini.
6. Ibu Dra. Endang Linirin Widiastuti, Ph. D., selaku pembahas yang telah sabar dan senantiasa memberikan masukan dan arahan dalam menyelesaikan skripsi ini.
7. Bapak Dr. Mohammad Sofwan Effendi, M.Ed., selaku Plt. rektor Universitas Lampung.
8. Bapak Dr. Eng. Suripto Dwi Yuwono, S.Si., M.T., selaku Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung.
9. Bapak Dr. Jani Master, S.Si., M.Si., selaku Ketua Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Lampung.
10. Ibu Dr. Kusuma Handayani, S.Si., M.Si., selaku Ketua Program Studi Biologi, Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Lampung.
11. Bapak Dr. Mahfut, S. Si., M. Sc., selaku pembimbing akademik yang senantiasa membimbing penulis dalam perkuliahan.
12. Sahabat karib dan seperjuangan, Khoirunisa dan Yeni Mitasari yang senantiasa menemani, memberikan semangat, canda tawa, dukungan, dan kebersamaan dalam menjalani perkuliahan.
13. Sahabatku semasa kuliah Antika Febiola Utami, Az-zahra Septiana, Lidya Septaria Sinurat, Lulu Anbiya, Mas Noni Firda Safira, Metari Arsitalia, Novia Amorita, Nur Indah Sari, Sriana Putri, dan semua teman-teman satu angkatan Biologi 2018 yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang selalu memotivasi semasa perkuliahan.
Semoga Allah SWT memberikan keberkahan dan membalas kebaikan kepada semua pihak yang telah membantu penulis baik secara langsung maupun tidak langsung. Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini, kritik, saran dan masukan yang membangun sangat diharapkan. Semoga skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua yang membacanya.
Bandar Lampung, 12 Oktober 2022 Penulis,
Rizka Dewi Yuliana
Semoga Allah SWT memberikan keberkahan dan membalas kebaikan kepada semua pihak yang telah membantu penulis baik secara langsung maupun tidak langsung. Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini, kritik, saran dan masukan yang membangun sangat diharapkan. Semoga skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua yang membacanya.
Rizka Dewi Yuliana
Bandar Lampung, 24 Oktober 2022 Penulis,
xiii DAFTAR ISI
Halaman
SAMPUL DEPAN ... i
ABSTRAK ... ii
HALAMAN JUDUL DALAM ... iii
HALAMAN PERSETUJUAN ... iv
HALAMAN PENGESAHAN ... v
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ... vi
RIWAYAT HIDUP ... vii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... ix
MOTTO ... x
SANWACANA ... xi
DAFTAR ISI ... xiv
DAFTAR TABEL ... xvi
DAFTAR GAMBAR ... xvii
I. PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Tujuan Penelitian ... 3
1.3 Kerangka Teoritis ... 4
1.4 Hipotesis ... 5
II. TINJAUAN PUSTAKA ... 6
2.1 Biologi Tumbuhan Songgolangit (Tridax procumbens L.) ... 6
2.1.1 Klasifikasi Tumbuhan Songgolangit ... 6
2.1.2 Deskripsi Tumbuhan Songgolangit ... 7
2.1.3 Kandungan dan Manfaat Tumbuhan Songgolangit ... 8
2.2 Hiperglikemia ... 9
2.3 Diabetes Melitus ... 11
2.4 Aloksan ... 11
2.5 Mencit (Mus musculus L.) ... 12
2.6 Jantung ... 14
2.7 Komplikasi Stres Hiperglikemia ... 16
2.7.1 Aterosklerosis ... 16
2.7.2 Kardiomiopati Diabetika ... 17
xiv
III. METODE PENELITIAN ... 22
3.1 Waktu dan Tempat... 22
3.2 Alat dan Bahan ... 22
3.3 Rancangan Penelitian ... 23
3.4 Pelaksanaan Penelitian ... 24
3.4.1 Pembuatan Ekstrak Etanol Daun Songgolangit ... 24
3.4.2 Persiapan Hewan Uji (Aklimatisasi) ... 25
3.4.3 Pengujian Fitokimia Ekstrak Etanol Daun Songgolangit (Tridax procumbens L.) ... 26
3.4.4 Penginduksian Senyawa Aloksan ... 27
3.4.5 Pemberian Ekstrak Etanol Daun Songgolangit (Tridax procumbens L.) ... 27
3.4.6 Nekropsi dan Pengambilan Sampel Organ Jantung ... 29
3.4.7 Pembuatan Preparat Histologi Jantung ... 30
3.5 Diagram Alir Penelitian ... 33
3.6 Parameter Penelitian ... 34
3.6.1 Pengukuran Berat Badan ... 34
3.6.2 Pengukuran Indeks Organ Jantung ... 34
3.6.3 Pengamatan Histologi Jantung ... 34
3.7 Analisis Data ... 35
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 36
4.1 Hasil Penelitian ... 36
4.1.1 Hasil Uji Fitokimia Ekstrak Etanol 96% Daun Songgolangit ... 36
4.1.2 Hasil Berat Badan Mencit... 37
4.1.3 Hasil Indeks Organ Jantung Mencit ... 39
4.1.4 Hasil Pengamatan Histologi Jantung ... 40
4.2 Pembahasan ... 47
4.2.1 Uji Fitokimia Ekstrak Etanol Daun Songgolangit (Tridax procumbens L.) ... 47
4.2.2 Berat Badan Mencit ... 49
4.2.3 Indeks Organ Jantung ... 50
4.2.4 Rata-Rata Skor Kerusakan Sel Otot Janutng Mencit (Mus musculus L.) ... 52
V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 57
5.1 Kesimpulan ... 57
5.2 Saran ... 57
DAFTAR PUSTAKA ... 58
LAMPIRAN ... 68
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Tabel 1. Prosedur Pengujian Fitokimia ... 26 2. Tabel 2. Skoring Histologi Jantung ... 35 3. Tabel 3. Hasil Uji Fitokimia Ekstrak Etanol 96% Daun Songgolangit (Tridax
procumbens L.) ... 37 4. Tabel 4. Rata-Rata Berat Badan Mencit yang Diberi Ekstrak Etanol Daun
Songgolangit Dengan Dosis Berbeda ... 38 5. Tabel 5. Rata-Rata Indeks Organ Jantung Mencit (Mus musculus L.)
Hiperglikemia ... 39
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Gambar 1. Tumbuhan Songgolangit (Tridax procumbens L.) ... 8
2. Gambar 2. Mekanisme Stres Hiperglikemia ... 10
3. Gambar 3. Struktur Kimia Aloksan ... 12
4. Gambar 4. Mencit (Mus musculus L.) ... 13
5. Gambar 5. Anatomi Jantung Mencit (Mus musculus L.) ... 15
6. Gambar 6. Mekanisme Proses Terjadinya Kardiomiopati Diabetika ... 18
7. Gambar 7. Perbandingan Gambaran Histologi Otot Jantung Normal (N) Dengan Kardiomiopati Diabetik (DCM). ... 21
8. Gambar 8. Tanda Kematian Pada Sel ... 21
9. Gambar 9. Tahapan Ekstraksi Daun Songgolangit (Tridax procumbens L.) ... 25
10. Gambar 10. Diagram Alir Penelitian ... 33
11. Gambar 11. Skor Kerusakan Sel Otot Jantung Mencit ... 41
12. Gambar 12. Preparat Otot Jantung Mencit Pada Kelompok Kontrol Negatif (K-).. ... 43
13. Gambar 13. Preparat Otot Jantung Mencit Pada Kelompok Kontrol Positif (K+). ... 43
14. Gambar 14. Preparat Otot Jantung Mencit Pada Kelompok Perlakuan 1 (P1) dibandingkan dengan K+. ... 44
15. Gambar 15. Preparat Otot Jantung Mencit Pada Kelompok Perlakuan 2 (P2) dibandingkan dengan K+. ... 45
16. Gambar 16. Preparat Otot Jantung Mencit Pada Kelompok Perlakuan 3 (P3) dibandingkan dengan K+. ... 46
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Hiperglikemia yaitu suatu kondisi medik berupa peningkatan kadar glukosa dalam darah yang melebihi batas normal. Hiperglikemia merupakan salah satu tanda khas penyakit Diabetes Melitus (DM) (Soelistijo, 2015). Diabetes melitus (DM) menjadi suatu penyakit gangguan metabolik yang pravalensinya sangat tinggi di dunia selama lebih dari dua dekade. Penyakit ini ditandai dengan meningkatnya kadar glukosa yang melebihi normal (hiperglikemia) dimana terjadi resistensi jaringan tubuh terhadap insulin, kerusakan sekresi insulin, atau
peningkatan produksi glukosa yang berhubungan dengan kerusakan jangka panjang, disfungsi dan kegagalan beberapa organ (Singh et al., 2012).
Terdapat dua tipe diabetes, yaitu diabetes melitus tipe I atau IDDM (Insulin Dependent Diabetes Mellitus) terjadi karena rusaknya sel β pankreas yang mengakibatkan jumlah sekresi hormon insulin berkurang dan diabetes melitus tipe II atau NIDDM (Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus) yang terjadi karena resistensi insulin, jumlah insulin cukup tetapi insulin tersebut tidak sensitif sehingga menyebabkan hiperglikemia
(Sudoyo et al., 2014).
Ciri-ciri penyakit hiperglikemia ditandai dengan ketidakmampuan tubuh dalam melakukan metabolisme karbohidrat, lemak, protein sehingga terjadi peningkatan kadar gula darah di atas batas normal. Gangguan toleransi glukosa sering berkaitan dengan penyakit kardiovaskular, hipertensi, serta dislipidemia (Sulistria, 2013).
2
Komplikasi kardiovaskular merupakan penyebab utama kematian akibat hiperglikemia. Delapan puluh persen (80%) kematian pada pasien hiperglikemia diakibatkan oleh penyumbatan pada dinding arteri,
dibandingkan dengan sekitar 20% pada pasien non-hiperglikemia (Luman, 2010). Hiperglikemia juga dapat merusak jaringan akibat stres oksidatif yang timbul bila kecepatan radikal bebas melebihi kapasitas sel yang menetralkannya. Salah satu kerusakan jaringan tersebut yaitu jantung, dimana kerja jantung sebagai pemompa darah ke seluruh tubuh dapat terganggu akibat tingginya kadar glukosa darah sehingga dapat
meningkatkan kerja jantung 4-8 kali dari keadaan normal (Gustaviani, 2006). Hiperglikemia dapat mempengaruhi otot jantung secara independen berupa fibrosis intertisial, pembentukan kolagen dan hipertrofi sel-sel otot jantung (Shahab, 2010).
Pengembangan berbagai jenis obat semakin banyak dilakukan salah satunya yaitu pengobatan tradisional dengan menggunakan ramuan obat yang berasal dari tumbuh- tumbuhan. Pada tahun 1980, WHO
merekomendasikan agar dilakukan penelitian terhadap tanaman yang memiliki efek menurunkan kadar gula darah karena pemakaian obat modern yang kurang aman (Kumar et al., 2005). Saat ini terdapat lebih dari 1000 tanaman dan produknya yang digunakan dalam pengontrolan kadar glukosa darah dari banyak budaya di dunia (Trojan et al., 2012).
Tanaman songgolangit (Tridax procumbens L.) menjadi salah satu tanaman liar di Indonesia yang berpotensi sebagai obat antidibetes.
Tanaman songgolangit (Tridax procumbens L.) termasuk tanaman dari keluarga Asteraceae yang menjadi salah satu tanaman obat tradisional yang masih digunakan oleh masyarakat dalam pengobatan tradisional.
Daun songgolangit (Tridax procumbens L.) mengandung senyawa kimia antara lain flavonoid, alkaloid, saponin, tanin, karotenoid dan terpen.
Dalam beberapa penelitian disebutkan bahwa daun songgolangit (Tridax procumbens L.) digunakan untuk antihipertensi, antidiabetes,
3
imunomodulator, antioksidan, antihepatotoksik, dan antiinflamasi (Hibatullah, 2020).
Pengembangan riset mengenai pemanfaatan songgolangit sebagai penurun kadar glukosa darah perlu dilakukan untuk meningkatkan eksistensinya dan memberikan manfaat yang lebih banyak. Penelitian mengenai perubahan struktur histologi jantung mencit jantan (Mus musculus L.) yang diinduksi aloksan akibat pemberian ekstrak etanol daun songgolangit (Tridax procumbens L.) masih sangat sedikit, sehingga perlu
dikembangkan untuk mendapatkan hasil yang terbaik. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh dari senyawa- senyawa tersebut dalam mengatasi penyakit hiperglikemia dan komplikasinya.
1.2 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dalam penelitian ini yaitu :
1. Mengetahui pengaruh pemberian ekstrak etanol daun songgolangit (Tridax procumbens L.) terhadap berat badan mencit (Mus musculus L.) hiperglikemia akibat diinduksi aloksan.
2. Mengetahui pengaruh pemberian ekstrak etanol daun songgolangit (Tridax procumbens L.) terhadap indeks organ jantung mencit (Mus musculus L.) hiperglikemia akibat diinduksi aloksan.
3. Mengetahui pengaruh pemberian ekstrak etanol daun songgolangit (Tridax procumbens L.) terhadap tingkat kerusakan histologi sel otot jantung pada mencit (Mus musculus L.) hiperglikemia akibat diinduksi aloksan.
4
1.3 Kerangka Teoritis
Hiperglikemia dapat terjadi akibat kurangnya sekresi insulin pada tingkat resistensi tertentu sehingga meningkatkan kadar glukosa darah melebihi batas normal. Hiperglikemia pada diabetes melitus yang menjadi penyakit menahun (kronis) karena adanya gangguan metabolik berupa kelainan sekresi insulin. Adanya resistensi insulin dan hiperglikemia kronik dapat mencetuskan inflamasi, stres oksidatif, dan gangguan availabilitas nitrit oksida endotel vaskuler. Kerusakan endotel akan menyebabkan
terbentuknya lesi aterosklerosis koroner yang kemudian berujung pada penyakit kardiovaskuler.
Salah satu upaya pencegahan hiperglikemia yaitu menggunakan obat herbal/tradisional. Obat herbal jauh lebih aman dan dapat meminimalisir efek samping dibandingkan dengan obat-obatan yang mengandung bahan kimia. Sebagian besar tanaman yang telah ditemukan mengandung senyawa fenolik seperti flavonoid, alkaloid, saponin, steroid, dan tanin yang memiliki efek sebagai antidiabetik. Salah satu tumbuhan yang bisa dijadikan obat antidiabetes salah satunya yaitu songgolangit (Tridax procumbens L.). Berdasarkan analisis fitokimia, songgolangit (Tridax procumbens L.) mengandung senyawa-senyawa metabolit sekunder seperti alkaloid, flavonoid, tanin, saponin, steroid yang dapat digunakan dalam menurunkan kadar glukosa darah dan penyakit kardiovaskular.
Dalam penelitian ini menggunakan aloksan sebagai agen penginduksi hiperglikemia pada hewan percobaan untuk meningkatkan kadar glukosa darah di atas normal. Kemudian diberikan ekstrak etanol daun
songgolangit (Tridax procumbens L.) sebagai upaya mengatasi hiperglikemia. Parameter yang diamati pada penelitian ini yaitu berat badan, indeks organ jantung dan histologi organ jantung mencit (Mus musculus L.).
5
1.4 Hipotesis
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini yaitu:
1. Pemberian ekstrak etanol daun songgolangit (Tridax procumbens L.) dapat meningkatkan berat badan mencit (Mus musculus L.)
hiperglikemia akibat diinduksi aloksan.
2. Pemberian ekstrak etanol daun songgolangit (Tridax procumbens L.) dapat menurunkan indeks organ jantung mencit (Mus musculus L.) hiperglikemia akibat diinduksi aloksan.
3. Pemberian ekstrak etanol daun songgolangit (Tridax procumbens L.) dapat memperbaiki kerusakan histologi jantung pada mencit (Mus musculus L.) hiperglikemia akibat diinduksi aloksan.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Biologi Tumbuhan Songgolangit (Tridax procumbens L.)
2.1.1 Klasifikasi Tumbuhan Songgolangit
Berdasarkan taksonominya, tumbuhan songgolangit memiliki klasifikasi sebagai berikut (Pandey & Tripathi, 2014).
Kingdom : Plantae
Division : Spermatophyta Class : Magnoliopsida Ordo : Asterales Family : Asteraceae
Genus : Tridax
Species : Tridax procumbens L.
Tanaman ini mempunyai nama bervariasi tergantung daerah tempat tumbuh diantaranya ketumpang, gletengan, cemondelan, gobesan, londotan, orang aring, preps, sanggalangit, sidawala, arupen (Jawa);
tarsetaran, taroto, coat buttons, tridax daisy (Inggris); cadillo chisaca (Spanyol); dan herbe caille (Prancis).
7
2.1.2 Deskripsi Tumbuhan Songgolangit
Songgolangit (Tridax procumbens L.) merupakan tanaman menahun yang mempunyai daun pendek dan berbulu. Songgolangit umum tumbuh di tempat terbuka yang terkena sinar matahari terutama selama musim hujan di padang rumput, lahan pertanian, pinggir jalan, atau daerah pemukiman pada tanah dengan tekstur kasar berpasir dari daerah tropis maupun subtropis (Ghosh et al., 2019). Songgolangit memiliki batang silindris dan mempunyai tinggi sekitar 30-50 cm, akar tunggang, daun bergerigi tidak beraturan dengan panjang 3-7 cm dan berbulu pada kedua permukaannya, letak berhadapan dengan panjang 1-2 cm. Bunga berbentuk bulat, berwarna kuning (Ankita & Jain, 2012). Daun tak lengkap, warna hijau tua, dan merupakan daun mejemuk. Lamina berbentuk oval sampai lanset, panjang 2-6 cm dan lebar 2-4 cm.
Memiliki bunga majemuk berbatas dengan tipe anak payung menggarpu dengan tangkai bunga yang berbulu. Bunga pitanya di bagian tepi berwarna putih dan bentuknya bintang, bagian tengah berwarna kuning, memiliki tubulus biseksual. Tumbuhan ini memiliki dua jenis bunga yaitu ray floret dan disc floret dengan plasentasi basal. Buahnya berbentuk kerucut, tinggi 3,5 mm, berwarna coklat sampai hitam.
Jumlah kromosom dari songgolangit (Tridax procumbens L.) yang telah terdaftar yaitu 2n=36 (Ghosh et al., 2019). Tumbuhan Songgolangit (Tridax procumbens L.) dapat dilihat pada Gambar 1.
8
Gambar 1. Tumbuhan Songgolangit (Tridax procumbens L.)
2.1.3 Kandungan dan Manfaat Tumbuhan Songgolangit
Dalam berbagai studi penelitian, ditunjukkan bahwa tanaman
songgolangit memiliki senyawa fitokimia yang berbeda. Dari pengujian fitokimia, diketahui terdapat alkaloid, karotenoid, saponin, flavonoid, dan tanin dalam tumbuhan obat ini. Karakteristik terdekat menunjukkan bahwa Tridax procumbens L. kaya akan natrium (Na), kalium (K), magnesium (Mg), dan kalsium (Ca) (Ikewuchi et al., 2009). Dalam studi penelitian sebelumnya, telah diperkirakan bahwa daun tumbuhan ini mengandung protein 26%, serat 17%, karbohidrat larut 39%, dan kalsium oksida 5%. Disisi lain, pada bunganya diketahui mengandung luteolin, glukoluteolin, quersetin, dan isoquersetin. Asam fumarat, beta sitosterol, dan asam oleanolat yang diperoleh dalam batas wajar dari tanaman ini ditemukan sebagai agen antidiabetes potensial ketika diuji dengan alfa-glukosidase (Ghosh et al., 2019).
Daun songgolangit bermanfaat sebagai analgesik penghilang rasa nyeri rematik atau persendian, antiradang, antibiotik, peluruh kemih (diuretik) dan menurunkan kadar asam urat. Selain itu, dalam beberapa penelitian
9
menyebutkan songgolangit dapat menjadi antikanker, antibakteri, antijamur, antioksidan, penyembuhan luka, serta sebagai antidiabetes (Kethamakka & Deogade, 2014; Jhample et al., 2015; Saini et al., 2016). Kandungan senyawa flavonoid seperti filantin, quesetin, isoquersetin, astraglin dan rutin dalam daun songgolangit diketahui dapat dijadikan sebagai obat diabetes. Senyawa flavonoid telah terbukti secara in vitro mempunyai efek biologis yang sangat kuat sebagai antioksidan. Menurut Widowati (2008), kandungan antioksidan dan komponen senyawa polifenol dapat menangkap radikal bebas dan mengurangi stress oksidatif pada diabetes melitus. Selain itu, senyawa saponin, alkaloid, tanin dan flavonoid yang ada pada tumbuhan songgolangit juga dapat mempengaruhi kerja jantung (Wright et al., 2007).
2.2 Hiperglikemia
Hiperglikemia yaitu suatu kondisi meningkatnya kadar glukosa darah di atas nilai normal yang merupakan salah satu gejala klinis dari diabetes melitus dan berhubungan dengan peningkatan morbiditas dan mortalitas. Stres
hiperglikemia didefinisikan sebagai kadar glukosa darah ≥ 140 mg / dL tanpa riwayat diabetes sebelumnya dan HbA1c ≤ 6,5%, tanpa ada riwayat diabetes sebelumnya (Singh, 2014). Hiperglikemia akut pada pasien sakit kritis non diabetes merupakan respon stress yang dikaitkan dengan reaksi stres
hormonal, melibatkan pelepasan katekolamin, glukokortikoid, dan glukagon.
Peningkatan hormon kontra insulin yang tidak diinginkan menyebabkan ketidakmampuan insulin untuk mengontrol kadar glukosa darah dan menyediakan pasokan glukosa intraseluler (Viana et al., 2014).
Mekanisme yang mendasari perkembangan hiperglikemia pada penyakit kritis meliputi adanya pelepasan contra-regulation stress hormones (kortikosteroid dan katekolamin) dan mediator proinflamasi, pemberian kortikosteroid
10
eksogen, vasopresor, dan larutan parenteral yang mengandung dextrose.
Glukoneogenesis dengan glukagon sebagai mediator utama (termasuk kortisol dan epinefrin), berperan penting pada stres hiperglikemia. Pada penyakit kritis terjadi penurunan sistem kekebalan tubuh dan respon inflamasi.
Respons menjadi tidak spesifik, menyebabkan stres oksidatif, disfungsi mitokondria, kematian sel, cedera jaringan dan akhirnya mengakibatkan kegagalan organ (Clain, 2015). Mekanisme stres hiperglikemia dapat dilihat pada Gambar 2.
Gambar 2. Mekanisme Stres Hiperglikemia (Viana et al, 2014).
11
2.3 Diabetes Melitus
2.3 Aloksan
Aloksan merupakan suatu substrat yang secara struktural termasuk derivat pirimidin sederhana yang diperoleh dari oksidasi asam urat oleh asam nitrat.
Nama aloksan diperoleh dari penggabungan kata allantoin dan oksalurea (asam oksalurik). Rumus kimia aloksan yaitu C4H2N2O4. Aloksan bersifat toksik selektif terhadap sel beta pankreas yang memproduksi insulin karena terakumulasinya aloksan secara khusus melalui transporter glukosa yaitu GLUT2. Aksi sitotosik aloksan dimediasi oleh radikal bebas. Aksi toksik aloksan pada sel beta diinisiasi oleh reaksi redoks. Aloksan dan produk reduksinya, asam dialurik, membentuk siklus redoks dengan formasi radikal superoksida. Radikal ini mengalami dismutasi menjadi hidrogen peroksida.
Radikal hidroksil dengan kereaktifan yang tinggi dibentuk oleh reaksi Fenton.
Diabetes termasuk penyakit menahun (kronis) berupa gangguan metabolik yang ditandai dengan kadar gula darah yang melebihi batas normal karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin, atau keduanya (Kemenkes RI., 2020).
Insulin merupakan hormon yang mengatur glukosa. Insulin yang tidak bekerja dengan layak akan membuat kadar glukosa dalam darah tinggi (Fatimah, 2015). Keadaan hiperglikemia kronis dari diabetes berhubungan dengan kerusakan jangka panjang, gangguan fungsi dan kegagalan berbagai organ, terutama mata, ginjal, saraf, jantung, dan pembuluh darah (ADA, 2012). Pada penderita diabetes melitus, konsentrasi glukosa darah pasca pembebanan > 200 mg/dl, sedangkan kadar glukosa darah puasa hampir selalu di atas 140 mg/dl (Yuriska, 2009). Berdasarkan American Diabetes Association (ADA, 2012) yang telah di sahkan oleh WHO, terdapat empat klasifikasi klinis gangguan toleransi glukosa yaitu diabetes melitus tipe I (Insulin Dependent Diabetes Melitus), diabetes melitus tipe II (Non Insulin Dependent Diabetes Melitus), diabetes tipe lain, dan diabetes gestasional.
12
Gambar 3. Struktur Kimia Aloksan (Lenzen, 2008)
Kingdom : Animalia Phylum : Chordata Class : Mamalia Ordo : Rodentia Family : Muridae
Genus : Mus
Species : Mus musculus L.
2.4 Mencit (Mus musculus L.)
Mencit termasuk salah satu hewan yang sering digunakan sebagai hewan coba dengan perkiraan 40-80% lebih sering digunakan dibanding hewan coba lain seperti kelinci atau hamster. Mencit lebih sering digunakan sebagai hewan coba karena mudah didapat, mudah dikembangbiakkan, memiliki sifat anatomis serta fisiologis yang berkarakteristik baik, serta sangat mudah untuk ditangani (Tolistiawaty et al. 2014). Mencit memiliki klasifikasi sebagai berikut (Saraswathy & Ponnusamy, 2011):
Aksi radikal bebas dengan rangsangan tinggi meningkatkan konsentrasi kalsium sitosol yang menyebabkan destruksi cepat sel beta (Yuriska, 2009). Struktur kimia aloksan dapat dilihat pada Gambar 3.
13
Gambar 4. Mencit (Mus musculus L.)
Mencit digunakan dalam berbagai penelitian dan diagnosis dalam bidang obat-obatan dan kosmetik seperti penelitian tentang ketuaan, virologi, anemia, kegemukan, kekerdilan, diabetes melitus, penyakit ginjal dan tingkah laku (behavior). Mencit hidup dalam daerah yang cukup luas penyebarannya mulai dari iklim dingin, sedang maupun panas dan dapat hidup terus menerus di dalam kandang. Makanan yang diberikan untuk mencit biasanya berbentuk pelet secara tanpa batas (ad libitum). Air minum dapat diberikan dengan botol-botol gelas atau plastik dan mencit dapat minum air dari botol tersebut melalui pipa gelas (Yuwono et al., 1994; Muliani, 2011).
Mencit memiliki tubuh kecil yang ditutupi rambut lembut dan lebat, memiliki 4 kaki yang pendek, berekor panjang tanpa bulu, memiliki formula gigi 2(I 1/1, C 0,0, P 0/0. M 3/3). Tubuh mencit terdiri dari perut hutan non glandular dan perut kelenjar, paru-paru terdiri dari 1 lobus kiri besar dan 4 lobus kanan kecil, terdapat jaringan lemak coklat yang berperan dalam thermogenesis non shivering, yaitu lemak ini nantinya akan dimetabolisme untuk membentuk panas saat lingkungan dingin. Mencit memiliki 5 pasang kelenjar mammae (3 di dada, 2 diperut), memiliki saluran inguinal yang terbuka sepanjang
hidupnya sehingga terhindar dari herniasi organ abdomen, pada jantan
terdapat penis. Ciri khas dari profil hematologi mencit, limfosit yaitu leukosit yang beredar dominan pada mencit, dan jarang ditemukan basofil pada darah, granulosit jantan lebih tinggi dari mencit betina (Hrapkiewichz et al., 2013).
Morfologi mencit dapat dilihat pada Gambar 4.
14
2.5 Jantung
Jantung merupakan organ berongga yang berfungsi memompa darah ke seluruh peredaran darah tubuh baik arteri maupun vena yang pada akhirnya akan bermuara kembali ke jantung. Sisi kanan jantung memompa darah ke paru-paru sedangkan sisi kiri jantung memompa darah ke seluruh tubuh.
Jantung terletak diatas diafragma, dekat dengan garis tengah rongga toraks (garis vertikal yang membagi tubuh menjadi sisi kiri dan kanan). Lokasi jantung berada pada mediastinum (suatu regio anatomis yang terbentang dari tulang stenum ke kolumna vertebralis, dari tulang costa pertama ke diafragma dan antara paru-paru. Sekitar 2/3 massa jantung terletak di sebelah kiri garis tengah tubuh. Ukuran jantung seukuran kepalan tangan namun tidak sama bentuknya (Sahrudi, 2021).
Jantung terdiri atas tiga tipe otot jantung (miokardium) yang utama yaitu otot atrium, otot ventrikel, dan serat otot khusus penghantar dan pencetus rangsang.
Otot atrium dan ventrikel berkontraksi dengan cara yang sama seperti otot rangka. Serat- serat otot khusus penghantar dan pencetus rangsangan
berkontraksi dengan lemah karena hanya mengandung sedikit serat kontraktif.
Bahkan serat-serat ini menghambat irama dan berbagai kecepatan konduksi.
Serat-serat ini bekerja sebagai sistem pencetus rangsangan bagi jantung (Guyton & Hall, 1997). Bagian jaringan jantung normal menunjukkan serat otot jantung berbentuk silindris, serat tersebut memanjang dengan inti vesikula berbentuk oval. Beberapa jaringan ikat terletak diantara serat otot jantung dan terdapat pembuluh darah (Eroschenko, 2003). Struktur anatomi jantung mencit disajikan pada Gambar 5.
15
Gambar 5. Anatomi Jantung Mencit (Mus musculus L.) (Santana et al, 2019).
Keterangan: (1) Aorta, (2) Bilik Kiri, (3) Serambi Kiri, (4) Bilik Kanan, (5) Serambi Kanan
Jantung memiliki peran yang sangat penting dan merupakan organ utama
Terdapat adanya hubungan erat antara penyakit vaskuler, hiperglikemia, dan resistensi insulin. Pada penderita diabetes melitus tipe 2, terjadi gangguan avaibilitas nitrit oksida endotel vaskuler yang diakibatkan resistensi insulin dan hiperglikemia akut. Kerusakan endotel akan menyebabkan terbentuknya lesi aterosklerosis koroner yang kemudian berujung pada penyakit
dalam persebaran oksigen, mineral, dan bahan organik lainnya dalam darah yang berguna bagi proses fisiologis tubuh. Apabila terjadi gangguan pada jantung baik secara anatomi maupun fisiologis dapat menimbulkan gangguan terhadap organ lain karena kurangnya asupan darah yang berdampak pada kurangnya asupan mineral ataupun zat yang diperlukan. Kualitas kandungan darah yang beredar pada jantung dan seluruh tubuh dapat mempengaruhi anatomi organ lain pada umumnya dan organ jantung pada khususnya (Muhsi dkk., 2020).
16
2.6 Komplikasi Stres Hiperglikemia
2.6.1 Aterosklerosis
Komplikasi lanjut dari diabetes melitus akibat hiperglikemia yang muncul lebih awal dan terjadi lebih luas yaitu aterosklerosis.
Komplikasi ini merupakan hal yang terpenting karena aterosklerosis menyebabkan komplikasi lain yang menimbulkan gejala di berbagai tempat seperti gangren, stroke, kardiomiopati, dan penyakit arteri koronaria (Kautsari, 2010).
Aterosklerosis yaitu kerusakan pada dinding arteri yang mengenai dua lapisan membran yaitu intima dan media. Stress oksdatif, hipertensi, dan hiperkolesterolemia menjadi tiga faktor utama yang menyebabkan aterosklerosis. Kondisi ini sering ditemukan bersama dan dapat
menyebabkan aterogenesis lebih cepat terjadi. Aterosklerosis merupakan proses inflamasi kronis yang dimulai dengan akumulasi lipid pada tunika intima pembuluh arteri. Aterosklerosis berhubungan kardiovaskuler. Komplikasi makrovaskular yang sering pada penderita diabetes melitus tipe 2 yaitu penyakit arteri koroner, penyakit arteri perifer, dan penyakit pembuluh arteri karotis. Diabetes melitus tipe 2 merupakan faktor risiko utama dari penyakit kardiovaskular yang menjadi penyebab kematian terbanyak pada penderita diabetes melitus tipe 2. Hampir 50% total kematian pada diabetes melitus tipe 2 dikarenakan penyakit kardiovaskuler.
Penyakit kardiovaskuler meningkatkan risiko kematian hampir tiga kali lipat pada pasien diabetes melitus tipe 2. Diabetes dan penyakit kardiovaskular merupakan kombinasi penyakit serius yang sering terjadi. Dengan demikian, diagnosis dan penatalaksanaan harus dilakukan dengan tepat (Decroli, 2019).
17
dengan degenerasi lemak dan pengerasan pembuluh darah. Lesi awalnya yaitu lapisan lemak yang membentuk plak, dan plak yang tidak stabil bertanggungjawab pada beberapa gangguan
kardiovaskular. Aterosklerosis dapat terjadi karena adanya peningkatan dari kadar kolesterol yang tidak normal sehingga mengakibatkan adanya akumulasi kolesterol di dalam dinding
pembuluh darah. Akumulasi kolesterol tersebut kemudian membentuk sumbatan berupa plak dan secara bertahap plak tersebut dapat
menimbulkan kerusakan pembuluh darah. Ketika plak tersebut terbentuk di arteri, plak tersebut dapat mengeras dan mempersempit lumen arteri sehingga mengurangi aliran darah ke otot jantung dan menyebabkan timbulnya penyakit jantung koroner (Maulida et al., 2018).
Penyebab aterosklerosis pada pasien diabetes melitus tipe 2 bersifat multifaktorial, melibatkan interaksi kompleks dari berbagai keadaan seperti hiperglikemia, hiperlipidemia, stres oksidatif, penuaan dini, hiperinsulinemia serta perubahan-perubahan dalam proses koagulasi dan fibrinolisis (Shahab, 2010).
2.6.2 Kardiomiopati Diabetika
Komplikasi vaskuler jangka panjang dibagi menjadi: mikroangiopati diabetika bila mengenai pembuluh darah kecil atau kapiler antara lain retinopati diabetika dan nefropati diabetika; dan makroangiopati diabetika bila mengenai pembuluh darah besar antara lain
kardiomiopati diabetika. Kardiomiopati diabetika yaitu salah satu komplikasi diabetes melitus yang merupakan suatu gangguan yang rumit, dan ditandai beberapa faktor seperti hipertrofi miokard, dan fibrosis interstisial (David, 2013). Berikut mekanisme proses terjadinya kardiomiopati diabetika dapat dilihat pada Gambar 6.
18
Gambar 6. Mekanisme Proses Terjadinya Kardiomiopati Diabetika (Rodrigues & An, 2006)
Pada kondisi hiperglikemia kronik dapat menginduksi terjadinya gangguan pada otot jantung, berupa terjadi kegagalan pompa jantung untuk memompa darah ke seluruh tubuh. Keadaan ini disebabkan akibat peningkatan dari glikolasi protein interstisium kemudian timbul kekakuan pada miokardium, dan berujung pada gangguan kontraksi miokardium (Rodrigues & An, 2006).
Gangguan kontraksi miokardium yang diinduksi oleh kondisi hiperglikemia kronik memiliki lima mekanisme yaitu (Dewi, 2007):
1. Gangguan Hemostatis Kalsium
Terjadi perubahan hemostatis akibat peningkatan oksidasi asam lemak bersamaan dengan penurunan jumlah glukosa dalam tubuh sehingga terjadi penghambatan glikolisis sel otot jantung. Ketika proses glikolisis sel otot jantung dihambat, maka ATP tidak diproduksi dan tidak lagi digunakan oleh
19
pengangkut ion seperti Na+,K+, ATPase sehingga terjadi gangguan hemostatis intraseluler Ca2+.
2. Aktivasi Renin-Angiotensin
Pada diabetes melitus terjadi aktivasi sistem angiotensin yang berlebih sehingga menghasilkan angiotensin II yang
berlebihan. Pada kondisi ini fungsi angiotensin II memiliki fungsi berlawanan dari nitrit oksida (NO). Hal ini dapat memicu perubahan pada pertumbuhan, proliferasi dan
diferensiasi sel endotel yang menginduksi stres oksidatif pada sel kemudian memicu apoptosis sel.
3. Peningkatan Stres Oksidatif
Produksi reactive oxygen species (ROS) yang berlebihan akibat proses oksidasi lemak yang berlebihan pada kondisi hiperglikemia, akan menyebabkan toksik terhadap sel melebihi dari kemampuan sel untuk memproduksi antioksidan kemudian kejadian ini akan mengarah kepada kebocoran protein dari mitokondria sel kemudian sitokrom c sebagai salah satu protein yang terkandung di mitokondia mengaktifkan enzim kaspase-9. Teraktifasinya enzim kaspase-9 merupakan awal dari pengaktifan kaskade kaspase yang berujung pada
fragmentasi nuclear sel, kemudian menyebabkan ekspresi gen yang abnormal akibat dari kurangnya faktor antiapoptosis akan menginduksi apoptosis sel jantung dengan segera.
4. Perubahan Substrat Metabolisme
Peningkatan metabolisme asam lemak di jantung yang menghasilkan penumpukan lemak yang bersifat lipotoksik di
20
dalam sel otot jantung serta hasil sampingan dari metabolisme lemak berupa ceramide akan menginduksi apoptosis dari sel otot jantung.
5. Disfungsi Mitokondria
Sifat lipotoksisitas dari sel lemak yang menumpuk di miokardium mengakibatkan perubahan struktur dan fungsi akibat terjadinya proses reduksi dari produksi ATP sehingga mengganggu kontraktilitas sel otot jantung.
Lima dari mekanisme diatas menyebabkan salah satu komplikasi hiperglikemia pada organ jantung yang mengarah kepada
kardiomiopati diabetik. Semakin banyak kematian sel jantung dapat terjadi proses remodeling sel, keadaan ini dapat mengakibatkan terjadinya proses fibrosis jantung yang kemudian akan mengganggu dari kontraktilitas otot jantung dan terjadinya hipertrofi sebagai kompensasi kerja dari sel jantung (Dewi, 2007). Selain itu penelitian lain menunjukkan adanya penurunan intensitas pengecatan yang terjadi karena berkurangnya jumlah miofibril pada otot jantung (Gambar 7) (Radu et al., 2012). Hal ini diduga menjadi penyebab terjadinya penurunan kontraktilitas yang berujung pada disfungsi diastolik. Pada nukleus dapat ditemukan beberapa tanda nekrosis seperti piknotik, inti hiperkromasi, karioreksis, dan kariolisis (Gambar 8) (Radu et al., 2012; Jokinen et al., 1985).
21
Gambar 7. Perbandingan Gambaran Histologi Otot Jantung Normal (N) Dengan Kardiomiopati Diabetik (DCM). Pewarnaan HE, 400x (Jokinen et al., 1985).
Gambar 8. Tanda Kematian Pada Sel (Damjanov, 2009).
22
III. METODE PENELITIAN
3.2 Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu satu set kandang pemeliharaan mencit (bak berbahan plastik berukuran 20 cm x 30 cm, dengan penutup berbahan kawat, wadah pakan, dan wadah minuman sebanyak 25 buah). Satu set pengambil sampel darah (jarum suntik, kapas, tissue, strip pengukur kadar gula darah, glukometer Sinocare Safe-Accu 2, dan alcohol swab), satu set peralatan ekstraksi (blender, oven, kertas saring, Erlenmeyer, corong Buchner, dan rotary evaporator), set alat mikroteknik (embedding cassette, waterbath, inkubator, mikrotom, dan 3.1 Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari – Juli 2022. Pembuatan ekstrak etanol daun songgolangit (Tridax procumbens L.) dilaksanakan di Laboratorium Kimia Organik, Jurusan Kimia, FMIPA, Universitas Lampung. Pemeliharaan hewan uji, induksi senyawa aloksan, pemberian bahan uji berupa ekstrak etanol daun songgolangit, pengambilan sampel darah, serta nekropsi hewan uji dilaksanakan di Laboratorium Zoologi, Jurusan Biologi, FMIPA, Universitas Lampung. Proses pembuatan preparat histologi jantung dilakukan di Laboratorium Patologi, Balai Veteriner (B-Vet) Lampung. Pembacaan preparat histologi jantung dilakukan di Laboratorium Patologi Anatomi, dan Histologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Lampung.
23
staining jars), set alat nekropsi (pinset, gunting, jarum, pisau, papan bedah, tabung sampel), timbangan digital untuk menimbang bahan dan berat badan mencit, object glass, cover glass, mikroskop, tiga buah jarum sonde untuk memberikan ekstrak etanol daun songgolangit secara oral, jarum suntik untuk induksi aloksan pada mencit, alat tulis, sarung tangan, masker dan kamera untuk dokumentasi.
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu hewan uji berupa mencit jantan dengan berat badan ± 30-40 g berumur 3-4 bulan sebanyak 25 ekor, aloksan sebagai bahan induksi kadar glukosa darah, dan daun songgolangit (Tridax procumbens L.). Bahan yang digunakan dalam pemeliharaan mencit yaitu pelet pakan mencit, air minum dan sekam padi. Dalam melarutkan aloksan digunakan aqua pro injection serta Na-CMC 1% untuk melarutkan pasta daun songgolangit (Tridax procumbens L.). Bahan yang digunakan untuk pembuatan preparat histologi jantung yaitu aquades, buffer formalin 10%, larutan ringer untuk mencuci organ setelah dibedah, bahan pembuatan preparat mikroteknik (xylol, alkohol bertingkat, parafin, larutan pewarna Hematoxylin-Eosin, dan canada balsam).
3.3 Rancangan Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental yang dilakukan menggunakan metode Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang dibagi dalam 5 kelompok perlakuan. Jumlah ulangan pada setiap perlakuan ditentukan dengan menggunakan rumus Federer yaitu:
(n – 1) (t – 1) > 15 Keterangan:
n = jumlah sampel, t = jumlah kelompok (n – 1) (5 – 1) > 15
(n – 1) (4) > 15 (4n – 4) > 15
24
4n > 15 + 4 n > 4,75 n > 5
Dari perhitungan menggunakan rumus Federer didapatkan jumlah sampel dalam setiap perlakuan yaitu 5 ekor (Muqqorobin, 2014). Pembagian kelompok perlakuan tersebut yaitu:
No. Kelompok
Hewan Perlakuan
Jumlah Mencit (Ekor) 1. K (-) Kontrol negatif (kelompok yang diberi
pakan standar hingga akhir penelitian) 5 2. K (+)
Kontrol positif (kelompok yang hanya diinduksi dengan aloksan 8 mg/g bb tanpa diberikan bahan uji).
5
3. P1
Kelompok yang diinduksi dengan aloksan 8 mg/g bb dan diberi ekstrak etanol daun songgolangit dengan dosis 0,45 mg/g bb/hari selama 14 hari secara oral.
5
4. P2
Kelompok yang diinduksi dengan aloksan 8 mg/g bb dan diberi ekstrak etanol daun songgolangit dengan dosis 0,9 mg/g bb/hari selama 14 hari secara oral.
5
5. P3
Kelompok yang diinduksi dengan aloksan 8 mg/g bb dan diberi ekstrak etanol songgolangit dengan dosis 1,8 mg/g bb/hari selama 14 hari secara oral.
5
3.4 Pelaksanaan Penelitian
3.4.1 Pembuatan Ekstrak Etanol Daun Songgolangit
Daun songgolangit (Tridax procumbens L.) yang digunakan didapatkan dari daerah Padang Cermin, Kabupaten Pesawaran, Provinsi Lampung. Kriteria inklusi dari daun songgolangit yang digunakan yaitu daun yang berwarna hijau, segar, dan tidak
25
berlubang atau berjamur. Kriteria eksklusi yaitu daun yang tidak segar atau layu, berwarna kuning, serta daun yang berlubang dan berjamur, sehingga dalam penelitian ini menggunakan sampel daun songgolangit yang memenuhi kriteria inklusi.Tahapan ekstraksi daun songgolangit dapat dilihat pada Gambar 9.
3.4.2 Persiapan Hewan Uji (Aklimatisasi)
Dalam penelitian ini digunakan 25 ekor mencit (Mus musculus L.) jantan berumur lebih kurang 3-4 bulan dengan berat rata-rata 30-40 Daun songgolangit dikeringkan selama 24 jam, kemudian dioven
dengan suhu 40oC selama 24 jam
Daun songgolangit yang telah kering kemudian dihaluskan hingga berbentuk serbuk/simplisia
Serbuk daun songgolangit dimaserasi menggunakan pelarut etanol 96% selama 3 x 24 jam
Dilakukan penyaringan maserat menggunakan corong Buchner hingga diperoleh filtrat
Filtrat dipekatkan menggunakan rotary evaporator pada suhu 50oC hingga diperoleh ekstrak kental, kemudian dimasukkan ke
oven dengan suhu 40oC untuk pengeringan sisa pelarut yang terdapat pada ekstrak hingga diperoleh dalam bentuk pasta Gambar 9. Tahapan Ekstraksi Daun Songgolangit (Tridax
procumbens L.)
Daun songgolangit dipilih yang terbaik dan dicuci dengan air mengalir
26
g dibagi menjadi 5 perlakuan. Masing-masing perlakuan terdiri dari 5 ekor mencit. Mencit dipelihara di dalam kandang beralaskan sekam berukuran 20 cm x 30 cm dengan penutup kandang berbahan kawat yang dilengkapi wadah pakan dan air minum.
Sebelum penelitian dimulai, hewan uji diaklimatisasi selama 1 minggu, serta diberi makan pelet dan minum secara ad libitum (sampai sekenyang-kenyangnya).
Jenis Uji Perlakuan Indikator
Terpenoid 0,5 ml sampel + 0,5 ml asam asetat glacial + 0,5
ml H2SO4
Terbentuk warna menjadi merah atau
kuning Flavonoid 0,5 ml sampel + 0,5 g
fragmen logam Mg + 5 ml HCl pekat (tetes demi
tetes)
Terbentuk warna magenta, berbusa
Alkaloid 3 ml sampel + 5 tetes iodium encer
Terbentuk warna biru Steroid 0,5 ml sampel + 0,5 ml
Ac2O + 0,5 ml H2SO4
Terbentuk warna dari ungu menjadi biru
atau hijau
Tanin 5 ml sampel + 5 tetes
timbal asetat 10%
Terbentuk endapan kuning atau merah Saponin 0,5 ml sampel + 20 ml
akuades, dikocok 15 menit
Terbentuk buih setebal 1 cm 3.4.3 Pengujian Fitokimia Ekstrak Etanol Daun Songgolangit
(Tridax procumbens L.)
Pengujian fitokimia bertujuan untuk mengetahui senyawa metabolit sekunder dari suatu ekstrak tanaman. Prosedur pengujian fitokimia dilakukan dengan menggunakan protokol uji standar yang
diidentifikasi dengan karakteristik perubahan warna (Kushwaha et al., 2019). Prosedur pengujian fitokimia dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Prosedur Pengujian Fitokimia
27
3.4.4 Penginduksian Senyawa Aloksan
Aloksan yang digunakan untuk membuat keadaan hiperglikemia yaitu pada dosis 160 mg/g bb. Menurut Nurfitri et al. (2018) pemberian aloksan dosis 160 mg/g bb efektif membuat mencit menjadi hiperglikemia. Proses pengondisian mencit menjadi hiperglikemia dimulai dengan mempuasakan mencit jantan selama
± 6-8 jam. Kemudian mencit diukur kadar glukosa darah dan berat badannya menggunakan glukometer dan timbangan digital untuk dijadikan kadar glukosa darah dan berat badan awal. Pemeriksaan glukosa darah dilakukan dengan cara mengambil sampel darah pada bagian pembuluh darah vena di ekor menggunakan jarum suntik. Dua jam berikutnya, setelah luka pada ekor mengering, mencit diinduksi aloksan secara subkutan di bagian tengkuk.
Aloksan yang dipakai sebelumnya dilarutkan menggunakan 0,3 ml aqua pro injection. Pengukuran kadar glukosa darah dan berat badan ke-2 dilakukan setelah 6 hari penginduksian aloksan.
Setelah 24 jam induksi, mencit diberi 0,3 ml air gula 5% secara oral untuk mencegah terjadinya hipoglikemia yang fatal. Untuk melihat pengaruh pemberian aloksan pada mencit, dilakukan optimasi larutan selama 6 hari. Mencit dengan kadar glukosa >200 yang akan digunakan dalam penelitian ini. Setelah positif mengalami kenaikan kadar glukosa darah maka mencit diberikan perlakuan selama 14 hari.
3.4.5 Pemberian Ekstrak Etanol Daun Songgolangit (Tridax procumbens L.)
Mencit yang telah mengalami hiperglikemia diberikan ekstrak etanol daun songgolangit selama 14 hari dengan dosis sebanyak
28
125 mg/kg, 250 mg/kg, dan 500 mg/kg. Dosis ini mengacu pada penelitian Hermant et al. (2009) yang menyebutkan bahwa
pemberian ekstrak etanol songgolangit dengan dosis 250 mg/kgBB dan 500 mg/kgBB pada tikus wistar secara oral dapat menurunkan kadar glukosa darah. Pada penelitian Amagbegnon et al. (2021), menyebutkan bahwa pemberian ekstrak etanol daun songgolangit selama 14 hari dapat menurunkan kadar glukosa darah pada tikus wistar.
Penentuan dosis ekstrak etanol daun songgolangit didasarkan hasil konversi tikus ke mencit dengan perhitungan dalam penelitian yang dilakukan Wahyuni (2016). Pada penelitian ini perhitungan dosis yang digunakan sebagai berikut.
1. Perhitungan dosis ekstrak daun songgolangit 125 mg/kgbb Dosis ekstrak daun songgolangit pada tikus= 125 mg/kgbb Berat badan tikus yang umum digunakan = 200 g
Konversi tikus ke mencit 20g = 0,14 Maka,
x 125 mg =
x 125 mg
= 25 mg/200 g bb tikus Kemudian di konversikan ke mencit,
= 25 mg x 0,14
= 3,5 mg/20 g bb mencit
Mencit yang digunakan memiliki rerata berat 30 g sehingga perhitungan dosis yang akan digunakan selanjutnya disesuaikan dengan berat badan mencit.
=
x 3,5 mg
= 6,3 mg/30g bb mencit atau 0,45 mg/30 g bb/hari selama 14 hari.
2. Perhitungan dosis ekstrak daun songgolangit 250 mg/kgbb Dosis ekstrak daun songgolangit pada tikus= 250 mg/kg BB
29
Berat badan tikus yang umum digunakan = 200 g Konversi tikus ke mencit 20g = 0,14 Maka,
x 250 mg =
x 250 mg
= 50 mg/200 g bb tikus Kemudian di konversikan ke mencit,
= 50 mg x 0,14
= 7 mg/20 g bb mencit
Mencit yang digunakan memiliki rerata berat 30 g.
=
x 7 mg
= 12,6 mg/30g bb mencit atau 0,9 mg/30 g bb/hari selama 14 hari.
3. Perhitungan dosis ekstrak daun songgolangit 500 mg/kgbb Dosis ekstrak daun songgolangit pada tikus= 500 mg/kg BB Berat badan tikus yang umum digunakan = 200 g
Konversi tikus ke mencit 20g = 0,14 Maka,
x 500 mg =
x 500 mg
= 100 mg/200 g bb tikus Kemudian di konversikan ke mencit,
= 100 mg x 0,14
= 14 mg/20 g bb mencit
Mencit yang digunakan memiliki rerata berat 30 g.
=
x 14 mg
= 25,2 mg/30g bb mencit atau 1,8 mg/30 g bb/hari selama 14 hari.
3.4.6 Nekropsi dan Pengambilan Sampel Organ Jantung
Pembedahan (nekropsi) dilakukan pada hari ke 21 atau akhir penelitian. Nekropsi dilakukan setelah mencit dibius dengan
30
kloroform. Saat nekropsi, organ jantung mencit diambil dan dicuci dengan larutan ringer atau cairan infus agar darah yang menempel hilang, lalu diletakkan di atas alumunium foil kemudian ditimbang menggunakan timbangan digital untuk diukur indeks organ jantung.
Selanjutnya dimasukkan ke dalam wadah sampel yang berisi buffer formalin 10% agar terfiksasi.
3.4.7 Pembuatan Preparat Histologi Jantung
Setelah dilakukan pembedahan pada mencit kemudian dilakukan pembuatan preparat sayatan jantung dengan parafin dan perwarnaan Hematoxylin-Eosin. Proses pembuatan preparat histologi terdiri dari beberapa tahapan yaitu tahap fiksasi, tahap dehidrasi, tahap
embedding, tahap cutting, tahap staining, dan tahap mounting.
1. Fiksasi
Langkah awal yang dilakukan yaitu fiksasi yang bertujuan untuk mematikan sel dan mengeraskan jaringan secara cepat, sehingga jaringan tidak mengalami autolisis atau pembusukan. Potongan organ jantung yang dipilih dimasukkan ke dalam larutan fiksatif formalin 10% dengan volume 20 kali volume organ. Fiksasi dilakukan minimal selama 24 jam. Kemudian setelah difiksasi organ jantung dicuci dengan air mengalir.
2. Dehidrasi, clearing, dan infiltrasi
Proses dehidrasi dimulai dengan memotong organ jantung menjadi ukuran yang lebih kecil ± 3 mm dan dimasukkan kedalam
embedding cassette. Kemudian dilakukan perendaman
menggunakan alkohol bertingkat pada konsentrasi 80% dan 90%
berturut-turut selama 2 jam. Selanjutnya dilakukan perendaman
31
dalam alkohol 95%, alkohol absolute I, II, III selama 1 jam. Tahap berikutnya yaitu clearing untuk membersihkan sisa-sisa alkohol dengan merendam embedding cassette dalam larutan xylol I, II, dan III masing-masing selama 1 jam. Infiltrasi dilakukan dengan menggunakan parafin I, II, dan III masing-masing selama 2 jam.
3. Embedding
Parafin cair disiapkan dan dimasukkan kedalam cangkir logam, kemudian dimasukkan ke dalam oven pada suhu diatas 58oC dan dituangkan ke dalam pan yang berisi organ jantung hingga
terendam seluruhnya dan membentuk suatu blok. Selanjutnya blok parafin didinginkan dan dimasukkan ke dalam freezer suhu 4˚C untuk melepaskan parafin yang berisi potongan organ dari pan.
Blok parafin dipotong sesuai dengan letak jaringan menggunakan skapel dan siap dipotong menggunakan mikrotom.
4. Cutting
Pemotongan dilakukan pada ruangan dingin dan dengan ketebalan sayatan 4 µm. Hasil pemotongannya berupa pita jaringan tipis.
Kemudian pita jaringan diapungkan pada air untuk menghilangkan kerutan pada jaringan, lalu dipindahkan ke dalam waterbath selama beberapa detik hingga mengembang sempurna. Setelah itu, pita jaringan diambil dengan object glass (slide) bersih dan
ditempatkan pada bagian sepertiga atas object glass. Slide yang berisi jaringan ditempatkan pada inkubator (suhu 37˚C) selama 24 jam hingga jaringan melekat sempurna.
32
6. Mounting
Setelah proses pewarnaan selesai, slide jaringan diletakkan diatas tisu dan ditetesi dengan kanada balsam agar preparat dapat bertahan lama kemudian ditutup dengan cover glass. Jangan sampai terbentuk gelembung udara pada preparat histologi jantung saat melakukan proses mounting.
7. Pengamatan Preparat Histologi Jantung dengan Mikroskop
Preparat histologi jantung mencit diperiksa dan diamati pada lima lapang pandang di bawah mikroskop binokuler dengan perbesaran 400 kali.
5. Staining
Staining atau pewarnaan dimulai dengan perendaman dalam larutan xylol I, II, III, masing-masing selama 5 menit dilanjutkan dengan perendaman dalam alkohol absolut I,II, III masing-masing selama 5 menit. Perendaman selanjutnya yaitu menggunakan aquades selama 1 menit. Potongan organ dimasukkan ke dalam larutan pewarnaan Hematoxylin Eosin selama 20 menit. Slide jaringan dimasukkan ke dalam aquades selama 1 menit dengan sedikit menggoyang-goyangkan organ agar merata. Slide jaringan dicelupkan dalam asam alkohol sebanyak 2-3 celupan, lalu dibersihkan dalam aquades bertingkat masing-masing 15 menit, dimasukkan dalam eosin selama 2 menit dan berturut-turut dimasukkan dalam alkohol 96% selama 2 menit, alkohol 96%, alkohol III dan IV masing-masing selama 3 menit. Terakhir, slide jaringan dimasukkan ke dalam xylol IV dan V masing- masing selama 5 menit.
33
3.5 Diagram Alir Penelitian
25 ekor mencit jantan dengan umur 3-4 bulan dengan bobot badan 30- 40 g diaklimatisasi (adaptasi) selama 7 hari. Melakukan persiapan
bahan uji dan uji fitokimia ekstrak etanol daun songgolangit.
Pengambilan sampel darah, pengukuran berat badan dan glukosa darah awal awal mencit
5 ekor mencit kontrol negatif
K (-)
5 ekor mencit perlakuan 3
P3 5 ekor
mencit perlakuan 2
P2 5 ekor
mencit perlakuan 1
P1 5 ekor mencit
kontrol positif K (+)
Penginduksian aloksan pada bagian pankreas mencit dengan dosis 8 mg/g bb sampai mencit mengalami hiperglikemia Tidak diinduksi
aloksan
K (-) Pemberian
pakan dan minum standar hingga akhir
penelitian
K (+) Pemberian
pakan dan minum standar hingga
akhir penelitian
P1 Pemberian ekstrak etanol
daun songgolangit dosis 0,45 mg/g
bb/hari selama 14 hari
P2 Pemberian ekstrak etanol
daun songgolangit dosis 0,9 mg/g bb/hari selama
14 hari
P3 Pemberian ekstrak etanol
daun songgolangit dosis 1,8 mg/g bb/hari selama
14 hari
Analisis Data
Pengukuran berat badan, pembedahan, pengambilan organ jantung, pengukuran indeks organ jantung mencit, pembuatan dan pengamatan preparat histologi jantung di laboratorium
Gambar 10. Diagram Alir Penelitian
34
3.6 Parameter Penelitian
Parameter yang diamati dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut.
3.6.1 Pengukuran Berat Badan
Pengukuran berat badan dilakukan dengan menggunakan timbangan digital pada hari ke-0, ke-6, ke-14, dan ke-21 untuk melihat
perubahan yang terjadi pada berat badan mencit pada masing-masing perlakuan sebelum dan sesudah diberi perlakuan. Persentase berat badan mencit dihitung dengan membandingkan berat badan hari ke- 21 terhadap berat badan hari ke-6.
3.6.3 Pengamatan Histologi Jantung
Beragam perubahan abnormal struktur histologi jantung mencit bisa dilihat dengan cara mengamati kerusakan jaringan preparat histologi jantung mencit pada semua kelompok perlakuan. Skoring histologi jantung terdapat pada Tabel 2 (Billingham et al., 1978).
3.6.2 Pengukuran Indeks Organ Jantung
Pengukuran organ jantung dilakukan setelah mencit dilakukan nekropsi pada hari ke-21. Organ jantung diambil dan dimasukkan dalam larutan ringer, kemudian ditimbang dengan neraca analitik dan dihitung nilai indeks organ jantung dengan rasio antara berat basah jantung mencit dan berat badan akhir mencit (Hervidea dkk., 2018).
35
Tabel 2. Skoring Histologi Jantung
Skor Keterangan
0 Tidak ditemukan perubahan histologis (normal)
0.5 Tidak sepenuhnya normal, tetapi tidak ditemukan adanya bukti kerusakan
1 Jumlah sel miosit nekrosis <5% dari seluruh miosit yang diamati 1,5 Jumlah sel miosit nekrosis 6-15% dari seluruh miosit yang diamati
2 Jumlah sel miosit nekrosis 16-25% dari seluruh miosit yang diamati, dimana nekrosis sel miosit terjadi pada satu fasikel (cluster)
2,5 Nekrosis sel miosit 26-35% dari seluruh miosit yang diamati, dimana beberapa diantaranya mengalami vakuolisasi
3 Nekrosis sel miosit >35% nekrosis terjadi merata di semua bagian (difusse)
3.7 Analisis Data
Analisis data histologi dilakukan secara kualitatif deskriptif dengan membandingkan gambaran histologi dari masing-masing kelompok, sedangkan data kuantitatif seperti berat badan dan indeks organ jantung dianalisis secara statistik menggunakan program IBM SPSS Statistics 26.0.
Urutan diawali dengan uji normalitas dengan α (nilai signifikan) = 0,05.
Apabila hasil uji normalitas menunjukkan p< α maka data tersebut diujikan lagi dengan uji normalitas dengan transformasi. Kemudian jika p masih kurang dari 0,05 pada uji homogenitas, dilakukan uji non parametrik Kruskal-Wallis dan dilanjutkan uji Wilcoxon-Mann-Whitney. Namun, jika p>0,05 pada uji normalitas, maka dilanjutkan dengan uji homogenitas, uji parametrik dengan metode statistik ANOVA (Analysis of Variance), dan uji lanjut LSD (Least Significant Difference) pada taraf nyata 5%.
57
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat diambil
kesimpulan bahwa pemberian ekstrak etanol daun songgolangit (Tridax procumbens L.) terhadap mencit (Mus musculus L.) yang diinduksi aloksan, dapat:
1. Meningkatkan berat badan dengan persentase peningkatan rata-rata berat badan tertinggi pada dosis 1,8 mg/g bb/hari sebesar 5,23%.
2. Menurunkan indeks organ jantung mencit dengan nilai terendah pada dosis 1,8 mg/g bb/hari sebesar 0,0080 mg.
3. Memperbaiki tingkat kerusakan histologi sel otot jantung dengan skoring jantung sebesar 1,1.
5.2 Saran
Untuk memperoleh hasil yang lebih baik, penulis menyarankan:
1. Melakukan penelitian lebih lanjut tentang dosis dan lama pemberian ekstrak etanol daun songgolangit (Tridax procumbens L.) yang lebih bervariasi untuk mengetahui dosis optimum dan dosis toksik ekstrak etanol daun songgolangit serta pengaruhnya terhadap histologi otot jantung mencit (Mus musculus L.).
2. Melakukan kombinasi ekstrak etanol daun songgolangit dengan obat antidiabetes lain seperti metaformin atau taurin untuk mendapatkan hasil yang lebih baik.