SIDIK JARI
TAFSIR AL-MISBAH - Dr. M. QURAISH SHIHAB
DOSEN PENGAMPU: UMAIYATUS SYARIFAH, MA.
DISUSUN OLEH:
ISMATUL JAZILAH (210604110070)
PROGRAM STUDI FISIKA FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
2022
ABSTRAK
Setiap individu memiliki sifat turunan dari kedua orang tua, salah satunya yaitu pola sidik jari. Pengenalan dan penjelasan mengenai sidik jari ini telah dijelaskan dalam Al Qur’an surah Al-Qiyamah ayat 4. Terdapat beberapa perbedaan dalam menafsirkan sidik jari dalam Al-Qur’an dikalangan para musafir. Adapun yang menafsirkannya dengan sidik jari adalah penafsiran yang menggunakan pendekatan ilmu pengetahuan modern. Sedangkan yang menafsirkan dengan penyusunan jari-jari adalah penafsiran yang cenderung menggunakan model penafsiran klasik. Oleh karena itu dalam artikel ini terfokus pada judul sidik jari dalam Al-Qur’an (studi analisis tafsir al-misbah). Dari penjelasan mengenai sidik jari pada surah Al-Qiyamah ayat 4 didapatkan dengan menggunakan penafsiran yang mengkhususkan objek kajiannya pada ilmu sains seperti Hamka, Ibn Katsir, dan Ilmi.
Kara kunci : Sidik jari, Sains, Al-Qur’an
ABSTRACT
Each individual has inherited traits from both parents, one of which is the fingerprint pattern. The introduction and explanation of fingerprints has been explained in the Qur'an Surah Al-Qiyamah verse 4. There are several differences in interpreting fingerprints in the Qur'an among travelers. As for interpreting it with fingerprints, it is an interpretation that uses a modern scientific approach.
Meanwhile, those who interpret with the arrangement of the fingers are those who tend to use the classical interpretation model. Therefore, this article focuses on the title of fingerprints in the Qur'an (analytic study of al-misbah interpretation). From the explanation of fingerprints in Al-Qiyamah verse 4, it is obtained by using an interpretation that specializes in the object of study in science such as Hamka, Ibn Kathir, and Ilmi.
Keywords : Fingerprint, Science, Al-Qur'an
PEMBAHASAN
Setiap manusia mempunyai sidik jari yang berbeda. Hal ini berlaku kepada anak kembar identik sekalipun, satu sama lain tetap mempunyai sidik jari yang berbeda. Oleh karena itu, manusia memiliki potensi, bakat, kecerdasan, bahkan cara belajar yang unik dan berbeda setiap individunya. Sidik jari mulai terbentuk pada janin usia 3 bulan 1 minggu (13 minggu) dan terbentuk sempurna 5 bulan sebelum dilahirkannya sang janin. Pembentukan ini berhubungan dengan sistem kerja otak dan syaraf tulang belakang si bayi ketika didalam kandungan.1
Saat ini para peneliti menemukan fakta, bahwasannya sidik jari tidak akan berubah seumur hidup. Hal ini membuktikan bahwa sidik jari merupakan hal yang sangat penting bagi manusia dan Alquran sudah menyebutkannya melalui surah Al- Qiyamah ayat 4, bahwasannya Allah akan menyusun kembali jari-jemarinya dengan sempurna. Sebelum abad ke-19, manusia tidak menganggap bahwa sidik jari merupakan hal yang penting. Baru pada abad ke 19 ditemukan keunikan pada sidik jari manusia. Sedangkan Alquran yang diturunkan sekitar abad ke-714 sudah menyebutkan pada Alquran Surah Al-Qiyamah ayat 4:
هٗنَانَبَ يَوِّسَنَ نْاَ ىلٰٓعَ نَيْرِدِقٰ ىلٰٓبَ
Artinya :“Apakah manusia mengira, bahwa Kami tidak akan mengumpulkan tulang belulangnya? Bukan demikian! Kami kuasa menyempurnakan jari- jemarinya.”
Kata banānahu terdiri dari dua kata yaitu banan dan al-ha‟ (ganti kepunyaan orang ketiga tunggal) yang berarti jari-jarinya. Kata banān adalah bentuk jamak dari banānah, yang berarti jari, ujung jari. yang dimaksud dalam surat Al-Qiyāmah/ 75:
4 ini adalah tulang-tulang kecil yang terdapat pada ujung jari-jari kaki dan tangan.2 Menurut Muhammad Quraish Shihab dalam tafsirnya al-Misbah dengan mengutip pendapatnya Apa yang ditegaskan oleh ayat yang lalu tentang keniscayaan hari Kiamat mestinya disambut dengan pembenaran oleh seluruh makhluk, tetapi ada yang enggan percaya. Mengapa dia enggan? Apakah manusia
1 Ifa H. Misbach & Tim Psikobiometrik Research, Dahsyatnya Sidik Jari, Menguak Bakat & Potensi untuk Merancang Masa Depan Melalui Fingerprint Analysis (Jakarta: Visimedia, 2010), 11.
2 Kementerian Agama RI, Al-Qur‟an Dan Tafsirnya, Widya Cahaya, Jakarta, Jilid 10, 2011, h. 439
mengira, bahwa Kami tidak akan mengumpulkan kembali tulang-belulangnya yang telah terserak setelah kematiannya? Bukan demikian, sungguh Kami kuasa bukan saja menghimpun tulang-belulangnya, Kami bahkan kuasa menyempurnakan yakni menyusun kembali jari-jemarinya dengan sempurna. 3
Kata najma' ada yang memahaminya dalam arti hakiki yaitu mengumpulkan serta menghimpun, yakni bagian-bagian dari tulang-belulang dan jasmani manusia yang telah bercampur dengan materi-materi yang lain, itulah yang Allah pisahkan, lalu Dia kumpulkan kembali. Ada juga yang memahaminya dalam arti menciptakan yakni Allah menciptakan tulang-belulang yang baru, serupa dengan apa yang pernah dimiliki seseorang dalam kehidupan dunianya. Apapun maknanya yang jelas al-Qur’an menetapkan bahwa akan ada Kebangkitan setelah kematian, di mana setiap manusia sadar tentang dirinyt, dan setiap manusia baik dengan jasmani baru atau lama maupun hanya Aku-nya saja tanpa jasm ani, akan dituntut mempertanggungjawabkan amal amalannya dalam kehidupan duniawi.
Kata nusawwi berarti menyempurnakan dan memperbaiki. Allah mencipta dan menyempurnakan ciptaan-Nya, (allad^i khalaqa fa sawwa), demikian ditegaskan oleh QS. Sabbihisma [87]: 2.
Kata banan adalah bentuk jamak dari kata bananah. Ia adalah tulang-tulang kecil yang terdapat pada ujung jari-jari kaki dan tangan. Demikian al-Biqa‘i. Kalau ujung jari-jari telah terhimpun, tentu apa yang sebelum ujungnya pun telah terhimpun, karena tidak mungkin Anda sampai ke ujung, kalau tidak melalui permulaan. Thabathaba’i menulis bahwa penyebutan bandn/jari-jari secara khusus, agaknya untuk mengisyaratkan betapa menakjubkan penciptaannya. Di sana terdapat aneka gambar dan ciri penyusunan serta bilangan-bilangannya yang menghasilkan manfaat yang hampir tidak terhitung jumlahnya, seperti menggenggam, membuka, mengambil, menolak dan aneka gerak yang sangat halus dan rinci serta perbuatan-perbuatan yang menarik dan yang hanya dapat dilakukan oleh manusia, di samping bentuk dan garis-garis yang hingga kini masih saja terungkap rahasia demi rahasia yang terdapat padanya.
3 Muhammad Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah: Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-Qur’an, Vol.14, Lentera Hati, Jakarta, 2002, h. 624
Sementara ulama memahami kata nusawwi dalam arti mempersamakan.
Sebagian yang menganut pendapat ini menyatakan bahwa ayat tersebut mengingatkan manusia tentang kuasa Allah yang dapat menjadikan jari-jari tangan dan kaki manusia sama tanpa berbeda, seperti kaki dan tangan unta atau keledai, sehingga tidak memiliki keistimewaan seperti keadaannya sekarang ini. Sebagian lainnya berpendapat bahwa ayat ini mengisyaratkan 4
Pertanyaan tentang kapan datang Kiamat seperti yang diucapkan oleh pengingkar-pengingkarnya sebagai ejekan, dijawab dengan ancaman — karena tujuan mereka mengejek. Jawaban yang merupakan ancaman itu adalah dengan menjelaskan apa yang terjadi ketika itu serta apa yang akan dialami oleh para pengingkar. Ayat di atas menyatakan: Kiamat pasti datang maka apabila terbelalak mata — semua mata — karena ketakutan, dan telah gerhana yakni hilang sama sekali cahaya bulan, dan telah dihimpun matahari dan bulan. Ketika itulah Kiamat terjadi dan berkatalah manusia ketika itu: Ke mana tempat berlari untuk menyelamatkan diri? Yakni tidak ada tempat berlari.
Kata bariqa dengan kasrah pada huruf ra’ terambil dari kata barq yakni kilat.
Mata yang memandang kilat akan tumpul dan menjadi gelap pandangannya dan jika kilat itu demikian keras maka jiwanya menjadi sangat gentar. Ada juga y^ng membacanya baraqa dengan fathah pada huruf ra’ dalam arti terbelak tidak berkedip akibat rasa takut yang luar biasa. Kedua bacaan itu pada akhirnya mengandung makna yang sama yaitu gentar dan takut.
Sementara ulama memahami penghimpunan matahari dan bulan dalam arti keduanya terbit serta muncul bersama-sama dari arah barat, atau keduanya dihimpun dalam keadaan tidak bercahaya. Memang cahaya bulan bersumber dari cahaya matahari, tetapi penekanannya di sini adalah ketiadaafi lagi manfaat keduanya. Ada juga yang memahami dalam arti keduanya menyatu. Bulan yang kini berada dalam posisi yang berjauhan dari matahari sehingga berpisah, kelak bila
4 Muhammad Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah: Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-Qur’an, Vol.14, Lentera Hati, Jakarta, 2002, h. 625
terjadi Kiamat akan menyatu. Boleh jadi karena daya tarik matahari sedemikian kuat sehingga ia menarik bulan bagaikan menyedotnya.5
Dari segi anatomi, penelitian terhadap jari-jari tangan menunjukkan bahwa sesungguhnya Allah telah menyediakan bagi manusia kemampuan untuk menggunakan persendian jari-jarinya dan menggerakkannya dengan perantara otot- otot yang dapat dikontrol dengan teliti dan keakuratan maksimal. Oleh karena itu, manusia dapat memegang benda-benda yang sangat kecil dan melaksanakan berbagai pekerjaan dengan kemahiran maksimal.6
Salah satu bukti bahwa jari jemari (tangan manusia) berbeda satu sama lain adalah pada telapak tangan. Seperti adanya rahasia kesehatan yang tercermin di tangan yang bersangkutan. Beberapa ahli meneliti, pada telapak tangan tersimpan 1.000 rahasia kesehatan manusia. Ada yang disebut analisis telapak tangan (the sign of hand) yang telah lama digunakan oleh bangsa Yunani. Beberapa herbalis ahli pengobatan dengan tanaman obat menggunakan tangan (telapak tangan) ini untuk menganalisis kesehatan seseorang.
Kesehatan setiap orang itu berbeda. Maka, telapak tangannya pun juga berbeda. Tangan merupakan bagian saraf paling ujung dari tubuh manusia. Apa saja yang berlaku di tubuh manusia akan terlihat pada tangan. Diantara bagian- bagian telapak tangan yang bisa menunjukkan keadaan penyakit yang berlaku pada manusia adalah telapak tangan bagian atas, punggung telapak tangan, semua jari (mulai kelingking hingga ibu jari), ruas-ruas jari bagian atas dan kuku. Inilah kehebatan jari-jemari tangan manusia7
Sejarah ilmu pengetahuan menyebutkan pada tahun 1823 seorang ahli syaraf asal Cheko Purkinje berhasil merumuskan hakikat sidik jari. Ia menemukan bahwa garis-garis lembut yang berada di ujung-ujung jari berbeda antara seseorang dengan yang lain. Pada tahun 1858, Sir William Hurshel membuktikan bentuk kulit
5 Muhammad Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah: Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-Qur’an, Vol.14, Lentera Hati, Jakarta, 2002, h. 626
6 Muhammad Kamil Abdushshamad, Mukjizat Ilmiah dalam AlQur’an, Terj Alimin, Gha‟neim Ihsan, Uzair Hamdan, Akbar Media Eka
Sarana, Jakarta, 2002, h. 227
7 99 Nurul Maghfirah, Fenomena Menabjukan Dalam Al-Quran, PT Mizan Pustaka, Bandung, 2015, h. 62-63,
jari menunjukkan identitas pribadi pemiliknya. Dan selanjutnya pada tahun 1877 Dr. Henry Faulds menciptakan metode stempel atau cap kertas dengan menggunakan tinta stempel, dan pada tahun 1882 Dr. Francis Galton membuktikan bahwa sidik jari tidak akan pernah berubah meskipun banyak kejadian yang menimpahnya.8
Menurut Prof. dr. Hamka dalam tafsirnya Al-Azhar dengan mengutip pendapatnya Manusia yang beriman bertanya-tanya dalam hatinya, mana mungkin manusia yang telah hancur lumat tulangnya dalam kubur beratus beribu tahun, akan dikumpulkan kembali tulang-belulangnya. Kaum Musyrikin Makkah tempat Surat ini diturunkan, banyak yang tidak mau percaya, ataupun sekurang-kurangnya merasakan ragu-ragu dalam hatinya apakah mungkin manusia yang telah hancur dalam tanah, tulang-belulangnya akan disusun kembali? Maka keraguan itu dibantah oleh Tuhan dengan lanjutan sabdaNya;
Jangankan tulang-belulang yang dapat disusun kembali oleh Tuhan, sedangkan ujung-ujung jari pun akan disusun kembali dengan sempurna. Ujung- ujung jari, alangkah halusnya! Tulang-tulang di ujung jari saja, lima jari mempunyai 15 ruas tulang, kesepuluh jari tangan menjadi 30 ruas jari. sepuluh jari kaki 28 ruas. Maka ujung kedua puluh jari kaki dan tangan jadi 58 ruas. Itu akan disusun sebaik-baiknya, sesempurna-sempurnanya. Kulit jari itu pun halus sekali.
Di ujung masing-masing jari dan di telapak tangan manusia terdapat tanda masing- masing peribadi. Tidak ada dua orang yang serupa ujung jarinya dalam dunia ini.
Kalau penduduk dunia sekarang misalnya 4000 juta (4 milyard), maka 4 milyard pulalah macam'ujung jarinya. Maka segala manusia ini, baik generasi-generasi yang telah meninggal terlebih dahulu, ataupun yang akan datang kelak menggantikan yang sekarang, tidak ada yang sama ukiran ujung jarinya. Itulah yang bernama ilmu "sidik jari". Dalam ayat ini Allah menjamin, dengan memakai kalimat Bol yang berarti bahkan, bahwa ujung-ujung jari itu pun akan disusun dengan sempurna.
Kalau kita bertanya; "Bagaimana bisa terjadi demikian?", niscaya tidak akan ada jawabnya pada manusia sendiri. Sebagaimana pada yang kita saksikan tiap
8 Samir Abdul Halim et al, Ensiklopedi Sains Islam, Pt Kamil Pustaka, Bandung, cet 1, 2015, h. 105
hari, misalnya kalau setitik mani laki-laki dan setitik mani perempuan yang telah digali dalam rahim jadi satu, bagaimana mani itu akan menjadi ujung jari, sidik jari, atau bagaimana setitik mani itu kemudian bisa menjadi seorang yang bernama misalnya Maulana Muhammad Iqbal atau Socrates atau Herbert Spencer atau seorang Hitler?9
Berbicara mengenai korelasi antar ayat, surat al-Qiyāmah ayat 4 mempunyai hubungan dengan ayat yang sebelumnya, yakni pada surah al-Qiyāmah ayat 3, Allah Swt telah menjelaskan dalam firmannya:
هٗمَاظَعَ عَمَجْ نَ نَ لَّاَ "نْاسَنَلْاِاَ "بُسَحْيْاَ
Artinya: “Apakah manusia mengira bahwa Kami tidak akan mengumpulkan (kembali) tulang-belulangnya?”10
Pada surah al-Qiyāmah ayat 3 di atas mengandung penjelasan mengumpulkan (kembali) tulang belulangnya. Mengumpulkan (kembali) tulang belulangnya dalam ayat ini menunjukkan apakah manusia mengerti bahwa tulangnya yang telah hancur di dalam kubur, setelah berserakan di tempat yang terpisah-pisah tidak dapat dikumpulkan Allah Swt kembali.
Dalam tafsir al-Azhar dijelaskan bahwa dalam kejadian hidup sehari-hari dapat dijadikan sebagai tafsir untuk ayat ini. Seseorang yang penglihatnnya tajam dan cerdas dapat membuat tangan dan kaki orang menjadi saksi meskipun mulutnya tidak dapat berbicara.11
Kebudayaan pertama yang diketahui menggunakan sidik jari untuk identifikasi adalah China. Hal ini dapat diketahui darii dokumentiasi China yang berjudul “The Volume of Crime Scene Investigation -Burglary”. Dokumentasi tersebut ditemukan pada masa Dinasti Qin yang menceritakan bahwa sidik jari digunakan sebagai bukti. Selain itu pada masa Dinasti Qin ditemukan penggunaan sidik jari pada cap tanah liat, sejak saat itu sidik jari populer digunakan sebagai
9Hamka, Tafsir Al-Azhar. Depok, jilid 9,2002, h. 7756
10 Lajnah Pentashih Al-Qur‟an Departemen Agama RI, op. cit., h. 577
11 Hamka, Tafsir Al-Azhar, Gema Insani, Depok, Cet1, jilid 7, 2015, h. 440
tanda tangan dokumen. Bahkan di Indonesia pun sebelum adanya tanda tangan menggunakan istilah cap jempol.12
Allah SWT telah menurunkan dalam firman-Nya ilmu sidik jari yang akan menjadi nyata dan berguna bagi kehidupan manusia di muka bumi ini dengan kemajuan ilmu pengetahuan. Sidik jari dalam sains digunakan untuk identifikasi diri. sebagai ciri khas satu sama lain. Misalnya, ada jenazah yang tak dikenal, maka dengan sidik jari bisa mengungkapkan kebenaran yang sesungguhnya.
Secara ilmiah telah terbukti bahwa ujung jari terbentuk secara sempurna dalam janin pada bulan keempat. Bentuk sidik jari itu akan bertahan selama hidupnya. Dua sidik jari ada yang mirip sepintas namun tidak akan pernah sama.
Akhir-akhir ini terbukti bahwa sidik jari kaki juga berbeda pada tiap-tiap orang, sama seperti sidik jari tangan. Dibeberapa rumah sakit telah menggunakan fenomena sidik jari untuk menghindari kekeliruan seorang ibu menerima anak yang bukan anaknya.13
12 Palash Kumar Bose dan Mohammad Jubaidul Kabir, “Fingerprint: A Unique And Reliable Method for Identification”, Journal Of Enam Medical Collage, Vol. 7, No. 1 (Januari 2017), 29
13 Ahmad Fuad Pasya, Dimensi Sains Al-Qur’an Menggali Kandungan Ilmu Pengetahuan Dari Al- Qur’an (Rahiq Al-‘Ilmi Wa Al-Iman), Tiga Serangkai, Solo, Cet. 1, 2004, h. 274
KESIMPULAN
Setiap manusia mempunyai sidik jari yang berbeda. Hal ini berlaku kepada anak kembar identik sekalipun, satu sama lain tetap mempunyai sidik jari yang berbeda. Oleh karena itu, manusia memiliki potensi, bakat, kecerdasan, bahkan cara belajar yang unik dan berbeda setiap individunya.
manfaat sidik jari yang paling utama yaitu, dapat membantu menemukan pelaku kriminal karena setiap manusia memiliki sidik jari yang berbeda, selain itu sidik jari dapat mengungkap kejahatan sebelumnya yang dilakukan oleh pelaku.
sidik jari (ujung jari) berperan penting untuk mengungkap seluruh perbuatan yang dilakukan seseorang selama hidup di Dunia maupun jenazah yang sudah meninggal dan tidak diketahui identitasnya, kemudian dibuktikan dengan diberikannya catatan-catan amal yang berisi catatan malaikat mengenai seluruh perbuatan manusia.
Sidik jari dalam sains digunakan untuk identifikasi diri. sebagai ciri khas satu sama lain. Allah SWT telah menurunkan dalam firman-Nya ilmu sidik jari yang akan menjadi nyata dan berguna bagi kehidupan manusia di muka bumi ini dengan kemajuan ilmu pengetahuan.
DAFTAR PUSTAKA
Abdushshamad, Muhammad Kamil, Mukjizat Ilmiah dalam AlQur’an, Terj Alimin, Gha’neim Ihsan, Uzair Hamdan, Akbar Media Eka Sarana, Jakarta, 2002.
Bose, Palash Kumar dan Mohammad Jubaidul Kabir. “Fingerprint: A Unique And Reliable
Method for Identification”. Journal Of Enam Medical Collage. 7(1). 2017.
Halim, Samir Abdul, et al, Ensiklopedi Sains Islam, PT Kamil Pustaka, Bandung, Cet 1,
2015.
Hamka, Tafsir Al-Azhar, Gema Insani, Depok, cet1, jilid 9, 2015.
Hamka, Tafsir Al-Azhar, Gema Insani, Depok, cet1, jilid 7, 2015.
Kementerian Agama RI, Al-Qur’an Dan Tafsirnya, Widya Cahaya, Jakarta, Jilid 10, 2011.
Lajnah Pentashih Al-Qur’an Departemen Agama RI, Al-Qur’an AlKarim dan Terjemah
Bahasa Indonesia (Ayat Pojok), Juz 16- 30, Menara Kudus, Kudus, 2002.
Maghfirah, Nurul, 99 Fenomena Menabjukan Dalam Al-Quran, PT Mizan Pustaka, Bandung, 2015.
Misbach, Dahsyatnya Sidik Jari Menguak Bakat & Potensi Untuk Meran cang Masa
Depan Melalui Fingerprint Analysis, Visimedia, Jakarta, 2010.
Pasya, Ahmad Fuad, Dimensi Sains al-Qur’an Menggali Kandungan Ilmu Pengetahuan
Dari al-Qur’an (Rahiq Al-‘Ilmi Wa AlIman), Terj Muhammad Arifin at.al, Tiga Serangkai, Solo, Cet1, 2004.
Shihab, Muhammad Quraish, Tafsir Al-Misbah: Pesan, Kesan, dan Keserasian AlQur’an,Vol.14, Lentera Hati, Jakarta, 2002.