SISTEM PENGAMBILAN KEPUTUSAN
Disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah : Manajemen Industri
Dosen Pengampu : Dr. phil. Ir. Muhamad Ali M.T., IPU., ASEAN Eng.
Disusun Oleh :
Raihan Thariq Aziz NIM: 21518241004 Bhagaskara Atha Adiasta NIM: 21518241005
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK MEKATRONIKA JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2024
A. Pengantar
Sistem pengambilan keputusan adalah kerangka kerja terstruktur, teratur, dan metodis yang diterapkan oleh seseorang atau organisasi untuk memilih tindakan terbaik dari beberapa alternatif yang tersedia. Ini adalah serangkaian langkah logis dan analitis untuk mengidentifikasi masalah, menemukan pilihan, dan memilih solusi yang paling efektif. Dalam sebuah organisasi, pengambilan keputusan merupakan fungsi penting yang mendasari berbagai masalah operasional, mulai dari strategi bisnis hingga operasional sehari-hari. Keputusan yang diambil oleh manajemen tentu saja akan mempengaruhi efisiensi dan produktivitas serta keberlanjutan dan pertumbuhan organisasi dalam jangka panjang.
Sistem pengambilan keputusan selanjutnya dapat dibagi menjadi dua jenis utama: sistem pengambilan keputusan berbasis intuisi dan sistem pengambilan keputusan berbasis analisis. Sistem berbasis intuisi didasarkan pada pengalaman dan pengetahuan individu, sedangkan sistem berbasis analisis menggunakan data dan metode ilmiah untuk memandu proses pengambilan keputusan. Di era digital saat ini, teknologi informasi memegang peranan penting dalam sistem pengambilan keputusan.
Penggunaan perangkat lunak dan sistem informasi berbasis komputer, seperti Sistem Pendukung Keputusan (DSS) dan Business Intelligence (BI), memberikan kesempatan kepada pengambil keputusan untuk mendapatkan akses terhadap informasi secara real-time, melanjutkan analisis yang kompleks, dan mensimulasikan berbagai skenario sebelumnya. untuk membuat keputusan akhir. Keuntungan utama dari sistem pengambilan keputusan terstruktur antara lain peningkatan akurasi, efisiensi, dan konsistensi dalam pengambilan keputusan. Hal ini mengurangi risiko kesalahan dan mengoptimalkan sumber daya, sehingga meningkatkan kinerja organisasi secara keseluruhan.
Dalam mengambil keputusan, situasi yang dihadapi manajer dapat bervariasi, mulai dari kondisi tertentu hingga kondisi yang sangat tidak pasti. Pendekatan rasional dalam proses pengambilan keputusan dimaksudkan untuk mengurangi ketidakpastian. Tahapan dan urutan dalam pendekatan ini adalah 1) meneliti situasi, 2) mengembangkan alternatif solusi, 3) mengevaluasi alternatif dan memilih yang terbaik, 4) implementasi, dan 5) tindak lanjut dari keputusan yang diambil dan evaluasi. Selain pendekatan rasional, terdapat juga beberapa model yang dapat digunakan dalam proses pengambilan keputusan. Model-model ini mencakup model administratif, heuristik, intuisi, eskalasi serta pengaruh politik dan etika. Penggunaan model ini adalah untuk membantu pemimpin dan manajer organisasi mengambil keputusan yang tidak selalu berdasarkan data rasional saja. Efektivitas pengambilan keputusan dapat ditingkatkan melalui peningkatan efektivitas individu dan kelompok. Pengambilan keputusan kelompok memiliki kelebihan dan kekurangan dibandingkan pengambilan keputusan individu.
Namun, tantangan dalam pengambilan keputusan tidak dapat diabaikan. Keberagaman data, dinamika pasar, dan faktor eksternal lainnya sering kali menambah kompleksitas proses pengambilan keputusan. Oleh karena itu, kemampuan untuk beradaptasi dan menggunakan alat yang tepat sangat penting untuk memastikan keputusan yang diambil adalah yang terbaik untuk situasi yang ada. Secara keseluruhan, sistem pengambilan keputusan adalah bagian penting dari manajemen modern, yang berfokus pada membantu organisasi mencapai tujuan mereka secara efektif dan efisien. Memahami dan menerapkan prinsip-prinsip dasar sistem pengambilan keputusan akan memastikan bahwa seseorang atau organisasi memiliki keputusan yang berkualitas, yang akan membantu mereka menjadi lebih sukses.
B. Masalah dan Kesempatan
Setiap organisasi, baik itu dunia usaha, pemerintahan, pendidikan, maupun bidang sosial, selalu dikelilingi oleh dua hal utama, yaitu masalah dan peluang. Kedua unsur ini merupakan bagian tak terpisahkan dari dinamika operasional sehari-hari dan secara signifikan mempengaruhi kesuksesan jangka panjang. Masalah mengacu pada situasi atau kondisi yang menghambat pencapaian tujuan organisasi. Permasalahan dapat
terjadi dalam berbagai bentuk, seperti penurunan kualitas produk, ketidakpuasan pelanggan, ketidakefisienan operasional, atau krisis keuangan.
Identifikasi masalah yang cepat dan akurat merupakan langkah penting dalam mendapatkan solusi efektif dan, karenanya, mencegah dampak negatif yang lebih besar. Manajemen masalah adalah serangkaian langkah sistematis, yang meliputi identifikasi masalah, analisis masalah, penentuan prioritas masalah, dan penyelesaian masalah. Peluang mengacu pada situasi atau kondisi yang menawarkan potensi manfaat atau kemajuan bagi organisasi. Peluang mungkin timbul dari perubahan pasar, perkembangan teknologi, tren konsumen baru, atau kombinasi strategis. Identifikasi dan pemanfaatan peluang yang tepat memerlukan ketelitian, kemampuan analisis yang baik, dan keberanian mengambil risiko yang terukur. Peluang yang dikelola dengan baik akan membawa inovasi, pertumbuhan, dan keunggulan kompetitif bagi organisasi.
Pendekatan terhadap masalah dan peluang memerlukan kombinasi pemikiran analitis dan kreatif. Organisasi yang sukses adalah organisasi yang mampu menangani masalah dengan cepat dan efisien, serta tetap waspada dan siap memanfaatkan setiap peluang yang muncul. Oleh karena itu, pemahaman dan pengelolaan yang tepat terhadap kedua elemen ini akan menjadi kunci mencapai kesuksesan jangka panjang dan berkelanjutan.
Permasalahan bersifat unik dan abstrak karena dapat terjadi setiap saat, dimana saja dan pada setiap orang atau lembaga. Padahal, suatu permasalahan yang dialami seseorang terkadang bukan menjadi masalah bagi orang lain, melainkan menjadi solusi atau peluang untuk mengembangkan solusi. Dilihat dari asal usulnya, permasalahan dapat muncul dari beberapa sumber antara lain:
1. Permasalahan dari diri sendiri
Masalah diri adalah hambatan atau hambatan yang dialami seseorang dari dalam dan menghalanginya mencapai tujuan pribadi atau profesional. Yaitu masalah-masalah yang muncul dari pikiran, perasaan, dan perilaku seseorang yang memerlukan introspeksi dan upaya untuk mengatasinya.
Bayangkan seseorang bernama Andi. Andi adalah seorang profesional yang sangat cakap, namun seringkali ia meragukan
kemampuannya. Kurangnya rasa percaya diri inilah yang membuat Andi sering menunda-nunda pekerjaan dan merasa cemas saat mengambil keputusan penting. Setiap kali ada kesempatan untuk maju atau menghadapi tantangan baru, Andi merasa takut gagal dan pada akhirnya lebih memilih bertahan di zona nyamannya. Alhasil, Andi kerap kehilangan peluang yang justru bisa meningkatkan kariernya.
Selain itu, Andi juga mempunyai kendala dalam mengatur waktunya.
Musuh terbesarnya adalah penundaan. Meskipun dia tahu tenggat waktu semakin dekat, dia menunda pekerjaan yang harus diselesaikan sampai jam kesebelas. Hal tersebut mengakibatkan dirinya bekerja dalam tekanan dan hasil kerjanya tidak maksimal. Stres dan frustasi kerap menghampirinya karena merasa tertinggal dan kewalahan dengan tumpukan tugas yang harus diselesaikan.
Tak hanya itu, Andi juga mengalami kesulitan komunikasi. Saat Andi berinteraksi dengan rekan kerja atau atasannya, ia kerap merasa canggung dan kesulitan mengutarakan pendapatnya secara jelas.
Ketidakmampuan berkomunikasi secara efektif membuat Andi sering merasa diabaikan dan tidak dihargai, sehingga menurunkan motivasinya untuk berkontribusi lebih jauh. Permasalahan seperti ini yang dihadapi Andi seringkali berdampak buruk terhadap kesehatan mental dan fisik. Stres yang terus-menerus akibat beban kerja dan perasaan tidak berdaya dapat menyebabkan masalah kesehatan seperti insomnia, sakit kepala, atau bahkan depresi. Andi merasa terjebak dalam lingkaran setan di mana masalah pribadi dan profesionalnya saling memperburuk.
Untuk mengatasi hal tersebut, Andi perlu sadar diri dan mencari solusi. Dia pertama-tama dapat mencoba membuat beberapa tujuan yang jelas dan realistis, membagi tugas-tugas besar menjadi bagian-bagian kecil dan lebih mudah dikelola, serta membuat jadwal harian yang lebih baik. Selain itu pelatihan atau workshop peningkatan keterampilan komunikasi dan manajemen waktu akan sangat bermanfaat. Andi juga harus belajar menerima kritik dan memanfaatkannya untuk keuntungan konstruktif. Ketakutan yang biasanya menghantui Andi dapat dikurangi dengan mengubah perspektif kegagalan dari sesuatu yang mengerikan menjadi sebuah kesempatan untuk belajar dan berkembang. Dengan bantuan mentoring
atau konseling, Andi juga harus dibimbing dan dimotivasi dari dalam, untuk mencapai semua itu.
Kunci utama menghadapi masalah diri sendiri adalah kesadaran diri dan kemauan untuk berubah. Setiap orang mempunyai potensi untuk mengembangkan dan mengatasi hambatan internalnya.
Dengan langkah yang tepat dan sikap positif, permasalahan yang ada dapat teratasi, sehingga individu seperti Andi dapat mencapai potensi maksimalnya sehingga mencapai kesuksesan hidup yang jauh lebih besar.
2. Permasalahan dari lingkungan
Hal ini membawa kita pada masalah lingkungan, yang merupakan pemicu stres atau hambatan eksternal yang berasal dari lingkungan di sekitar individu dan dapat mengganggu pencapaian tujuan baik dalam kehidupan pribadi maupun profesional. Hal ini dapat disebabkan oleh beberapa aspek permasalahan lingkungan hidup, seperti aspek sosial, ekonomi, fisik, dan budaya. Misalnya saja, seseorang dapat mengalami lingkungan kerja yang tidak sehat karena budaya perusahaan yang buruk atau rekan kerja yang tidak suportif, sebuah situasi yang akan membatasi produktivitas dan kesejahteraannya secara umum.
Faktor ekonomi seperti krisis keuangan atau pengangguran juga dapat menjadi sumber stres dan ketidakpastian yang mengganggu stabilitas kehidupan. Selain itu, kondisi fisik seperti polusi, bencana alam, atau infrastruktur yang buruk dapat menimbulkan bahaya kesehatan dan keselamatan. Tantangan budaya termasuk diskriminasi atau ketidakadilan dalam menikmati peluang dan hak yang seharusnya dimiliki dapat menjadi penghambat pencapaian. Untuk mengatasi permasalahan lingkungan tersebut, diperlukan strategi adaptasi yang efektif, dukungan masyarakat atau lembaga, dan kebijakan responsif dari pemerintah atau organisasi terkait. Faktor-faktor lingkungan ini dipahami dan dikelola oleh individu, sehingga dapat meningkatkan ketahanan dan kapasitas individu menuju pencapaian kesuksesan dan kesejahteraan.
3. Permasalahan dari proses atau teknik
Permasalahan dari proses/teknik merupakan hambatan atau batasan yang diakibatkan oleh jalannya kegiatan dalam proses pengerjaan atau pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Permasalahan tersebut dapat disebabkan oleh metode kerja yang tidak efektif, penggunaan teknologi yang ketinggalan zaman, standar operasional yang tidak jelas, atau kesalahan dalam pelaksanaan prosedur. Misalnya, sebuah perusahaan manufaktur mungkin mempunyai produksi yang rendah akibat proses produksi yang kompleks dan kacau sehingga membuang banyak waktu dan sumber daya.
Selain itu, penggunaan perangkat lunak yang tidak kompatibel atau pengoperasian yang rumit dapat mengurangi alur kerja dan juga menyebabkan kesalahan yang mahal. Pekerja yang tidak terlatih dan kurang diawasi dalam penggunaan teknik lain dapat menghasilkan kualitas dan konsistensi pekerjaan yang buruk. Untuk mengatasi masalah ini, kita perlu menilai metode kerja yang dilakukan dan memperbaruinya ke metode yang lebih efektif, dan meningkatkan standar operasional, menawarkan pelatihan dan pembaruan teknologi secara teratur, dll. Hal ini akan membantu proses kerja menjadi lebih lancar dan bermanfaat untuk mendapatkan keluaran berkualitas tinggi.
4. Fenomena lain
Masalah dari fenomena lain merupakan hambatan atau tantangan yang pada dasarnya disebabkan oleh kejadian atau kondisi eksternal yang tidak terduga dan berada di luar kendali orang dan organisasi. Hal ini dapat mencakup banyak hal, termasuk perubahan iklim, bencana alam, pandemi, dan perubahan kebijakan pemerintah di tingkat global. Misalnya, pandemi COVID-19 mengganggu sebagian besar aktivitas, menyebabkan banyak perusahaan menutup bisnisnya untuk sementara waktu, dan hal ini juga mengharuskan beberapa bisnis untuk menerapkan bekerja dari rumah situasi yang bahkan banyak perusahaan belum siap menghadapinya. Selain akibat perubahan iklim, bencana alam juga dapat berupa banjir, kebakaran hutan, dan badai yang mengganggu infrastruktur dan aktivitas perekonomian.
Perubahan global, seperti resesi atau krisis keuangan, juga dapat menciptakan ketidakpastian dan menghentikan investasi dan
pertumbuhan bisnis. Salah satunya adalah fakta bahwa hal tersebut memerlukan kemampuan beradaptasi dan fleksibilitas yang sangat tinggi serta strategi mitigasi risiko yang sangat baik. Untuk mengatasi hal ini, diperlukan solusi dan rencana manajemen risiko yang efektif.
Oleh karena itu, perencanaan dan penyiapan respons terhadap berbagai kemungkinan memerlukan pemantauan dan adaptasi berkelanjutan terhadap strategi yang dikembangkan oleh organisasi dan individu.
C. Pengambilan Keputusan 1. Definisi
Keputusan berasal dari proses memilih satu tindakan atau solusi dari beberapa alternatif yang tersedia dalam upaya mencapai tujuan atau memecahkan masalah tertentu. Keputusan dapat dibuat baik secara individu maupun kelompok baik dalam lingkungan pribadi maupun bisnis, pemerintahan, dan organisasi lainnya.
Suatu keputusan melibatkan situasi dengan beberapa pilihan dan alternatif pilihan. Tujuan harus dicapai atau masalah diselesaikan. Ini merupakan hasil proses berpikir yang di dalamnya terdapat pengumpulan informasi, analisis, dan evaluasi terhadap pilihan-pilihan yang ada. Keputusan menghasilkan tindakan karena pilihan yang diambil. Definisi sederhana dari keputusan adalah pilihan yang dibuat dari beberapa pilihan lain yang sudah ada untuk mencapai hasil yang diinginkan.
a. Ralph C. Davis (Hasan, 2004)
Menurut Ralph C. Davis, seperti yang dikutip oleh Hasan (2004), keputusan adalah suatu hasil khusus dari pemecahan suatu masalah dengan memilih salah satu dari sejumlah alternatif yang mungkin.
Oleh karena itu, landasan suatu keputusan merupakan hasil akhir dari suatu proses pemecahan masalah, yang melibatkan pemilihan beberapa alternatif yang tersedia. Oleh karena itu, keputusan adalah tindakan memilih satu pilihan dari beberapa pilihan menuju solusi suatu masalah atau tujuan. Oleh karena itu, prosesnya melibatkan analisis dan evaluasi alternatif sebelum mencapai keputusan akhir.
b. Mary Follet
Menurut Mary Parker Follett menyatakan bahwa memandang keputusan sebagai proses pengambilan pilihan terhadap salah satu alternatif diantara alternatif-alternatif yang tersedia sehingga tindakan dapat diarahkan menuju tujuan. Mary Follett menekankan bahwa kerja sama dan integrasi pandangan yang berbeda diperlukan, karena keputusan merupakan bagian penting dari fungsi manajerial dan keputusan tersebut perlu diambil jika ingin mencapai hasil yang efektif dan efisien.
Follett juga menegaskan bahwa pengambilan keputusan melibatkan seluruh kelompok yang berkepentingan, sehingga setiap keputusan yang diambil akan diterima dan didukung oleh masing-masing pihak yang berpartisipasi. Oleh karena itu, hal ini menunjukkan bahwa partisipasi dan kolaborasi dalam pengambilan keputusan sangatlah penting. Secara précis, menurut Mary Follett, keputusan adalah tindakan memilih satu pilihan dari beberapa alternatif yang ada, mengarahkan tindakan ke arah tertentu.
c. Ahli lainnya
Menurut Herbert A. Simon, keputusan merupakan hasil proses administratif yang meliputi pemahaman terhadap masalah, pengembangan alternatif, penilaian alternatif, dan pemilihan alternatif terbaik. Simon memperkenalkan konsep keputusan sebagai bagian integral dari proses manajerial dan menguraikan relevansi setiap tahapan dalam keseluruhan proses pengambilan keputusan. George R. Terry mengatakan bahwa suatu keputusan mengandung arti pemilihan suatu alternatif perilaku dari dua atau lebih alternatif yang ada. Terry menggarisbawahi bahwa keputusan adalah pilihan dari beberapa pilihan yang ada untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Definisi-definisi tersebut mencerminkan bahwa proses pengambilan keputusan bersifat rumit dan memerlukan pemilihan dari beberapa alternatif dengan tujuan menyelesaikan suatu masalah atau mencapai tujuan tertentu. Proses pengambilan keputusan seringkali memerlukan analisis dan evaluasi yang mendalam.
2. Tipe Keputusan
Dalam bidang manajemen dan kehidupan sehari-hari, antara lain bentuk kategorisasi pengambilan keputusan, ada beberapa yang ditinjau dari tingkat kepentingan, kompleksitas, dan jangka waktu. Keputusan strategis, misalnya, yang mencakup keputusan mengenai arah jangka panjang, pencapaian besar, dan keberhasilan organisasi, merupakan hal yang sangat umum, seperti dalam kasus ekspansi ke pasar baru atau pengembangan produk. Ini biasanya diprogram dan dibuat oleh manajer tingkat atas, yang menganalisisnya dengan cermat sebelum dioperasionalkan.
Herbert A. Simon, seorang ahli dalam bidang manajemen dan pengambilan keputusan, mengklasifikasikan keputusan menjadi dua jenis yaitu keputusan terprogram (programmed decisions) dan keputusan tidak terprogram (non-programmed decisions). Keputusan terprogram adalah keputusan yang bersifat berulang dan seringkali dapat diprediksi, sedangkan keputusan non-program bersifat unik dan memerlukan solusi khusus. Berdasarkan pemahaman tentang jenis- jenis keputusan inilah para manajer dan individu dapat memilih prosedur pengambilan keputusan yang tepat, mengingat konteks dan urgensi pilihan tersebut.
a. Keputusan terprogram
Keputusan terprogram adalah keputusan yang pada dasarnya bersifat rutin, berulang, dan sering kali memungkinkan terjadinya antisipasi. Dalam pengertian ini, keputusan terprogram adalah keputusan yang pedoman, aturan, atau prosedur standar pengambilan keputusannya sudah ada. Ciri khas dari keputusan terprogram adalah bahwa situasi atau permasalahan yang sedang dipertimbangkan akan mempunyai pola yang dapat diprediksi dan telah terjadi sebelumnya, sehingga solusi yang diperlukan dapat dilaksanakan secara konsisten. Contohnya mencakup proses operasional sehari-hari seperti menyetujui cuti karyawan, mengisi kembali rak-rak toko, atau menangani keluhan umum pelanggan.
Oleh karena itu, karena pada saat ini keputusan-keputusan tersebut sudah terprogram dan terstruktur, keputusan-keputusan ini sebagian besar dapat diotomatisasi atau diatur dengan cukup jelas
melalui aturan-aturan yang telah ditentukan sebelumnya. Dengan demikian, organisasi menghemat waktu dan tenaga untuk pengambilan keputusan yang berulang dan memiliki kesempatan untuk mendapatkan lebih banyak waktu untuk isu-isu yang tidak biasa dan kompleks.
b. Keputusan tidak terprogram
Keputusan tidak terprogram merupakan jenis keputusan yang biasanya bersifat unik, tidak rutin, dan seringkali disertai dengan situasi atau permasalahan yang kompleks dan tidak dapat diprediksi. Dalam hal ini, permasalahan tersebut tidak diselesaikan dengan prosedur atau aturan standar apa pun. Karakteristik dasar dari keputusan tidak terprogram adalah bahwa keputusan tersebut termasuk dalam kondisi baru atau tidak biasa yang memerlukan pertimbangan nilai yang besar, kreativitas, dan pemikiran strategis.
Beberapa contoh paling umum adalah keputusan strategis, seperti membuat pilihan mengenai strategi memasuki pasar, menyelesaikan krisis di perusahaan, atau merancang produk inovatif. Hal ini dilakukan dalam banyak kasus hanya setelah analisis dan penelitian mendalam serta konsultasi dengan pihak- pihak yang berkepentingan. Karena adanya representasi situasi yang unik dan kompleks dalam keputusan-keputusan yang tidak terprogram, keputusan-keputusan tersebut sering kali harus dirujuk ke manajemen tingkat atas dan mungkin juga mengandung risiko.
Oleh karena itu, mereka memerlukan tingkat fleksibilitas manajerial dan pemikiran kreatif yang lebih tinggi dalam menangani ketidakpastian dibandingkan keputusan terprogram.
3. Kepastian, Risiko, dan Ketidakpastian
Kondisi penting yang menentukan pilihan pendekatan dalam pengambilan keputusan antara lain kepastian, risiko, dan ketidakpastian. Kepastian terjadi ketika semua informasi yang dibutuhkan telah diperoleh dan dapat diandalkan, sehingga pengambil keputusan dapat memprediksi hasil setiap alternatif yang tersedia dengan pasti. Misalnya, pembelian obligasi pemerintah dengan tingkat bunga tertentu memberikan kepastian berdasarkan hasil investasi.
Risiko terjadi ketika pengambil keputusan menyadari berbagai kemungkinan hasil dari setiap alternatif, namun sifat pasti dari hasil tersebut masih belum pasti. Dalam hal ini, probabilitas dan statistik akan memainkan peran penting dalam pengelolaan dan pengukuran risiko, misalnya dalam investasi pasar saham dimana pemilik restoran dapat menganalisis volatilitas dan peluang memperoleh keuntungan atau kerugian.
Ketidakpastian merupakan suatu kondisi dimana pengambil keputusan hampir tidak mempunyai informasi, sehingga kondisi ini membuat prediksi menjadi sulit. Biasanya pengambilan keputusan dalam kondisi ketidakpastian dilakukan melalui intuisi, pengalaman, atau dugaan, tanpa didukung data yang cukup. Misalnya, memulai bisnis di pasar baru yang belum teruji tanpa data historis atau pengetahuan tentang pasar tersebut. Semua ini membuat keputusan menjadi tidak pasti. Oleh karena itu, pengetahuan tentang perbedaan yang ada antara kepastian, risiko, dan ketidakpastian dapat membantu pengambil keputusan memilih pendekatan yang tepat dan mengembangkan strategi yang lebih mudah beradaptasi dalam berbagai situasi ketidakpastian.
4. Pendekatan Rasional dalam Pengambilan Keputusan
Pendekatan rasional dalam pengambilan keputusan adalah metode yang menitikberatkan pada analisis dan evaluasi informasi yang ada secara objektif dan terstruktur. Dalam pendekatan ini, keputusan diambil berdasarkan data dan fakta yang relevan, serta melalui analisis yang logis dan sistematis. Pendekatan rasional membantu individu menghindari keputusan yang didasarkan pada emosi, bias, atau spekulasi, sehingga memungkinkan mereka membuat keputusan yang lebih efektif dan efisien. Pendekatan rasional juga membantu individu mengidentifikasi dan menghindari keputusan yang terpengaruh oleh emosi atau bias. Dalam situasi kompleks, emosi dan bias dapat mempengaruhi hasil keputusan. Oleh karena itu, dengan menggunakan pendekatan rasional, individu dapat memastikan keputusan yang diambil lebih sesuai dengan tujuan dan sasaran yang ingin dicapai.
Selain itu, pendekatan rasional memungkinkan individu untuk mengidentifikasi dan mengantisipasi risiko yang mungkin terkait dengan setiap alternatif keputusan. Dengan cara ini, individu dapat
membuat keputusan yang lebih efektif dan efisien serta menghindari risiko yang tidak diinginkan, meningkatkan kualitas keputusan yang diambil. Pendekatan rasional dalam pengambilan keputusan juga memungkinkan individu untuk mengintegrasikan berbagai perspektif dan sudut pandang dalam proses pengambilan keputusan. Hal ini memungkinkan keputusan yang diambil lebih komprehensif dan sesuai dengan tujuan serta sasaran yang diinginkan. Berikut adalah penjelasan lengkap dari setiap langkah tersebut:
a. Meneliti Situasi
Langkah pertama dalam pendekatan rasional yaitu meneliti situasi.
Langkah ini bertujuan untuk memahami masalah atau situasi yang dihadapi secara menyeluruh sebelum melanjutkan ke tahap pengembangan solusi. Pertama, identifikasi masalah dilakukan dengan mengamati gejala yang tampak dan menelusuri penyebab utama dari masalah tersebut, serta menyusun pernyataan masalah yang jelas dan spesifik. Selanjutnya, pengumpulan informasi yang relevan dilakukan, termasuk data kuantitatif seperti statistik dan laporan keuangan, serta data kualitatif seperti wawancara dan observasi. Sumber informasi yang digunakan bisa beragam, mulai dari laporan internal hingga penelitian akademis dan data pihak ketiga.
Analisis konteks meliputi pemeriksaan faktor-faktor internal organisasi seperti struktur dan budaya perusahaan, serta faktor- faktor eksternal seperti kondisi pasar dan persaingan. Identifikasi faktor penyebab masalah dilakukan dengan alat analisis seperti diagram sebab-akibat dan teknik "5 Why" untuk menggali akar penyebab masalah. Terakhir, evaluasi informasi dan situasi dilakukan dengan mensintesiskan data yang telah dikumpulkan, mengidentifikasi kesenjangan informasi, dan menyusun kesimpulan awal tentang situasi yang dihadapi. Dengan penelitian situasi yang mendalam dan komprehensif, pengambil keputusan dapat memastikan bahwa mereka memiliki pemahaman yang lengkap dan akurat tentang masalah yang dihadapi, yang menjadi dasar untuk mengembangkan alternatif solusi yang efektif.
b. Mengembangkan Alternatif Pemecahan
Setelah masalah teridentifikasi dan dianalisis, langkah selanjutnya adalah mengembangkan berbagai alternatif pemecahan masalah.
Mengembangkan alternatif pemecahan adalah langkah penting dalam pendekatan rasional untuk pengambilan keputusan, di mana tujuan utamanya adalah menghasilkan berbagai opsi solusi yang memungkinkan untuk memecahkan masalah yang telah diidentifikasi. Proses ini dimulai dengan brainstorming, yang melibatkan pemikiran kreatif dan inovatif dari berbagai pihak untuk menghasilkan sebanyak mungkin ide solusi tanpa terlebih dahulu menilai kelayakannya. Ini memungkinkan terciptanya berbagai opsi yang luas, termasuk solusi yang mungkin tidak konvensional.
Selanjutnya, setiap ide yang dihasilkan perlu disaring dan dipertimbangkan lebih lanjut berdasarkan relevansi dan potensi efektivitasnya. Pada tahap ini, konsultasi dengan para ahli dan penggunaan studi kasus dari situasi serupa dapat sangat berguna untuk menambah wawasan dan validitas alternatif yang dikembangkan. Penyaringan alternatif ini melibatkan penilaian awal terhadap kelayakan teknis, biaya, manfaat potensial, dan risiko terkait masing-masing solusi. Dengan demikian, langkah ini tidak hanya memperkaya pilihan yang tersedia bagi pengambil keputusan, tetapi juga memastikan bahwa setiap alternatif yang dipertimbangkan memiliki dasar logis dan faktual yang kuat untuk dianalisis lebih lanjut pada tahap berikutnya.
c. Menganalisis Alternatif
Langkah ketiga dalam pendekatan rasional adalah menganalisis alternatif-alternatif yang telah dikembangkan. Menganalisis alternatif adalah tahap krusial dalam pendekatan rasional untuk pengambilan keputusan, di mana setiap opsi solusi yang telah dikembangkan dievaluasi secara menyeluruh untuk menentukan yang paling efektif dan efisien. Proses ini melibatkan penetapan kriteria evaluasi yang jelas, seperti biaya, manfaat, risiko, dan dampak jangka panjang. Setiap alternatif dianalisis menggunakan metode kuantitatif dan kualitatif; analisis biaya-manfaat (cost- benefit analysis) memberikan gambaran numerik tentang
keuntungan dan biaya terkait, sementara analisis SWOT (Strengths, Weaknesses, Opportunities, Threats) membantu memahami kekuatan dan kelemahan internal serta peluang dan ancaman eksternal dari masing-masing alternatif.
Selain itu, simulasi atau model pengambilan keputusan dapat digunakan untuk memprediksi hasil potensial dari berbagai alternatif dalam kondisi yang berbeda. Proses ini juga melibatkan perbandingan antar alternatif berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan, untuk memastikan bahwa pilihan yang diambil memberikan nilai terbaik dan sesuai dengan tujuan organisasi.
Dengan menganalisis alternatif secara komprehensif, pengambil keputusan dapat mengidentifikasi solusi yang tidak hanya paling menguntungkan secara ekonomis tetapi juga paling sesuai dengan kebutuhan strategis dan operasional, sehingga mengurangi risiko kesalahan dan meningkatkan kemungkinan keberhasilan implementasi.
d. Implementasi
Langkah keempat dalam pendekatan rasional adalah Implementasi.
Implementasi adalah langkah kritis dalam pendekatan rasional untuk pengambilan keputusan, di mana keputusan yang telah dipilih dieksekusi melalui rencana yang terstruktur dan terperinci.
Tahap ini dimulai dengan penyusunan rencana implementasi yang mencakup jadwal, anggaran, dan alokasi sumber daya yang diperlukan. Rencana ini harus mendetail, mencakup langkah- langkah spesifik yang harus diambil, siapa yang bertanggung jawab atas setiap tugas, dan tenggat waktu untuk setiap aktivitas.
Komunikasi yang efektif sangat penting selama tahap ini; semua pihak yang terlibat harus diberi tahu tentang rencana, tujuan, dan peran mereka dalam pelaksanaan. Selain itu, koordinasi yang baik antara tim dan departemen diperlukan untuk memastikan bahwa semua aspek implementasi berjalan sesuai rencana.
Monitoring secara terus-menerus juga diperlukan untuk memeriksa kemajuan, mengidentifikasi masalah atau hambatan yang muncul, dan melakukan penyesuaian jika diperlukan.
Penggunaan alat manajemen proyek dan sistem pelaporan dapat
membantu dalam memantau kemajuan dan memastikan bahwa semua tindakan yang diperlukan diambil tepat waktu. Akhirnya, keterlibatan manajemen dalam memberikan dukungan dan sumber daya yang diperlukan sangat penting untuk memastikan bahwa implementasi berjalan lancar dan mencapai hasil yang diinginkan.
Dengan perencanaan yang matang dan eksekusi yang terkoordinasi, tahap implementasi dapat mengubah keputusan yang direncanakan menjadi tindakan nyata yang menghasilkan perubahan positif dan pencapaian tujuan organisasi.
e. Follow up dan Evaluasi
Follow up dan evaluasi adalah tahap akhir dalam pendekatan rasional untuk pengambilan keputusan, yang bertujuan untuk memastikan bahwa implementasi berjalan sesuai rencana dan mencapai hasil yang diharapkan. Proses ini dimulai dengan monitoring berkelanjutan terhadap pelaksanaan keputusan, di mana kemajuan proyek dipantau secara teratur untuk mengidentifikasi penyimpangan atau masalah yang mungkin timbul. Monitoring ini melibatkan pengumpulan data kinerja, pelaporan rutin, dan pertemuan evaluasi untuk membahas perkembangan. Setelah implementasi selesai, evaluasi komprehensif dilakukan untuk menilai efektivitas dan efisiensi keputusan yang telah diambil. Ini melibatkan analisis terhadap hasil yang dicapai dibandingkan dengan tujuan yang ditetapkan, mengidentifikasi pencapaian dan area yang memerlukan perbaikan. Teknik evaluasi seperti audit, survei kepuasan, dan analisis data digunakan untuk mendapatkan gambaran yang mendalam tentang kinerja.
Selain itu, evaluasi juga melibatkan identifikasi dan dokumentasi pelajaran yang dipetik selama proses implementasi, yang berguna untuk pengambilan keputusan di masa depan. Jika ditemukan kekurangan atau masalah, tindakan korektif dapat diambil untuk mengatasi isu tersebut dan meningkatkan hasil.
Follow up dan evaluasi memastikan bahwa keputusan tidak hanya diimplementasikan tetapi juga diawasi dan dinilai secara kritis, memungkinkan organisasi untuk belajar dan berkembang dari setiap pengalaman pengambilan keputusan.
5. Alternatif Pendekatan Rasional
Pendekatan rasional dalam pengambilan keputusan adalah proses yang terstruktur dan logis yang mengutamakan analisis dan evaluasi objektif dari informasi yang tersedia. Namun, ada beberapa alternatif pendekatan yang dapat digunakan dalam mengambil keputusan, tergantung pada situasi dan preferensi individu atau organisasi.
a. Model Administratif
Model administratif merupakan salah satu pendekatan dalam pengambilan keputusan yang menekankan pada penggunaan prosedur dan kebijakan yang telah ditetapkan sebelumnya dalam suatu organisasi. Pendekatan ini didasarkan pada ide bahwa keputusan yang diambil harus sesuai dengan aturan dan prosedur yang telah ditetapkan sebelumnya, sehingga memastikan konsistensi dan kepatuhan terhadap standar yang ada. Dalam konteks organisasi besar atau kompleks, model administratif menjadi alat yang efektif untuk memastikan bahwa keputusan diambil dengan efisiensi dan akurasi yang tinggi, serta untuk meminimalkan risiko kesalahan atau pelanggaran. Prosesnya melibatkan peninjauan dan penerapan kebijakan yang relevan, pembentukan tim atau komite yang bertanggung jawab untuk mengawasi implementasi keputusan, dan pelaporan berkala untuk memantau kepatuhan terhadap aturan yang ada.
Meskipun model administratif dapat memastikan konsistensi dalam pengambilan keputusan, pendekatan ini juga dapat menyebabkan keputusan yang kurang fleksibel atau kurang responsif terhadap perubahan yang mungkin terjadi di lingkungan organisasi. Oleh karena itu, sementara model administratif efektif dalam memastikan ketaatan terhadap prosedur dan kebijakan yang ada, organisasi juga perlu mempertimbangkan fleksibilitas dan adaptabilitas dalam menghadapi tantangan dan perubahan yang terjadi.
b. Heuristik
Heuristik merupakan pendekatan dalam pengambilan keputusan yang didasarkan pada penggunaan aturan praktis atau aturan jempol untuk membuat keputusan dengan cepat dalam situasi di mana waktu dan sumber daya terbatas atau informasi yang tersedia terbatas. Pendekatan ini memungkinkan pengambil keputusan untuk mengatasi kompleksitas dan ketidakpastian dengan menggunakan prinsip-prinsip umum atau pengalaman sebelumnya.
Salah satu contoh heuristik yang umum adalah Prinsip Pareto, yang menyatakan bahwa sebagian besar hasil seringkali berasal dari sebagian kecil upaya yang dilakukan. Heuristik juga bisa berupa aturan praktis seperti "follow the leader" atau mengikuti keputusan yang diambil oleh orang lain yang dianggap memiliki otoritas atau pengalaman yang relevan.
Meskipun heuristik dapat menjadi alat yang berguna dalam situasi yang memerlukan keputusan cepat, pendekatan ini juga memiliki kelemahan. Penggunaan heuristik seringkali menyebabkan adanya bias kognitif, di mana keputusan dibuat berdasarkan asumsi atau generalisasi yang tidak selalu akurat.
Selain itu, heuristik dapat membatasi kemampuan seseorang untuk mengeksplorasi opsi yang lebih luas atau mempertimbangkan informasi yang lebih rinci dan relevan. Akibatnya, keputusan yang diambil berdasarkan heuristik dapat kurang tepat atau kurang optimal dibandingkan dengan keputusan yang dibuat melalui analisis yang lebih mendalam dan terperinci. Meskipun demikian, heuristik tetap menjadi alat yang berguna dalam pengambilan keputusan, terutama dalam situasi di mana keputusan harus diambil dengan cepat atau dalam konteks yang kompleks dan tidak pasti.
Namun, penting bagi pengambil keputusan untuk menyadari keterbatasan heuristik dan mempertimbangkan baik keuntungan maupun risiko yang terkait dengan penggunaannya dalam situasi tertentu. Dengan demikian, penggunaan heuristik dapat menjadi tambahan yang berharga dalam repertoar pengambil keputusan, asalkan digunakan dengan bijak dan disertai dengan pemahaman yang mendalam tentang situasi yang dihadapi.
c. Intuisi dan Eskalasi Komitmen
Intuisi dalam pengambilan keputusan mengacu pada kemampuan individu untuk membuat keputusan berdasarkan pada perasaan atau insting, tanpa melibatkan analisis yang mendalam atau pemikiran rasional yang terstruktur. Pendekatan ini mengandalkan pengalaman, pengetahuan yang tersimpan di bawah sadar, dan pemahaman yang tidak dapat dijelaskan secara logis. Intuisi sering kali muncul secara spontan dan dapat memberikan solusi yang cepat dalam situasi yang kompleks atau tidak pasti, di mana informasi yang tersedia terbatas atau tidak lengkap.
Meskipun intuisi dapat menjadi alat yang efektif dalam pengambilan keputusan, namun ada risiko eskalasi komitmen yang terkait dengannya. Eskalasi komitmen terjadi ketika seseorang terus menerus mempertahankan atau meningkatkan investasi mereka pada keputusan yang sudah diambil, meskipun bukti baru menunjukkan bahwa keputusan tersebut salah atau tidak efektif.
Hal ini bisa disebabkan oleh faktor-faktor psikologis seperti ketidakmampuan untuk menerima kegagalan, kebanggaan diri, atau kebutuhan untuk mempertahankan konsistensi dan integritas pribadi. Pengambilan keputusan berbasis intuisi dan eskalasi komitmen memiliki kelebihan dan kelemahan masing-masing.
Intuisi dapat menghasilkan solusi cepat dalam situasi yang memerlukan kecepatan tindakan atau di mana informasi yang terbatas, sementara eskalasi komitmen memungkinkan seseorang untuk tetap fokus dan bertekad dalam menghadapi rintangan.
Namun, penting bagi pengambil keputusan untuk memahami bahwa intuisi tidak selalu dapat diandalkan dan bisa dipengaruhi oleh bias atau emosi, sementara eskalasi komitmen dapat mengakibatkan pemborosan sumber daya atau keputusan yang tidak rasional. Oleh karena itu, dalam menggunakan intuisi sebagai panduan dalam pengambilan keputusan, penting untuk selalu melakukan evaluasi kritis terhadap keputusan yang diambil dan terbuka terhadap perubahan jika diperlukan.
d. Pengaruh Politik dan Etika
Pengaruh politik dan etika memainkan peran penting dalam proses pengambilan keputusan di berbagai konteks, termasuk dalam
organisasi, pemerintahan, dan masyarakat. Aspek politik mencakup dinamika kekuasaan, persaingan kepentingan, dan interaksi antara individu atau kelompok dalam lingkungan organisasi atau politik.
Dalam konteks pengambilan keputusan organisasi, politik bisa memengaruhi prioritas, alokasi sumber daya, dan strategi yang diambil. Pemimpin atau anggota organisasi mungkin menggunakan pengaruh politik mereka untuk mempromosikan agenda pribadi atau kelompok, atau untuk memperjuangkan kepentingan tertentu.
Oleh karena itu, pengaruh politik dapat memengaruhi proses pengambilan keputusan dengan mengubah dinamika keputusan, mempengaruhi proses seleksi alternatif, atau memengaruhi konsensus yang tercapai.
Di sisi lain, aspek etika dalam pengambilan keputusan menekankan pada pertimbangan moral, prinsip, dan nilai-nilai yang relevan dalam membuat keputusan. Etika mempertimbangkan konsekuensi dan dampak dari keputusan terhadap berbagai pihak yang terlibat, serta mempertimbangkan prinsip-prinsip moral yang mendasarinya. Dalam konteks organisasi, pertimbangan etika bisa mencakup masalah seperti keadilan, kejujuran, tanggung jawab sosial perusahaan, dan integritas. Penting bagi organisasi untuk memastikan bahwa keputusan yang diambil sesuai dengan standar etika yang diterima secara luas dan tidak bertentangan dengan nilai- nilai inti yang dianut oleh organisasi tersebut. Pengaruh politik dan etika dapat saling berinteraksi dalam pengambilan keputusan.
Misalnya, keputusan yang didasarkan pada pertimbangan politik mungkin bertentangan dengan prinsip-prinsip etika yang dianut oleh organisasi, atau sebaliknya. Oleh karena itu, penting bagi pengambil keputusan untuk mempertimbangkan kedua aspek ini secara seimbang dan memastikan bahwa keputusan yang diambil tidak hanya mempertimbangkan kepentingan politik atau keuntungan pribadi, tetapi juga mematuhi standar etika yang relevan. Dengan demikian, pengaruh politik dan etika dalam pengambilan keputusan dapat membentuk arah dan karakter keputusan organisasi, serta memastikan bahwa keputusan tersebut diambil dengan memperhatikan implikasi moral dan sosial yang lebih luas.
6. Efektivitas Pengambilan Keputusan
Efektivitas dalam pengambilan keputusan adalah gagasan yang berkaitan dengan kemampuan individu atau entitas organisasi untuk membuat keputusan yang akurat dan berhasil mencapai tujuan yang diinginkan. Dalam konteks pengambilan keputusan, terbuka terhadap informasi yang relevan dan pemahaman situasi yang berkembang menjadi elemen penting. Selain itu, kemampuan untuk berempati juga menjadi faktor krusial, karena menghargai sudut pandang orang lain dalam proses pengambilan keputusan dapat meningkatkan pencapaian tujuan secara efektif. Menyertakan sikap yang mendukung dan positif juga merupakan elemen yang esensial, karena memberikan dorongan dan motivasi pada tim dapat mempercepat pencapaian tujuan yang ditetapkan.
Prinsip kesetaraan dan penerimaan juga memiliki peran yang signifikan, karena memberikan kesempatan yang sama kepada semua pihak dalam proses pengambilan keputusan dan menghargai kontribusi individu dapat mempromosikan pencapaian tujuan secara efektif.
Kualitas keputusan sendiri memegang peranan penting, karena keputusan yang tepat dan efektif menjadi kunci dalam meraih tujuan.
Di samping itu, keterampilan kuantitatif, kreativitas, pengalaman, gaya pengambilan keputusan, dan prinsip etika turut berperan dalam memastikan pengambilan keputusan yang efektif. Kemampuan untuk mengumpulkan dan menganalisis data yang relevan, berpikir secara kreatif, memiliki pengalaman yang memadai, menyesuaikan gaya pengambilan keputusan, dan bertindak sesuai dengan prinsip etika menjadi bagian integral dari proses pengambilan keputusan yang berhasil.
a. Pengambilan Keputusan Tingkat Individual
Pada tingkat individual, efektivitas dalam pengambilan keputusan mencerminkan kemampuan seseorang untuk membuat keputusan yang baik, tepat, dan sesuai dengan tujuan yang diinginkan. Hal ini tergantung pada beberapa faktor dan keterampilan yang dimiliki individu. Pertama, individu yang efektif dalam pengambilan keputusan cenderung memiliki kemampuan untuk mengumpulkan
informasi secara efisien dan relevan. Mereka mampu mengevaluasi data dan fakta yang ada dengan cermat untuk memahami situasi yang dihadapi. Selain itu, individu yang efektif dalam pengambilan keputusan biasanya memiliki keterampilan analitis yang baik.
Mereka mampu menganalisis informasi dengan logis dan rasional, mengidentifikasi alternatif yang memungkinkan, serta mengevaluasi konsekuensi dari setiap alternatif dengan cermat.
Kemampuan untuk mengelola risiko juga menjadi faktor penting.
Individu yang efektif dalam pengambilan keputusan mampu mengidentifikasi risiko-risiko yang terkait dengan setiap alternatif keputusan dan mengembangkan strategi untuk mengurangi atau mengatasi risiko tersebut.
Selain itu, aspek keterampilan interpersonal juga berperan penting. Kemampuan untuk berkomunikasi dengan baik, bekerja sama dengan orang lain, dan mengelola konflik dapat memengaruhi kemampuan individu untuk membuat keputusan yang efektif, terutama dalam konteks kerja tim atau situasi sosial yang kompleks.
Terakhir, pentingnya memiliki keterampilan pengelolaan waktu dan kemampuan untuk mengelola stres dan tekanan juga tidak boleh diabaikan. Individu yang mampu mengelola waktu mereka dengan baik dan tetap tenang dalam situasi yang menekan cenderung membuat keputusan yang lebih baik dan lebih efektif.
Dengan menggabungkan semua keterampilan dan atribut ini, individu dapat meningkatkan kemampuan mereka dalam pengambilan keputusan pada tingkat individual.
b. Pengambilan Keputusan Tingkat Kelompok
Pada tingkat kelompok, efektivitas dalam pengambilan keputusan melibatkan kemampuan anggota kelompok untuk berkolaborasi, berkomunikasi, dan mencapai konsensus dalam membuat keputusan bersama. Beberapa faktor yang mempengaruhi efektivitas pengambilan keputusan kelompok. Pertama, kemampuan untuk berkolaborasi. Kelompok yang efektif dalam pengambilan keputusan dapat bekerja secara sinergis, dengan masing-masing anggota kelompok memberikan kontribusi yang berharga dan saling mendukung untuk mencapai tujuan bersama.
Ini melibatkan pembagian tugas dan tanggung jawab yang jelas, serta pengakuan terhadap keahlian dan perspektif unik yang dimiliki setiap anggota kelompok. Kedua, kemampuan untuk berkomunikasi dengan baik. Komunikasi yang efektif antara anggota kelompok memungkinkan pertukaran ide, pemahaman yang mendalam tentang masalah yang dihadapi, dan resolusi konflik secara konstruktif. Hal ini dapat mencakup pertemuan reguler, diskusi terbuka, dan penggunaan teknologi komunikasi yang efisien.
Selain itu, penting untuk memiliki pemimpin atau fasilitator yang efektif. Seorang pemimpin yang mampu memfasilitasi diskusi kelompok, mendorong partisipasi aktif, dan mempertimbangkan semua sudut pandang yang relevan dapat membantu kelompok mencapai konsensus dan membuat keputusan yang tepat.
Kemudian, pentingnya mengevaluasi dan memahami dinamika kelompok juga tidak boleh diabaikan. Ini melibatkan pengenalan dan penyelesaian konflik yang mungkin timbul, serta mengidentifikasi faktor-faktor internal dan eksternal yang dapat mempengaruhi proses pengambilan keputusan kelompok. Terakhir, penting untuk mencapai konsensus dalam pengambilan keputusan.
Meskipun tidak selalu mungkin untuk mencapai kesepakatan yang mutlak, mencari titik tengah atau kesepakatan yang dapat diterima oleh sebagian besar anggota kelompok dapat membantu memastikan dukungan yang luas terhadap keputusan yang diambil.
Dengan memperhatikan faktor-faktor ini, kelompok dapat meningkatkan efektivitas mereka dalam pengambilan keputusan, menghasilkan keputusan yang lebih baik dan lebih berkelanjutan yang memenuhi kebutuhan dan tujuan kelompok secara keseluruhan.
D. Contoh Kasus
DAFTAR PUSTAKA
Andronie, M., Lăzăroiu, G., Iatagan, M., Uță, C., Ștefănescu, R., &
Cocoșatu, M. (2021). Artificial intelligence-based decision-making algorithms, internet of things sensing networks, and deep learning-assisted smart process management in cyber-physical production systems. Electronics, 10(20), 2497.
Dimyati, A. H., & Saebani, B. A. (2014). Model Kepemimpinan Dan Sistem Pengambilan Keputusan/A. Hamdan Dimyati.
Driscoll, P. J., Parnell, G. S., & Henderson, D. L. (Eds.). (2022).
Decision making in systems engineering and management. John Wiley & Sons.
Levy, K., Chasalow, K. E., & Riley, S. (2021). Algorithms and decision-making in the public sector. Annual Review of Law and Social Science, 17, 309-334.
Lipursari, A. (2013). Peran sistem informasi manajemen (SIM) dalam pengambilan keputusan. Jurnal STIE Semarang, 5(1), 132855.
Pratiwi, H. (2016). Sistem Pendukung Keputusan. Yogyakarta:
deepublish, 49-57.
Sudjiman, P. E., & Sudjiman, L. S. (2018). Analisis sistem informasi manajemen berbasis komputer dalam proses pengambilan keputusan. TeIKa, 8(2), 55-66.
Syafrizal, M. (2010). Sistem Pendukung Keputusan (Decisin Support System). Data Manajemen dan Teknologi Informasi (DASI), 11(3), 77.
Trillo, J. R., Herrera-Viedma, E., Morente-Molinera, J. A., &
Cabrerizo, F. J. (2023). A large scale group decision making system based on sentiment analysis cluster. Information Fusion, 91, 633-643.
Zhan, J., Wang, J., Ding, W., & Yao, Y. (2022). Three-way behavioral decision making with hesitant fuzzy information systems: survey and challenges. IEEE/CAA Journal of Automatica Sinica, 10(2), 330-350.