• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGERTIAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DAN KLASIFIKASI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

N/A
N/A
Lie

Academic year: 2024

Membagikan "PENGERTIAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DAN KLASIFIKASI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.net/publication/369899339

PENGERTIAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DAN KLASIFIKASI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

Article · April 2023

CITATIONS

0

READS

6,213

5 authors, including:

Aisyah Layyinah Universitas Negeri Surabaya 1PUBLICATION   0CITATIONS   

SEE PROFILE

Dian Rahmawati Universitas Negeri Surabaya 6PUBLICATIONS   0CITATIONS   

SEE PROFILE

All content following this page was uploaded by Aisyah Layyinah on 08 April 2023.

The user has requested enhancement of the downloaded file.

(2)

PENGERTIAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DAN KLASIFIKASI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

Aisyah Layyinah, Dian Rahmawati, Adelya Nur Febriana, Gaza Akmal Armadana, Endang Pudjiastuti Sartinah

Aisyahlayyinah.22011@mhs.unesa.ac.id , dian.22026@mhs.unesa.ac.id , adelya.22029@mhs.unesa.ac.id , gaza.22032@mhs.unesa.ac.id

endangsartinah@unesa.ac.id

Program S1 Pendidikan Luar Biasa, Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Surabaya

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengertian anak berkebutuhan khusus. Anak berkebuuhan khusus adalah anak yang memiliki hambatan baik pada fisik, mental, intelektual, sosial, atau emosional. Hal ini dapat mempengaruhi secara signifikan terhadap proses tumbuh kembangnya yang berbeda dengan anak normal pada umumnya jika di tangani sedini mungkin dengan baik seperti contoh dalam hal akademik, anak akan mampu mengikuti pembelajaran dengan baik, dapat bersosialisasi dengan masyarakat umum, penting untuk kita semua mengenal jenis-jenis anak berkebutuhan khusus dengan ciri-cirinya tersendiri, agar kita dapat mengetahui dan memfasilitasi apa yang sesuai dengan anak berkebutuhan khusus. Metode penelitian yang digunakan ialah metode kualitatif.

ABSTARCT

This research aims to explore the understanding of children with special needs. Children with special needs are children who have physical, mental, intellectual, social, or emotional disabilities. This can affect significantly to the children's growth process that is different with normal children in general if well and right treated as early as possible. The children might be growth better for example on their academic, children can enable to follow learning activities well, can socialize with society. It is important for all of us to know the kind of children with special needs with its own characteristics, so that we can know and facilitate what is suitable for children with special needs. The research method used is a qualitative.

(3)

A. PENDAHULUAN

Setiap orang tua mengingkan kehadiran anak yaitu anak yang sempurna tanpa kekurangan. Manusia dicipatakan paling sempurna diantara makluk hidup lainnya. Orang tua tidak mampu menolak kehadiran seoarang anak dengan kebutuhan yang khusus. Sebagai manusia anak berkebutuhan khusus juga memiliki hak yang sama dengan kita, mereka memiliki hak untuk tumbuh dan berkembang di tengah keluarga dan masyarakat. Anak berkebutuhan khusus juga berhak mendapat Pendidikan yang khusus dan pelayanan Pendidikan yang layak sesuai dengan karakteristik pada anak berkebutuhan khusus.

Anak berkebutuhan khusus adalah anak yang memerlukan penanganan karena adanya gangguan pada mental, emosi, kognitif, ataupun fisik yang memerlukan penanganan yang khusus dengan adanya gangguan perkembangan dan kelainan yang dimiliki oleh anak.

Menurut Depdiknas (2004:2), anak berkebutuhan khusus (ABK) adalah anak yang secara signifikan mengalami kelainan atau penyimpangan (fisik,mental, intelektual, sosial, emosional ) dalam proses pertumbuhan atau perkembangannya dibandingkan dengan anak-anak lain seusianya sehingga mereka memerlukan pelayanan Pendidikan khusus. Dengan demikian , meskipun seseorang anak mengalami kelainan atau penyimpangan tertentu tetapi kelainan atau penyimpangan tersebut tidak signifikan sehingga tidak perlu pelayanan Pendidikan khusus, anak tersebut bukan termasuk anak dengan kebutuhan khusus(Deskriptif et al. 2012) Dengan kebutuhan khusus tersebut mereka tidak mendapatkan informasi yang maksimal sehingga mereka tidak bisa mengikuti perintah dengan baik. Faktor penyebab anak berkebutuhan khusus adalah disebabkan oleh beberapa faktor yaitu faktor prenatal ( sebelum kelahiran ), factor natal( saat kelahiran ) , dan fator postnatal ( setelah kelahiran ). Anak berkebutuhan khusus memerlukan perhatian yang khusus, memerlukan dukungan dalam menghadapi tantangan yang ada di lingkungan.

Dukungan ini dapat diberikan oleh orang tua, guru, atau tenaga profesional untuk mendukung perkembangan anak berkebutuhan khusus. Anak berkebutuhan khusus memerlukan bimbingan yang tepat terkait kebutuhan khusus sosial anak seperti anak dengan gangguan interaksi sosial. Pengertian lainnya bersinggung dengan istilah tumbuh kembang normal dan abnormal, anak berkebutuhan khusus memiliki tumbuh kembang yang abnormal, yaitu terdapat keterlamabatan atau penundaan tumbuh kembang yang biasanya tampak di usia balita seperti usia 3 tahun belum bisa bejalan. Ciri-ciri anak berkebutuhan lainnya juga terlihat ketika anak tidak tumbuh sesuai dengan umurnya. (Nathan and Scobell 2012)

Anak berkebutuhan khusus memiliki hak penuh dalam pelayanan Pendidikan untuk menunjang pertumbuhan dan perkembangan mereka baik sesuai dengan karakteristik anak berkebutuhan khusus masing.

B. METODE PENELITIAN

Penelitian yang dilaksanakan ini adalah penelitiandengan pendekatan kualitatif, dengan menggunakan metode studi Pustaka. penelitian kualitatif adalah proses penelitian dan pemahaman yang didasarkan pada metodologi yang menyelidiki suatu fenomena sosial dan masalah manusia. Pada pendekatan ini, peneliti membuat suatu gambaran kompleks, meneliti kata-kata, laporan terinci dari

(4)

pandangan responden, dan melakukan studi pada situasi yang alami (Creswell, 1998:15)

C. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Anak berkebutuhan khusus adalah anak yang mempunyai penyimpangan dari kondisi rata-rata anak normal umumnya dalam hal fisik, mental maupun karakteristik perilaku sosialnya. Anak berkebutuhan khusus tentu akan menghadapi berbagai masalah yang berhubungan dengan kekhususannya (Abdullah and Nandiyah 2013).

Menurut ( Sabra:2010 ) dalam ( Ratnasari: 2013 ) pada umumnya anak berkebutuhan khusus memerlukan layanan Pendidikan yang berbeda dengan anak- anak normal lainnya. Layanan yang diberikan untuk anak berkebutuhan khusus adalah layanan yang telah diterapkan oleh pemerintah. Melalui pertauran Menteri Pendidikan Nasional Nomor 70 tahun 2009, pemerintah mencetuskan Pendidikan inklusi sebagai sistem layanan Pendidikan untuk anak-anak berkebutuhan khusus untuk belajar Bersama dengan anak normal lainnya disekolah yang sama (Widiastuti:2010) (Nathan and Scobell 2012).

1. Klasifikasi Anak Berkebutuhan Khusus

1. Tunanetra

Menurut somantri (2006:65), tunanetra adalah individu yang mengalami hambatan penglihatan atau kehilangan penglihatan sebagai aluran penerima informasi dalam kegiatan sehari-hari. Anak tunanetra memiliki keterbatasan atau ketidak mampuan dalam menerima rangsang atau informasi melalui indera penglihatan. (Purba Bagus Sunarya, Irvan, and Dewi 2018)

Ciri-ciri anak mengalami Tunanetra : 1. Sering meraba-raba

2. Kerusakan nyata pada kedua bola mata

3. Posisi mata sulit dikendalikan oleh syaraf mata, sehingga sering mata sering bergerak atau bergoyang

4. Bagian tengah mata yang hitam berwarna keruh

5. Kesulitan dalam mengambil hal-hal kecil yang ada disekitarnya.

(Hidayat 2021)

2. Tunarungu

Menurut Somad dan Hermawati (1996:27), tunarungu adalah seseorang yang mengalami kekurangan atau kehilangan kemampuan mendengar baik sebagian atau seluruhnya yang diakibatkan karena tidak berfungsinya sebagian atau seluruh alat pendengaran, sehingga ia tidak dapat menggunakan alat pendengaran nya dalam kehidupan sehari-hari yang membawa dampak terhadap kehidupannya secara kompleks. (Purba Bagus Sunarya, Irvan, and Dewi 2018)

Ciri-ciri anak mengalami Tunarungu : 1. Terlambat dalam perkembangan bahasa 2. Kurang/tidak tanggap bila diajak berbicara

(5)

3. Kualitas suara aneh/monoton 4. Ucapan kata tidak jelas

5. Menggunakan bahasa isyarat dalam berkomunikasi 6. Terdapat kelainan organis dalam telinga

7. Sering memiringkan kepala dalam mencerna komunikasi (Hidayat 2021)

3. Tunagrahita

Menurut AAMD (American Association of Mental Deficiency) keterbelakangan mental menunjukkan fungsi intelektual dibawah rata-rata dengan jelas dan disertai ketidakmampuan dalam penyesuaian perilaku dan terjadi pada masa perkembangan.(Purba Bagus Sunarya, Irvan, and Dewi 2018).

Ciri-ciri anak mengalami Tunagrahita :

1. Penampilan fisik tidak seimbang, seperti kepala terlalu kecil/besar 2. Tidak dapat mengurus diri sendiri sesuai usia

3. Perkembangan bicara/bahasa terlambat

4. Tidak ada perhatian atas sekitar/pandangan kosong 5. Kurangnya koordinasi gerakan badan

6. Sering keluar ludah dari mulut (ngiler )(Hidayat 2021)

4. Tunadaksa

Tuna daksa adalah seseorang yang memiliki cacat fisik, tubuh, atau seseorang yang memiliki keterbatasan pada sistem geraknya.

Ciri-ciri anak mengalami tunadaksa :

1. Terjadi kekakuan pada anggota gerak/lemah/lumpuh.

2. Mengalami hambatan dalam gerak ( tidak sempurna, tidak lentur/

tidak terkendali )

3. Anggota bagian tubuh ada yang kuran atau tidak lengkap/ tidak sempurna.

4. Terdapat cacat pada alat gerak

5. Jari tangan kaku dan tidak dapat menggenggam.

6. Kesulitan pada saat bediri/berjalan/duduk/dan menunjukkan sikap tubuh tidak normal.

5. Tunalaras

Tunalaras adalah anak yang mengalami hambatan emosi dan tingkah laku yang buruk sehingga kurang dapat dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan(Travelancya and Ula 2022)

Ciri-ciri anak mengalami tunalaras :

Menurut hallaham dan kauffan ( 2016 ) ada 3 ciri khas kondisi emosi dan perilaku :

1. Tingkah laku yang sangat ekstrem dan bukan hanya berbeda dengan tingkah laku anak lainnya.

(6)

2. Suatu problem emosi dan perilaku yang kronis, yang tidak muncul secara langsung.

3. Tingkah laku yang dapat diharapkan oleh lingkungan karena bertentangan dengan harapan emosi dan cultural.

6. ADHD atau attention deficit hyperactivity.

ADHD atau attention deficit hyperactivity disorder adalah gangguan mental yang menyebabkan anak sulit memusatkan perhatian, serta memiliki perilaku impulsif dan hiperaktif, Kondisi ini dapat berdampak pada prestasi anak di sekolah.

Ciri-ciri anak mengalami ADHD:

1. Berprilaku agresif 2. Perilaku impulsive 3. Terlalu bersemangat

4. Kehilangan pengendalian atau pengulangan kata Tindakan secara terus menerus

7. Autis

Autisme adalah gangguan perilaku dan interaksi sosial akibat kelainan perkembangan saraf otak. Kondisi ini menyebabkan penderitanya sulit berkomunikasi, berhubungan sosial, dan belajar.

Ciri-ciri anak mengalami autis : 1. Interaksi sosial yang buruk.

2. Tidak bisa kontak mata secara langsung 3. Sering menyakiti diri sendiri atau orag lain

4. Pengulangan kata atau Tindakan yang secara terus menerus.

8. Lamban belajar

Menurut Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia anak lambat belajar adalah anak yang di sekolah mempunyai rata-rata di bawah enam sehingga mempunyai resiko cukup tinggi untuk tinggal kelas, dikarenakan mempunyai tingkat inteligensi yang rendah yaitu di bawah rata-rata sekitar 75–90 (Mahastuti 2011)

Menurut Erikson ( 1982 ) ciri-ciri anak lamban belajar antara lain : 1. Anak lambat belajar umumnya mengalami kegagalan dalam emamhami pelajaran dan konsep-konsep dasar bidang akademik, misalnya membaca, menulis, matematika.

2. Mempunyai daya ingat yang rendah, anak dengan lambat belajar umumnya sangat cepat lupa.

3. Anak lambat belajar sulit bersosialisasi dengan lingkungan.

9. CIBI ( cerdas, berbakat istimewa )

Anak berbakat merupakan keistimewaan yang adapada diri anak yang memiliki kelebihan sehingga jangan pernah bahwa anak dengan cerdas istimewa dapat mengatasi masalah yang dihadapinyadengan kemmapuan yang dimilikinya.

(7)

D. SIMPULAN

Anak berkebutuhan khusus adalah anak yang memiliki kebutuhan yang khusus karena adanya gangguan paa mental, emosi, kognitif, ataupun fisisk yang memerlukan penanganan yang khusus. Melalui peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 70 tahun 2009, pemerintah mencetuskan Pendidikan inklusi sebagai sistem layanan Pendidikan. Menurut kalsifikasi dan jenis kelainan, anak berkebutuhan khusus dikelompokkan menjadi kelainan fisik, kelainan mental, kelainan perilaku sosial, maka dengan itu anak berkebutuhan khusus mempunyai hak dan memerlukan pelayanan yang tepat untuk pertumbuhan dan perkembangan yang baik.

Anak berkebutuhan khusus memiliki karakteristik yang unik dibandingkan dengan teman sebayanya, mereka mempunyai kekurangan dan kelebihan masing-masing, sehingga mereka membutuhkan pelayanan dari guru, orang tua dan ahli profesional untuk menangani perkembangan serta pertumbuhannya. Memiliki anak dengan kebutuhan yang khusus adalah hal yang tidak mudah bagi orang tua. Kepedulian dan perhatian orang tua lah yang dibutuhkan untuk pertumbuhan anak berkebutuhan khusus, sehingga orang tua perlu belajar memahami dan mendampingi anak dengan kbutuhan khusus.

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, and Nandiyah. 2013. “Mengenal Anak Berkebutuhan Khusus.” Magistra 25 (86):

1–10.

Deskriptif, Studi, D I Sd, D A N Smp, and Sekolah Alam. 2012. “Educational Psychology Journal” 1 (1): 1–10.

Hidayat. 2021. “ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS Kelompok Bermain,” 1–51.

Mahastuti, Dewi. 2011. “Mengenal Lebih Dekat Anak Lambat Belajar.” Personifikasi: Jurnal Ilmu Psikologi 2 (1): 42–48. https://journal.trunojoyo.ac.id/personifikasi/article/view/702.

Nathan, Andrew J., and Andrew Scobell. 2012. “ABK ( Anak Berkebtuhan Khusus).” Foreign Affairs 91 (5): 1689–99.

Purba Bagus Sunarya, Muchamad Irvan, and Dian Puspa Dewi. 2018. “Kajian Penanganan

(8)

Terhadap Anak Berkebutuhan Khusus.” Jurnal Abadimas Adi Buana 2 (1): 11–19.

https://doi.org/10.36456/abadimas.v2.i1.a1617.

Travelancya, Terza, and Intan Sa’adatul Ula. 2022. “Pendidikan Inklusi Untuk Anak Dengan Gangguan Emosi Dan Perilaku (Tunalaras).” Absorbent Mind.

https://doi.org/10.37680/absorbent_mind.v2i01.1436.

View publication stats

Referensi

Dokumen terkait

Dalam dunia pendidikan luar biasa dewasa ini anak berkebutuhan khusus diklasifikasikan atas beberapa kelompok sesuai dengan jenis kelainan anak, kalisfikasi tersebut mencakup

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara klasifikasi anak berkebutuhan khusus dengan prestasi belajar matematika. Populasi dalam penelitian ini

Ada hubungan klasifikasi anak berkebutuhan khusus dengan prestasi belajar matematika dengan adanya perbedaan rata-rata pada ketiga kelas yaitu ̅ tuna wicara/rungu ̅

Bertujuan untuk memberi pengetahuan pada mahasiswa mengenai konsep dasar psikologi bagi anak berkebutuhan khusus dan dasar biologis pada dinamika psikologis anak

mereka yang memiliki “kelainan”. Anak yang memiliki kelebihan juga merupakan anak berkebutuhan khusus. Selanjutnya, pasal 5 ayat 2 menerangkan bahwa anak yang

Anak

dengan anak berkebutuhan khusus telah menemukan bahwa tingkat kebugaran anak berkebutuhan khusus g g pada umumnya di bawah rekan mereka tanpa cacat. Hal ini menunjukkan bahwa

Jadi dapat disimpulkan bahwa Kesejahteraan Psikologis Pada Orangtua Anak Berkebutuhan Khusus adalah keadaan psikologis ayah dan ibu dari segolongan anak yang memiliki kelainan atau