• Tidak ada hasil yang ditemukan

Selamat Datang - Digital Library

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "Selamat Datang - Digital Library"

Copied!
52
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH KONSENTRASI LARUTAN CaCO3 SEBAGAI BAHAN PELURUH PULP BENIH TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT KAKAO

(Theobroma cacao L.) PADA KOMPOSISI MEDIA TANAM YANG BERBEDA

(Skripsi)

Oleh

DECHA BAGUS SAPUTRA

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2021

(2)

ABSTRAK

PENGARUH KONSENTRASI LARUTAN CaCO3 SEBAGAI BAHAN PELURUH PULP BENIH TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT KAKAO

(Theobroma cacao L.) PADA KOMPOSISI MEDIA TANAM YANG BERBEDA

Oleh

DECHA BAGUS SAPUTRA

Kakao (Theobroma cacao L.) merupakan salah satu komoditas perkebunan yang menjadi salah satu komoditas penyumbang utama devisa negara yaitu pada tahun 2019 dengan nilai sebesar US$ 1,2 milyar. Produksi kakao mengalami

penurunan, salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan produksi adalah dengan penyediaan bibit yang berkualitas. Penyediaan bibit melewati tahapan proses penyemain dan pembibitan. Pembibitan yang baik perlu adanya media tanam yang sesuai sebagai penunjang pertumbuhan tanaman. Namun di sisi lain, kendala dalam perkecambahan benih kakao adalah adanya pulp pada kulit benih. Pulp perlu dihilangkan agar tidak mengundang mikroorganisme ataupun serangga sehingga mengakibatkan benih rusak dan sulit untuk berkecambah. Hal itu dapat diatasi dengan cara diluruhkannya pulp tersebut secara fisik dan kimia.

Secara kimia dengan menggunakan larutan CaCO3 dan secara fisik dapat menggunakan abu gosok ataupun pasir. Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk menentukan konsentrasi CaCO3 yang terbaik terhadap

perkecambahan dan pertumbuhan tanaman kakao, untuk menentukan komposisi media tanam yang memberikan pengaruh paling baik terhadap perkecambahan dan pertumbuhan tanaman kakao, dan untuk mengetahui apakah tanggapan

pertumbuhan bibit kakao terhadap konsentrasi CaCO3 dipengaruhi oleh komposisi media tanam yang berbeda-beda. Penelitian ini dilaksanakan di rumah plastik Desa Labuhan Dalam, Kecamatan Tanjung Senang, Bandar Lampung dan Laboratorium Ilmu Tanaman Fakultas Pertanian, Universitas Lampung, Gedong Meneng, Bandar Lampung pada bulan September-Desember 2020. Penelitian ini disusun dalam Rancangan Kelompok Teracak Sempurna secara faktorial (5x3) yang terdiri dari faktor pertama adalah (K) besarnya konsentrasi larutan CaCO3

dalam perendaman benih yang terdiri atas (k0) 0 g/l, (k1) 25 g/l, (k2) 50 g/l, (k3) 75 g/l, dan (k4) 100 g/l. Faktor kedua media pembibitan (M) yang terdiri atas

(3)

Decha Bagus Saputra

campuran pasir + pupuk kandang (1:1) (m1), arang sekam + pupuk kandang (1:1) (m2), dan pasir + arang sekam + pupuk kandang (1:1:1) (m3), campuran

berdasarkan atas volume bahan yang dicampur. Analisis ragam data atau uji-F pada taraf 5% dan jika hasil penelitian menunjukan adanya pengaruh nyata, maka akan dilanjutkan dengan uji BNT taraf 5%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian konsentrasi larutan CaCO3 yang berbeda memberikan pengaruh nyata terhadap peubah tinggi tanaman, jumlah daun, diameter batang, bobot segar tajuk, dan indeks kualitas bibit segar dengan hasil tertinggi yaitu pada konsentrasi larutan CaCO3 75 g/l. Sementara itu komposisi media tanam memberikan pengaruh yang nyata pada semua peubah pertumbuhan bibit kakao dengan hasil tertinggi yaitu pada komposisi media tanam pasir, arang sekam, pupuk kandang (m3). Tidak terjadi interaksi antara kombinasi media tanam dan konsentrasi larutan CaCO3 pada semua peubah yang diamati.

Kata Kunci: Kakao, Konsentrasi CaCO3, Media Tanam, Pulp.

(4)

PENGARUH KONSENTRASI LARUTAN CaCO3 SEBAGAI BAHAN PELURUH PULP BENIH TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT KAKAO

(Theobroma cacao L.) PADA KOMPOSISI MEDIA TANAM YANG BERBEDA

Oleh

Decha Bagus Saputra

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PERTANIAN

Pada

Jurusan Agroteknologi

Fakultas Pertanian Universitas Lampung

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2021

(5)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : Ir. Sugiatno, M.S.

Sekretaris : Dr. Ir. Maria Viva Rini, M.Sc.

Penguji

Bukan Pembimbing : Dr. Ir. Rusdi Evizal, M.S.

2. Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. Irwan Sukri Banuwa, M.Si.

NIP 196110201986031002

Tanggal Lulus Ujian Skripsi : 5 Oktober 2021

(6)

RIWAYAT PENULIS

Penulis dilahirkan di Desa Pasar Batang, Kecamatan Penawar Aji, Kabupaten Tulang Bawang, Provinsi Lampung pada 14 Desember 1998. Penulis

merupakan anak ketiga dari empat bersaudara dari pasangan Bapak Sarpin dan Ibu Siti Muryani. Penulis memulai pendidikan formal di TK Dharma Wanita Pasar Batang, Kecamatan Penawar Aji, Kabupaten Tulang Bawang pada tahun 2003-2004 dan melanjutkan pendidikan di SDN 1 Pasar Batang pada tahun 2004-2010. Kemudian penulis melanjutkan pendidikannya di SMPN 1 Gedung Rejo Sakti pada tahun 2010-2013 dan SMAN 1 Meraksa Aji pada tahun 2013- 2016.

Pada tahun 2016, penulis terdaftar sebagai mahasiswa Jurusan Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Lampung melalui jalur seleksi SNMPTN dan memilih minat penelitian di bidang Agronomi. Penulis pernah menjadi asisten dosen praktikum mata kuliah Dasar-Dasar Budidaya Tanaman pada semester VII tahun 2019/2020 dan mengikuti organisasi internal kampus yaitu Persatuan Mahasiswa Agroteknologi (PERMA AGT) sebagai anggota bidang Pengabdian Masyarakat periode 2017/2018 dan 2019/2020. Penulis melaksanakan Praktik Umum di Balai Penelitian Tanaman Industri, Sukabumi, Jawa Barat dan melaksanakan Kuliah Kerja Nyata pada Januari 2020 di desa Sinar Luas, Kecamatan Kebun Tebu, Kabupaten Lampung Barat.

(7)
(8)

Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman dari kamu sekalian dan orang-orang yang berilmu beberapa derajat

{Q.S Al-Mujadilah: 11}

Teruslah berbuat baik maka niscaya kebaikan pula akan menyertai {Penulis}

Buatlah tujuan untuk hidup, kemudian gunakan segenap kekuatan untuk mencapainya, kamu pasti berhasil

{Ustman Bin Affan r.a)

Jangan dulu mengatakan “tidak mampu” sebelum anda berusaha menjadikan diri anda mampu dan lakukanlah suatu karena itu memang baik

untuk dilakukan, bukan karena apa yang akan kamu dapatkan {Anonim}

(9)

PERSEMBAHAN

Dengan penuh rasa syukur kepada Allah SWT

Kupersembahkan karya sederhana ini kepada

Kedua orang tua tercinta

Ayahanda Sarpin dan Ibunda Siti Muryani

yang senantiasa memberikan kasih sayang, motivasi, semangat, dan pengorbanan serta iringan doa yang tiada henti

Keluarga dan seluruh teman – teman

yang selalu memberikan motivasi, doa, dan kebersamaan dengan penulis.

Dosen pembimbing dan penguji Keluarga Besar Agroteknologi Almamater Tercinta, Universitas Lampung

(10)

iii

SANWACANA

Dengan menyebut nama Allah yang maha pengasih lagi maha penyayang.

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT. yang telah melimpahkan segala Rahmat dan Hidayah-Nya kepada setiap hamba yang dicintai-Nya. Shalawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah menjadi suritauladan bagi umatnya.

Teriring syukur dan harap, akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa keberhasilan penyusunan skripsi ini bukan semata - mata karena kemampuan penulis sendiri melainkan karena tuntunan Allah SWT dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis menyampaikan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Irwan Sukri Banuwa, M.Si., selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas Lampung.

2. Ibu Prof. Dr. Ir. Sri Yusnaini, M.Si., selaku Ketua Jurusan Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Lampung.

3. Bapak Ir. Sugiatno M.S., selaku Pembimbing Utama yang senantiasa

mencurahkan waktu, tenaga, ilmu pengetahuan, motivasi, nasihat, arahan dan kritikan selama masa perkuliahan hingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

4. Ibu Dr. Ir. Maria Viva Rini, M.Sc., selaku Pembimbing Kedua yang telah memberikan saran, motivasi dan bimbingan selama penyusunan skripsi.

5. Bapak Dr. Ir. Rusdi Evizal, M.S., selaku Pembahas dalam seluruh proses penelitian dan penulisan skripsi atas bimbingan dan saran-saran yang telah diberikan.

(11)

iii

6. Bapak Prof. Dr. Ir. Setyo Dwi Utomo, M.Sc., selaku Ketua Bidang Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian Universitas Lampung atas saran, koreksi, dan persetujuan dalam menyelesaikan skripsi ini.

7. Bapak Prof. Ir. F.X. Susilo M.Sc. Ph.D., selaku Pembimbing Akademik yang senantiasa memberikan motivasi, nasihat, bimbingan, arahan dan saran selama masa perkuliahan hingga selesai.

8. Seluruh dosen Jurusan Agroteknologi, Fakultas Pertanian yang telah

memberikan banyak ilmu pengetahuan selama penulis menempuh pendidikan di Universitas Lampung.

9. Kedua orang tua penulis, Ayahanda Sarpin dan Ibunda Siti Muryani atas curahan kasih sayang, motivasi, pengorbanan serta iringan doa yang tiada henti kepada penulis.

10. Tim satu bimbingan skripsi dengan penulis, Eric, Ali, Desi, Reza, dan Okta yang telah membantu dan memberikan motivasi selama penyusunan skripsi ini.

11. Sahabat-sahabat yang selalu ada, Eric, Eben, Andhi, Sodikin, Tio, Aldo, Nur, Dhea, Ali, Razaek, Andrian, Topan, Faiz, Joshua, Erdiman, Yudi, Efri, Agroteknologi kelas C dan Agroteknologi kelas B 2016 serta semua teman- teman yang belum disebut atas persahabatan, motivasi, bantuan, dan kebersamaannya.

12. Keluarga besar PERMA AGT dan rekan-rekan lainnya yang sudah selalu ada dan membantu dikala susah maupun senang.

Semoga bantuan yang diberikan kepada penulis mendapatkan balasan dari Allah SWT dan semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis dan para pembaca.

Bandar Lampung, 5 Oktober 2021 Penulis

Decha Bagus Saputra

(12)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... xi

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 4

1.3 Tujuan Penelitian ... 4

1.4 Landasan Teori ... 5

1.5 Kerangka Pemikiran ... 7

1.6 Hipotesis ... 10

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Tanaman Kakao.. ... 11

2.2 Karakteristik Kakao Klon UAH (Upper Amazon Hybrid) ... 15

2.3 Pertumbuhan Kakao ... 16

2.4 CaCO3 (Kalsium Karbonat) ... 17

2.5 Perbanyakan Generatif Tanaman Kakao ... 18

2.6 Jenis Media Tanam ... 19

III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu ... 20

3.2 Alat dan Bahan ... 20

3.3 Metode Penelitian ... 20

3.4 Pelaksanaan Penelitian ... 22

3.4.1 Penyiapan media tanam ... 22

3.4.2 Penyiapan larutan CaCO3 ... 22

3.4.3 Penyiapan benih kakao ... 22

3.4.4 Perendaman benih kakao ... 23

3.4.5 Penanaman benih ... 23

3.4.6 Pemeliharaan ... 24

3.5 Pengamatan ... 24

1. Daya berkecambah ... 24

2. Tinggi tanaman ... 24

3. Jumlah daun ... 25

4. Diameter batang bibit ... 25

5. Bobot segar dan bobot kering tajuk ... 25

(13)

v

6. Panjang akar ... 26

7. Bobot segar dan bobot kering akar ... 26

8. Indeks kualitas bibit ... 26

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian ... 27

4.1.1 Daya berkecambah ... 28

4.1.2 Tinggi tanaman 4 MST, 8 MST, dan 12 MST ... 29

4.1.3 Jumlah daun 4 MST, 8 MST, dan 12 MST ... 30

4.1.4 Diameter batang ... 31

4.1.5 Panjang akar ... 32

4.1.6 Bobot segar akar dan bobot segar tajuk ... 33

4.1.7 Bobot kering akar dan bobot kering tajuk... 34

4.1.8 IKBS dan IKBK ... 35

4.2 Pembahasan ... 36

V. SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan ... 42

5.2 Saran ... 42

DAFTAR PUSTAKA ... 43

LAMPIRAN ... 49

(14)

DAFTAR TABEL

Halaman 1. Komposisi pulp biji kakao ... 12 2. Rekapitulasi hasil analisis ragam pengaruh media tanam dan

konsentrasi larutan CaCO3 terhadap pertumbuhan bibit kakao ... 28 3. Tanggapan daya berkecambah terhadap berbagai konsentrasi

larutan CaCO3 sebagai bahan peluruh pulp benih kakao dan

kombinasi media tanam ... 29 4. Tinggi bibit kakao pada 4 MST, 8 MST, dan 12 MST yang diberi

perlakuan berbagai konsentrasi larutan CaCO3 sebagai bahan

peluruh pulp benih kakao dan kombinasi media tanam ... 30 5. Jumlah daun pada 4 MST, 8 MST, dan 12 MST yang diberi

perlakuan berbagai konsentrasi larutan CaCO3 sebagai bahan

peluruh pulp benih kakao dan kombinasi media tanam ... 31 6. Tanggapan diameter batang terhadap berbagai konsentrasi

larutan CaCO3 sebagai bahan peluruh pulp benih kakao dan

kombinasi media tanam ... 32 7. Tanggapan panjang akar terhadap berbagai konsentrasi

larutan CaCO3 sebagai bahan peluruh pulp benih kakao dan

kombinasi media tanam ... 33 8. Tanggapan bobot segar akar dan bobot segar tajuk terhadap

berbagai konsentrasi larutan CaCO3 sebagai bahan peluruh pulp

benih kakao dan kombinasi media tanam ... 34 9. Tanggapan bobot kering akar dan bobot kering tajuk terhadap

berbagai konsentrasi larutan CaCO3 sebagai bahan peluruh pulp

benih kakao dan kombinasi media tanam ... 35

(15)

vii

10. Tanggapan IKBS dan IKBK yang diberi berbagai konsentrasi larutan CaCO3 sebagai bahan peluruh pulp benih kakao dan

kombinasi media tanam ... 36 11. Hasil pengamatan pengaruh komposisi media tanam dan

konsentrasi CaCO3 sebagai bahan peluruh pulp benih pada

bibit kakao terhadap variabel daya berkecambah (%) ... 50 12. Uji homogenitas ragam pengaruh komposisi media tanam dan

konsentrasi CaCO3 sebagai bahan peluruh pulp benih pada

bibit kakao terhadap variabel daya berkecambah (%) ... 51 13. Analisis ragam pengaruh komposisi media tanam dan

konsentrasi CaCO3 sebagai bahan peluruh pulp benih pada

bibit kakao terhadap variabel daya berkecambah (%) ... 52 14. Hasil pengamatan pengaruh komposisi media tanam dan

konsentrasi CaCO3 sebagai bahan peluruh pulp benih pada

bibit kakao terhadap variabel tinggi tanaman (cm) (4 MST) ... 53 15. Uji homogenitas ragam pengaruh komposisi media tanam dan

konsentrasi CaCO3 sebagai bahan peluruh pulp benih pada bibit

kakao terhadap variabel tinggi tanaman (cm) (4 MST) ... 54 16. Analisis ragam pengaruh komposisi media tanam dan

konsentrasi CaCO3 sebagai bahan peluruh pulp benih pada bibit

kakao terhadap variabel tinggi tanaman (cm) (4 MST) ... 55 17. Hasil pengamatan pengaruh komposisi media tanam dan

konsentrasi CaCO3 sebagai bahan peluruh pulp benih pada

bibit kakao terhadap variabel tinggi tanaman (cm) (8 MST) ... 56 18. Uji homogenitas ragam pengaruh komposisi media tanam dan

konsentrasi CaCO3 sebagai bahan peluruh pulp benih pada bibit

kakao terhadap variabel tinggi tanaman (cm) (8 MST) ... 57 19. Analisis ragam pengaruh komposisi media tanam dan

konsentrasi CaCO3 sebagai bahan peluruh pulp benih pada bibit

kakao terhadap variabel tinggi tanaman (cm) (8 MST) ... 58 20. Hasil pengamatan pengaruh komposisi media tanam dan

konsentrasi CaCO3 sebagai bahan peluruh pulp benih pada

bibit kakao terhadap variabel tinggi tanaman (cm) (12 MST) ... 59 21. Uji homogenitas ragam pengaruh komposisi media tanam dan

konsentrasi CaCO3 sebagai bahan peluruh pulp benih pada bibit

kakao terhadap variabel tinggi tanaman (cm) (12 MST) ... 60 22. Analisis ragam pengaruh komposisi media tanam dan

konsentrasi CaCO3 sebagai bahan peluruh pulp benih pada bibit

kakao terhadap variabel tinggi tanaman (cm) (12 MST) ... 61

(16)

viii

23. Hasil pengamatan pengaruh komposisi media tanam dan konsentrasi CaCO3 sebagai bahan peluruh pulp benih pada

bibit kakao terhadap variabel jumlah daun (4 MST) ... 62 24. Uji homogenitas ragam pengaruh komposisi media tanam dan

konsentrasi CaCO3 sebagai bahan peluruh pulp benih pada bibit

kakao terhadap variabel jumlah daun (4 MST) ... 63 25. Analisis ragam pengaruh komposisi media tanam dan

konsentrasi CaCO3 sebagai bahan peluruh pulp benih pada bibit

kakao terhadap variabel jumlah daun (4 MST) ... 64 26. Hasil pengamatan pengaruh komposisi media tanam dan

konsentrasi CaCO3 sebagai bahan peluruh pulp benih pada

bibit kakao terhadap variabel jumlah daun (8 MST) ... 65 27. Uji homogenitas ragam pengaruh komposisi media tanam dan

konsentrasi CaCO3 sebagai bahan peluruh pulp benih pada bibit

kakao terhadap variabel jumlah daun (8 MST) ... 66 28. Analisis ragam pengaruh komposisi media tanam dan

konsentrasi CaCO3 sebagai bahan peluruh pulp benih pada bibit

kakao terhadap variabel jumlah daun (8 MST) ... 67 29. Hasil pengamatan pengaruh komposisi media tanam dan

konsentrasi CaCO3 sebagai bahan peluruh pulp benih pada

bibit kakao terhadap variabel jumlah daun (12 MST) ... 68 30. Uji homogenitas ragam pengaruh komposisi media tanam dan

konsentrasi CaCO3 sebagai bahan peluruh pulp benih pada bibit

kakao terhadap variabel jumlah daun (12 MST) ... 69 31. Analisis ragam pengaruh komposisi media tanam dan

konsentrasi CaCO3 sebagai bahan peluruh pulp benih pada bibit

kakao terhadap variabel jumlah daun (12 MST) ... 70 32. Hasil pengamatan pengaruh komposisi media tanam dan

konsentrasi CaCO3 sebagai bahan peluruh pulp benih pada

bibit kakao terhadap variabel diameter batang (mm)... 71 33. Uji homogenitas ragam pengaruh komposisi media tanam dan

konsentrasi CaCO3 sebagai bahan peluruh pulp benih pada bibit

kakao terhadap variabel diameter batang (mm) ... 72 34. Analisis ragam pengaruh komposisi media tanam dan

konsentrasi CaCO3 sebagai bahan peluruh pulp benih pada bibit

kakao terhadap variabel diameter batang (mm) ... 73 35. Hasil pengamatan pengaruh komposisi media tanam dan

konsentrasi CaCO3 sebagai bahan peluruh pulp benih pada

bibit kakao terhadap variabel panjang akar (cm) ... 74

(17)

xi

36. Uji homogenitas ragam pengaruh komposisi media tanam dan konsentrasi CaCO3 sebagai bahan peluruh pulp benih pada bibit

kakao terhadap variabel panjang akar (cm) ... 75 37. Analisis ragam pengaruh komposisi media tanam dan

konsentrasi CaCO3 sebagai bahan peluruh pulp benih pada bibit

kakao terhadap variabel panjang akar (cm) ... 76 38. Hasil pengamatan pengaruh komposisi media tanam dan

konsentrasi CaCO3 sebagai bahan peluruh pulp benih pada

bibit kakao terhadap variabel bobot segar tajuk (gr)... 77 39. Uji homogenitas ragam pengaruh komposisi media tanam dan

konsentrasi CaCO3 sebagai bahan peluruh pulp benih pada bibit

kakao terhadap variabel bobot segar tajuk (gr) ... 78 40. Analisis ragam pengaruh komposisi media tanam dan

konsentrasi CaCO3 sebagai bahan peluruh pulp benih pada bibit

kakao terhadap variabel bobot segar tajuk (gr) ... 79 41. Hasil pengamatan pengaruh komposisi media tanam dan

konsentrasi CaCO3 sebagai bahan peluruh pulp benih pada

bibit kakao terhadap variabel bobot segar akar (gr) ... 80 42. Uji homogenitas ragam pengaruh komposisi media tanam dan

konsentrasi CaCO3 sebagai bahan peluruh pulp benih pada bibit

kakao terhadap variabel bobot segar akar (gr) ... 81 43. Analisis ragam pengaruh komposisi media tanam dan

konsentrasi CaCO3 sebagai bahan peluruh pulp benih pada bibit

kakao terhadap variabel bobot segar akar (gr) ... 82 44. Hasil pengamatan pengaruh komposisi media tanam dan

konsentrasi CaCO3 sebagai bahan peluruh pulp benih pada

bibit kakao terhadap variabel bobot kering tajuk (gr) ... 83 45. Uji homogenitas ragam pengaruh komposisi media tanam dan

konsentrasi CaCO3 sebagai bahan peluruh pulp benih pada bibit

kakao terhadap variabel bobot kering tajuk (gr) ... 84 46. Analisis ragam pengaruh komposisi media tanam dan

konsentrasi CaCO3 sebagai bahan peluruh pulp benih pada bibit

kakao terhadap variabel bobot kering tajuk (gr) ... 85 47. Hasil pengamatan pengaruh komposisi media tanam dan

konsentrasi CaCO3 sebagai bahan peluruh pulp benih pada

bibit kakao terhadap variabel bobot kering akar (gr) ... 86 48. Uji homogenitas ragam pengaruh komposisi media tanam dan

konsentrasi CaCO3 sebagai bahan peluruh pulp benih pada bibit

kakao terhadap variabel bobot kering akar (gr) ... 87

(18)

viii

49. Analisis ragam pengaruh komposisi media tanam dan

konsentrasi CaCO3 sebagai bahan peluruh pulp benih pada bibit

kakao terhadap variabel bobot kering akar (gr) ... 88 50. Hasil pengamatan pengaruh komposisi media tanam dan

konsentrasi CaCO3 sebagai bahan peluruh pulp benih pada

bibit kakao terhadap variabel indeks kualitas bibit segar kakao ... 89 51. Uji homogenitas ragam pengaruh komposisi media tanam dan

konsentrasi CaCO3 sebagai bahan peluruh pulp benih pada bibit

kakao terhadap variabel indeks kualitas bibit segar kakao ... 90 52. Analisis ragam pengaruh komposisi media tanam dan

konsentrasi CaCO3 sebagai bahan peluruh pulp benih pada bibit

kakao terhadap variabel indeks kualitas bibit segar kakao ... 91 53. Hasil pengamatan pengaruh komposisi media tanam dan

konsentrasi CaCO3 sebagai bahan peluruh pulp benih pada

bibit kakao terhadap variabel indeks kualitas bibit kering kakao .... 92 54. Uji homogenitas ragam pengaruh komposisi media tanam dan

konsentrasi CaCO3 sebagai bahan peluruh pulp benih pada bibit

kakao terhadap variabel indeks kualitas bibit kering kakao ... 93 55. Analisis ragam pengaruh komposisi media tanam dan

konsentrasi CaCO3 sebagai bahan peluruh pulp benih pada bibit

kakao terhadap variabel indeks kualitas bibit kering kakao ... 94

(19)

DAFTAR GAMBAR

Halaman 1. Tata letak percobaan ... 21 2. Benih kakao ... 23 3. Pengukuran diameter batang kakao ... 25

(20)

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tanaman kakao (Theobroma cacao L.) termasuk famili Sterculiceae dari genus Theobroma, berasal dari Amazon dan daerah-daerah tropis lainnya

di Amerika Tengah dan Amerika Selatan (Situmorang, 2003). Sejak tahun 1930 Kakao (Theobroma cacao L.) merupakan salah satu komoditas perkebunan yang mempunyai peran penting dalam perekonomian Indonesia. Tahun 2010 Indonesia merupakan pengekspor biji kakao terbesar ketiga dunia dengan produksi biji kering 550.000 ton setelah Negara Pantai Gading (1.242.000 ton) dan Ghana dengan produksi 662.000 ton (ICCI, 2011).

Perhatian pemerintah terhadap usaha tani kakao sangatlah besar, berbagai usaha telah dilaksanakan untuk perkebunan kakao seperti perluasan areal dan perbaikan teknik budidaya. Tanaman kakao sangat sesuai untuk dijadikan perkebunan rakyat, karena mampu berbunga dan berbuah sepanjang tahun, sehingga dapat menjadi sumber pendapatan harian atau mingguan bagi pekebun, hal ini juga didukung permintaan pasar didalam negeri yang semakin besar seiring dengan terus berkembangnya sector agroindustri (Pusat Penelitian Kopi dan Kakao, 2005). Namun, produktivitas kakao di Indonesia masih tergolong rendah. Rata- rata produktivitas yang dihasilkan dari perkebunan rakyat adalah 800 kg ha-1 sedangkan produktivitas kakao unggul nasional dapat mencapai 2 ton ha-1 (Ditjenbun, 2011).

Provinsi Lampung merupakan salah satu penghasil kakao di Indonesia. Pada tahun 2014 luas areal tanaman kakao di Provinsi Lampung sebesar 68.152 ha yang

(21)

2 didominasi 94% oleh perkebunan rakyat dengan produksi kakao sebesar 58.690 ton (Ditjenbun, 2015). Luasan areal semakin meningkat namun produktivitas kakao masih rendah. Oleh karena itu, maka diperlukan teknik budidaya yang tepat seperti pengelolaan kebun yang baik dan pemeliharaan tanaman.

Salah satu kendala penting dalam rangka penyediaan benih berkualitas adalah bahwa benih kakao merupakan benih yang berdaging juga berair (pulp). Pulp pada buah kakao merupakan lapisan lendir yang berwarna putih menempel di permukaan biji kakao (Murugan dan Al-sohaibani, 2012). Pada saat masak fisiologis maupun masak morfologis kandungan air benih masih sangat tinggi, benih diselimuti oleh pulp yang saling melekat pada ruang-ruang tempat biji tersusun yang mengandung bahan yang bersifat inhibitor. Benih kakao yang digunakan untuk pembiakan secara generatif harus bebas dari pulp yang

melekat. Pulp yang tidak dibersihkan dapat menyebabkan tumbuhnya jamur dan serangan semut. Benih yang telah dibersihkan pulp nya akan mulai

berkecambah pada umur 4-5 hari dan pada umur 14 hari kecambah sudah bisa dipindahkan ke polibag yang telah disiapkan (Siregar dkk., 2007).

Salah satu cara untuk melepaskan pulp dari benih kakao adalah dengan merendam benih dalam larutan CaCO3 (kapur). Pada saat perendaman benih dengan CaCO3

terjadi reaksi asam basa yang mampu melepaskan lapisan pulp pada benih kakao.

Umumnya perendaman pulp dengan larutan kapur dilakukan selama 20 menit pada konsentrasi 25 g/l. Kalsium karbonat (CaCO3) yang dilarutkan dalam air akan terionisasi membentuk ion OH- yang bersifat basa dan dapat menetralkan suasana asam (Ismadi, 1993). Kalsium karbonat adalah bahan yang bersifat reaktif dengan air dan akan membentuk Ca(OH)2 berupa bubuk yang mudah larut dalam air. Reaksi CaO dengan air merupakan reaksi eksoterm yang akan

melepaskan energi panas dan menghasilkan kapur tohor (Ca(OH)2) (Chang dan Tikkanen, 1988).

CaO3(s) + H2O(I) Ca(OH)2(s) + ΔH : -64,8 KJ

(22)

3 Pendukung keberhasilan pengusahaan tanaman kakao adalah tersedianya bibit yang bermutu dan mampu tumbuh baik di lapangan. Pembibitan adalah suatu kegiatan untuk menghasilkan atau memproduksi bibit. Kegiatan yang dilakukan dalam pembibitan terdiri dari perencanaan pembibitan, pembangunan persemaian, penyiapan media bibit, perlakuan pendahuluan terhadap benih sebelum

disemaikan, penyemaian benih, penyapihan bibit, pemeliharaan bibit, pengepakan dan pengangkutan bibit serta administrasi pembibitan (Willy, 2010). Upaya pengembangan tanaman kakao agar berhasil dengan baik ialah mempersiapkan bahan tanam di tempat pembibitan (Pinem, 2011). Prioritas utama yang perlu diperhatikan dalam pembibitan kakao adalah media tanam. Standar utama yang perlu diperhatikan dalam pembibitan adalah lapisan tanah (top soil) yang

umumnya cukup subur dengan kandungan bahan organik yang cukup tinggi (Tambunan, 2009).

Pada pembibitan tanaman kakao perlu adanya usaha penyiapan media tanam yang sesuai, sebab kakao dapat tumbuh dengan baik apabila ditanam pada media tanam yang mengandung cukup bahan organik, memiliki aerasi dan infiltrasi yang baik.

Menurut Pusat Penelitian Kopi dan Kakao (2005), media tumbuh untuk

pembibitan kakao adalah campuran lapisan olah tanah, pasir dan pupuk kandang.

Hal ini didukung oleh Sudirja (2005), pertumbuhan bibit kakao di lapangan sangat ditentukan oleh pertumbuhan tanaman selama di pembibitan. Media tanam merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman kakao di pembibitan. Penggunaan media tanam yang banyak mengandung bahan organik sangat menguntungkan bagi pertumbuhan tanaman kakao. Media tanam yang biasa digunakan dalam pembibitan kakao adalah berupa campuran antara tanah dan pupuk organik.

Upaya untuk meluruhkan pulp pada benih kakao dapat dilakukan dengan memberi perlakuan pada biji kakao secara mekanis dan kimiawi. Contohnya secara

mekanis, biji digosok menggunakan abu gosok. Sedangkan secara kimiawi, biji diberi/direndam dalam larutan kimia. Pada penelitian ini seed treatment kakao dilakukan secara kimiawi menggunakan larutan CaCO3. Penggunaan CaCO3

(23)

4 yang mengandung unsur kalsium (Ca) ini sebagai salah satu metode peluruhan pulp perlu diteliti lebih banyak lagi sebab belum ada konsentrasi tepat yang menjadi acuan untuk penelitian perendaman benih kakao dan diharapkan perlakuan perendaman ini tidak berpengaruh negatif terhadap viabilitas benih.

1.2 Perumusan Masalah

Penelitian ini dilakukan untuk menjawab masalah yang dirumuskan dalam pertanyaan sebagai berikut:

1. Berapakah konsentrasi larutan CaCO3 yang memberikan pengaruh terbaik terhadap perkecambahan dan pertumbuhan tanaman kakao?

2. Komposisi media tanam manakah yang memberikan pengaruh paling baik terhadap perkecambahan dan pertumbuhan tanaman kakao?

3. Apakah respon pertumbuhan bibit kakao akibat perlakuan konsentrasi CaCO3

dipengaruhi oleh komposisi media tanam yang berbeda-beda?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dilakukan penelitian ini berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah adalah sebagai berikut:

1. Untuk menentukan konsentrasi CaCO3 yang terbaik terhadap perkecambahan dan pertumbuhan tanaman kakao.

2. Untuk menentukan komposisi media tanam yang memberikan pengaruh paling baik terhadap perkecambahan dan pertumbuhan tanaman kakao.

3. Untuk mengetahui apakah tanggapan pertumbuhan bibit kakao terhadap konsentrasi CaCO3 dipengaruhi oleh komposisi media tanam yang berbeda- beda.

(24)

5 1.4 Landasan Teori

Benih kakao adalah benih rekalsitran yang memiliki sifat tidak tahan terhadap desikasi, suhu dan kelembaban rendah (Sumampow, 2011). Sifat benih

rekalsitran cepat berkecambah setelah buah matang, menghendaki kelembaban dan suhu tertentu, sensitif kadar air tinggi dan rendah, dan tidak tahan disimpan lama (Halimursyadah, 2007). Benih kakao mempunyai kadar air kritis yang relatif tinggi, apabila kadar air benih diturunkan sampai di bawah kadar air kritis (12% - 31%) dapat menyebabkan viabilitas benih kakao menurun dengan cepat, bahkan dapat menyebabkan kematian (Chin, 1990).

Pulp merupakan lapisan lendir dari biji kakao yang terdiri atas 80-90% air, dan gula (glukosa) 4-8%. Komposisi pulp yang demikian merupakan media

pertumbuhan yang baik bagi mikroorganisme (Ambardini, 2009). Pada dasarnya perkecambahan pada biji kakao tidak memerlukan perlakuan yang khusus karena secara alami benih tidak mengalami masa dormansi (Matsushima dan Sakagami, 2013).

Menurut Murniati dan Rostiati (1999), penggunaan larutan kapur pada tanaman manggis dengan konsentrasi kapur 20 g/l dengan metode perendaman

menghasilkan nilai vigor yang tinggi hal ini ditunjukkan oleh tolak ukur kecepatan tumbuh, spontanitas tumbuh dan meningkatkan panjang akar tanaman. Hal ini didukung oleh Klein dan Hebbe (1993), bahwa perlakuan imbibisi dengan kalsium tidak memberikan pengaruh yang negatif terhadap viabilitas dan vigor benih tomat. Kandungan kalsium (Ca) pada kapur tohor memberikan hasil yang baik terhadap daya kecambah benih tomat dan kalsium dibutuhkan untuk pembelahan sel (Burhanudin, 1996).

Prayugo (2007) menyebutkan bahwa media tanam yang baik harus memiliki persyaratan-persyaratan sebagai tempat berpijak tanaman, memiliki kemampuan mengikat air dan menyuplai unsur hara yang dibutuhkan tanaman, mampu mengontrol kelebihan air (drainase) serta memiliki sirkulasi dan ketersediaan

(25)

6 udara (aerasi) yang baik, dapat mempertahankan kelembaban di sekitar akar tanaman dan tidak mudah lapuk atau rapuh. Hardjowigeno (1995) menambahkan bahwa media tanam yang baik yaitu media tanam yang tidak terlalu padat,

sehingga dapat membantu pembentukan dan perkembangan akar tanam.

Agoes (1994) menyatakan bahwa media tanam berfungsi sebagai tempat

melekatnya akar, juga sebagai penyedia hara bagi tanaman. Campuran beberapa bahan untuk media tanam harus menghasilkan struktur yang sesuai karena setiap jenis media mempunyai pengaruh yang berbeda bagi tanaman. Lebih jauh Sutejo (1992) menyatakan bahwa media tanam dapat diperbaiki dengan pemberian bahan organik seperti kompos, pupuk kandang atau bahan organik lain.

Kadar humus dapat ditingkatkan dengan menambahkan bahan organik yang berasal dari pupuk kandang untuk mendorong populasi mikrobia di dalam tanah menjadi jauh lebih banyak dibandingkan jika yang diberikan pupuk kimia buatan (Lingga, 1991). Kotoran sapi memiliki kandungan Nitrogen sebesar 0,4%, Phospor 0,2%, dan Kalium 0,1%. Kandungan unsur hara ini dihasilkan dari jenis makanan yang diberikan dan umur ternak itu sendiri (Tohari, 2009). Komposisi bahan organik yang terkandung pada kotoran sapi berupa kandungan serat organik yang berasal dari pakan tumbuh-tumbuhan (Jamilah, 2002).

Pasir sering digunakan sebagai media tanam alternatif untuk menggantikan fungsi tanah. Namun pasir memiliki pori-pori berukuran besar (pori-pori makro),

substitusi atau penambahan bahan organik yang bersifat menahan air dapat memperbaiki sifat pasir tersebut. Media pasir merupakan media yang paling mudah diterapkan dimana saja untuk melaksanakan hidroponik, media pasir banyak dipakai untuk hidroponik ukuran besar maupun ukuran kecil. Media pasir berfungsi untuk memperkuat akar dan batang (Francis, 1994).

Untuk mengatasi kelemahan tanah sebagai media tanam sebaiknya

dikombinasikan dengan pasir dan pupuk kandang atau pasir dan sekam padi dengan perbandingan 1:1 (Nurhalisyah, 2007).

(26)

7 Media tanam yang baik harus mempunyai sifat fisik yang baik, dan kelembaban harus tetap dijaga serta saluran drainasenya juga harus baik (Supriyanto dkk., 1986). Salah satu cara memperbaiki media tanam yang mempunyai drainase buruk adalah dengan menambahkan arang sekam pada media tersebut (Indranada, 1994).

Arang sekam padi berfungsi untuk menggemburkan tanah sehingga bisa mempermudah akar tanaman menyerap unsur hara di dalamnya. Kandungan unsur hara arang sekam padi itu tidak sebanyak yang ada di pupuk buatan, maka penggunaan yang terbaik adalah dengan mencampur antara kompos (misalnya sekam padi) dan pupuk buatan, dengan kuantitas sesuai kebutuhan tanah (Maulana dkk., 2014).

1.5 Kerangka Pemikiran

Berdasarkan landasan teori diperoleh kerangka pemikiran sebagai berikut:

Masalah yang dihadapi dalam penyediaan benih kakao berkualitas sebagai bahan tanam bahwa benih kakao adalah benih rekalsitran. Benih rekalsitran bersifat tidak tahan jika dikeringkan, peka terhadap suhu dan kelembaban yang rendah.

Kondisi tersebut dapat menyebabkan benih kakao berkecambah selama penyimpanan dan kekurangan oksigen.

Selain masalah diatas, kendala utama perkecambahan benih kakao terletak pada lapisan endosperma (pulp) yang membungkus biji kakao. Lapisan ini berkaitan langsung dengan imbibisi dalam proses perkecambahan. Jika lapisan pulp tidak dihilangkan maka dapat mengundang bakteri, jamur dan ataupun serangga.

Apabila hal tersebut dibiarkan biji dapat berpotensi rusak dan tanaman tidak berkecambah dengan optimal.

(27)

8 Biasanya metode yang digunakan oleh para petani untuk meluruhkan pulp yakni secara fisik menggunakan abu gosok dan serbuk gergaji. Namun cara ini lebih riskan sebab dapat merusak struktur benih. Metode alternatif yang lebih efisien dan praktis dalam peluruhan pulp benih kakao yaitu secara kimiawi dengan menggunakan larutan CaCO3.

Pada umumnya ekstraksi pulp pada benih kakao direndam dengan larutan CaCO3

dengan konsentrasi 25 g/l selama 20 menit. Penggunaan CaCO3 ini diasumsikan tepat untuk peluruhan pulp, melihat dari kandungan lapisan pulp sendiri bersifat asam dan CaCO3 bersifat basa. Reaksi asam-basa yang terjadi saat perendaman ditambah larutan CaCO3 yang menghasilkan reaksi eksoterm (suhu panas) semakin lama benih direndam diharapkan mampu meluruhkan dan

menghilangkan pulp-nya sehingga waktu tanam, benih secara optimal dapat menyerap air dan mampu berkecambah dengan baik. Pada komoditas lain, perlakuan imbibisi dengan kalsium (Ca) tidak berpengaruh negative terhadap viabilitas benih tomat. Hal ini juga didukung pada perendaman buah manggis dengan menggunakan larutan CaCO3 pada konsentrasi 20 g/l mampu

mempercepat pertumbuhan dan perpanjangan akar. Pada penelitian ini kakao direndam larutan CaCO3 dengan konsentrasi yang berbeda-beda yaitu 25 g/l, 50 g/l, 75 g/l dan 100 g/l selama 60 menit dengan asumsi bahwa perendaman akan meluruhkan pulp yang menempel di benih dan diharapkan dapat memberikan pengaruh yang baik pada perkecambahan dan pertumbuhan bibit kakao.

Selain perlakuan dengan perendaman larutan CaCO3, dalam penelitian ini juga terdapat komposisi media tanam. Media tanam sebagai habitat tumbuh bagi tanaman perlu diperhatikan unsure pendukung dari berbagai bahan tambahan.

Alternatif pemecahan masalah media tanam yaitu dengan mencari bahan-bahan selain tanah dan tanpa membutuhkan lahan yang luas untuk bercocok tanam.

Berbagai bahan media tanam yang digunakan harus tetap mendukung pertumbuhan dan perkembangan tanaman sehingga produktivitasnya dapat menjadi lebih baik. Jenis media tanam yang digunakan pada penelitian ini menggunakan percampuran komposisi pasir, pupuk kandang, dan arang sekam.

(28)

9 Campuran media yang digunakan adalah berdasarkan volume yaitu pasir + pupuk kandang (1:1), arang sekam + pupuk kandang (1:1), dan pasir + arang sekam + pupuk kandang (1:1:1). Berbagai komposisi media tanam masing-masing memiliki kandungan yang berbeda-beda. Bahan–bahan tersebut mempunyai karakteristik yang berbeda-beda sehingga perlu dipahami agar media tanam tersebut sesuai dengan jenis tanaman.

Pupuk kandang adalah pupuk yang berasal dari kotoran hewan. Hewan yang kotorannya sering digunakan untuk pupuk kandang adalah hewan yang biasa dipelihara oleh masyarakat, seperti kotoran sapi. Beberapa alasan dari

penggunaan pupuk kandang yang berasal dari kotoran sapi karena mempunyai kandungan unsur hara Nitrogen yang tinggi dan memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah. Salah satu alasan menggunakan pupuk kandang ini karena proses dekomposisi bahan organiknya yang berlangsung dengan lambat sehingga unsur hara yang terkandung pada kotoran sapi bisa terserap secara perlahan dan terus tersedia selama proses pertumbuhan dan perkembangan tanaman.

Pasir sering digunakan sebagai media tanam alternative untuk menggantikan fungsi tanah. Namun pasir memiliki pori-pori berukuran besar (pori-pori makro).

Oleh karena itu, penambahan bahan organik yang bersifat menahan air dapat memperbaiki sifat pasir tersebut. Arang sekam bermanfaat untuk memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah. Selain itu, bahannya bisa meningkatkan porositas tanah sehingga menjadi gembur dan mampu menyerap air. Arang sekam kaya akan kandungan karbon yang sangat dibutuhkan dalam proses pembuatan kompos. Hal tersebut akan mengurangi berat volume tanah (bulk- density), sehingga tanah banyak memiliki pori-pori dan tidak padat. Kondisi tersebut akan meningkatkan ruang pori total dan mempercepat drainase air tanah.

Pencampuran media arang sekam dan pupuk kandang (m1) memiliki kelemahan yaitu kurangnya daya simpan air sehingga kehilangan lebih banyak air, media terlalu ringan/mudah roboh. Lalu, pencampuran antara media pasir dan pupuk

(29)

10 kandang (m2) pun masih memiliki kekurangan yaitu media tanam terlalu padat, kurangnya unsur hara yang dapat tersedia untuk pertumbuhan bibit.

Pencampuran media lengkap (m3) antara pasir, pupuk kandang, dan arang sekam merupakan media tanam yang mengandung unsur penunjang pertumbuhan tanaman yang lengkap. Media tanam ini mampu mengontrol kelebihan air (drainase) serta memiliki sirkulasi dan ketersediaan udara (aerasi) yang baik, dapat mempertahankan kelembaban di sekitar akar tanaman, mengandung unsur hara yang cukup, laju infiltrasi yang baik dan tidak terlalu padat. Berdasarkan dari pencampuran media tanam diatas diharapkan dapat saling melengkapi satu sama lain dengan asumsi bahwa komposisi campuran media pasir, arang sekam, dan pupuk kandang memberikan pengaruh paling baik terhadap pertumbuhan tanaman kakao.

Benih kakao yang direndam dengan larutan CaCO3 pada komposisi media tanam campuran pasir + arang sekam + pupuk kandang diasumsikan menghasilkan bibit terbaik. Perendaman dengan konsentrasi larutan CaCO3 yang berbeda-beda, dapat menstimulisasi perkecambahan benih sehingga bibit tumbuh maksimal dan

didukung pula oleh media tanam yang baik.

1.6 Hipotesis

Hipotesis dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Terdapat konsentrasi CaCO3 terbaik dalam perkecambahan dan pertumbuhan bibit kakao.

2. Komposisi media tanam yang member pengaruh paling baik adalah media tanam campuran pasir, arang sekam, dan pupuk kandang.

3. Tanggapan bibit kakao terhadap konsentrasi CaCO3 dipengaruhi oleh jenis media tanam.

(30)

10

II.TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Botani tanaman kakao

Menurut Tjitrosoepomo (1988), sistematika tanaman kakao adalah sebagai berikut:

Divisio : Spermatophyta Sub division : Angiospermae Kelas : Dicotyledonae Sub kelas : Apetalae Ordo : Malvales Famili : Sterculiaceae Genus : Theobroma

Spesies : Theobroma cacao, L.

Biji kakao dapat diklasifikasikan kedalam kelompok genetik Forastero, Criollo, dan Trinitario. Forastero ditandai dengan warna kotiledon ungu yang merupakan warna khas dari senyawa antosianin dalam biji kakao, Criollo dengan warna kotiledon putih, dan Trinitario yang merupakan keturunan dari Forastero dan Criollo. Forastero diproduksi dan diperdagangkan dalam jumlah yang lebih besar daripada Criollodan Trinitario. Ketiga jenis kakao tersebut dikembangkan di Indonesia. Criollo atau kakao mulia merupakan kelompok kakao dengan cita rasa yang lebih lembut (milder flavour) dengan sedikit rasa kacang (nutty type). Cita rasa ini sangat cocok untuk pembuatan cokelat susu. Cokelat yang dibuat dari biji kakao dari bahan tanam yang berbeda akan memiliki cita rasa yang berbeda pula.

(31)

12 Pulp merupakan senyawa yang sebagian besar terdiri atas air. Komposisi pulp menurut Haryadi (1991) seperti disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Komposisi Pulp Biji Kakao:

Komponen Kandungan Rata-rata (%)

Air

Albuminoid, Astringents dsb Glukosa

Sukrosa Pati

Asam non-volatil Besioksida Garam-garam

Asam-asam menguap Alkohol

80-90 0,5-0,7

8-13 0,4-1,0

- 0,2-0,4

0,03 0,4-0,45

- - Sumber: Haryadi, (1991).

Tanaman kakao secara garis besar dapat dibagi atas dua bagian, yaitu bagian vegetatif yang meliputi akar, batang serta daun dan bagian generatif yang meliputi bunga, buah dan biji (Lukito, 2010).

1. Akar

Kakao adalah tanaman dengan surface root feeder, artinya sebagian akar

lateralnya (mendatar) berkembang dekat permukaan tanah, yaitu pada kedalaman tanah 0-30 cm. Akar lateral tumbuh pada kedalaman 0-10 cm, 26% pada

kedalaman 11-20 cm, 14 % pada kedalaman 21-30 cm, dan hanya 4% tumbuh pada kedalaman lebih dari 30 cm dari permukaan tanah. Jangkauan jelajah akar lateral dinyatakan jauh di luar proyeksi tajuk ujungnya membentuk cabang-cabang kecil yang susunannya rumit (Lukito, 2010).

(32)

13 Akar kakao adalah akar tunggang. Pertumbuhan akar kakao bisa sampai 8 m ke arah samping dan 15 m ke arah bawah. Kakao yang diperbanyak secara vegetatif pada awal pertumbuhannya tidak menumbuhkan akar tunggang, melainkan akar- akar serabut yang banyak jumlahnya. Setelah dewasa tanaman tersebut

menumbuhkan dua akar yang menyerupai akar tunggang (Siregar, dkk., 1989).

2. Batang

Habitat asli tanaman kakao adalah hutan tropis dengan naungan pohon- pohon yang tinggi, curah hujan yang tinggi, suhu sepanjang tahun relatif sama,serta kelembapan tinggi relatif tetap. Tanaman kakao bersifat dimorfisme, artinya mempunyai dua bentuk tunas vegetatif. Tunas yang arah pertumbuhannya ke atas disebut dengan tunas ortotrop atau tunas air, sedangkan tunas yang

pertumbuhannya kesamping disebut dengan plagiotrop (Lukito, 2010).

Tanaman kakao asal biji, setelah mencapai tinggi 0,9-1,5 meter akan berhenti tumbuh dan membentuk jorket. Jorket adalah tempat percabangan dari pola percabangan ortrotop ke plagiotrop dan khashnya pada tanaman kakao, dari ujung perhentian tersebut selanjutnya tumbuh 3-6 cabang yang arah pertumbuhannya condong kesamping membentuk sudut 0-600 dengan arah horizontal.

Cabang-cabang itu disebut dengan cabang primer (cabang plagiotrop). Pada cabang primer tersebut kemudian tumbuh cabang-cabang lateral, sehingga tanaman membentuk tajuk yang rimbun (Lukito, 2010).

Kakao dapat tumbuh sampai ketinggian 8-10 meter dari pangkal batangnya pada permukaan tanah. Tanaman kakao punya kecenderungan tumbuh lebih pendek bila ditanam tanpa pohon pelindung. Diawal pertumbuhannya tanaman kakao yang diperbanyak melalui biji akan menumbuhkan batang utama sebelum menumbuhkan cabang-cabang primer (Siregar, dkk., 1989).

(33)

14 3. Daun

Warna daun pada tanaman kakao muda sangat beragam, tergantung dari jenis tanaman yaitu mulai hijau pucat, kemerah-merahan sampai pada merah tua.

Daun-daun muda ini dilindungi oleh stipula pada dasar tangkainya dan akan gugur sendirinya setelah daun-daun menjadi dewasa (Heddy, 1990).

Sama dengan sifat percabangannya, daun kakao juga bersifat dimorfisme.

Pada tunas orthotrop, tangkai daunnya panjang, yaitu 7,5-10 cm sedangkan pada tunas plagiotrop panjang tangkai daunnya hanya sekitar 2,5 cm. Tangkai daun bentuknya silinder dan bersisik halus, bergantung pada tipenya. Salah satu sifat khusus daun kakao yaitu ada dua persendian (articulation) yang terletak dipangkal dan ujung tangkai daun. Dengan persendian ini dilaporkan daun mampu

membuat gerakan untuk menyesuaikan dengan arah datangnya sinar matahari (Lukito, 2010).

4. Bunga

Bunga kakao tergolong bunga sempurna, terdiri atas daun kelopak (calyx) sebanyak 5 helai dan benang sari (Androecium) berjumlah 10 helai. Diameter bunga 1,5 cm dan bunga disangga oleh tangkai bunga yang panjangnya 2 – 4 cm (Lukito, 2010).

Pembungaan kakao bersifat cauliflora dan ramiflora, artinya bunga-bunga dan buah tumbuh melekat pada batang atau cabang, dimana bunganya terdapat hanya sampai cabang sekunder. Tanaman kakao dalam keadaan normal dapat

menghasilkan bunga sebanyak 6.000 – 10.000 pertahun tetapi hanya sekitar 5 % yang dapat menjadi buah (Heddy, 1990).

5. Buah

Buah kakao berupa buah buni yang daging bijinya sangat lunak. Kulit buah mempunyai sepuluh alur dan tebalnya 1–2 cm. Bentuk, ukuran dan warna buah kakao bermacam-macam serta panjangnya sekitar 10–30 cm. Umumnya ada tiga macam warna buah kakao, yaitu hijau muda sampai hijau tua waktu muda dan

(34)

15 menjadi kuning setelah masak, warna merah serta campuran antara merah dan hijau. Buah ini akan masak 5–6 bulan setelah terjadinya penyerbukan. Buah muda yang ukurannya kurang dari 10 cm disebut cherelle (pentil). Buah ini sering sekali mengalami pengeringan (cherellewilt) sebagai gejala spesifik dari tanaman kakao. Gejala demikian disebut physiological effect thinning, yakni adanya proses fisiologis yang menyebabkan terhambatnya penyaluran hara yang menunjang pertumbuhan buah muda. Gejala tersebut dapat juga dikarenakan adanya kompetisi energi antara vegetatif dan generatif atau karena adanya pengurangan hormon yang dibutuhkan untuk pertumbuhan buah muda (Nurma, 2006).

6. Biji

Biji kakao dapat dibagi menjadi tiga bagian pokok, yaitu kotiledon (87,10%), kulit (12%), dan lembaga (0,9%). Jumlah biji per buah sekitar 20-60 dengan

kandungan lemak biji 40-59%. Biji berbentuk bulat telur agak pipih dengan ukuran 2,5 x 1,5 cm. Biji kakao diselimuti oleh lendir (pulp) berwarna putih.

Lapisan yang lunak dan manis rasanya, jika telah masak lapisan tersebut dinamakan pulp atau micilage. Pulp dapat menghambat perkecambahan, oleh karena itu harus dibuang untuk menghindari kerusakan biji. Biji kakao tidak mempunyai masa dormansi sehingga untuk benih tidak memungkinkan untuk disimpan dalam waktu yang agak lama (Heddy, 1990).

2.2 Karakteristik Kakao Klon UAH (Upper Amazon Hybrid)

Varietas Forastero terdiri atas dua bagian yaitu Lower Amazon Hybrid (LAH) dan Upper Amazon Hybrid (UAH). Varietas Forastero memiliki rasa yang lebih pahit dan beraroma lebih kuat yang sering ditemukan di Negeria, Ghana, Malaysia dan Indonesia. Varietas Forastero memiliki potensi penghasil biji kakao lindak atau kakao curah (Bulk cocoa). Upper Amazon Hybrid menghasilkan biji kakao lindak memiliki ciri-ciri biji berbentuk oval, pipih dan kotiledon berwarna gelap.

Permukaan kulit buah halus, pertumbuhan tanaman kuat dan cepat, daya hasil tinggi dan tahan terhadap serangan hama dan penyakit (Heddy, 1990).

(35)

16 Kultivar Upper Amazone Hybrid (UAH) memiliki sifat-sifat yang unggul,

diantaranya yaitu: produksi tinggi, lebih tahan terhadap hama dan penyakit, aspek agronomis mudah, pertumbuhan vegetatif yang baik dan periode tanaman untuk menghasilkan cepat (Spillane, 1995). Kultivar UAH banyak digunakan di perkebunan-perkebunan di Indonesia. Bibit yang baik untuk dipindahkan ke lapangan setelah berumur 3-5 bulan, tinggi 40-60 cm, jumlah daun minimum 12 lembar dan diameter batang 0,7-1,0 cm (Pusat Penelitian Kopi dan Kakao, 2005).

2.3 Pertumbuhan Kakao

Lapisan endosperma mempengaruhi biji pada saat berkecambah karena

endosperma merupakan faktor internal biji, lapisan ini berkaitan langsung dengan proses imbibisi. Pada fase awal perkecambahannya biji sangat membutuhkan air dari lingkungannya. Setelah air diserap oleh biji, kulit pada biji akan melunak dan terjadilah hidrasi pada protoplasma, kemudian enzim-enzim mulai aktif, terutama bagi enzim yang berfungsi untuk merombak cadangan makanan menjadi energi melalui proses respirasi (Sutopo, 2002).

Perombakan cadangan makanan (katabolisme) akan menghasilkan energi yang diikuti dengan pembentukan senyawa protein. Diferensiasi pada sel embrio yang baru akan membentuk plumula yang merupakan bakal batang dan daun serta radikula yang merupakan bakal akar. Kedua bagian ini akan membesar sehingga mengakibatkan biji berkecambah (Krisnamoorthy, 1981).

Benih kakao tidak memiliki masa dormansi. Pada saat berkecambah, hipokotil memanjang dan mengangkat kotiledon yang masih menutup keatas permukaan tanah. Selanjutnya kotiledon membuka dan diikuti dengan memanjangnya epikotil tumbuhnya empat lembar daun pertama. Empat daun tersebut sebetulnya tumbuh dari setiap ruasnya, tetapi buku-bukunya sangat pendek sehingga tampak tumbuh dari satu ruas (Pusat Penelitian Kopi dan Kakao, 2005).

(36)

17 Daun kakao bersifat dimorfisme, yakni tumbuh pada dua tunas (orthotrop) dan plagiotrop). Daun yang tumbuh pada orthotrop tangkai daunnya berukuran 7,5-10 cm, sedangkan yang tumbuh pada tunas plagiotrop berukuran sekitar 2,5 cm.

Pertumbuhan daun pada cabang plagiotrop berlangsung serempak, tetapi berkala.

Ketika priode daun merah (flush), setiap tunas akan membentuk 3-6 lembar daun baru sekaligus. Daun muda tersebut belum memiliki klorofil, banyak

mengandung pigmen antosianin. Klorofil baru akan mulai terbentuk setelah daun mencapai ukuran sempurna, berumur 3-4 minggu (Wahyudi dkk., 2008).

Pada awal berkecambahan benih, akar tunggang tumbuh cepat, mencapai 1 cm pada umur 1 minggu, 16-18 cm pada umur 1 bulan dan 25 cm pada umur 3 bulan.

Tanaman kakao memiliki sistem perakaran yang dangkal (surface root feeder) karena sebagian besar akar lateral berkembang dekat permukaan tanah pada kedalaman 0-30 cm (Pusat Penelitian Kopi dan Kakao, 2005). Bibit yang paling baik untuk ditanam di lapangan adalah yang berumur 4-5 bulan, tinggi 50-60 cm, berdaun 20-45 helai, dan diameter batangnya 8 mm (Wahyudi dkk., 2008).

2.4 CaCO3 (Kalsium Karbonat)

Batu kapur merupakan bahan alam yang banyak terdapat di Indonesia. Batu kapur adalah batuan padat yang mengandung banyak kalsium karbonat (Lukman dkk., 2012). Kalsium karbonat adalah mineral inorganik yang dikenal tersedia dengan harga murah secara komersial. Sifat fisik kalsium karbonat seperti, morfologi, fase, ukuran dan distribusi ukuran harus dimodifikasi menurut bidang

pengaplikasiannya. Bentuk morfologi dan fase kalsium karbonat (CaCO3) terkait dengan kondisi sintesis seperti, konsentrasi reaktan, suhu, waktu aging dan zat adiktif alam (Kirboga dan Oner, 2013).

Kalsium karbonat (CaCO3) adalah senyawa yang terdapat dalam batuan kapur dalam jumlah besar. Senyawa ini merupakan mineral paling sederhana yang tidak mengandung silikon dan merupakan sumber pembuatan kalsium tersebar secara komersial (Kenneth, 1965)

(37)

18 Endapan halus Kalsium karbonat (CaCO3) yang dibutuhkan industri dapat

diperoleh secara kimia, sedang secara fisika hanya didapatkan batuan gamping saja. Secara umum, pembuatan Kalsium karbonat (CaCO3) secara kimia dilakukan dengan mengalirkan gas Karbon dioksida (CO2) ke dalam slurry Kalsium hidroksida (Ca(OH)2) dengan memperhatikan suhu, waktu, kepekatan suspensi, dan kecepatan pengadukan (Othmer, 1965).

Pada proses karbonatasi pembentukan Kalsium karbonat, selain suhu hal yang perlu diperhatikan adalah waktu, konsentrasi slurry dan kecepatan pengadukan.

Waktu reaksi antara Ca(OH)2 dan CO2 sangat berpengaruh pada pembentukan CaCO3, karena derajat konversi tergantung pada waktu pembentukan yang ditetapkan (Othmer, 1965).

2.5 Perbanyakan Generatif Tanaman Kakao

Pada saat ini kebanyakan para petani memperoleh bibit kakao secara generatif atau melalui biji. Biji kakao yang dipanen dari tanaman kakao yang unggul dibersihkan dan dikeringkan sampai kadar air sekitar 40%. Biji yang kering selanjutnya dikecambahkan selama kurang lebih 12 hari. Benih yang telah dikecambahkan kemudian ditanam di lahan dengan pemeliharaan sekitar 4-5 bulan (Rahardjo, 2011). Keuntungan perbanyakan kakao secara generatif adalah mudah dan sederhana untuk dilakukan (Wahyudi dkk., 2008).

Namun, bibit tanaman hasil perbanyakan generatif memiliki sifat genetik yang bervariasi. Hal ini disebabkan kakao merupakan tanaman yang melakukan penyerbukan silang (cross pollination) dan bunga kakao bersifat protogini yang artinya putik masak lebih awal daripada kepala sari sehingga serbuk sari tidak mampu membuahi putik dari kuntum yang sama (Prawoto, 2008). Sebagai akibatnya keturunan yang diperoleh dari perbanyakan generatif akan bervariasi (Maximova dkk., 2002).

(38)

19 2.6 Jenis Media Tanam

1. Pasir

Pasir merupakan jenis media dengan struktur yang lebih kasar dibandingkan dengan tanah. Media pasir mengandung sedikit bahan organik karenas sifatnya sarang. Media pasir akan lebih membutuhkan air tetapi tanah berpasir tidak mudah memadat dan menggumpal sehingga memudahkan tanaman untuk dapat mengembangkan akarnya (Hardjowigeno, 2003).

2. Arang Sekam Padi

Arang sekam adalah sekam padi yang telah dibakar sampai hancur tetapi sampai tidak menjadi abu. Arang sekam bersifat porous, bermanfaat dalam menetralisir keasaman tanah, menetralisir racun, meningkatkan daya ikat tanah terhadap air, merangsang pertumbuhan mikroba yang menguntungkan bagi tanaman,

menjadikan tanah gembur sehingga memperbaiki drainase dan aerasi tanah (Supriyati dkk., 2011).

3. Pupuk Kandang

Pupuk kandang adalah pupuk yang berasal dari kandang ternak, baik berupa kotoran padat (feses) yang bercampur sisa makanan maupun air kencing (urine) ternak yang masih bisa dimanfaatkan (Samekto, 2006).

Pupuk kandang mempunyai pengaruh yang baik terhadap sifat fisik dan kimia tanah. Kandungan yang tersedia pada pupuk kandang diantaranya unsur nitrogen (N), fosfor (P), dan kalium (K) yang penting untuk pertumbuhan dan

perkembangan tanaman. Penggunaan pupuk kandang sebaiknya yang telah matang, steril, dan teksturnya sudah berbentuk granul seperti tanah. Sebab pupuk kandang yang belum matang berisiko membawa hama dan penyakit pada

tanaman (Annisa dkk., 2016).

(39)

III. BAHAN DAN METODE

3.1 Tempat dan Waktu

Penelitian dilaksanakan pada bulan September - Desember 2020 dirumah plastik Desa Labuhan Dalam, Kecamatan Tanjung Senang, Bandar Lampung dan Laboratorium Ilmu Tanaman Fakultas Pertanian, Universitas Lampung, Gedong Meneng, Bandar Lampung.

3.2 Alat dan Bahan

Alat-alat yang digunakan adalah ayakan tanah, sekop, meteran, jangka sorong, timbangan digital 0,0001 gram, dan oven. Bahan-bahan yang digunakan adalah benih kakao varietas UAH (Upper Amazon Hybrid) hibrida lokal sungai langka, pasir, kompos, arang sekam, kristal CaCO3, polybag (15 cm x 20 cm).

3.3 Metode Penelitian

Penelitian disusun secara faktorial (5x3) dengan Rancangan Kelompok Teracak Sempurna (RKTS) sehingga terdapat 15 kombinasi perlakuan. Kombinasi perlakuan diulang sebanyak 3 kali sehingga diperoleh 45 satuan percobaan dan dalam setiap satuan percobaan terdapat 10 tanaman. Maka jumlah keseluruhan benih yang ditanam sebanyak 450. Pengelompokan berdasarkan ukuran diameter buah sebagai sumber benih dengan kategori buah besar (8,9 - 10 cm), sedang (7,8 - 8,9 cm), dan kecil (6,7- 7,8 cm). Buah besar (kelompok 1), buah sedang

(kelompok 2), dan buah kecil (kelompok 3). Faktor pertama adalah (K) besarnya konsentrasi larutan CaCO3 dalam perendaman benih yang terdiri atas (k0) 0 g/l,

(40)

21 (k1) 25 gr/l, (k2) 50 gr/l, (k3) 75gr/l, dan (k4) 100 gr/l. Faktor kedua adalah media pembibitan (M) yang terdiri atas campuran berdasarkan pasir + pupuk kandang volume (1:1) (m1), arang sekam + pupuk kandang volume (1:1) (m2), dan pasir + arang sekam + pupuk kandang volume (1:1:1) (m3). Data pengamatan yang diperoleh akan diuji homogenitasnya menggunakan uji Barlett dan aditivitasnya diuji menggunakan uji Tukey. Jika asumsi tersebut terpenuhi, ragam antar perlakuan homogen dan kata bersifat additive (menambah) maka selanjutnya dilakukan analisis ragam atau uji-F pada taraf 5%. Jika hasil penelitian

menunjukan adanya pengaruh nyata, maka akan dilanjutkan dengan uji BNT taraf 5%. Tata letak percobaan dapat dilihat pada Gambar 1:

Gambar 1. Tata letak percobaan Keterangan:

k0 = Konsentrasi Larutan CaCO3 0 g/l k1 = Konsentrasi Larutan CaCO3 25 gr/l k2 = Konsentrasi Larutan CaCO3 50 gr/l k3 = Konsentrasi Larutan CaCO3 75 gr/l k4 = Konsentrasi Larutan CaCO3 100 gr/l m1 = Pasir + Pupuk kandang

m2 = Arang sekam + Pupuk kandang

m3 = Pasir + Arang sekam + Pupuk kandang Kelompok

1

k1m2 k3m3 k0m1 k2m2 k4m1

k2m1 k1m1 k4m3 k3m1 k0m2

k4m2 k0m3 k3m2 k2m3 k1m3

Kelompok 2

k0m3 k3m3 k2m1 k4m2 k1m1

k1m2 k0m1 k4m1 k3m1 k2m3

k3m2 k2m2 k0m2 k1m3 k4m3

Kelompok 3

k0m2 k3m1 k1m1 k4m2 k2m1

k4m1 k1m2 k2m3 k0m1 k3m2

k2m2 k4m3 k3m3 k1m3 k0m3

(41)

22 3.4 Pelaksanaan Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan melalui beberapa tahapan, diantaranya penyiapan media tanam, perendaman bibit tanaman kakao, penanaman, pemeliharaan, dan pengamatan.

3.4.1 Penyiapan media tanam

Media tanam yang digunakan adalah campuran pasir, arang sekam, dan pupuk kandang. Pasir sungai dicuci hingga bersih dari kotoran dan tanah agar tidak terjadi pemadatan sehingga porositasnya baik. Komposisi media disesuaikan dengan perlakuan yaitu campuran pasir + pupuk kandang (1:1), campuran arang sekam + pupuk kandang (1:1), dan campuran pasir, arang sekam, pupuk kandang (1:1:1). Perbandingan percampuran media berdasarkan volume. Media yang telah dicampur kemudian dimasukkan kedalam polybag yang berukuran 15 x 20 cm hingga 90%. Polybag yang telah terisi media kemudian diletakkan dirumah plastik sesuai tata letak percobaan.

3.4.2 Penyiapan larutan CaCO3

Larutan CaCO3 dibuat dengan cara menimbang kristal (kapur) sebanyak 25 gram, 50 gram, 75 gram, dan 100 gram, kemudian masing-masing bobot CaCO3

dilarutkan dengan air hingga volume 1 liter dan diaduk sampai larutan tersebut homogen sehingga diperoleh konsentrasi yang akan didapatkan secara berurutan yaitu 25 gr/l, 50 gr/l, 75 gr/l,dan 100 gr/l.

3.4.3 Penyiapan benih kakao

Benih diperoleh dari kebun rakyat dengan varietas UAH (Upper Amazon Hybrid) yang merupakan hibrida lokal dari Sungai Langka (Gambar 2). Benih diambil dari buah yang telah masak fisiologis yang ditandai dengan kulit buah berubah

(42)

23 berwarna kuning, benih diambil pada 4-6 baris dibagian tengah buah untuk meningkatkan keseragaman benih.

Gambar 2. Benih Kakao 3.4.4 Perendaman benih kakao

Benih kakao ber-pulp direndam dalam larutan CaCO3 dengan konsentrasi 0 gr/l, 25 gr/l, 50 gr/l, 75 gr/l, dan 100 gr/l yang telah disiapkan, masing-masing untuk perendaman selama 60 menit. Jumlah benih sebanyak 450, 360 yang akan direndam dan 90 benih yang tidak direndam. Perendaman dilakukan per

kelompok berjumlah 120 benih, untuk tiap konsentrasi direndam 30 benih dalam volume yang sama dan diulang sebanyak 3 kali. Setelah perendaman selesai benih langsung ditanam ke media yang telah disiapkan.

3.4.5 Penanaman benih

Penanaman benih menggunakan system pembibitan satu tahap yaitu, benih

langsung ditanam pada media pembibitan. Polybag yang telah berisi media tanam diberi lubang/ditugal dengan bambu. Benih ditanam pada media yang disiapkan, dengan posisi bagian yang tumpul berada dibawah. Kemudian ditimbun media setebal 1 cm. Setelah ditanam, tanaman disiram dengan volume air yang sama.

Sebanyak 10 benih yang ditanam dalam 10 polybag untuk setiap perlakuan. Lalu, pada 2 minggu setelah tanam (MST) dilakukan pemilahan yang nantinya tanaman tersebut sebagai sampel pengamatan.

(43)

24 3.4.6 Pemeliharaan

Pemeliharaan yang dilakukan dapat berupa penyiangan, penyiraman, dan

pengendalian hama penyakit. Hama yang menyerang tanaman adalah semut dan kutu putih dikendalikan dengan curacron 500 EC dan antracol 70 WP.

Penyiangan dilakukan secara manual apabila tumbuh gulma. Penyiraman dilakukan secara merata dan rutin apabila kondisi media kering.

3.5 Pengamatan

Peubah-peubah yang diamati dalam pembibitan adalah sebagai berikut:

1. Daya Berkecambah

Daya berkecambah benih kakao dihitung dengan mengggunakan rumus:

Daya berkecambah = Jumlah benih yang berkecambah

Jumlah benih yang ditanam x 100 %

Pengamatan daya kecambah dilakukan setelah benih berumur 2 minggu setelah tanam (MST). Setelah pengamatan daya berkecambah, dipilih 3 tanaman yang seragam untuk setiap perlakuan yang akan dipelihara sampai 12 minggu.

Penentuan 3 tanaman ini sekaligus yang akan menjadi sampel dalam setiap pengamatan, sehingga total tanaman akhir sebanyak 135 bibit.

2. Tinggi Tanaman

Pengukuran tinggi tanaman dilakukan dari pangkal batang sampai titik tumbuh dengan menggunakan meteran. Pengamatan tinggi tanaman dilakukan setiap 4 minggu sekali hingga bibit berumur 12 minggu setelah tanam

(44)

25 3. Jumlah Daun

Penghitungan jumlah daun dilakukan dengan menghitung daun yang telah terbuka secara sempurna pada setiap bibit kakao. Penghitungan jumlah daun dilakukan setiap 4 minggu sekali hingga bibit berumur 12 minggu setelah tanam.

4. Diameter Batang Bibit

Pengukuran diameter batang bibit dilakukan pada bagian batang 5 cm dari permukaan media (Gambar 3). Pengukuran diameter bibit dilakukan

menggunakan jangka sorong dengan satuan mm dan dilakukan pada saat bibit berumur 12 minggu setelah tanam.

Gambar 3. Pengukuran diameter batang kakao 5. Bobot Segar dan Bobot Kering Tajuk

Bibit dipanen dengan membongkar polybag kemudian dipotong bagian tajuk dan bagian akarnya. Bobot segar tajuk diperoleh dari bibit yang telah berumur 12 minggu setelah tanam dan ditimbang tajuknya menggunakan timbangan elektrik.

Sementara itu, bobot kering tajuk diperoleh dari tajuk yang telah dikeringkan menggunakan oven, hingga bobotnya konstan pada suhu 700 selama 3 hari.

Setelah itu, ditimbang menggunakan timbangan elektrik dalam satuan gram.

(45)

26 6. Panjang Akar

Akar dipisahkan dari media dengan menyemprotkan air pada media. Akar yang telah bersih ditentukan 3 akar primer terpanjang kemudian diukur panjangnya, lalu dirata-ratakan. Akar primer adalah akar yang muncul dari bagian pangkal bibit. Pengukuran panjang akar dilakukan ketika bibit berumur 12 minggu setelah tanam (MST).

7. Bobot Segar dan Bobot Kering Akar

Akar yang sudah bersih kemudian ditimbang menggunakan timbangan elekterik.

Bobot segar akar diperoleh dari bibit yang telah berumur 12 minggu setelah tanam (MST) dan ditimbang menggunakan timbangan elektrik. Sementara itu, bobot kering akar diperoleh dari akar yang telah dikeringkan menggunakan oven hingga bobotnya konstan pada suhu700 selama 3 hari, kemudian ditimbang menggunakan timbangan elektrik dalam satuan gram.

8. Indeks Kualitas Bibit

Indeks kualitas bibit dihitung menggunakan rumus yang dimodifikasi dari Lima (2013) dengan menghitung Indeks Kualitas Bibit Segar (IKBS) dan Indeks Kualitas Bibit Kering (IKBK) yaitu:

IKBS = Bobot segar bibit (tajuk + akar) ( Tinggi

Diameter) +(Bobot tajuk kering Bobot akar kering)

IKBK = Bobot kering bibit (tajuk + akar) ( Tinggi

Diameter) +(Bobot tajuk kering Bobot akar kering)

(46)

V. SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Hasil penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Perendaman benih kakao dalam larutan CaCO3 memberikan pengaruh nyata terhadap peubah tinggi tanaman, jumlah daun, diameter batang, panjang akar, bobot segar akar, bobot segar tajuk, bobot kering tajuk dan indeks kualitas bibit segar dengan hasil tertinggi yaitu pada konsentrasi larutan CaCO3 75 g/l.

2. Komposisi media tanam pasir + arang sekam + pupuk kandang memberikan pengaruh terbaik pada semua peubah pengamatan pertumbuhan bibit kakao.

3. Tidak terjadi interaksi antara komposisi media tanam dan konsentrasi larutan CaCO3 terhadap semua peubah yang diamati.

5.2 Saran

1. Perlu adanya penelitian lanjutan mengenai perendaman benih kakao dengan konsentrasi larutan CaCO3 dan waktu perendaman yang lebih efektif.

2. Penambahan tanah pada perlakuan kombinasi media tanam untuk menyesuaikan habitat tumbuh bibit yang ditanam.

(47)

DAFTAR PUSTAKA

Agoes, D. 1994. Berbagai Jenis Media Tanam dan Penggunaannya. Penebar Swadaya. Jakarta.

Alridiwirsah, Asritanarni, dan F, H, Sari. 2011. Perlakuan Benih dan Pemupukan Terhadap Pertumbuhan Bibit Kakao (Theobroma cacao L) TSH 8. Jurnal Agrium. 17 (1): 25-31 hlm

Ambardini, S. 2009. Perubahan kadar lemak biji kakao (Theobroma cacao L.) melalui fermentasi beberapa isolat khamir. Warta-Wiptek. 17 (1): 17-22 hlm

Balai Teknologi Perbenihan. 1998. Program nasional sistem perbenihan kehutanan. Publikasi Khusus. Balai Teknologi Perbenihan. Bogor.

Burhanudin. 1996. Pengaruh Metode Ekstraksi dan Tingkat Kadar Air Benih terhadap

Gambar

Tabel 1. Komposisi Pulp Biji Kakao:
Gambar 1. Tata letak percobaan  Keterangan:
Gambar 2. Benih Kakao  3.4.4 Perendaman benih kakao
Gambar 3. Pengukuran diameter batang kakao  5.  Bobot Segar dan Bobot Kering Tajuk

Referensi

Dokumen terkait

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa suplementasi tepung maggot sampai 15 % tidak berpengaruh nyata P>0,05 terhadap kadar Low Density Lipoprotein LDL dan hasil analisis ragam

Viabilitas benih tinggi pada proporsi kapur tohor per bobot benih didukung dengan viabilitas yang tinggi dengan nilai rata-rata daya berkecambah DB 91,16%; potensi tumbuh maksimum PTM

No Nama Bahan Fungsi 1 Air laut Sebagai elektrolit 2 Akrilik Sebagai penampung setiap sel dan kerangka alat utama 3 Serabut Cu 120 cm Sebagai katode 4 Lempengan Zn 4x7x0,002 cm

Ali Fikri Alfarisy Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persepsi petani terhadap budidaya bibit biji katak tanaman porang, penerapan budidaya bibit biji katak tanaman porang,

penelitian ini bertujuan untuk 1 mengetahui tinkat efisiensi penggunaan pupuk urea setelah penambahan biochar kulit kakao terhadap pertumbuhan sawi pakcoy Brassica chinensis L 2

Uji Hipotesis Setelah melakukan uji normalitas dan homogenitas data, diperoleh bahwa data skor awal pretest dan skor akhir posttest kelas kontrol dan eksperimen berasal dari populasi

Seed priming atau priming benih adalah salah satu teknik yang dapat digunakan untuk memperbaiki dan meningkatkan perkecambahan benih padi gogo pada kondisi tanah masam.. Penelitian ini

Perlakuan media MS + 30 g/l merupakan kombinasi terbaik berdasarkan visual kentang yang berumur 4 MST, dilihat dari batang yang kokoh, helai daun yang lebih lebar, buku yang lebih