Mencuci tangan dan memotong kuku seringkali dianggap sebagai hal yang sepele di masyarakat, padahal mencuci tangan dan menjaga kebersihan kuku dapat berkontribusi dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Tujuan Penelitian: Untuk menganalisis hubungan gunting kuku dan cuci tangan pakai sabun (CTPS) dengan kejadian diare pada kelas IX di SMPN 36 Samarinda Seberang. Sedangkan cuci tangan pakai sabun (CTPS) memperoleh nilai p-value = 0,002 (p < 0,05), sehingga Ho ditolak yang berarti ada hubungan yang bermakna secara statistik antara cuci tangan pakai sabun dengan kejadian diare kelas IX di SMPN 36 Samarinda Seberang.
Fenomena yang ditemukan di SMPN 36 Samarinda sebaliknya, sekolah menyediakan tempat cuci tangan (wastafel) namun tidak tersedia sabun untuk mencuci tangan.
Rumusan Masalah
Ketika murid-murid disana mencuci tangan hanya dengan air mengalir tanpa menggunakan sabun, mereka mengira sedang membersihkan tangan dengan mencuci hanya dengan air saja, dan ketika bertemu dengan murid-murid disana, ada beberapa anak laki-laki yang kukunya panjang dan kotor. Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan di lokasi penelitian SMPN 36 Kecamatan Rapak Dalam Samarinda Seberang sekolah terdapat wastafel di koridor tiap ruang kelas, namun tidak terlihat adanya sabun sehingga siswa hanya mencuci tangan di sana. dengan air, dan ketika siswa bermain di taman bermain, terlihat beberapa siswa tidak menjaga kebersihan kukunya dan kukunya terlihat panjang dan kotor. Kemudian peneliti memberikan kertas dan diisi apakah siswa tersebut pernah menderita diare atau tidak. Diketahui 50% siswa kelas IXA dan IXF dari 6 kelas menyatakan menderita diare sejak masuk SMPN 36 dari kelas 7.
Adakah hubungan memotong kuku dan mencuci tangan pakai sabun dengan kejadian diare pada siswa kelas IX SMPN 36 Samarinda Seberang.
Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum
Tujuan Khusus
Analisis hubungan gunting kuku dengan kejadian diare pada siswa kelas IX SMPN 36 Samarinda Seberang. Analisis hubungan cuci tangan dengan kejadian diare pada siswa kelas IX SMPN 36 Samarinda Seberang.
Manfaat Penelitian 1. Manfaat Praktis
Sebagai masukan pembelajaran dan pengajaran khususnya tentang manfaat potong kuku dan cuci tangan pakai sabun jika terjadi diare. Sebagai sarana menambah pengetahuan, wawasan dan pengalaman penelitian tentang manfaat gunting kuku dan cuci tangan pakai sabun saat terjadi diare. Meningkatkan pengetahuan siswa tentang manfaat gunting kuku dan cuci tangan pakai sabun, serta membina dan mendidik siswa SMP untuk memotong kuku dan mencuci tangan pakai sabun setelah bermain atau beraktivitas serta sebelum dan sesudah makan agar terhindar dari kuman penyakit yang dapat menyebabkan gangguan pencernaan. gangguan.
Keaslian Penelitian
Bedanya, peneliti sebelumnya melakukan pengacakan dua tahap yang terdiri dari pengacakan untuk menentukan sampel wilayah, kemudian pengacakan untuk menentukan masyarakat di wilayah tersebut, sedangkan peneliti mengambil sampel menggunakan stratified random sampling. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Sunardi dan Ruhyauddin dengan judul Perilaku Cuci Tangan Berdampak Pada Kejadian Diare pada Anak Usia Sekolah. Penelitian ini dilakukan di Malang pada tahun 2017 dengan menggunakan metode cross sectional dengan sampel yang dipilih secara acak sebanyak 10 sekolah.
Persamaan dengan penelitian sebelumnya adalah variabel independen Perilaku Cuci Tangan dan variabel dependen Kejadian Diare, sedangkan perbedaannya adalah peneliti sebelumnya menggunakan teknik cluster sampling, sedangkan peneliti mengumpulkan sampel menggunakan stratified random sampling.
Tinjauan Teori 1. Konsep Diare
Pengertian Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS)
Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) merupakan salah satu upaya preventif melalui tindakan sanitasi dengan membersihkan tangan dan jari menggunakan sabun dan air. Salah satu penyakit yang dapat dicegah dengan cuci tangan pakai sabun adalah diare, karena mikroba penular penyebab diare ditularkan melalui jalur fecal to oral, sehingga mencuci tangan pakai sabun dapat mencegah penularan mikroba penyakit tersebut (Departemen Kesehatan, 2009). . Padahal, mencuci tangan pakai sabun mempunyai peranan penting dalam mencegah atau menghilangkan virus dan bakteri penyebab berbagai penyakit, terutama penyakit yang menyerang saluran cerna seperti diare dan infeksi saluran pernafasan akut.
Hampir semua orang sadar akan pentingnya mencuci tangan pakai sabun, namun mereka belum terbiasa melakukannya dengan benar pada momen-momen penting (Susanto, 2017).
Perilaku Mencuci Tangan
Pendidikan kesehatan tentang cuci tangan di sekolah merupakan salah satu cara yang tepat untuk mengubah perilaku anak dalam proses pembelajaran. Karena dalam proses pembelajaran terdapat proses kedewasaan dan proses interaksi dengan lingkungan yang dapat mengubah perilaku cuci tangan anak Notoatmodjo (2005, dalam Surono, 2014). Perilaku cuci tangan merupakan suatu kegiatan, perilaku mencuci tangan, yang dilakukan oleh individu yang dapat diamati secara langsung maupun tidak langsung.
Sebelum anak bertindak mencuci tangan, mereka harus mengetahui terlebih dahulu manfaat dan makna perilaku tersebut serta risiko tidak mencuci tangan pakai sabun bagi dirinya dan keluarganya. Melalui pendidikan kesehatan cuci tangan, anak memperoleh pengetahuan dan pemahaman akan pentingnya cuci tangan sehingga diharapkan anak dapat mengetahui, menilai dan bertindak dengan baik. Setelah anak memahami dan mengetahui bahayanya tidak mencuci tangan (melalui pengalaman, pengaruh orang lain, media massa, lembaga pendidikan, emosi), proses selanjutnya adalah menilai atau menindak aktivitas mencuci tangan. 3) Kepercayaan.
Misalnya saja pendidikan kesehatan yang bisa didapatkan oleh guru atau orang tua, selain mengajarkan cuci tangan biasanya guru atau orang tua juga meniru cara mencuci tangan agar anak bisa meniru kebiasaan yang dilakukan oleh guru atau orang tua. Mencuci tangan pakai sabun merupakan salah satu perilaku sanitasi dengan cara membersihkan tangan dan jari dengan air dan sabun yang dilakukan masyarakat untuk membersihkannya. Menurut Manajer Pendidikan Kesehatan Masyarakat Yayasan Unilever Indonesia Dr Leo Indrawahono, mencuci tangan dengan air mengalir dan sabun dapat memutus rantai kuman yang menempel di jari.
Dengan membiasakan mencuci tangan dengan air mengalir dan sabun, Anda sudah menunaikan satu shalat. Masyarakat, termasuk anak-anak, seringkali lalai mencuci tangan pakai sabun dan air mengalir karena kurangnya pengetahuan kesehatan. Beberapa faktor penghambatnya antara lain keyakinan bahwa sabun hanya diperlukan ketika tangan terlihat kotor dan bahwa mencuci tangan tanpa sabun tidak menimbulkan risiko serius.
Cara Mencuci Tangan yang Baik dan Benar
Peneliatian Terkait
Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah terdapat 161 anak sekolah di wilayah kerja Puskesmas Banjarbar Utara yang memiliki PHBS baik, dengan rincian 57 anak mengalami diare (35,4%) dan 104 anak tidak mengalami diare (64,6%). ). ), sedangkan anak yang memiliki PHBS lemah sebanyak 39 anak, dimana 34 anak mengalami diare (87,2%) dan 5 anak (12,8%) tidak mengalami diare. Perbedaan hasil dengan peneliti adalah dari 65 orang didapatkan hasil bahwa 35 orang siswa (83%) yang memotong kukunya dengan baik tidak pernah mengalami diare, 7 orang siswa (16,7%) yang memotong kukunya dengan baik pernah mengalami diare. Sepuluh siswa (43,5%) yang memotong kukunya dengan buruk tidak pernah mengalami diare, sedangkan 13 siswa yang memotong kukunya dengan buruk (56,5%) pernah mengalami diare.
Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Sunardi dan Ruhyanuddin (2017) dengan judul Perilaku Cuci Tangan Berpengaruh terhadap Kejadian Diare di Kabupaten Malang, penelitian ini menggunakan metode analisis hubungan yaitu suatu bentuk analisis. Hasil yang ditemukan pada penelitian ini adalah hasil analisis hubungan perilaku cuci tangan dengan kejadian diare menggunakan Spearman yang menunjukkan adanya hubungan antara cuci tangan dengan kejadian diare dengan p-value 0,000 dan r 0,792, semakin baik perilaku cuci tangan maka semakin rendah kejadian diare. Perbedaan hasil dengan peneliti adalah dilakukan analisis tab silang (Crosstabs) dengan menggunakan metode Chi Square dan diperoleh p value = 0,002 (p < 0,05), hal ini berarti Ho ditolak yang berarti secara statistik terdapat perbedaan yang signifikan. hubungan antara potong kuku dengan kejadian diare pada siswa kelas IX SMPN 36 Samarinda Seberang.
Hasil Odds Ratio (OR) menunjukkan nilai 6.500 untuk pemotongan kuku baik dan buruk, menunjukkan risiko terkena diare sebesar 6.500. Notoatmodjo (2010) menyatakan bahwa kerangka teori merupakan kerangka untuk melihat apakah ada hubungan antara memotong kuku dan mencuci tangan dengan pencegahan diare. Dianjurkan untuk memotong kuku dalam waktu atau sebelum 40 hari tergantung riwayat Anas bin Malik RA (HR.
Dampak paling besar, jika kuku tidak bersih dan kuku panjang, akan banyak bakteri terutama diare dan cacingan. Beberapa faktor penghambatnya antara lain keyakinan bahwa sabun hanya diperlukan jika tangan terlihat kotor dan tidak mungkin mencuci tangan tanpa sabun.
Kerangka Konsep Penelitian
Ha : Ada hubungan antara potong kuku dengan kejadian diare pada siswa kelas 9 SMPN 36. Samarinda Ho : Tidak ada hubungan antara potong kuku dan. Ha: Ada hubungan antara cuci tangan pakai sabun dengan kejadian diare pada siswa kelas IX SMPN 36 Samarinda. Ho : Tidak ada hubungan antara cuci tangan pakai sabun dengan kejadian diare pada siswa kelas 9 SMPN 36 Samarinda.
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan frekuensi potong kuku, tangan dominan baik sebanyak 42 orang (64,6%) dan buruk sebanyak 23 orang (35,3%). Berdasarkan frekuensi cuci tangan pakai sabun (CTPS), mayoritas baik sebanyak 46 orang (70,7%) dan kategori miskin sebanyak 19 orang (29,2%). Berdasarkan distribusi frekuensi diare, subjek yang tidak pernah menderita diare terbanyak sebanyak 45 subjek (65%) dan yang menderita diare sebanyak 20 subjek (30,7%).
Berdasarkan hasil analisis data yang dilakukan dengan uji Chi-square diperoleh p-value = 0,002 (p < 0,05), maka Ho ditolak yang berarti secara statistik terdapat hubungan yang signifikan antara pemotongan kuku dengan hasil kejadian diare pada siswa kelas IX SMPN 36 Samarinda Seberang. Berdasarkan hasil analisis data yang dilakukan dengan uji Chi-square diperoleh p-value = 0,001 (p < 0,05), Ho ditolak yang berarti terdapat hubungan yang signifikan secara statistik antara cuci tangan pakai sabun (CTPS) ) dan kejadian diare pada siswa kelas IX SMPN 36 Samarinda Seberang. Hasil Odds Ratio (OR) diperoleh nilai 8,143 untuk cuci tangan pakai sabun yang baik dan buruk, yang berarti risiko terjadinya diare 8,143 kali lebih besar.
Saran
Pengaruh pendidikan kesehatan dengan metode storytelling pada personal higiene terhadap kebersihan kuku pada anak sekolah. 2017) Deskripsi tingkat pengetahuan siswa kelas VI tentang perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) di SD Negeri 018 Samarinda, CTI, tidak dipublikasikan. Hubungan Karakteristik dan Pengetahuan Tentang Personal Hygiene dengan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di MI Matholiul Ulum Mencu Wedung Demak Semarang.
Status gizi dan hubungannya dengan kejadian diare pada anak diare akut di ruang rawat inap RSUP dr. Hubungan perilaku cuci tangan dengan kejadian diare pada anak usia sekolah di wilayah Jember. Peran guru dalam penegakan teknik cuci tangan di kalangan SMA di tengah pandemi.
Sunardi dan Ruhyanuddin F, (2017) Perilaku Cuci Tangan Berpengaruh Terhadap Kejadian Diare pada Anak Usia Sekolah di Kabupaten Malang. Faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku hidup bersih dan sehat sebagai upaya pencegahan penyakit diare pada siswa SD N Karangtowo Kecamatan Karang Tengah Kabupaten Demak. Hubungan Perilaku dan Kebersihan Siswa SDN 030375 dengan Infeksi Cacingan di Desa Juma Tenguh Kecamatan Siempat Nempu Kabupaten Dairi. Disertasi, diterbitkan.
Hubungan kebersihan lingkungan dengan kejadian diare pada balita di wilayah kerja Puskesmas Nogosari Kabupaten Boyolali.