• Tidak ada hasil yang ditemukan

View of Sinergi Pengawasan Kemitraan Usaha Mikro Kecil Dan Menengah Sebagai Upaya Peningkatan Potensi Dalam Dunia Usaha Ekonomi Kreatif

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "View of Sinergi Pengawasan Kemitraan Usaha Mikro Kecil Dan Menengah Sebagai Upaya Peningkatan Potensi Dalam Dunia Usaha Ekonomi Kreatif"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

651 DOI: https://doi org/10 21776/ub arenahukum 2023 01602 10 Indonesia

https://arenahukum.ub.ac.id/index.php/arena

SINERGI PENGAWASAN KEMITRAAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN POTENSI

DALAM DUNIA USAHA EKONOMI KREATIF

Rumi Suwardiyati, Ranitya Ganindha Universitas Brawijaya

Jl. MT. Haryono No. 169, Malang

Email: [email protected]; [email protected] Disubmit: 18-11-2021 | Direview: 25-8-2022 | Diterima: 08-12-2023

Abstract

UMKM have demonstrated their various roles in supporting the national economy, but in carrying out their business activities they still experience various obstacles and obstacles, both internal and external. The research aims to produce appropriate concepts in supervision and what institutions are appropriate to optimize UMKM. This research uses socio-legal methods by conducting direct observations to collect data related to the concept of supervisory relationships between institutions that have partnership supervision authority, especially in Malang City. The results of this research are optimizing supervision of UMKN in two ways, namely empowerment through the City Cooperatives and Micro Enterprises Service and empowerment through the Malang City Trade Office. Provide education regarding the importance of understanding partnership agreements. All forms of partnership agreements must be made in writing, the positions of the parties must also be balanced in the partnership agreement. With the existence of these two institutions and education, it is hoped that they can monitor UMKM with the goal to be achieved so that large and small business actors can grow and develop together.

Keywords: Business; Competitive; Supervision; UMKM.

Abstrak

UMKM telah menunjukkan berbagai peranannya untuk menunjang perekonomian secara nasional, namun dalam pelaksanaan kegiatan usahanya masih mengalami berbagai hambatan dan kendala baik yang bersifat internal maupun eksternal. Tujuan penelitian ini adalah menghasilkan konsep yang tepat dalam pengawasan dan dan kelembagaan apa yang tepat untuk mengoptimalkan UMKM. Penelitian ini menggunakan metode sosio legal dengan melakukan pengamatan secara langsung untuk mengambil data yang berkaitan dengan konsep dari hubungan pengawasan antara lembaga yang memiliki kewenangan pengawasan kemitraan khususnya di Kota Malang. Hasil dari penelitian ini yaitu mengoptimalkan pengawasan UMKM dengan dua cara yaitu pemberdayaan melalui Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kota dan pemberdayaan melalui Dinas Perdagangan Kota Malang. Melakukan edukasi mengenai pentingnya memahami perjanjian kemitraan. Semua bentuk perjanjian kemitraan harus dibuat secara tertulis, kedudukan para pihak juga harus seimbang dalam perjanjian kemitraaan. Dengan adanya dua kelembagaan dan edukasi tersebut diharapkan dapat mengawasi UMKM dengan tujuan yang ingin dicapai adalah pelaku usaha besar dan kecil bisa saling tumbuh berkembang bersama.

Kata Kunci: Bisnis; Daya Saing; Pengawasan; UMKM.

(2)

Pendahuluan

Pembangunan nasional yang berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 bertujuan untuk mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur, dan merata secara material dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Oleh karena itu, pembangunan nasional yang mencakup seluruh aspek kehidupan bangsa, khususnya untuk memajukan perekonomian harus diselenggarakan secara seksama oleh pemerintah dan seluruh tatanan masyarakat.

Masyarakat yang dimaksud dalam hal ini, tidak hanya menjadi subjek hukum yang pasif, melainkan turut serta menjadi pelaku utama dalam kegiatan pembangunan.1 Sesuai dengan apa yang diamanatkan tentang Politik Ekonomi dalam rangka Demokrasi Ekonomi bahwa UMKM perlu mendapatkan perhatian dan pemberdayaan secara khusus sebagai bentuk bagian integral ekonomu rakyat yang memiliki kedudukan, peran, dan potensi strategis yang memiliki tujuan untuk mewujudkan struktur perekonomian nasional yang makin seimbang, berkembang dan berkeadilan.

Secara yuridis sebagaimana yang telah diperkuat pada Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan

1 Ade Onny Siagian, dkk. Creativepreneurship, (Sumatera Barat: Penerbit Insan Cendekia Mandiri, 2021), hlm 19.

2 Lihat Penjelasan Undang-Undang No 20 Tahun 2008

3 Andi Fahmi, dkk., Hukum Persaingan Usaha: Antara Teks dan Konteks, (Jakarta: Gtz dan KPPU, 2010), hlm.

4

4 Dalam penyerapan tenaga kerja juga, pada tahun 2012 tenaga kerja yang ditampung oleh UMKM berjumlah 110.808.154 atau 97.16 %. Sementara pekerja yang bekerja di perusahaan besar hanya sekitar 3.150.645 atau 2.84 %. Akan tetapi kalau dilihat dari kontribusi terhadap produk domestic bruto (PDB), kontribusi pelaku usaha UMKM terhadap PDB (atas dasar harga berlaku) tercatat sebesar 57.48 %. Sementara kontribusi pelaku usaha besar tercatat sebessar 42.52 %.

Menengah, (untuk selanjutnya disebut UU UMKM) merupakan kegiatan usaha yang dapat membutuhkan lapangan kerja dan memberikan pelayanan dalam aspek ekonomi secara luas kepada masyarakat dan memiliki peran dalam proses pemerataan dan meningkatkan penghasilan masyarakat, meingkatkan pertumbuhan ekonomi dan memiliki peran dalam menciptakan stabilitas nasional.2 Apabila berbicara mengenai data gambaran jenis pelaku usaha di Indonesia adalah berbentuk skema piramida, di mana UMKM berada pada garis bawah yang menunjukkan bahwa sebagian besar pelaku usaha adalah berbentuk usaha kecil. Namun, dari sisi pendapatan skema yang menggambarkan keadaan di Indonesia adalah skema piramida terbalik yakni pendapatan pelaku usaha besar jauh lebih tinggi dibandingkan pelaku usaha kecil.3 Dibandingkan dengan Jepang, Cina dan Korea Selatan kondisi tersebut sangat jauh berbeda. Pada tiga negara tersebut, pendapatan dari kegiatan Ekspor dapat menembus hingga 40 %.

UMKM memiliki peranan penting dalam kegiatan perekonomian Indonesia, sebagian besar usaha di Indonesia adalah usaha dalam sekala kecil yang banyak menyerap tenaga kerja.4 UMKM membutuhkan banyak akan

(3)

sumberdaya manusia namun dari sisi kuantitas belum diikuti dengan kualitasnya. Kendala yang dihadapi UMKM untuk menjalankan usahanya disebabkan oleh beberapa faktor yaitu a) kualitas terkait sumber daya manusia yang belum memadai, khususnya dalam ranah organisasi, bentuk manajemen dan cara pemasaran, b) sedikitnya kompetensi kewirausahaan, c) terbatasnya akses terhadap permodalan, teknologi dan informasi.5

UMKM telah menunjukkan berbagai peranannya untuk menunjang perekonomian secara nasional, namun dalam pelaksanaan kegiatan usahanya masih mengalami berbagai hambatan dan kendala baik yang bersifat internal maupun eksternal. Kemampuan permodalan, proses produksi dan pengolahan, kemampuan memasuki pasar, kualitas sumber daya manusia, pemahaman akan hak kekayaan intelektual, desain dan teknologi akan produk, dan keadaan atau iklim dalam berusaha.

Tercatat telah terjadi beberapa krisis ekonomi yang kemudian memukul dunia usaha. Pada krisis moneter yang terjadi pada tahun 1997, UMKM berjaya menjadi penyelamat perekonomian karena mampu bertahan saat perusahaan besar banyak yang tumbang. Krisis tahun 2008 akibat subprime mortgage di Amerika Serikat juga memberikan dampak terhadap bisnis di Indonesia. Hingga kemudian, pada awal tahun 2020 yang berawal dari permasalahan kesehatan akibat pandemi corona virus disease (untuk berikutnya

5 Ayudha D. Prayoga, et al., (Ed), Persaingan Usaha dan Hukum Yang Mengatur di Indonesia, (Jakarta: Proyek ELIPS, 2000), hlm. 40

6 Pasal 13 ayat (2) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah.

disebut sebagai COVID- 19). Keadaan berbeda dibandingkan dua krisis sebelumnya, UMKM mendapatkan dampak yang sangat besar. Mereka harus mampu bertahan dalam kondisi yang sangat sulit.

Merujuk pada kondisi tersebut, diperlukan suatu bentuk pengaturan yang dapat mengatasi hambatan yang dihadapi oleh pelaku usaha kecil tersebut. Salah satu upaya yang dianggap dapat mengurangi hambatan tersebut adalah melalui program kemitraan antara pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah dengan perusahaan besar. Saat ini, KPPU sebagai otoritas yang berwenang melakukan Pengawasan terhadap persaingan usaha di Indonesia juga memiliki kewenangan untuk mengawasi kemitraan antara pelaku usaha besar dan UMKM. Akan tetapi, titik tekan pengawasan kemitraan tidak mengacu pada ketentuan Undang-Undang Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat melainkan mengacu pada UU UMKM.

Oleh karena itu, kegiatan dari pengawasan juga harus diperkuat oleh Pemerintah Daerah yang memiliki bidang UMKM disetiap masing-masing daerahnya. Mengingat sebagaimana yang telah diamanatkan juga pada Pasal 13 dan 14 UU UMKM bahwa, setiap kegiatan berusaha mulai dari penentuan tempat usaha sampai dengan mempromosikan suatu dagangan harus diterapkan pengawasan dan pengendalian yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah masing-masing.6 Upaya

(4)

meningkatkan kemampuan dan peran serta kelembagaan UMKM sebagai penyokong utama dalam kegiatan perekonomian nasional dapat dilakukan melalui pemberdayaan yang harus dilakukan secara bersama-sama oleh Pemerintah Pusat melalui otoritas yang berwenang, Pemerintah Daerah, Pelaku usaha besar, dan masyarakat sebagai konsumen secara menyeluruh dan sinergis. Pemberdayaan dan pengawasan tidak dapat dilakukan secara parsial semata.

Program kemitraan memiliki peran penting sebagai pendorong utama UMKM untuk dapat memasuki rantai utama perdagangan dalam skala nasinal ataupun global. Kesempatan UMKM untuk tumbuh besar dan berkembang menjadi lebih mudah tercapai. Ada berbagai bentuk kemitraan yang bisa digunakan oleh pelaku usaha besar dan UMKM. Salah satu variasi bentuk kemitraan adalah UMKM memasok bahan baku mentah maupun barang setengah jadi. Pelaku usaha besar membeli bahan baku tersebut untuk memenuhi kegiatan produksinya. Akan tetapi, sata hal yang harus menjadi perhatian adalah bentuk kemitraan tidak boleh hanya menguntungkan satu belah pihak saja.

Perspektif hukum persaingan usaha melihat bahwa antara pelaku usaha besar dan kecil bisa berjalan secara harmonis dalam penguasaan pasar. Pelaku usaha besar tidak melakukan penguasaan kepada UMKM karena memiliki posisi tawar yang lebih kuat.

Apabila kemudian pada pelaksanannya terjadi hubungan kemitraan yang tidak sesuai dengan

apa yang diamanatkan oleh undang-undang, KPPU sebagai lembaga berwenang melakukan peran utamanya. Sanksi yang diberikan sesungguhnya bukan suatu bentuk hukuman semata, namun juga dimaknai sebagai bagian dari pemberdayaan.

Pengesahan Undang-Undang Cipta Kerja pada Tahun 2020 yang lalu menjadi suatu tantangan tersendiri baik kepada UMKM maupun KPPU. Pengaturan tersebut berpotensi menciptakan bentuk kompetisi baru yang semkain ketat antara pelaku usaha besar dan UMKM. Efektivitas peran KPPU mengawasi potensi dan praktik anti persaingan yang dapat terjadi harus ditingkatkan. Peningkatan fungsi tersebut memerlukan adanya suatu harmonisasi dari sisi peraturan, baik peraturan yang telah berlaku saat ini maupun peraturan turunan dari undang-undang tersebut. KPPU harus bersinergi dengan lembaga lain terkait dalam menciptakan bentuk pengawasan yang sesuai. Perlu terdapat pembedaan secara tegas bagaimana konsep atau mekanisme pengawasan antara KPPU, Kementerian Koperasi dan UMKM serta pemerintah daerah dalam kegiatan kemitraan. Pola pengawasan yang sesuai akan menciptakan kesejahteraan ekonomi bukan hanya bagi pelau usaha besar melainkan juga UMKM.

Isu hukum dalam artikel itni adalah adanya kesenjangan antara peraturan dan pelaksanaannya, yaitu Pasal Pasal 13 dan 14 UU UMKM bahwa, setiap kegiatan berusaha mulai dari penentuan tempat usaha sampai dengan mempromosikan suatu

(5)

dagangan harus dilakukan pengawasan dan pengendalian oleh Pemerintah Daerah masing- masing. Berdasarkan uraian latar belakang di atas, permasalahan adalah bagaimana konsep pengawasan kemitraan yang dapat meningkatkan potensi UMKM dan bagaimana konsep kelembagaan pengawas untuk mengoptimalkan UMKM dalam kegiatan usaha. Penelitian ini merupakan penelitian sosio legal, dimana dapat memperoleh data mengenai konsep hubungan pengawasan antara lembaga yang memiliki kewenangan untuk pengawasan kemitraan.

Jenis penelitian ini merupakan penelitian socio legal, dimana diharapkan dalam penelitian ini dapat mendeskripsikan serta mengevaluasi adanya hukum dalam masyarakat. Penelitian ini diharapkan dapat mengetahui konsep pengawasan dan konsep kelembagaan untuk mengoptimalkan UMKM sehingga UMKM yang ada tidak kalah bersaing dengan pelaku usaha yang besar. Sumber data yang gunakan yaitu data primer yang diperoleh dari wawancara dengan beberapa sampel dan subjek yang telah ditentukan oleh peneliti yakni Dinas Koperasi dan UMKM Kota Malang, Pelaku Usaha UMKM. Data sekunder adalah pelengkap dan pendukung dalam penelitian ini Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah dan juga buku, jurnal ilmiah, Disertasi dan Tesis.

7 Pasal 1 angka 13

Pembahasan

A. Konsep Pengawasan Kemitraan Yang Dapat Meningkatkan Potensi UMKM

Kemitraan merupakan Kerjasama dalam hal usaha, baik secara langsung maupun tidak langsung, atas dasar prinsip atau asas saling sama-sama memerlukan, mempercayai, memperkuat, dan menguntungkan yang melibatkan pelaku UMKM dengan Usaha Besar.7 Hal yang ingin diinginkan melalui aspek kemitraan adalah lahirnya kemitraan antara beberapa UMKM, mewujudkan kemitraan antara beberapa UMKM dengan Usaha Besar, mewujudkan terjadinya koneksi yang saling sama-sama menguntungkan dalam hal pelaksanaan transaksi usaha diantara UMKM, mendorong lahirnya hubungan yang saling sama-sama menguntungkan dalam pelaksanaan transaksi usaha antara UMKM dengan Usaha Besar, mengembangkan kerjasama untuk meningkatkan posisi tawar UMKM, mewujudkan terbentuknya struktur pasar yang menjamin lahirnya persaingan usaha yang sehat dan dapat melindungi konsumen, dapat mencegah adanya penguasaan pasar dan pemusatan usaha oleh orang perorangan atau kelompok tertentu yang dapat merugikan UMKM.

Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) memiliki kewenangan khusus yang tidak memiliki keterkaitan langsung dengan persaingan bisnis antara pelaku usaha. Perluasan kewenangan pengawasan

(6)

yang dimiliki oleh KPPU juga termasuk ke area kemitraan antara UMKM dengan pelaku usaha besar. Terdapat sembilan bentuk pola kemitraan yang bisa dilakukan oleh pelaku usaha besar dan pelaku usaha kecil diantaranya inti plasma, sub kontrak, waralaba, perdagangan umum, distribusi dan keagenan, bagi hasil, kerjasama operasional, joint venture dan outsourcing. Kewenangan KPPU untuk menjalankan fungsi pengawasan tersebut tidak didapat dari Undang-Undang Nomor 5 tahun 1999 tentang Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat (selanjutnya disebut UU No. 5 Tahun 1999) melainkan dari UU UMKM.

Dasar hukumnya adalah Pasal 36 UU UMKM yang menyatakan bahwa pelaksanaan kemitraan diawasi secara tertib dan teratur oleh lembaga yang dibentuk dan berwenang mengawasi persaingan usaha. Para pelaku usaha memili kedudukan yang setara kaitanya dengan hukum yang berlaku. Lembaga yang dibentuk memiliki fungsi untuk pengawasan terhadap persaingan usaha yang diatur dalam hukum positif.

Kewenangan tersebut diperkuat melalui Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2021 Tentang Kemudahan, Perlindungan dan Pemberdayaan Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (selanjutnya disebut dengan PP 7 Tahun 2021). Pasal 9 Peraturan Pemerintah tersebut menegaskan kewenangan KPPU. Melaui kedua peraturan tersebut, KPPU diberi kewenangan juga untuk melakukan kerjasama lintas instansi terkait

melakukan pengawasan dan evaluasi dengan melibatkan lembaga atau kementerian serta non kementerian terkait. Lebih luas, KPPU juga dapat menentukan pengaturan tersendiri yang diatur dalam Peraturan Komisi (Perkom) Nomor 4 Tahun 2019 tentang Pengawasan dan penanganan Perkara Kemitraan yang sudah berlaku sejak Oktober 2019 yang lalu.

Mewujudkan kemitraan antar UMKM, antara UMKM dan pelaku usaha besar, mendorong hubungan saling menguntungkan antar umkm serta anatara UMKM dan pelaku usaha besar, meningkatkan posisi tawar UMKM, mendorong struktur pasar yang menjamin persaingan usaha yang sehat, melindungi konsumen dan mencegah penguasaan pasar dan pemusatan usaha.

Sepanjang tahun 2020 sebagaimana yang terdapat pada halaman berita Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) yang berjudul

“Catatan Kinerja KPPU di Tahun 2020”, KPPU mencatat terdapat lima belas (15) pelaporan dugaan pelanggaran perjanjian kemitraan antara pelaku UMKM dan pengusaha besar yang masuk ke KPPU. Terhadap laporan yang masuk tersebut, KPPU telah melakukan penyelidikan dan pemeriksaan, di mana 8 (delapan) diantaranya telah memasuki tahapan perkara atau pemeriksaan pendahuluan.

Sebagian besar dugaan pelanggaran kemitraan tersebut ada di bidang perkebunan, bagi hasil, atau distribusi/keagenan yakni pelanggaran dengan skema inti plasma.

Pengawasan kegiatan kemitraan bertujuan untuk memberi perlindungan struktur

(7)

pasar dari upaya pemusatan ekonomi dari kelompok/ usaha tertentu melalui pemilikan dan penguasaan mitra usaha. Selain itu, pengawasan juga mendorong terbentuknya struktur pasar yang menjamin tumbuhnya persaingan usaha yang sehat, melindungi konsumen dan meningkatkan posisi tawar UMKM. Diperlukan peran Pemerintah dalam membatu kemitraan antara usaha skala besar dengan beberapa koperasi dan beberapa Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) guna mempercepat program pemberdayaan tersebut. Sebab, sampai dengan saat ini UMKM mempunyai beberapa kendala baik dari sisi pembiayaan maupun pengembangan usahanya. Banyak pelaku UMKM kesulitan memperoleh produk kredit perbankan atau Lembaga pembiayaan non bank karena terkendala faktor teknis dan faktor non teknis.

Misalnya, UMKM tidak memiliki cukup jaminan untuk memperoleh dana dari Lembaga perbankan dan Lembaga pembiayaan.

Selain itu, akses informasi ke perbankan dan Lembaga pembiayaan non bank pun terbatas.

Pemerintah saat ini sedang mendorong agar terdapat kemitraan yang dilakukan antara pelaku usaha besar dan pelaku usaha kecil serta koperasi. Harapan yang ingin dicapai percepatan dari pelaksanaan program tersebut. Hingga saat ini, UMKM memiliki kendala baik dari sisi pembiayaan dan Pelaku usaha UMKM memiliki keterbatasan dalam informasi mengenaibagaimana pola untuk

8 Redaksi, “Diskopindag Berikan Wadah Pelaku UMKM di Kota Malang Kembangkan Kemitraan dengan Buyer”, https://tugumalang.id/diskopindag-berikan-wadah-pelaku-umkm-di-kota-malang-kembangkan- kemitraan-dengan-buyer/.

membiayai suatu komoditas. Dilihat dari segi pemasaran, produk UMKM mengalami kendala ketika harus bersaing dengan pelaku usaha besar di industri retail modern. Di sinilah kemitraan memiliki peran strategis untuk menciptakan perekonomian nasional dengan berlandas keadilan. Kemitraan tersebut harus dibangun secara berkelanjutan bukan hanya program tanpa hasil.

Tujuan yang ingin dicapai adalah pelaku usaha besar dan kecil bisa saling tumbuh berkembang bersama. Pembuatan perekonomian nasional yang berkeadilan akan dipercepat melalui perwujudan kemitraan usaha yang akan berkelanjutan. Akan tetapi, diperlukan suatu pengawasan yang intensif agar program kemitraan bisa berjalan sesuai dengan ekspektasi. Untuk mewujudkan pola kerjasama yang seimbang antara pelaku usaha besar dan UMKM melalui edukasi terhadap UMKM. Pelaku usaha UMKM perlu diberikan edukasi mengenai pentingnya memahami perjanjian kemitraan. Semua bentuk perjanjian kemitraan harus dibuat secara tertulis, kedudukan para pihak juga harus seimbang dalam perjanjian kemitraaan.

Berdasarkan data yang didapatkan terhadap UMKM di Kota Malang, ditemukan sebanyak 19.870 UMKM yang menjadi binaan dari Dinas Koperasi, Perindustrian dan Perdagangan Kota Malang bahwa UMKM binaan sebagian besar perlu diberikan konsep pemahaman kemitraan.8 Salah satu hal yang

(8)

menjadi tujuan dari diadakannya kegiatan tersebut, adalah untuk meningkatkan bekal dalam mengembangkan usaha, seperti dengan adanya pendampingan kualitas produk, klinik bisnis selama 1 (satu) tahun, strategi pemasaran, hingga legalitas produk dan usaha yang dimiliki oleh setiap UMKM. Sehingga tidak dikhawatirkan dari pelaksanaan kemitraan adalah eksploitasi terhadap UMKM. Pelaku usaha besar melakukan kemitraan hanya untuk mendapatkan keuntungan semata dimana UMKM hanya dijadikan sebagai alat dan bukan mitra. Selain itu, dalam konsep kemitraan para pihak yang membuat perjanjian tertulis kemitraan harus memegang asas kemitraan, yaitu saling sama-sama membutuhkan, saling sama-sama mempercayai, saling sama-sama memperkuat dan saling sama-sama menguntungkan.

Saat ini antara Kementerian Koperasi dan UKM dengan KPPU telah menandatangani kerjasama mengenai kemitraan. Tujuan penandatanganan tersebut adalah untuk memberi manfaat serta sosialisais juga edukasi terhadap pelaku usaha UMKM.

Pelaku usaha besar dan UMKM bermitra untuk melaksanakan persaingan yang sehat dengan hasil akhir memulihkan perekonomian nasional terutama pasca pandemi.

Pendandatanganan kerjasama ini menjadi wujud strategis untuk mendukung PP Nomor 7 Tahun 2021 yang juga menjadi mandat dari UU Cipta Kerja. Peraturan Menteri Nomor 3 Tahun 2021 sebagai peraturan pelaksana dapat menjadi penunjang dan salah satu cara

pemerintah dalam melahirkan kemudahan dalam berusaha.

PP Nomor 7 Tahun 2021, kemitraan Usaha Mikro Kecil dengan Usaha Besar mengatur bahwa terdapat pasal-pasal khusus mengenai pendanaan yang cepat, tepat sasaran, tidak mahal, tidak ada diskriminatif, pengadaan dalam aspek sarana prasarana produksi dan aspek pengolahan, kemudahan memperoleh bahan baku dan penolong, bentuk kemasan, kemudahan perizinan dan keringanan tarif untuk sarana prasarana, bentuk fasilitasi guna memenuhi persyaratan dalam pembiayaan, serta mendapatkan dana, tempat untuk usaha, atau Pengadaan Barang dan Jasa untuk kepentingan pemerintah. Hal yang ingin dituju dari pelaksanaan kerjasama lintas instansi adalah untuk mengoptimalkan pelaksanaan tugas dan wewenang para pihak dalam menjalankan peran pengawasan pelaksanaan kemitraan.

Secara lebih lanjut, isi dari kesepakatan tersebut adalah perwujudan satuan tugas, pertukaran dalam data dan dalam informasi, bantuan ahli (narasumber), melakukan koordinasi, advokasi serta sosialisasi, serta semua kegiatan yang telah disepakati oleh kedua pihak. Selain itu, diharapkan pelaku usaha kecIl bisa melakukan transformasi ekonomi, digital, dan permodalan.

Azas dalam kemitraan adalah kekeluargaan, demokrasi ekonomi, kebersamaan, efisiensi berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan, kemandirian, keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional.

(9)

Sedangkan secara prinsip, kemitraan haruslah berlandaskan pada kedudukan hukum setara , bantuan dan perkuatan, etika bisnis yang sehat dan kemitraan. Seperti apakah etika bisnis yang baik, yakni etika bisnis yang memenuhi nilai menguntungkan, memperkuat, mempercayai, membutuhkan.

Larangan dalam kemitraan pada Pasal 35 dalam UU No. 20 Tahun 2008 jo Pasal 12 PP No. 17 Tahun 2013, bahwa:

1. Larangan bagi Usaha Besar memiliki dan/atau menguasai Usaha Mikro, Kecil, dan/atau Menengah sebagai mitranya dalam melaksanakan hubungan bidang kemitraan;

2. Larangan bagi Usaha Menengah mempunyai dan/atau menguasai Usaha Mikro dan/atau Usaha Kecil sebagai mitra usahanya.

Perjanjian kemitraan haruslah memenuhi ketentuan sebagai berikut yakni; dibuat tertulis, dalam bahasa Indonesia, bila terdapat pihak asing, dibuat dalam bahasa Indonesia dan bahasa asing. Perjanjian memuat prinsip dasar kemandirian, kegiatan usaha, hak dan kewajiban masing-masing, bentuk pengembangan, jangka waktu, penyelesaikan perselisihan pelaporan dan dilaporkan kepada Instansi Teknis.

Gambar 1. Bentuk Kemitraan:

Sumber: KPPU B. Konsep Kelembagaan Pengawas

Untuk Mengoptimalkan UMKM Dalam Kegiatan Usaha

Kemitraan merupakan sebutan untuk Kerjasama antara UMKM dengan Usaha Besar. Hal ini dilanjutkan dengan pembinaan

untuk Usaha Besar terhadap UMKM yang memperhatikan prinsip saling sama- sama memerlukan, memperkuat, dan menguntungkan. Hal tersebut senada dengan apa yang diatur dalam PP No. 17 tahun 2013 bahwa Kemitraan adalah kerjasama dalam

(10)

keterkaitan usaha, baik langsung ataupun tidak langsung atas dasar prinsip saling memerlukan, mempercayai, berkerjasama memperkuat, dan sama-sama saling menguntungkan yang melibatkan pelaku usaha Mikro, Kecil, dan Menengah dengan Usaha Besar.9

Kemitraan dapat diartikan sebagai konsep bisnis yang selenggarakan oleh dua pihak atau lebih dalam jangka waktu yang telah ditentukan untuk mendapatkan keuntungan bersama dengan prinsip saling sama-sama membutuhkan dan saling sama- sama membesarkan. Kemitraan merupakan suatu rangkaian proses yang dimulai dengan mengenal calon mitranya,mengetahui posisi keunggulandan kelemahan usahanya, memulai membangun strategi, melaksanakan, memonitor, dan mengevaluasi sampai tercapaui targert. Kemitraan mencakup proses alih ketrampilan bidang produksi dan pengolahan, pemasaran, permodalan, sumber daya manusia dan teknologi sesuai dengan pola kemitraan. Pola kemitraan antara UMKM dan Usaha Besar di Indonesia telah ditetapkan secara baku berdasarkan UU No. 20 Tahun 2008 tentang UMKM dan PP Nomer 17 Tahun 2013 tentang Pelaksanaan UU No. 20 Tahun 2008 Tentang UMKM, meliputi : (a) inti plasma;

(b) subkontrak; (c) waralaba; (d) perdagangan umum; (e) distribusi dan keagenan; (f) bagi hasil; (g) kerja sama operasional; (h) usaha patungan (joint venture); (j) bentuk kemitraan lainnya.

9 Lihat Bab I Ketentuan Umum angka 4 PP no. 17 tahun 2013.

10 Lihat Pasal 13 ayat (1,2) PP No. 17 Tahun 2013.

11 Lihat Pasal 19 ayat (2) PP No. 17 tahun 2013.

Apabila inti plasma yang dipilih, yang menjadi inti usaha besar adalah UMKM, maka usaha mikro dan kecil dikategorikan sebagai plasma.10 Dalam konsep kemitraan waralaba, usaha besar memiliki kedudukan sebagai pemberi waralaba, sementara UMKM memiliki kedudukan sebagai penerima waralaba. Atau usaha menengah memiliki kedudukan sebgai pemberi waralaba pada usaha mikro dan usaha kecil. Diatur dalam Pasal 16, memberikan penjelasan bahwa UMKM harus memiliki kemampuan yang wajib didahulukan.

Perdagangan umum dapat dijadikan pola dalam kemitraan, Pasal 19 PP No. 17 Tahun 2013 menjelaskan, usaha dalam skala besar dijadikan sebagai penerima barang yang dipasok oleh UMKM. Atau usaha dalam skala menengah yang berkedudukan menjadi penerima barang, usaha mikro dan kecil dikategorikan sebagai pemasok barang.

UMKM sebagai pemberi barang menghasilkan barang atau jasa bagi mitra dagang.11 Bila pola kemitraan dengan konsep kemitraan distribusi dan keagenan, PP ini menjelaskan, usaha besar memberikan hak secara khusus untuk memasarkan barang dan jasa kepada UMKM.

Atau usaha menengah memberikan hak khusus memasarkan barang dan jasa kepada usaha mikro dan kecil. Konsep kemitraan dengan bagi hasil, UMKM memiliki kedudukan sebagai pelaksana, pelaksana disini diartikan sebagai pihak yang menjalankan usaha yang

(11)

diniayai atau dimiliki oleh pelaku Usaha Besar.

Dengan kontribusi yang dilakukan sesuai dengan konsep bagi hasil. Dan berkontribusi sesuai dengan sumber daya dan kemampuan yang dimiliki dan telah disepakati antara pihak yang bermitra.12

Dilihat dari Kerjasama operasional, usaha tersebut dilaksanakan sementara sampai pekerjaan disepakati selesai. Hal ini juga berlaku untuk Usaha mikro dan Usaha Kecil dengan Usaha Menengah menjalankan usaha yang sifatnya sementara sampai dengan pekerjaan disepakati selesai. Adapun dalam konsep kemitraan usaha dengan sistem patungan, UMKM lokal atau dalam negeri dapat melakukan kemitraan usaha dengan usaha besar atau asing melalui sistem patungan (joint venture). Yaitu, dengan pola kerja kegiatan ekonomi secara Bersama, dengan mendirikan perusahaan baru. Begitu pula bagi usaha mikro dan usaha kecil lokal dengan usaha menengah asing. Pasal 26 PP Nomor 17 tahun 2013 menjelaskan bahwa dalam menjalankan aktivitas ekonomi bersama para pihak berbagi secara proporsional pemilikan saham, keuntungan, risiko dan manajemen perusahaan.

PP Nomor 17 tahun 2013 mengharuskan setiap bentuk perjanjian kemitraan dituangkan dalam bentuk tertulis dan dengan menggunakan Bahasa Indonesia. Namun apabila ada pihak yang bukan subjek hukum Indonesia, maka perjanjian dapat dibuat dalam dua bahasa.

Kemitraan dengan menggandeng Usaha Besar

12 Lihat Pasal 23 ayat (1) PP No. 17 Tahun 2013.

sangat penting guna pengembangan UMKM.

Keberhasilan UMKM memiliki kunci yaitu dalam persaingan baik di pasar domestik maupun pasar global adalah mewujudkan kemitraan dengan beberapa perusahaan- perusahan besar. Pengembangan UMKM memang dianggap sulit dilakukan tanpa melibatkan partisipasi usaha-usaha besar.

Dengan kemitraan UMKM dapat melakukan ekspor melaui perusdahaabn besar yang sudah menjadi eksportir., baru setelah merasa besar kuat dapat melakukan ekspor sendiri.

Disamping itu, kemitraan merupakan salah satu solusi untuk mengatasi kesenjangan antara UMKM dan Usaha Besar. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tumbuh kembangmnya UMKM di Indonesia tidak terlepas dari fungsinya sebagai mitra dari Usaha Besar yang terikat dalam suatu pola kemitraan usaha.

Keunggulan kemitraan antara UMKM dan Usaha Besar yaitu dilihat dari skala nasional dapat meningkatkan ketahan nasional, mendapatkan social benefit, resiko kerugian dapat menurun, adanya jaminan kontinuitas, kualitas dan kuantitas, adanya efisiensi dalam semua hal, produktifitas yang meningkat.

Manfaat kemitraan ada 3 (tiga) yaitu dari sudut pandang ekonomi, kemitraan usaha menuntut efisiensi, produktifitas, peningkatan kualitas produk, menekan biaya produksi, mencegah fluktuasi suplai, menekan biaya penelitian dan pengembangan dan meningkatkan daya saing. Selanjutnya dari sudut moral, kemitraan

(12)

usaha menunjukkan upaya kebersamaan dan kesetaraan. Dan dari sudut pandang social- politik, kemitraan usaha dapat mencegah kesenjangan social, kecemburuan social, dan gejolak social politik,. Kemanfaatan ini dapat dicaopaui sepanjang kemitraan yang dilakukan didasarkan pada prinsip saling membutuhkan, mempercayai, memperkuat, dan menguntungkan.

Etika bisnis yang dilakukan dengan kepatuhan akan mementukan keberhasilan usaha dalam bermitra. Dasar-dasar etika harus dipahami pelaku usaha yang merupakan titik tolak kemitraan. Menurut Keraf, etika adalah sebuah refleksi kritis dan arasaional merngenai niolai dan norma moral yang menetukan dan terwujud dalam sikap danpola perilaku hidup manusia, baik sebagai pribadi maupun sebagai kelompok. Dapat disimpulkan bahwa berhasil atau tidaknya dalam bermitra usaha dipengaruhi oleh adanya persepsi yang sama mengenai norma, sikap, nilai dan perilaku para pelaku usaha.

Disamping itu, ada banyak prasyarat dalam melakukan kemitraan usaha antara UMKM dengan Usaha Besar, diantaramnya besarnya komitmen diantara pelaku usaha yang melakukan kegiatan kemitraan. Pihak UMKM harus mempersiapkan untuk melakukan kemitraan dalam hal manajemen usaha, ilmu pengetahuan dan teknologi dengan tujuan untuk menjadi mitra yang handal dan dapat dijalankan dengan menerapkan kaidah-kaidah yang semestinya. Kemitraan mengalami

13 Pemerintah Kota Malang, “Sejarah Malang”, https://malangkota.go.id/sekilas-malang/sejarah-malang/, diakses 27 Juni 2019

kegagalan kadang kala disebabkan oleh fondasi yang tidak kuat dan adanya paksaan dalam kesepakatan. Kesepakatan muncul bukan dikarenakan adanya kebutuhan dari kedua belah pihak namun adanya posisi tawar dan pengetahuan yang dimiliki oleh salah satu pihak. Dan dapat disimpulkan bahwa keberhasilan bermitra UMKM dan usaha besar dapat dinilai dari nilai-nilai yang setara, perilaku mitra, moral, sikap dan kesetaraan budaya organisasi.

C. Pelaksanaan Kemitraan di Kota Malang

1. Gambaran Umum Kota Malang Adapun luas dari Kota Malang 110.06 Km².

Dengan jumlah penduduk sebesar 820.243 jiwa yang terdiri dari 404.553 jiwa penduduk pria, dan penduduk wanita sebesar 415.690 jiwa. Kepadatan penduduk kurang lebih 7.453 jiwa per kilometer persegi. Tersebar di 5 Kecamatan (Klojen = 105.907 jiwa, Blimbing

= 172.333 jiwa, Kedungkandang = 174.447 jiwa, Sukun = 181.513 jiwa, dan Lowokwaru

= 186.013 jiwa). Terdiri dari 57 Kelurahan, 536 unit RW dan 4.011 unit RT.13

Dilihat dari permukaan air laut, tinggi Kota Malang berapa pada 440 – 667 meter dan menjadi kota tujuan wisata Tepatnya berada antara wilayah Kabupaten Malang yang apabila dolihat secara astronomis 112,06° – 112,07°

Bujur sebelah Timur dan 7,06° – 8,02° Lintang sebelah Selatan, dengan batas wilayah sebagai berikut, sebelah utara ada 2 (dua) kecamatan

(13)

dan masuk Kabupaten Malang yaitu Singosasi dan Karangploso, sedangkan di sebelah timur ada Pakis dan Tumpang, sebelah selatan ada Tajinan dan Pakisaji, sebelah barat Wagir, Dau, kesemuanya itu merupakan Kecamatan dalam wilayah Kabupaten Malang.14

RPJMD Kota Malang merupakan kiblat sebagai pengejawantahan dari visi dan juga misi Kota Malang, serta menjadi program dari Kepala Daerah yang penyusunannya berkiblat pada RPJP Daerah dan memperhatikan RPJM Nasional. Mengacu pada MISI Kota Malang 2013-2018 dapat dijabarkan Program Pembangunan Kota Malang 2013- 2018, salah satu capaian yang ingin dicapai oleh Kota Malang adalah peningkatan daya saing UMKM. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan daya saing ialah melalui pelaksanaan kemitraan yang sesuai.

2. Pelaksanaan Kemitraan di Sentra Industri Keripik Tempe Sanan dan Sentra Keramik Dinoyo

Kota Malang sebagai Kota terbesar kedua di Jawa Timur juga terkenal dengan sektor pariwisata dan pendidikan. UMKM merupakan salah satu bagian yang tidak bisa dipisahkan dalam aktivitas ekonomi masyarakat Malang. UMKM menjadi penggerak utama perekonomian dan menciptakan lapangan pekerjaan tersendiri. Kota Malang memiliki beberapa sentra industri UMKM. Kegiatan Perindustrian sendiri merupakan salah satu dari tiga jargon yang diusung dalam Tri Bina

14 Ibid

Cita Kota Malang, yaitu kota Malang sebagai kota Pendidikan, Industri dan Pariwisata.

Sentra industri UMKM yang sudah memiliki nama adalah sentra industri keripik tempe Sanan dan Sentra Industri Keramik Dinoyo. Daerah Sanan menjadi daerah yang sebagian besar warganya menggantungkan kegiatan perekonomiannya pada usaha tempe.

Di sepanjang jalan, juga terdapat banyak toko yang menjual kerpik hasil olahan.

Sehingga daerah Sanan menjadi salah satu ikon kota Malang sebagai tempat yang harus dikunjungi. Begitupun dengan sentra keramik Dinoyo, walaupun tidak sebesar Sanan, namun jika menyebut daerah Dinoyo, maka dapat ditemukan dengan mudah perajin keramik.

Kegiatan produksi di Sanan dan Dinoyo pada umumnya dilakukan secara tradisional, pengusaha mengerjakan tanpa bantuan alat modern dan dikerjakan di rumah. Begitupun dengan pekerja yang membanu dalam proses produksi adalah keluarga, sistem manajemen pegawai tidak dilaksanakan dengan manajemen profesional. Tidak ada diversifikasi produk, perajin yang satu pada umumnya meenghasilkan produk yang tidak jauh berbeda, sehingga jika pemasaran hanya berkutat di daerah tersebut, maka keuntungan tidak dapat meningkat.

Indonesia memiliki komposisi UKM terbesar disbanding dengan usaha lainyya yaitu yaitu Usaha Kecil dan Menengah (UKM). Industri pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan merupakan industri

(14)

dengan komposisi UKM. UKM memiliki fungsi sangat besar dalam membantu perekonomian negara sehingga pemerintah yang fungsinya sebagai fasilitator wajib memberikan perhatian yang lebih dalam pengelolaan UKM. Permasalahan yang masih menghambat masuknya produk UKM di gerai ritel modern, diantaranya masalah standar, continuity supply, packaging, dan desain.15 Perhatian yang diberikan pemerintah dalam menyelesaikan permasalahan tersebut diharapkan mampu membuat UKM tetap bertahan dan berkembang sehingga semakin banyak memberikan manfaat yang berarti khususnya dalam penyerapan tenaga kerja dalam jumlah yang besar.

UMKM Keripik Tempe dan Keramik Dinoyo merupakan salah satu unggulan Kota Malang. Pola Budaya masyarakat Indonesia yang selalu membawa buah tangan jika bepergian, dapat dimanfaatkan Kota Malang yang juga terkenal sebagai Kota Pariwisata.

Karena itulah, sejalan dengan program Kota Malang yang berkeinginan untuk menigkatkan dayaguna UMKM. Maka program kemitraan adalah salah satu solusi.

Secara umum Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah diatur dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah Sebagai pengganti Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1995 Tentang Usaha kecil. Untuk melaksanaan Undang-Undang tersebut

15 Itsnaini Rahmah, “Peran Pemerintah Dalam Meningkatkan Pendapatan UMKM”, Jurnal Capital Kebijakan Ekonomi, Manajemen & Akutansi Vol. 2, No. 2, (2020), diakses 11 Juli 2023, doi : https://doi.org/10.33747/

capital.v3i2.39

ditetapkanlah Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2013 Tentang Pelaksanaan Undang- Undang Nomor 20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah.

D. Hambatan Pelaksanaan Kemitraan Kota Malang

Pelaksanaan UU UMKM dilaksanakan melalui peraturan pelaksanaan Peraturan daerah Jawa Timur Tentang Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah adalah upaya yang dilakukan Pemerintah Provinsi/

Kabupaten/Kota, Dunia Usaha, dan masyarakat secara sinergis dalam bentuk penumbuhan iklim dan pengembangan usaha terhadap Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah sehingga mampu tumbuh dan berkembang menjadi usaha yang tangguh dan mandiri.

Berdasarkan definisi pemberdayaan dan iklim usaha, dapat disimpulkan bahwa Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah khususnya di Provinsi Jawa Timur wajib diberdayakan oleh Pemerintah daerah Provinsi demi majunya pembangunan dan pertumbuhan ekonomi.

Dan pemberdayaan itu diwujudkan melalui berbagai kebijakan dan peraturan perundang- undangan yang dibuat oleh Pemerintah Daerah.

Dalam UU UMKM tepatnya pada Pasal 7 menjelaskan lebih lanjut tentang 8 poin tugas Pemerintah Daerah terkait pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah dengan menumbuhkan iklim usaha. Bunyi pasal pada Undang-Undang tersebut di atas adalah:

(15)

Kebijakan dan penetapan pearturan perundang-undangan yang dilakukan oleh Pemerintah dan Pemerintah Daerah yang meliputi beberapa aspek yaitu sebagai berikut :

a. Dalam segi pendanaan;

b. sarana dan prasarana yang dibutuhkan;

c. informasi usaha diperlukan;

d. kemitraan;

e. kemudahan perizinan usaha;

f. mendapatkan kesempatan berusaha;

g. kemudahan dalam promosi dagang; dan h. adanya dukungan kelembagaan.16

Pasal 1 undang-Undang tersebut juga menyebutkan bahwa Pemerintah Daerah adalah Gubernur, Bupati, atau Walikota dan perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara Pemerintah Daerah. Berdasarkan hal itu Walikota dalam pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah beserta perangkat daerah juga berperan penting di wilayah otonominya dalam membuat kebijakan dan juga peraturan perundang-undangan yang mencakup 8 poin penumbuhan iklim usaha tersebut.

Di Kota Malang, ada 3 perangkat daerah yang tugas dan fungsinya bersinggungan dalam pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah melalui kemitraan. Yaitu Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kota Malang, Dinas Perdagangan, dan Dinas Perindustrian.

Dalam menjalankan tugas dan fungsinya,

16 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 93.

17 Adis Nur Hayati, “Analisis Tantangan dan Penegakan Hukum Persaingan Usaha pada Sektor E-Commerce di Indonesia”, Jurnal Penelitian Hukum De Jure Vol. 21, No. 1, (2021), doi : http://dx.doi.org/10.30641/

dejure.2021.V21.109-122

18 Rencana Strategis seperti tertera dalam Rancangan Akhir RPJMD Kota Malang Tahun 2018-2023 adalah dokumen-dokumen perencanaan Perangkat Daerah untuk periode 5 tahun.

seluruh Perangkat Daerah harus sejalan dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Malang Tahun 2018-2023.

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (yang selanjutnya disingkat RPJMD) sendiri, adalah dokumen perencanaan daerah yang dijadikan pedoman untuk periode 5 (lima) tahun terhitung sejak mulai dilantik sampai dengan berakhirnya masa jabatan dari Kepala Daerah atau dapat disebut Walikota. Secara lebih spesifik RPJMD adalah pengaplikasian dari visi, misi, dan program dari kepala daerah yang memuat tujuan, sasaran, strategi, arah kebijakan, pembangunan Daerah dan keuangan Daerah, serta program Perangkat Daerah dan lintas Perangkat Daerah yang disertai dengan kerangka pendanaan yang bersifat indikatif untuk jangka waktu 5 tahun yang disusun dengan berpedoman pada Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah, Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional, Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Provinsi, dan Rencana Tata Ruang Wilayah.17 Maksud dari RPJMD adalah pedoman dalam menyusun rencana strategis Perangkat Daerah dan Rencana Kerja Pemerintah Daerah.18 Sedangkan tujuannya adalah untuk mewujudkan pembangunan daerah yang sinergis dan terpadu antara perencanaan dari pembangunan nasional, provinsi, daerah dan kabupaten/kota sekitar.

(16)

Di dalam RPJMD Pemerintah Kota Malang mencantumkan strategi dan arah kebijakan yang berdasarkan pada analisis dari RPJMD periode sebelumnya sehingga dapat diambil analisis Strength, Weakness, Opportunities, and Threats untuk menentukan sasaran (goals) dari tiap sektor bekerjanya Pemerintah Kota Malang. Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah masuk kepada strategi untuk mengotimalisasikan perekonomian. Dan sasaran dari strategi itu adalah meningkatnya pertumbuhan ekonomi kreatif.19

Pemerintah Kota Malang juga melihat beberapa kekurangan pada keadaan perekonomian di Kota Malang, maka dari itu untuk mengurangi kekurangan tersebut langkah yang diambil oleh Pemerintah Kota Malang kedepannya adalah:

a. Memetakan kawasan objek wisata yang dikembangkan;

b. Pengembangan industri kreatif;

c. Pendataan produk-produk UMKM.

Pemerintah Kota Malang juga melihat adanya kesempatan pada perekonomian di Kota Malang, maka dari itu Pemerintah Kota Malang menggunakan kesempatan itu dengan cara:

a. Mengoptimalkan pengelolaan destinasi wisata;

b. Menguatkan tata kelola dan kelembagaan UMKM;

c. Menarik calon investor dalam negeri.

19 Ulil Albab dkk, “Pengawasan Pelaksanaan Kemitraan UMKM dan Usaha Besar : Perbandingan Pengaturan di Indonesia dan Malaysia”, Jurnal Persaingan Usaha Vol 3 No 1 (Juli 2023), diakses 10 Agustus 2023, doi:

https://doi.org/10.55869/kppu.v3i1.98

20 Wawancara dengan Drs. Nugroho Nanang J., M.Si., Kepala seksi pengembangan dan penguatan usaha Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kota Malang, 19 Oktober 2019.

Namun ada pula ancaman yang mengancam laju perekonomian di Kota Malang, untuk menangkal ancaman tersebut cara yang ditempuh adalah:

a. Membuat aturan yang jelas terkait pengelolaan objek wisata;

b. Menentukan pembagian wilayah antara pasar tradisional dan modern;

c. Mempermudah perizinan pembukaan usaha baru.

Pembagian perangkat daerah yang bertanggung jawab atas pertumbuhan ekonomi juga tercantum pada RPJMD Kota Malang tahun 2018-2023, tepatnya pada Program Pembangunan Daerah yang disertai Pagu Indikatif. Di Program Pembangunan Daerah tersebut dicantumkan program, pendanaan yang disediakan dan juga Perangkat Daerah mana yang bertanggung jawab.

1. Pemberdayaan Melalui Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kota Malang.

Sesuai dengan nama dari Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kota Malang, Perangkat Daerah ini melakukan pemberdayaan pada Usaha Mikro saja karena untuk Usaha Kecil dan Menengah itu sudah ranah dari Dinas Perdagangan.20 Hal ini juga bisa dibuktikan dengan data dari RPJMD Kota Malang pada Tahun 2018 sampai dengan 2023 yang tertera sebelumnya bahwa untuk Usaha

(17)

Mikro Perangkat Dinas yang menangani hanya Dinas Koperasi dan Usaha Mikro saja.

Selain itu dapat dilihat juga pada fungsi dari Dinas Koperasi dan usaha mikro yang tertera pada Peraturan Walikota Malang Nomor 36 Tahun 2016 Tentang Kedudukan, Susunan Organisasi, Tugas dan Fungsi serta Tata Kerja Dinas Koperasi dan Usaha Mikro.

Fungsi adanya Dinas Koperasi dan Usaha Mikro yang berada Kota Malang yang menjadi fungsi terhadap Usaha Mikro adalah:

a. merumuskan kebijakan pada Daerah dalam aspek koperasi serta usaha mikro;

b. melakukan pemberdayaan dalam usaha mikro dengan melakukan pendataan, pada kemitraan, kemudahan dalam perijinan, penguatan dalam aspek kelembagaan dan koordinasi dengan beberapa pemangku kepentingan;

21 Survey di Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kota Malang.

22 Ibid.

c. melakukan pengembangan usaha mikro dengan orientasi meningkatkan skala usaha menjadi usaha kecil.

Sejak Tahun 2018 Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kota Malang memiliki 536 usaha mikro bimbingan. Semua Usaha Mikro tersebar dalam 5 kecamatan, yaitu Blimbing, Klojen, Kedungkandang, Sukun, dan Lowokwaru. Usaha Mikro tersebut terbagi menjadi 3 bidang usaha, yang pertama makanan dan minuman yang dapat berupa makanan ringan sampai makanan besar, dan minuman. Lalu, ada yang bergerak di bidang fashion seperti batik tulis, dan beberapa jasa jahit. Setelah itu ada beberapa kerajinan tangan seperti Dress Painting dan rajutan.21 Beberapa usaha mikro bimbingan Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kota Malang dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 1. Usaha Mikro Bimbingan Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kota Malang

Nama Merk Dagang Komoditi

Cahyo Bahartono Opagam Opagam Opak Gambir Tjokrohoetomo Tjokrohoetomo Batik Tulis Al Ghoffar Chaza Al Ghoffar Aneka Snack Elia Jaya Elja Coklat Crepes Makanan

Sumber: Dokumentasi di Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kota Malang Dalam pemberdayaan kemitraan pada

Usaha Mikro, tidak bisa semerta-merta langsung dilakukan kemitraan antara usaha mikro dengan usaha kecil, menengah, atau besar. Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kota Malang harus mengkurasi terlebih dahulu, Usaha Mikro mana saja yang memenuhi syarat untuk dapat menjadi mitra suatu usaha

kecil, menengah, atau usaha besar. Usaha Mikro harus dibimbing terlebih dahulu untuk mempersiapkan bagaimana usaha yang dapat bersaing.22

Dinas Koperasi dan Usaha Mikro akan menyediakan klinik berbentuk bisnis dengan bekerja sama dengan dunia usaha sebagai narasumber bagi Usaha Mikro yang belum

(18)

dapat mengikuti persaingan di dalam dunia usaha.23 Klinik bisnis tersebut dilakukan tanpa dipungut biaya. Dengan cara membuka pendaftaran pada kelompok usaha mikro yang berminat mengikuti klinik bisnis. Substansi dari klinik bisnis tersebut diantaranya berupa pelatihan-pelatihan manajemen keuangan, branding, legalitas usaha, desain kemasan produk, digital marketing dan masih banyak pelatihan lain yang akan diadakan setiap hari selasa dan hari kamis yang sifatnya memberikan bekal untuk mempersiapkan usaha mikro di dunia usaha bahkan untuk membekali usaha mikro untuk naik ke kategori kecil maupun menengah.

Hal tersebut sangat baik dilakukan karena dapat menciptakan kemitraan yang sejalan dengan aspek kemitraan yang tertera dalam Peraturan Daerah Kota Malang Nomor 6 Tahun 2011 tentang Pemberdayaan Usaha Mikro Kota Malang. Usaha mikro haruslah dibekali dulu agar tidak terjadi hubungan yang tidak menguntungkan dan mencegah adanya penguasaan pasar dan pemusatan usaha oleh orang perorangan yang merugikan.

Singkatnya hal tersebut dapat membuat usaha mikro yang memiliki daya saing.

Menurut Eddy Papilaya yang dikutip oleh Zubaedi, Pemberdayaan itu sendiri adalah upaya untuk membangun kemampuan dari

23 Maksud dari dunia usaha sesuai dengan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 6 Tahun 2011 Tentang Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah adalah Dunia Usaha adalah Usaha Mikro, Usaha Kecil, Usaha Menengah, dan Usaha Besar yang melakukan kegiatan ekonomi di Indonesia dan berdomisili di Indonesia.

24 Zubaedi, Wacana Pembangun Alternatif: Ragam Prespektif Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat, (Jakarta: Ar Ruzz Media, 2007), hlm. 42.

25 Wawancara dengan Drs. Nugroho Nanang J., M.Si., Kepala seksi pengembangan dan penguatan usaha Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kota Malang, 19 Oktober 2019.

masyarakat, dengan mendorong, memotivasi, membangkitkan kesadaran akan potensi yang dimiliki dan berupaya untuk mengembangkan potensi itu menjadi tindakan nyata24. Yang dapat dijadikan tindakan nyata disini adalah bermitra dengan para calon mitra.

Setelah adanya pembinaan dan juga kurasi oleh Dinas Koperasi dan Usaha Mikro kota Malang, barulah para pelaku usaha yang sudah terjaring dipertemukan dengan calon mitra. Calon mitra yang sudah dipertemukan oleh Dinas Koperasi dan Usaha Mikro adalah Sarinah Departement Store, Transmart, Hypermart, dan Giant selaku usaha besar. Usaha Mikro, kecil, dan menengah dipertemukan dan dikurasi kembali oleh usaha besar tersebut.25

Peran Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kota Malang dalam kemitraan ini adalah perantara dari UMKM dengan Usaha Besar.

Selanjutnya jika UMKM sudah menjadi mitra, Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kota Malang hanya melihat perkembangannya saja. Dengan kata lain Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kota Malang lebih difokuskan kepada pembinaan agar usaha mikro dapat meningkatkan bisnisnya. Pola Kemitraan yang sudah dilakukan sebelumnya adalah pola kemitraan Perdagangan Umum di mana UMKM mengirimkan pasokan untuk mitranya

(19)

dalam pemenuhan kebutuhan barang dan jasa yang diperlukan usaha besar.

2. Pemberdayaan Melalui Dinas Perdagangan Kota Malang.

Selain Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kota Malang, yang mempunyai tugas dan mempunyai fungsi pada UMKM adalah Dinas Perdagangan. Pada Dinas Perdagangan, yang dijadikan concern adalah Usaha Kecil dan Menengah karena untuk Usaha Mikro sudah dipegang oleh Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kota Malang26. Seperti yang sudah dituliskan sebelumnya, tugas dan fungsi Dinas Perdagangan Kota Malang dan Kepala Dinas Perdagangan Kota Malang berada dalam kegiatan perdagangan.

Perdagangan sendiri jika mengacu pada Peraturan Daerah Kota Malang Nomor 8 Tahun 2010 Tentang Perindustrian dan Perdagangan adalah kegiatan usaha transaksi barang atau jasa seperti jual beli dan sewa menyewa yang dilakukan dengan cara berkelanjutan yang bertujuan untuk pengalihan hak atas barang atau jasa yang disertai imbalan atau kompensasi27. Kegiatan perdagangan tersebut dilakukan oleh perusahaan yang berarti setiap bentuk usaha yang menjalankan setiap jenis usaha yang bersifat tetap dan terus menerus dan yang didirikan, bekerja dan berkedudukan dalam wilayah Kota Malang dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan atau laba28.

26 Wawancara dengan Drs. Lies Krisnani, Kepala Seksi Bina Usaha Perdagangan Dinas Perdagangan Kota Malang 16 Oktober 2019.

27 Peraturan Daerah Kota Malang Nomor 8 Tahun 2010 Tentang Perdagangan dan Perindustrian, Lembaran Daerah Kota Malang Nomor 5 Tahun 2010 Seri E.

28 Ibid.

29 Survey di Dinas Perdagangan Kota Malang, 16 Oktober 2019.

Dan perusahaan yang dimaksudkan di sini adalah perusahaan yang masuk dalam kriteria Usaha Kecil dan Menengah.

Sampai September 2019 Dinas Perindustrian mempunyai 290 Usaha Kecil Menengah bimbingan, Usaha Kecil menengah tersebut terbagi ke dalam 3 kategori usaha yaitu sejumlah 166 bergerak di bidang usaha produk makanan, sejumlah 80 bergerak di bidang handycraft, dan 44 bergerak di bidang fashion29. Untuk status kepemilikan tempat usaha dari usaha kecil menengah yang dibimbing oleh Dinas Perindustrian Kota Malang sendiri belum semuanya mempunyai tempat milik sendiri, ada yang tempat kepemilikan usahanya masih dalam status menyewa. Dan akses pasar dari masing- masing usaha beragam, ada yang masih di Pulau Jawa saja, ada yang sudah sampai pulau Bali, bahkan ada yang akses pasarnya sudah satu Indonesia dan luar negeri/ekspor.

Simpulan

Konsep kelembagaan untuk mengoptimalkan pengawasan UMKM dengan dua cara yaitu pemberdayaan melalui Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kota dan pemberdayaan melalui Dinas Perdagangan Kota Malang. Dengan adanya dua kelembagaan tersebut diharapkan dapat mengawasi UMKM dengan tujuan yang ingin dicapai adalah

(20)

pelaku usaha besar dan kecil bisa saling tumbuh berkembang bersama. Penciptaan perekonomian nasional yang berkeadilan akan terakselerasi melalui perwujudan kemitraan usaha yang berkelanjutan. Akan tetapi, diperlukan suatu pengawasan yang intensif agar program kemitraan bisa berjalan sesuai dengan ekspektasi. Untuk mewujudkan pola kerjasama yang seimbang antara pelaku usaha besar dan UMKM melalui edukasi terhadap UMKM. Pelaku usaha UMKM perlu diberikan edukasi mengenai pentingnya memahami perjanjian kemitraan. Semua bentuk perjanjian kemitraan harus dibuat secara tertulis, kedudukan para pihak juga harus seimbang dalam perjanjian kemitraaan.

Strategi bisnis dalam bentuk kemitraan dilakukan oleh minimal dua pihak dan memiliki jangka waktu yang telah ditentukan yang tujuannya adalah mencari keuntungan Bersama

dan menggunakan asas saling membesarkan usaha, saling membutuhkan. Kerberhasilan kemitraan ditentukan oleh kepatuhan di antara para mitra dalam menjalankan etika dalam berbisnisnya. Dari hasil survei, Sebagian besar UMKM belum memahami konsep kemitraan.

Oleh sebab itu menurut PP Nomor 17 Tahun 2013 mengharuskan setiap bentuk kemitraan dibuat secara tertulis dan dapat menggunkan dua Bahasa apabila salah satu pihaknya asing.

Selain itu komitmen yang kuat antara para pihak, melakukan pembenahan manajemen, meningkatkan kualitas dari sumber daya manusia dan organisasi usaha yang mutlak wajib diselaraskan dan diserasikan sehingga keitraan dapat berjalan sesuai dengan kaidah yang sudah ditentukan. Berhasil atau tidaknya dan berjalan atau tidaknya suatu kemitraan bergantung pada aspek-aspek tersebut dan adanya keteraan organisasi budaya.

DAFTAR PUSTAKA Buku

Fahmi, Andi, dkk. Hukum Persaingan Usaha : Antara Teks dan Konteks. Jakarta: Gtz dan KPPU, 2010.

Prayoga, Ayudha D., et al., (Ed). Persaingan Usaha dan Hukum Yang Mengatur di Indonesia. Jakarta: Proyek ELIPS, 2000.

Marbun, B.N. Manajemen Perusahaan Kecil. Jakarta: PT. Pustaka Binaman Pressiondo, 1997.

Lathifah Hanim dan MS. Noorman, UMKM (Usaha Mikro, Kecil & Menengah),

Unissula Press, Semarang, 2018.

Hasanah, Nuramalia, dkk. Mudah Memahami Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM). Ponorogo: Uwais Inspirasi Indonesia, 2019.

Tambunan, Tulus. Usaha Mikro Kecil dan Menengah di Indonesia. Jakarta: Ghalia Indonesia, 2009.

Fajar, Mukti, dan Yulianto Achmad. Dualisme Peneitian Hukum Normatif dan Empiris.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar,2009.

Maryanto. Dunia Usaha, Persaingan Usaha, dan Fungsi KPPU (Komisi Pengawas

(21)

Persaingan Usaha). Semarang:

Unissula Press, 2017.

Soejono dan Abdurrahman. Metode Penelitian Hukum. Jakarta: Rineka Cipta, 2003.

Sukarmi dan Hanif Nur Widhiyanti.

Bayang-Bayang Kartel dalam Hukum Persaingan Usaha. Malang: UB Press, 2022.

Jurnal

Hayati, Adis Nur. “Analisis Tantangan dan Penegakan Hukum Persaingan Usaha pada Sektor E-Commerce di Indonesia”.

Jurnal Penelitian Hukum De Jure Vol.

21, No. 1, (2021). Doi: http://dx.doi.

org/10.30641/dejure.2021.V21.109- 122.

Tampubolon, Hirmawati Fanny. “Etika Bisnis Pelaku Usaha yang Merugikan Konsumen dalam Hukum Persaingan Usaha”. Jurnal Program Magister Hukum Fakultas Hukum Universitas Indonesia Vol. 1, No. 1, (2020).

Murni. “Analisis Ekonomi Terhadap Pasal- Pasal Hukum Persaingan Usaha dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999”. Arena Hukum Vol. 5, No. 1, (2012). Doi: https://doi.org/10.21776/

ub.arenahukum.2012.00501.3.

Putra, Yunan Andika, dkk. “Analisis Tentang Wewenang Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) Sebagai Penegak Hukum Persaingan Usaha di Negara Indonesia”. Journal of Lex Theory (JLT) Vol. 1, No. 2, (2020). Doi:

https://doi.org/10.52103/jlt.v1i2.264.

Albab, Ulil, dkk. “Pengawasan Pelaksanaan Kemitraan UMKM dan Usaha Besar : Perbandingan Pengaturan di Indonesia dan Malaysia”. Jurnal Persaingan Usaha Vol. 3, No. 1, (Juli 2023).

Diakses 10 Agustus 2023. Doi: https://

doi.org/10.55869/kppu.v3i1.98.

Hapsari, Recca Ayu, dkk. “Perspektif Hukum Dalam Kebijakan Relaksasi Pengenaan Hukum Persaingan Usaha dan Pengawasan Kemitraan UMKM”.

Jurnal Pengabdian UMKM Vol. 1, No.

2, (Juli 2022). Diakses 10 Juli 2023. Doi : https://doi.org/10.36448/jpu.v1i2.22.

Namira, Sheila. “Pengawasan Kemitraan UMKM di Masa Pandemi Covid 19 oleh KPPU”. Jurnal Persaingan Usaha Vol. 2, No. 1, (Juli 2022). Diakses 10 Juli 2023. Doi: https://doi.org/10.55869/

kppu.v3i-.52.

Rahmah, Itsnaini. “Peran Pemerintah Dalam Meningkatkan Pendapatan UMKM”.

Jurnal Capital Kebijakan Ekonomi, Manajemen & Akutansi Vol 2 No 2, (2020). Diakses 11 Juli 2023. Doi:

https://doi.org/10.33747/capital.

v3i2.39.

R., Mirza Maulinarhadi, dan Rosalita Rachma Agusti, “Peran Pemerintah Daerah Dalam Peningkatan Pendapatan Asli Daerah dan Alternatif Kebijakan Pajak Untuk UMKM Di Bidang Pariwisata Pasca Bencana”. Media Bina Ilmiah Vol. 13, No. 3. Diakses 11 Juli 2023.

Doi: https://doi.org/10.33758/mbi.

(22)

v14i3.326.

Ramadhan, Muhammad Fikri, dkk “Kajian Yuridis Terhadap Perjanjian Utang Piutang Tidak Tertulis”. Jurnal Litigasi Amsir, (2023). Diakses 21 November 2023.

Peraturan Perundang-Undangan

Undang -undang No. 5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat.

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah

Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2021 Tentang Kemudahan, Perlindungan dan Pemberdayaan Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah

Peraturan Komisi Persaingan Usaha Nomor 4 Tahun 2019 tentang Pengawasan dan penanganan Perkara Kemitraan

Peraturan Komisi Persaingan Usaha No. 2 Tahun 2010 Tentang Pedoman pasal 22 Undang – Undang No. 5 Tahun 1999 Peraturan Walikota Malang Nomor 36 Tahun

2016 Tentang Kedudukan, Susunan Organisasi, Tugas dan Fungsi serta Tata Kerja Dinas Koperasi dan Usaha Mikro.

Peraturan Daerah Kota Malang Nomor 6 Tahun 2011 tentang Pemberdayaan Usaha Mikro Kota Malang.

Gambar

Gambar 1. Bentuk Kemitraan:

Referensi

Dokumen terkait

Seiring dengan berkembangnya zaman, Dinas Koperasi Usaha Mikro Kecil dan Menengah ( Diskop. UMKM ) dirubah/ditambah tugas pembinaannya, sesuai dengan peraturan daerah Kota Medan

Bidang Pemberdayaan Usaha Mikro Kecil dan Menengah mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Dinas lingkup pembinaan, pengembangan, bina permodalan, dan kemitraan usaha

Dalam kerangka mendapatkan berbagai potensi, peluang, hambatan dan tantangan dalam pengembangan agroindustri UMKM di Provinsi Jambi, dilakukan survai pada

Dalam kerangka mendapatkan berbagai potensi, peluang, hambatan dan tantangan dalam pengembangan agroindustri UMKM di Provinsi Jambi, dilakukan survai pada

Dalam kerangka mendapatkan berbagai potensi, peluang, hambatan dan tantangan dalam pengembangan agroindustri UMKM di Provinsi Jambi, dilakukan survai pada

Untuk memenuhi kebutuhan kelompok Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) produktif, lembaga pengelola wakaf uang dapat melakukan pemberdayaan dengan mem- berikan bantuan modal

2) memberikan informasi tentang pelaksanaan kemitraan kepada Menteri Teknis dan Menteri; 3) meningkatkan efisiensi usaha dalam kemitraan. Dalam konsep kemitraan semua pihak

Maka dari itu tujuan penelitian ini ialah untuk melihat dampak dana bergulir Pemerintah Provinsi Jawa Timur terhadap peningkatan produksi, jumlah tenaga kerja, dan pendapatan UMKM