i
PENGARUH LITERASI KEUANGAN, LINGKUNGAN BISNIS DAN LAMA USAHA TERHADAP INKLUSI KEUANGAN DENGAN
FINANCIAL TECHNOLOGY SEBAGAI PEMODERASI (Studi Kasus pada UMKM Kuliner Di Bandar Lampung)
(Skripsi)
Oleh:
Sarah Laura Dorkas NPM 1816051042
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG 2022
ABSTRAK
PENGARUH LITERASI KEUANGAN, LINGKUNGAN BISNIS DAN LAMA USAHA TERHADAP INKLUSI KEUANGAN
DENGAN FINANCIAL TECHNOLOGY SEBAGAI PEMODERASI (Studi Kasus pada UMKM Kuliner di Bandar Lampung)
Oleh
Sarah Laura Dorkas
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat inklusi keuangan pada UMKM sektor kuliner di Bandar Lampung dengan menggunakan financial technology. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah kombinasi dari Theory Planned Behavior (TPB) dan Technology Accaptence Model (TAM) sebagai acuan teoritis. Jenis penelitian ini adalah kuantitatif dengan purposive sampling dengan teknik pengambilan sampel menggunakan metode survei melalui penyebaran kuesioner kepada 100 responden.
Alat analisis yang digunakan ialah menggunakan software SmartPLS. Hasil pengujian secara empiris menunjukan tingkat inklusi keuangan dipengaruhi secara positif dan signifikan oleh literasi keuangan, lama usaha, dan financial technology.
Kata kunci: literasi keuangan; lingkungan bisnis; lama usaha; financial technology; inklusi keuangan
iii
ABSTRACT
THE EFFECT OF FINANCIAL LITERACY, BUSINESS ENVIRONMENT AND BUSINESS LENGTH ON FINANCIAL INCLUSION
WITH FINANCIAL TECHNOLOGY AS A CODING (Case Study on Culinary MSMEs in Bandar Lampung)
By
Sarah Laura Dorkas
This study aims to determine the influence of factors that affect the level of financial inclusion in the culinary sector MSMEs in Bandar Lampung using financial technology. The theory used in this study is a combination of Theory Planned Behavior (TPB) and Technology Accaptence Model (TAM) as a theoretical reference. This type of research is quantitative with purposive sampling with sampling techniques using the survey method through the distribution of questionnaires to 100 respondents. The analysis tool used is to use SmartPLS software. Empirical testing results show that the level of financial inclusion is positively and significantly influenced by financial literacy, length of business, and financial technology.
Keywords: financial literate, business environment, length of business, financial technology, financial inclusion
Oleh
Sarah Laura Dorkas
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar Sarjana Ilmu Administrasi Bisnis
Pada
Jurusan Ilmu Administrasi Bisnis
Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Lampung
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG 2022
Judul Skripsi : PENGARUH LITERASI KEUANGAN,
LINGKUNGAN BISNIS, DAN LAMA USAHA TERHADAP INKLUSI KEUANGAN DENGAN FINANCIAL TECHNOLOGY SEBAGAI PEMODERASI (Studi Kasus Pada UMKM Kuliner di Bandar Lampung)
Nama Mahasiswa : Sarah Laura Dorkas Nomor Pokok Mahasiswa : 1816051042
Jurusan : Ilmu Administrasi Bisnis
Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
MENYETUJUI 1. Komisi Pembimbing
Dr. Suripto, S. Sos., M.A.B.
NIP 196902261999031001
2. Ketua Jurusan Ilmu Administrasi Bisnis
Suprihatin Ali, S.Sos., M.Sc.
NIP 19740918 200112 1 001
1. Tim Penguji
Ketua : Dr. Suripto, S. Sos., M.A.B. :...
Penguji 1 : Mediya Destalia, S.A.B., M.AB. : ...
Penguji 2 : Damayanti, S.A.N., M.A.B. : ...
2. Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Dra. Ida Nurhaida, M.Si.
NIP 19610807 198703 2 001
Tanggal Lulus Ujian Skripsi: 11 Oktober 2022
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Karya tulis saya, Skripsi ini adalah asli dan belum pernah di ajukan untuk mendapatkan gelar akademik (Sarjana), baik di Universitas Lampung maupun perguruan tinggi lainnya.
2. Karya tulis ini murni gagasan, rumusan dan penelitian saya sendiri tanpa bantuan pihak lain, kecuali arahan dari Komisi Pembimbing.
3. Dalam karya tulis ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah ditulis atau dipublikasikan orang lain, kecuali secara tertulis dengan jelas dicantumkan sebagai acuan dalam naskah. dengan disebutkan nama pengarang dan dicantumkan dalam daftar pustaka
4. Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila di kemudian hari terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran dalam pernyataan ini, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar yang telah diperoleh karena karya tulis ini, serta sanksi lainnya sesuai dengan norma yang berlaku diperguruan tinggi.
Bandar Lampung, 17 Oktober 2022 Yang membuat Pernyataan,
Sarah Laura Dorkas
Penulis bernama lengkap Sarah Laura Dorkas yang lahir di Jakarta pada tanggal 4 Juli 2000 merupakan anak pertama dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Frikles Siregar dan Ibu Artaty Naomi. Penulis menempuh jenjang pendidikan pertama di Taman Kanak-Kanak (TK) St.
Yohanes Jakarta lalu melanjutkan pendidikan dasar di Sekolah Dasar (SD) Negeri 03 Pagi Pondok Kelapa, kemudian penulis melanjutkan pendidikannya di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 195 Jakarta dan setelah itu melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Atas (SMA) 59 Jakarta.
Pada tahun 2018, penulis terdaftar dan menempuh pendidikan di Perguruan Tinggi Negeri Universitas Lampung, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Jurusan Ilmu Administrasi Bisnis program Strata Satu (S1) melalui jalur SBMPTN. Selama menempuh pendidikan di Universitas Lampung penulis aktif dalam kegiatan organisasi. Penulis tergabung sebagai anggota aktif Kewirausahaan Ilmu Administrasi Bisnis pada periode 2018/2019. Penulis juga aktif sebagai anggota UKM Kristen periode 2018. Pada tahun 2019-2022, penulis diberi tanggungjawab sebagai anggota pada periode 2019-2020, Sekretaris Divisi 1 pada periode 2020/2021, dan Bendahara UKM pada periode 2021-2022.
Pada tahun 2021, penulis mengikuti kegiatan Kuliah Kerja Nyata (KKN) selama 40 hari di Kelurahan Kebon Pala, Kecamatan Makasar, Jakarta. Penulis mengikuti kegiatan Praktik Kerja Lapangan di Perusahaan Agung Transina Raya selama 1,5 bulan. Penulis mengikuti kegiatan Studi Independen Sekolah Ekspor selama 1 semester.
MOTTO
“Manusia tidak memiliki kuasa untuk memiliki apapun yang dia mau, tetapi dia memiliki kuasa untuk tidak mengingini apa yang dia belum miliki, dan dengan
gembira memaksimalkan apa yang dia terima.”
(Filosofi Teras)
“Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku ”
(Filipi 4:13)
“Hidup untuk melayani”
(Dr. Suripto)
Teriring rasa syukur saya untuk nafas kehidupan
dan berkat pada hari-hari yang sudah berlalu, hingga kini penulis mampu menyelesaikan skripsi ini.
Saya persembahkan karya ini untuk:
Orang Tuaku Terkasih.
Bapak Frikles Siregar dan Ibu Artaty Naomi Tobing
Mama dan Papa yang selalu berjuang dan berkorban untuk pencapaian ini.
Terimakasih senantiasa memberi kasih sayang, doa-doa yang mengiringi setiap langkahku.
Keluarga besarku yang selalu mendoakan dan mendukungku demi kesuksesan dan keberhasilanku.
Sahabat-sahabatku yang selalu memberi warna dan motivasi agar saya selalu semangat dan optimis untuk terus maju.
Seluruh dosen jurusan Ilmu Administrasi Bisnis dan staff tata usaha yang telah berjasa dalam membimbing dan mengajarkan banyak pengalaman
berharga selama saya menempuh dunia perkuliahan.
Almamaterku yang sangat kucintai dan kubanggakan
Universitas Lampung
SANWACANA
Terimakasih dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas kuasa dan berkatNya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Pengaruh Literasi Keuangan, Lingkungan Bisnis, dan Lama Usaha terhadap Inklusi Keuangan dengan Financial Technology sebagai pemoderasi (Studi Kasus pada UMKM Kuliner di Bandar Lampung” disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Administrasi Bisnis di Universitas Lampung.
Dalam proses penyusunan skripsi ini, penulis menyadari bahwa telah mendapatkan bimbingan, bantuan, dukungan dan doa dari berbagai pihak. Dengan segala kerendahan hati, penulis ingin menyampaikan terimakasih kepada:
1. Ibu Dra. Ida Nurhaida, M.Si., selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung.
2. Bapak Dr. Dedy Hermawan, M.Si., selaku Wakil Dekan Bidang Akademik dan Kerja Sama Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung.
3. Bapak Dr. Arif Sugiono, S.Sos., M.Si., selaku Wakil Dekan Bidang Umum dan Keuangan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung.
4. Bapak Dr. Roby Cahyadi Kurniawan, M.Si., selaku Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan dan Alumni Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung.
5. Bapak Suprihatin Ali, S.sos., M.Sc., selaku Ketua Jurusan Ilmu Administrasi Bisnis Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung.
6. Bapak Dr. Kusuyatmono Bagus Wardianto, S.Sos., M.A.B, selaku Sekretaris Jurusan Ilmu Administrasi Bisnis Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung.
7. Bapak A. Efendi selaku Dosen Pembimbing Akademik Jurusan Imu Administrasi Bisnis Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Lampung yang telah membimbing dan mengarahkan penulis dalam proses akademik
dalam dunia perkuliahan dan menjadikan saya pribadi yang lebih baik. Suatu kebanggaan bagi saya dapat dibimbing oleh Bapak.
9. Ibu Mediya Destalia., S.A.B., M.A.B, selaku dosen penguji pertama yang telah memberikan kritik, arahan dan motivasi kepada penulis dengan penuh kesabaran hingga proses penyusunan skripsi terselesaikan dengan baik.
10. Ibu Damayanti., S.A.N., M.A.B, selaku dosen penguji kedua yang telah memberikan kritik, arahan, saran serta motivasi yang sangat membangun sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
11. Seluruh dosen dan staff Jurusan Ilmu Administrasi Bisnis yang tidak dapat saya sebutkan satu per satu. Terimaasih atas ilmu yang bermanfaat yang telah diberikan.
12. Kepada Papa, Frikles Siregar dan Mama, Artaty Naomi. Terimakasih penulis ucapkan untuk segala doa, dukungan, bantuan. Perjuangan dan pengorbanan yang tak terbatas hingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini.
Terimakasih juga teruntuk adikku Andrew dan Nobel untuk segala dukungannya.
13. Keluarga besarku, keluarga besar dari papa dan mama, terimakasih untuk motivasi dan doa yang selalu diberikan.
14. Kepada Winda Hasdita yang sudah selalu ada untuk diriku, mewarnai hari-hari dan selalu membantu dalam segala kesulitan.
15. Kepada para sobat Temenin Mandi Novita, Dea, Evelyn, Yemima untuk sukacita dan dukacita yang hadir dan selalu bersama.
16. Kepada Bestie Seperbambangan (Mute, Dona, Ima, Sonya, dan Wafi) yang selalu memberi support, canda tawa dari mahasiswa baru hingga kini.
Terimakasih sudah selalu ada dalam setiap momen di perkuliahan ini walaupun diriku adalah si kura-kura. I love u guys more than u know, I’m so blessed to have u guys.
17. Teruntuk Sobat Kata (Trizka, Sonya, dan Winda) yang sudah menemani hari- hariku menjadi mahasiswa akhir, sukses kita.
18. Para adik-adik tercinta Trivena, Jessica, dan Maringan yang selalu memberikan sukacita, doa, semangat, dan menjaga kewarasanku pada masa-masa sulit.
19. Kepada Daniel Agusto, Herlambang, Sisil, Rivaldo, Denisa, Rexi, Andi, Indah, Grace, Chatrine, Witri, Pei, Daud, Jeremy, David, Regina untuk canda tawa yang dihadirkan.
20. Kepada Daniel Agusto selaku sarlau’s diary dan juga menjadi teman dalam berbagai hal.
21. Keluarga besar UKM Kristen Universitas Lampung yang sudah menjadi rumah dan juga tempat aku mengasah diriku hingga aku sampai di titik ini.
22. Teman-teman jurusan Ilmu Administrasi Bisnis 2018. Indah, Pei, Destri, Dian, Witri, dll.
Bandar Lampung 17 Oktober 2022 Penulis,
Sarah Laura Dorkas
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI ... iii
DAFTAR TABEL ... iv
DAFTAR GAMBAR ... v
I. PENDAHULUAN ... 1
1.1. Latar Belakang ... 7
1.2. Rumusan Masalah ... 8
1.3. Tujuan Penelitian ... 8
1.4. Manfaat Penelitian ... 9
II. TINJAUAN PUSTAKA ... 10
2.1. Theory of Planned Behavior ... 10
2.1.1. Attitude Toward The Behavior ... 10
2.1.2. Norma Subjektif ... 11
2.1.3. Persepsi Kontrol Perilaku ... 12
2.2. Teori Technology Acceptance Model (TAM) ... 12
2.2.1. Perceived Useful ... 13
2.2.2. Perceived Easy of Use ... 13
2.2.3. Perceive Risk ... 13
2.3. Inklusi Keuangan ... 13
2.3.1. Pengertian Inklusi Keuangan ... 13
2.3.2. Tujuan Inklusi Keuangan ... 14
2.3.3. Prinsip-prinsip Inklusi Keuangan ... 15
2.3.4. Indikator Inklusi Keuangan ... 17
2.4. Literasi Keuangan ... 17
2.4.1. Pengertian Literasi Keuangan ... 17
2.4.2. Aspek-Aspek Literasi Keuangan ... 18
2.5. Financial technology ... 18
2.5.1. Pengertian Financial technology ... 18
2.5.2. Tipe-tipe Financial technology ... 19
2.5.3. Landasan Hukum di Indonesia ... 20
2.6. Lingkungan Bisnis ... 21
2.7. Lama Usaha ... 23
2.8. Tinjauan Pustaka Mengenai Hubungan Antar Variabel ... 24
2.8.1. Hubungan Antara Literasi Keuangan terhadap Inklusi Keuangan ... 24
2.8.2. Hubungan Antara Lingkungan terhadap Inklusi Keuangan ... 24
2.8.3. Hubungan Antara Lama Usaha terhadap Inklusi Keuangan ... 25
vii
2.8.4. Hubungan Antara Literasi Keuangan terhadap Inklusi Keuangan
dengan Financial technology sebagai pemoderasi ... 25
2.8.5. Hubungan Antara Lingkungan terhadap Inklusi Keuangan dengan Financial technology sebagai pemoderasi ... 26
2.8.6. Hubungan antara Lama Usaha terhadap Inklusi Keuangan dengan Financial technology sebagai Pemoderasi ... 27
2.9. Penelitian Terdahulu ... 29
2.10. Kerangka Pemikiran ... 31
III. METODE PENELITIAN ... 33
3.1. Jenis Penelitian ... 33
3.2. Populasi dan Sampel ... 33
3.3. Definisi Operasional ... 34
3.4. Skala Pengukuran ... 36
3.5. Sumber Data ... 36
3.5.1. Data Primer ... 37
3.5.2. Data Sekunder ... 37
3.6. Teknik Pengumpulan Data ... 37
3.6.1. Kuisioner ... 37
3.7. Teknik Analisis Data... 37
3.7.1. Analisis Deskriptif ... 37
3.8. Uji Model Pengukuran (Outer Model) ... 37
3.9. Uji Model Struktural (Inner Model) ... 38
3.10. Uji Hipotesis ... 38
3.10.1. Analisis Koefisien Jalur ... 38
IV. HASIL PENELITIAN ... 39
4.1. Gambaran Umum Objek Penelitian ... 39
4.2. Hasil Analisis Data ... 42
4.2.1. Analisis Statistik Deskriptif ... 42
4.2.2. Evaluasi Metode Pengukuran ... 49
4.2.3. Pengujian Model Structural ... 52
4.2.4. Pengujian Hipotesis ... 53
4.3. Pembahasan ... 55
4.3.1. Pengaruh Literasi Keuangan Terhadap Inklusi Keuangan ... 55
4.3.2. Pengaruh Lingkungan bisnis Terhadap Inklusi Keuangan ... 57
4.3.3. Pengaruh Lama Usaha Terhadap Inklusi Keuangan ... 58
4.3.4. Pengaruh Financial Technology Terhadap Inklusi Keuangan ... 59
4.3.5. Pengaruh Literasi Keuangan Melalui Pemoderasi Terhadap Inklusi Keuangan ... 61
4.3.6. Pengaruh Lingkungan Bisnis melalui Pemoderasi Terhadap Inklusi Keuangan ... 63
4.3.7. Pengaruh Lama Usaha Melalui Pemoderasi Terhadap Inklusi Keuangan ... 64
V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 66 DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel---Halaman
Tabel 1 Penelitian Terdahulu ... 28
Tabel 2 Definisi Operasional ... 34
Tabel 3 Skala Likert ... 36
Tabel 4 Gambaran Umum Objek Penelitian ... 39
Tabel 5 Hasil Analisis Statistik Deskriptif ... 48
ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Literasi Keuangan dan Inklusi Keuangan di Indonesia... 3
2. Literasi dan Inklusi Keuangan di Lampung ... 4
3. Kerangka Pemikiran ... 32
4. Rumus Slovin ... 34
5. Jenis Kelamin Responden ... 42
6. Tingkat Pendidikan Responden ... 43
7. Usia Responden ... 43
8. Lama Usaha Responden ... 44
9. Aset Usaha Responden ... 46
10. Omset Usaha Responden ... 46
11. Lokasi Usaha Responden ... 47
12. Outer Loading ... 49
13. Estimasi Ulang Outer Loading ... 50
14. Discriminant Validity ... 51
15. Construct Reliability dan Validity ... 52
16. R-Square ... 53
17. Bootstrapping ... 53
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pada saat ini transformasi digital sedang menjadi tren, hal ini ditandai dengan era industri 4.0. Keberlangsungan ekonomi suatu negara menjadi jawaban terhadap tantangan di era globalisasi dan pesatnya arus informasi, sehingga tren ini menjadi pemicu inovasi, produktivitas, efisiensi, dan kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan akses informasi, pengetahuan, dan data. Internet adalah infrastruktur yang memengaruhi transformasi digital, terutama dalam keberlangsungan ekonomi digital. Konsep ekonomi digital dipahami dan diterapkan dalam bisnis yang berbasis teknologi informasi melalui internet.
Pertumbuhan ekonomi ialah salah satu syarat dalam pembangunan, tetapi hal tersebut tidak cukup untuk mencapai kemajuan dan pemerataan secara berkeadilan, sehingga untuk memperlengkapinya perlu adanya pertumbuhan inklusif (Nuryanto, 2020). Pada masa ini kebijakan ekonomi secara global berfokus untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang kompleks dan menyeluruh dengan strategi perluasan inklusi keuangan. Berkaitan dengan strategi tersebut, menurut Sibarani pada tahun 2019 untuk meningkatkan inklusi keuangan diperlukan pengetahuan terkait literasi keuangan.
Literasi keuangan adalah pemahaman individu terkait keuangan dalam rupa sikap dan perilaku dalam pengambilan keputusan dan pengelolaan keuangan secara efektif untuk mencapai kesejahteraan (OJK, 2021). Literasi keuangan juga penting bagi pelaku usaha mikro dan kecil sebagai penentuan keputusan bisnis yang rasional untuk mencapai kesejahteraan keuangan (Tan & Syahwildan, 2022).
Literasi keuangan bagi UMKM sangat penting karena dengan pengetahuan,
2
keterampilan dan sikap terhadap keuangan dapat membuat pilihan dan keputusan keuangan (Okello, Ntayi, Munene, & Malinga, 2017).
Berdasarkan pemahaman literasi keuangan, pengetahuan keuangan yang dimiliki seorang individu dapat akan berdampak pada pengelolaan keuangan. pengelolaan keuangan atau manajemen keuangan merupakan salah satu aspek yang penting dalam perkembangan UMKM. Dengan melakukan perencanaan dan pengelolaan keuangan, pelaku UMKM dapat mengetahui kondisi keuangan usaha yang sedang dijalankan sebagai dasar pengambilan keputusan dalam aspek keuangan (Raharjo, et al., 2022).
Salah satu kecerdasan yang harus dimiliki oleh manusia pada saat ini ialah kecerdasan finansial. Kecerdasan finansial yang dimaksud ialah kemampuan dalam mengelola aset keuangan pribadi, hal tersebut tidak hanya berlaku untuk pribadi saja namun juga bagi pengembangan usaha mikro kecil menengah (UMKM).
Tingkat literasi keuangan yang tinggi akan berdampak pada pengembangan UMKM, dimana para pelaku UMKM dapat memahami konsep dasar produk keuangan, perencanaan keuangan, pengelolaan keuangan, serta pelaku UMKM dapat terlindung dari penipuan atau hal yang tidak sehat dalam pasar keuangan (Septiani, 2020).
Menurut Klapper et al. (2015) dan sekitar 3,5 miliar penduduk di dunia yang buta terhadap finansial, 2 miliar penduduk tidak memiliki rekening bank dan 1,5 miliar penduduk tidak membuka rekening bank. Hal ini tidak hanya terjadi di negara- negara berkembang namun terjadi juga pada negara maju seperti AS. Berdasarkan Survei Nasional Literasi Keuangan dan Inklusi Keuangan Indonesia yang dilakukan oleh Otoritas Jasa Keuangan pada tahun 2019 ialah sebagai berikut:
Gambar 1. Tingkat Literasi Keuangan dan Inklusi Keuangan di Indonesia
Berdasarkan gambar 1 yaitu terkait gambaran mengenai kondisi literasi keuangan dan inklusi keuangan di Indonesia, dari data di atas pada tahun 2019 Indonesia sudah mampu mencapai target inklusi keuangan yang terdapat pada Peraturan Presiden nomor 82 tahun 2016 tentang Strategi Nasional Keuangan Inklusif (SNKI). Berdasarkan gambar 1 maka pada tahun 2019 terdapat 38 orang dari 100 sudah tergolong dalam well literate. Literasi keuangan di Indonesia pada tahun 2019 ialah sebesar 38%, hal ini berdasarkan pengkategorian Chen & Volpe (1998) tingkat literasi di Indonesia masih tergolong rendah. Tingkat literasi yang rendah ini dapat menyebabkan gagalnya pengelolaan keuangan oleh pelaku UMKM.
Menurut OJK (2016) salah satu hal yang dapat mengatasi penyebab rendahnya tingkat literasi keuangan ialah melalui program perluasan akses keuangan.
Berdasarkan permasalahan yang kompleks tersebut maka pemerintah berfokus pada hal tersebut dan merancangkan kebijakan atau program-program yang memudahkan akses terhadap layanan keuangan(Natalia et al., 2020). Program perluasan akses terhadap layanan keuangan yang memiliki peran untuk mempermudah akses terhadap layanan keuangan ialah inklusi keuangan. Tidak hanya untuk mempermudah akses terhadap layanan keuangan namun inklusi keuangan sendiri dapat mendorong penurunan tingkat kemiskisan dan dapat menjaga stabilitas sistem keuangan (Islamia et al., 2022).
22%
30%
38%
60%
2013 2016 2019
Literasi Keuangan Inklusi Keuangan
4
Gambar 2. Tingkat Literasi Keuangan dan Inklusi Keuangan di Lampung 2019
Berdasarkan gambar 2 dapat diketahui bahwa industri perbankan memiliki tingkat literasi dan inklusi paling tinggi di antara yang lainnya. BErdasarkan data di atas juga dapat menunjukkan ketimpangan penggunaan produk keuangan, dan menunjukkan ketidak merataan penggunaan produk keuangan di Indonesia. Lalu Hutajulu (2019) menyatakan bahwa masih terdapat hambatan dalam penggunaan layanan jasa keuangan bank.
Pandemi Covid-19 yang mulai mewabah di Indonesia sejak Maret 2020 telah memberi dampak perubahan yang sangat besar dalam tatanan dunia dalam berbagai hal. Salah satu aspek yang sangat berdampak ialah aspek ekonomi (Fathiya, 2021).
Dampak pandemi Covid-19 semakin menegaskan bahwa literasi keuangan menjadi kemampuan yang harus dimiliki oleh setiap individu saat ini. Konsep dasar keuangan atau literasi keuangan yang baik sangat diperlukan untuk membuat keputusan pengelolaan keuangan yang baik. Menurut (Lestari, 2015) orang yang mempunyai tingkat literasi keuangan yang rendah akan mudah dibohongi dalam menggunakan uangnya. Sebaliknya orang yang mempunyai tingkat literasi keuangan yang tinggi akan mampu menentukan produk dan jasa keuangan yang sesuai kebutuhan dan terhindar dari aktivitas investasi pada instrumen keuangan yang tidak jelas dan mendapatkan pemahaman mengenai manfaat dan resiko produk jasa keuangan. Tidak hanya itu masyarakat yang well literate akan lebih mudah memahami yang berkaitan dengan industri jasa keuangan yang sesuai
36%
5%
19% 14% 15% 18%
0.1%
74%
2%
13%
6%
15% 12%
0.1%
Perbankan Pasar Modal Asuransi Dana Pensiun
Lembaga Pembiayaan
Pegadaian Lembaga Keuangan Mikro Literasi Keuangan Inklusi Keuangan
Masyarakat yang well literate cenderung memiliki kemampuan pengelolaan keuangan yang lebih baik dalam mendukung kesejahteraan keuangan mereka sehingga dapat mendukung juga pembangunan ekonomi.
Pandemi Covid-19 ini tidak hanya berdampak negatif saja namun dapat juga diambil sebagai hal yang positif yaitu manusia terus memacu diri untuk menciptakan hal-hal baru agar mampu bertahan di tengah pandemi. Perkembangan inovasi teknologi ialah salah satunya, saat ini inovasi dalam teknologi terus dikembangkan dalam segala bidang. Kemajuan teknologi informasi pada saat ini memicu pertumbuhan jumlah para pengguna internet. Dalam dunia bisnis, peranan teknologi menjadi hal yang utama dan menjadi kebutuhan primer bagi wirausaha pada masa ini. Teknologi digital adalah media yang ideal untuk menjangkau pelanggan dalam jumlah yang besar di wilayah yang luas. Teknologi digital ialah salah satunya adalah financial technology (Fajar et al., n.d.)(Fajar, 2021).
Menurut Marginingsih (2021) financial technology memiliki dampak positif selama pandemi covid-19 melanda. Financial technology berkontribusi lebih dalam menghubungkan masyarakat terhadap produk dan layanan jasa keuangan, terutama bagi masyarakat yang tidak memiliki atau tidak terhubung dengan lembaga keuangan formal dalam melakukan transaksi keuangan yang dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari. Pemulihan perekonomian secara nasional pada masa pandemi Covid-19 dapat dilakukan dengan dukungan penguatan regulasi terhadap pertumbuhan financial technology yang inklusif dan berkesinambungan yang memiliki potensi besar bagi industri keuangan. Berdasarkan fenomena masih terdapat hambatan dalam mendapatkan modal terutama pengajuan melalui perbankan (Andayani, Hendri, & Suyanto, 2021). Salah satu fenomena yang terjadi tersebut dengan adanya financial technology dapat meminimalisir hambatan terhadap penggunaan layanan keuangan, melalui financial technology proses pengajuan peminjaman dana tidak serumit perbankan sehingga semua dapat terakses dengan produk atau layanan keuangan sehingga dapat tercapainya inklusi keuangan (Hutajulu, Sijabat, Putri, Retnosari, & Astutik, 2019). Perkembangan
6
financial technology di tengah pandemi ini juga terus mengalami berbagai peluang dan hambatan. Sehingga perlu adanya strategi dan manajemen risiko untuk memaksimalkan peluang dan meminimalisir hambatan (Deliabilda, Putra, &
Riwayadi, 2022). Salah satu pengaruh yang menjadi hambatan dan juga peluang ialah faktor lingkungan.
Lingkungan adalah keadaan sekitar yang memiliki manfaat tertentu bagi individu yang bersangkutan atau bagi individu lainnya (Riskillah, Irawan, & Rachman, 2022). Lingkungan memiliki pengaruh bagi pengguna ataupun penyedia. Penelitian ini UMKM menjadi objek penelitian dan dalam kegiatan bisnis selalu bersangkutan juga dengan lingkungan. Dalam pertumbuhan kinerja UMKM merupakan hasil dua lingkungan bisnis yaitu lingkungan internal dan lingkungan eksternal (Purwanigsih, 2015). Menurut Suhardiah pada tahun 2014 lingkungan bisnis adalah kekuatan, kondisi, peristiwa, keadaan yang saling berhubungan dimana organisasi atau perusahaan mempunyai atau tidak kemampuan untuk mengendalikannya.
Dalam menjalankan sebuah usaha terdapat perbedaan waktu menjalankan usaha.
Menurut Sibarani (2019) perbedaan lama usaha juga berdampak pada tingkat inklusi keuangan. Rentang waktu yang panjang akan memengaruhi pengalaman atau kemahiran seorang pelaku usaha dalam mengelola usahanya. Kemampuan tersebut yang berguna untuk menyusun strategi pengelolaan keuangan agar menjadi optimal dan mampu mendapatkan laba yang tinggis sehingga para pelaku UMKM semakin sejahtera.
Gabor dan Brooks (2017) menunjukkan bahwa revolusi digital menambahkan lapisan baru pada budaya material inklusi keuangan, menawarkan negara cara-cara baru untuk memperluas inklusi yang dapat dibaca, dan keuangan global bentuk- bentuk baru dari profil rumah tangga miskin menjadi generator aset keuangan.
Kemal (2016) menjelaskan bahwa pembayaran pemerintah ke individu dilakukan secara digital. Transisi ke pembayaran elektronik dapat menggabungkan inklusi sosial dengan tujuan inklusi keuangan melalui pemerintah.
kontribusi yang besar terhadap PDB yaitu sekitar 61,1% (Rosa, Idwar, & Abdilla, 2022). Bagi pelaku usaha UMKM penting untuk memahami literasi keuangan dan inklusi keuangan. Hal ini akan berdampak pada pengelolaan keuangan yang akan memberikan dampak terhadap kinerja dan keberlangsungan UMKM (Kusuma, Narulitasari, & Nurohman, 2021). Jenis usaha kuliner adalah bisnis yang sangat menjanjikan karena dapat menghasilkan keuntungan yang sangat tinggi (Haya, Fadila, & Desyantama, 2021). Menurut (Kusuma I. N., 2020) banyak masyarakat Bandar Lampung yang mulai berani menjalankan usaha untuk membantu perekonomian keluarga. Jenis usaha yang dijalankan ialah mayoritas dalam bidang makanan dan fashion.
Melihat data hasil survei yang dilakukan oleh OJK, tingkat literasi keuangan dan inklusi keuangan yang paling tinggi, tetapi masih terdapat kesulitan dalam akses terhadap produk dan jasa keuangan perbankan. Hal ini dapat menyebabkan terhambatnya pengembangan UMKM dan hal ini juga dapat memengaruhi program pemerintah yaitu program keuangan yang inklusif. Produk financial technology yang saat ini sedang menjadi tren dalam proses transaksi di masyarakat yang dimana beragam transaksi dapat dilakukan dimana saja. Dalam penelitian ini yang menjadi objek ialah UMKM pada sektor kuliner, hal ini dikarenakan perkembangan UMKM kuliner dan mampu bertahan di tengah pandemi. Beranjak dari situasi tersebut, maka peneliti tertarik melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Literasi Keuangan, Lingkungan Bisnis dan Lama Usaha terhadap Inklusi Keuangan dengan Financial Technology sebagai Pemoderasi (Studi Kasus pada UMKM Sektor Kuliner di Bandar Lampung).
1.2. Rumusan Masalah
1. Apakah literasi keuangan berpengaruh signifikan terhadap inklusi keuangan pada UMKM kuliner di Bandar Lampung?
2. Apakah lingkungan bisnis berpengaruh signifikan terhadap inklusi keuangan pada UMKM kuliner di Bandar Lampung?
8
3. Apakah lama usaha berpengaruh signifikan terhadap inklusi keuangan pada UMKM kuliner di Bandar Lampung?
4. Apakah financial technology berpengaruh signifikan terhadap inklusi keuangan pada UMKM kuliner di Bandar Lampung?
5. Apakah literasi keuangan berpengaruh signifikan terhadap inklusi keuangan pada UMKM kuliner di Bandar Lampung dengan financial technology sebagai pemoderasi?
6. Apakah lingkungan bisnis berpengaruh signifikan terhadap inklusi keuangan pada UMKM kuliner di Bandar Lampung dengan financial technology sebagai pemoderasi?
7. Apakah lama usaha berpengaruh signifikan terhadap inklusi keuangan pada UMKM kuliner di Bandar Lampung dengan financial technology sebagai pemoderasi?
1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah, tujuan penelitian ini adalah untuk:
1. Mengetahui pengaruh literasi keuangan terhadap inklusi keuangan pada UMKM kuliner di Bandar Lampung.
2. Mengetahui pengaruh lingkungan bisnis terhadap inklusi keuangan pada UMKM kuliner di Bandar Lampung.
3. Mengetahui pengaruh lama usaha terhadap inklusi keuangan pada UMKM kuliner di Bandar Lampung.
4. Mengetahui pengaruh financial technology terhadap inklusi keuangan pada UMKM kuliner di Bandar Lampung.
5. Mengetahui pengaruh literasi keuangan terhadap inklusi keuangan pada UMKM kuliner di Bandar Lampung
6. Mengetahui pengaruh lingkungan bisnis terhadap inklusi keuangan pada UMKM kuliner di Bandar Lampung melalui financial technology sebagai pemoderasi.
7. Mengetahui pengaruh lama usaha terhadap inklusi keuangan pada UMKM kuliner di Bandar Lampung melalui financial technology sebagai pemoderasi.
Manfaat dari penelitian ini adalah 1. Aspek Teoritis
Penelitian ini dapat menambah wawasan pengetahuan dan wawasan khususnya mengenai inklusi keuangan, literasi keuangan dan tingkat pemahaman penggunaan financial technology.
2. Aspek Praktis a. Bagi Peneliti
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sarana yang bermanfaat dalam menambah pengetahuan dan wawasan serta menjadi sarana untuk mengimplementasikan pengetahuan di bidang keuangan khususnya yang berkaitan dengan inklusi keuangan, literasi keuangan, dan financial technology.
b. Bagi UMKM
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan dalam menerapkan sistem pembayaran dan sebagai strategi untuk memperluas usaha.
c. Bagi Pemerintah
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan pemerintah dalam merancangkan strategi pengembangan peningkatan tingkat literasi dan inklusi keuangan pelaku usaha UMKM di Bandar Lampung.
d. Bagi Perusahaan Financial technology
Bagi perusahaan financial technology, diharapkan penelitian ini akan memberikan dorongan untuk tetap memberikan edukasi tentang keuangan bagi masyarakat dan pelaku usaha sebagai mitra agar semakin mengetahui keunggulan financial
technology dan sebagai bahan evaluasi terhadap pengguna layanan keuangan.
10
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Theory of Planned Behavior
Theory of planned behavior adalah teori yang dijelaskan oleh Ajzen (1991). Teori ini merupakan teori yang menjelaskan tentang perilaku manusia yang didasari oleh adanya niat dan tujuan. Dalam teori ini dinyatakan bahwa sebuah perilaku yang ditunjukkan seseorang dapat ditentukan oleh keinginan seseorang tersebut untuk mengerjakan atau tidak mengerjakan sesuatu. Selain itu, latar belakang individu juga menjadi faktor yang memengaruhi perilaku seseorang. Teori ini menggambarkan mengenai perilaku yang dilakukan oleh setiap individu karena adanya niat dari individu tersebut untuk berperilaku. Niat individu untuk berperilaku sendiri dipengaruhi oleh beberapa faktor internal dan juga eksternal.
Menurut (Basu,1996) dalam (Mahyarni, 2005) Asumsi utama dalam teori ini ialah individu rasional dalam mempertimbangkan tindakan yang diambil dan implikasi dari tindakan yang diambil. Menurut (Ajzen, 2005) dalam (Dinda, 2021) terdapat tiga faktor yang melatarbelakanginya yaitu sosial, informasi, dan personal.
2.1.1. Attitude Toward The Behavior
Pengertian Attitude Toward The Behavior menurut Fishbein dan Ajzen (1975) dalam Jogiyanto (2007), mendefinisikan sikap ialah sebagai jumlah dari afeksi atau perasaan yang dapat dirasakan individu untuk menerima atau menolak suatu objek atau perilaku yang dapat diukur dengan suatu prosedur yang menempatkan individual pada skala evaluatif dua kutub, misalnya baik atau jelek, setuju atau menolak, dan lainnya. Menurut Sulistimo (2012) attitude toward the behavior adalah penilaian seseorang ketika melihat suatu perilaku yang dilakukan oleh individu. Individu akan memberikan suatu penilaian terhadap perilaku yang dilakukan oleh individu lainnya baik secara positif atau negatif.
behavior, keyakinan yang paling kuat memengaruhi perilaku untuk mencapai hasil positif atau negatif. Attitude toward the behavior yang diasumsikan secara positif ialah yang nantinya akan menjadi pilihan untuk individu untuk berperilaku dalam kehidupan kesehariannya. Keyakinan merupakan hal yang mendasari sikap seseorang terhadap perilaku tertentu. Faktor lainnya yang memengaruhi sikap ialah evaluasi hasil, yang dimana evaluasi tersebut sebagai bahan pertimbangan pribadi perilaku yang dilakukan tersebut apakah mendapat respon yang baik atau tidak dalam masyarakat. Melihat beberapa definisi mengenai attitude the behavior menurut beberapa peneliti dapat disimpulkan bahwa attitude toward the behavior adalah perilaku dapat menghasilkan yang positif dari yang negatif. sehingga dalam kehidupan individu maka sikap yang dianggap positif tersebut yang akan dipilih.
2.1.2. Norma Subjektif
Menurut Ajzen (1991) norma subjektif ialah suatu keadaan suatu perilaku tertentu akan dapat diterima atau tidaknya dipengaruhi oleh lingkungan sekitar individu yang bersangkutan. Sehingga individu yang tinggal atau berada dalam lingkungan tersebut akan menunjukkan perilaku yang dapat diterima oleh orang-orang atau lingkungan tersebut. Seorang individu akan tidak menunjukkan suatu perilaku tertentu jika lingkungan tersebut tidak menerima atau kurang dapat menerima perilaku tersebut. Norma subjektif menurut Cruzz (2015) ialah keyakinan individu untuk mematuhi arahan atau saran dari orang sekelilingnya seperti keluarga, teman sebaya, dan orang yang dianggap penting oleh individu tersebut untuk berpartisipasi dalam melakukan suatu tindakan untuk memenuhi harapan lingkungan sekitar.
Norma-norma subjektif adalah persepsi atau pandangan seseorang terhadap kepercayaan orang lain yang akan memengaruhi niat untuk melakukan atau tidak melakukan suatu perilaku yang sedang dipertimbangkan (Jogiyanto, 2017). Dari pengertian terkait norma subjektif dapat disimpulkan bahwa norma subjektif ialah perilaku yang dilakukan oleh individu jika perilaku tersebut dapat diterima oleh sekitarnya. Sehingga persepsi atau pandangan seseorang terhadap kepercayaan
12
orang lain akan memengaruhi niat untuk melakukan atau tidak melakukan suatu perilaku yang sedang dipertimbangkan.
2.1.3. Persepsi Kontrol Perilaku
Menurut Ajzen (1991) persepsi kontrol perilaku ialah sebagai kemudahan atau kesulitan persepsi untuk melakukan suatu perilaku. Persepsi kontrol perilaku juga berkaitan dengan cara seseorang mengerti bahwa perilaku yang ditunjukkan ialah hasil pengendalian yang dilakukan oleh individu tersebut. Kontrol perilaku merupakan suatu kecakapan atau kemampuan individu dalam kepekaan membaca situasi diri dan lingkungan, selain itu juga kemampuan untuk mengontrol dan mengelola faktor-faktor perilaku sesuai dengan situasi dan kondisi untuk mengendalikan perilaku, kecenderungan menarik perhatian, keinginan mengubah perilaku agar sesuai untuk orang lain, menyenangkan orang lain (Ghufron, 2010).
Dari pengertian ahli terkait persepsi kontrol perilaku dapat disimpulkan bahwa persepsi kontrol perilaku adalah persepsi terhadap kemudahan atau kesulitan untuk menunjukkan sikap yang diminati. Sehingga seseorang akan memiliki niat untuk melakukan suatu perilaku apabila seorang individu tersebut memiliki persepsi bahwa suatu perilaku tersebut mudah untuk ditunjukkan atau dilakukan.
2.2. Theory Technology Acceptance Model (TAM)
Technology Acceptance Model (TAM) adalah salah satu teori perilaku yang menjelaskan tentang model pendekatan penerimaan teknologi. Teori ini dikemukakan oleh Davis pada tahun 1989, ada tiga faktor yang mempengaruhi pengguna dalam menggunakan teknologi yaitu perceived usefulness, perceived ease of use, dan intention to use. Perceived usefulness ialah pengguna meyakini bahwa dengan menggunakan sistem ini akan meningkatkan kinerja. Perceiver ease of use ialah keyakinan pengguna menggunakan sistem tersebut akan mudah digunakan. Intention to use adalah menggunakan suatu sistem atau teknologi berdasarkan niat seseorang untuk melakukan suatu perilaku.
Menurut Yani (2018) perceived usefulness adalah tingkat kepercayaan seseorang dalam menggunakan teknologi dalam efektivitas suatu pekerjaan. Perceived usefulness ini juga merupakan bentuk kepercayaan seseorang bahwa penggunaan teknologi akan meningkatkan kinerja.
2.2.2. Perceived Easy of Use
Menurut Davis (1989) dalam (Namira, 2022) persepsi kemudahan dalam penggunaan sebagai tingkat dimana seseorang meyakini bahwa penggunaan teknologi informasi merupakan hal yang mudah dan tidak memerlukan usaha keras dari pemakainya. Persepsi individu berkaitan dengan kemudahan penggunaan merupakan tingkat dimana individu percaya bahwa menggunakan sistem tertentu akan bebas dari kesalahan (Namira, 2022).
2.2.3. Perceive Risk
Persepsi risiko menurut Sitkin dan Pablo pada tahun 1992 dipandang sebagai ketidakpastian yang dihubungkan dengan hasil dari suatu keputusan (Namira, 2022). Resiko adalah dimana keadaan sedang tidak pasti yang dipertimbangkan individu untuk memutuskan atau tidaknya menggunakan suatu sistem financial technology.
2.3. Inklusi Keuangan
2.3.1. Pengertian Inklusi Keuangan
Inklusi keuangan adalah akses terhadap masyarakat untuk memanfaatkan pelayanan jasa keuangan yang terjangkau dan efisien dengan tujuan menghilangkan berbagai hambatan (Kusdimanto, Wahyuni, Assya'if, & Mulyatini, 2022). Inklusi keuangan memiliki tujuan mendorong pertumbuhan inklusif melalui penurunan angka kemiskinan, peningkatan pembangunan atau pemerataan distribusi
14
keuangan, serta peningkatan stabilitas sistem keuangan. Inklusi keuangan merupakan kegiatan untuk menghapuskan segala bentuk hambatan berupa harga maupun non-harga pada akses layanan keuangan, sehingga masyarakat dapat meningkatkan taraf hidup. Tolak ukur inklusi keuangan diketahui dari kepemilikan rekening tabungan, asuransi, jasa pembayaran dan kredit dari lembaga keuangan non-formal.
Inklusi keuangan pasca krisis pada tahun 2008 inklusi keuangan menjadi tren pada saat itu. Hal ini didasari oleh kelompok yang terdampak pada krisis data itu adalah diantaranya ialah yang berpendapatan tidak tetap, orang cacat, buruh yang ilegal, dan masyarakat pinggiran. Kelompok ini adalah kalangan yang tercatat sangat tinggi unbanked atau tidak terakses dengan bank. Pada tahun 2009 dilaksanakan G20 Pittsbugh Summit 2009, G20 adalah forum untuk berdiskusi, merencanakan dan memantau kerjasama ekonomi internasional. Pertemuan ini adalah pertemuan ketiga untuk membahas pasar uang dan perekonomian secara global. Pada pertemuan ini disepakati bahwa perlu adanya peningkatan akses keuangan bagi kelompok tersebut. Pada Toronto Summit 2010 terciptalah Principles for Innovate Financial Inclusion sebagai pedoman pengembangan inklusi keuangan. Adapun prinsip tersebut ialah leadership, diversity, innovation, protection, empowerment, cooperation, knowledge, proportionality, dan framework. Sejak saat itu banyak yang memfokuskan pada kegiatan inklusi keuangan ini yaitu CGAP, World Bank, APEC, Asian Development Bank, Alliance for Financial Inclusion (AFI), BIS, financial Action Task Force (FATF), termasuk juga Indonesia.
2.3.2. Tujuan Inklusi Keuangan
Dalam program peningkatan literasi dan inklusi keuangan bagi masyarakat berdasarkan Peraturan OJK nomor 76/POJK.07/2016 pasal 12 tujuan inklusi keuangan meliputi:
1. Meningkatnya akses masyarakat terhadap lembaga, produk dan layanan jasa keuangan pelaku usaha jasa keuangan.
jasa keuangan yang sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan masyarakat.
3. Meningkatnya penggunaan produk atau layanan jasa keuangan yang sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan masyarakat.
4. Meningkatnya kualitas pengguna produk atau layanan jasa keuangan sesuai kebutuhan dan kemampuan masyarakat.
Tujuan inklusi keuangan tersebut dapat tercapai dengan Strategi Nasional Keuangan Inklusif. Berdasarkan Peraturan Presiden nomor 114 tahun 2020 tentang Strategi Nasional Keuangan Inklusif “keuangan inklusif merupakan komponen penting dalam proses inklusi sosial dan ekonomi yang berperan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, menciptakan stabilitas sistem keuangan, mendukung program penanggulangan kemiskinan, serta mengurangi kesenjangan antar individu dan antar daerah dalam rangka menciptakan kesejahteraan masyarakat”. Untuk mencapai Strategi Nasional Keuangan Inklusif terdapat kebijakan yang mencakup pilar dan pondasi SNKI yang didukung koordinasi antar kementerian atau lembaga yang berkaitan dan dilengkapi aksi keuangan inklusif.
2.3.3. Prinsip-prinsip Inklusi Keuangan
Inovasi inklusi keuangan adalah peningkatan akses ke pelayanan keuangan bagi orang miskin melalui penyebaran pendekatan baru yang aman dan sehat. Prinsip- prinsip berikut bertujuan untuk membantu menciptakan kebijakan yang memungkinkan dan lingkungan peraturan untuk inklusi keuangan yang inovatif.
Prinsip-prinsip inklusi keuangan ialah sebagai berikut:
a. Leadership
Menumbuhkan komitmen pemerintah secara luas untuk inklusi keuangan dalam membantu mengurangi kemiskinan.
b. Diversity
Menerapkan pendekatan kebijakan yang mempromosikan persaingan serta memberikan insentif berbasis pasar untuk pengiriman akses keuangan yang
16
berkelanjutan dan penggunaan berbagai layanan yang terjangkau seperti tabungan, kredit, pembayaran, dan asuransi.
c. Innovation
Mempromosikan inovasi teknologi dan kelembagaan sebagai sarana untuk memperluas akses dan penggunaan sistem keuangan, termasuk dengan mengatasi kelemahan infrastruktur.
d. Protection
Mendorong pendekatan komprehensif untuk perlindungan konsumen yang mengakui peran pemerintah, penyedia dan konsumen.
e. Empowerment
Mengembangkan literasi keuangan dan kemampuan keuangan.
f. Corporation
Menciptakan lingkungan kelembagaan dengan garis akuntabilitas dan koordinasi yang jelas di dalam pemerintahan dan juga mendorong kemitraan dan konsultasi langsung lintas pemerintah, bisnis, dan pemangku kepentingan lainnya.
g. Knowledge
Memanfaatkan data yang lebih baik untuk membuat kebijakan berbasis bukti mengukur kemajuan, dan mempertimbangkan pendekatan tambahan yang dapat diterima oleh regulator dan penyedia layanan.
h. Proportionality
Membangun kerangka kebijakan dan peraturan yang proporsional dengan resiko dan manfaat yang terlibat dalam produk dan layanan inovatif tersebut dan didasarkan pada pemahaman tentang kesenjangan dan hambatan dalam peraturan yang ada.
i. Framework
Mencerminkan standar internasional, keadaan nasional dan dukungan untuk lanskap kompetitif: rezim anti pencucian uang yang tepat, fleksibel, berbasis risiko dan memerangi pendanaan terorisme (AML/CFT), kondisi untuk penggunaan agen sebagai antarmuka pelanggan, rezim peraturan yang jelas untuk nilai yang disimpan secara elektronik, dan insentif berbasis pasar untuk mencapai tujuan jangka panjang dari interoperabilitas dan interkoneksi yang luas.
Menurut Okello Candiya Bongomin (2017) inklusi keuangan memiliki beberapa dimensi diantaranya ialah sebagai berikut:
a. Dimensi akses
Faktor yang digunakan untuk mengukur kemampuan penggunaan jasa keuangan agar dapat melihat potensi hal-hal yang menjadi hambatan dalam membuka dan menggunakan rekening bank, seperti fisik layanan jasa keuangan.
b. Dimensi kesejahteraan
Faktor yang digunakan untuk mengukur dampak layanan terhadap tingkat kehidupan pengguna jasa.
c. Dimensi penggunaan
Faktor yang digunakan untuk mengukur penggunaan jasa keuangan dan produk, seperti frekuensi, waktu penggunaan dan keteraturan.
d. Dimensi kualitas
Faktor yang digunakan untuk mengetahui ketersediaan produk dan jasa keuangan telah memenuhi kebutuhan pelanggan.
2.4. Literasi Keuangan
2.4.1. Pengertian Literasi Keuangan
Literasi keuangan menurut Mandel & Klein (2007) adalah kemampuan dalam menentukan keputusan yang terkait dengan kontrak hutang, terkhusus dalam menerapkan pengetahuan dasar tentang bunga, yang diukur dalam konteks pilihan keuangan sehari-hari. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Drexler dan Fischer (2014) dinyatakan bahwa pelatihan pengetahuan keuangan dan akuntansi sangat berdampak pada manajerial UMKM. Dalam penelitiannya yang dilakukan ialah menyimpan catatan akuntansi, menghitung pendapatan bulanan, dan memisahkan keuangan pribadi dan bisnis. Dalam penelitiannya juga tidak ada jenis pelatihan yang tetap, disebutkan bahwa penting untuk mencocokkan dengan keperluan UMKM dan pelaku UMKM. Literasi keuangan merupakan kemampuan seseorang dalam pengelolaan keuangan yang dapat dimanfaatkan sebagai salah satu
18
dasar pengambilan keputusan, sehingga berguna dalam peningkatan perekonomian pada masa yang akan datang (Dayanti, 2020). Literasi keuangan bagi UMKM sangat penting karena dengan pengetahuan, keterampilan dan sikap terhadap keuangan dapat membuat pilihan dan keputusan keuangan (Okello, Ntayi, Munene,
& Malinga, 2017).
2.4.2. Aspek-aspek Literasi Keuangan
Berdasarkan aspek literasi keuangan menurut Chen & Volpe (1998) dalam penelitiannya terbagi menjadi 4 yaitu sebagai berikut:
1) General personal finance knowledge (pengetahuan dasar)
Aspek general finance knowledge ialah terkait pengetahuan dasar keuangan pribadi.
2) Saving and borrowing (tabungan dan pinjaman)
Aspek saving and borrowing ialah terkait tabungan dan pinjaman.
3) Insurance (asuransi)
Aspek insurance ialah terkait pengetahuan dasar asuransi dan juga beragam produk asuransi
4) Investment (investasi)
Aspek investasi ialah terkait pengetahuan tentang suku bunga pasar, reksana, dan resiko investasi. Tingkat literasi keuangan setiap individu yang berbeda dapat menjadi pemicu perbedaan pengetahuan setiap individu dalam pengumpulan asset jangka pendek dan juga jangka panjang.
2.5. Financial technology
2.5.1. Pengertian
Menurut (Junadi, 2015) financial technology adalah sebuah bentuk inovasi layanan keuangan berbasis teknologi. Financial technology memiliki berbagai bentuk layanan seperti payment fintech, capital market fintech, crowdfunding fintech, Peer
menjadi tren di dunia seiring dengan perkembangan teknologi.
2.5.2. Tipe-tipe Financial Technology
Menurut Hsueh (2017), terdapat tiga tipe financial technology yaitu:
a. Sistem pembayaran melalui pihak ketiga atau third party payments systems Contoh-contoh sistem pembayaran melalui pihak ketiga yaitu crossborder EC, online to offline (O2O), sistem pembayaran mobile, dan platform pembayaran yang menyediakan jasa seperti pembayaran bank dan transfer.
b. Peer to Peer Lending (P2P)
Peer to peer lending ialah platform yang mempertemukan pemberi pinjaman dan peminjam melalui internet. Peer to peer lending menyediakan pinjaman dan pinjaman memenuhi kebutuhan masing-masing dan menghasilkan penggunaan uang secara efisien.
c. Crowdrfunding
Crowdrfunding ialah tipe financial technology yang memiliki konsep atau produk seperti desain, program, konten, dan karya kreatif yang dipublikasikan secara umum dan bagi masyarakat yang tertarik dan ingin mendukung konsep atau produk tersebut dapat memberikan dukungan secara finansial. Crowdfunding dapat digunakan dalam keuangan kewirausahaan untuk memprediksi pasar dan juga untuk meminimalisir kebutuhan dalam keuangan.
Berikut layanan keuangan digital berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK):
a. Digital payment system
Layanan keuangan digital ini menyediakan layanan pembayaran tanpa menggunakan uang tunai. Kedua belah pihak yaitu pembayar maupun penerima pembayaran menggunakan media elektronik untuk menukar uang, beberapa contoh pembayaran yang dilakukan adalah pembelian pulsa, token listrik, transportasi, makanan, dan hiburan.
b. Peer to peer lending
20
Peer to peer lending (P2P) adalah penyelenggaraan layanan jasa keuangan untuk mempertemukan pemberi pinjaman dan penerima pinjaman dengan kegiatan perjanjian pinjam meminjam dalam mata uang rupiah dalam media elektronik yang menggunakan jaringan internet (OJK, 2016). Perusahaan yang bergerak di bidang P2P lending ialah sebagai perantara secara digital melalui platform tanpa melakukan penghimpunan dana secara fisik yang mempertemukan orang yang memberikan dana atau menginvestasikan dana yang dimiliki dengan orang yang membutuhkan dana. Peminjam tidak hanya secara individu tetapi juga dapat berasal dari UMKM yang memerlukan pendanaan secara cepat untuk jangka pendek.
c. Branchless banking
Branchless banking merupakan penyedia layanan perbankan atau layanan keuangan lainnya melalui kerjasama dengan pihak lain atau agen bank dan didukung dengan penggunaan sarana teknologi informasi. Branchless banking menjadi solusi untuk anggota masyarakat yang belum mengenal atau belum menggunakan layanan perbankan dan layanan keuangan lainnya, antara lain karena tempat tinggal tidak terjangkau bank atau biaya yang dan persyaratan yang terlalu rumit.
2.5.3. Landasan Hukum di Indonesia
Landasan hukum mengenai pelaksanaan financial technology di Indonesia diatur dalam Peraturan Bank Indonesia Nomor 19/12/PBI/2017 tentang penyelenggaraan financial technology. Adanya undang-undang yang mengatur tentang financial technology berlandaskan perkembangan teknologi dan sistem informasi yang terus berinovasi terkhusus yang terkait dengan keuangan untuk memenuhi berbagai kebutuhan masyarakat dan dapat membawa manfaat bagi masyarakat. Financial technology selalu dimonitori guna menciptakan stabilitas moneter, stabilitas sistem keuangan, dan sistem pembayaran yang efektif dan efisien.
Landasan hukum berikutnya ialah tertuang dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Republik Indonesia Nomor 13/POJK.02/2018 tentang inovasi keuangan digital di sektor jasa keuangan. Dalam peraturan ini perkembangan inovasi financial technology tidak dapat diabaikan begitu saja dan harus dikelola dengan baik agar
Tetapi inovasi dalam financial technology tidak dapat ditinggal begitu saja tetap harus diarahkan agar dapat dipertanggungjawabkan, aman, mengedepankan perlindungan konsumen, dan memiliki risiko yang dapat dikendalikan.
2.6. Lingkungan Bisnis
Setiap usaha atau bisnis memiliki lingkungan (Worthington, Britton, & Thompson, 2018). Pengaruh lingkungan dapat secara langsung ataupun secara tidak langsung.
Lingkungan bisnis sendiri terbagi menjadi lingkungan internal dan lingkungan eksternal yang akan memengaruhi bisnis yang dijalankan. Dalam bisnis lingkungan mempunyai hubungan timbal balik, bisnis dipengaruhi lingkungan atau lingkungan dipengaruhi bisnis.
Lingkungan bisnis adalah suatu kekuatan, kondisi, peristiwa, keadaan yang saling berhubungan dimana organisasi atau perusahaan mempunyai atau tidak kemampuan untuk mengendalikannya. Kondisi dimana keadaan dan peristiwa yang sedang terjadi dapat dikendalikan maka hal tersebut tergolong lingkungan internal, sedangkan kondisi atau suatu keadaan yang tidak dapat dikendalikan maka hal tersebut tergolong lingkungan eksternal (Suhardiyah & S, 2014; Suhardiyah & S, 2014). Bisnis dalam kegiatannya selalu terikat dengan lingkungannya. Beberapa faktor yang memengaruhinya ialah faktor sosial, faktor teknologi, faktor ekonomi, dan faktor politik (Worthington, Britton, & Thompson, 2018). Lingkungan bisnis menurut Purwaningsih, 2015 terbagi menjadi dua yaitu lingkungan internal dan lingkungan eksternal.
Lingkungan bisnis eksternal merupakan yang berada di luar usaha atau perusahaan.
pada lingkungan eksternal meliputi lingkungan umum dan lingkungan industri.
Lingkungan umum adalah sekumpulan elemen dalam masyarakat yang lebih luas yang memengaruhi suatu industri dan perusahaan-perusahaan yang ada di dalamnya. Ruang lingkup lingkungan umum ialah lingkungan bisnis domestik, lingkungan bisnis global, lingkungan teknologi, lingkungan politik dan hukum,
22
lingkungan sosial budaya, dan lingkungan ekonomi. Lingkungan industri merupakan hambatan masuk, kekuatan pemasok, kekuatan pembeli, ketersediaan subtitusi, dan persaingan antar perusahaan.
Lingkungan bisnis internal adalah lingkungan yang berada dalam perusahaan yang memengaruhi daur hidup perusahaan. Lingkungan bisnis internal terdiri dari struktur, budaya, dan sumber daya. Lingkungan internal sebagai alat untuk menganalisis kekuatan dan kelemahan yang ada di dalam perusahaan. struktur adalah cara organisasi atau perusahan yang berkaitan dengan komunikasi, wewenang dan arus kerja. Struktur sering juga disebut rantai perintah dan digambarkan secara grafis dengan menggunakan bagan organisasi. Budaya adalah pola keyakinan, pengharapan, dan nilai-nilai yang dibagikan oleh anggota organisasi. Sumber daya adalah aset yang merupakan bahan baku bagi produksi barang dan jasa organisasi. Asset ini dapat meliputi sumber modal, teknologi, kemampuan, dan bakat manajerial seperti aset keuangan dan fasilitas perusahaan dalam wilayah fungsional.
Lingkungan sosial meliputi faktor demografi, gaya hidup, nilai-nilai, struktur usia, dan struktur penghasilan. Proses sosial budaya dapat menentukan produk dan jasa yang ditawarkan dan standar bisnis yang dijalankan. Perbedaan sosial dan budaya berpengaruh juga dalam menerima atau menolak barang atau layanan tertentu yang akan ditawarkan ke negara tersebut. Faktor teknologi meliputi tersedianya peralatan, teknologi, dan produk. Lingkungan teknologi juga harus mendapatkan perhatian dalam melakukan bisnis. Perkembangan teknologi yang sangat cepat akhir-akhir ini telah memengaruhi kondisi bisnis yang ada. Bisnis yang semula mengharuskan pemilik atau pelaku bisnis bertemu atau bertatap muka langsung dalam mengadakan negosiasi soal bisnis kini mendapatkan kemudahan dengan adanya internet. Perusahaan atau organisasi harus mampu menyesuaikan diri dengan perkembangan teknologi yang ada tersebut. Teknologi yang dimaksud juga dapat meliputi metode, sistem, atau cara kerja sehingga metode, sistem, dan cara kerja perusahaan juga harus selalu diperbaiki (update) agar sesuai dengan perkembangan lingkungan teknologi yang ada. Lingkungan teknologi pada
menciptakan nilai. Teknologi juga meliputi pengetahuan sumber daya manusia, metode kerja, lingkungan fisik, sistem pemrosesan elektronik dan telekomunikasi, dan berbagai sistem lain yang digunakan untuk melakukan kegiatan bisnis. Faktor ekonomi meliputi pertumbuhan ekonomi, inflasi, tren pasar, perekonomian lokal, dan keadaan pasar. Faktor politik meliputi hukum, peraturan, dan kebijakan yang memungkinkan terjadinya pengembangan. Lingkungan politik dan hukum menunjukkan hubungan antara bisnis dan pemerintah yang diperlukan. Sistem hukum atau legal menentukan dan mengatur berbagai aspek dalam organisasi yang meliputi periklanan, keamanan, kesehatan, dan standar yang dapat diterima dalam melakukan bisnis. Stabilitas politik dan pemerintahan juga memengaruhi kondisi operasional bisnis.
2.7. Lama Usaha
Lama usaha adalah lama waktu yang diperlukan untuk menjalankan usaha dan lama usaha akan mempengaruhi tingkat pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki.
Lama usaha memberikan beberapa perbedaan pada tingkat inklusi keuangan. Jika semakin lama rentang waktu usaha yang telah dijalankan maka seorang pelaku usaha akan semakin mahir dalam Menyusun strategi kerja juga pengelolaan keuangan dan produk keuangan (Sibarani, Armayanti, Irwansyah, & Suharianto, 2019). Lama usaha suatu usaha akan menimbulkan pengalaman usaha bagi pelaku usaha. Hal ini dapat memengaruhi kemampuan pengamatan seseorang dalam bertingkah laku. Lama menjalankan suatu usaha juga mampu memengaruhi tingkat pendapatan, lama seorang pelaku bisnis produktivitasnya sehingga mampu menekan biaya produksi. Semakin lama menekuni suatu usaha maka akan meningkatkan selera atau perilaku konsumen.
24
2.8. Pengembangan Hipotesis
2.8.1. Hubungan Antara Literasi Keuangan Terhadap Inklusi Keuangan Seseorang dengan tingkat literasi yang bagus yaitu well literate akan lebih mampu mengaplikasikan informasi termasuk berbagai macam fasilitas, fungsi, dampak kerugian, serta hak dan kewajiban dalam mengakses dan memanfaatkan produk atau layanan jasa keuangan (OJK, 2017). Hal ini yang akan memotivasi seseorang untuk mengenal dan memanfaatkan produk-produk serta layanan jasa keuangan yang diikuti oleh peningkatan keuangan inklusif.
Pada saat ini layanan keuangan sudah mudah untuk diakses oleh masyarakat, namun keputusan untuk mengakses layanan keuangan tersebut terletak pada individunya. Masyarakat yang telah teredukasi dengan baik maka akan memutuskan untuk memanfaatkan layanan keuangan yang sesuai dengan kebutuhannya, namun jika masyarakat belum memahami manfaatnya maka dapat menyebabkan masyarakat tidak menggunakan layanan keuangan yang ada sehingga inklusi keuangan tidak maksimal. Berdasarkan hal tersebut maka dalam penelitian ini menggunakan Theory Planned Behavior, dimana dalam teori tersebur menyatakan bahwa perilaku suatu individu bergantung pada niat dalam diri individu tersebut.
Ha1: Literasi keuangan memiliki pengaruh yang signifikan dengan inklusi keuangan pada UMKM Sektor Kuliner di Bandar Lampung.
2.8.2. Hubungan Antara Lingkungan Bisnis terhadap Inklusi Keuangan Lingkungan bisnis berdasarkan faktor sosial meliputi demografi, gaya hidup, nilai- nilai, struktur usia, dan struktur penghasilan. Beberapa hal tersebut dapat menjadi penentu seseorang dalam menggunakan akses layanan keuangan. Adapun produk atau layanan jasa keuangan yang dapat dilakukan oleh seorang individu salah satunya ialah keputusan untuk berinvestasi atau menabung.
UMKM Sektor Kuliner di Bandar Lampung
2.8.3. Hubungan Antara Lama Usaha terhadap Inklusi Keuangan
Lama usaha adalah waktu yang diperlukan oleh pelaku bisnis dalam menjalankan bisnisnya. Lama usaha akan memengaruhi tingkat pengetahuan dan keterampilan usaha yang dijalankan. Terkait dengan hal tersebut maka semakin lama pelaku usaha menjalankan suatu usaha maka pelaku usaha akan berusaha mengembangkan usahanya, salah satunya ialah dengan meningkatkan pendapatannya. Untuk meningkatkan pendapatan perlu adanya pengelolaan keuangan yang baik, sehingga dapat mengevaluasi apa saja yang dapat ditekan sehingga pendapatan lebih besar.
dengan pengelolaan yang baik maka inklusi keuangan akan tercapai.
Ha3: Lama usaha memiliki pengaruh yang signifikan dengan inklusi keuangan pada UMKM Sektor Kuliner di Bandar Lampung
2.8.4. Hubungan antara Financial Technology terhadap Inklusi Keuangan Financial technology adalah salah satu implementasi penggunaan teknologi informasi yang berhubungan dengan keuangan (Alimirruchi, 2017). Menurut OJK (2017), semakin meningkatnya penggunaan Fintech menjadi salah satu pendorong untuk meningkatkan inklusi keuangan nasional. Dimana, masyarakat Indonesia yang memiliki penetrasi internet menurut survey APJII (2016) telah mencapai 51.8% yaitu 132.7 juta jiwa dari 256.2 juta penduduk Indonesia. Sehingga, layanan keuangan berbasis digital dan internet ini akan sangat mudah dijangkau oleh masyarakat di berbagai kalangan dan daerah tempat tinggal.
Mendukung pernyataan OJK, menurut Kementerian PPN (2017) financial technology merupakan salah satu bentuk implementasi Strategi Nasional Keuangan Inklusif (SNKI). Perkembangan perusahaan Fintech yang semakin baik ditengah
26
masyarakat Indonesia diharapkan mampu mewujudkan tercapainya target tingkat inklusi masyarakat.
Ha4: Financial technology memiliki pengaruh yang signifikan dengan inklusi keuangan pada UMKM Sektor Kuliner di Bandar Lampung.
2.8.5. Hubungan antara Literasi Keuangan terhadap Inklusi Keuangan dengan Financial Technology sebagai Pemoderasi
Literasi keuangan adalah merupakan hal yang penting karena dengan pengetahuan, keterampilan, dan sikap terhadap keuangan (Okello, 2017). Semakin tinggi tingkat pengetahuan keuangan, maka semakin baik perilaku keuangan serta sikap keuangan seseorang akan meningkatkan penggunaan, pemanfaatan serta pemahaman produk dan layanan jasa keuangan. Pemahaman informasi risiko dan keamanan, penggunaan produk keuangan, serta minat masyarakat akan menjadi tolak ukur untuk mengetahui sejauh mana financial technology akan mendukung inovasi dan teknologi bisnis.
Keteraksesan masyarakat dengan produk atau layanan jasa keuangan ialah merupakan tujuan dari inklusi keuangan. Tolok ukur masyarakat yang terakses dengan produk atau layanan jasa keuangan adalah literasi keuangan, dan inklusi merupakan keberhasilan dalam akses terhadap produk atau layanan jasa keuangan yang berbasis financial technology secara terus-menerus.Berdasarkan penelitian Kusuma, 2019 menyatakan bahwa literasi keuangan berpengaruh signifikan terhadap inklusi keuangan melalui financial technology, dalam penelitian tersebut menunjukkan bahwa semakin tinggi pengetahuan keuangan maka semakin baik perilaku keuangan serta sikap keuangan individu akan meningkatkan penggunaan, pemanfaatan produk dan layanan jasa keuangan.
Ha5: Literasi keuangan memiliki pengaruh yang signifikan dengan inklusi keuangan pada UMKM Sektor Kuliner di Bandar Lampung dengan financial technology sebagai pemoderasi.
Financial Technology sebagai pemoderasi
Menurut (Ajzen, 1991) dalam Suyanto (2022) Theory of Planned Behavior menjelaskan bahwa terdapat faktor luar yang meyakinkan seseorang bahwa secara pribadi memiliki kendali terhadap kinerja perilaku. Hal ini berkaitan dengan lingkungan bisnis yang selalu berhubungan dengan sekitarnya yang akan memberi dampak pada keputusan dalam kegiatan bisnis. Salah satu faktor yang memengaruhi lingkungan bisnis ialah faktor politik dan hukum, pada saat pemerintah melalui Bank Indonesia membuat kebijakan penyaluran dana sosial secara non-tunai maka angka pengguna layanan jasa keuangan meningkat. Menurut (Leong & Sung, 2018) Financial technology interpretasi dari aplikasi IT dalam bidang keuangan, inovasi keuangan dan inovasi digital. Financial technology ini merupakan operasi layanan keuangan yang menyediakan solusi dalam bisnis dalam bentuk teknologi. Dengan solusi yang disediakan dalam sektor bisnis ini menurut (Suhardiyah & S, 2014) UMKM dalam kegiatan usahanya tidak dapat terlepas dari lingkungan yang ada di sekitarnya baik lingkungan makro dan lingkungan mikro. Hal ini didukung oleh penelitian yang menjelaskan bahwa financial technology dapat memberikan layanan keuangan yang lebih baik dan biaya lebih kecil. Kesuksesan model bisnis ialah ketika banyak pengguna dan mencapai skala ekonomis yang tinggi bagi konsumen, dan membantu pemerintah dalam menyukseskan program inklusi keuangan.
Ha6: Lingkungan memiliki pengaruh yang signifikan dengan inklusi keuangan pada UMKM Sektor Kuliner di Bandar Lampung dengan financial technology sebagai pemoderasi.
2.8.7. Hubungan antara Lama Usaha terhadap Inklusi Keuangan dengan Financial Technology sebagai Pemoderasi
Berdasarkan (Clamara, Peña, & Tuesta, 2014) faktor demografi berpengaruh terhadap inklusi keuangan yaitu dengan usia, gender, Pendidikan, dan tingkat pendidikan. Berdasarkan fenomena yang ada di masyarakat saat ini masih ditemui
28
sulitnya UMKM untuk mendapatkan bantuan modal dikarenakan sulitnya persyaratan, dan yang menjadi salah satu persyaratan peminjaman modal ialah lama usaha atau usia usaha (Andayani, Hendri, & Suyanto, 2021). Semakin lama menjalan usaha makan seorang pelaku usaha akan semakin memahami sikap dan perilaku konsumen. Pada saat ini berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Lembaga Demografi Universitas Indonesia pada tahun 2021 tingkat pengguna layanan transaksi elektronik sangat tinggi, hal ini bagi pelaku usaha yang sudah lama menjalankan usaha akan sigap dalam menyediakan apa yang menjadi gaya hidup konsumen pada masanya. Sehingga dengan tersedianya layanan keuangan digital maka biaya produksi dapat ditekan sehingga tidak hanya terakses dengan produk atau layanan jasa keuangan tetapi juga bisa mendapat keuntungan yang lebih tinggi sehingga inklusi keuangan dapat tercapai.
Ha7: Lama usaha memiliki pengaruh yang signifikan dengan inklusi keuangan pada UMKM Sektor Kuliner di Bandar Lampung dengan financial technology sebagai pemoderasi