• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sikap Orang Tua Terhadap Anak Berkebutuhan Khusus

N/A
N/A
Nur Aini LH

Academic year: 2024

Membagikan "Sikap Orang Tua Terhadap Anak Berkebutuhan Khusus"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

TUGAS UAS

PENDIDIKAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS Nur Aini Lailatul Hikmah / 23010190382

1. Penyikapan terhadap :

a. Orang tua yang malu mempunyai anak ABK dan bahkan mengabaikannya.

Bagi orang tua memiliki anak yang berkebutuhan khusus seringkali membuat orang tua merasa sedih, terasingkan, dan merasa bersalah.

Membutuhkan waktu yang lama untuk bisa menerima kondisi anak yang tidak dapat berkembang optimal layaknya anak normal lainnya. Karena setiap anak berkebutuhan khusus akan menerima fase penolakan di awal.

Jika orang tua malu karena anaknya berkebutuhan khusus dampaknya pada sang anak, akan tidak dapat berkembang dan makin jauh dari lingkungan sosial. Jika dari keluarga saja tidak ada yang menemani atau menggandeng anaknya yang berkebutuhan khusus maka bagaimana nanti sang anak akan beradaptasi dan berkomunikasi dengan lingkungan sosialnya.

Sebagai orang tua jika mendapati anaknya difabel, seharusnya bersikap lebih baik, menerima dan mendampingi anaknya sebaik mungkin. Juga sebagai orang tua harus dapat menggali bakat anak-anak mereka yang kemudian memberikannya stimulan atau rangsangan untuk mengembangkan bakatnya. (Solider.id, 2018)

b. Masyarakat yang acuh dengan keberadaan anak kebutuhan khusus.

Masyarakat yang acuh dengan keberadaan ABK umumnya dikarenakan kurangnya pengetahuan masyarakat itu tentang ABK. ABK juga selalu dipandang buruk karena terlahir tidak normal oleh masyarakat awam.

Padahal manusia yang terlahir normal pun juga memiliki kekurangan dan kelebihan masing-masing.

Masyarakat harusnya merespon dengan bersikap positif, tidak menunjukkan sikap penolakan atau tidak menerima keberdaan anak berkebutuhan khusus. Mungkin masyarakat yang masih mengacuhkan keberadaan ABK bisa bersikap sama dan mempelajari mengenai anak berkebutuhan khusus seperti masyarakat di sekitar SLB Negeri Sumedang, diteliti oleh Raden Ajeng Sri R.A. Dalam hasil penelitiannya masyarakat di Sumedang menunjukkan sikap positif, mereka menerima keberadaan ABK dilingkungannya dan menganggap itu sebagai sebuah keberagaman yang ada di masyarakat. Warga disana tidak ada satupun yang menolak keberadaan atau terganggu maupun merasa ingin menjauhi anak berkebutuhan khusus. (Raden Ajeng S.R.A, 2019)

c. Agar anak berkebutuhan khusus diterima oleh semua orang dan berbaur dengan masyarakat itu dimulai dengan menghadirkan ABK ditengah- tengah masyarakat normal agar mereka bisa berinteraksi dan bergaul dengan anak normal lainnya. Tentunya sebelum menghadirkan ABK dikalangan anak normal orang tua harus bisa menyesuaikan kebutuhan

(2)

ABK dan juga harus memahami kondisi sang anak, pemahaman mengenai sifat dan karakter seorang anak harus diberitahu terlebih dahulu kepada orang sekitar dengan begitu orang sekitar bisa lebih menyesuaikan dengan anak berkebutuhan khusus. Dari orang tua juga harus memahami kebutuhan anak mereka terlebih dahulu agar anak juga bisa memahami orang lain. Agar ABK bisa memahami orang lain juga, orang tua bisa menyekolahkan anaknya disekolah umum tanpa perlu ataupun malu.

Karena sekolah umum sudah bisa menerima anak yang berkebutuhan, pastinya dari sekolah juga menyediakan guru dan fasilitas yang dibutuhkan sesuai dengan kebutuhan sang anak. Jika dari kecil orang tua sudah menyekolahkan anaknya di sekolah umum maka sang anak pasti sudah bisa menyesuaikan diri dengan sekitarnya, maka dari itu orang tua harus berani memulainya tanpa perlu merasa takut ataupun cemas dan percaya kepada sang anak, guru, pengawas di sekolah. Setelah itu orang tua juga harus terus menggali potensi apa yang dimiliki oleh sang anak dan mengembangkannya.

2. Observasi Sekolah a. SLB Negeri Ungaran b. Tuna Grahita

c. Fasilitas, Secara garis besar fasilitasnya harus disesuaikan dengan karakteristik anak tunagrahita adalah dengan treatment/terapi :

a) Fasilitas pendidikan yang berkaitan dengan latihan sensori motor - Berkaitan dengan visual : berbagai bentuk benda, manik-manik, warna,

dsb.

- Berkaitan dengan perabaan dan motorik tangan : manik-manik, benang, crayon, wash, lotion, kertas amril, dsb.

- Berkaitan dengan pembau : kamper, minyak kayu putih, dsb.

- Berkaitan dengan koordinasi : menara gelang, puzzle, meronce, dsb.

b) Fasilitas pendidikan yang berkaitan dengan aktivitas kehidupan keseharian (Activity Daily Leaving) yang berupa permainan untuk latihan kehidupan kehidupan sehari-hari, seperti latihan kebersihan dan gosok gigi, latihan berpakaian dan bersepatu, permainan dengan boneka dan alat lainya.

c) Fasilitas pendidikan yang berkaitan dengan latihan motorik kasar.

Sekolah memberikan pelatihan seperti latihan bola kecil, latihan bola besar permainan keseimbangan, dsb.

d. Layanan Pendidikan

Di SLB N Ungaran ini menyediakan layanan bagi anak tunagrahita di bagian C dan C1 (tunagrahita ringan dan sedang). Untuk layanannya diberikan kelas khusus oleh 1 guru atau pengawas khusus dengan maksimal 10 murid.

e. Perlakuan guru kepada murid tunagrahita semuanya baik, dan tidak ada yang membeda-bedakan, entah itu karena tunagrahita ringan atau sedang.

Semuanya dianggap memiliki kemampuan yang sama.

(3)

f. Untuk treatment sekolah menyediakan seperti yang sudah disebutkan pada fasilitas sekolah, bisa disebut sebagai terapi sesnsori integrasi.

g. Pihak sekolah memperlakukan ABK dengan baik sesuai dengan kebutuhan masing-masing anak. Mereka juga selalu mendampingi dengan sabar dan terkadang guru melakukan kunjungan langsung ke rumah muridnya dan pastinya dari orang tua tidak ada yang menolak kedatangan guru untuk bertemu dengan anaknya yang berkebutuhan khusus meskipun dihari libur sekalipun. Guru di SLB N Ungaran sudah termasuk ideal untuk menangani anak-anak berkebutuhan khusus dan berperilaku sama entah itu di sekolah atau saat kunjungan ke rumah murid.

3. Analisis

a. International Journal :

https://jurnal.polgan.ac.id/index.php/sinkron/article/view/10020/174 b. Analisis

I. LATAR BELAKANG

Menurut [1] mengemukakan bahwa anak tunagrahita adalah mereka yang memiliki tingkat kecerdasan jauh di bawah rata-rata anak pada umumnya, sehingga tidak mampu mengikuti program di sekolah. Mereka membutuhkan layanan pendidikan khusus. Anak tunagrahita ada dimana-mana, baik di kota maupun di desa. Mereka tidak dapat memikirkan hal-hal yang abstrak dan berbelit-belit. Begitu juga dalam pelajaran seperti mengarang, berhitung, dan mata pelajaran akademik lainnya Setiap anak memiliki kebiasaan belajar yang berbeda. Pada umumnya kebiasaan belajar seseorang dipengaruhi oleh variabel kepribadian. Tidak sedikit orang tua yang kurang paham tentang metode pembelajaran yang efektif untuk anak dan cepat marah ketika berhadapan dengan anak yang kurang tanggap terhadap pembelajaran yang diberikan, oleh karena itu diperlukan pemahaman terlebih dahulu tentang kepribadian seorang anak.

Menurut [2] mengatakan bahwa salah satu ciri anak tunagrahita adalah ketidakmampuan berpikir abstrak dan mudah lupa, oleh karena itu dalam mengajarkan materi pelajaran matematika secara tidak langsung pada tahap pembelajaran secara abstrak tetapi harus bertahap mulai dari tahap konkrit, semi konkrit dan abstrak. Kemampuan penalaran anak tunagrahita terbatas pada tahap berpikir konkrit. Oleh karena itu besar kemungkinan guru yang mengajar matematika pada siswa tunagrahita memiliki strategi tertentu dalam proses pembelajaran. Seorang guru harus memiliki rencana yang matang sebelum memasuki Proses Belajar Mengajar (PBM), mereka harus selalu memiliki ide-ide kreatif dalam pembelajaran.

Untuk mengetahui kepribadian anak, orang tua harus melakukan pendekatan terlebih dahulu untuk mengetahui kepribadian dan kebiasaan anak.

khususnya anak dengan keterbelakangan mental. Menurut pengamatan penulis tidak sedikit siswa tunagrahita yang mengalami kesulitan dalam berhitung,

(4)

rata-rata kemampuan berhitungnya hanya sampai 20. Beberapa siswa merasa kesulitan menerima petunjuk ketika diminta memilih satu jawaban dari tiga pilihan. Selain itu karena keterbatasan bahasa yang dikuasainya, anak tunagrahita mengalami kesulitan dalam membaca dan menulis. Menurut beberapa ahli wawancara penulis, cara belajar yang diberikan oleh guru dan orang tua harus sama sehingga dapat memudahkan anak dalam memahami pelajaran dan pemahaman anak lebih matang.

Menurut[3] “Retardasi mental adalah anak dengan berkebutuhan khusus yang memiliki kecerdasan di bawah rata-rata yaitu berkisar antara 50-70 mengalami hambatan dalam melakukan aktivitas apapun terutama dalam belajar.

Ada beberapa jenis anak tunagrahita, dengan ciri dan tingkat kebidanan yang berbeda-beda, ada yang ringan, sedang dan berat.Anak tunagrahita tingkat rendah biasanya sulit dalam berpikir abstrak, namun mereka tetap dapat mengikuti pelajaran akademik baik di sekolah biasa maupun di sekolah luar biasa (SLB). Namun seiring dengan semakin sulitnya materi pembelajaran, sebaiknya orang tua jangan terlalu dibanggakan menyekolahkan anaknya di Sekolah Luar Biasa karena tidak semua anak tunagrahita rendah dapat mengikuti pelajaran seperti anak normal. Anak tunagrahita sedang tidak dapat mempelajari mata pelajaran akademik. Perkembangan bahasa sangat terbatas karena perbendaharaan kata sangat kurang. Mereka membutuhkan guru pendamping, meskipun mereka masih bisa membedakan bahaya dan bukan bahaya. Usia kecerdasannya sama sebagai anak normal berusia tujuh tahun. Sedangkan anak tunagrahita dengan tingkat yang lebih berat sepanjang hidupnya membutuhkan pertolongan dari orang lain, sehingga segala aktivitasnya seperti berpakaian, makan dan lain sebagainya harus dibantu.

Mereka tidak bisa membedakan mana bahaya atau tidak. Kata-kata dan ucapannya sangat sederhana. Kecerdasannya mencapai setinggi anak normal yang berusia tiga tahun.

Menurut [4] mengemukakan bahwa orang tua dan lingkungan diharapkan dapat memahami anak tunagrahita dengan tidak terpaku pada tugas perkembangan. Tugas perkembangan hanya dijadikan sebagai pemicu, orang tua membantu secara optimal agar anak dapat melampaui setiap periode perkembangan secara wajar sesuai dengan keterbatasannya.

II. METODE PENELITIAN A. Sistem Pakar

Sistem informasi yang berisi pengetahuan seorang pakar sehingga dapat digunakan untuk konsultasi. Sistem pakar[5] adalah program komputer yang berisi pengetahuan dari satu atau lebih manusia pakar tentang suatu bidang tertentu. Jenis program ini pertama kali dikembangkan oleh para peneliti kecerdasan buatan pada 1960-an dan 1970-an dan diterapkan secara komersial selama 1980-an. Bentuk umum sistem pakar adalah suatu program yang dibuat berdasarkan

(5)

seperangkat aturan yang menganalisis informasi (biasanya diberikan oleh pengguna suatu sistem) tentang suatu kelas masalah tertentu dan analisis matematis dari masalah tersebut. Tergantung dari desainnya, sistem pakar juga mampu merekomendasikan serangkaian tindakan pengguna untuk dapat menerapkan koreksi. Menurut Yulianti (2016:1), sistem pakar merupakan salah satu bidang kecerdasan buatan (AI) yang mencari untuk mengadopsi pengetahuan manusia ke komputer, menggabungkan pengetahuan dan data pencarian untuk memecahkan masalah yang biasanya membutuhkan keahlian manusia.

B. Rantai Mundur

Metode backward chaining adalah penelusuran mundur yang memulai penalaran dari kesimpulan (tujuan), dengan mencari sekumpulan hipotesis terhadap fakta yang mendukung sekumpulan hipotesis.

Metode Backward Chaining adalah kebalikan dari forward chaining dimana dimulai dengan hipotesis (objek) dan meminta informasi untuk meyakinkan atau mengabaikan. Mesin inferensi berantai mundur sering disebut: "Object-Driven / Goal-Driven". Mesin inferensi adalah bagian dari sistem pakar yang mencoba menggunakan informasi yang diberikan untuk menemukan objek yang sesuai.

C. Diagram Alur

Menurut [6] menyarankan bahwa, Flowchart adalah penggambaran grafis dari langkah-langkah dan urutan prosedur dari suatu program.

Flowchart membantu analis dan pemrogram untuk memecahkan masalah menjadi segmen yang lebih kecil dan membantu menganalisis alternatif lain dalam operasi. Flowchart biasanya mempermudah penyelesaian suatu masalah, terutama masalah yang perlu dipelajari dan dievaluasi lebih lanjut. Flowchart adalah suatu bentuk gambar/diagram yang memiliki alur berurutan satu atau dua arah.

Flowchart digunakan untuk mewakili dan merancang program. Oleh karena itu flowchart harus dapat merepresentasikan komponen- komponen dalam suatu bahasa pemrograman.

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil wawancara dari beberapa guru sekolah berprestasi di Tunagrahita Tangerang dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran adalah cara penerapan pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik masing-masing anak dalam melaksanakan berpikir, berperilaku, menyerap informasi, mengolah dan memahami. informasi dan mengingatkannya dalam memori.

Berikut beberapa jenis metode pembelajaran untuk anak tunagrahita pada tingkat sekolah dasar sesuai dengan karakteristiknya masing-masing.

1. Anak yang mengalami kesulitan belajar membaca

TABEL 1 Anak yang mengalami kesulitan belajar membaca

(6)

Code Method Characteristic

MB 1 Mudah mengalihkan perhatian dan kurang konsentrasi

Dua penjelasan harus diberikan Memori lemah dan penalaran rendah Perkembangan Bahasa terbatas MB 2 Dapat melakukan pekerjaan ringan

Mampu mengenali Bahasa

dapat merespon dengan baik ketika diberi pelajaran

Dapat bersosialisasi

MB 3 Tidak dapat menyimpan terlalu banyak atau instruksi yang sulit

2. Anak belajar menulis secara perlahan

TABEL 2 Anak belajar menulis secara perlahan

3. Anak

kesulitan belajar

menghitung

TABEL 3 Anak kesulitan belajar menghitung

Code Method Characteristic MB 7 Sulit berkomunikasi dengan anak

sulit menangkap informasi

Memori lemah dan penalaran rendah tidak dapat menyimpan terlalu banyak atau instruksi yang sulit

Emosional

MB 8 Lebih suka bermain daripada belajar Code Method Characteristic

MB 4 Sulit utuk memegang pensil yang tepat Mudah menyerah

menulis dengan tulisan terputus-putus Menulis tanpa urutan

MB 5 Senang menggambar

Mudah bosan dan sering menghilang saat belajar

MB 6 dapat menulis tetapi sulit untuk menyalin tulisan di papan tulis sulit membedakan huruf dan angka yang ditulis

(7)

Mudah bosan dan sering menghilang saat belajar

Suka bermain gadget

REFERENCES IN JOURNAL

[1] A. Setiawan, Dani E;Mais, “Pengaruh Tingkat Kehadiran Siswa Terhadap Efektivitas Proses Pembelajaran Siswa Kelas IV Tunagrahita Ringan dalam Kelas Reguler SD Inklusi di Kabupaten Jember,” J. Spec.

Educ., vol. 1, pp. 28–33, 2017.

[2] I. Utami, dewi aninta; sujadi, “Strategi Guru dalam Membelajarkan Matemati kapada Materi Lingkaran Kepada Anak Tunagrahita (Studi Kasus pada Siswa Kelas VIII SLB Muhammadiyah Cepu),” J.

Pembelajaran Mat., vol. 2, pp. 853–864, 2014.

[3] F. Sefni, “EFEKTIFITAS METODE PROYEK PADA PEMBELAJARAN KETERAMPILAN BAGI ANAK TUNAGRAHITA SEDANG KELAS X SMALB DI YPAC SUMBAR,” J. Ilm. Pendidik.

KHUSUS, vol. 3, pp. 182–191, 2014.

[4] E. Novita, “PERBEDAAN PENERIMAAN DIRI IBU YANG MEMILIKI ANAK TUNAGRAHITA DITINJAU DARI TINGKAT PENDIDIKAN DI SLB-E PTP MEDAN,” Diversita, vol. 3, pp. 55–62, 2017.

[5] Wikipedia, “Sistem pakar,” 2019. [Online]. Available:

https://id.wikipedia.org/wiki/Sistem_pakar.

[6] R. Hidayat, “Sistem Informasi Ekspedisi Barang Dengan Metode E- CRM Untuk Meningkatkan Pelayanan Pelanggan,” J. SISFOTEK Glob., vol. 4, pp. 41–45, 2014.

Referensi

Dokumen terkait

1) Kecemasan terhadap pendidikan anak berkebutuhan khusus Berdasarkan hasil wawancara dan observasi yang dilakukan peneliti bahwa kecemasan NT terhadap pendidikan HG adalah

Orang tua diharapkan berperan proaktif dengan banyak memberikan informasi kepada para guru, sehingga sangat membantu dalam mengembangkan bakat anak yang

Anak

Hipotesis yang diajukan adalah Ada hubungan positif antara dukungan sosial dan religiusitas dengan penerimaan orang tua terhadap anak berkebutuhan khusus Populasi

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh gambaran resiliensi pada pasangan suami istri asli sunda yang memiliki anak berkebutuhan khusus ini, bahwa mereka termasuk individu

Orang tua yang memiliki anak berkebutuhan khusus mengalami beban yang tidak dapat dihindarkan karena harus mengasuh, merawat, memelihara, mendampingi dan membantu aktivitas

yang telah memberikan rahmat dan hidayah Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi dengan judul: “KOMUNIKASI INTERPERSONAL ORANG TUA TUNGGAL DENGAN ANAK

Menurut kalsifikasi dan jenis kelainan, anak berkebutuhan khusus dikelompokkan menjadi kelainan fisik, kelainan mental, kelainan perilaku sosial, maka dengan itu anak berkebutuhan