• Tidak ada hasil yang ditemukan

SETTLEMENT OF DISPUTES IN CREDIT AGREEMENTS WITH FIDUCIARY GUARANTEE

N/A
N/A
Karina Aprilia

Academic year: 2025

Membagikan "SETTLEMENT OF DISPUTES IN CREDIT AGREEMENTS WITH FIDUCIARY GUARANTEE"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

SETTLEMENT OF DISPUTES IN CREDIT AGREEMENTS WITH FIDUCIARY GUARANTEE

PENYELESAIAN SENGKETA DALAM PERJANJIAN KREDIT DENGAN JAMINAN FIDUSIA

1 Rahayu Hartini , 1 Mohamad Dahnial Nafis Program Studi Strata Satu Hukum 1 Universitas Muhammadiyah Malang

Penulis Makalah : [email protected]

ABSTRAK

Segala sesuatu yang berkaitan dengan bank, termasuk organisasi, kegiatan komersial, serta metode dan prosedur untuk melakukan kegiatan tersebut disebut perbankan. Bank terlibat dalam operasi bisnis untuk menghasilkan keuntungan, termasuk penyaluran pinjaman. Kreditur harus percaya pada kemampuan peminjam untuk membayar kembali pinjaman sesuai dengan ketentuan perjanjian sebelum memberikan kredit. Sebelum memberikan kredit, kreditur harus: melakukan pemeriksaan secara mendetail dan lengkap terhadap sifat, kemampuan, permodalan, agunan, dan prospek usaha debitur untuk mendapatkan kepercayaan tersebut.

Jaminan adalah komponen penting dalam pemberian kredit yang bertindak sebagai jaminan cadangan bagi kreditur. Menurut Pasal 1131 KUHAP, seluruh harta pribadi seseorang menjadi jaminan perikatan. secara umum, ini terkadang terjadi karena jaminan, kreditur hanya menerima sebagian dari jumlah yang terutang kepada mereka. Properti jaminan adalah apa yang dikenal sebagai jenis jaminan ini, dan mungkin berbentuk gadai, hipotek, atau fidusia.

Fidusia adalah pengalihan hak milik atas barang-barang milik debitur kepada kreditur selama barang-barang tersebut secara fisik masih berada dalam penguasaan debitur (Constitutum Possesorium), dengan syarat kreditur mengembalikan hak milik atas barang-barang tersebut kepada debitur setelah terjadinya hutang dan dilunasi.

Dalam praktik perbankan, telah ditetapkan bahwa gagasan pemberian kredit (pinjaman) melarang bank untuk menanggung risiko yang terkait dengan hal yang telah ia lakukan, sehingga setiap pinjaman yang diberikan harus memiliki jaminan. Kredit disediakan oleh Bank melalui jaminan fidusia barang bergerak, khususnya kendaraan bermotor seperti mobil dan sepeda motor. Dari penulisan makalah ini dapat disimpulkan dan dapat ditarik kesimpulan bahwa fidusia memiliki kedudukan penting dalam penyelesaian sengketa dalam perjanjian kredit.

Kata Kunci : Perbankan, Jaminan, Fidusia.

ABSTRACT

(2)

Everything related to banks, including organizations, commercial activities, as well as methods and procedures for conducting such activities is called banking. Banks engage in business operations to generate profits, including lending. The creditor must believe in the borrower's ability to repay the loan in accordance with the terms of the agreement before granting credit. Before granting credit, the creditor must: conduct a detailed and complete examination of the nature, ability, capital, collateral, and business prospects of the debtor to obtain the trust.

Collateral is an important component in the provision of credit that acts as a backup guarantee for creditors. According to Article 1131 of the Code of Criminal Procedure, all personal property of a person becomes collateral for engagement. In general, this sometimes happens because of collateral, creditors receive only part of the amount owed to them. Collateral property is what is known as this type of collateral, and may take the form of a lien, mortgage, or fiduciary.

Fiduciary is the transfer of title to the debtor's property to the creditor as long as the goods are physically still in the debtor's possession (Constitutum Possesorium), provided that the creditor returns title to the goods to the debtor after the debt has occurred and is repaid.

In banking practice, it has been established that the idea of lending (lending) prohibits the bank from bearing the risks associated with what it has done, so any loan given must have collateral. Credit is provided by the Bank through fiduciary guarantees of movable goods, especially motor vehicles such as cars and motorcycles. From the writing of this paper it can be concluded and it can be concluded that fiduciaries have an important position in dispute resolution in credit agreements.

Keywords: Banking, Assurance, Fiduciary.

INTRODUCTION

Jaminan fidusia artinya mengalihkan hak milik atas suatu benda atas dasar kepercayaan dalam suatu perjanjian pinjam meminjam, diperlukan selama benda yang hak kepemilikannya dialihkan itu masih dalam penguasaan pemilik semula. Jaminan Fidusia didefinisikan sebagai berikut dalam Pasal 1 Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 Tentang Jaminan Fidusia:

“Hak jaminan atas benda bergerak, baik berwujud maupun tidak berwujud dan benda tidak bergerak khususnya bangunan yang tidak dapat dibebani hak tanggungan yang tetap berada dalam penguasaan pemberi fidusia, sebagai agunan bagi pelunasan utang tertentu, yang memberikan

(3)

kedudukan yang diutamakan kepada penerima fidusia terhadap kreditur lainnya”.

Pihak-pihak yang berkepentingan akan mendapatkan jaminan kepastian hukum berkat adanya benda atau objek fidusia yang telah dijanjikan oleh debitur atau pemberi fidusia kepada kreditur atau penerima fidusia.

kepentingan, sehingga apabila terjadi wanprestasi oleh debitur, eksekusi akan lebih cepat dan pasti, tidak merugikan pihak manapun.

1) Hutang yang ada adalah salah satu jenis hutang yang dapat dipastikan oleh fidusia akan dilunasi.

2) Utang masa depan yang jumlah tertentunya telah diatur.

3) Utang yang pada saat pelaksanaan dapat dihitung berdasarkan kesepakatan pokok yang melahirkan tanggung jawab untuk menyelesaikan suatu prestasi

Kecuali untuk penyerahan barang inventaris yang menjadi obyek jaminan fidusia, jaminan fidusia bersifat droit de suit, artinya menjadi tidak dapat ditarik kembali pada saat ditemukannya benda fidusia yang berada dalam penguasaan seseorang.

Jaminan Fidusia memuat berbagai informasi sebagai berikut : A. Nama pemberi dan penerima.

B. Fakta pokok perjanjian jaminan fidusia.

C. Daftar barang-barang yang merupakan barang fidusia D. Nilai jaminan.

E. Nilai barang yang telah dijaminkan dengan jaminan fidusia.

Perihal dan Obyek Jaminan Fidusia, Jaminan fidusia mencakup berbagai topik, termasuk:

A. Pemberi fidusia dapat berupa individu atau pemilik usaha. barang yang dibuat jaminan fidusianya.

B. Penerima Fidusia adalah orang atau badan usaha yang memiliki barang yang pembayarannya dijamin dengan jaminan fidusia.

C. Pihak dengan piutang berdasarkan kontrak atau Konstitusi dianggap sebagai kreditur.

D. Pihak yang berhutang karena suatu perjanjian atau UUD disebut sebagai debitur.

Jaminan fidusia digunakan sebagai objek fidusia, yang didefinisikan sebagai segala sesuatu yang dapat dimiliki dan dialihkan, sebagaimana dapat dilihat dari Pasal 1 angka (2) dan (4) serta Pasal 3 UU tentang Jaminan Fidusia. Selama barang tersebut bebas dari hak tanggungan atau sitaan lainnya, barang tersebut dapat berupa fisik atau tidak berwujud, terdaftar atau tidak terdaftar, dapat dipindahkan atau tidak dapat dipindahkan. Menyelidiki barang fidusia merupakan salah satu hak kreditur fidusia.

A. Memindahkan barang-barang fidusia ke tempat lain

(4)

B. Melaksanakan kewajiban fidusia.

C. Pengembalian.

D. Debitur menjual selama kebangkrutan.

E. Menolak memberikan lampu hijau untuk penjualan barang fidusia.

F. Mendapatkan bunga atas piutang dari fidusia.

G. Koleksi piutang untuk fidusia Kewajiban kreditur Fidusia :

A. Menjaga benda fidusia merupakan salah satu kewajiban kreditur fidusia.

B. B. Menyediakan perhitungan pendapatan penjualan bersama dengan jumlah piutang.

C. Mengintegrasikan pembayaran piutang fidusia dan penerimaan bunga ke dalam piutang.

D. Kembalikan saldo tanda terima.

Definisi Kredit dan Jenis Kredit

Kredit berasal dari kata latin credere yang berarti percaya (verrouwen) dalam bahasa Belanda percaya, atau percaya diri dalam bahasa Inggris.

Istilah kredit memiliki konotasi etimologis kepercayaan. Mengatakan Kredit disebut sebagai “credere” dalam bahasa Indonesia yang merupakan terjemahan dari bahasa latin. Menerima kredit melibatkan menerima kepercayaan. Dengan demikian, kepercayaan dapat dianggap sebagai dasar kredit. berdasarkan keyakinan pada seseorang yang jika Anda membutuhkannya, uang, produk atau layanan dapat diberikan dengan pengertian bahwa mereka akan dibayar kembali atau diganti dalam jangka waktu yang ditentukan.

Pihak pemberi kredit (kreditur) mempunyai keyakinan bahwa debitur akan dapat memenuhi semua janjinya, baik dari segi waktu maupun akibat positif dan negatifnya. Bank memerlukan persyaratan mendasar seperti ini karena sebagian besar uang tunai yang mereka pegang adalah milik pihak ketiga, sehingga bank harus menggunakan keleluasaan saat memutuskan apakah akan menerbitkan kredit. klien yang mendapatkan kepercayaan bank. Counter-achievement ringan akan diperoleh kemudian (dalam waktu yang telah ditentukan) dan dapat juga menunjukkan bahwa pihak pertama memberikan prestasi kepada pihak lain, baik berupa produk, uang, atau jasa. Akibatnya, kita dapat mengamati bahwa waktu adalah komponen utama yang membedakan kinerja dari kinerja tandingan.

Menurut beberapa definisi di atas, selain termasuk kewajiban mengembalikan pinjaman, unsur kepercayaan dan waktu selalu ada di dalamnya. Jelas dari kewajiban ini bahwa ada lebih banyak faktor, seperti kondisi aset peminjam, kelangsungan usahanya, serta kemampuan dan kemauannya untuk membayar kembali utangnya, yang berpengaruh signifikan terhadap keputusan pemberian kredit.

(5)

Menurut Muchdarsah Sinungan, tujuan kredit termasuk dalam salah satu dari dua kategori:

a. Bermaksud untuk memperoleh keuntungan, yang diperoleh dengan pembebanan berupa uang dari biaya administrasi lainnya.

b. Keamanan kesuksesan terjamin sepenuhnya, sehingga memungkinkan untuk mencapai keuntungan yang disebutkan di atas tanpa menghadapi terlalu banyak kesulitan.

Berdasarkan uraian pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa tujuan kredit adalah untuk memperoleh keuntungan dengan aman tanpa gangguan atau resiko yang dapat mengakibatkan kesulitan atau kerugian.

METHODOLOGY

Dengan menggunakan teknik penelitian hukum empiris, penulis membahas permasalahan dengan tesis ini. Penelitian ini menggunakan penelitian hukum empiris, yaitu penelitian yang dilakukan melalui penelitian lapangan langsung atau pengamatan untuk mendapatkan informasi yang dapat diandalkan untuk digunakan dalam menghasilkan publikasi ilmiah.

Data primer, atau informasi yang dikumpulkan langsung dari lapangan, dalam hal ini diperoleh melalui wawancara, yaitu tanya jawab langsung kepada orang yang ditanyai, terutama yang berwenang, berpengetahuan luas, dan berkaitan erat dengan pelaksanaan di lapangan.

Beberapa variabel yang berinteraksi, saling mempengaruhi, dan mengubah arus informasi menentukan hasil wawancara. Situasi wawancara, subjek penelitian yang ditentukan dalam kuesioner, pewawancara, dan orang yang diwawancarai adalah elemen-elemen ini.

Data sekunder adalah informasi yang telah dikumpulkan melalui perolehan dokumen hukum yang diperlukan. Dokumen hukum berikut ini diperlukan Bahan hukum dasar, meliputi:

A. Kitab Undang Undang Hukum Perdata

B. UU No. 10 Tahun 1998, yang mengatur tentang prinsip-prinsip dasar perbankan.

C. Jaminan Fidusia Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999.

Bahan Hukum Sekunder, yang meliputi:

A. Literatur terkait perjanjian kredit.

B. Literatur terkait kredit dan jaminan fidusia.

Bahan Hukum Tersier, yang terdiri dari : A. Kamus Hukum

B. Kamus Bahasa Indonesia

(6)

C. Pedoman Ejaan Yang Disempurnakan.

RESULTS

Penyelesaian sengketa dalam perjanjian kredit dengan jaminan fidusia.

Perjanjian kredit menurut hukum dapat dibuat secara lisan atau tertulis, sepanjang memenuhi Pasal 1320 KUH Perdata. Namun, mungkin sulit untuk menggunakan kesepakatan lisan sebagai bukti karena tujuan membuat kesepakatan adalah untuk menjadi bukti bagi orang yang terlibat. Setiap jenis transaksi harus didokumentasikan secara tertulis dan digunakan sebagai bukti. Biasanya di bank bank akan memelihara tabungan atau deposito sesuai dengan peraturan bank masing masingnya.

Perjanjian kredit harus dibuat sebagai dasar dari setiap pemberian kredit untuk keterangan lebih lanjut lihat Pasal 1 Angka 11 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan. Frasa “pemberian uang atau tagihan berdasarkan perjanjian atau perjanjian pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain” dapat ditemukan dalam pasal tersebut. Ungkapan tersebut menyiratkan bahwa persetujuan diperlukan agar kredit dapat diberikan.

Oleh karena itu, berikut ini dapat digunakan untuk membuat perjanjian jaminan fidusia perjanjian yang dibuat dalam bentuk akta yang sah di hadapan notaris, maupun dengan tangan, yang di dalamnya tercantum syarat-syarat perjanjian kredit bank. telah dibakukan dan dituangkan dalam bentuk (blanko), sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia. Apabila perjanjian itu tidak disertai dengan penerimaan para pihak, maka perjanjian itu tidak mempunyai kekuatan hukum suatu akta originali dan tidak dapat dijadikan sebagai alat bukti di pengadilan.

Untuk menangani kredit macet sebelum penyelesaian pengadilan, berinteraksi secara pribadi dengan konsumen, menyelaraskan kembali melalui penagihan berkala, dan melakukan restrukturisasi dengan semua pemangku kepentingan legal. Satu metode penanganan dimungkinkan, serta kombinasi keduanya. Apabila sudah dilakukan langkah-langkah seperti ini dan keadaan belum membaik, maka akan ditangani melalui jalur hukum. Data perjanjian pokok, seperti perjanjian kredit atau perjanjian hutang lainnya dan besarnya hutang yang dijamin dengan fidusia, dimuat dalam perjanjian pokok. Apabila suatu jaminan dijadikan senjata oleh Notaris, maka akta penjaminan itu semata-mata mengacu pada titel hubungan hukum tidak termasuk perjanjian kredit, pengakuan hutang, atau formulir yang telah diaktakan di bawah tangan dan catatan nomor tindakan yang relevan, tanggal, dan orang itu dilakukan sebelumnya.

Dari penjelasan diatas dapat ditarik kesimpulan untuk melakukan tindakan dalam penyelesaian sengketa dalam perjanjian kredit dengan jaminan fidusia, Nasabah harus membayar biasanya (0,16%) memenuhi perjanjian dengan melakukan tunggakan pembayaran angsuran bulanan

(7)

selama 3 (tiga) bulan berturut-turut dan membayar denda sesuai kesepakatan setelah mendapat teguran dari pihak bank berupa surat peringatan pertama. Ada beberapa hal yang dapat dilakukan apabila nasabah tidak dapat membayar pinjamannya :

1. Berdasarkan temuan studi mengatakan, pencabutan objek jaminan dan lelang eksekusi objek merupakan satu-satunya pilihan jika debitur sudah tidak mampu lagi membayar. Untuk menutupi pelunasan kewajiban kredit, perjanjian kredit memuat agunan.

2. Jika debitur hanya membayar jumlah pokok yang terutang dan tidak mampu membayar bunga pinjaman, maka akan dilakukan tindakan yang sama seperti pada kasus pertama, yaitu barang jaminan akan disingkirkan kemudian dijual lelang untuk memenuhi kedua belah pihak. pelunasan utang dan beban bunga.

3. Dalam hal debitur meninggal dunia, bank akan:

a. Memeriksa apakah debitur yang meninggal memiliki asuransi jiwa, atau

b. Menghubungi ahli warisnya untuk menagih saldo dan bunga terutang.

c. Melaksanakan lelang barang jaminan yang dijanjikan dalam perjanjian kredit merupakan tindakan terakhir yang dilakukan jika ahli waris tidak mau membayar pinjaman.

Berdasarkan temuan penelitian tersebut, dapat dikatakan akan tetap menyelesaikan perkara perkreditan objek fidusia bermasalah dengan cara yang sama dengan bank lain yaitu dengan melakukan somasi terlebih dahulu sampai maksimal 3 (tiga) kali dengan penundaan masing-masing 1 (satu) bulan. Harus pemanggilan Jika debitur mengabaikannya, maka bank yang diwakilkan oleh debt collector akan mencabut barang jaminan tersebut.

Untuk menyelesaikan kredit bermasalah, kreditur menempuh jalur hukum yang cukup signifikan yaitu dengan melakukan lelang. Penulis berpendapat bahwa tindakan ini memang dapat diterima untuk menjaga otoritas kreditur dan menjadi model untuk debitur lain, memastikan bahwa aplikasi kredit berjalan lancar dan tanpa insiden.

Kredit bermasalah dipandang sebagai masalah berat oleh kreditur dengan alasan sebagai berikut:

1. Dana bank yang disalurkan dalam bentuk kredit juga berasal dari masyarakat.

2. Kredit bermasalah dan kredit macet dapat menyebabkan kelangkaan kas bank yang akan berdampak pada operasional bank.

Berdasarkan dalil-dalil tersebut di atas, jelas bahwa apabila kreditur tidak segera menangani seluruh kredit yang dikeluarkan, maka akan berdampak pula pada operasional bisnis bank yang dapat mengakibatkan penurunan standar pelayanan dan kepercayaan masyarakat terhadap bank dan kreditur.

(8)

Debitur yang terlambat membayar menerima notasi khusus dalam file kreditur dan akan mengalami kesulitan mengamankan kredit di masa depan. Hal ini dilakukan oleh kreditur karena tidak mau menanggung resiko wanprestasi lagi oleh debitur. Penulis berpendapat bahwa jika debitur meminta kredit sekali lagi dan pemberi pinjaman mengabulkannya, Setelah analisis lebih lanjut, dua faktor dapat diidentifikasi sebagai akar penyebab masalah pinjaman, yaitu:

1. Faktor-faktor yang berhubungan dengan debitur, antara lain namun tidak terbatas pada:

A. Peminjam menyalahgunakan kredit yang telah diberikan kepadanya.

B. Kemampuan debitur untuk menjalankan perusahaannya berkurang.

C. Debitur bermaksud untuk merugikan Anda.

2. Alasan yang diajukan debitur, seperti:

A. Profesionalisme staf bank lebih rendah.

B. Persaingan antar bank untuk mendapatkan hak menawarkan kredit.

C. Pengawasan kredit yang buruk.

Hasil penelitian di atas menunjukkan bahwa karena kreditur dalam hal ini adalah seluruh karyawan dari segala bidang, terlepas dari segala kekurangan yang dimiliki, kreditur juga dapat berkontribusi terhadap terjadinya kredit macet atau kredit macet.

Hambatan dalam penyelesaian sengketa dalam perjanjian kredit dengan jaminan fidusia

Beberapa hambatan yang sering muncul dalam penyelesaian konflik antara lain:

1. barang jaminan dipertukarkan Debitur memfidusiakan kembali barang yang dijaminkan atau menjualnya kepada pihak ketiga.

2. Pemindahan alamat Tanpa memberi tahu kreditur, debitur mengubah alamatnya, dan baik anggota keluarga maupun tetangganya tidak tahu di mana dia berada.

3. Karakter tidak dapat diandalkan (motif buruk) Meskipun memiliki sarana untuk melunasi hutang dan pembayarannya, debitur memilih untuk dengan sengaja mengabaikan komitmennya.

Selain itu, ketidakmampuan debitur untuk melunasi utangnya dapat

(9)

disebabkan oleh sifat buruk atau kesengajaan debitur, serta prospek usaha yang memburuk dan kondisi keuangan dan ekonomi yang tidak pasti, yang semuanya mempengaruhi kemampuan debitur untuk membayar sebagaimana disebutkan sebelumnya dalam perjanjian. kriteria untuk memahami kredit macet atau gagal bayar.

Penyaluran kredit sektoral dan regional merupakan tindakan manajerial, yaitu didasarkan pada strategi untuk memaksimalkan pendapatan tanpa mengorbankan keamanan kredit. Analisis kredit, manajemen administrasi, pengikatan jaminan, asuransi, dan pengawasan aktivitas kredit adalah contoh langkah-langkah keamanan teknologi, yang mencakup penggunaan prosedur dan teknik yang canggih.

Bank wajib melakukan beberapa kegiatan yang dipandang sebagai penjaminan atau pertanggungan, baik terhadap jaminan kredit yang dikelola maupun jiwa debitur (pribadi). Faktor yang paling mendasar berkaitan dengan minat debitur untuk membayar kembali kredit yang telah diberikan kepadanya.

Untuk itu, bank harus memasukkan persyaratan banker's clause atau asuransi objek agunan untuk setiap pertanggungan yang ditentukan oleh bank saat melakukan operasi pinjaman untuk objek agunan. Bank ditunjuk sebagai pihak yang berhak mendapatkan penggantian berdasarkan klausula bankir dalam hal terjadi suatu kejadian yang mengakibatkan hilangnya atau rusaknya barang-barang yang dicari atau meninggalnya orang yang meninggal yang diasuransikan.

Surat- surat yang harus dimiliki atau dibawa pihak Bank :

Surat-surat berikut dalam perjanjian pinjaman harus dipahami oleh PT.

BPR Setia Karib Abadi:

1. Akta perikatan Fiduciary Eigendom Overdracht (FEO) Jika produk memerlukan konfirmasi kepemilikan, dokumentasi asli harus disediakan oleh Fiduciare Eigendom Overdracht (FEO):

2. Untuk kendaraan bermotor menggunakan BPKB, kuitansi tagihan yang harus ditandatangani oleh pemilik yang namanya tertera pada dokumen tersebut.

3. Peralatan: Faktur

4. Surat kuasa notaris untuk penjualan properti Fiduciare Eigendom Overdracht (FEO); dan

a. Formulir bank yang telah diisi dan ditandatangani.

b. Melarang pemberi fidusia, yaitu kreditur, untuk bertindak sebagai penerima fidusia lagi selama masih menguasai benda itu. Pernyataan dari pemberi fidusia bahwa ia adalah pemilik benda yang disahkan oleh notaris, biasanya akan diterima sebagai bukti kepemilikan oleh kreditur untuk barang-barang yang tidak ada bukti kepemilikan jaminan atau tagihan sebagai bukti pembelian. telah hilang, sedangkan persediaan atau hutang dapat diganti dengan daftar saham atau daftar hutang

(10)

yang telah dicap. Pihak yang menerima pengalihan hak milik tersebut adalah kreditur yang sekaligus sebagai penerima fidusia.

Hal-Hal yang dilakukan untuk mencegah fidusia terulang kembali Kreditur harus memiliki surat-surat atau bukti asli untuk mencegah pemberi fidusia bertindak sebagai fidusia baru. karena pihak pemberi fidusia masih memiliki kewenangan atas barang tersebut Karena debitur tidak memiliki barang.

c. Bank mewajibkan pemberi fidusia bagi nasabah baru untuk mengasuransikan obyek fidusia kepada perusahaan asuransi yang dipilih oleh kreditur dengan jumlah pertanggungan yang ditentukan oleh kreditur untuk kepentingan kreditur. Polis asuransi harus diserahkan kepada kreditur agar kreditur dapat menyimpannya. Benda fidusia tidak akan disalahgunakan oleh debitur jika ada tuntutan atas benda tersebut.

d. Orang yang bertindak dalam kapasitas fidusia mengizinkan kreditur atau penasihat hukumnya untuk memeriksa keadaan barang fidusia.

e. Menurut asas droitde suite, penerima fidusia tidak bertanggung jawab atas akibat perbuatan atau kelalaian pemberi fidusia, baik akibat hubungan kontraktual maupun perbuatan melawan hukum, sehubungan dengan penggunaan dan pengalihan benda tersebut kepada pihak lain. Jaminan fidusia tetap mengikuti objek yang menjadi objek jaminan fidusia berada di tangan siapa pun objeknya.

f. Debitur tetap bertanggung jawab atas kewajiban yang belum dilunasinya jika temuan eksekusi tidak cukup untuk melunasinya.

g. Pemberi fidusia wajib menyerahkan benda yang menjadi obyek jaminan fidusia kepada kreditur selaku penerima fidusia agar kreditur mengambil benda tersebut dari penguasaan pemberi fidusia karena kreditur bukanlah pemilik sebenarnya dari benda tersebut.

Referensi

Dokumen terkait

Ketiga, apabila pihak debitur telah membayar sebagian besar kewajibannya, pada saat itu di atas benda objek jaminan fidusia yang dijaminkan telah berdiri sebagian

Perlindungan hukum bagi pemega- ng fidusia diperlukan karena benda yang menjadi objek jaminan fidusia berada pada pihak pemberi fidusia, sehingga apabila ter-

Perlindungan hukum bagi pemega- ng fidusia diperlukan karena benda yang menjadi objek jaminan fidusia berada pada pihak pemberi fidusia, sehingga apabila ter-

Berdasarkan ketentuan dalam Pasal 29 angka (1) UUJF, dapat diketahui bahwa apabila debitur atau pemberi fidusia cedera janji, eksekusi terhadap benda yang menjadi objek jaminan

Armada Finance Mataram, menyatakan bahwa Pelaksanaan Eksekusi Objek Jaminan Fidusia yang dijaminkan oleh pihak debitur kepada kreditur (PT. Armada Finance Mataram) pasca

Dengan demikian, dilakukannya eksekusi atas benda yang menjadi objek jaminan fidusia dan rahn tasjîlî mempunyai kesamaan yaitu pada waktu debitur ataupun dari

Adapun penjelasan dari Pasal 23 ayat 2 Jaminan Fidusia sebagai berikut: “Pemberi Fidusia dilarang mengalihkan, menggadaikan, atau menyewakan kepada pihak lain benda yang dijadikan objek

Pasal 23 ayat 2 UU Jaminan Fidusia “Pemberi Fidusia dilarang mengalihkan, menggadaikan, atau menyewakan kepada pihak lain Benda yang menjadi objek Jaminan Fidusia yang tidak