TUGAS AKHIR
ANALISIS PERBANDINGAN BIAYA BEKISTING ANTARA BEKISTING MULTIPLEK DAN BEKISTING TEGOFILM PADA KOLOM
PERANCANAAN GEDUNG MULTIFUNGSI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA DENGAN METODE AHSP 2016
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas-Tugas Dan Syarat-Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pada Fakultas Teknik Program Studi
Teknik Sipil Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara
DI SUSUN OLEH: AL FAJAR MUHAMMAD
1807210123
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA MEDAN 2022
iv ABSTRAK
ANALISIS PERBANDINGAN BIAYA BEKISTING ANTARA BEKISTING MULTIPLEK DAN BEKISTING TEGOFILM PADA KOLOM
PERANCANAAN GEDUNG MULTIFUNGSI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA
DENGAN METODE AHSP 2016 Al fajar Muhammad
1807210123 Rizki Efrida, S.T., M.T
Teknologi dalam dunia konstruksi di Indonesia berkembang semakin pesat yang ditandai dengan semakin banyaknya inovasi dalam pelaksanaan proyek konstruksi gedung bertingkat. Aplikasi teknologi yang digunakan adalah pada material bekisting. Pembangunan gedung bertingkat saat ini sudah mulai banyak di bangun,di antaranya pembangunan kampus. Salah satunya adalah pembangunan gedung multifungsi Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara. Untuk pekerjaan perancanaan pembangunan Gedung multifungsi Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara pihak perancana menggunakan material multiplek,Padahal saat ini sudah ada teknologi material baru seperti tegofilm. Adapun yang melatar belakangi penulis tertarik untuk membuat skripsi ini adalah untuk mencari selisih biaya antara kedua material tersebut dan menentukan material yang lebih ekonomis. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian analisis dengan teknik mengumpulkan data dan melalui studi lapangan meliputi observasi dan di dapatkan dari sejumlah laporan dan dokumen yang telah di susun oleh pihak proyek. Lokasi penelitian ini berada di kota Medan Provinsi Sumatera Utara Jln.Mukhtar Basri No.3. Proyek Perancaan Pembangunan Gedung Multifungsi Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara. Hasil akhir dari penelitian menunjukan bahwa analisis perhitungan biaya bekisting kolom pada perancanaan pembangunan Gedung Multifungi Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara menggunakan multiplek lebih murah 5% dari penggunaan material tegofilm. Untuk total biaya bekisting kolom menggunakan multiplek sebesar Rp 1.434.562.915,92, Menggunakan tegofilm sebesar Rp 1.441.440.562,16 dan selisih dari keduanya sebesar Rp 6.877.646,24. Maka dengan selisih dari penggunaan kedua material tersebut maka di dapatlah material yang lebih ekonomis yaitu material multiplek.
Kata Kunci: Bekisting, Mutiplek, Tegofilm dan ASHP 2016
v ABSTRACT
COMPARISONAL ANALYSIS OF FORMS COST BETWEEN MULTIPLEK FORM AND TEGOFILM FORM IN THE MULTIFUNCTIONAL BUILDING PLANNING COLUMN,
MUHAMMADIYAH UNIVERSITY, NORTH SUMATRA WITH 2016 AHSP METHOD
Al fajar Muhammad 1807210123 Rizki Efrida, S.T., M.T
Technology in the construction world in Indonesia is growing rapidly, which is marked by the increasing number of innovations in the implementation of high- rise building construction. The technology application used is the formwork material. The construction of high-rise buildings has now begun to be built, including the construction of campuses. One of them is the multifunctional building of the Muhammadiyah University of North Sumatra. For the planning work of the multifunctional building of the Muhammadiyah University of North Sumatra, the designer uses multiplex materials, even though there are currently new material technologies such as tegofilm. The background behind the author's interest in making this thesis is to find the difference in costs between the two materials and determine which materials are more economical. The research method used is a research method with data collection techniques and through field research obtained from a number of reports and documents made by the project. The location of this research is in the city of Medan, North Sumatra Province, Jln. Mukhtar Basri No.3. Multifunction Building Design Project of Muhammadiyah University of North Sumatra. The final result of the research shows that the analysis of the cost of column formwork in the design of the Multi- Functional Building, Muhammadiyah University of North Sumatra using multiplex is 5% cheaper than the use of tegofilm material. For the total cost of column formwork using multiplex is Rp. 1.434.562.915,92, Using Tegofilm is Rp.
1.441.440.562,16 and the difference between the two is Rp. 6.877.646,24. So with the difference in the use of the two materials, a more economical material can be obtained, namely multiplex material.
Keywords: Formwork, Mutiplek, Tegofilm and ASHP 2016
vi KATA PENGANTAR
Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Segala puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan karunia dan nikmat yang tiada terkira. Salah satu dari nikmat tersebut adalah keberhasilan penulis dalam menyelesaikan laporan Tugas Akhir ini yang berjudul “Analisa Perbandingan Biaya Bekisting Antara Bekisting Multiplek Dan Bekisting Tegoflim Pada Kolom Perancanaan Gedung Multifungsi Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara Dengan Metode AHSP 2016.” sebagai syarat untuk meraih gelar akademik Sarjana Teknik pada Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara (UMSU), Medan.
Banyak pihak telah membantu dalam menyelesaikan laporan Tugas Akhir ini, untuk itu penulis menyatakan rasa terimakasih yang tulus dan dalam kepada:
1. Ibu Rizki Efrida, S.T., M.T., selaku Dosen Pembimbing atas bimbingan, serta motivasi yang diberikan.
2. Bapak Zulkifli Siregar S.T.,M.T., selaku Dosen Penguji I yang telah banyak memberikan koreksi dan masukkan kepada penulis dalam proses penyelesaian tugas akhir ini.
3. Bapak Dr. Fahrizal Zulkarnain., selaku Dosen Penguji II yang telah banyak memberikan koreksi dan masukkan kepada penulis dalam proses penyelesaian tugas akhir ini dan selaku Ketua Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara.
4. Segenap Bapak/Ibu Dosen Program Studi Teknik Sipil Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara yang telah memberikan dan mengajarkan ilmunya kepada penulis.
5. Rasa syukur penulis kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayahnya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
6. Teristimewa untuk kedua orang tua penulis Ayahanda Rustam dan Ibunda Nuraini yang telah memberikan kasih sayang dan dukungan yang tidak ternilai kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini.
vii 7. Kakak dan adik penulis yaitu Deded Syahputra, S.H., M.H., Saibatul Islamiah, Spd, Novita Sari, SE, Umami Handayani, Spd, Halimah A.Md, Keb, Kartika Sari, SH yang selalu memberi semangat dan dukungan kepada penulis.
8. Teman-Teman Seperjuangan penulis dalam menyelesaikan skripsi, Diffa Anandra Antony, Juliana Helen Sinambela, Muhammad Raihan Arafah, Muhammad Reza Rizky, Faradillah Nurul Annisa, Muhammad daffa arisandi, Muhammad Arif Pane yang telah sama-sama saling memberi dukungan dan motivasi.
9. Terimakasih kepada kelas C1 pagi khususnya kepada teman-teman semua yang telah banyak memberikan dukungan dan motivasi dan samangat yang luar biasa.
Tentunya laporan Tugas Akhir ini jauh dari kata sempurna, dari pada itu penulis berharap diberikan masukan dan kritik untuk menjadi bahan pembelajaran penulis di masa depan. Semoga laporan Tugas Akhir ini bisa bermanfaat banyak bagi semua orang dan khusunya kepada dunia konstruksi teknik sipil.
Medan, 26 September 2022
Al Fajar Muhammad
viii DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING i
LEMBAR PENGESAHAN ii
SURAT PERNYATAAN KAASLIAN TUGAS AKHIR iii
ABSTRAK iv
ABSTRACT v
KATA PENGANTAR vi
DAFTAR ISI viii
DAFTAR GAMBAR x DAFTAR TABEL xi DAFTAR NOTASI xii
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 2
1.3 Tujuan Penelitian 2
1.4 Manfaat Penelitian 3
1.5 Batasan Masalah 3
1.6 Sistematika Penulisan 3
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 5 2.1 Definisi Bekisting 5
2.2 Macam-Macam Bekisting 6
2.3 Spesifikasi Bekisting 8
2.4 Material Pendukung Bekisting 9
2.5 Metode Pelaksanaan Bekisting 10
2.6 Pembiayaan Material Bekisting 12
2.6.1 Biaya Untuk Bekisting Semi Sistem 12 2.6.2 Biaya Untuk Bekisting Tradisional 12 2.6.3 Bekisting Sistem 12
2.6.4 Perbandingan Biaya Ketiga Bekisting 13
2.7 Material Pendukung dan Penopang Bekisting 13
2.8 Manajemen Konstruksi 14
ix
2.9 Rencana Anggaran Biaya 14
2.10 Penelitian Sebelumnya 15
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 18 3.1 Bagan Alir Penelitian 18
3.2 Lokasi Penelitian 20
3.3 Waktu Penelitian 20
3.4 Tahap Survey Lapangan 20
3.5 Metode Penelitian 21
3.6 Metode Pengumpulan Data 21
3.7 Analisis Data 22
BAB 4 HASIL PEMBAHASAN 23 4.1 Tinjaun Umum 23
4.2 Detail Kolom 24
4.3 Menghitung Luasan Kolom 24 4.4 Analisa Kebutuhan Biaya Bekisting Kolom Menggunakan Multiplek 27
4.5 Analisa Kebutuhan Biaya Bekisting Kolom Menggunakan Tegofilm 34
4.6 Perbandingan Pekerjaan Biaya Antara Bekisting Multiplek Dan Bekisting Tegofilm 41
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 40
5.1 Kesimpulan 40
5.2 Saran 40
DAFTAR PUSTAKA 41
x DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Bekisting Sistem 7
Gambar 2.2 Bekisting Semi Sistem 7
Gambar 2.3 Bekisting Tradisional Dan Konvensional 8 Gambar 2.4 Pemasangan Bekisting Kolom Gedung Multifungsi UMSU 11 Gambar 3.1 Bagan Alir Penelitian 18
Gambar 3.2 Lokasi Penelitian 20
xi DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Rekapitulasi Detail Kolom Gedung Multifungsi UMSU 24 Tabel 4.2 Rekapitulasi Perhitungan Luasan Per Kolom 25 Tabel 4.3 Rekapitulasi Luasan Seluruh Tipe Kolom 26 Tabel 4.4 Biaya Bekisting Kolom Per m2 Menggunakan Multiplek 27 Tabel 4.5 Rekapitulasi Perhitungan Biaya Bekisting Struktur Kolom
Menggunakan Multiplek 32
Tabel 4.6 Biaya Bekisting Kolom Per m2 Menggunakan Tegofilm 33 Tabel 4.7 Harga Per m2 Tegofilm 6 Kali Pemakaian 36 Tabel 4.8 Rakapitulasi Perhitungan Biaya Bekisting Mengguakan
Tegofilm 37
Tabel 4.9 Rakapitulasi Perbandingan Biaya Antara Multiplek Dan
Tegofilm 39
xii DAFTAR NOTASI
2.1 Hasil Estimasi Biaya 15
1 BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Teknologi dalam dunia konstruksi di Indonesia berkembang semakin pesat yang ditandai dengan semakin banyaknya inovasi dalam pelaksanaan proyek konstruksi gedung bertingkat. Salah satu aplikasi teknologi yang digunakan adalah pada material bekisting. Perencanaan sebuah metode bekisting menjadi sepenuhnya tanggung jawab dari pihak kontraktor sehingga resiko dalam pekerjaan tersebut sudah pasti harus ditekan serendah mungkin.
Bekisting adalah cetakan sementara yang digunakan untuk menahan beton selama beton dituang dan dibentuk sesuai dengan bentuk yang diinginkan (Stephens,1985). Bekisting akan dilepas atau dibongkar apabila beton yang dituang telah mencapai kekuatan yang cukup karena fungsi bekisting hanya sebagai cetakan sementara. Khususnya bekisting untuk membuat suatu kolom.
Dengan begitu, kolom akan bisa terbentuk dengan rapi. Di bagian depan, biasanya ada beberapa tiang penyangga. Tiang-tiang tersebut dibuat dengan bantuan cetakan supaya membentuk bentuk yang diinginkan. Hal inilah yang membuat cetakan ini menjadi bahan yang cukup penting dalam proses pembuatan kolom suatu bangunan.
Ada berapa aspek yang harus di perhatikan pada pemakaian bekisting dalam suatu proyek konstruksi beton (Blake ,1975) , yaitu :
1. Aspek pertama adalah kualitas bekisting yang akan digunakan harus tepat dan layak serta sesuai dengan bentuk pekerjaan struktur yang akan dikerjakan.
2. Aspek kedua adalah keamanan bagi pekerja konstruksi tersebut, maka bekisting harus cukup kuat menahan beton agar beton tidak runtuh dan mendatangkan bahaya bagi pekerja.
3. Aspek ketiga adalah biaya pemakaian bekisting yang harus direncanakan seekonomis mungkin
2 Material yang digunakan dalam pekerjaan bekisting umumnya memiliki umur pemakaian yang berbeda, dikarenakan material mengalami penyusutan cukup besar sehingga untuk pekerjaan bekisting perlu biaya yang cukup besar. Material penyusun bekisting diantaranya kayu, multiplek, dan papan. Penggunaan material yang berulang dapat mempengaruhi efisiensi biaya, namun dengan hasil yang tetap baik.
Pembangunan gedung bertingkat saat ini sudah mulai banyak dibangun, diantaranya pembangunan Kampus. Salah satunya adalah pembangunan Gedung Multifungsi Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara. Gedung yang memiliki jumlah lantai 8 ini didirikan untuk menunjang fasilitas pendidikan masyarakat khususnya masyarakat Medan. Untuk pekerjaan bekisting pembangunan kampus ini, pihak perencana menggunakan metode konvensional dan menggunakan material multiplek. Padahal saat ini sudah ada teknologi material baru seperti tegofilm.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah disebutkan, maka didapatlah rumusan masalah sebagai berikut :
1. Berapa selisih biaya bekisting dari penggunaan material multiplek dan tegofilm pada Perancanaan Gedung Multifungsi Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara ?
2. Material bekisting mana yang lebih ekonomis antara bekisting multiplek dan tegofilm pada Perancanaan Gedung Multifungsi Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara ?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, penelitian ini bertujuan untuk :
1. Mendapatkan selisih biaya antara bekisting menggunakan multiplek dan bekisting menggunakan tegofilm Gedung Multifungsi Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara.
2. Pemilihan material yang ekonomis untuk bekisting kolom gedung bertingkat Gedung Multifungsi Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara.
3 1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah:
1. Mendapatkan biaya yang lebih murah dari jenis material multiplek dengan tegofilm.
2. Menambah wawasan penulis mengenai perhitungan biaya bekisting pada proyek pembangunan gedung bertingkat.
1.5 Batasan Penelitian
Agar tercapai hasil yang maksimal, maka perlu adanya batasan-batasan penelitian sebagai berikut:
1. Penelitian dilakukan pada Perancanaan Pembangunan Gedung Multifungsi Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara
2. Perhitungan perbandingan biaya bekisting dilakukan pada tahap perencanaan.
3. Bekisting yang digunakan adalah bekisting konvensional menggunakan bahan multiplek biasa dan tegofilm.
4. Jenis bekisting yang diamati adalah pekerjaan bekisting kolom.
5. Menggunakan Metode AHSP 2016.
1.6 Sistematika Penulisan
Untuk Memudahkan pembahasan dalam penelitian ini, maka sistematika penulisan penlitian disusun dalam lima bab. Adapaun sistematika penulisan penelitan sebagai berikut:
BAB 1 PENDAHULUAN
Bab ini akan mengawali penulisan dengan menguraikan latar belakang masalah yang dibahas, rumusan masalah, ruang lingkup penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan.
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
Pada Bab 2 berikan teori-teori, konsep, dan rumus sesuai dengan judul tugas akhir ini
4 BAB 3 METODE PENELITIAN
Menjelaskan rencana atau prosedur yang dilakukan penulis untuk mendapatkan jawaban yang sesuai dengan kasus permasalahan. Berisi kesimpulan sesuai dengan analisi terhadap penelitian dan beberapa saran untuk pembangunan.
BAB 4 HASIL PEMBASAHAN
Menguraikan hasil pembahasan analisis desian dan kinerja struktur.
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN
Berisi kesimpulan sesuai dengan analisi terhadap penelitian dan beberapa saran untuk pengembangan bab 2.
5 BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Bekisting
Bekisting adalah sebuah cetakan yang bersifat semantara. Dimana pengunaan nya adalah untuk menahan beton selamaa beton tersebut dituang dan dibentuk dengan keinginan pengguanya. Cetakan ini kemudian akan di buka jika telah memenuhi standart pada awal penetapan.
Namun ada beberapa ahli mengatakan bahwa bekisting adalah sebagai berikut : 1. Menurut Stephens (1985) formwork atau bekisting adalah cetakan
sementara yang digunakan untuk menahan beton selama beton dituang dan dibentuk sesuai dengan bentuk yang diinginkan.
Dikarenakan berfungsi sebagai cetakan sementara, bekisting akan dilepas atau dibongkar apabila beton yang dituang telah mencapai kekuatan yang cukup.
2. Menurut Hanna,(1999) sistem bekisting didefinisikan sebagai sistem pendukung yang total untuk menempat kan beton segar termasuk cetakan atau bidang yang kontak dengan beton beserta dengan bagian pendukung cetakannya. Sementara itu, definisi bekisting adalah sebagai suatu struktur sementara dengan tujuan untuk mendukung dan melindungi beton segar sampai dapat mendukungdiri sendiri.Sehingga bentuk, ukuran beton, posisi dan letak bangun sesuai dengan yang diinginkan(Hanna, 1999).
3. Menurut Ratay, (1996) definisi bekisting adalah suatu struktur sementara yang klasik di dalam pengertian bahwa dipasang dengan cepat, mampu menahan beban untuk beberapa jam selama beton dituangkan, dan dalam beberapa hari kemudian dibongkar untuk digunakan kembali.
4. Menurut Sagel, Kole dan Gideon (1997), mengemukakan bahwa bentuk dan rupa konstruksi beton ditentukan oleh kualitas beisting, oleh karena itu material bekisting harus bermutu dan direncanakan sebaik mungkin agar tidak mengalami kerusakan pada konstruksi akibat lendutan pada bekisting saat pros es pengecoran.
6 5. Menurut Wigbout (1992) mengemukakan bahwa beberapa faktor
yang harus diperhatikan dalam perencanaan beban suatu bekisting yaitu beban yang di topang, penggunaan bekisting yang berulang kali, cuaca, keausan perancah akibat hentakkan, getaran dan pembebanan yang tidak merata. Jenis beban yang terjadi pada bekisting ada dua jenis, yaitu beban vertikal dan horizontal. Beban vertikal merupakan beban akibat bekisting yang di tahan oleh penopang dan beban horizontal merupakan beban akibat adanya angin dan pelaksanaan yang tidak sesuai dengan rencana. Dalam melakukan penghematan biaya bekisting, perancangan konstruksi perlu memenuhi beberapa persyaratan, seperti:
a. Bentuk ukuran sederhana dan rata
b. Ukuran yang sama disetiap komponen sturktur seperi balok , kolom dan lantai
c. Coran dalam- lantai lantai, pada tempat-tempat yang secara teknis dapat di pertangung jawabkan.
6. Menurut Soeharto (1995), usaha-usaha pengendalian biaya merupakan salah satu potensi untuk dalam penghematan total biaya proyek yang akan di keluar kan meliputi:
a. Dalam Perancangan suatu sistem biaya agar selalu memperhatikan aspek biaya.
b. Menghindar irancangan yang berlebihan
c. Menggunakan pendekatan berdasarkan optimasi desain
2.2 Macam Macam Bekisting
Menurut wigbout (1992) bekisting ini di bagi menjadi 3 jenis : 1. Bekisting Sistem
Bekisting Sistem adalah perkembangan lebih ke sebuah bekisting yang universal. Dengan segala kemungkinan juga dapat digunakan pada berbagai macam bangunan. Bekisting dibuat di pabrik dan di tujukan pada bnangunan bersangkutan dengan elemen-elemen pembantu yang merupkan bagian dari sistem. Pekerjaan lebih rigan namun memerlukan biaya yang cukup tinggi.
Contoh bekisting sistem dapat dilihat pada gambar 2.1.
7 Gambar 2.1: Bekisting Sistem (Wigbout, 1992).
2. Bekisting Semi Sistem
Bekisting semi sistem merupakan bekisting yang di rencang untuk sebuah satu proyek tertentu, yang ukurannya di sesuaikan pada bentuk beton yang di rencanakan. Persyaratannya digunakan bekisting semi sistem adalah kemungkinan digunakan kembali pada struktur pada ukuran dan bentuk yang sama. Contoh bekisting semi sistem dapat dilihat pada gambar 2.2.
Gambar 2.2: Bekisting Semi Sistem (Hanna, 1999).
8 3. Bekisting Tradisional dan Konvensional
Bekisting tradisonal merupakan bekisting yang mudah dipasang dan dibongkar menjadi bagian bagian dasar yang dapat di susun kembali dan digunakan lagi bagi bekisting struktur selanjutnya. Material penyusun terdari dari kayu, Pelat, sedangkan konstruksi penopangnya disusun dari balok dan dari stempel- stempel baja. Bekisting tradisional ini dibentuk dengan keinginan pada pekerjaan struktur tersebut. Contoh bekisting tradisional dan kovensional dapat dilihat pada gambar 2.3.
Gambar 2.3: Bekisting Tradisioanl dan Konvensional (Seoharto, 1995).
2.3 Spesifikasi Bekisting
Menurut Wigbout (1992) Bekisting ini dibagi menjadi 3 Spesifikasi:
1. Bekisting menentukan bentuk dari konstruksi beton yang akan dibuat,bentuk yang sederhana pada sebuah konstruksi beton menghendaki seb uahbekisting sederhana.
2. Bekisting harus dapat menyerap dengan aman beban yang ditimbulkan oleh spesi beton dan berbagai beban luar serta getaran.
Dalam hal ini perubahan bentuk yang terjadi dan geseran – geseran tidak melampaui toleransi tertentu.
9 3. Secara sederhana bekisting harus dapat dipasang, dilepas, dan
dipindahkan. Pekerjaan bekesting mengambil bagian yang vital dalam pekerjaan struktur konstruksi, terutama pada struktur beton. Oleh karena itu pekerjaan bekesting harus direncanakan dengan teliti agar pekerjaan struktur dapat berfungsi sebagaimana mestinya. pekerjaan bekisting juga harus memenuhi persyaratan sebagai berikut ini :
a. Quality, merencanakan dan memasang bekisting yang akurat terhadap ukuran, bentuk posisi, sesuai yang direncanakan dan dapat menghasilkan permukaan yang bagus pada konstruksi beton.
b. Safety, membangun bekisting yang kuat dan mampu mendukung seluruh beban tanpa mengalami perubahan bentuk dan tanpa menimbulkan bahaya bagi pekerja dan struktur itu sendiri.
c. Economy, yaitu membangun bekisting secara efisien, menghemat waktu dan biaya bagi kontraktor atau owner.
2.4 Meterial Pendukung Bekisting
Adapun Beberapa Meterial yang digunakan dalam pembentukan pendukung bekisting sebagai berikut:
1. Kayu
Pemilihan jenis material yang cocok untuk formwork, biasanya didasarkan atas batasan dana yang tersedia, tetapi tetap memperhatikan mutu dan keselamatan kerja. Dan pada saat pembongkaran formwork, material tersebut sebagian besar rusak dan menjadi sampah dan tidak dapat digunakan lagi. Namun karena berkembangnya tuntutan, baik untuk struktur beton yang lebih besar, maupun tuntutan kualitas yang tinggi, maka digunakan jenis kayu yang lebih kuat, dan karena harganya yang mahal, maka diupayakan sebagian besar kayu dapat digunakan kembali secara berulang (Asiyanto, 2017).
2. Tegoflim
Tegofilm adalah produk multiplek yang permukaannya dilapisi dengan lembaran Phenol Formaldehyde Film pada satu sisi atau dua sisi. Multiplek tegofilm ini bisa digunakan berulang sampai 6 – 12 kali pakai. Pada umumnya tegofilm tersedia dalam ketebalan 12 mm, 15 mm, dan 18 mm dengan ukuran
10 120 x 240 cm. Material jenis ini mempunyai tekstur yang lebih halus dibandingkan multiplek dan sering digunakan untuk pembuatan bekisting balok, plat dan kolom khususnya pada bekisting semi sistem maupun bekisting sistem.
3. Multiplek
Multiplek tersedia dalam ukuran 120x240 cm dan 90x180 cm dengan ketebalan bervariasi dari 3 mm, 4 mm, 6 mm, 9 mm, 12 mm, 15 mm, dan 18 mm. Namun yang sering digunakan sebagai bekisting beton adalah ketebalan 9 mm, 12 mm, dan 15 mm. Multiplek hanya mempunyai ketahanan sekitar 2 – 3 kali pakai.
Selain itu penggunaan multiplek membuat permukaan beton menjadi kurang halus.
2.5 Metode Palaksanaan Bekisting
Dalam Metode palaksanaan bekisting terdapat beberapa tahap atau proses pembuatan bekisting yaitu sebagai berikut:
1. Tentukan Ukuran Bekisting
Hal pertama yang harus dilakukan yaitu menyiapkan bahannya anda bisa menggunakan dimensi penampang kolom yang dibuat dengan ukuran beragam.misalnya saja 25*35* atau 20*30 cm Semuanya disesuaikan dengan kebutuhan dan juga seberapa besar bangunan yang anda dirikan. Selanjutnya harus merancanakan ketinggian kolom yang dibuat umumnya yaitu 4 meter .hal ini akan membantu untuk membangun bangunan yang cukup tinggi Walaupun bekisting tersebut memang lebih tinggi dibandingkan bangunan yang seharsunya.
2. Pemotongan triplek atau kayu sebagai bekisting
Selanjutnya adalah tahapan metode pelaksanaan bekisting yang baik dan benar.pertama silahkan potong triplek dengan ukuram yang sudah ditentukan misalnya 25*35 dengan ketinggian 4,5 Meter . Kemudian setelah itu buatlah sebanyak 2 lembar atau 2 sisi . Karena pada umunya panjang triplek adalah 8 kaki atau 240 cm kemudian nantinya anda bias menyambungkan 2 triplek menjadi 1. Agar panjangnya sebesar 450 cm atau 4 cm melakukan penyambungan dua triplek tersebut penyambungan ini bias berfungsi untuk
11 membuat lembaran tripleks,menjadi lembaran yang kuat dan juga kaku. Jika sudah tahapan selanjutanya yaitu potong triplek sebanyak 2 lembar kemudian sambungkan nantinya 3 batang kayu berukuran 1 x 2 x 4,5 meter akan menyusuaikan dengan ukuran triplek tersebut kayu ini nantinya akan membantu untuk merakit bekisting. Agar lebih mudah untuk di bentuk seperti kolom,berikut contoh gambar pemasangan bekisting kolom dapat dilihat pada gambar 2.4.
Gambar 2.4: Pamasangan bekisting kolom gedung multifungsi Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara.
3. Lipat kerangka menjadi 4 Bagian
Apabila sudah selesai menyiapkan kerangka dan juga bentuk dari bekisting kemudian selanjutnya lipa menjadi 4 bagian seperti halnya balok memanjang selanjutnya buat stang pengait dari besi atau kayu untuk membantu mengunci empat sisi bekisting kolom tersebut. Setelah selesai buatlah dudukan bekisting yang bias terbuat dari kedua bahan yang sama untuk bantu menyokong nya.
Hal ini dilakukan agar dapat berdiri tegak dengan kokoh tanpa adanya kondisi miring.
12 2.6 Pembiayaan Material Bekisting
Menurut Nawy (1997) Pembiayaan pada bekisting berkisar antara 35%
hingga 60% dari seluruh biaya struktur beton. Pengaruh biaya pekerjaan bekisting terhadap biaya pekerjaan struktur beton, merupakan hal yang harus di rencanakan agar pekerjaan bekisting lebih ekonomis.
2.6.1 Biaya Untuk Bekisting Semi Sistem
Tipe bekisting ini biasanya di gunakan untuk lantai yang dipakai berulang kali dalam bentuk bekisting meja dari misalnya 20 hingga 40 m2/meja dan untuk dinding digunakan berulang kali dari misalnya 15 hingga 35 m2/dinding. Dalam hal ini. Konstruksi penopang dari baja dapat di sewa. Biaya untuk kayu adalah 1. Biaya investasi.
2. Biaya untuk kemungkinan bekisting jalur pengepas dan bekisting tepi.
3. Biaya tambahan perbaikan.
4. Nilai Sisa.
2.6.2 Biaya untuk Bekisting Tradisional
Menurut Wigbout (1992) Biaya material untuk bekisting tradisional dengan bantuan nilai-nilai pengalaman terhadap penurunan nilai pada setiap pemakaian yang bersifat kualitatif maupun kuantitatif. Berdasarkan bentuk beton yang akan di kerjakan dan seringnya penggunaan ulang yang di harapkan, seringkali dilakukan perhitungan dengan :
1. Kayu papan dapat digunakan 3 hingga 5 kali 2. Kayu balok dapat digunakan 6 hingga 12 kali
2.6.3 Bekisting Sistem
Bekisting sistem merupakan perkembangan lebih lanjut kesebuah bekisting yang universal, yang segala kamungkinan dapat dipakai atau digunakan berbagai macam bangunan. Bekisting ini dibuat d pabrik dan di tujukan pada bangunan yang bersangkutan dengen elemen-elemen pembantu yang meruapakan bagiann dari sistem proses pengerjaan nya lebih ringan.
13 2.6.4 Perbandingan Biaya Ketiga Bekisting
Dari ketiga bekisting tersebut dapat di simpulan bahwa perbandingan biaya bekisting tersebut ialah:
1. Untuk Bekistung Semi Sistem
a. Biaya angkut untuk bagian bagian yang tahan lama b. Penghapusan kayu
c. Tepi-Tepi lantai
d. Penyewaan stempel-stempel baja 2. Untuk bekisting konvensional
a. Biaya angkut untuk bagian bagian yang tahan lama b. Tepi-Tepi lantai
c. Penyewaan stempel-stempel baja d. Penyewaan stempel-stempel baja 3. Untuk Sistem
a. Biaya angkut untuk bekisting sistem dan stempel-stempel tambahan b. Penyawaan bekisting
c. Tepi-Tepi lantai dan merapikan d. Penyawaan stempel-stempel baja
e. Penyawaan untuk kemungkinan penstempelan satu diatas lainnya
2.7 Meterial Pendukung dan Penopang Bekisting
Menurut Wigbout (1992) penopang dalam perkembangannya dirancang dan digunakan dalam banyak ragam. Dalam hal tersebut, dengan sifatnya yang sementara penopang di tuntut untuk :
1. Pada bobot yang ringan, penopang dapat memindahkan beban-beban yang relatif tinggi
2. Tahan terhadap pengunaan yang berlangsung kasar 3. Sederhana dalam proses pemasangan atau penyetelan 4. Komponen-komponen yang harus di lepas sangat sedikit 5. Mudah di kontrol
6. Adanya kemungkinan pengulangan, besarnya pekerjaan dan bobotnya 7. Keadaan tanah
14 8. Adanya jalan air atau lalu lintas
9. Kemungkinan adanya tuntutan sehubungan dengan kelancaran lalu lintas.
Pengunaan Material penopang, terbagi kedalam beberapa jenis yaitu:
a. Stempel kayu b. Stempel baja
c. Stempel pipa dari baja
2.8 Manajemen Konstruksi
Biaya manajemen konstruksi merupakan biaya paling banyak yang digunakan untuk membiayai kegiatan manajemen konstruksi Pembangunan Bangunan Gedung Negara. Besarnya biaya manajemen konstruksi dihitung secara orangbulan dan biaya langsung yang bisa diganti, sesuai dengan ketentuan biaya langsung personel (billing rate). Biaya manajemen konstruksi ditetapkan dari hasil seleksi atau penunjukan langsung pekerjaan yang bersangkutan yang meliputi biaya untuk:
1. Perancanaan sumber daya 2. Estimasi biaya
3. Penganggaran biaya 4. Pengandalian biaya
2.9 Rencana Anggaran Biaya
Rencana Anggaran Biaya (RAB) adalah perhitungan atau perkiraan biayabiaya yang diperlukan untuk tiap pekerjaan dalam suatu proyek konstruksi, sehingga diperlukan total biaya yang diperlukan untuk pelaksanaan proyek.
Rencana Anggaran Biaya dibuat sebelum proyek tersebut dilaksanakan karena Rencana Anggaran Biaya hanya rencana anggaran perkiraan, bukan Rencana Anggaran Pelaksanaan atau sebenarnya. Perhitungan Rencana Anggaran Biaya dilakukan berdasarkan gambar-gambar rencana, spesifikasi yang telah ditentukan, upah tenaga kerja, serta harga bahan dan alat.
Namun ada beberapa pendapat para ahli mengenai RAB antara lain:
1. Menurut Djojowirono (1984), rencana anggaran biaya merupakan perkiraan biaya yang diperlukan untuk setiap pekerjaan dalam suatu proyek konstruksi
15 sehingga akan diperoleh biaya total yang diperlukan untuk menyelesaikan suatu proyek.
2. Menurut Ibrahim (1993), yang dimaksud rencana anggaran biaya (begrooting) suatu bangunan atau proyek adalah perhitungan banyaknya biaya yang diperlukan untuk bahan dan upah, serta biaya-biaya lain yang berhubungan dengan pelaksanaan bangunan atau proyek tersebut.
Anggaran biaya merupakan harga dari bangunan yang dihitung dengan teliti, cermat dan memenuhi syarat. Anggaran biaya pada bangunan yang sama akan berbeda-beda di masing-masing daerah, disebabkan karena perbedaan harga bahan dan upah tenaga kerja .
Anggran adalam jumlah dari masing-masing hasil perhitungan volume dengan harga satuan pekerjaan yang bersangkutan. Berikut dapat disumpulkan yaitu:
Estimasi Biaya = Σ Volume x Harga Satuan Pekerjaan (2.1)
2.10 Penelitian Sebelumnya
Pada penelitian ini dicantumkan beberapa hasil penelitian yang telah dilakukan peneliti sebelumnya yang dianggap mempunyai keterkaitan sehingga dapat dijadikan sebagai studi pustaka.
1. Tinjauan perbandingan biaya pengguna bekisting kolom kayu, plywood dan sistem peri (Peri lico).
Penelitian yang dilakukan Oleh Rinova Firman Cahyani (2017) tentang Tinjauan perbandingan biaya pengguna bekisting kolom kayu, plywood dan sistem peri tersebut memberikah hasil kesimpulan bahwa:
a. Anggaran biaya pekerjaan bekisting kolom 60 cm x 60 cm dengan 9 kolom di dapatkan : Bekisting kayu Rp. 9.138.150,00; Bekisting plywood Rp.
11.334.150,00; Bekisting Sistem dalam harga beli Rp. 300,159,270,00;
Bekisting Sistem peri laco dalam harga sewa Rp. 79.777,350,00;
b. Perbandingan biaya bekisting kolomkayu, plywood, dan Sistem Peri (Peri Lico) didapat selisih biaya yaitu : Perbandingan biaya penggunaan bekisting kolomkayu, plywood, dan Sistem Peri (dalam harga sewa) untuk biaya 1 (satu) kolom yaitu 1 : 1 : 8.
16 c. Biaya bekisting Sistem Peri (Peri Lico) dalam harga sewa maupun beli memang sangat mahal. Tetapi harga tersebut hanya berlaku untuk awal bulan pertama dalam pembelian dan penyewaan. untuk bulan berikutnya harga bisa lebih murah dari bulan pertama pembelian/penyewaan.
2. Analisa Bekisting Metode Semi Sistem dan Metode Sistem Pada Bangunan Gedung.
Penelitian yang dilakukan Oleh Muis (2013) Tentang Analisa Bekisting Metode Semi Sistem dan Metode Sistem Pada Bangunan Gedung memberikan hasil kesimpulan bahwa:
a. Biaya antara pekerjaan bekisting metode sistem lebih mahal dibandingkan dengan bekisting metode semi sistem.
b. Waktu pekerjaan bekisting metode sistem lebih cepat penyelesaiannya dibandingkan metode semi sistem. Jadi bekisting metode sistem dipakai atau dipilih apabila proyek konstruksi dituntut untuk lebih cepat dan perusahaan mendapatkan proyek yang sama atau berulang-ulang.
3. Analisa Perbandingan penggunaan bekisting konvensional, semi sistem, dan sistem (peri) pada kolom gedung bertingkat.
Penelitian yang dilakukan Oleh Arif Hidayat (2017) Tentang Analisa Perbandingan penggunaan bekisting konvensional, semi sistem, dan sistem (peri) pada kolom gedung bertingkat memberikan kesimpulan bahwa:
a. Proyek world trade center 3, Jakarta jika mengutamakan segi biaya, pekerjaan bekisting lebih tepat menggunakan bekisting semi sistem. Jika mengutamakan segi waktu, pekerjaan bekisting sudah tepat menggunakan sistem peri karena bekisting ini durasi pekejerjaaannya paling cepat di antara lainnya.
b. Proyek Ruko Grand Kota Bintang, Bekasi jika mengutamakan segi biaya, pekerjaan bekisting sudah tepat menggunakan bekisting semi sistem karena memiliki biaya pekerjaan yang sangat paling murah di antara bekisting lainnya.jika mengutamakan segi waktu, pekerjaan bekisting lebih tepat menggunakan sistem (PERI).
c. Proyek Ruko Gajah Mada, Semarang jika mengutamakan segi biaya, pekerjaan bekisting lebih tepat menggunakan bekisting semi sistem. Jika
17 mengutamakan segi waktu, pekerjaan bekisting lebih tepat menggunakan bekisting sistem (PERI).
4. Analisis Koefesien harga satuan tenaga kerja dilapangan dengan membandingkan analisis sni dan analisis bow pada pembesian dan bekisting kolom.
Penelitian yang dilakukan Oleh Arthur Arruan (2014) Tentang Analisis Koefesien harga satuan tenaga kerja dilapangan dengan membandingkan analisis sni dan analisis bow pada pembesian dan bekisting kolom memberikan kesimpulan bahwa:
a. Waktu baku untuk pekerjaan bekisting pada kolom adalah 10,356 menit/m2, sengkang 1,739 menit/kg, dan tulangan 1,487 menit/kg.
b. Koefesien analisis harga tenaga kerja untuk pekerjaan bekisting kolom:
0,065 tukang dan 0,004 pekerja. Dan pekerjaan pembesian kolom: 0,028 tukang dan 0,0134 pekerja.
5. Analisa perbandingan penggunaan bekisting konvensional dengan pra cetak pada pekerjaan kolom apartemen begawan malang.
Penelitian yang dilakukan Oleh Paskalis Aek (2019) Tentang Analisa perbandingan penggunaan bekisting konvensional dengan pra cetak pada pekerjaan kolom apartemen begawan malang memberikan kesimpulan bahwa:
a. Dalam pekerjaan bekisting konvensional dengan hasil analisa untuk luas bangunan 19,5 x 9,505 m membutuhkan biaya pelaksaan sebesar Rp.
27.3813.703,96.
b. Dalam pekerjaan pra cetak dengan hasil analisa dengan luas bangunan 19,5 x 9,505 m membutuhkan biaya pelaksanaan sebesar Rp. 5.678.579,50.
c. Hasil analisa waktu yang di dapat adalah yang tepat digunakan dua jenis bekisting agar menghasilkan waktu yang paling efektif dan efesien yakni bekisting pra cetak. Waktu pekerjaan bekisting konvensional selama 18 hari dan pracetak adalah 12 hari dengan selisih durasi waktu yakni 6 hari.
d. Menggunakan bekisting pra cetak lebih murah dan efesien dibandingkan dengan menggunakan bekisting konvensional kerana dapat dilihat selisih biaya pekerjaan sebesar Rp. 21.696 .174,46.
18 BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1 Bagan Alir Penelitian
Pelaksanaan penelitian Tugas akhir ini melalui beberapa proses, dapat dilihat seperti pada bagan alir Gambar 3.1.
Mulai
Merumuskan masalah danmenentukan tujuan penelitian
Pengumpulan data Dan Analisa Harga
Primer
-Data Kerusakan bahan material bekisting -Dokumentasi Proyek
A
Sekunder
-Gambar Rencana Proyek
Metode AHSP 2016
Hasil Estimasi Biaya
19 Gambar 3.1: Diagram Alir Penelitian
A
Analisa Biaya Bekisting Multiplek
Analisa Biaya Bekisting Tegoflim
Perbandingan Biaya Bekisting Multiplek Dan Tegoflim
Kesimpulan Dan Saran
Selesai
20 3.2 Lokasi Penelitian
Studi ini mengambil lokasi penelitian dilakukan di kota Medan yaitu pada Perancanaan Pembangunan Gedung Multifungsi Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara. Lokasi penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 3.2.
Gambar 3.2: Lokasi Penelitian
3.3 Waktu Penelitian
Pengambilan data primer dilakukan pada tanggal 21 Juli Sampai dengan 23 Agustus 2020, dengan kegiatan melakukan pengawasan di lapangan atau observasi.Pengumpulan data dilakukan kurang lebih selama 30 Hari.
3.4 Tahap Survey Lapangan
Pada tahap ini dilakukan pengecekan lokasi penelitian yang akan ditinjau.
Pengecekan ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui bagaimana keadaan lapangan dan apa saja yang diperlukan untuk melakukan penelitian. Pada tahap ini akan diketahui lokasi penelitian dan kapan waktu yang tepat mengambil data yang akan di perlukan.
21 3.5 Metode Penelitian
Metode Penelitian adalah tuntutan kerja penelitian agar penelitian tersebut memenuhi tujuan penelitian tersebut.
Metode Penelitian juga bisa juga di artikan sebagai studi sistematis secara kualitatif atau kuantitatif dengan berbagai metode dan teknik. Metode ini dapat berupa analisis ilmiah, yaitu analisis deskriptif kualitatif dan analisis kuantitatif.
Penelitian ini bersifat studi kasus, yaitu menghitung perbandingan analisa rencana anggaran biaya Bekisting Perancanaan pembangunan Gedung Multifungsi Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara Dengan Metode AHSP 2016.
3.6 Metode Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dilakukan dengan mengumpulkan spesifikasi dan dokumentasi tentang rancangan struktur kolom khususnya pada material multiplek dibandingkan dengan material tegofilm untuk melakukan analisa biaya dan efektifitas maupun efisiensi lainnya. Untuk mendukung penulisan dan sebagai keperluan dalam analisa data, maka dibutuhkan beberapa data pendukung yang berasal dari dalam maupun dari luar proyek pembangunan gedung. Ada dua macam cara pengumpulan data, antara lain :
1. Data Primer
Data yang dikumpulkan pada penelitian ini adalah pengamatan lapangan secara langsung,. Data primer yang diperlukan adalah :
a. Foto lokasi survey proyek
b. Data kerusakan bahan material bekisting dilapangan yang di peroleh dari konsultan proyek
2. Data Sekunder
Data yang diperoleh dari studi literatur data tersebut di dapatkan dari sejumlah laporan dan dokumen yang telah di susun oleh pihak proyek, data sekunder yang diperlukan adalah :
a. Gambar Rencana Proyek
22 3.7 Analisis Data
Pada kegiatan analisa data dilakukan beberapa hal yang berkaitan dengan pengolahan data antara lain sebagai berikut :
a. Merangkum indeks koefisien sesuai AHSP 2016 untuk tata cara perhitunganharga satuan pekerjaan.
b. Pengumpulan daftar harga bahan, tenaga, upah dan alat sesuai dengan standar satuan harga kota medan untuk Perancanaan pembangunan Gedung Multifungsi Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara.
23 BAB 4
HASIL PEMBAHASAN
4.1 Tinjauan Umum
Nilai suatu pekerjaan dengan metode pekerjaan yang akan digunakan ke dalam sebuah pekerjaan sangat berpengaruh dalam perencanaan sebuah proyek.
Cara untuk membandingkan alternatif metode untuk mengetahui metode yang lebih efektif dilihat dari segi biaya adalah dengan menganalisis rencana anggaran biaya dan kemudian di implementasikan pada pelaksanaan sebuah proyek.
Untuk mengetahui hasil yang di inginkan maka dilakukan analisis terhadap rencana anggaran biaya pekerjaan bekisting yaitu membandingkan bekisting menggunakan material multiplek dengan bekisting menggunakan material tegofilm. Berikut ini merupakan data pembangunan yang menjadi obyek Tugas Akhir :
Nama Proyek : Perancanaan Pembangunan Gedung Multifungsi UMSU Lokasi Proyek : Jln.Mukhtar Basri No.3 Kota Medan
Tahun : 2019
Kontraktor : Ilman Tobing
Konsultan : Yaumil Fauzi, S.T,M.T Struktur : Zeid Abdul Kadri Jumlah Lantai : 8 Lantai
Dalam analisis rencana anggaran biaya terutama pada pekerjaan bekisting yaitu antara bekisting yang menggunakan material multiplek dengan bekisting menggunakan tegofilm, tentunya dipengaruhi oleh beberapa faktor,seperti jumlah material dan jumlah pekerja yang dibutuhkan. Oleh karena itu, perlu dilakukan analisis rencana anggaran biaya bekisting tersebut untuk mengetahui biaya jenis material bekisting yang lebih murah dan efektif.
24 4.2 Detail Kolom
Pada Perancanaan Pembangunan Gedung Multifungsi Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara terdapat beberapa tipe kolom,diantaranya kolom persegi dan persegi panjang. Dalam penelitian ini 2 kolom tipe tersebutlah yang akan di tinjau. Rekapitulasi detail kolom Perancanaan Gedung Multifungsi Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara dapat dilihat pada Tabel 4.1 berikut ini.
Tabel 4.1: Rekapitulasi Detail Kolom Gedung Multifungsi UMSU KOLOM
JUMLAH KOLOM
TOTAL
L1 L2 L3 L4 L5 L6 L7 LA
K1
600/600 14 14 14 14 14 14 14 14 112
K2
500/500 2 2 2 2 2 2 2 2 16
K3
600/600 12 12 12 12 12 12 12 - 84
K4
600/600 2 2 2 2 2 2 - - 12
Jumlah 30 30 30 30 30 30 28 16 224
4.3 Menghitung Luasan kolom
Pada perancanaan pembangunan Gedung Mulfifungsi Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara terdapat 112 buah kolom tipe K1 dengan dimensi b = 600 mm, h = 600 mm, H = 4300 mm. Untuk tinggi tiap lantai ada yang berbeda,untuk kolom di lantai 1 tinggi 4,3 m, untuk kolom di lantai 2-6 tinggi 3,3 m, untuk di lantai 7 tinggi kolom 3,6 m, untuk kolom lantai 8 atap panel tinggi kolom 2,3 m. Didapatkan dari tinggi kolom di kurangi tinggi balok terkecil, maka didapatkan tinggi bekisting 4300mm. Berikut ini adalah perhitungan luas bekisting kolom K1 L1.
25 Luas Bekisting Kolom K1 L1 = ((2 x b) + (2 x h)) x H
= ((2 x 600) + (2 x 600)) x 4300
= 10.320.000 mm2
= 10,320 m2
Untuk perhitungan luasan kolom lainnya dilakukan dengan cara dan rumus yang sama,rekapitulasi perhitungan luasan per kolom dapat dilihat pada Tabel 4.2 dan untuk rekapitulasi luasan kolom seluruh lantai pada Tabel 4.3 Dibawah ini : Tabel 4.2: Rekapitulasi Perhitungan Luasan Per kolom
Jenis Kolom
Dimensi (mm) Tinggi (mm)
Jumlah Lantai
Luas (m2)
b h
K1 600 600 4300 L1 10,320
600 600 3300 L2-L6 7,920
600 600 3600 L7 8,640
600 600 2300 LA 5,520
K2 500 500 4300 L1 8,600
500 500 3300 L2-L6 6,600
500 500 3600 L7 7,200
500 500 2300 LA 4,600
K3 600 600 4300 L1 10,320
600 600 3300 L2-L6 7,920
600 600 3600 L7 8,640
K4 600 600 4300 L1 10,320
600 600 3300 L2-L6 7,920
26 Tabel 4.3: Rekapitulasi Luas Seluruh Tipe Kolom
Kolom Luas Bekisting Kolom (m2) Luas total
(m2)
L1 L2 L3 L4 L5 L6 L7 LA
K1
600/600 144,480 100,880 100,880 100,880 100,880 100,880 120,960 77,280 847,120 K2
500/500 17,200 13,200 13,200 13,200 13,200 13,200 14,400 9,200 106,800 K3
600/600 123,840 95,040 95,040 95,040 95,040 95,040 103,680 - 702,720 K4
600/600 20,640 15,840 15,840 15,840 15,840 15,840 - - 99,840
Jumlah 306,160 224,960 224,960 224,960 224,960 224,960 239,040 86,480 1783,480
27 4.4 Analisi Kebutuhan Biaya Bekisting Kolom Menggunakan Multiplek Pengunaan multiplek dengan tebal 12 mm pada bekisting dapat digunakan sebanyak tiga kali. Dalam perhitungan analisa harga satuan pekerjaan 1 m² bekisting menggunakan koefisien AHSP 2016. Berikut adalah analisa harga satuan pekerjaan bekisting multiplek :
1. Pekerjaan 1 m² bekisting kolom dengan menggunakan multiplek 12 mm dapat dilihat pada Tabel 4.4 dibawah ini :
Tabel 4.4: Biaya Bekisting Kolom per m² Menggunakan Multiplek Kebutuhan Satuan Indek
s
Harga Satuan (Rp)
Jumlah (Rp)
Bahan
Papan Kayu
Terantang m3 0,040 1.448,200,00 57.928,00 Paku 5 cm – 12 cm kg 0,400 17.500,00 7.000,00 Minyak Bekisting Ltr 0,200 12.500,00 2.500,00 Balok Kayu
Borneo m3 0,040 5.400,000,00 216.000,00 Multiplek 12 mm Lbr 0,350 253.400,00 88.690,00
Jumlah Kebutuhan Bahan 372.118,00
Tenaga Kerja
Pekerja OH 0,660 100,000.00 66.000,00 Tukang Kayu OH 0,330 125,000.00 41.250,00 Kepala Tukang OH 0,033 165.000,00 5.445,00
Mandor OH 0,033 150.000,00 4.950,00
Jumlah Kebutuhan Tenaga Kerja 117.645,00
Peralata n
600 x 600 L1 (K1)
Tie Rod m2 1,937 80.000,00 154.960,00 Pipa Support m2 0,775 35.000,00 27.125,00 Swivel Base
Double m2 0,387 18.000,00 6.966,00
U Head m2 0,775 9.000,00 6.975,00
Scaffolding m2 0,193 350.000.00 67,550,00
28 Tabel 4.4: Lanjutan
Spanner m2 0,193 50.000,00 9.650,00 Jumlah Kebutuhan Peralatan 273.226,00
Peralata n
600 X 600 L2-L6 (K1)
Tie Rod m2 2,525 80.000,00 202.000,00
Pipa Support m2 1,010 35.000,00 35.350,00 Swivel Base
Double m2 0,505 18.000,00 9.090,00
U Head m2 1,010 9.000,00 9.090,00
Scaffolding m2 0,252 350.000.00 88.200,00
Spanner m2 0,252 50.000,00 12.600,00
Jumlah Kebutuhan Peralatan 356.330,00
Peralata n
600 X 600 L7 (K1)
Tie Rod m2 2,315 80.000,00 185.200,00
Pipa Support m2 0,926 35.000,00 32.410,00 Swivel Base
Double m2 0,463 18.000,00 8.334,00
U Head m2 0.926 9.000,00 8.334,00
Scaffolding m2 0,231 350.000.00 80.850,00
Spanner m2 0,231 50.000,00 11.550,00
Jumlah Kebutuhan Peralatan 326.678,00
Peralata n
600 X 600 LA (K1)
Tie Rod m2 3,623 80.000,00 289.840,00
Pipa Support m2 1,449 35.000,00 50.715,00 Swivel Base
Double m2 0,724 18.000,00 13.032,00
U Head m2 1,449 9.000,00 13.041,00
Scaffolding m2 0,362 350.000.00 126.700,00
Spanner m2 0,362 50.000,00 18.100,00
Jumlah Kebutuhan Peralatan 511.428,00
29 Tabel 4.4: Lanjutan
Peralata n
500 X 500 L1 (K2)
Tie Rod m2 2,325 80.000,00 186.000,00
Pipa Support m2 0,930 35.000,00 32.550,00 Swivel Base
Double m2 0,465 18.000,00 8.370,00
U Head m2 0,930 9.000,00 8.370,00
Scaffolding m2 0,232 350.000.00 81.200,00
Spanner m2 0,232 50.000,00 11.600,00
Jumlah Kebutuhan Peralatan 328.090,00
Peralata n
500 X 500 L2-L6 (K2)
Tie Rod m2 3,030 80.000,00 242,400,00
Pipa Support m2 1,212 35.000,00 42.420,00 Swivel Base
Double m2 0,606 18.000,00 10.908,00
U Head m2 1,212 9.000,00 10.908,00
Scaffolding m2 0,303 350.000.00 106.050,00
Spanner m2 0,303 50.000,00 15.150,00
Jumlah Kebutuhan Peralatan 427.836,00
Peralata n
500 X 500 L7 (K2)
Tie Rod m2 2,777 80.000,00 222.160,00
Pipa Support m2 1,111 35.000,00 38.885,00 Swivel Base
Double m2 0,555 18.000,00 9.990,00
U Head m2 1,111 9.000,00 9.999,00
Scaffolding m2 0,277 350.000.00 96.950,00
Spanner m2 0,277 50.000,00 13.850,00
Jumlah Kebutuhan Peralatan 391.834,00
Peralata n
500 X 500 LA (K2)
Tie Rod m2 4,347 80.000,00 347.760,00
Pipa Support m2 1,739 35.000,00 60.865,00 Swivel Base
Double m2 0,869 18.000,00 15.642,00
30 Tabel 4.4: Lanjutan
U Head m2 1,739 9.000,00 15.651,00
Scaffolding m2 0,434 350.000.00 151,900,00
Spanner m2 0,434 50.000,00 21.700,00
Jumlah Kebutuhan Peralatan 613.518,00 Catatan Untuk dimensi 600 X 600 K3,K4 tidak di hitung karna
perhitungannya sama dengan K1
Pada pemakaian pertama, bekisting multiplek tidak mengalami kerusakan.
Pada pemakian kedua,bekisting multiplek mengalami kerusakan sebesar 15 % (di dapat dari wawancara dengan konsultan pengawas proyek gedung multifungsi Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara ) akibat pembongkaran bekisting saat pemakaian pertama. Sama dengan pamakaian ketiga, bekisting multiplek mengalami kerusakan 30 % dari pemakaian pertama. Berikut ini adalah harga satuan multiplek 1 m2 pemakaian kedua dan pemakaian ketiga :
Harga multiplek pemakaian kedua = 15 % x 88.690,00
= 13.303,5
Harga multiplek pemakaian ketiga = 30 % x 88.690,00
= 26.607,00
Untuk koefisien kebutuhan peralatan di hitung sesuai dengan dimensi kolom masing-masing. Dengan cara jumlah kebutuhan alat dalam satu kolom dibagi dengan luasan kolom tersebut, berikut ini adalah contoh perhitungan koefisien alat Tie Rod :
Tie Rod yang di butuhkan sebanyak 20 buah dengan luasan kolom 10,320 m2 Koefisien Tie Rod = 20 : 10,320
= 1,937 Pipa Support = 8 : 10,320
= 0,775 Swivel Base Double = 4 : 10,320
= 0,387 U Head = 8 : 10,320
= 0,775
31 Scaffolding = 2 : 10,320
= 0,193 Spanner = 2 : 10,320
= 0,193
Untuk perhitungan koefisien alat lainnya dilakukan dengan cara yang sama.
Jenis peralatan dan koefisien peralatan untuk bekisting multiplek dan bekisting tegofilm sama, jadi hanya dilakukan 1 kali perhitungan.
2. Rekapitulasi perhitungan biaya bekisting untuk struktur kolom dengan menggunakan multiplek 12 mm dapat dilihat pada Tabel 4.5 berikut ini.
Rekapitulasi ini biaya yang didapat sudah termasuk bahan, tenaga kerja, dan peralatan. Pada pemakaian kedua, biaya multiplek per m² yang dimasukkan adalah biaya waste sebesar Rp 13.303,5. Untuk bahan lainnya diasumsikan baru, kemudian ditambahkan dengan biaya tenaga kerja per m² dan biaya peralatan per m² sesuai dengan dimensi kolom lalu dikalikan dengan luasan kolom.
32 Tabel 4.5: Rekapitulasi Perhitungan Biaya Bekisting Struktur Kolom Menggunakan Multiplek
Dimensi Jumlah Luas (m2)
Biaya Pemakaian Material (Rp)
Total (Rp) Pemakaian Pertama Pemakaian kedua Pemakaian Ketiga
600 x 600 K1 L1 14 10,320 36.745.550,24 33.114.912,32 33.755.632,96 103.616.095,52 600 x 600 K1 L2-L6 70 7,920 156.357.986,40 142.426.468,80 144.885.048,00 443.669.503,20 600 x 600 K1L7 14 8,640 32.918.901,12 29.879.297,28 30.415.714,56 93.213.912,96 600 x 600 K1 LA 14 5,520 25.790.680,16 23.848.711,04 24.191.422,08 73.830.813,28
500 x 500 K2 L1 2 8,600 7.003.535,80 6.385.207,60 - 13.388.743,40
500 x 500 K2 L2-L6 10 6,600 20.187.178,00 18.528.664,00 18.821.352,00 57.537.194,00 500 x 500 K2 L7 2 7,200 6.347.498,40 5.804.712,00 - 12.152.210,40 500 x 500 K2 LA 2 4,600 5.075.092,60 4.728.312,40 - 9.803.405,00 600 x 600 K3 L1 12 10,320 31.496.185,92 28.384.210,56 28.933.399,68 88.813.796,16 600 x 600 K3 L2-L6 60 7,920 134.021.131,20 122.079.830,40 124.187.184,00 380.288.145,60 600 x 600 K3 L7 12 8,640 28.216.200,96 25.610.826,24 26.070.612,48 79.897.639,68 600 x 600 K4 L1 2 10,320 7.874.046,48 7.096.052,64 - 14.970.099,12 600 x 600 K4 L2-L6 10 7,920 22.336.855,20 20.346.638,40 20.697.864,00 63.381.357,60
Jumlah Kebutuhan bahan bekisting multiplek dengan 3 kali pemakaian 1.434.562.915,92
33 4.5 Analisis Kebutuhan Biaya Bekisting Kolom Menggunakan Tegofilm Perhitungan analisa harga satuan pekerjaan bekisting tegofilm 12 mm menggunakan koefisien AHSP 2016. Berikut ini adalah harga satuan pekerjaan bekisting tegofilm :
1. Pekerjaan 1 m2 tegofilm 12 mm dapat di lihat pada tabel 4.6 di bawah ini : Tabel 4.6: Biaya Bekisting Kolom per m² Menggunakan Tegofilm
Kebutuhan Satuan Indek s
Harga Satuan (Rp)
Jumlah (Rp)
Bahan
Papan Kayu
Terantang m3 0,040 1.448,200,00 57,928.00 Paku 5 cm – 12
cm Kg 0,400 17.500,00 7,000.00
Minyak Bekisting Ltr 0,200 12.500,00 2,500.00 Balok Kayu
Borneo m3 0,040 5.400,000,00 216,000.00 Tegofilm 12 mm Lbr 0,350 385.000,00 134.750,00
Jumlah Kebutuhan Bahan 418.178,00
Tenaga Kerja
Pekerja OH 0,660 100.000,00 66.000,00 Tukang Kayu OH 0,330 125.000,00 41.250,00 Kepala Tukang OH 0,033 165.000,00 5.445,00 Mandor OH 0,033 150.000,00 4.950,00
Jumlah Kebutuhan Tenaga Kerja 117.645,00
Peralata n
600 x 600 L1 (K1)
Tie Rod m2 1,937 80.000,00 154.960,00 Pipa Support m2 0,775 35.000,00 27.125,00 Swivel Base
Double m2 0,387 18.000,00 6.966,00
U Head m2 0,775 9.000,00 6.975,00
Scaffolding m2 0,193 350.000.00 67,550,00 Spanner m2 0,193 50.000,00 9.650,00
Jumlah Kebutuhan Peralatan 273.226,00 600 X 600 L2-L6 (K1)
Tie Rod m2 2,525 80.000,00 202.000,00
34 Tabel 4.6: Lanjutan
Peralata n
Pipa Support m2 1,010 35.000,00 35.350,00 Swivel Base
Double m2 0,505 18.000,00 9.090,00
U Head m2 1,010 9.000,00 9.090,00
Scaffolding m2 0,252 350.000.00 88.200,00 Spanner m2 0,252 50.000,00 12.600,00 Jumlah Kebutuhan Peralatan 356.330,00
Peralata n
600 X 600 L7 (K1)
Tie Rod m2 2,315 80.000,00 185.200,00 Pipa Support m2 0,926 35.000,00 32.410,00 Swivel Base
Double m2 0,463 18.000,00 8.334,00
U Head m2 0.926 9.000,00 8.334,00
Scaffolding m2 0,231 350.000.00 80.850,00 Spanner m2 0,231 50.000,00 11.550,00 Jumlah Kebutuhan Peralatan 326.678,00
Peralata n
600 X 600 LA (K1)
Tie Rod m2 3,623 80.000,00 289.840,00 Pipa Support m2 1,449 35.000,00 50.715,00 Swivel Base
Double m2 0,724 18.000,00 13.032,00
U Head m2 1,449 9.000,00 13.041,00
Scaffolding m2 0,362 350.000.00 126.700,00 Spanner m2 0,362 50.000,00 18.100,00
Jumlah Kebutuhan Peralatan 511.428,00
Peralata n
500 X 500 L1 (K2)
Tie Rod m2 2,325 80.000,00 186.000,00 Pipa Support m2 0,930 35.000,00 32.550,00 Swivel Base
Double m2 0,465 18.000,00 8.370,00
U Head m2 0,930 9.000,00 8.370,00
Scaffolding m2 0,232 350.000.00 81.200,00
35 Tabel 4.6: Lanjutan
Spanner m2 0,232 50.000,00 11.600,00 Jumlah Kebutuhan Peralatan 328.090,00
Peralata n
500 X 500 L2-L6 (K2)
Tie Rod m2 3,030 80.000,00 242,400,00 Pipa Support m2 1,212 35.000,00 42.420,00 Swivel Base
Double m2 0,606 18.000,00 10.908,00
U Head m2 1,212 9.000,00 10.908,00
Scaffolding m2 0,303 350.000.00 106.050,00 Spanner m2 0,303 50.000,00 15.150,00
Jumlah Kebutuhan Peralatan 427.836,00
Peralata n
500 X 500 L7 (K2)
Tie Rod m2 2,777 80.000,00 222.160,00 Pipa Support m2 1,111 35.000,00 38.885,00 Swivel Base
Double m2 0,555 18.000,00 9.990,00
U Head m2 1,111 9.000,00 9.999,00
Scaffolding m2 0,277 350.000.00 96.950,00 Spanner m2 0,277 50.000,00 13.850,00 Jumlah Kebutuhan Peralatan 391.834,00
Peralata n
500 X 500 LA (K2)
Tie Rod m2 4,347 80.000,00 347.760,00 Pipa Support m2 1,739 35.000,00 60.865,00 Swivel Base
Double m2 0,869 18.000,00 15.642,00
U Head m2 1,739 9.000,00 15.651,00
Scaffolding m2 0,434 350.000.00 151,900,00 Spanner m2 0,434 50.000,00 21.700,00
Jumlah Kebutuhan Peralatan 613.518,00
36 Tabel 4.6: Lanjutan
Catatan Untuk dimensi 600 X 600 K3,K4 tidak di hitung karna perhitungannya sama dengan K1
Untuk pemakaian pertama, tegofilm tidak mengalami kerusakan. Pada pemakaian kedua, tegofilm memiliki estimasi kerusakan sebesar 7% (ini di dapat dari asumsi peneliti karna di proyek gedung multifungsi Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara tidak memakai material tegofilm) akibat pembongkaran bekisting sebelumnya. Untuk pemakaian berikutnya estimasi kerusakan menjadi 14% hingga pemakaian keenam estimasi kerusakan menjadi 35%. Untuk harga per m² bekisting material tegofilm pemakaian kedua hingga pemakaian keenam dapat dilihat pada Tabel 4.7 berikut ini :
Tabel 4.7: Harga per m2 Tegofilm 6 kali Pemakian BAHAN TEGOFILM
Pemakaian Pertama 134.750,00
Pemakaian Kedua (7 %) 9.432,50 Pemakaian Ketiga (14%) 18.865,00 Pemakaian keempat (21%) 28.297,50 Pemakaian Kelima (28%) 37.730,00 Pemakaian Keenam (35%) 47.162,50
2. Rekapitulasi ini biaya yang didapat sudah termasuk bahan, tenaga kerja, dan peralatan. Pada pemakaian kedua, biaya tegofilm per m² yang dimasukkan adalah biaya waste sebesar Rp 9.432,50. Untuk bahan lainnya diasumsikan baru, kemudian ditambahkan dengan biaya tenaga kerja per m² dan biaya peralatan per m² sesuai dengan dimensi kolom lalu dikalikan dengan luasan kolom. Rekapitulasi perhitungan biaya bekisting untuk struktur klom menggunakan tegofilm 12 mm dapat dilihat pada Tabel 4.8 berikut ini.
37 Tabel 4.8: Rekapitulasi Perhitungan Biaya Bekisting Menggunakan Tegofilm
Dimensi
(mm) Jumlah Luas
(m2)
Biaya Pemakaian Material (Rp)
Pemakian Pertama Pemakian Kedua Pemakian Ketiga
600 x 600 K1 L1 14 10,320 19.481.899,92 16.464.242,48 16.691.389,12 600 x 600 K1 L2-L6 70 7,920 82.434.937,20 70.855.554,00 71.727.163,20 600 x 600 K1L7 14 8,640 17.388.020,16 14.861.609,28 15.051.778,56 600 x 600 K1 LA 14 5,520 13.488.592,88 11.874.497,04 11.995.994,08 500 x 500 K2 L1 2 8,600 7.429.651,80 6.351.917,00 -
500 x 500 K2 L2-L6 10 6,600 10.600.249,00 9.221.751,00 9.325.514,00 500 x 500 K2 L7 2 7,200 6.679.130,40 5.776.840,80 -
500 x 500 K2 LA 2 4,600 5.286.968,60 4.710.505,80 -
600 x 600 K3 L1 12 10,320 16.698.771,36 14.112.207,84 14.306.904,96 600 x 600 K3 L2-L6 60 7,920 70.658.517,60 60.733.332,00 61.480.425,60 600 x 600 K3 L7 12 8,640 14.904.017,28 12.738.522,24 12.901.524,48 600 x 600 K4 L1 2 10,320 8.349.385,68 7.056.103,92 -
600 x 600 K4 L2-L6 10 7,920 11.776.419,60 10.122.222,00 10.246.737,60
38 Tabel 4.8: Lanjutan
Dimensi
(mm) Jumlah Luas
(m2)
Biaya Pemakaian Material (Rp)
Total (Rp) Pemakaian keempat Pemakaian Kelima Pemakaian Keenam
600 x 600 K1 L1 14 10,320 16.918.511,68 17.145.658,32 17.372.780,88 104.074.482,40 600 x 600 K1 L2-L6 70 7,920 72.598.680,00 73.470.289,20 74.341.806,00 445.428.429,60 600 x 600 K1L7 14 8,640 15.241.927,68 15.432.096,96 15.622.246,08 93.597.678,72 600 x 600 K1 LA 14 5,520 12.117.478,24 12.238.975,28 12.360.459,44 74.075.996,96
500 x 500 K2 L1 2 8,600 - - - 13.781.568,80
500 x 500 K2 L2-L6 10 6,600 9.429.266,00 9.533.029,00 9.636.781,00 57.746.590,00
500 x 500 K2 L7 2 7,200 - - - 12.455.971,20
500 x 500 K2 LA 2 4,600 - - - 9.997.474,40
600 x 600 K3 L1 12 10,320 14.501.581,44 14.696.278,56 14.890.955,04 89.206.699,20 600 x 600 K3 L2-L6 60 7,920 62.227.440,00 62.974.533,60 63.721.548,00 381.795.796,80 600 x 600 K3 L7 12 8,640 13.064.509,44 13.227.511,68 13.390.496,64 80.226.581,76
600 x 600 K4 L1 2 10,320 - - - 15.405.489,60
600 x 600 K4 L2-L6 10 7,920 10.386.409,92 10.495.755,60 10.620.258,00 63.647.802,72 Jumlah Kebutuhan bahan bekisting tegofilm dengan 6 kali pemakaian 1.441.440.562,16
39 4.6 Perbandingan pekerjaan biaya antara bekisting multiplek dan bekisting tegofilm
Untuk mengetahui biaya yang lebih murah untuk bekisting kolom, maka dilakukan perbandingan biaya antara bekisting yang menggunakan material multiplek dan tegofilm. Rekapitulasi perbandingan biaya antara multiplek dan tegofilm dapat dilihat pada Tabel 4.9 berikut ini :
Tabel 4.9: Rekapitulasi Perbandingan Biaya Antara Multiplek dan Tegofilm
Material Luas (m2) Total Biaya
Material (3 Kali Pemakaian) 1783,480 1.434.562.915,92 Material (6 Kali Pemakaian) 1783,480 1.441.440.562,16
Selisih 6.877.646,24
Berdasarkan tabel 4.9 dapat diketahui bahwa perbandingan biaya pekerjaan bekising untuk struktur kolom terdapat selisih biaya pekerjaan sebesar :
Rp 1.441.440.562,16 – Rp 1.434.562.915,92 = Rp 6.877.646,24 Atau,
Rp 6.877.646,24
Rp 1.434.562.915,92 𝑥 100% = 5 %
Hasil ini menunjukkan bahwa biaya pekerjaan bekisting untuk struktur kolom menggunakan multiplek lebih murah 5% dibandingkan menggunakan material tegofilm.
40 BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan Dari hasil analisa data dan pembahasan yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut :
1. Selisih biaya untuk pekerjaan pemasangan bekisting multiplek dan tegofilm pada Perancaanan Gedung Multifungsi Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara,sebesar Rp 6.877.646,24.
2. Untuk pekerjaan struktur kolom Perancanaan pembangunan Gedung Multifungsi Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara menggunakan multiplek sebesar Rp 1.434.562.915,92 dan menggunakan material tegofilm sebesar Rp 1.441.440.562,16 dengan selisih biaya Sebesar Rp 6.877.646,24 Maka material yang lebih ekonomis ialah material multiplek.
5.2 Saran
Pada saat pembongkaran bekisting, sebaiknya dilakukan dengan sangat hati-hati untuk mengurangi kerusakan material multiplek dan tegofilm agar dapat digunakan kembal pada pekerjaan struktur selanjutnya sehingga dapat menghemat biaya.