1
Sistem Kontrol Proses dan PLC
Sistem control proses terdiri dari sekumpulan piranti- piranti dan peralatan- peralatan elektronik yang mampu menangani kestabilan, akurasi dan mengeliminasi transisi status yang berbahaya dalam proses produksi. Masing- masing komponen dalam system control proses tersebut memegang peranan pentingnya masing- masing, tidak peduli ukurannya. Misalnya saja, jika sensor tidak ada atau rusak atau tidak bekerja, maka system control proses tidak akan tahu apa yang sedang terjadi dalam proses yang sedang berjalan
Sebuah PLC (Programmable Logic Controller) adalah sebuah alat yang digunakan untuk mengagantikan rangkaian sederetan relay yang dijumpai pada system control proses konvensional. PLC bekerja dengan cara mengamati masukan (melalui sensor- sensor terkait), kemudian melakukan proses dan melakukan tindakan sesuai yang dibutuhkan, yang berupa menghidupkan atau mematikan keluaran (logic 0 atau 1, mati atau hidup).
Pengguna membuat program dengan menggunakan bahasa pemrograman, yaitu: diagram tangga atau ladder diagram, yang kemudian harus dijalan oleh PLC yang bersangkutan.
Dengan kata lain PLC menentukan aksi apa yang harus dilakukan pada instrument keluaran berkaitan dengan status suatu ukuran atau besaran yang diamati.
PLC banyak digunakan pada aplikasi- aplikasi industry, misalnya pada proses pengepakan, penanganan bahan, perakitan otomatis dan lain sebagainya. Hampir semua aplikasi yang memerlukan control listrik atau elektronik membutuhkan PLC.
Guna memperjelas contoh penggunaan PLC ini, misalnya diinginkan saat saat suatu sakelar ON, akan digunakan untuk menghidupkan sebuah solenoid selama 5 detik, tidak peduli berapa lama sakelar tersebut ON. Kita bisa melakukan hal ini menggunakan pewaktu atau timer. Tetapi bagaimana jika yang dibutuhkan 10 sakelar dan 10 solenoid, maka kita membutuhkan 10 pewaktu. Selanjutrnya bagaimana jika kemudian dibutuhkan informasi berapa kali masing- masing sakelar dalam kondisi ON, tentu saja akan membutuhkan pencacah eksternal.
Dengan demikian, semakin kompleks proses yang harus ditangani, semakin penting penggunaan PLC untuk mempermudah proses- proses tersebut.
2 1. Sejarah PLC
Programmable Logic Controller (PLC) diperkenalkan pertama kali pada 1969 oleh Richard E.Morley pendiri Modicon corporation.
Alasan utama perancangan PLC adalah untuk menghilangkan beban ongkos perawatan dan penggantian system control mesin berbasis relay. PLC pertama muncul di dunia bernama MODICON 084 yang digunakan pada produk komersial. MODICON kependekan dari Modular Digital Controller.
Pada tahun 1970-an teknologi PLC yang dominan adalah sekuenser mesin- kondisi dan CPU berbasis bit- slice. Prosesor AMD 2901 dan 2903 cukup populer digunakan dalam MODICON dan PLC A-B. Mikroprosesor konvensional kekurangan daya dalam menyelesaikan secara cepat logic PLC untuk semua PLC kecuali pada PLC yang kecil. Setelah mikroprosesor konvensional mengalami perbaikan dan pengembangan, PLC yang besar- besar mulai banyak menggunakannya.
Pada awal- awal tahun 1973 kemampuan komunikasi pada PLC mulai muncul.
Dengan demikian PLC bisa melakukan komunikasi dengan PLC lain dan bisa ditempatkan lebih jauh dari lokasi mesin sesungguhnya yang dikontrol. Kemampuan komunikasi ini dapat digunakan untuk mengirim dan menerima berbagai macam tegangan untuk membolehkan dunia analog ikut terlibat.
Pada tahun 1980-an dilakukan usaha untuk menstandarisasi komunikasi dengan protocol otomasi pabrik milik General Motor’s Manufacturing Automation Protocol (MAP). Juga merupakan waktu untuk memperkecil ukuran PLC dan pembuatan perangkat lunak pemrograman melalui pemrograman simbolik dengan personal computer dari pada terminal pemrogram atau penggunaan pemrograman genggam (handheld programmer) Sekarang sudah ada PLC terkecil produk Omron dengan nama ZEN Programmable Logic Controller. Standar terakhir IEC 1131-1 berusaha untuk mengabungkan bahasa pemrograman PLC dibawah satu standar internasional.
Sekarang sudah bisa dijumpai PLC- PLC yang dapat diprogram dalam diagram fungsi blok, daftar instruksi, C dan teks terstruktur pada saat bersamaan.
2. Pendekatan sistematik dalam perancangan system control proses a. Perlu memilih suatu instrument atau system yang akan dikontrol.
Sistem yang terotomasi bisa berupa sebuah mesin atau suatu proses yang kemudian disebut sebagai system control proses. Fungsi dari system control proses
3
ini secara terus menerus akan mengamati sinyal- sinyal yang berasal dari piranti- piranti masukan (sensor, sakelar) dan tanggapannya berupa suatu sinyal yang diberikan ke piranti keluaran eksternal yang secara langsung mengontrol bagaimana suatu system peroperasi atau bekerja.
b. Perlu menentukan semua instrument masukan dan keluaran yang akan dihubungkan ke PLC.
Piranti masukan dapat berupa sakelar, sensor dan sebagainya. Sedangkan piranti keluaran dapat berupa solenoid, motor, relai, suara, lampu dan lain sebagainya.
Kemudian menentukan penggunaan jalur- jalur masukan dan keluaran pada PLC untuk piranti- piranti masukan dan keluaran yang sudah ditentukan.
c. Membuat program PLC yang lebih dikenal dengan program diagram tangga sesuai dengan jalannya proses yang diinginkan.
Dalam hal ini bisa digunakan terminal konsol yang langsung berhubungan dengan PLC yang bersangkutan atau melalui personal computer (PC) yang memiliki saluran komunikasi yang dibutuhkan untuk menstransfer program dari personal computer ke PLC atau sebaliknya.
d. Program disimpan ke dalam PLC
Baik dilakukan secara langsung melalui terminal konsol maupun melalui personal computer.