• Tidak ada hasil yang ditemukan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2016

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2016"

Copied!
85
0
0

Teks penuh

(1)

KANTOR PELAYANAN PAJAK (KPP) PRATAMA BINJAI O

L E H

NAMA: NURUL FADILA NIM : 132600003

Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Menyelesaikan Studi Pada Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2016

(2)
(3)

dapat menyelesaikan penulisan Laporan Tugas Akhir dengan judul “Tata Cara Penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) Dan Pencabutan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak Pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Binjai” dengan tujuan guna melengkapi syarat-syarat dalam pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan Mandiri Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penulisan laporan ini jauh dari sempurna, hal ini disebabkan karena kekurangan dan keterbatasan yang dimiliki oleh Penulis. Oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat Penulis harapkan demi kebaikan karya penulisan dimasa yang akan datang.

Untuk itu sudah sepantasnya penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar- besarnya kepada semua pihak yang telah membantu Penulis dalam menyelesaikan penulisan laporan ini terutama sekali kepada :

1. Bapak Dr. Muriyanto Amin, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. Alwi Hashim Batubara, M.Si selaku Ketua Jurusan Program Studi D3 Administrasi Perpajakan pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

(4)

telah memberikan izin untuk melakukan penelitian serta membantu penulis selama masa penelitian.

5. Bapak dan Ibu Staf pengajar Diploma III Administrasi Perpajakan yang telah memberikan ilmu pengetahuannya kepada penulis selama mengikuti perkuliahan di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.

6. Ayahanda dan Ibunda yang telah bersusah payah membesarkan, mengasuh, mendidik seta mendorong penulis baik moril maupun spiritual dengan penuh kesabaran serta mendoakan penulis dalam menyelesaikan tugas akhir ini.

7. Abang-abang penulis yang telah banyak membantu menyelesaikan laporan ini dari segi material maupun dukungan moril sehingga penulis termotivasi untuk menyelesaikan studi.

8. Seluruh rekan-rekan Mahasiswa/i beserta alumni Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik yang telah banyak memberikan bantuan dan dorongan kepada penulis, khususnya kepada kelas A 2013.

9. Seluruh pihak yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan Laporan Tugas Akhir ini.

(5)

diberikan kepada penulis dibalas dengan pahala yang berlipat ganda oleh Allah SWT.

Medan, 13 Juli 2016 Penulis

Nurul Fadila NIM : 132600003

(6)
(7)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... v

BAB I PENDAHULUAN 1 A. Latar Belakang ... 1

B. Tujuan Penelitian ... 3

C. Manfaat Penelitian ... 4

D. Uraian Teoritis ... 5

E. Ruang Lingkup ... 11

F. Metoda Penelitian... 11

G. Sistematika Penelitian Tugas Akhir ... 13

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN TUGAS AKHIR A.Sejarah Singkat KPP Pratama Binjai ... 15

B. Kedudukan, Tugas dan Fungsi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai...18

(8)

C. Visi dan Misi KPP Pratama Binjai...20

D. Wilayah kerja Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai...20

E. Struktur Organisasi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai...22

BAB III GAMBARAN DATA TENTANG TATA CARA PENGHAPUSAN NPWP DAN PENCABUTAN PENGUKUHAN PKP PADA KPP PRATAMA BINJAI A. Pendaftaran NPWP...33

B. Tata Cara Penghapusan NPWP dan Pencabutan Pengukuhan PKP...42

C. Tata Cara Penyelesaian Penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak...49

D. Hal-hal yang Menyebabkan Terhapusnya NPWP...53

E. Tata Cara Penyelesaian Pencabutan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak..62

F. Hal-hal yang Menyebabkan Terjadinya Pencabutan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak...65

BAB IV ANALISA DATA DAN EVALUASI

(9)

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan...72 B. Saran...73 Lampiran Formulir Pengukuhan PKP

DAFTAR PUSTAKA

(10)
(11)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Peranan pajak sebagai penerimaan dalam suatu negara sangat besar manfaatnya dalam meningkatkan rencana penerimaan negara yang berasal dari pajak sebagai sumber utama dalam anggaran pembangunan. Berdasarkan Undang-Undang No 16 Tahun 2009 dan Tata Cara Perpajakan bahwa Pajak adalah Kontribusi wajib kepada Negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang dengan tidak mendapat imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

Pemungutan pajak merupakan perwujudan dari pengabdian dan peran serta wajib pajak untuk secara langsung dan bersama-sama melaksanakan kewajiban perpajakan yang diperlukan untuk pembiayaan negara dan pembangunan nasional.

Tanggung jawab atas kewajiban pelaksanaan pemungutan pajak sebagai pencerminan kewajiban di bidang perpajakan berada pada anggota masyarakat wajib pajak sendiri, dalam hal ini aparat perpajakan sesuai dengan fungsinya berkewajiban melakukan pembinaan, pelayanan, dan pengawasan terhadap pemenuhan kewajiban perpajakan berdasarkan ketentuan yang digariskan dalam peraturan perundang-undangan perpajakan.

(12)

Wajib pajak diberi kepercayaan untuk dapat menghitung, membayar dan melaporkan sendiri pajak yang terutang (self assessment), sehingga melalui sistem ini administrasi perpajakan diharapkan dapat dilaksanakan dengan lebih rapi, terkendali, sederhana, dan mudah untuk dipahami oleh anggota masyarakat. Sistem pemungutan pajak tersebut mempunyai arti bahwa penentuan penetapan besarnya pajak yang terutang dipercayakan kepada wajib pajak sendiri dan melaporkannya secara teratur jumlah pajak yang terutang dan yang telah dibayar sebagaimana ditentukan dalam peraturan perundang-undangan perpajakan. Dengan sistem ini diharapkan pula pelaksanaan administrasi perpajakan yang berbelit-belit akan dapat di hindari.

DIRJEN PAJAK dalam hal ini diharapkan juga terus melakukan pembenahan pelayanan kepada masyarakat. Salah satu usaha pemerintah dalam meningkatkan pendapatan dari sektor pajak ditentukan oleh kemampuan aparat pajak didalam memberikan segala bentuk pelayanan dan kemudahan kepada masyarakat (subjek pajak). Aparat pajak haruslah memberikan suatu pelayanan yang baik dan benar kepada subjek pajak yang akan mendaftarkan dirinya untuk menjadi wajib pajak, untuk memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP).

Nomor pokok wajib pajak sangat perlu dimiliki oleh setiap wajib pajak, karena seluruh proses pengadministrasian dokumen ataupun berkas-berkas perpajakan pada umumnya memerlukan Nomor Pokok Wajib Pajak sebagai dasar kerjanya. Sebagai contoh dalam melakukan penyortiran, pengarsipan dokumen ataupun berkas-berkas

(13)

Pada dasarnya NPWP berlaku sekali untuk seumur hidup. Namun demikian NPWP dapat saja dihapuskan dari tata usaha kantor pajak apabila telah memenuhi ketentuan, ( Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor: KEP-161/PJ./2001 Pasal 11 ayat 1).

Penghapusan NPWP bukan berarti Hak dan Kewajiban Perpajakan perseorangan maupun badan menjadi tidak ada, melainkan tetap melekat sesuai ketentuan yang berlaku.

Pencabutan Pengusaha sebagai Pengusaha Kena Pajak dilakukan dalam hal Pengusaha Kena Pajak pindah alamat ke Kantor Pelayanan Pajak lain, bubar atau tidak memenuhi Syarat lagi sebagai Pengusaha Kena Pajak (pasal 11 ayat 3).

Berdasarkan uraian tersebut Penulis tertarik memutuskan judul “ Tata Cara Penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak dan Pencabutan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai “.

B. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari laporan tugas akhir adalah :

1. Untuk mengetahui hal-hal yang menyebabkan terhapusnya NPWP dan Pencabutan Pengukuhan PKP.

2. Untuk mengetahui bagaimana tatacara penyelesaian penghapusan NPWP dan pencabutan Pengukuhan PKP.

C. Manfaat Penelitian

(14)

1. Bagi Mahasiswa

a. Menambah pengetahuan dan pengalaman belajar dibidang perpajakan khususnya tentang Penghapusan NPWP dan Pencabutan Pengukuhan PKP.

b. Meningkatkan profesionalisme, memperluas wawasan dan menetapkan pengetahuan dan keterampilan mahasiswa dalam menerapkan ilmu khususnya dibidang perpajakan.

c. Meningkatkan kemampuan berkomunikasi, mempelajari kerja dalam team dan keahlian kerja.

2. Bagi Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan

a. Menumbuhkan rasa percaya diri, tanggung jawab terhadap segala sesuatu pekerjaan yang ditugaskan. Meningkatkan hubungan kerja sama antara pihak universitas dengan instansi pemerintah khususnya Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Sumatera Utara I.

b. Meningkatkan mutu serta kualitas pendidikan pada masa yang akan datang sehingga berkembang pesat.

c. Sebagai sarana dalam meningkatkan kualitas Mahasiswa/I di perguruan tinggi yang bersangkutan.

3. Bagi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai

a. Sarana bagi KPP Pratama Binjai untuk menerima saran maupun kritik yang bersifat membangun dan menjadi sumber masukan untuk meningkatkan

(15)

b. Membina kerja sama antara lembaga pendidikan dengan Direktorat Jenderal Pajak.

c. Sebagai sarana untuk memudahkan perekrutan/tenaga kerja.

d. Membekali Mahasiswa/I dengan pengalaman yang sebenarnya di dunia kerja dan sebagai persiapan untuk memasuki dunia kerja dan masyarakat umum.

D. Uraian Teoritis 1. Pengertian Pajak.

Pajak memiliki pengertian atau definisi yang diberikan oleh para ahli, yang satu sama lain pada dasarnya memiliki tujuan yang sama yaitu merumuskan pengertian pajak, sehingga mudah untuk dipahami. Pengertian pajak secara umum adalah iuran wajib dari warga negara kepada negara berdasarkan undang-undang yang berlaku yang pelaksanaannya dapat dipaksakan tanpa mendapatkan imbalan secara langsung yang hasilnya digunakan untuk menyelenggarakan pemerintahan dan pembangunan nasional.

Pengertian pajak menurut Rochmat Soemitro(Mardiasmo, 2011 : 1) merumuskan:

“Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat balas jasa timbal (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk pengeluaran umum”.

(16)

Menurut Undang-undang No. 16 Tahun 2009

“Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-undang dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat”.

2. Pengertian NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak |

Pengertian NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak) adalah nomor yang diberikan kepada wajib pajak sebagai sarana dalam administrasi perpajakan yang dipergunakan sebagai tanda pengenal diri atau identitas wajib pajak dalam melaksanakan hak dan kewajiban perpajakan.

Setiap wajib pajak hanya diberikan satu NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak).

Selain itu NPWP juga dapat dipergunakan untuk menjaga ketertiban dalam pembayaran pajak dan dalam pengawasan administrasi perpajakan.

3. Fungsi NPWP

a. Sebagai tanda pengenal diri atau identitas Wajib Pajak dalam melaksanakan hak dan kewajibannya.

b. Untuk menjaga ketertiban dalam pembayaran pajak dan dalam pengawasan administrasi perpajakan.

(17)

4. Format NPWP

NPWP terdiri dari 15 digit, yaitu 9 digit pertama merupakan Kode Wajib Pajak dan 6 digit berikutnya merupakan Kode Administrasi Perpajakan.

Formatnya adalah :

XX. XXX.XXX X- XXX. XXX

Keterangan :

a. Kode jenis Wajib Pajak b. Kode nomor urut Wajib Pajak c. Kode cek digit

d. Kode kantor Pelayanan Pajak e. Kode cabang / istri tidak pisah harta Catatan :

a. Wajib Pajak yang tidak diwajibkan mendaftarkan diri apabila memerlukan NPWP, dapat mendaftarkan diri dan kepadanya akan diberikan NPWP.

b. Setiap Wajib Pajak hanya mempunyai satu NPWP untuk semua jenis pajak.

c. Untuk perusahaan perseorangan, NPWP atas nama pemiliknya.

d. Untuk badan (misalnya PT) yang baru berdiri sebaiknya tetap mempunyai NPWP karena apabila rugi dapat dikompensasi dengan tahun berikutnya.

a b c d e

(18)

e. Warisan yang belum terbagi dalam kedudukannya sebagai Subjek Pajak menggunakan Nomor Pokok Wajib Pajak dari Wajib Pajak orang pribadi yang meninggalkan warisan tersebut.

Yang wajib punya NPWP

1. Orang pribadi yang penghasilannya sudah diatas PTKP.

2. Badan hikum diwilayah NKRI baik yang melakukan kegiatan usaha maupun tidak.

Penghapusan NPWP dapat dilakukan dalam hal:

1. Diajukan permohonan penghapusan NPWP oleh:

a. Wajib Pajak dan/atau ahli warisnya karena Wajib Pajak sudah tidak memenuhi syarat subjektif dan objektif.

b. Wajib Pajak badan dalam rangka likuidasi atau pembubaran karena penghentian atau penggabungan usaha.

c. Wanita yang sebelumnya sudah memiliki NPWP dan menikah tanpa membuat perjanjian pemisahan harta dan penghasilan.

d. Wajib Pajak bentuk usaha tetap yang menghentikan kegiatan usahanya di Indonesia.

2. Dianggap perlu oleh Direktorat Jenderal Pajak untuk menghapuskan NPWP dari Wajib Pajak yang sudah tidak memenuhi persyaratan subjektif dan objektif.

(19)

3. Penghapusan NPWP juga dapat dilakukan dalam hal Wajib Pajak mempunyai utang pajak namun tidak dapat atau tidak mungkin ditagih lagi yang disebabkan oleh Wajib Pajak orang pribadi meninggal dunia dengan tidak meninggalkan warisan dan tidak mempunyai ahli waris atau ahli waris tidak ditemukan atau wajib pajak tidak mempunyai harta kekayaan.

4. Atas permohonan penghapusan NPWP, Direktorat Jenderal Pajak setelah melakukan pemeriksaan atau verifikasi harus memberikan keputusan dalam jangka waktu 6 (enam) bulan untuk Wajib Pajak Orang Pribadi dan 12 (dua belas) bulan untuk Wajib Pajak Badan sejak tanggal permohonan Wajib Pajak diterima secara lengkap.

‘’Apabila setelah jangka waktu tersebut Direktorat Jenderal Pajak tidak memberi suatu keputusan, maka permohonan penghapusan NPWP dianggap dikabulkan.’’

‘’Pencabutan pengukuhan PKP juga dapat dilakukan oleh Direktorat Jenderal Pajak baik secara jabatan maupun atas permohonan Wajib Pajak.’’

Pencabutan pengukuhan PKP dapat dilakukan dalam hal:

1. PKP pindah alamat ke wilayah kerja Kantor Pelayanan Pajak (KPP) lain.

2. PKP sudah tidak memenuhi syarat lagi sebagai PKP karena jumlah peredaran brutonya dalam suatu tahun buku masih dalam batasan peredaran bruto pengusaha

(20)

kecil PPN yaitu tidak lebih dari Rp 4.800.000.000,- (empat milyar delapan ratus juta rupiah).

3. Tempat terutangnya PPN telah dipusatkan ditempat lain.

4. PKP menyalahgunakan pengukuhan PKP.

Proses pencabutan pengukuhan PKP dilakukan melalui pemeriksaan atau verifikasi.

“Atas permohonan pencabutan pengukuhan PKP, Direktorat Jenderal Pajak setelah melakukan pemeriksaan atau verifikasi harus memberikan keputusan dalam jangka waktu 6 (enam) bulan sejak tanggal permohonan diterima secara lengkap.

Apabila setelah jangka waktu tersebut Direktorat Jenderal Pajak tidak memberikan suatu keputusan, maka permohonan pencabutan pengukuhan PKP dianggap dikabulkan.”

“Dalam hal permohonan pencabutan pengukuhan PKP dianggap dikabulkan, Direktorat Jenderal Pajak menerbitkan keputusan mengenai pencabutan pengukuhan PKP dalam jangka waktu satu bulan setelah jangka waktu Direktorat Jenderal Pajak harus memberikan keputusan berakhir. Atau, 7 (tujuh) bulan sejak tanggal permohonan diterima secara lengkap.”

(21)

E. Ruang Lingkup

Adapun yang menjadi ruang lingkup yang paling mendasar dalam melakukan tugas akhir pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai adalah sebagai berikut :

1. Tugas akhir ini mengenai Tata Cara Penghapusan NPWP dan Pencabutan Pengukuhan PKP.

2. Pengambilan data dilakukan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai.

3. Data yang digunakan pada praktek ini adalah data tahun 2013-2016.

F. Metoda Penelitian

Untuk mendapatkan dan mengumpulkan data serta informasi yang sesuai maka metoda yang digunakan adalah sebagai berikut :

1. Teknik Pengumpulan Data A. Wawancara

Yaitu melakukan wawancara langsung kepada fiskus yang dianggap mampu memberikan masukan data dan informasi yang bermanfaat bagi penelitian laporan tugas akhir.

B. Pertanyaan Wawancara

Adapun pertanyaan yang diajukan oleh penulis, yaitu :

1. Bagaimana tata cara penghapusan NPWP dan pencabutan Pengukuhan PKP..

(22)

2. Hal-hal yang meyebabkan terhapus nya NPWP dan Pencabutan Pengukuhan PKP..?

C. Metoda Analisis

Penulis menganalisis dan mengevaluasi data mengenai “ Tata Cara Penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak dan Pencabutan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai “.

D. Daftar Dokumentasi

Daftar dokumentasi dapat berupa struktur organisasi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai dan dokumentasi yang lain sebagai pelengkap penelitian laporan tugas akhir ini. Dengan menggunakan dokumen-dokumen resmi dan arsip-arsip penting mengenai Tata Cara Penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak dan Pencabutan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai.

Persiapan studi literatur yang akan dilakukan penulis adalah persiapan dalam mencari dan mempersiapkan sesuatu yang berhubungan dan dapat dijadikan sumber oleh penulis dalam menjalankan penelitian tugas akhir ini.

G. Sistematika Penelitian Tugas Akhir

Untuk mempermudah pembahasan maka sistematika penulisan Penelitian Tugas Akhir ini dibuat dari 5 (lima) Bab yang terdiri dari :

(23)

BAB I : PENDAHULUAN

Pada bab ini akan diuraikan tentang latar belakang masalah, tujuan dan manfaat, uraian teoritis, ruang lingkup, metode dan sistematika penulisan Tugas Akhir.

BAB II : GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN TUGAS AKHIR

Pada bab ini diberikan gambaran umum mengenai lokasi penulis melakukan penelitian Tugas Akhir. Dalam bab ini juga akan diuraikan mengenai kedudukan, tugas, fungsi, visi, misi, wilayah kerja dan struktur organisasi dari Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai.

BAB III : GAMBARAN DATA TENTANG TATA CARA PENGHAPUSAN NPWP DAN PENCABUTAN PENGUKUHAN PKP PADA KPP PRATAMA BINJAI

Pada bab ini diuraikan dan dideskripsikan mengenai tata cara penghapusan NPWP dan Pencabutan Pengukuhan PKP dan tata cara penyelesaiannya serta formulir yang akan di lampirkan.

(24)

BAB IV : ANALISA DAN EVALUASI DATA

Pada bab ini penulis menganalisis dan mengevaluasi masalah yang dihadapi mengenai masalah yang timbul dan alternatif pemecahan masalah juga evaluasi terhadap alternatif pemecahan masalah tersebut.

BAB V : SIMPULAN DAN SARAN

Pada bab ini merupakan kesimpulan dan saran yang telah diuraikan pada bab- bab sebelumnya, dan akan diberikan saran-saran terhadap pelaksanaan penelitian Tugas Akhir agar lebih baik dimasa yang akan datang.

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

(25)

BAB II

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN TUGAS AKHIR

A. Sejarah Singkat KPP Pratama Binjai

Pada tahun 1976, Kantor Pelayanan Pajak masih disebut Kantor Inspeksi Pajak (KIP). Pada saat itu masih ada dua Kantor Inspeksi yaitu Kantor Inspeksi Pajak Medan Selatan dan Kantor Inspeksi Pajak Medan Utara. Kantor Pelayanan Pajak Medan Utara didirikan pada tanggal 1 April 1994 berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 758/KMK.01/1993 tanggal 3 Agustus 1993. Dalam rangka meningkatan pelayanan bagi para Wajib Pajak wilayah kotamadya Medan, Binjai dan sekitarnya maka wilayah Kantor Pelayanan Pajak dibagi atas 3 bagian, yaitu :

a. KPP Medan Utara b. KPP Medan Timur c. KPP Medan Barat

Kemudian sesuai dengan SK Nomor 94/KMK.01/1994 tanggal 29 Maret 1994 terhitung mulai 1 April Kantor Pelayanan Pajak di Medan dipecah menjadi 4 Kantor Pelayanan Pajak , yaitu :

a. Kantor Pelayanan Pajak Medan Barat, Jl Asrama No.7 Medan.

b. Kantor Pelayanan Pajak Medan Timur, Jl Dipenogoro No.30 Medan.

c. Kantor Pelayanan Pajak Medan Utara, Jl Sukamulia No.17A Medan.

(26)

d. Kantor Pelayanan Pajak Medan Binjai, Jl Binjai No.7

Dengan adanya Keputusan Menteri Republik Indonesia Nomor 535/KMK.01/2001 tentang “Koordinator Pelaksana Direktorat Jenderal Pajak.”, telah diadakan reorganisasi DJP, yang didalam keputusan tersebut telah berubahnya sebagian garis instruksi, dan juga terbentuknya Kantor Pelayanan Pajak dan Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan. Kantor Pelayanan Pajak Binjai didirikan pada tanggal 1 April 1994, berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 94/KMK.01/1994 tanggal 29 Maret 1994 memiliki wilayah kerja sebagai berikut :

a. Kotamadya Binjai b. Kabupaten Langkat c. Kabupaten Deli serdang 1) Kec. Labuhan Deli.

a. Kec. Sunggal b. Pancur Batu c. Hamparan Perak d. Sibolangit e. Kotalimbaru

d. Kabupaten Tanah Karo

(27)

Pada tanggal 19 Mei 2008 berdasarkan keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP-95/PJ./2008 tentang penerapan Organisasi, tata kerja dan saat mulai beroperasinya kantor wilayah Direktorat Jenderal Pajak Nanggroe Aceh Darussalam dan kantor wilayah Direktorat Jenderal Pajak Sumatera Utara II serta Kantor Pelayanan Pajak Pratama dan/atau Kantor Pelayanan , Penyuluhan dan Konsultasi perpajakan di Lingkungan kantor wilayah Direktorat Jenderal Pajak Sumatera Utara I, Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Riau dan Kepulauan Riau, Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Kalimantan Timur, dan Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Sulawesi Barat dan Tenggara, maka Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai yang artinya Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai telah menjadi Kantor Pelayanan Pajak Modern dimana pelayanan perpajakan telah menjadi pelayanan satu atap. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai memiliki wilayah kerja sebagai berikut :

a. Kotamadya Binjai b. Kabupaten Langkat

Seiring perubahan organisasi Instansi Vertikal Direktorat Jenderal Pajak, pelayanan Perpajakan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) di kota Binjai telah diserahkan ke Pemerintah Daerah terhitung mulai tanggal 1 Januari 2013.

(28)

B. Kedudukan, Tugas dan Fungsi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai 1. Kedudukan

KPP Pratama Binjai adalah Instansi Vertikal Direktorat Jenderal Pajak yang berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Sumatera Utara I dan dipimpin oleh seorang Kepala Kantor KPP Pratama Binjai teletak pada Jl. Jambi No.1 Rambung Barat Binjai

2. Tugas

Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 62/PMK.01/2009 tentang Organisasi dan Tata Kerja Instansi Vertikal Direktorat Jenderal Pajak, Kantor Pelayanan Pajak Pratama mempunyai tugas melaksanakan penyuluhan, pelayanan, pengawasan Wajib Pajak di bidang Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai, Pajak Penjualan atas Barang Mewah, Pajak Tidak Langsung lainnya, Pajak Bumi dan Bangunan serta Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan dalam wilayah wewenangnya berdasarkan peraturan perundang–undangan yang berlaku.

3. Fungsi

Dalam melaksanakan tugas tersebut, Kantor Pelayanan Pajak Pratama menyelenggarakan fungsi :

(29)

a. Pengumpulan, pencarian dan pengolahan data, pengamatan potensi perpajakan, penyajian informasi perpajakan, pendataan objek dan subjek pajak, serta penilaian objek Pajak Bumi dan Bangunan

b. Penetapan dan penerbitan hukum perpajakan.

c. Pengadministrasian dokumen dan berkas perpajakan, penerimaan dan pengolahan Surat Pemberitahuan, serta penerimaan surat lainnya.

d. Penyuluhan perpajakan

e. Pelaksanaan registrasi Wajib Pajak f. Pelaksanaan ekstensifikasi

g. Penatausahaan piutang pajak dan pelaksanaan penagihan pajak h. Pelaksanaan penerimaan pajak

i. Pengawasan kepatuhan kewajiban perpajakan Wajib Pajak j. Pelaksanaan konsultasi perpajakan

k. Pelaksanaan instensifikasi l. Pembetulan ketetapan pajak

m. Pengurangan Pajak Bumi dan Bangunan serta Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan

n. Pelaksanaan administrasi kantor.

(30)

C. Visi dan Misi KPP Pratama Binjai

Adapun Visi dan Misi serta Motto Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai, yaitu :

1. Visi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai

“ Menjadi kantor pelayanan penghimpun pajak Negara terbaik di lingkungan Kantor Wilayah DJP Sumatera Utara I”.

2. Misi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai

a. Bekerja dengan menjunjung tinggi nilai–nilai Kementerian Keuangan b. Menyelesaikan Fungsi Administrasi Perpajakan dengan menerapkan

Undang–Undang Perpajakan secara adil.

c. Memberikan pelayanan perpajakan terbaik bagi masyarakat khusunya di wilayah Kota Binjai dan Kabupaten Langkat.

3. Motto Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai

“BINJAI” yakni Bersih, Inisiatif, Jujur, Amanah, Ikhlas.

D. Wilayah kerja Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai.

Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai memiliki wilayah kerja yang meliputi 28 kecamatan, antara lain :

(31)

1. Kota Binjai

a. Kecamatan Binjai Timur b. Kecamatan Binjai Kota c. Kecamatan Binjai Utara d. Kecamatan Binjai Barat e. Kecamatan Binjai Selatan 2. Kabupaten Langkat

a. Kecamatan Pangkalan Susu b. Kecamatan Gebang

c. Kecamatan Hinai d. Kecamatan Secanggang e. Kecamatan Sawit Seberang f. Kecamatan Babalan

g. Kecamatan Sei Lepan h. Kecamatan Stabat i. Kecamatan Sirapit j. Kecamatan Binjai k. Kecamatan Besitang l. Kecamatan Tanjung Pura m. Kecamatan Wampu n. Kecamatan Pematang Jaya o. Kecamatan Brandan Barat

(32)

p. Kecamatan Kuala q. Kecamatan Selesei r. Kecamatan Bahorok s. Kecamatan Kutambaru t. Kecamatan Padang Tualang u. Kecamatan Batang Serangan v. Kecamatan Salapian

w. Kecamatan Sei Bingei

E. Struktur Organisasi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai

Struktur Organisasi adalah wadah bagi sekelompok orang yang bekerjasama dalam usaha untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Struktur organisasi sangat penting untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Struktur organisasi sangat penting untuk terlaksana fungsi pengorganisasi dengan bauik sebab dengan adanya struktur organisasi akan terlihat jelas tugas dan wewenang dari setiap bagian yang terdapat dalam hierarki organisasi dan akan memudahkan setiap karyawan untuk menjalankan tugas dan fungsinya.

Jenis dan struktur organisasi yang digunakan oleh KPP Pratama Binjai adalah menggunakan jenis struktur “line and staff organization” atau gabungan dari jenis

(33)

KPP Pratama dipimpin oleh seorang Kepala Kantor sedangkan setiap seksi dipimpin oleh kepala seksi/kepala sub.bagian umum dan kelompok fungsional.

Adapun seksi/sub.bagian umum dan kelompok fungsional tersebut adalah sebagai berikut :

1. Sub Bagian Umum

2. Seksi Pengolahan Data dan Informasi 3. Seksi Pelayanan

4. Seksi Pemeriksaan 5. Seksi Penagihan

6. Seksi Ekstensifikasi dan Penyuluhan 7. Seksi Pengawasan dan Konsultasi I 8. Seksi Pengawasan dan Konsultasi II 9. Seksi Pengawasan dan Konsultasi III 10. Seksi Pengawasan dan Konsultasi IV

11. Seksi Fungsional Pemeriksa dan Penilai PBB

Jumlah Seluruh pegawai di lingkungan KPP Pratama Binjai berjumlah 90 orang termasuk Kepala Kantor.

(34)

Adapun perincian jumlah pegawai adalah sebagai berikut :

Tabel 2.1

Sebaran Pegawai Berdasarkan Seksi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai

No Nama Seksi

1 Bangkit Bina Aji Kepala Kantor

2 Drajat Siregar Kepala Seksi PDI

3 Edi Simanjuntak Pelaksana

4 Rahma Ukhty Pelaksana

5 Jendri Sunandar Saragih Pelaksana

6 Ibnu Ishak Pelaksana

7 Ummi Kalsum Pelaksana

8 Joel Dominggus Raibaya S. Pelaksana 9 Imanuel Tito Lesmana Pelaksana 10 Muhammad Iqbal Fahry Pelaksana

11 Bursok Anthony Marlon Kepala Seksi Pelayanan

12 Aswad Tan Pelaksana

13 Andri Firmansyah Pelaksana

14 Fasihah Pelaksana

15 Venny Yochana Gultom Pelaksana 16 Rudi Juandi Butar-butar Pelaksana

17 Risa Yuliandari Pelaksana

18 Nurul Aprilyami Pelaksana

19 Yolanda Sembiring Pelaksana

20 Yesika Masri Ravaella S. Pelaksana

21 Jordan Malanton Pelaksana

22 Junjung Sihombing Kepala Seksi Penagihan 23 Kartika Dewanty Sitepu Pelaksana

24 Diyarto Juru Sita

(35)

28 Untung Rahman Juru Sita

29 Lenawaty Br. Gintin Kepala subbagian Umum 30 Nels Suvanni Kusuma Pelaksana

31 Rudy Donald Simorangkir Pelaksana 32 Tengku Zulaini Awila Pelaksana

33 Dedi Purba Pelaksana

34 Rismandana Pelaksana

35 Chritine Nadya Pelaksana

36 Muhammad Affandi Pelaksana

37 Bramanti Brrilianto Bendaharawan

38 Friza Satri Sekretaris

39

Vinelia Augustina Marpaung

Kepala Seksi Pemeriksaan 40 Dora Dina Boru Aritonang Pelaksana

41 Muhammad Yunus Pelaksana

42

Jakkes Manumpaktua

Sinaga Kepala Seksi Waskon I

43 Ayu Anggraini Pane Account Representative 44

Muhammad Isnaeni

Harahap Account Representative

45 Fahrizal Pelaksana

46 Muhammad Irfan Account Representative 47 Yoan Wahyudi Account Representative

48 Asep Safari

Kepala Seksi Ekstensifikasi

49 R. Kus Setiawan Pelaksana

50

Tri Yuwandani

Hayuningtyas Pelaksana

51 Ruth Rogate Marlinang Pelaksana

52 Hotben Manurung Pelaksana

53 Jan Putra Siadari Pelaksana

54 Clara Nancy Pelaksana

55 David Hasiholan Sinaga Pelaksana

56 Muhammad Nur Sufi Pelaksana

57 Muhammad Imam Roffi Penilai PBB Muda

58 Beresman Hutajulu Kepala Seksi Waskon II 59 Rafikasyari Account Representative

(36)

60 Ibnu Zaiyyat Indra Account Representative 61 Gibson H Purba Account Representative 62 Hamonongan Siringoringo Account Representative 63 Kelvin Sayuli Hutauruk Account Representative 64 Gandafit Gazali Account Representative 65 Gilang Risdiana Nuryanti Account Representative 66 Monica Murniati Account Representative

67 Muhammad Syafei Harahap Kepala Seksi Waskon III 68 Sri Rahmayani Account Representative 69

Muhammad Ikhsan

Nasution Account Representative

70 Dody Surya Lubis Account Representative

71 Rosdiana Account Representative

72 Leonard Simorangkir Account Representative 73 Agil Primarinza Account Representative 74 Jonathan Hutagalung Account Representative 75 Syafrianto Harahap Account Representative

76 Tulus Mulyono Kepala Seksi Waskon IV 77 Farida Badjeber Account Representative 78 Hery Ramadhani Account Representative 79 Tengku Firza Yustisia Account Representative

80 Zulfahmi Account Representative

81 Ady Sulaiman Account Representative 82 Raymonds Orani Account Representative 83 Bima Sinaga Account Representative 84 Andi Candra Account Representative 85 Alfronso Situmorang Account Representative

86 Leopold Purba Pemeriksa Pajak Madya

87 Aprianto S. Pemeriksa Pajak Muda

88 Eduard Lingga Pemeriksa Pajak Penyelia 89 M.Fachrur Rozi H.

Pemeriksa Pajak Pelaksana 90 Stacia Argani

Pemeriksa Pajak Pelaksana

(37)

Adapun masing–masing dari tiap bagian seksi di KPP Pratama binjai memiliki tugas dan perannya sebagai berikut :

1. Kepala KPP ( Kepala Kantor)

KPP Pratama merupakan penggabungan dari KPP, KPPBB, dan Karipka maka Kepala KPP Pratama mempunyai tugas mengkoordinasikan pelaksanaan penyuluhan, pelayanan, pengawasan wajib pajak di bidang PPh, PPN, PPnBM, Pajak Tidak Langsung lainnya. Dalam wilayah wewenagnya berdasarkan peraturan perundang–

undangan yang berlaku.

2. Subbagian umum

Membantu dan menunjang kelancaran tugas kepala kantor dalam mengkoordinasikan tugas dan fungsi pelayanan subbagian umum yaitu :

a. Penerimaan dokumen di KPP

b. Pemrosesan dan penataan dokumen di subbagian umum c. Penyampaian dokumen di KPP

d. Pelaksanaan pelantikan, sumpah dan serah terima jabatan serta pengambilan sumpah Pegawai Negeri Sipil

e. Penerimaan pengujian kesehatan pegawai f. Pembuatan kartu tanda pengenal pemeriksa

g. Penyusunan laporan/daftar realisasi anggaran belanja h. Pengajuan usul pengangkatan bendahara

i. Permohonan kartu tanda peserta asuransi dan taspen

(38)

3. Seksi Pelayanan

Membantu tugas kepala kantor dalam mengkoordinasikan penetapan dan penerbitan produk hukum perpajakan pada seksi pelayanan yaitu :

a. Pendaftran Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)

b. Penatausahaan surat, dokumen, dari laporan Wajib Pajak pada tempat pelayan terpadu

c. Perubahan identitas wajib pajak.

d. Penyelesaian permohonan pengukuhan pengusaha kena pajak e. Peminjaman dan pengiriman berkas

f. Penerimaan dan pengolahan SPT Masa g. Penerimaan dan pengolahan SPT Tahuna PPh h. Penerbitan surat ketetapan pajak

4. Seksi Pengolahan Data dan Informasi

Membantu tugas kepala kantor dalam mengkoordinasiakan pengumpualn, pengolhan data pada seksi pengolahan data dan informasi, yaitu :

a. Melakukan pengumpulan, pencarian, dan pengolahan data serta penyajian informasi perpajakan

b. Perekaman dokumen perpajakan

(39)

e. Pelayanan dukungan teknis computer f. Pemantauan aplikasi e-SPT dan e-Filling g. Pelaksanaan i-SISMIOP dan SIG

h. Serta penyiapan laporan kinerja

5. Seksi Pengawasan dan Konsultasi (I,II,III,IV)

Membantu tugas kepala kantor mengkoordinasikan pengawasan kepatuhan kewajiban perpajakan pada seksi pengawasan dan konsultasi, yaitu :

a. Melakukan pengawasan kepatuhan dan kewajiban perpajakan wajib pajak b. Bimbingan/himbauan kepada wajib pajak dan konsultasi teknis perpajakan c. Penyusunan profil wajib pajak, analisis kinerja wajib pajak

d. Rekonsiliasi data wajib pajak dalam rangka melakukan intensifikasi e. Usulan pembetulan kerja

f. Usulan pengurangan Pajak Bumi dan Bangunan g. Serta melakukan evaluasi hasil banding

6. Seksi Ekstensifikasi

Membantu tugas kepala kantor mengkoordinasikan pelaksanaan dan penatausahaan pengamat potensi perpajakan pada seksi ekstensifikasi perpajakan, yaitu :

a. Pemrosesan dan penatausahaan dokumen masuk di seksi ekstensifikasi b. Pendaftaran objek pajak baru dengan penelitian kantor

(40)

c. Pendaftaran objek pajak baru dengan penelitian lapangan d. Penerbitan surat himbauan untuk ber-NPWP

e. Pencarian data dari pihak ketiga dalam rangka pembentukan/pemutakhiran Bank data perpajakan

f. Pencarian data potensi perpajakan dalam rangka pembuatan monografi fiscal

g. Pelaksanaan penilaian individual objek pajak

h. Penyelesaian mutasi seluruhnya objek dan subjek PBB i. Penyelesaian permohonan penundaan pengembalian SPOP 7. Seksi Pemeriksaan

Membantu tugas Kepala Kantor mengkoordinasikan pelayanan penyusunan rencana pemeriksaan pada seksi pemeriksaan yaitu :

a. Melakukan penyusunan rencana pemeriksaan b. Pengawasan pelaksanaan aturan pemeriksaan

c. Penerbitan dan penyaluran Surat Perintah Pemeriksaan Pajak serta administrasi pemeriksaan perpajakan lainnya

d. Pemantauan pengendalian intern e. Pengelolaan resiko

f. Kepatuhanterhadap kode etik dan disiplin juga tindak lanjut hasil

(41)

8. Seksi Penagihan

Membantu tugas Kepala Kantor mengkoordinasikan pelaksanaan dan penatausahaan penagihan pada seksi penagihan yaitu :

a. Melakukan urusan penatausahaan piutang pajak b. Penundaan dan angsuran tunggakan pajak c. Penagihan aktif

d. Usulan penghapusan piutang pajak

e. Penerbitan Surat Tagihan Pajak (STP) bunga penagihan f. Penerbitan dan penyampaian surat teguran penagihan g. Penerbitan dan pemberitahuan surat paksa

h. Serta penyimpanan dokumen – dokumen penagihan lainnya.

9. Kelompok Jabatan Fungsional

Kelompok jabatan fungsional mempunyai tugas melakukan kegiatan sesuai dengan jabatan fungsional masing – masing berdasarkan peraturan perundang – undangan yang berlaku. Kelompok jabtan fungsional terdiri dari sejumlah jabatan fungsional yang terbagi dalam berbagai kelompok sesuai dengan bidang keahliannya.

Setiap kelompok dikoordinasikan oleh pejabat fungsional senior yang ditunjuk oleh Kepala Kantor Wilayah dan Kepala KPP Pratama yang bersangkutan.

(42)

Tabel 3.1 Bagan Organisasi

Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binja

Kepala Kantor Pelayanan Pajak

Pratama

Sub Bagian Umum

Seksi Pemerik-

saan Seksi

Penagihan Seksi

Pelayanan Seksi

PDI

Seksi Ekstensif-

ikasi

Seksi Waskon

I

Seksi Waskon

IV Seksi

Waskon II

Seksi Waskon

III

Kelompok Jabatan Fungsional

(43)

BAB III

GAMBARAN DATA TENTANG TATA CARA PENGHAPUSAN NPWP DAN PENCABUTAN PENGUKUHAN PKP PADA KPP PRATAMA BINJAI

Menurut Undang-Undang Nomor 28 tahun 2007 yang dinamakan wajib pajak adalah orang pribadi atau badan, meliputi pembayar pajak, pemotong pajak, dan pemungut pajak, yang mempunyai hak dan kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan. Wajib Pajak yang telah memenuhi persyaratan subjektif dan objektif sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang perpajakan, wajib mendaftarkan diri pada KPP yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal atau tempat kedudukan, dan tempat kegiatan usaha Wajib Pajak, dan kepada Wajib Pajak diberikan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP). Tempat tinggal atau tempat kedudukan merupakan tempat tinggal atau tempat kedudukan menurut keadaan yang sebenarnya. NPWP merupakan nomor yang diberikan kepada Wajib Pajak sebagai sarana dalam administrasi perpajakan yang dipergunakan sebagai tanda pengenal diri atau identitas Wajib Pajak dalam melaksanakan hak dan kewajiban perpajakannya.

Sebagai warga negara yang baik, harus sadar bahwa membayar pajak adalah wajib, dengan membayar pajak berarti ikut berpartisipasi menyukseskan penerimaan negara. Patuh membayar pajak berarti mendukung tegaknya negara Republik

(44)

Indonesia. Negara membutuhkan dana yang sangat besar untuk menjalankan pemerintahan, sehingga penerimaan negara dari sektor pajak menjadi andalan penerimaan negara yang diharapkan bisa menutup pengeluaran negara.

Pengusaha adalah orang pribadi atau badan dalam bentuk apapun yang dalam kegiatan usaha atau pekerjaannya menghasilkan barang, mengimpor barang, mengekspor barang, melakukan usaha perdagangan, memanfaatkan barang tidak berwujud dari luar daerah pabean, melakukan usaha jasa, atau memanfaatkan jasa dari luar daerah pabean.

A. Pendaftaran NPWP

Wajib pajak meliputi wajib pajak orang pribadi, wajib pajak pemotong/pemungut pajak, dan wajib pajak badan usaha. Wajib pajak orang pribadi yang menjalankan usaha atau melakukan pekerjaan bebas dan wajib pajak badan wajib mendaftarkan diri untuk memperoleh NPWP paling lambat satu bulan setelah saat usaha mulai dijalankan. Saat usaha mulai dijalankan adalah saat pendirian atau saat usaha atau pekerjaan bebas nyata-nyata mulai dilakukan.

Wajib Pajak yang wajib mendaftarkan diri meliputi:

1. Wajib Pajak orang pribadi yang tidak menjalankan usaha atau pekerjaan bebas

(45)

a. Hidup terpisah berdasarkan keputusan hakim.

b. Menghendaki secara tertulis berdasarkan perjanjian pemisahan penghasilan dan harta.

c. Memilih melaksanakan hak dan memenuhi kewajiban perpajakannya terpisah dari suaminya meskipun tidak terdapat keputusan hakim atau tidak terdapat perjanjian pemisahan penghasilan dan harta, yang tidak menjalankan usaha atau pekerjaan bebas dan memperoleh penghasilan di atas Penghasilan Tidak Kena Pajak.

2. Wajib Pajak orang pribadi menjalankan usaha atau pekerjaan bebas termasuk wanita kawin yang dikenai pajak secara terpisah karena:

a. Hidup terpisah berdasarkan keputusan hakim.

b. Menghendaki secara tertulis berdasarkan perjanjian pemisahan penghasilan dan harta.

c. Memilih melaksanakan hak dan kewajiban perpajakan terpisah dari suaminya meskipun tidak terdapat keputusan hakim atau tidak terdapat perjanjian pemisahan penghasilan dan harta, yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas.

3. Wajib Pajak badan yang memiliki kewajiban perpajakan sebagai pembayar pajak, pemotong dan/atau pemungut pajak sesuai ketentuan peraturan

(46)

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK

NPWP : XX.XXX.XXX.X-XXX.XXX

Nama :

NIK :

Alamat :

KPP :

perundang-undangan perpajakan, termasuk bentuk usaha tetap dan kontraktor dan/atau operator di bidang usaha hulu minyak dan gas bumi.

4. Wajib Pajak badan yang hanya memiliki kewajiban perpajakan sebagai pemotong dan/atau pemungut pajak sesuai ketentuan peraturan perundang- undangan perpajakan, termasuk bentuk kerja sama operasi.

5. Bendahara yang ditunjuk sebagai pemotong dan/atau pemungut pajak sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.

KARTU NOMOR POKOK WAJIB PAJAK Halaman depan

Halaman Belakang

PERHATIAN

- Kartu ini harap disimpan baik-baik dan apabila hilang, agar segera melaporke Kantor Pelayanan Pajak terdaftar

- NPWP agar dicantumkan dalam hal berhubungan dengan dokumen perpajakan

(47)

Wajib Pajak Orang Pribadi Pengusaha Tertentu, selain wajib mendaftarkan diri pada KPP yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal Wajib Pajak, juga wajib mendaftarkan diri pada KPP yang wilayah kerjanya meliputi tempat kegiatan usaha Wajib Pajak. Wanita kawin yang tidak menghendaki untuk melaksanakan hak dan memenuhi kewajiban perpajakan terpisah dari suaminya dan anak yang belum dewasa, harus melaksanakan hak dan memenuhi kewajiban perpajakannya menggunakan Nomor Pokok Wajib Pajak suami atau kepala keluarga.

Wajib pajak yang sudah memenuhi syarat untuk mendaftarkan diri untuk mendapatkan NPWP tetapi belum mendaftarkan diri, berdasarkan hasil pemeriksaan atau hasil verifikasi Direktur Jenderal Pajak menerbitkan NPWP secara jabatan.

Untuk mengoptimalkan jumlah wajib pajak, Direktur Jenderal Pajak dapat melakukan kegiatan ekstensifikasi dalam rangka pemberian NPWP dan pengukuhan PKP.

Sesuai Peraturan Menteri Keuangan Nomor 73/PMK.03/2012 pasal 3 ayat 1 Pendaftaran diri untuk memperoleh NPWP bagi Wajib Pajak dilakukan pada:

1. Kantor Pelayanan Pajak atau Kantor Pelayanan, Penyuluhan, dan Konsultasi Perpajakan yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal atau tempat kedudukan Wajib Pajak

2. Kantor Pelayanan Pajak tertentu sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan di bidang perpajakan

3. Tempat lain yang ditunjuk oleh Direktur Jenderal Pajak.

(48)

Wajib Pajak melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai PKP pada:

1. Kantor Pelayanan Pajak atau Kantor Pelayanan, Penyuluhan, dan Konsultasi Perpajakan yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal atau tempat kedudukan, dan/atau tempat kegiatan usaha Wajib Pajak

2. Kantor Pelayanan Pajak tertentu sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan di bidang perpajakan.

Dalam hal tempat tinggal atau tempat kedudukan, dan/atau tempat kegiatan usaha Wajib Pajak berada dalam dua atau lebih wilayah kerja Kantor Pelayanan Pajak, Direktur Jenderal Pajak dapat menetapkan Kantor Pelayanan Pajak tempat Wajib Pajak terdaftar. Wajib Pajak yang mendaftarkan diri untuk memperoleh NPWP dan/atau melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai PKP dilakukan melalui permohonan tertulis.

Dokumen yang disyaratkan sebagai kelengkapan permohonan pendaftaran Nomor Pokok Wajib Pajak meliputi :

1. Untuk Wajib Pajak orang pribadi yang tidak menjalankan usaha atau pekerjaan bebas, termasuk wanita kawin yang dikenai pajak secara terpisah berupa:

a. Fotokopi Kartu Tanda Penduduk bagi Warga Negara Indonesia; atau

(49)

2. Untuk Wajib Pajak orang pribadi, yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas termasuk wanita kawin yang dikenai pajak secara terpisah berupa:

a. Fotokopi Kartu Tanda Penduduk (KTP) bagi Warga Negara Indonesia, atau fotokopi paspor, fotokopi Kartu Izin Tinggal Terbatas (KITAS) atau Kartu Izin Tinggal Tetap (KITAP), bagi Warga Negara Asing, dan fotokopi dokumen izin kegiatan usaha yang diterbitkan oleh instansi yang berwenang atau surat keterangan tempat kegiatan usaha atau pekerjaan bebas dari Pejabat Pemerintah Daerah sekurang-kurangnya Lurah atau Kepala Desa atau lembar tagihan listrik dari Perusahaan Listrik/bukti pembayaran listrik; atau

b. Fotokopi e-KTP bagi Warga Negara Indonesia dan surat pernyataan di atas meterai dari Wajib Pajak orang pribadi yang menyatakan bahwa yang bersangkutan benar-benar menjalankan usaha atau pekerjaan bebas.

3. Untuk Wajib Pajak badan yang memiliki kewajiban perpajakan sebagai pembayar pajak, pemotong dan/atau pemungut pajak sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan, termasuk bentuk usaha tetap dan kontraktor dan/atau operator di bidang usaha hulu minyak dan gas bumi yang berorientasi pada profit berupa:

(50)

a. Fotokopi akta pendirian atau dokumen pendirian dan perubahan bagi Wajib Pajak badan dalam negeri, atau surat keterangan penunjukan dari kantor pusat bagi bentuk usaha tetap;

b. Fotokopi Kartu Nomor Pokok Wajib Pajak salah satu pengurus, atau fotokopi paspor dan surat keterangan tempat tinggal dari Pejabat Pemerintah Daerah sekurang-kurangnya Lurah atau Kepala Desa dalam hal penanggung jawab adalah Warga Negara Asing;dan

c. Fotokopi dokumen izin usaha dan/atau kegiatan yang diterbitkan oleh instansi yang berwenang atau surat keterangan tempat kegiatan usaha dari Pejabat Pemerintah Daerah sekurang-kurangnya Lurah atau Kepala Desa atau lembar tagihan listrik dari Perusahaan Listrik/bukti pembayaran listrik.

4. Untuk Wajib Pajak badan yang memiliki kewajiban perpajakan sebagai pembayar pajak, pemotong dan/atau pemungut pajak sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan, termasuk bentuk usaha tetap dan kontraktor dan/atau operator di bidang usaha hulu minyak dan gas bumi yang tidak berorientasi pada profit berupa:

a. Fotokopi e-KTP salah satu pengurus badan atau organisasi; dan

b. Surat keterangan domisili dari pengurus Rukun Tetangga(RT)/Rukun

(51)

5. Untuk Wajib Pajak badan yang hanya memiliki kewajiban perpajakan sebagai pemotong dan/atau pemungut pajak sesuai ketentuan peraturan perundang- undangan perpajakan, termasuk bentuk kerja sama operasi berupa:

a. Fotokopi Perjanjian Kerjasama/Akte Pendirian sebagai bentuk kerja sama operasi (Joint Operation);

b. Fotokopi Kartu Nomor Pokok Wajib Pajak masing-masing anggota bentuk kerja sama operasi (Joint Operation) yang diwajibkan untuk memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak;

c. Fotokopi Kartu Nomor Pokok Wajib Pajak orang pribadi salah satu pengurus perusahaan anggota bentuk kerja sama operasi (Joint Operation), atau fotokopi paspor dan surat keterangan tempat tinggal dari Pejabat Pemerintah Daerah sekurang-kurangnya Lurah atau Kepala Desa dalam hal penanggung jawab adalah Warga Negara Asing; dan

d. Fotokopi dokumen izin usaha dan/atau kegiatan yang diterbitkan oleh instansi yang berwenang atau surat keterangan tempat kegiatan usaha dari Pejabat Pemerintah Daerah sekurang-kurangnya Lurah atau Kepala Desa.

6. Untuk Bendahara sebagai Wajib Pajak pemotong dan/atau pemungut pajak berupa:

(52)

a. Fotokopi surat penunjukan sebagai Bendahara; dan

b. Fotokopi Kartu Tanda Penduduk.

7. Untuk Wajib Pajak dengan status cabang dan Wajib Pajak Orang Pribadi Pengusaha Tertentu berupa:

a. Fotokopi Kartu Nomor Pokok Wajib Pajak pusat atau induk;

b. Surat keterangan sebagai cabang untuk Wajib Pajak Badan;

c. Fotokopi dokumen izin kegiatan usaha yang diterbitkan oleh instansi yang berwenang atau surat keterangan tempat kegiatan usaha atau pekerjaan bebas dari Pejabat Pemerintah Daerah sekurang-kurangnya Lurah atau Kepala Desa.

8. Dalam hal Wajib Pajak orang pribadi adalah wanita kawin yang dikenai pajak secara terpisah karena menghendaki secara tertulis berdasarkan perjanjian pemisahan penghasilan dan harta, dan wanita kawin yang memilih melaksanakan hak dan kewajiban perpajakannya secara terpisah, permohonan juga harus dilampiri dengan:

a. Fotokopi Kartu Nomor Pokok Wajib Pajak suami

b. Fotokopi Kartu Keluarga, dan

(53)

c. Fotokopi surat perjanjian pemisahan penghasilan dan harta, atau surat pernyataan menghendaki melaksanakan hak dan memenuhi kewajiban perpajakan terpisah dari hak dan kewajiban perpajakan suami.

Berdasarkan permohonan permohonan wajib pajak Kepala Kantor Pelayanan Pajak melakukan penerbitan NPWP paling lambat satu hari kerja terhitung sejak permohonan diterima secara lengkap terhitung sejak permohonan diterima secara lengkap.

Berikut ini Data Wajib Pajak yang terdaftar pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai untuk mendapatkan Nomor Pokok Wajib Pajak pada tahun 2013, 2014, 2015, sampai dengan bulan mei 2016.

Tabel 4.1

Jumlah Wajib Pajak Yang Mendapatkan NPWP Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai

Sumber: Seksi Pengolahan Data dan Informasi

Tahun Wajib Pajak

2013 11.288

2014 10.048

2015 12.721

Mei-2016 5.335 Jumlah 39.392

(54)

B. Tata Cara Penghapusan NPWP dan Pencabutan Pengukuhan PKP

1. Penghapusan NPWP, syarat-syaratnya :

A. Wajib Pajak meninggal dunia dan tidak meninggalkan warisan : 1. Fotokopi akta kematian atau,

2. Laporan kematian dari instansi yang berwenang.

B. Wanita kawin tidak dengan perjanjian pemisahan harta dan penghasilan,harus ada surat nikah/ akta perkawinan dari Catatan Sipil.

C. Warisan yang belum terbagi dalam kedudukan sebagai subjek pajak,bila telah dibagi harus ada surat keterangan selesainya pembagian warisan tersebut.

D. Wajib Pajak Badan yang telah dibubarkan secara resmi,disyaratkan adanya akta pembubaran.

E. Bentuk Usaha Tetap (BUT) yang kehilangan statusnya sebagai BUT, harus ada permohonan Wajib Pajak yang dilampiri dokumen yang mendukung.

F. Wajib Pajak orang pribadi lainnya yang tidak memenuhi syarat lagi sebagai Wajib Pajak.

2. Pencabutan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak (PKP),syrat-syaratnya:

Pencabutan Pengukuhan PKP dapat dilakukan : 1. atas permohonan PKP; atau

2. secara jabatan.

(55)

Pencabutan pengukuhan PKP atas permohonan PKP atau secara jabatan dilakukan berdasarkan hasil Verifikasi atau hasil Pemeriksaan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang perpajakan yang mengatur mengenai tata cara Pemeriksaan atau tata cara Verifikasi.

PENCABUTAN PENGUKUHAN PKP BERDASARKAN HASIL

VERIFIKASI

A. Pencabutan pengukuhan PKP atas permohonan PKP atau secara jabatan, dilakukan berdasarkan hasil Verifikasi apabila pencabutan pengukuhan tersebut dilakukan terhadap:

1. PKP orang pribadi yang telah meninggal dunia;

2. PKP telah dipusatkan tempat terutangnya Pajak Pertambahan Nilai di tempat lain;

3. PKP yang pindah alamat tempat tinggal, tempat kedudukan dan/atau tempat kegiatan usaha ke wilayah kerja Kantor Pelayanan Pajak lainnya;

4. PKP yang jumlah peredaran usaha dan/atau penerimaan brutonya untuk 1 (satu) tahun buku tidak melebihi batas jumlah peredaran usaha dan/atau penerimaan bruto untuk pengusaha kecil dan tidak memilih untuk menjadi Pengusaha Kena Pajak;

5. PKP selain perseroan terbatas dengan status tidak aktif (non efektif) dan secara nyata tidak menunjukkan adanya kegiatan usaha; atau

(56)

6. PKP bentuk usaha tetap yang telah menghentikan kegiatan usahanya di Indonesia.

B. Pencabutan pengukuhan PKP secara jabatan juga dapat dilakukan berdasarkan hasil Verifikasi dalam hal pencabutan tersebut terkait dengan:

1. hasil sensus pajak nasional;

2. hasil konfirmasi lapangan atau pengawasan setelah pengukuhan Pengusaha Kena Pajak; atau

3. hasil kegiatan lain yang dilakukan oleh Direktur Jenderal Pajak.

PENCABUTAN PENGUKUHAN PKP BERDASARKAN HASIL

PEMERIKSAAN

Pencabutan pengukuhan PKP terhadap PKP dilakukan berdasarkan hasil Pemeriksaan.

PENCABUTAN PENGUKUHAN KENA PAJAK MELALUI

PERMOHONAN

1. Permohonan pencabutan pengukuhan PKP, dilakukan dengan menggunakan Formulir Pencabutan Pengukuhan PKP.

2. Dalam hal pencabutan pengukuhan PKP terkait dengan PKP orang pribadi yang

(57)

oleh salah seorang ahli waris, pelaksana wasiat, atau pihak yang mengurus harta peninggalan.

1. Permohonan pencabutan pengukuhan PKP dilakukan secara elektronik dengan mengisi Formulir Pencabutan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak pada Aplikasi e-Registration yang tersedia pada laman Direktorat Jenderal Pajak di www.pajak.go.id.

a. Permohonan pencabutan yang telah disampaikan oleh Wajib Pajak melalui Aplikasi e-Registration dianggap telah ditandatangani secara elektronik atau digital dan mempunyai kekuatan hukum.

b. PKP yang telah menyampaikan Formulir Pencabutan Pengukuhan PKP dengan lengkap pada Aplikasi e-Registration harus mengirimkan dokumen yang disyaratkan ke KPP yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal atau tempat kedudukan atau tempat kegiatan usaha PKP.

c. Pengiriman dokumen yang disyaratkan dapat dilakukan dengan cara mengunggah (upload) salinan digital (softcopy) dokumen melalui Aplikasi e-Registration atau mengirimkannya dengan menggunakan Surat Pengiriman Dokumen yang telah ditandatangani.

d. Apabila dokumen yang disyaratkan belum diterima KPP dalam jangka waktu 14 (empat belas) hari kerja setelah penyampaian permohonan pencabutan pengukuhan PKP secara elektronik, permohonan tersebut dianggap tidak diajukan.

(58)

e. Apabila dokumen yang disyaratkan telah diterima secara lengkap, KPP menerbitkan Bukti Penerimaan Surat secara elektronik.

2. Dalam hal PKP tidak dapat mengajukan permohonan pencabutan pengukuhan PKP secara elektronik, permohonan pencabutan pengukuhan PKP dapat dilakukan dengan menyampaikan permohonan secara tertulis.

a. Permohonan secara tertulis dilakukan dengan mengisi dan menandatangani Formulir Pencabutan Pengukuhan PKP.

b. PKP yang telah mengisi dan menandatangani Formulir Pencabutan Pengukuhan PKP harus melengkapi formulir penghapusan tersebut dengan dokumen yang disyaratkan.

c. Permohonan secara tertulis disampaikan ke KPP tempat Pengusaha Kena Pajak dikukuhkan dengan cara:

1. langsung ke KPP atau melalui KP2KP;

2. melalui pos; atau

3. melalui perusahaan jasa ekspedisi atau jasa kurir.

d. Dalam hal permohonan secara tertulis disampaikan melalui KP2KP, KP2KP meneruskan permohonan pencabutan pengukuhan PKP ke KPP.

e. Terhadap penyampaian permohonan secara tertulis, KPP memberikan Bukti Penerimaan Surat apabila permohonan dinyatakan telah diterima

(59)

f. Terhadap penyampaian permohonan secara tertulis yang diterima secara tidak lengkap, berlaku ketentuan:

1. dalam hal permohonan disampaikan secara langsung, permohonan dikembalikan kepada PKP; atau

2. dalam hal permohonan disampaikan melalui pos atau melalui perusahaan jasa ekspedisi atau jasa kurir, KPP menyampaikan pemberitahuan secara tertulis mengenai ketidaklengkapan tersebut.

3. Dokumen yang disyaratkan meliputi dokumen yang menunjukkan bahwa PKP sudah tidak lagi memenuhi persyaratan sebagai PKP.

PENCABUTAN PENGUSAHA KENA PAJAK SECARA JABATAN

1. Pencabutan pengukuhan PKP secara jabatan dilakukan berdasarkan hasil Pemeriksaan atau hasil Verifikasi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang perpajakan yang mengatur mengenai tata cara Pemeriksaan atau tata cara Verifikasi.

2. Pemeriksaan atau Verifikasi dalam rangka pencabutan pengukuhan PKP secara jabatan, dilakukan apabila:

a. terdapat data dan informasi perpajakan yang dimiliki atau diperoleh Direktur Jenderal Pajak yang menunjukkan bahwa PKP tidak memenuhi persyaratan subjektif dan/atau objektif; dan

b. PKP tidak mengajukan permohonan pencabutan pengukuhan PKP.

(60)

KEPUTUSAN ATAS PERMOHONAN PENCABUTAN PENGUKUHAN PKP

1. Berdasarkan hasil Verifikasi atau hasil Pemeriksaan dalam rangka pencabutan pengukuhan PKP, KPP memberikan keputusan atas permohonan pencabutan pengukuhan Pengusaha Kena Pajak yang disampaikan oleh Pengusaha Kena Pajak.

2. Keputusan ini dapat berupa:

a. Penerbitan Surat Pencabutan Pengukuhan PKP dalam hal berdasarkan hasil Verifikasi atau hasil Pemeriksaan terdapat rekomendasi pencabutan pengukuhan PKP; atau

b. Penerbitari Surat Penolakan Pencabutan Pengukuhan PKP dalam hal berdasarkan hasil Verifikasi atau hasil Pemeriksaan terdapat rekomendasi untuk tidak melakukan pencabutan pengukuhan PKP.

3. Penerbitan keputusan dilakukan dalam jangka waktu paling lama 6 (enam) bulan sejak tanggal Bukti Penerimaan Surat.

a. Apabila jangka waktu tersebut terlampaui dan KPP tidak menerbitkan keputusan, permohonan PKP dianggap dikabulkan dan KPP menerbitkan surat pencabutan pengukuhan PKP dalam jangka waktu paling lama 1 (satu) bulan setelah jangka waktu tersebut berakhir.

(61)

C. Tata Cara Penyelesaian Penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak

1. Dasar Hukum

A. Peraturan Menteri Keuangan Nomor PMK-20/PMK.03/2008 tanggal 6 Februari 2008 tentang Jangka Waktu Pendaftaran dan Pelaporan Kegiatan Usaha, Tata Cara Pendaftaran dan Penghapusan Nommor Pokok Wajib Pajak, serta Pengukuhan dan Pencabutan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak.

B. Keputusan Direktur Jendral Pajak Nomor KEP-161/PJ./2001 tanggal 21 Februari 2001 tentang Jangka Waktu Pendaftaran dan Pelaporan Kegiatan Usaha, Tata Cara Pendaftaran Dan Penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak, serta Pengukuhan dan Pencabutan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak s.t.d.d.

PER-160/PJ./2007.

2. Surat Edaran Terkait

A. SE-03/PJ.04/2007 tentang Penegasan Atas Pelaksanaan Pemeriksaan Dalam Rangka Penghapusan NPWP/Pencabutan PKP

B. SE-03/PJ.7/2005 tentang Kebijakan Pemeriksaan Rutin C. SE-07/PJ/2005 tentang Kebijakan Pemeriksaan Tujuan Lain

3. Pihak yang Terkait A. Kepala Seksi Pelayanan B. Pelaksana Seksi Pelayanan

C. Petugas Tempat Pelayanan Terpadu (TPT) D. Seksi Pemeriksaan

(62)

E. Seksi Penagihan F. Wajib Pajak

4. Formulir yang Digunakan

A. Permohonan Pendaftaran dan Perubahan Data Wajib Pajak B. Lembar Pengawasan Arus Dokumen (LPAD)

C. Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) 5. Dokumen yang Dihasilkan A. Bukti Penerimaan Surat (BPS)

B. Surat Penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak

C. Surat Penolakan Penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak 6. Prosedur Kerja

A. Wajib Pajak mengajukan berkas penghapusan NPWP dengan menggunakan Forulir Pendaftaran dan Perubahan Data Waajib Pajak beserta persyaratannya.

B. Petugas Tempat Pelayanan Terpadu menerima Formulir Pendaftaran dan Perubahan Data Wajib Pajak kemudian meneliti kelengkapan persyaratannya.

Dalam hal berkas penghapusan belum lengkap, dihimbau kepada Wajib Pajak untuk melengkapinya. Dalam hal berkas penghapusan sudah lengkap, Petugas Tempat Pelayanan Terpadu akan mencetak BPS dan LPAD. BPS akan diserahkan kepada Wajib Pajak sedangkan LPAD akan digabungkan dengan berkas penghapusan kemudian diteruskan kepada Seksi Pemeriksaan untuk

(63)

C. Pelaksana Seksi Pelayanan menerima dan merekam Laporan Hasil Pemeriksaan.

1. Wajib Pajak memenuhi syarat untuk dihapuskan.

Dalam hal memenuhi syarat untuk dihapuskan maka seksi pelayanan membuat Nota Dinas konfirmasi tunggakan pajak kepada Seksi Penagihan.

Dalam hal terdapat ketetapan Pajak berdasarkan LHP atau tunggakan pajak berdasarkan jawaban Nota Dinas konfirmasi tunggakan pajak dari Seksi Penagihan, maka Wajib Pajak harus melunasi dahulu utang pajak tersebut.

Kemudian mencetak Surat Penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak.

2. Wajib Pajak tidak memenuhi syarat untuk dihapuskan.

Dalam hal tidak memenuhi syarat untuk dihapuskan maka Seksi Pelayanan mencetak Surat Penolakan Penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak.

Selanjutnya Surat Penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak/Surat Penolakan Penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak diteruskan kepada Kepala Seksi Pelayanan untuk ditandatangani.

D. Kepala Seksi Pelayanan menandatangani Surat Penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak/Surat Penolakan Penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak kemudian mengembalikannya kepada Pelaksana Seksi Pelayanan.

E. Pelaksana Seksi Pelayanan menerima dokumen yang telah ditandatangani, mencatat nomor Surat Penghapusan NPWP yang telah diberikan secara sistem ke dalam buku register, memberi stempel kantor, memisahkan dokumen untuk arsip dan dokumen yang akan diserahkan kepada Wajib Pajak.

(64)

F. Pelaksana Seksi Pelayanan mengarsipkan dan meyerahkan dokumen kepada Wajib Pajak melalui Subbagian Umum (SOP Penyampaian Dokumen di KPP).

G. Proses selesai.

D. Hal-hal yang Menyebabkan Terhapusnya NPWP

Penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak dilakukan terhadap Wajib Pajak yang sudah tidak memenuhi persyaratan subjektif dan/atau objektif sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang perpajakan. Penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak dapat dilakukan atas permohonan Wajib Pajak atau secara jabatan. Penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak atas permohonan Wajib Pajak atau secara jabatan dilakukan berdasarkan hasil Pemeriksaan atau hasil Verifikasi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang perpajakan yang mengatur mengenai tata cara Pemeriksaan atau tata cara Verifikasi.

Penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak atas permohonan Wajib Pajak atau Jangka Waktu Penyelesaian :

1. Paling lama 6 (enam) bulan untuk Wajib Pajak Orang Pribadi, dan 2. Paling lama 12 (dua belas) bulan untuk Wajib Pajak Badan, Sejak tanggal permohonan diterima secara lengkap dari Wajib Pajak.

(65)

A. Wajib Pajak orang pribadi yang telah meninggal dunia dan tidak meninggalkan warisan.

B. Wajib Pajak bendahara pemerintah yang tidak lagi memenuhi syarat sebagai Wajib Pajak karena yang bersangkutan sudah tidak lagi melakukan pembayaran.

C. Wajib Pajak orang pribadi yang telah meninggalkan Indonesia untuk selama- lamanya.

D. Wajib Pajak yang memiliki lebih dari 1 (satu) Nomor Pokok Wajib Pajak untuk menentukan Nomor Pokok Wajib Pajak yang dapat digunakan sebagai sarana administratif dalam pelaksanaan hak dan pemenuhan kewajiban perpajakan.

E. Wajib Pajak orang pribadi yang berstatus sebagai pengurus, komisaris, pemegang saham/pemilik dan pegawai yang telah diberikan Nomor Pokok Wajib Pajak melalui pemberi kerja/bendahara pemerintah dan penghasilan netonya tidak melebihi Penghasilan Tidak Kena Pajak.

F. Wajib Pajak badan kantor perwakilan perusahaan asing yang tidak mempunyai kewajiban Pajak Penghasilan badan dan telah menghentikan kegiatan usahanya.

G. Warisan yang belum terbagi dalam kedudukan sebagai Subjek Pajak sudah selesai dibagi.

(66)

H. Wanita yang sebelumnya telah memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak dan menikah tanpa membuat perjanjian pemisahan harta dan penghasilan serta tidak ingin melaksanakan hak dan memenuhi kewajiban perpajakannya terpisah dari suaminya.

I. Wanita kawin yang memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak berbeda dengan Nomor Pokok Wajib Pajak suami dan pelaksanaan hak dan pemenuhan kewajiban perpajakannya digabungkan dengan pelaksanaan hak dan pemenuhan kewajiban perpajakan suami.

J. Anak belum dewasa yang telah memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak.

K. Wajib Pajak bentuk usaha tetap yang telah menghentikan kegiatan usahanya di Indonesia;atau,

L. Wajib Pajak badan tertentu selain perseroan terbatas dengan status tidak aktif (non efektif) yang tidak mempunyai kewajiban Pajak Penghasilan dan secara nyata tidak menunjukkan adanya kegiatan usaha.

Penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak terhadap Wajib Pajak selain tersebut diatas dilakukan berdasarkan hasil Pemeriksaan. Permohonan penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak, dilakukan dengan menggunakan Formulir Penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak dilakukan secara elektronik dengan mengisi Formulir

Referensi

Dokumen terkait

PENDAFTARAN DAN PENCABUTAN NOMOR PENGUKUHAN PENGUSAHA KENA PAJAK (NPPKP) PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK MADYA MEDAN” ,sehingga apabila seorang Wajib Pajak yang ingin

memiliki Surat Ijin Usaha Perdagangan (SIUP), Tanda Daftar Perusahaan (TDP), Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP), Surat Keterangan Terdaftar Pajak, Surat Pengukuhan

memiliki Surat Ijin Usaha Perdagangan (SIUP), Tanda Daftar Perusahaan (TDP), Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP), Surat Keterangan Terdaftar Pajak, Surat Pengukuhan Pengusaha Kena

3) menyampaikan konsep Surat Pemberitahuan Pembatalan Pencabutan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak dan konsep Berita Acara Pembatalan Pencabutan Pengukuhan Pengusaha Kena

4) Kepala Seksi Pemeriksaan menerima usulan pemeriksaan untuk tujuan lain dalam rangka penghapusan NPWP dan/atau pencabutan Pengukuhan PKP, baik atas permohonan Wajib Pajak

Setiap orang yang dengan sengaja tidak mendaftarkan diri, atau menyalahgunakan, atau menggunakan tanpa hak Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) atau Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak

PENDAFTARAN DAN PENCABUTAN NOMOR PENGUKUHAN PENGUSAHA KENA PAJAK (NPPKP) PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK MADYA MEDAN” ,sehingga apabila seorang Wajib Pajak yang ingin

Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor 24/PJ/2009 tentang Tata Cara Pendaftaran Nomor Pokok Wajib Pajak dan/atau Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak dan Perubahan Data Wajib Pajak dan/atau