• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sistem Keungan Digital Perspektif Maqasyid Syariah As Syatibi

N/A
N/A
Khilmi Zuhroni

Academic year: 2024

Membagikan "Sistem Keungan Digital Perspektif Maqasyid Syariah As Syatibi"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

Sistem Keungan Digital, Perspektif Maqasid Al-Syariah Al-Syatibi Oleh : Khilmi Zuhroni

Teknologi digital membawa perubahan yang ekstra cepat dalam segala jagat kehidupan manusia. Tak pernah terbayangkan sebelumnya, bahwa hanya dengan genggaman, dunia seolah menjadi kecil. Segalnya serta terbuka, cepat dan kadang mendebarkan. Perubahan yang serba digital yang kemudian dikenal dengan revolusi industri 4.0 ini membawa dampak yang demikian cepat bagi semua akses informasi dan teknologi, bahwa ruang dan waktu hanyalah cerita masa lalu, yang tak lagi menarik untuk diperdebatkan pada era digital ini.

Berdasarkan laporan yang dipublikasikan oleh Asosiasi Penyedia Jasa Internet Indonesia (APJII) pada November 2015, pengguna internet di Indonesia mencapai 88,1 juta (34% dari jumlah penduduk), pengguna media sosial 79 juta (31%), dan pengguna ponsel 318,5 juta (125%). Hal ini menunjukkan bahwa dalam hal jumlah, penetrasi pemanfaatan teknologi digital di Indonesia sangat besar, bahkan melebihi populasi gabungan negara-negara lain di ASEAN.

Momentum perubahan yang besar ini membawa dampak yang beragam baik dalam kehidupan sosial, politik, ekonomi, pendidikan bahkan agama. Lahirnya e-book, e-banking, e- money, e-university, e-magazine, e-maket, e-quran, Financial Technologi (FinTech) serta beragam perangkat aplikasi berbasis elektronik lainnya, menunjukkan adanya pergeseran pola kehidupan masyaralat dari kebutuhan terhadap social-life menuju electronic-life. Plus-nimus dalam suatu hal yang baru adalah sebuah keniscayaan dalam perubahan.

Dalam perkembangan ekonomi khususnya pada lembaga keuangan, revolusi industri 4.0 yang berbasis pada teknologi digital juga membawa perubahan yang sangat signifikat.

Sebagaimana dilansir oleh Otoritas jasa Keungan (OJK) melalui website : https://www.ojk.go.id, per Juni 2018 total penyelenggara jasa keuangan Fintech tercatat sebanyak 64 perusahaan. Kemudahan-kemudahan yang ditawarkan terus berkembang secara kompetitif, bahkan tidak jarang menerabas aturan-aturan keuangan yang ada, seperti melakukan teror terhadap nasabah, proses yang tidak transparan dan sebagainya. Sebagaimana dilansir oleh media online www.msn.com, pada bulan September 2018 Otoritas Jasa Keungan (OJK) telah mencoret lima perusahaan Fintech karena dinilai tidak memenuhi aturan yang ditetapkan OJK.

Sistem keuangan digital mencakup sejumlah teknologi dan inovasi yang telah mengubah secara mendasar cara kita berinteraksi dengan uang dan melakukan transaksi keuangan. Pada dasarnya, ini adalah evolusi dari sistem keuangan konvensional yang berfokus pada

(2)

penggunaan teknologi informasi dan komunikasi untuk menyederhanakan, mempercepat, dan meningkatkan efisiensi aktivitas keuangan.

Satu aspek utama dari sistem keuangan digital adalah perbankan digital. Bank-bank tradisional mulai mengadopsi platform online yang memungkinkan nasabah untuk mengakses layanan keuangan mereka tanpa perlu datang ke kantor fisik. Mobile banking menjadi populer, memungkinkan pengguna untuk melakukan transfer uang, membayar tagihan, dan mengelola akun mereka langsung dari perangkat seluler. Ini tidak hanya memudahkan konsumen, tetapi juga mempercepat proses transaksi.

Selain perbankan digital, mata uang digital atau cryptocurrency juga merupakan komponen penting dari sistem keuangan digital. Bitcoin, Ethereum, dan sejumlah mata uang digital lainnya telah muncul sebagai bentuk uang yang beroperasi di lingkungan online.

Keberadaan mata uang digital ini memberikan alternatif untuk transaksi keuangan tradisional dengan memanfaatkan teknologi blockchain yang aman dan terdesentralisasi.

Pembayaran digital juga merupakan elemen kunci dari sistem keuangan digital.

Pengguna dapat melakukan pembelian secara online atau di toko fisik menggunakan metode pembayaran digital seperti kartu kredit, dompet digital, atau QR code. Ini mengurangi ketergantungan pada uang tunai dan meningkatkan efisiensi dalam proses pembayaran.

Fintech (financial technology) adalah sektor lain yang berkembang pesat dalam ekosistem keuangan digital. Perusahaan fintech menggunakan teknologi untuk menyediakan layanan keuangan yang inovatif, seperti peer-to-peer lending, robo-advisors, dan aplikasi manajemen keuangan pribadi. Fintech memungkinkan akses ke layanan keuangan tanpa perlu melibatkan institusi keuangan tradisional dan memberikan solusi yang lebih terjangkau dan mudah diakses.

Aspek penting lainnya dari sistem keuangan digital adalah inklusivitas keuangan.

Melalui teknologi, banyak orang yang sebelumnya tidak memiliki akses ke layanan keuangan tradisional kini dapat menggunakan layanan keuangan digital. Dompet digital dan layanan perbankan yang dapat diakses melalui ponsel memungkinkan masyarakat yang tidak memiliki rekening bank untuk menyimpan dan mentransfer uang.

Namun, ada sejumlah tantangan dan risiko yang perlu diatasi dalam perkembangan sistem keuangan digital. Keamanan data, privasi, dan risiko keamanan siber menjadi perhatian utama, karena semakin banyaknya transaksi yang dilakukan secara online meningkatkan potensi risiko keamanan. Regulasi juga harus mengikuti perkembangan teknologi untuk melindungi konsumen dan memastikan stabilitas sistem keuangan.

(3)

Secara keseluruhan, sistem keuangan digital menciptakan peluang besar untuk meningkatkan aksesibilitas, efisiensi, dan inklusivitas keuangan. Namun, tantangan terus ada, dan penting bagi pemerintah, lembaga keuangan, dan pelaku industri untuk bekerja sama dalam mengembangkan regulasi yang sesuai dan menjaga keamanan serta privasi dalam era keuangan digital.

Bagaimana ekonomi syariah melihat perkembangan jasa-jasa keuangan berbasis teknoligi tersebut. Apakah aturan-turan yang diterapkan sudah menjamin terpenuninya lima unsur pokok dalam ketentuan syariah. Berikut akan dipaparkan sudut pandang syariah melalui kajian Maqasid Al-Syariah imam Al-Syatibi dalam melihat perkembangan lembaga keuangan berbasis online tersebut.

Imam Syatibi (730-790 H) merupakan seorang ulama besar yang menggagas ilmu Maqashid asy-syari’ah dan al-Muwafaqat, karya terbesar Imam Syatibi, merupakan karya ilmiyah dalam bidang ushul fiqih sekaligus salah satu bentuk reformasi ilmiyah syariah secara menyeluruh (Kasdi, 2014:46). Dalam al-Muwafaqat, Imam Syathibi mencoba memperbarui pemahaman syari’ah dengan jalan membawa aqal untuk memahami maqasid dan rahasia- rahasia yang terkandung di dalamnya. Menurut Al-Syatibi, bahwa sesuatu dibenarkan secara syariah apabila ia memenuhi lima unsur pokok kehidupan, yaitu: pertama, menjaga agama (ad- din). Kedua, menjaga jiwa (an-nafs). Ketiga, menjaga akal pikiran (al-aql). Keempat, menjaga harta (al-maal). Kelima, menjaga keturunan (an-nasb). Dapat dikatakan bahwa Maqashid Al- Syariah dapat dicapai dengan terpenuhinya kelima kebutuhan dasar manusia tersebut yakni:

agama, jiwa, akal, harta dan keturunan.

Hakekat dari Maqashid al-Syariah adalah memahami maksud dan tujuan asal dari syariat (hukum) yang telah ditetapkan oleh Allah SWT dan Rasul-Nya. Bahwa setiap hukum yang ditetapkan oleh Allah SWT dan Rasul-Nya mengandung makna-makna tertentu yang secara umum untuk menciptakan kemaslahatan manusia. Syariat ditetapkan adalah untuk menghilangkan kesulitan dari manusia, menolak hal yang memudaratkan, mewujudkan maslahat bagi manusia, untuk membolehkan hal-hal yang baik, dan mengharamkan yang keji, sehingga membuat maslahat bagi manusia sampai kapan pun mulai dari awal sampai akhir hidupnya.

Perkembangan teknologi digital adalah sebuah keniscayaan yang tak dapat dihindari.

Lembaga ekonomi dan keuangan pun demikian, tidak bisa dihindarkan dari teknologi yang erkembang demikian pesat. Hal ini terjadi karena manusia membutuhkan semua itu. Informasi yang cepat, akses kebutuhan yang mudah, serta proses-proses perjanjian (akad) yang trasparan dan tidak ribet. Guna memberikan pelayanan askes dan kemudahan akan beragam kebutuhan

(4)

nasabah dalam keungan, Financial Technologi (FinTech) menjawab semua itu dengan menghadirkan aplikasi-aplikasi digital yang mempermudah nasabah dalam permodalan, pinjaman, kredit dan sebagainya.

Masyarakat semakin membutuhkan itu, sebab selain sistem yang dijalankan jauh lebih mudah dari jasa-jasa keuangan manual, semua mekanisme permodalan yang dilakukan melalui Fintech lebih jelas dan transparan. Semua akad bida dilihat, dibaca dan apabila ada yang tidak jelas dapat langsung direspon dengan sistem otomatisasi yang cepat. Pembagian keuntungan dan laporan juga dapat dilihat secara langsung dan transparan dimanapun dan dalam situasi apapun selama ada jaringan internet.

Nasabah bisa dengan mudah menolak produk-produk yang ditawarkan oleh perusahaan FinTech jika tidak sesuai dengan selera dan terkesan ada unsur yang tidak baik. Banyak kemudahan-kemudahan yang ditawarkan oleh FinTech. Diantaranya adalah proses cepat, syarat mudah, nasabah dapat mengetahui pagu pinjaman dengan memanfaatkan kalkulator kredit, fleksibel, dan beragam produk dapat diakses lebih cepat dan mudah.

Dalam kacamata Maqasid al-Syariah, setiap hukum yang ditetapkan oleh Allah SWT dan Rasul-Nya mengandung makna-makna tertentu yang secara umum untuk menciptakan kemaslahatan manusia. Lembaga-lembaga keuangan berbasis digital saat ini lebih banyak memberikan kemaslahatan dari pada kemudaratan. Ini terlihat dari tingkat perkembangan nasabah perusahaan-perusahaan Fintech yang terus meningkat. Artinya masyarakat lebih merasa nyaman dengan sistem digital tersebut. Sekalipun dalam beberapa segi, sama halnya dengan lembaga non-digital, tetap ada kekurangan-kekurangannya.

Sesuai dengan unsur pokok dalam Maqasid al-Syariah Imam al-Syatibi, dapat dilakukan telaah, bahwa : 1) Dilihat dari segi agama (ad-Din), selama produk yang ditawarkan dalam FinTech sesuai dengan aturan agama, maka tidak ada yang harus dikhawatirkan dalam FinTech; 2) Dalam menjaga jiwa (An-Nafs), produk-produk yang ditawarkan memalui FinTech, dinilai sangat memperhatikan perlindungan nasabah, amanah, toleran, serta leih komunikatif antara pengelola dengan nasabah; 3) Dalam hal akal pikiran (An-Naql), pihak pengelola selalu mengungkapkan secara detail mengenai sistem produk yang ada. Sistem berjalan secara transparan. Nasabah juga diajak untuk berpikir bersama ketika melakukan transaksi tanpa ada yang dizalimi diantara kedua pihak; 4) dari segi harta (al-Maal) terlihat jelas dalam setiap produk-produk yang dikeluarkan oleh pengelola berupaya untuk menjaga dan mengalokasikan dana nasabah dengan baik, serta tidak ada unsur pemerasan, komisi dan sebagainya; 5) Dalam hal keturunan (Al-nasb) dapat dilihat, bahwa dengan terjaganya empat hal di atas, maka bisnis yang dijalankan akan membawa kemaslahatan dan keberkahan dan

(5)

akan berdampak baik bagi keluarga dan keturunan yang dinafkahi dari dana tabungan maupun usahanya tersebut.

Dengan analisis diatas, dapat disimpulkan bahwa lembaga-lembaga keuangan yang berbasis pada teknologi digital menurut pandangan Maqasid al-Syariah Imam Al-Syatibi, dapat dibenarkan dan dibolehkan selama sesuai dengan unsur-unsur pokok kehidupan, yakni: agama, jiwa, akal, harta dan keturunan. Bahkan digitalisasi lembaga keuangan bisa menjadi hal yang sangat dianjurkan, apabila lebih manjamin maqasid syariah dari pada lembaga-lembaga non- digital yang sudah berjalan.

Referensi

Dokumen terkait

Mojokerto Ditinjau dari Perspektif Manajemen Keuangan Syariah”. Penelitian ini bersifat kualitatif dan bertujuan untuk mengetahui serta menganalisis apakah sistem

sehingga di harapkan Integrasi Islam Dalam Panggadakkang Pada Sistem Pemerintahan Adat Kajang Ammatoa dapat dilihat dari sudut pandang manusia sebagai salah

Dalam memilih starting line up pelatih akan mempunyai pertimbangan yang luas artinya pertimbangan dapat dilihat dari berbagai sudut pandang, dalam merancang sistem

Jika dilihat dari sudut pandang user, dalam hal ini adalah pihak rumah sakit, mereka tentu menginginkan sebuah sistem yang ideal, istimewa, dapat menghandle semua transaksi

Terkait promosi dalam sudut pandang syariah adalah sebuah usaha menyampaikan informasi yang benar dan jujur mengenai produk jasa atau barang pada calon pelanggan

Dilihat dari sudut pandang pembentukan dan perubahan hukum Islam, sistem Bank Islam merupakan sebuah hasil dari transformasi prinsip-prinsip dan mekanisme

Pada penelitian ini membahas faktor yang mampu mempengaruhi kesuksesan teknologi informasi dilihat dari sudut pandang model kesuksesan sistem informasi DeLone

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh bukti empiris mengenai pengaruh penerapan sistem informasi akuntansi manajemen yang dilihat dari sudut pandang karakteristik