Noprida Arianto, Copyright ©2021, MIB, Page 1326
Sistem Pendukung Keputusan Penilaian Kinerja Mekanik Menggunakan Metode AHP dan TOPSIS
Noprida Arianto*, Nurahman
Ilmu Komputer, Sistem Informasi, Universitas Darwan Ali, Sampit, Indonesia Email: 1,*[email protected], 2[email protected]
Email Penulis Korespondensi: [email protected]
Abstrak−Pendukung Keputusan (SPK) merupakan sebuah sistem yang dibangun untuk menyelesaikan masalah yang bersifat manajerial atau organisasi perusahaan yang dirancang guna mengembangkan efektivitas dan produktivitas manajer untuk menyelesaikan masalah. PT. Auto Mobil Prima adalah salah satu dealer Hino populer di Sampit. Dealer ini terletak di wilayah Kalimantan Tengah tepatnya di Jl. Jenderal Sudirman Km. 2 Sampit dan memiliki cabang di Pangkalan Bun dan Palangka Raya. Penelitian ini bertujuan untuk proses penilaian kinerja karyawan bagian mekanik pada PT. Auto Mobil Prima. Pada proses penilaian yang menyulitkan pihak manajemen untuk memberikan bobot setiap kriteria. Sehingga membutuhkan waktu yang cukup lama, belum adanya sistem tentang pengambil keputusan yang mendukung penilaian kinerja karyawan bagian mekanik. Dari permasalahan diatas dan berpatokan terhadap penelitian terdahulu maka perlu adanya sistem pendukung keputusan untuk penilaian kinerja karyawan bagian mekanik pada PT. Auto Mobil Prima, salah satu metodenya yang dapat digunakan adalah AHP (Anailitycal Hierarchy Process) dan TOPSIS (Technique For Others Referencean by Similarity to Ideal Solution). Metode ini dipilih karena mampu menyelesaikan penilaian prestasi kerja karyawan berdasarkan kriteria-kriteria yang sudah ditentukan. Adapun hasil dari penelitian ini berupa sebuah website sistem pendukung keputusan penilaian kinerja mekanik dengan metode AHP (Anailitycal Hierarchy Process) dan TOPSIS (Technique For Others Referencean by Similarity to Ideal Solution). Sehingga diharapkan dapat membantu PT. Auto Mobil Prima pengambil keputusan kinerja mekanik yang bersifat lebih objektif.
Kata Kunci: Analitycal Hierarchy Process (AHP); Kinerja; Penilaian; Sistem Pendukung keputusan (SPK); Technique For Others Referencean by Similarity to Ideal Solution (TOPSIS)
Abstract−Decision Support (DSS) is a system that was built to solve problems that are managerial or corporate organization designed to develop the effectiveness and productivity of managers to solve problems. PT. Auto Mobil Prima is one of the most popular Hino dealers in Sampit. This dealer is located in Central Kalimantan, precisely on Jl. General Sudirman Km. 2 Sampit and has branches in Pangkalan Bun and Palangka Raya. This study aims to assess the performance of the mechanical employees at PT. Prime Cars. In the assessment process, it is difficult for management to give weight to each criterion. So that it takes quite a long time, there is no system for decision makers that supports the performance appraisal of employees in th e mechanics department. From the problems above and based on previous research, it is necessary to have a decision support system for evaluating the performance of employees in the mechanics department at PT. Auto Mobil Prima, one of the methods that can be used is AHP (Anailitycal Hierarchy Process) and TOPSIS (Technique For Others Reference by Similarity to Ideal Solution). This method was chosen because it is able to complete employee performance appraisals based on predetermined criteria. The results of this study are a website for a mechanical performance appraisal decision support system using the AHP (Anailitycal Hierarchy Process) and TOPSIS (Technique For Others Reference by Similarity to Ideal Solution) methods. So it is hoped that it can help PT. Auto Mobil Prima is a more objective mechanical performance decision maker.
Keywords: Analytical Hierarchy Process (AHP); Performance; Evaluation; Decision Support System (DSS); Technique For Others Preference by Similarity to Ideal Solution (TOPSIS)
1. PENDAHULUAN
Sistem Pendukung Keputusan (SPK) merupakan sebuah sistem yang dibangun untuk menyelesaikan masalah yang bersifat manajerial atau organisasi perusahaan yang dirancang guna mengembangkan efektivitas dan produktivitas manajer untuk menyelesaikan masalah. Sistem Pendukung Keputusan (SPK) bukan untuk menggantikan tugas manajer tetapi hanya sebagai bahan pertimbangan bagi manajer untuk melakukan sebuah keputusan akhir.
PT. Auto Mobil Prima adalah salah satu perusahaan dealer Hino populer yang berada di Kabupaten Kotawaringin Timur. PT. Auto Mobil Prima ini terletak di Jl. Jenderal Sudirman Km. 2, Sampit, Kalimantan Tengah dan memiliki cabang di Pangkalan Bun serta Palangka Raya. PT. Auto Mobil Prima yang berada di Kabupaten Kotawaringin Timur memiliki karyawan yang berjumlah 83 orang sedangkan untuk karyawan dibidang mekanik berjumlah 23 orang. Di dalam penilaian kinerja karyawan bagian mekanik yang dilakukan pada PT. Auto Mobil Prima digunakan untuk mengevaluasi hasil dari kinerja seluruh karyawan dengan menggunakan beberapa kriteria yang akan dinilai. Yang meliputi sikap karyawan, pengetahuan, kerjasama Tim, kreatifitas dan kualitas dari masing-masing karyawan di PT. Auto Mobil Prima.
Terdapat berbagai kriteria yang digunakan dalam proses penilaian kinerja karyawan bagian mekanik menyulitkan pihak manajemen untuk memberikan bobot setiap kriteria. Sehingga membutuhkan waktu yang cukup lama. Proses penilaian kinerja karyawan bagian mekanik masih mendapatkan rekomendasi dari beberapa orang untuk memberikan penilaian, belum adanya sistem tentang pengambil keputusan yang mendukung penilaian kinerja mekanik pada PT. Auto Mobil Prima, sering terjadinya kesalahan dalam penilaian karyawan serta keputusan pemberian penilaian kinerja karyawan dengan memperkirakan saja. Hal-hal tersebut sangat tidak akurat dan membutuhkan banyak waktu untuk penilaian kinerja pegawai tersebut.
Apabila PT. Auto Mobil Prima melakukan penilaian karyawan mekanik dengan menggunakan sistem pendukung keputusan (SPK) dapat memberikan beberapa alternatif dalam mengambil keputusan, menghemat waktu dalam penilaian serta menghasilkan keputusan dengan cepat dan akurat, meningkatkan produktivitas analisis, menghemat dalam pembiayaan dan sumber daya manusia (SDM) yang akan dilakukan.
Dari permasalahan diatas dan berpatokan terhadap penelitian terdahulu maka perlu adanya sistem pendukung keputusan untuk penilaian kinerja karyawan bagian mekanik pada PT. Auto Mobil Prima, salah satu metodenya yang dapat digunakan adalah AHP (Anailitycal Hierarchy Process) dan TOPSIS (Technique For Others Referencean by Similarity to Ideal Solution). Adapun hasil dari penelitian ini berupa sebuah website sistem pendukung keputusan penilaian kinerja mekanik dengan metode AHP (Anailitycal Hierarchy Process) dan TOPSIS (Technique for Others Referencean by Similarity to Ideal Solution). Metode ini dipilih karena mampu menyelesaikan penilaian prestasi kerja karyawan berdasarkan kriteria-kriteria yang sudah ditentukan. Sehingga diharapkan dapat membantu PT. Auto Mobil Prima pengambil keputusan kinerja mekanik yang bersifat lebih objektif.
Tujuan dari penelitian perancangan dan pembuatan sistem pendukung keputusan pada PT. Auto Mobil Prima Dealer Hino antara lain merancang sebuah sistem pendukung keputusan dengan menggunakan metode AHP (Analitycal Hierarchy Procees) dan TOPSIS (Technique For Others Referencean by Similarity to Ideal Solution) untuk membantu PT. Auto Mobil Prima Dealer Hino Sampit agar proses penilaian kinerja karyawan bagian mekanik secara terkomputerisasi, bisa melakukan seleksi secara cepat, tepat mengurangi kesalahan dan menghasilkan sistem yang dapat mengatasi kelemahan-kelemahan dari sistem yang sedang berjalan saat ini.
Terdapat beberapa penelitian terdahulu yang memiliki keterkaitan dengan metode Anailitycal Hierarchy Process (AHP) atau Technique For Others Referencean by Similarity to Ideal Solution (TOPSIS) berdasarkan judul yang mendekati dengan judul penelitian ini, diantaranya :
Penelitian yang dilakukan oleh Endang Wahyuningsih (2016), menghasilkan sebuah Sistem Pendukung Keputusan untuk Penilaian Kinerja Karyawan dengan menggunakan metode Analitical Hierarchy Process (AHP) yang dapat membantu manajer Margaria Group dalam melakukan penilain kinerja dari masing-masing karyawan yang ada pada Margaria Group [1]. Penelitian yang dilakukan oleh Alwan Kamarul Rahman dan I Gede Agus Suwartane (2020), menghasilkan sebuah aplikasi sistem pendukung keputusan berbasis web yang digunakan untuk pemilihan karyawan terbaik dengan menggunakan metode TOPSIS.[2] Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Ahmad Fauzi dan Taufik Hidayatulloh (2017) menghasilkan sebuah hitungan penilaian kinerja karyawan pada PT.
Telecom Visitama dengan metode AHP [3].
Penelitian yang dilakukan oleh Teddy Setiady, Damdam Damiyana dan Yosep Nurawan (2018), menghasilkan aplikasi sistem untuk penunjang keputusan penilaian kinerja karyawan dengan menggunakan AHP.[4] Penelitian terdahulu selanjutnya yang dilakukan oleh Desyanti (2016), menghasilkan sebuah sistem pendukung keputusan yang dibangun ini dapat menghasilkan keputusan yang lebih objektif dan dapat mengetahui karyawan yang memperoleh nilai paling tinggi dari beberapa kriteria yang ada, karyawan yang memiliki nilai tertinggi layak untuk mendapatkan reward atau penghargaan sehingga dapat meningkatkan kualitas kerja [5].
2. METODOLOGI PENELITIAN
2.1 Tahapan Penelitian
Metodologi penelitian yang dilakukan yaitu mengumpulkan data dan informasi yang sesuai dengan permasalahan yang akan di bahas. Teknik pengumpulan data dan informasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
Gambar 1. Tahapan Penelitian 1. Wawancara
Dengan melakukan wawancara dengan Human Resource Department (HRD) pada PT. Auto Mobil Prima Dealer Hino.
Noprida Arianto, Copyright ©2021, MIB, Page 1328 2. Observasi
Observasi dilakukan untuk melihat keadaan secara langsung guna memastikan data yang sudah kita dapatkan, hal ini juga bertujuan untuk mendapatkan data yang valid dengan melakukan pengamatan langsung ke lapangan.
3. Studi Literatur
Mengumpulkan dan mempelajari penelitian-penelitian yang terdahulu yang berupa jurnal, ataupun file lainnya.
4. Perancangan Sistem
Perancangan sistem yang dilakukan mulai dari menganalisa sistem yang berjalan, kelemahan sistem yang berjalan. Dari kelemahan-kelemahan yang sudah dianalisa, selanjutnya akan merancang alur sistem dengan menggunakan penggambaran flowchart, Context Diagram, DFD, ERD dan RMD.
5. Pembuatan Sistem
Sistem pendukung keputusan yang akan dibuat berbasis website yang dapat diakses oleh HRD dan Supervisor.
6. Pengujian Sistem
Setelah sistem berhasil dibuat langkah selanjutnya pengujian sistem website pendukung keputusan penilaian mekanik.
2.2 Sistem Pendukung Keputusan
Konsep sistem pendukung keputusan (SPK) pertama kali diungkapkan p;ej Michael S. Scott Morton pada awal tahun 1970-an. Sistem tersebut berbasis komputer [6]. Sistem berasal dari Bahasa Yunani yaitu systema yang memiliki arti kesatuan, yakin seluruh bagian-bagian yang mempunyai hubungan antara satu sama lainnya. Menurut Henry C. Lucas Jr, sistem merupakan suatu komponen atau variable yang saling bergantung antara satu sama lain.
Menurut Gordon B Davis, sistem terdiri dari bagian-bagian yang saling berkaitan untuk mencapai beberapa tujuan bersama-sama [7], [8]. Sistem Pendukung Keputusan menurut Alavi and Napier, “adalah suatu kumpulan prosedur pemrosesan data dan informasi yang berorientasi pada penggunaan model guna untuk menghasilkan berbagai jawaban yang dapat membantu manajemen dalam mengambil keputusan” [7]. Konsep pendukung keputusan berbasis Komputer membantu untuk mengambil sebuah keputusan memanfaatkan data dan model untuk menyelesaikan permasalahan yang terstruktur [9].
2.2 Penilaian Kinerja
Pengertian kinerja menurut Wibowo, “berasal dari kata performance yang memiliki arti hasil pekerjaan atau sebuah prestasi kerja. Namun perlu dipahami bahwa kinerja bukan sekedar hasil pekerjaan atau bahkan prestasi kerja saja, tetapi juga mencakup bagaimana proses pekerjaan itu berlangsung”[10]. Kinerja karyawan merupakan hal yang memiliki sifat individual, karena setiap karyawan mempunyai tingkat kemampuan yang berbeda-beda dalam mengerjakan tugasnya. Menurut Kusryanto “Kinerja karyawan suatu perbandingan hasil yang dicapai dengan person serta tenaga kerja persatuan waktu” [11]. Penilaian kinerja adalah sebuah proses mengevaluasi dan menilai prestasi kinerja seseorang atau karyawan [12]. Menurut Dessler penilaian kinerja merupakan proses penilaian atas prestasi kinerja pegawai yang sering dilakukan oleh pemimpin perusahaan berdasarkan pekerjaan yang dikerjakan oleh pegawai tersebut [10].
2.3 Metode Analytical Hierarchy Process (AHP)
Menurut Al-Hamdany “yaitu metode penyelesaian masalah dengan kriteria yang ganda, yang menuntut pengambilan keputusan mengeluarkan pendapat berkaitan dengan tingkat kepentingan dari setiap kriteria-kriteria yang ada dan kemudian menunjukkan preferensi berkaitan dengan tingkat kepentingan dari setiap kriteria untuk setiap alternatif” [13]. AHP merupakan suatu analisa yang digunakan untuk mengambil keputusan dengan menggunakan pendekatan sistem, yang bertujuan untuk membantu dalam pengambilan keputusan [14]. Berikut ini adalah langkah-langkah dalam melakukan metode Analytical Hierarchy Process (AHP) yaitu :
a. Membuat Matrik Perbandingan Berpasang
Perbandingan yang dilakukan ini ialah perbandingan nilai antara kriteria dengan kriteria lainnya.
Perbandingan Berpasang yang akan dinilai adalah perbandingan adalah Baris K1 dengan Kolom K2, Baris K1 dengan Kolom K3, Baris K1 dengan Kolom K4, Baris K1 dengan Kolom K5. Sedangkan untuk baris selanjutnya Baris K2 dengan Kolom K3, Baris K2 dengan Kolom K3, Baris K2 dengan Kolom K4 dan terakhir Baris K2 dengan Kolom C5 dan seterusnya. Dibawah ini ketentuan matriks perbandingan berpasang
Tabel 1. Matriks Perbandingan Berpasangan Goal K1 K2 K3 K4 K5
K1 1
K2 1
K3 1
K4 1
K5 1
Sumber : Saaty (1974)
Untuk nilai perbandingan dapat dilihat pada table dibawah ini.
Tabel 2. Nilai Standar AHP Bobot Keterangan Nilai Bobot
9 Mutlak Sangat Penting dari 8 Mendekati Mutlak dari 7 Sangat Penting dari
6 Mendekati Sangat Penting dari 5 Lebih Penting dari
4 Mendekati Lebih Penting dari 3 Sedikit Lebih Penting dari
2 Mendekati Sedikit Lebih Penting dari 1 Sama Penting Dengan
Sumber: Saaty (1974)
b. Menghitung Nilai Perbandingan Berpasang baris K2, K3, K4 dan K5 yang ada pada kolom K1, K2, K3, K4, K5.
Untuk menghitung Baris K2 dengan Kolom K1 menggunakan rumus nilai perbandingan Baris K1 dengan Kolom K1 dibagi dengan nilai perbandingan Baris K1 dengan Kolom K2.
Rumus : 𝑛 × [𝑛−1
2 ] Keterangan :
n = Banyaknya elemen yang dibandingkan
c. Melakukan Perhitungan Prioritas dan Total Prioritas Setiap Baris
Perhitungan prioritas didapatkan dari nilai perbandingan Baris K1 dengan Kolom K1 dibagi dengan total nilai perbandingan Kolom K1. Untuk perhitungan prioritas terlebih dulu menjumlah nilai perbandingan Kolom K1, setelah menjumlah nilai perbandingan Kolom K1 menghitung Prioritas dari jumlah Kolom K1 tersebut. Untuk melakukan total prioritas hasil dari pembagian sebelumnya dijumlahkan setiap barisnya.
Contoh seperti dibawah ini : Rumus :
Prioritas = nilai perbandingan kriteria / total nilai perbandingan Baris K1 Kolom K1 = 1 / 2,78 = 0,359
Baris K1 Kolom K2 = 1 / 2,83 = 0,353
Total Prioritas = Jumlah Prioritas Baris K1 = 0,359 + 0,353 = 0,712 d. Menghitung Matrik Konsistensi Kriteria
Konsistensi Kriteria didapatkan dari mengembalikan bobot nilai dari 2 (dua) matriks. Matriks yang akan digunakan dalam menghitung Konsistensi Kriteria adalah seluruh nilai Baris K1 pada Matrik Perbandingan Kriteria dan seluruh nilai pada Kolom Prioritas pada Prioritas lalu dibagi dengan nilai Prioritas C1.
Selanjutnya melakukan perhitungan Consistency Index (CI). Dibawah ini merupakan rumus Consistency Index (CI) sebagai berikut :
CI = 𝑡−𝑛𝑛−1 Ketentuan :
Jika CI = 0, maka hierarki tersebut konsisten e. Menghitung rasio konsistensi
Menghitung rasio konsistensi dengan cara membagi nilai CI dengan nilai Index Random (RIn). Dibawah ini merupakan tabel Index Random sebagai berikut:
Tabel 3. Matrik Perbandingan Kriteria
Ordo Matriks 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Ratio Index 0 0 0,58 0,9 1,12 1,24 1,32 1,41 1,46 1,49 Sumber : Saaty (1974)
Dibawah ini merupakan rumus Consistency Index (CI) sebagai berikut : CR = 𝑅𝐼𝐶𝐼
𝑛
Ketentuan :
Jika CR < 0,1, maka hierarki cukup konsisten
Sedangkan jika CR > 0,1, maka hierarki sangat tidak konsisten
Noprida Arianto, Copyright ©2021, MIB, Page 1330 2.3 Metode Technique For Order Preference by Similarity to Ideal Solution (TOPSIS)
TOPSIS pertama kali dikenalkan oleh Yoon dan Hwang [15] TOPSIS menggunakan suatu prinsip yaitu alternatif yang terpilih memiliki jarak paling dekat dari solusi ideal positif dan paling jauh dari solusi ideal negatif [16].
TOPSIS memberikan solusi dari beberapa alternatif dengan cara membandingkan setiap alternatif yang ada dengan alternatif terbaik maupun alternatif terburuk diantara alternatif-alternatif masalah yang ada [17]. Metode TOPSIS ini menggunakan jarak untuk melakukan perbandingan.Berikut adalah langkah-langkah dari metode TOPSIS:
1. Membuat matriks dan memasukkan kriteria yang akan digunakan;
Pada langkah ini membuat sebuah tabel matriks dengan kriteria dan melakukan penilaian terhadap elemen- elemen yang akan digunakan. Penilaian yang sering dilakukan biasanya memberikan nilai perkisaran antara 1-10 atau 10-100.
2. Menghitung nilai kuadrat serta matrik normalisasi;
Langkah selajutnya menghitung nilai kuadrat dari penilaian yang telah dilakukan pada langkah 1 dan menghitung matriks normalisasinya. Dibawah ini adalah rumus untuk menghitung nilai kuadrat yaitu : Kuadrat = n2
Keterangan :
n = nilai elemen setiap kriteria
Sedangkan untuk rumus menghitung matrik normalisasi sebagai berikut : Langkah 1 = Jumlah Kuadrat Kolom C1
Langkah 2 = 2√𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐾𝑢𝑎𝑑𝑟𝑎𝑡 𝐾𝑜𝑙𝑜𝑚 𝐶1 Langkah 3 = 𝑛
𝐻𝑎𝑠𝑖𝑙 𝐿𝑎𝑛𝑔𝑘𝑎ℎ 2
3. Menghitung Normalisasi Terbobot
Menghitung Normalisasi Terbobot didapatkan dari hasil perkalian Prioritas pada perhitungan AHP dan hasil Normalisasi. Dibawah ini merupakan rumus dari Normalisasi Terbobot sebagai berikut :
V = 𝑤𝑗∙ 𝑟𝑖𝑗
4. Menghitung Solusi Ideal
Solusi Ideal didapatkan dari nilai Max dan Min dari matriks Normalisasi Terbobot, dimana nilai Baris Positif apabila keterangan kriteria yang digunakan adalah benefit (menguntungkan) maka nilai Positif akan diambil dari nilai Max sedangkan apabila nilai kriteria yang digunakan memiliki keterangan cost (tidak menguntungkan) maka nilai Positif akan diambil dari nilai Min.
5. Menghitung Solusi Ideal Positif dan Negatif
Menghitung solusi ideal positif berasal dari pengurangan normalisasi terbobot dengan nilai positif pada tabel solusi ideal. Dari hasil pengurangan tersebut akan dipangkatnya dan hasil tersebut akan menjadi solusi ideal positif. Dibawah ini rumus dari solusi ideal positif antara lain :
S+t = √∑𝑛𝑗=1(𝑣𝑖𝑗− 𝑣𝑗+)2
Sedangkan untuk solusi ideal negative yang akan digunakan adalah nilai negatif dengan rumusa yang sama antara lain yaitu :
S+t = √∑𝑛𝑗=1(𝑣𝑖𝑗− 𝑣𝑗−)2 6. Menghitung Nilai Akhir
C+t = 𝑆𝑡
− 𝑆𝑡−− 𝑆𝑦+
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Kasus dalam penelitian ini ialah pihak HRD akan melakukan penilaian karyawan melalui Supervisor dengan memiliki kriteria tertentu antara lain sikap karyawan, pengetahuan karyawan, kerjasama tim, kreatifitas karyawan dan kualitas karyawan. Data karyawan yang ada di PT. Auto Mobil Prima sebanyak 97 orang karyawan. Sedangkan yang akan digunakan sebagai sampel sebanyak 6 (enam) orang karyawan. Dibawah ini data karyawan untuk dijadikan alternatif penilaian karyawan:
Tabel 4. Tabel Karyawan
No Nama Karyawan Jenis Kelamin Jabatan Alamat
1. Ade Kristianto (A1) Laki-Laki Mekanik Jl. Darun Bawan 2. Andrean Herawan (A2) Laki-Laki Mekanik Jl. Sudirman 3. Andrias (A3) Laki-Laki Mekanik Jl. Cilik Riwut 4. Fendi Rohmanto (A4) Laki-Laki Mekanik Jl. Tidar 5. Fendy Indriyanto (A5) Laki-Laki Mekanik Jl. Smekto 6. Ferdiawan Oki L (A6) Laki-Laki Mekanik Jl. Ahmad Yani
3.1 Penerapan Metode Analytical Hierarchy Process
Dalam melakukan perhitungan Analytical Hierarchy Process (AHP) menggunakan 5 (lima) kriteria mulai dari sikap, pengetahuan, kerjasama tim, kreatifitas dan kualitas. Dibawah ini data kriteria yang akan digunakan dalam melakukan penilaian setiap karyawan:
Tabel 5. Tabel Kriteria
Kode Kriteria Nama Kriteria
C1 Sikap
C2 Pengetahuan
C3 Kerjasama Tim
C4 Kreatifitas
C5 Kualitas
Langkah selanjut melakukan bobot perbandingan kriteria dengan kriteria lainnya dengan menggunakan nilai standar Analytical Hierarchy Process (AHP). Dibawah ini tabel 6 Nilai Standar AHP :
Tabel 6. Nilai Standar AHP Bobot Keterangan Nilai Bobot
9 Mutlak Sangat Penting dari 8 Mendekati Mutlak dari 7 Sangat Penting dari
6 Mendekati Sangat Penting dari 5 Lebih Penting dari
4 Mendekati Lebih Penting dari 3 Sedikit Lebih Penting dari
2 Mendekati Sedikit Lebih Penting dari 1 Sama Penting Dengan
Dari bobot nilai diatas akan menghasilkan Matrik Perbandingan Berpasang, dimana nilai didapatkan dari perbandingan Kolom C1 dengan Baris C1, Kolom C1 dengan Baris C2 dan seterusnya. Dibawah ini tabel 7 Matrik Perbandingan Berpasang sebagai berikut :
Tabel 7. Matrik Perbandingan Berpasang
C1 C2 C3 C4 C5
C1 1 7 6 6 6
C2 0,143 1 3 1 2
C3 0,167 0,333 1 3 7
C4 0,167 1,000 0,333 1 1 C5 0,167 0,500 0,143 1 1 Total 0,1643 9,833 10,476 12 17
Pada tabel 6 Baris C1 dengan Kolom C1 memiliki nilai 1, dimana C1 adalah sikap karyawan. Maka sikap karyawan Sama Penting Dengan sikap karyawan, sedangkan Baris C1 dengan Kolom C2 memiliki nilai 7 maka sikap karyawan Sangat Penting Dari pengetahuan. Adapun penjelasan perhitungan seperti dibawah ini :
Baris C1 Kolom C1 = 1 / 1 = 1 Baris C2 Kolom C1 = 1 / 7 = 0,143
Total = 1 + 0,143 + 0,167 + 0,167 + 0,167 = 1,643
Langkah selanjutnya melakukan Matrik Prioritas dari hasil perhitungan tabel 7. Hasil tersebut dapat dilihat dari tabel 8 dibawah ini.
Tabel 8. Matriks Prioritas
C1 C2 C3 C4 C5 Prioritas CM
C1 0,6087 0,7119 0,5727 0,5000 0,3529 0,5492 6,1702 C2 0,870 0,1017 0,2864 0,0833 0,1176 0,1352 7,0109 C3 0,1014 0,0339 0,0955 0,2500 0,4118 0,1785 5,4490 C4 0,1014 0,1017 0,0318 0,0833 0,0588 0,0754 5,6121 C5 0,1014 0,0508 0,0136 0,0833 0,0588 0,0616 5,2206 CI 0,023
RI 1,12
CR 0,199
Hasil perhitungan Tabel 7 Matrik Prioritas diatas didapatkan dari Bobot Nilai Baris C1 dan Kolom C1 dibagi dengan Total Kolom C1, penjelasan perhitungan dibawah ini ;
Noprida Arianto, Copyright ©2021, MIB, Page 1332 Baris C1 Kolom C1 = 1 / 1,643 = 0,6087
Baris C2 Kolom C1 = 0,143 / 1,643 = 0,0870
Prioritas = 0,6087 + 0,0870 + 0,1014 + 0,1014 + 0,1014 = 0,5492
Cara menghitung CM yaitu mengembalikan bobot nilai matriks dari 2 (dua) matrik. Hasil CM Baris C1 yaitu antara Baris C1 pada Gambar 4.1 dengan Kolom Prioritas menghasilkan 6,1702. Sedangkan untuk menghitung CI sebagai berikut:
CI = 6,1702+7,0109+5,4490+5,6121+5,2206 5
CI = 5,893 – 5
= 0,89264 CI = 0,223
Tabel 9. Ordo Matrik
Ordo Matriks 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Ratio Index 0 0 0,58 0,9 1,12 1,24 1,32 1,41 1,46 1,49 Sumber: Saaty (1974)
Sedangkan perhitungan hasil CR dari pembagian antara hasil CI dengan nilai RI adalah 0,223 / 1,12 menghasilkan 0,199. Dari nilai-nilai perhitungan AHP ini akan dikalikan dengan nilai yang aka nada di tahapan TOPSIS. Perhitungan ini bertujuan sebagai penggabungan antara perhitungan AHP dengan perhitungan TOPSIS yang akan dilakukan.
3.2 Penerapan TOPSIS
Langkah awal melakukan perhitungan TOPSIS ialah melakukan pembobotan karyawan berdasarkan kriteria yang sudah ditentukan. Dimana pembobotan karyawan ini merupakan penilaian dari setiap karyawan berdasarkan kriteria-kriteria yang ada di tahapan AHP. Nilai yang akan diberikan perkisaran dari 1-10/kriteria. Adapun penjelasan dari Tabel 9 dari bobot nilai karyawan, kode karyawan A1 yaitu Ade Kristianto memiliki nilai bobot 8 dari kriteria sikap, nilai 7 dari pengetahuan, 7 dari kerjasama tim, 8 dari kreatifitas dan 8 dari kualitas. Dibawah ini merupakan tabel dari pembobotan karyawan.
Tabel 10. Bobot Nilai Karyawan
C1 C2 C3 C4 C5
A1 8 7 7 8 8
A2 9 8 8 8 7
A3 9 9 8 8 8
A4 10 10 10 10 9
A5 4 2 7 6 8
A6 7 6 6 6 5
Dari pembobotan pada tabel 10 akan dilakukan perhitungan hasil kuadrat dari C1 Baris A1 adalah 64 dimana kuadrat dari 8 adalah 64. Maka nilai sikap Ade Kristianto pada Matrik Kuadrat adalah 64 dan seterusnya.
Dibawah ini matrik kuadrat dari bobot penilaian sebagai berikut.
Tabel 11. Matriks Kuadrat
C1 C2 C3 C4 C5
A1 64 49 49 64 64
A2 81 64 64 64 49
A3 81 81 64 64 64
A4 100 100 100 100 81
A5 16 4 49 36 64
A6 49 36 36 36 25
Rumus:
Kuadrat = 𝑛2
A1 = 82 = 64
A2 = 92 = 81
Selanjutnya menghitung nilai Normalisasi. Hasil normalisasi berasal dari hasil Prioritas, hasil Kuadrat dan Bobot Nilai Karyawan. Adapun hasil dari normalisasi sebagai berikut.
Tabel 12. Matriks Normalisasi
Prioritas 0,5492 0,1352 0,1785 0,0754 0,0616
C1 C2 C3 C4 C5
A1 0,4046 0,3830 0,3679 0,4193 0,4295 A2 0,4551 0,4377 0,4205 0,4193 0,3758 A3 0,4551 0,4925 0,4205 0,4193 0,4295 A4 0,5057 0,5472 0,5256 0,5241 0,4831 A5 0,2023 0,1094 0,3679 0,3145 0,4295 A6 0,3540 0,3283 0,3154 0,3145 0,2684
Adapun rumus untuk perhitungan tabel matriks normalisasi diatas adalah sebagai berikut : Langkah 1 = 64 + 81 + 81 + 100 + 16 + 49 = 391
Langkah 2 = 2√𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐾𝑢𝑎𝑑𝑟𝑎𝑡 𝐾𝑜𝑙𝑜𝑚 𝐶1
= 2√391 = 19,77
Langkah 3 = 8/19,77 = 0,4046
Selanjutnya melakukan Normalisasi Terbobot, perkalian antara hasil Normalisasi dengan hasil Prioritas yang berada di perhitungan AHP sebelumnya. Normalisasi Terbobot didapatkan dari hasil perkalian Prioritas pada perhitungan AHP dan hasil Normalisasi pada tabel 12.
Sedangkan untuk nilai Max dan Min didapatkan dari nilai yang paling tinggi dan paling rendah dari Kolom C1 berdasarkan tabel 12. Nilai Max dan Min dari Kolom C1 adalah 0,2778 dan 0,1111. Dibawah ini merupakan tabel dari hasil perhitungan Normalisasi Terbobot sebagai berikut.
Tabel 12. Normalisasi Terbobot
C1 C2 C3 C4 C5
A1 0,2222 0,0518 0,0657 0,0316 0,0265 A2 0,2500 0,0592 0,0751 0,0316 0,0232 A3 0,2500 0,0666 0,0751 0,316 0,0265 A4 0,2778 0,0740 0,0938 0,0395 0,0298 A5 0,1111 0,0148 0,0657 0,0237 0,0265 A6 0,1944 0,0444 0,563 0,0237 0,0165 Max 0,2778 0,0740 0,938 0,0395 0,0298 Min 0,1111 0,0148 0,563 0,0237 0,0165 Dibawah ini rumus penjelasan tentang hasil Normalisasi Terbobot :
Rumus:
Baris A1 dengan Kolom C1 = 0,4046 x 0,5492 = 0,2222 Baris A2 dengan Kolom C1 = 0,4551 x 0,5492 = 0,2500
Selanjutnya menentukan Solusi Ideal dari hasil Normalisasi Terbobot. Apabila keterangan dalam kriteria yang akan digunakan dapat keuntungan maka termasuk ke dalam Benefit dan yang tidak menguntungkan termasuk ke dalam Cost. Hasil Baris Positif tabel 13 didapatkan dari nilai Max pada tabel 13, dimana nilai Baris Positif apabila keterangan kriteria yang digunakan adalah benefit maka nilai Positif akan diambil dari nilai Max sedangkan apabila nilai kriteria yang digunakan memiliki keterangan cost maka nilai Positif akan diambil dari nilai Min. Hasil dari Solusi Ideal dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 13. Solusi Ideal
Kriteria Benefit Benefit Benefit Benefit Benefit
C1 C2 C3 C4 C5
Positif 0,2778 0,0740 0,0938 0,0395 0,0298 Negatif 0,1111 0,0148 0,0563 0,0237 0,0165 Keterangan:
Jika kriteria dengan keterangan Benefit, maka nilai Positif akan diambil nilai Max dari Normalisasi Terbobot dan nilai Negatif akan diambil nilai Min. Sedangkan jika kriteria dengan keterangan Cost, maka nilai Positif akan diambil nilai Min dari Normalisasi Terbobot dan nilai Negatif akan diambil nilai Max.
Langkah selanjutnya mencari Matriks Solusi Ideal Positif. Matriks ini akan menggunakan nilai bobot dari tabel 12 dan tabel 13. Dibawah ini tabel dari hasil perhitungan Matriks Solusi Ideal Positif yaitu :
Tabel 14. Matriks Solusi Ideal Positif
C1 C2 C3 C4 C5
A1 0,0031 0,0005 0,0008 6E-05 1E-05 A2 0,0008 0,0002 0,0004 6E-05 4E-05 A3 0,0008 5E-05 0,0004 6E-05 1E-05
Noprida Arianto, Copyright ©2021, MIB, Page 1334 Dibawah ini penjelasan hasil dari Matriks Solusi Ideal Positif yang telah dilakukan :
Baris A1 dengan Kolom C1 = (0,2222 – 0,2778)2 = 0,0031 Baris A2 dengan Kolom C1 = (0,2500 – 0,2778)2 = 0,0008
Selanjutnya mencari Matriks Solusi Ideal Negatif. Hasil yang akan digunakan sama dengan langkah mencari Matriks Solusi Ideal Positif yaitu menggunakan nilai bobot dari tabel 12 dan tabel 13, namun bedanya matriks ini menggunakan nilai negatif dari hasil Solusi Ideal pada tabel 15. Dibawah ini hasil Matriks Solusi Ideal Negatif :
Tabel 15. Matriks Solusi Ideal Negatif
C1 C2 C3 C4 C5
A1 0,0123 0,0014 9E-05 6E-05 1E-05 A2 0,0193 0,002 0,0004 6E-05 4E-05 A3 0,0193 0,0027 0,0004 6E-05 1E-05 Dibawah ini penjelasan perhitungan hasil Mariks Solusi Ideal Negatif :
Baris A1 dengan Kolom C1 = (0,2222 – 0,1111)2 = 0,0123 Baris A2 dengan Kolom C1 = (0,2500 – 0,1111)2 = 0,0193
Dari Hasil Perhitungan diatas karyawan atas nama Fendi Romanto berada di rangking 1 dengan hasil perhitungan 1, rangking 2 atas nama Andrias, rangking 3 atas nama Andrean Herawan, rangking 4 atas nama Ade Kristianto, rangking 5 Ferdiawan Oki Lysyanto dan terakhir rangking 6 Fendy indriyanto. Dibawah ini tabel dari hasil akhir perhitungan AHP dan TOPSIS sebagai berikut:
Tabel 16. Hasil Akhir Positif Negatif Pref Rank A1 0,0667 0,1182 0,6393 4 A2 0,0381 0,1474 0,7947 3
A3 0,354 0,1499 0,8091 2
A4 0 0,182 1 1
A5 0,1798 0,0137 0,0706 6 A6 0,0983 0,0884 0,4737 5 3.1 Implementasi Program
Berikut merupakan tampilan dari hasil program yang telah berhasil.
Gambar 2. Halaman Login
Gambar diatas merupakan tampilan halaman untuk login, HRD dan Supervisor akan memasukkan username serta password yang telah diberikan sebelumnya. Tampilan ini untuk memulai aplikasi Sistem Pendukung Keputusan pada PT. Auto Mobil Prima.
Gambar 3. Halaman Utama Kriteria
Gambar diatas merupakan tampilan halaman utama kriteria, pada halaman ini terdapat kriteria-kriteria yang akan digunakan dalam penilaian kinerja mekanik. Pada halaman ini dapat menambah kriteria-kirteria baru yang akan digunakan nantinya.
4. KESIMPULAN
Dari hasil penelitian dengan menggunakan metode AHP dan TOPSIS ini dapat mengurangi permasalahan penilai kinerja mekanik yang sebelumnya masih menggunakan sistem mendapatkan rekomendasi dari beberapa orang untuk memberikan penilaian. Dari hasil pengujian sitem yang telah dilakukan menghasilkan karyawan atas nama Fendi Romanto berada di rangking 1 dengan hasil perhitungan 1, rangking 2 atas nama Andrias, rangking 3 atas nama Andrean Herawan, rangking 4 atas nama Ade Kristianto, rangking 5 Ferdiawan Oki Lysyanto dan terakhir rangking 6 Fendy indriyanto. Dengan adanya sistem pendukung keputusan ini dapat memberikan hasil yang efektif serta pengerjaannya yang tidak memperlukan waktu yang lama.
UCAPAN TERIMAKASIH
Terima kasih disampaikan kepada pihak-pihak yang telah mendukung terlaksananya penelitian ini. Untuk Bapak Muhammad Fadli selaku HRD (Human Resource Department) PT. Auto Mobil Prima Dealer Hino Sampit, karyawan-karyawan PT. Auto Mobil Prima Dealer Hino Sampit, teman-teman yang telah berpartisipasi dalam penelitian yang telah dilakukan ini.
REFERENCES
[1] E. Wahyuningsih, K. Akuntansi, and S. AKAKOM Jl Raya Janti, “Sistem Pendukung Keputusan Penilaian Kinerja Karyawan Menggunakan Metode Analytical Hierarchy Process (Ahp),” Semin. Ris. Teknol. Inf. tahun, pp. 378–387, 2016.
[2] A. K. Rahman and I. G. A. Suwartane, “Rancang Bangun Sistem Pendukung Keputusan Penilaian Karyawan Terbaik Dengan Metode Tehcnique for Order Preference By Similarity To Ideal Solution (Topsis) Berbasis Web,” J. IKRA-ITH Teknol., vol. 4, no. 1, 2020.
[3] A. Fauzi and T. Hidayatulloh, “Penilaian Kinerja Karyawan Pada PT. Telecom Visitama Menggunakan Metode Analytical Hierarchy Process,” Indones. J. Comput. Inf. Technol., vol. 2, no. 2, pp. 65–71, 2017.
[4] T. Setiady, D. Damiyana, and Y. Nurawan, “Sistem penunjang keputusan penilaian kinerja karyawan dalam pemilihan karyawan terbaik berbasis web di LP3I jakarta,” J. Sisfotek Glob., vol. 8, no. 1, pp. 87–92, 2018.
[5] Desyanti, “Menggunakan Metode Analiticy Hierarcy Process ( Ahp ),” J. Inovtek Polbeng, vol. 1, no. 1, pp. 43–48, 2016.
[6] A. E. Munthafa, H. Mubarok, J. Teknik, and I. Universitas, “PENERAPAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS DALAM SISTEM Kata Kunci : Analytical Hierarchy Process , Consistency Index , Mahasiswa Berprestasi . Keywords : Analytical Hierarchy Process , Consistency Index , Achievement Student b . Kelebihan dan Kelemaha,” J.
Siliwangi, vol. 3, no. 2, pp. 192–201, 2017.
[7] W. Setiyaningsih, Konsep Sistem Pendukung Keputusan, vol. 53, no. 9. 2015.
[8] T. Limbong et al., Sistem Pendukung Keputusan: Metode & Implementasi. Medan: Yayasan Kita Menulis, 2020.
[9] D. Gustian, A. Bahrum, and S. Saepudin, “Sistem keputusan penilaian kinerja karyawan dengan menggunakan metode analitical hierracy process,” J. TAM (Technology Accept. Model., vol. 9, no. 2, pp. 93–95, 2018.
[10] N. Y. Romario, D . Bachtiar, F .dan Setiawan, “Implementasi Sistem Penilaian Kinerja Karyawan Dengan Menggunakan Metode AHP-TOPSIS Untuk Rekomendasi Pemilihan Karyawan Tetap,” J. Pengemb. Teknol. Inf. dan Ilmu Komput., vol. 3, no. 4, pp. 3866–3873, 2019.
[11] T. Huseno, “Kineja Pegawai (Tinjauan dari Dimensi Kepemimpinan, Misi Organisasi, Budaya Organisasi dan Kepuasan Kerja).” p. 123, 2016.
[12] F. A. Nazilla, N. Santoso, and I. F. Rozi, “Pengembangan Sistem Informasi Penilaian Kinerja Karyawan Menggunakan Metode Ahp Dan Topsis,” J. Inform. Polinema, vol. 3, no. 4, p. 17, 2017.
[13] M. Hardianti, R. Hidayatullah, F. Pratiwi, and A. Hadiansa, “Sistem Penunjang Keputusan Penilaian Kinerja Pegawai Menggunakan Metode Analytical Hierarchy Process (Ahp),” I N F O R M a T I K a, vol. 9, no. 2, p. 70, 2017.
[14] A. Kusaeri, M. Hermansyah, and H. Bashori, “Analisis Pemilihan Supplier menggunakan Pendekatan Metode Analitychal Hierarchy Process di Pt. XX,” J. Knowl. Ind. Eng., vol. Vol. 3, no. 2, pp. 51–61, 2016.
[15] E. N. Sejati Purnomo, S. Widya Sihwi, and R. Anggrainingsih, “Analisis Perbandingan Menggunakan Metode AHP, TOPSIS, dan AHP-TOPSIS dalam Studi Kasus Sistem Pendukung Keputusan Penerimaan Siswa Program Akselerasi,”
J. Teknol. Inf. ITSmart, vol. 2, no. 1, p. 16, 2016.
[16] A. Suryana, E. Yulianto, and K. D. Pratama, “Perancangan Sistem Pendukung Keputusan Penilaian Prestasi Pegawai Menggunakan Metode Saw, Ahp, Dan Topsis,” J. Ilm. Teknol. Inf. Terap., vol. 3, no. 2, pp. 130–139, 2017.
[17] M. Marbun and B. Sinaga, Buku Ajar Sistem Pendukung Keputusan Penilaian Hasil Belajar | 1 STMIK Pelita Nusantara Medan, no. April. 2018.