• Tidak ada hasil yang ditemukan

SJAHRANIE SAMARINDA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "SJAHRANIE SAMARINDA "

Copied!
122
0
0

Teks penuh

PENDAHULUAN

Rumusan Masalah

Tujuan Penelitian

  • Tujuan Umum
  • Tujuan Khusus

Manfaat Penelitian

  • Bagi Peneliti
  • Bagi Tempat Penelitian
  • Bagi Perkembangan Ilmu Keperawatan

Pasien melaporkan minum 600 mL air, tidak ada cairan IV, 6 mL furosemide, dan 105 mL makanan. Penerapan yang dilakukan pada pasien 1 pada pelaksanaan hari ketiga tanggal 5 April 2019 adalah menanyakan asupan dan haluaran cairan dengan hasil pasien menyatakan minum air putih 600 mL, tidak dipasang cairan infus, spuit furosemide 24 mL. pompa dan umpan 105 ml.

TINJAUAN PUSTAKA

Definisi

Penyakit ginjal kronik merupakan suatu proses patofisiologi dengan etiologi yang beragam, menyebabkan penurunan fungsi ginjal secara progresif, dan umumnya berakhir dengan gagal ginjal. Uremia merupakan suatu sindrom klinis dan laboratorium yang terjadi pada seluruh organ, akibat berkurangnya fungsi ginjal pada penyakit ginjal kronik (Suwitra, 2015).

Klasifikasi

Selain itu, gagal ginjal adalah suatu kondisi klinis yang ditandai dengan penurunan fungsi ginjal yang bersifat permanen hingga memerlukan terapi pengganti ginjal permanen berupa dialisis atau transplantasi ginjal.

Etiologi

Manifestasi Klinis

Paru ditandai dengan dahak yang berderak, kental dan seperti tanah liat, pernapasan dangkal, dan pernapasan Kussmaul. Muskuloskeletal ditandai dengan kram otot, hilangnya kekuatan otot, patah tulang, dan foot drop.

Patofisiologi

Pemeriksaan Penunjang

Penatalaksanaan

Pasien menyatakan meminum air putih sebanyak 600 mL, tidak dipasang cairan infus, spuit pump furosemide 24 mL, dan makanan sebanyak 105 mL. Pasien menyatakan hanya minum air putih 600 mL, tidak ada cairan infus, furosemide 6 mL, dan makanan 210 mL.

Konsep Asuhan Keperawatan

  • Pengkajian Keperawatan
  • Diagnosa Keperawatan
  • Intervensi Keperawatan
  • Implementasi Keperawatan
  • Evaluasi Keperawatan

METODE PENULISAN

Subyek Penelitian

  • Kriteria Inklusi
  • Kriteria Eksklusi

Batasan Istilah

Lokasi dan Waktu Penelitian

Prosedur Penelitian

  • Prosedur Administrasi
  • Prosedur Asuhan Keperawatan

Saat peneliti melakukan observasi partisipan pada tanggal 7 Januari 2018, mereka langsung merekrut 2 orang pasien CKD yang masih menjalani pengobatan. Keluarga dan pasien menandatangani informed consent, kemudian peneliti dan keluarga membuat kesepakatan waktu untuk pertemuan berikutnya. Peneliti mendokumentasikan proses asuhan keperawatan yang diberikan kepada responden, mulai dari melakukan pengkajian hingga mengevaluasi tindakan yang dilakukan.

Metode dan Instrumen Pengumpulan Data

  • Teknik Pengumpulan Data
  • Instrumen Pengumpulan Data

Keabsahan Data

  • Data Primer
  • Data Sekunder
  • Data Tersier

Analisis Data

Pasien masuk RS pada tanggal 31 Maret 2019 dengan keluhan sesak nafas mendadak namun tidak nyeri dada. Rambut merata hitam putih (uban), tidak mudah terbelah, tidak terbelah dan tidak ada kelainan. Kelenjar getah bening tidak teraba, tiroid tidak terpengaruh, posisi trakea di tengah dan tidak ada kelainan.

Pasien menyatakan hanya minum air putih sebanyak 600 mL, tidak dipasang cairan infus, tablet PRC 2.400 mL, spuit pump furosemide 24 mL, dan makanan 50 mL. Implementasi yang dilakukan pada pasien 1 pada pelaksanaan hari kedua tanggal 4 April 2019 adalah menghitung frekuensi, ritme dan kedalaman usaha pernafasan dengan hasil pasien menyatakan tidak sesak nafas lagi, RR : 20 kali per menit , irama teratur, kedalaman normal, pantau intake dan output dengan hasil Pasien mengatakan hanya minum air putih 600ml, tidak dipasang cairan infus, tablet PRC 2400ml, spuit pump furosemide 24ml dan makanan 50ml. Pelaksanaan yang dilakukan pada pasien 2 pada pelaksanaan hari kedua tanggal 4 April 2019 adalah pemberian diuretik furosemid melalui kateter IV sehingga obat masuk lancar dengan dosis 20 mg (1 ampul) yang menghitung frekuensi, ritme, kedalaman usaha pernafasan dengan akibat yang dikatakan pasien sudah tidak memungkinkan lagi. lagi sesak nafas, RR : 24 kali per menit, irama teratur, kedalaman normal, pantau intake dan output dengan hasil pasien mengatakan hanya minum air putih 600 mL, tidak dipasang cairan infus, furosemide 6 mL dan 210 mL makanan.

Penerapan yang dilakukan pada pasien 2 pada pelaksanaan hari ketiga tanggal 5 April 2019 adalah pemberian diuretik furosemide melalui kateter IV, sehingga obat masuk dengan lancar dengan dosis 20 mg ( 1 ampul), dan diminta tentang asupan dan haluaran cairan dengan hasil pasien menyatakan minum air putih 600 mL, cairan infus tidak dipasang, furosemid 6 mL, dan makanan 105 mL.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambaran Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Abdul Wahab Sjahranie Samarinda yang terletak di Jalan Palang Merah Indonesia No. RSUD Abdul Wahab Sjahranie merupakan salah satu dari dua rumah sakit rujukan milik Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur dan merupakan rumah sakit rujukan tertinggi di Kalimantan Timur. , terletak di Kota Samarinda. Diresmikan pada tanggal 22 Februari 1986 dengan nama RSUD Abdul Wahab Sjahranie, yang sebelumnya bernama RS Lanschap dan dibangun pada tahun 1933 pada masa penjajahan Belanda.

Fasilitas penunjang pemeriksaan terdiri dari Patologi Klinik, Patologi Anatomi, Radiologi, Hemodialisa, CT Scan, Fasilitas Bedah Sentral, SSSV, Laboratorium Farmasi dan Gizi. Penelitian ini dilakukan di ruang Flamboyan yaitu rawat inap kelas tiga untuk pria dan wanita dewasa yang diterima langsung dari IGD atau poliklinik. Batas-batas ruang flamboyan adalah sebagai berikut: di sebelah selatan terdapat ruang Seruni, di sebelah barat terdapat tempat parkir Pusat Pengajaran Universitas Mulawarman, di sebelah utara terdapat ruang Melati dan di sebelah timur terdapat kantin pengunjung. .

Bangunan di ruang flamboyan ini terdiri dari 1 ruang utama, 2 ruang perawat, 2 kamar mandi perawat, 1 ruang siswa, 1 dapur, 1 musala, 2 ruang tindakan, 1 ruang penyimpanan, 10 kamar tidur dengan kapasitas 50 tempat tidur dengan 2 kamar mandi. di setiap kamar tidur terdapat 1 ruang pengasingan dengan kapasitas 2 tempat tidur dan 2 kamar mandi.

Pengkajian

Refleks cahaya pada pupil terdapat dan bentuk isokor kanan dan kiri, iris kanan dan kiri berwarna hitam, tidak ada kelainan. Pernapasan lubang hidung terjadi, posisi septum hidung di tengah, lubang hidung bersih, tidak ada sekret, tulang hidung dan septum hidung tidak bengkak dan tidak terdapat polip. Pasien mengeluh sesak nafas, batuk produktif dengan lendir berwarna kekuningan dan konsistensi kental, tidak ada.

Pasien tidak mengeluh pusing, istirahat/tidur 7 jam sehari dan tidak mengalami gangguan tidur. Bersih, kelainan saluran kemih pada oliguria SMRS, kemampuan buang air kecil spontan tanpa alat bantu, produksi urin ±1250 ml/hari, warna urin kuning jernih, bau urin khas, kandung kemih tidak membesar atau nyeri tekan, keseimbangan cairan -386 ml/hari. Sistem endokrin: Tidak ada pembesaran tiroid, tidak ada pembesaran kelenjar getah bening, tidak ada tanda-tanda triad DM, tidak ada kondisi tulang DM.

Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada pembesaran kelenjar getah bening, tidak ada tanda-tanda triad DM, tidak ada kondisi tulang DM.

Tabel 4.2 Hasil Riwayat Biodata Pasien dengan PGK di RSUD Abdul Wahab Sjahranie
Tabel 4.2 Hasil Riwayat Biodata Pasien dengan PGK di RSUD Abdul Wahab Sjahranie

Diagnosa Keperawatan

Perencanaan

Pelaksanaan

Pasien mengatakan dia akan makan buah-buahan dan sayur-sayuran yang diperbolehkan untuk menenangkan buang air besarnya. Pasien dibantu istrinya dalam pemberian supositoria dulcolax, tak lama kemudian pasien buang air besar dengan warna hitam dan konsistensi lunak. Pasien dibantu anaknya dalam pemberian supositoria dulcolax, tak lama kemudian pasien buang air besar dengan feses berwarna hitam dengan konsistensi padat.

Tabel 4.9 Pelaksanaan Tindakan pada Pasien 2 PGK di RSUD AWS
Tabel 4.9 Pelaksanaan Tindakan pada Pasien 2 PGK di RSUD AWS

Evaluasi

Pembahasan

  • Pengkajian
  • Diagnosa Keperawatan
  • Intervensi Keperawatan
  • Implementasi Keperawatan
  • Evaluasi Keperawatan

Implementasi yang dilakukan pada pasien 1 pada hari pertama implementasi tanggal 3 April 2019 adalah menghitung frekuensi, ritme dan kedalaman usaha pernapasan dengan hasil RR = 24 kali per menit, ritme teratur, kedalaman normal, lihat pernapasan pola dengan hasil pola pernafasan pasien sesak, tanyakan pada pasien apakah ada batuk berdahak dengan hasil pasien mengatakan batuk berdahak beberapa hari terakhir, dengan konsistensi kental, tanyakan apakah pasien bisa batuk akibatnya pasien bilang bisa batuk tapi terasa tidak tuntas karena lama kelamaan pasti akan lebih banyak lendirnya, dengarkan suara nafas akibatnya ada suara tambahan nafas pecah-pecah di kedua lobus, lihat hasil pemeriksaan pasien rontgen dada dengan hasil rontgen dada tanggal 31 Maret 2019 menunjukkan kesan edema paru, pasien diberikan oksigen dengan aliran kanula hidung 4 l/m dengan hasil pasien ingin menggunakan kanula hidung, mempunyai sirkulasi perifer dengan hasil CRT > 2 detik, akral dingin, kulit pasien pucat, konjungtiva anemia, menanyakan pola makan pasien sehingga pasien mengatakan hanya menghabiskan 3 sendok makan dari porsi makanan yang diberikan, periksa tanda dan gejala hipervolemia dengan hasil pemeriksaan fisik anggota tubuh bagian bawah pasien mengalami edema dengan nilai +1, dan hasil CT scan ditemukan edema paru, diketahui penyebab hipervolemia dengan hasil kemungkinan penyebab hipervolemia pasien. asupan cairan terlalu banyak, diperiksa tanda dan gejala konstipasi dengan hasil pasien mengatakan sudah 3 hari tidak buang air besar, bising usus 4 kali per menit,. 160/80mmHg, N : 72 kali per menit, RR : 20 kali per menit, T : 36,7℃, pantau produksi sputum dengan hasil pasien mengatakan batuknya berkurang, jelaskan tujuan kepatuhan diet bagi kesehatan untuk menjaga kecukupan nutrisi sehingga pasien mengatakan tidak menyukai makanan rumah sakit tetapi akan berusaha menyelesaikannya dengan membatasi asupan cairan dan garam dengan pasien mengatakan dia hanya minum air putih 600mL sehari dan hanya makan makanan rumah sakit. Untuk urine output 450mL, IWL 580mL, intake : 729mL, output : 1030mL, BC : -301mL, pengukuran tanda vital dengan hasil TD : 160/90mmHg, N : 68 kali per menit, RR : 20 kali per menit, T : 36 .5℃, menganjurkan minum air hangat untuk memperlancar buang air besar sehingga pasien mengerti dan bersedia melakukannya, dan menjelaskan jenis makanan yang membantu mengatasi sembelit sehingga pasien mengatakan akan makan buah untuk memperlancar buang air besarnya, yang bekerjasama dengan pemberian obat pencahar sehingga pasien dibantu oleh istrinya dalam pemberian supositoria dulcolax, tidak lama kemudian pasien mengalami feses berwarna hitam dan konsistensi lunak.

170/80 mmHg, N: 80 kali per menit, RR: 24 kali per menit, T: 36,9 ℃, menjelaskan tujuan kepatuhan diet kesehatan untuk menjaga kecukupan gizi dengan hasil pasien mengatakan akan berusaha makan lebih sehat pada saat pulang kemudian membatasi asupan cairan dan garam sehingga pasien mengatakan hanya minum air putih 600 ml sehari dan hanya makan makanan dari rumah sakit serta memberikan diuretik furosemide melalui kateter IV dengan hasil obat lancar di dosis 20 mg (1 ampul). 160/80 mmHg, N: 76 kali per menit, RR: 22 kali per menit, T: 36,7 ℃, anjurkan minum air hangat untuk memperlancar buang air besar dengan hasil pasien mengerti dan bersedia melakukannya, menjelaskan jenis makanan yang membantu mengatasi sembelit sehingga pasien mengatakan akan memakan makanan yang dapat memperlancar buang air besar, bekerjasama dalam pemberian obat pencahar sehingga pasien mendapat bantuan dari anaknya untuk pemberian supositoria dulcolax, bukan lama kemudian pasien mengeluarkan feses berwarna hitam dan konsistensinya keras, diberikan diuretik furosemide melalui kateter IV, sehingga obat meresap secara merata dengan dosis 20 mg (1 ampul). Evaluasi pada pasien 1 setelah dilakukan tindakan selama 2 hari, pasien mengatakan sudah tidak sesak nafas lagi, RR : 20 kali per menit, tidak terdengar lagi suara nafas.

Evaluasi pasien 2 setelah melakukan tindakan selama 3 hari, pasien mengatakan sesak nafasnya berkurang, RR : 20 kali per menit dan tidak terdengar suara nafas tambahan.

KESIMPULAN DAN SARAN

Saran

Diharapkan hasil penelitian yang dilakukan dapat menjadi referensi dan bahan perbandingan bagi peneliti selanjutnya ketika harus melakukan penelitian pada pasien penyakit ginjal kronik. Disarankan agar pasien penyakit ginjal kronis meningkatkan motivasi dan dorongan untuk menjalani pengobatan di samping tempat tidur. Dalam pengembangan ilmu keperawatan diharapkan dapat menambah keluasan ilmu keperawatan dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien penyakit ginjal kronis dan menjadi referensi dan bahan perbandingan dalam melakukan penelitian bagi peneliti selanjutnya.

Contributors of water intake in US children and youth: Associations with diet and meal characteristics - National Health and Nutrition Examination Survey 2005–. Diunduh pada tanggal November 3, 2018 http://www.depkes.go.id/resources/download/info-terkini/materi_rakorpop_2 018/Hasil%20Riskesdas%202018.pdf.

Gambar

Tabel 2.1 Klasifikasi PGK berdasarkan nilai pemeriksaan LFG  Derajat  LFG (ml/min/1,73 m 2 )  Deskripsi
Tabel 2.2 Klasifikasi PGK berdasarkan kategori LFG dan albuminuria.
Tabel 2.3 Intervensi Keperawatan No.  Diagnosa (SDKI)  Tujuan & Kriteria Hasil
Tabel 4.1 Hasil Anamnesis Biodata Pasien dengan PGK di RSUD Abdul Wahab Sjahranie
+7

Referensi

Dokumen terkait

Trong đó, một số chỉ tiêu nhằm đánh giá và mô tả sự phát triển về việc ứng dụng Airbnb trong kinh doanh dịch vụ lưu trú homestay tại thành phố Huế bao gồm: 1 Danh sách hoạt động của các