• Tidak ada hasil yang ditemukan

SISTEM HUKUM ADAT DAN TATA SUSUNAN RAKYAT DI INDONESIA

N/A
N/A
Auliyaul 06

Academic year: 2023

Membagikan "SISTEM HUKUM ADAT DAN TATA SUSUNAN RAKYAT DI INDONESIA"

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)

SISTEM HUKUM ADAT DAN

TATA SUSUNAN RAKYAT

DI INDONESIA

(2)

SENDI-SENDI FUNDAMENTAL HUKUM ADAT

 Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Sendi merupakan dasar, asas, atau pedoman, dan fundamen.

 Secara harfiyah dapat dipahami bahwa maksud dari Sendi-Sendi Hukum Adat adalah pedoman dasar karakteristik sistem hukum adat di Indonesia.

 Masyarakat Indonesia adalah masyarakat mejemuk, terdiri dari sekitar 742 bahasa daerah dan sekitar 714 suku dan tinggal menetap di 17 ribu lebih pulau yang mempunyai kebiasaan dan adat yang berbeda.

(3)

 Kemajemukan masyarakat Indonesia tidak mempengaruhi sendi dasar dari hukum adat setiap daerah.

 Itulah sebabnya masyarakat di luar

Indonesia sangat tertarik untuk meneliti

bangsa Indonesia yang meski begitu

banyak suku, namun sistem gotong-royong

dan kerja sama selalu menjadi pilar utama

masyarakat Indonesia.

(4)

 Hukum adat adalah hukum asli bangsa Indonesia yang dibuat oleh masyarakat Indonesia sendiri secara turun-temurun berdasarkan value consciousness, yang terealisasi dalam kebiasaan-kebiasaan hidup sehari-hari dengan menggunakan ukuran nalar dan rasa keadilan mereka.

 Dengan demikian jika kembali pada pemikiran Von Savigny bahwa hukum adalah cerminan jiwa rakyat, maka hukum adatlah yang merupakan cerminan jiwa bangsa indonesia.

(5)

 Hukum adat lebih tepatnya berlainan dengan hukum Barat yang bersifat individualis-liberal , karena hukum adat memiliki corak dan sendi yang jauh berbeda, yaitu:

1. Mempunyai sifat kebersamaan atau komunal yang kuat: M

anusia menurut

hukum adat merupakan makhluk dalam

ikatan kemasyarakatan yang erat dan rasa

kebersamaan, sifat kebersamaan terlihat

dalam warga untuk melakukan gotong-

royong, bantu-membantu.

(6)

2. MEMPUNYAI CORAK RELIGIO-MAGIS YANG BERHUBUNGAN DENGAN PANDANGAN HIDUP ALAM INDONESIA

 Menurut kepercayaan tradisional Indonesia, tiap- tiap masyarakat diliputi oleh kekuatan gaib yang harus dipelihara agar masyarakat itu tetap aman tentram bahagia;

 Setiap kegiatan atau perbuatan-perbuatan bersama, seperti: membuka tanah, membangun rumah, menanam dan peristiwa-peristiwa penting lainnya selalu diadakan upacara-upacara religius yang bertujuan agar maksud dan tujuan mendapat berkah serta tidak ada halangan dan selalu berhasil dengan baik;

(7)

Arti Religius Magis adalah:

1. Bersifat kesatuan batin;

2. Ada kesatuan dunia lahir dan dunia gaib;

3. Ada hubungan dengan arwah-arwah nenek moyang dan makluk-makluk halus lainnya;

4. Percaya adanya kekuatan gaib;

5. Pemujaan terhadap arwah-arwah nenek moyang;

6. Setiap kegiatan selalu diadakan upacara-upacara religius;

7. Percaya adanya roh-roh halus, hatu-hantu yang menempati alam semesta seperti terjadi gejala-gejala alam, tumbuh- tumbuhan, binatang, batu dan lain sebagainya;

8. Percaya adanya kekuatan sakti;

9. Adanya beberapa pantangan-pantangan.

(8)

3. HUKUM ADAT DILIPUTI OLEH PIKIRAN PENATAAN SERBA KONKRIT

 Hukum adat sangat memperhatikan banyaknya dan berulang-ulangnya hubungan-hubungan hidup yang konkrit, dan dinyatakan dengan benda-benda yang berwujud.

 Maka tidak ada janji dibayar dengan janji,

semuanya harus disertai tindakan nyata,

dan tidak ada saling mencurigai.

(9)

4. HUKUM ADAT MEMPUNYAI SIFAT YANG VISUAL

 Perhubungan hukum dianggap hanya terjadi karena ditetapkan dengan suatu ikatan yang dapat dilihat.

 Contohnya adalah pemberian panjar pada transaksi jual-beli merupakan penegasan terhadap kehendak pembelian yang dalam waktu dekat akan dilakukan, sekalian juga merupakan pemberitahuan untuk pihak ketiga.

(10)

BAHASA HUKUM ADAT

Hukum Barat telah memiliki istilah-istilah hukum teknis yang dibina berabad-abad oleh para ahli hukum, para hakim, dan oleh pembentuk undang- undang.

Bahasa rakyat merupakan Bahasa yang sanggup melukiskan perasaan rakyat secara tepat.

MISALKAN :

Istilah Jual dalam hukum adat disalin dengan Verkopen dalam hukum Belanda;

Istilah Jual Lepas/Jual Mutlak

Jual Tahunan;

Jual Gadai;

(11)

PEPATAH ADAT

 Perkembangan kebudayaan Nasional tentunya didukung dan ditunjang oleh aset-aset budaya yang berada di daerah-daerah, yang memiliki ciri, bentuk, dan pola yang bereda-beda.

 Hal ini menimbulkan keunikan kebudayaan Indonesia tersebut, karena masing-masing daerah memiliki budaya, karya sastra, dan kesenian yang memiliki ciri khas yang dapat memperkaya budaya bangsa.

(12)

CONTOH PEPATAH ADAT

 Minangkabau : Anak ikan dimakan ikan, gadang ditabek anak tenggiri, Ameh bukan perakpun bukan, budi saketek rang haragoi.

 Jawa : Mikul dhuwur mendhem jero,

Becik ketitik ala ketara, Dudu sanak

dudu kadang yen mati melu kelangan,

Rukun agawe santosa crah agawe

bubrah.

(13)

PENYELIDIKAN HUKUM ADAT

Berlakunya suatu peraturan hukum adat adalah tampak dalam penetapan-penetapan (putusan- putusan petugas hukum, missal putusan kepala adat, putusan hakim perdamaian desa, putusan pegawai agama dan sebagainya).

Guna mendapatkan hasil penyelidikan sebagaimana mestinya, kenyataan social “social reality” yang merupakan dasar petugas hukum untuk menentukan putusan wajib diindahkan dan dipahami.

Menemui para pejabat desa, orang-orang tua, para cendekiawan, di daerah bersangkutan serta menanyakan fakta yang telah dialami oleh mereka.

(14)

HUKUM ADAT SEBAGAI ASPEK KEBUDAYAAN

 Hukum Adat sebagai Aspek Kebudayaan, Budaya sendiri menurut KBBI adalah pikiran;

akal budi, hasil.

 Herskovits memandang kebudayaan sebagai sesuatu yang turun temurun dari satu generasi ke generasi yang lain, yang kemudian disebut sebagai superorganic.

 Menurut Andreas Eppink, kebudayaan mengandung keseluruhan pengertian nilai sosial, norma sosial, ilmu pengetahuan serta keseluruhan struktur-struktur sosial, religius.

(15)

 Bahwa Hukum Adat sebagai Aspek Kebudayaan dilihat dari sudut pandang nilai, norma sosial, ilmu pengetahuan serta keseluruhan struktur sosial religious yang didapat seseorang dengan eksistensinya sebagai anggota masyarakat.

 Hukum adat adalah sebagai aspek kehidupan

danbudaya bangsa Indonesia karena struktur

kejiwaan dan cara berfikir bangsa Indonesia

tercermin lewat hukum adat itu sendiri.

(16)

PERSEKUTUAN HUKUM

 Secara teori, terdapat beberapa sarjana yang memberikan pengertian terhadap istilah masyarakat hukum adat, namun tidak ada keseragaman pemakaian istilah di antara para sarjana tersebut. Ada yang mengistilahkannya dengan “masyarakat hukum”, “masyarakat hukum adat”, dan “persekutuan hukum”.

 Menurut Ter Haar, Persekutuan Hukum, adalah kesatuan manusia yang teratur, menetap di suatu daerah tertentu, mempunyai penguasa-penguasa, dan mempunyai kekayaan yang berwujud ataupun tidak berwujud.

(17)

 Secara Normatif, pengertian masyarakat hukum adat/Persekutuan Hukum tercantum dalam Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 5 Tahun 1999 tentang Pedoman Penyelesaian Masalah Hak Ulayat Masyarakat Hukum Adat, yakni sekelompok orang yang terikat oleh tatanan hukum adatnya sebagai warga bersama suatu persekutuan hukum karena kesamaan tempat tinggal ataupun atas dasar keturunan (Pasal 1 angka 3).

(18)

Dapat dikatakan bahwa unsur-unsur yang menjadi ciri dari masyarakat hukum adat, yakni:

 Kelompok manusia yang teratur dan terikat oleh kesamaan keturunan (genealogis) atau kesamaan wilayah (teritorial);

 Menetap di wilayah/daerah tertentu (mempunyai wilayah);

 Mempunyai aturan hidup bersama berupa hukum adat;

 Mempunyai penguasa/pemimpin dan kelembagaan adat; dan

 Mempunyai kekayaan, baik yang berwujud maupun yang tidak berwujud.

(19)

STRUKTUR PERSEKUTUAN HUKUM

 Van Vollenhoven mengartikan persekutuan hukum sebagai suatu masyarakat hukum yang menunjukkan pengertian-pengertian kesatuan- kesatuan manusia yang mempunyai:

1. Tata susunan yang teratur;

2. Daerah yang tetap;

3. Penguasa-penguasa atau pengurus;

4. Harta kekayaan.

(20)

Beberapa contoh persekutuan hukum adalah :

• Famili di Minangkabau:

• Tata susunan yang tetap yang disebut rumah Jurai;

• Pengurus sendiri yaitu yang diketuai oleh Penghulu Andiko;

• Jurai dikepalai oleh seorang Tungganai atau Mamak kepala waris;

• Harta pusaka sendiri.

(21)

Terbentuknya Persekutuan Hukum, yaitu : 1. Persekutuan Hukum Geneologis

 Yaitu yang berlandaskan kepada pertalian darah, keturunan. Persekutuan Hukum Geneologis dibagi tiga macam :

a. Pertalian darah menurut garis Bapak

“Patrilineal” seperti Batak, Nias, Sumba.

b. Pertalian darah menrut garis Ibu “Matrilineal”

seperti Minangkabau.

c. Pertalian darah menurut garis Bapak dan Ibu

“Parental/Unilateral/Bilateral” seperti di Pulau

Jawa, Aceh, Dayak.

(22)

2. Persekutuan Hukum Territorial

 Yaitu berdasarkan pada daerah tertentu atau wilayah. Ada tiga macam persekutuan territorial yaitu

1. Persekutuan Desa Yaitu orang-orang yang terikat dalam satu desa;

 Apabila ada segolongan orang terikat pada satu tempat kediaman, juga apabila di dalamnya termasuk dukuh-dukuh yang terpencil yang tidak berdiri sendiri, sedang para pejabat pemerintahan desa boleh dikatakan semuanya bertempat tinggal di dalam pusat kediaman tersebut.

(23)

2. Persekutuan Daerah Di mana di dalamnya terdapat beberapa desa yang masing-masing mempunyai tata susunan sendiri.

• Dikatakan sebagai persekutuan daerah apabila di dalam suatu daerah tertentu terletak beberapa desa yang masing-masing mempunyai tata susunan dan pengurus sendiri yang sejenis, berdiri sendiri-sendiri tetapi semuanya merupakan bagian bawahan dari suatu daerah.

 Persekutuan daerah juga memiliki harta benda, dan menguasai hutan dan tanah-tanah yang ditinggalkan penduduk desa.

(24)

3. Perserikatan yaitu apabila beberapa persekutuan hukum yang berdekatan mengadakan kesepakatan untuk memelihara kepentingan bersama, seperti saluran air, pengairan, membentuk pengurus bersama.

Misalnya : Perserikatan huta-huta di Batak.

(25)

TATA SUSUNAN PERSEKUTUAN HUKUM

 Van Vollenhoven dalam bukunya "Adatrecht-I"

menguraikan tentang Tata Persekutuan Hukum dari masing-masing wilayah hukum menurut bentuk susunan masyarakat yang hidup di daerah-daerah, yaitu:

 Semua persekutuan tata hukum dipimpin oleh kepala rakyat/desa;

 Sifat dan tata susunan itu erat hubungannya dengan sifat, serta susunan tiap-tiap jenis badan persekutuan yang bersangkutan.

(26)

DI DAERAH TAPANULI

Persekutuan susunan daerah tersebut disebut "negeri", persekutuan di sebelah selatan disebut "kuria", sedangkan di Padanglawas disebut "luhas".

Di tiap-tiap persekutuan daerah tersebut terdapat persekutuan adat hukum disebut "huta". Yang menjadi kepala "negeri"/"kuria"/"luhas" dan kepala "huta"

seseorang dari marga asal, yaitu seorang keturunan seorang pembuka tanah dan pembuka "huta" di dalam daerah adat bersangkutan.

Kepala "negeri"/"kuria"/"luhas" disebut Raja Panusunan. Marga-marga adat lain yang ikut bertempat tinggal di daerah tersebut atau di "huta" itu mempunyai seorang wakil dalam pimpinan daerah dan pimpinan

"huta" diambil dari marga rakyat masing-masing.

(27)

DI WILAYAH MINANGKABAU

 Persekutuan hukum disebut "nagari" di mana terdiri atas famili-famili yang masing-masing dikepalai oleh "Penghulu Andiko" (laki-laki tertua dari "jurai" atau bagian famili yang tertua).

 Tiap "jurai" diketuai oleh orang tua-orang tuanya sendiri bernama "mamak kepala waris" atau

"tungganai".

 Susunan famili-famili dalam satu "nagari" masing- masing masuk clan yang lebih besar disebut

"suku". Tiap "suku" mempunyai nama sendiri- sendiri dan tersebar di seluruh daerah Minangkabau.

(28)

DI JAWA TENGAH DAN JAWA TIMUR

 Desa merupakan persekutuan territorial serta dalam kenyataannya merupakan suatu dataran tempat tinggal (Woonkom) dengan Padukuhan- Padukuhan (kelompok beberapa rumah yang berdiri sendiri).

 Kepala desa disebut Lurah, kuwu, bekel atau petinggi yang dalam melakukan tugasnya sehari- hari didampingi oleh Perabot Desa, terdiri dari:

kamituwo (wakil kepala), carik (panitera), kebayan (pesuruh), modin (petugas dalam keagamaan), jogoboyo (petugas dalam kepolisian).

(29)

SUASANA TRADISIONAL DARI MASYARAKAT DESA

 Desa adalah desa dan desa adat atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya disebut Desa, adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan/atau hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia

(30)

SEDERHANA

 Secara ekonomi memang tidak mampu;

 Secara budaya memang tidak senang menyombongkan diri.

MENJUNJUNG TINGGI UNGGAH-UNGGUH

 Bertemu tetangga;

 Berhadapan dengan Pejabat;

 Berhadapan dengan orang yang lebih tua/dituakan;

 Berhadapan dengan orang yang lebih mampu secara ekonomi;

 Berhadapan dengan orang yang tinggi tingkat pendidikannya.

(31)

MENGHARGAI/ “NGAJENI” ORANG LAIN

 Masyarakat desa benar-benar memperhitungkan kebaikan orang lain yang pernah diterima sebagai

“Patokan” untuk membalas budi sebesar-besarnya, bukan hanya berupa material namun juga berupa penghargaan social.

RELIGIUS

 Keseharian masyarakat taat menjalankan ibadan dalam agamanya “Islam”. Masyarakat juga mengaktualisasikan ke dalam kegiatan budaya yang bernuansa keagamaan, seperti: Tahlil, Manakib, Rajaban, dll.

(32)

TERIMA KASIH

Referensi

Dokumen terkait

Keywords yang dipilih : Hukum Tata Negara, Negara, Unsur Negara, Penduduk, Wilayah, Pemerintah yang berdaulat, Pengakuan Negara lain, De facto, De

Menguraikan tentang pembidanga n hukum pengelolaan sumber daya alam dalam tata hukum Indonesia secara tidak benar Tidak menguraikan tentang pembidanga n hukum pengelolaan

Van Dijk dalam bukunya Pengantar Hukum Adat Indonesia mengatakan bahwa kata “Hukum Adat” itu adalah istilah untuk menunjukkan hukum yang tidak dikodifikasikan di kalangan orang

“Tanah Ulayat Kesatuan Masyarakat Hukum Adat adalah tanah persekutuan yang berada di wilayah masyarakat hukum adat yang menurut kenyataannya masih ada”. berlakunya Peraturan

Dalam bukunya “ Inleiding tot de studie van het Nederlandse recht ”, beliau menyatakan bahwa tujuan hukum adalah mengatur tata tertib dalam masyarakat secara damai dan

Dalam rangka mengidentifikasi konsep penentuan batas wilayah adat Kasepuhan Ciptagelar, diperlukan proses identifikasi dari hukum adat tersebut, terutama mengenai tata cara dan

Paul Scholten Hukum Tata Negara adalah Hukum yang mengatur organisasi dari pada negara Van Der Pot Hukum Tata Negara adalah peraturan- peraturan yang menentukan badan-badan yang

Van Vollenhoven men- definisikan Hukum Adat sebagai ke- seluruhan aturan tingkah laku positif di mana di satu pihak mempunyai sanksi sedangkan di pihak lain tidak dikodifikasi.10 Tiga