• Tidak ada hasil yang ditemukan

SKRIPSI-INDERI SETIANI.pdf

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "SKRIPSI-INDERI SETIANI.pdf"

Copied!
86
0
0

Teks penuh

Judul Disertasi: Pengaruh Ketinggian Tumbuh Terhadap Kadar Beta-Karoten Pada Daun Katuk (Sauropus androgynus (L) Merr) di Kota Padang. Kepada Sari, Pepi, Endah, Meti dan Ciput yang telah menjadi sahabatku sejak kecil, terima kasih karena selalu ada dan selalu mau mendengarkan keluh kesah teman-teman kecilmu selama belajar di kota orang. Untuk Herma, terima kasih karena selalu ada saat temanmu membutuhkan, terima kasih karena selalu menemaninya mencari makan dan menghilangkan stres, bahkan saat matahari terik dan hujan.

Untuk Mira, Frena, Ichi, Vera, Pira, Sonia dan Diana, terima kasih telah memberikan tawa dan kebahagiaan, terima kasih selalu ada. Kepada teman-teman yang tidak dapat saya sebutkan satu per satu, saya ucapkan terima kasih atas dukungan dan bimbingannya selama ini. Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan tesis yang berjudul “Pengaruh Pertumbuhan Tinggi Badan Terhadap Kadar β-Karoten Pada Daun KATUK (Sauropus androgynus L.) Merr DI KOTA PADANG” Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan program Sarjana Farmasi di Universitas Perintis Indonesia.

Telah dilakukan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui kadar betakaroten pada daun katuk (Sauropus androgynus L.) Merr yang diperoleh dari 3 lokasi di kota Padang yaitu di kecamatan Koto Tangah (ketinggian 2,9 m/sampel A), Lubuk Minturun (ketinggian 55,9 m), dan Pasample B ketinggian/55,9 m dpl. Kadar betakaroten masing-masing sampel daun catuk berbeda nyata berdasarkan analisis data menggunakan one way SPSS 25.0 ANOVA (p<0,05).

Latar Belakang

Beta karoten penting untuk pemeliharaan kesehatan mata, pertumbuhan reproduksi, imunitas, pencegahan kanker dan memiliki aktivitas antioksidan yang baik (Englberber, et al., 2008; kondodori, 2017). Beta karoten terdapat pada sayur dan buah berwarna kuning jingga dan juga pada sayuran hijau dimana beta karoten terikat dengan klorofil (zat hijau) (Astawan, 2008). Komponen fitokimia seperti betakaroten pada tumbuhan dipengaruhi oleh berbagai faktor alam sehingga terjadi perbedaan kualitas dan kuantitas.

Faktor alam tersebut antara lain lokasi tumbuhnya, iklim, paparan sinar matahari dan unsur hara tanah. Kondisi tempat tumbuh tanaman mempengaruhi profil kimiawi komponennya, seperti ketinggian tempat, kisaran pH, kelembaban tanah, jenis tanah dan intensitas cahaya (Kementerian Kesehatan RI, ketinggian di atas permukaan laut merupakan salah satu faktor yang sangat mempengaruhi pertumbuhan tanaman. Berdasarkan hal tersebut di atas, telah dilakukan penelitian penentuan kadar beta karoten daun katuk yang diambil pada ketinggian yang berbeda pada lokasi yang berbeda di Kota Padang.

Rumusan Masalah

Tujuan Penelitian

Manfaat Penelitian

TINJAUAN PUSTAKA

  • Tinjauan Botani Daun Katuk (Sauropus androgynus L.)Merr
    • Klasifikasi
    • Nama Daerah
    • Nama Asing
    • Morfologi
    • Daerah Tempat Tumbuh Katuk
    • Khasiat
  • Kandungan Kimia Daun Katuk
  • Pengaruh Ketinggian
  • Tinjauan Betaka roten
    • Beta karoten
    • Fungsi & Aktivitas Beta Karoten
    • Identifikasi Beta Karoten
    • Analisa Kuantitatif Beta Karoten
    • Ekstraksi
  • Kromatografi Lapis Tipis (KLT)
  • Spektrofotometri UV-Vis
    • Prinsip Spektrofotometri UV-Vis

Daun katuk (Sauropus androgynus (L) Merr) memiliki khasiat sebagai antioksidan kuat (Zuhra et al., 2008), sebagai afrodisiak (zat yang dapat meningkatkan gairah seksual) (Andini, 2014), dan dapat meningkatkan produksi ASI pada ibu menyusui (Sa’roni et al., 2004). Senyawa kimia dalam ekstrak etanol 90% daun katuk adalah golongan alkaloid, triterpenoid, saponin, tanin, polifenol, glikosida dan flavonoid (Susanti et al., 2014). 1997) Daun katuk mengandung enam senyawa utama yaitu monomethylsuccinate dan cis-2-methylcyclopentanoacetate (ester), 9enzoic acid dan phenylmalonic acid (asam karboksilat), 2-pyrolidinone dan methylpyroglutamate (alkaloid).

Jika daun katuk dipanaskan dengan air, senyawa ester di dalamnya akan terhidrolisis menjadi senyawa asam karboksilat sehingga menimbulkan rasa asam. Identifikasi betakaroten dilakukan dengan metode kromatografi lapis tipis, metode Carr-Price (Andarwulan dan Koswara, 1992). Penentuan Panjang Gelombang Penyerapan Maksimum Sebanyak 1,0 ml beta-karoten standar diukur untuk penyerapan dalam rentang panjang gelombang 350-600 nm.

Pembuatan kurva standar adalah larutan standar betakaroten yang dibuat pada beberapa deret konsentrasi dan absorbansinya dibaca pada panjang gelombang serapan maksimum. Absorbansi yang diperoleh digunakan untuk menghitung kadar betakaroten dengan menggunakan persamaan regresi linier kurva standar betakaroten.

Gambar 2. Komponen Fitokimia Daun Katuk
Gambar 2. Komponen Fitokimia Daun Katuk

METODA PENELITIAN

Waktu dan Tempat Penelitian

  • Alat
  • Bahan

Prosedur Penelitian

  • Pengambilan sampel
  • Identifikasi Sampel
  • Penyiapan Sampel
  • Ekstraksi Sampel
  • Karakteristik Ekstrak Sampel
  • Analisis Kualitatif
  • Analisis Kuantitatif

Untuk mendapatkan 21 tinggi daun katuk, hasil tinggi akan langsung ditampilkan di layar handphone. Identifikasi seluruh bagian tumbuhan daun katuk dilakukan di Herbarium Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Andalas (UNAND) Padang. Masing-masing 250 gram daun katuku segar dimasukkan ke dalam bejana maserasi dan ditambahkan 350 mL aseton sambil diaduk sesekali selama 6 jam pertama, kemudian dimaserasi selama 18 jam, kemudian disaring untuk memisahkan dasar dan filtratnya.

Hasil penyabunan kemudian diekstraksi kembali dengan petroleum eter sebanyak 3 x 25 mL, kemudian dicuci dengan akuades sampai corong pemisah bebas dari basa, sesekali dibuka tutup corong pemisah. Timbang cawan porselin yang telah dikeringkan dalam pengering pada suhu 105 °C selama 30 menit dan dinginkan dalam desikator (A). Ekstrak daun katuka (Sauropus androgynus L.) ditimbang sebanyak 2-3 g, dimasukkan ke dalam pot porselin yang telah ditara, dibakar perlahan-lahan di dalam tanur, kemudian dinaikkan secara bertahap hingga suhu 600 ± 25 oC hingga tidak ada lagi karbon, kemudian didinginkan dalam desikator dan ditimbang berat abunya.

Fraksi petroleum eter (PE) daun katuk dan betakaroten murni sebagai pembanding disiapkan pada konsentrasi 1000 ppm dalam petroleum eter. Larutan fraksi PE daun katuk dan betakaroten murni ditotolkan pada pelat KLT dengan jarak ± 1 cm. Labu ditutup dengan aluminium foil karena betakaroten mudah teroksidasi dan tidak stabil jika terkena cahaya (Sharif, 2013).

Kemudian tempatkan dalam labu takar 10 ml dan buat hingga 10 ml dengan petroleum eter. Panjang gelombang serapan maksimum beta karoten diukur menggunakan salah satu konsentrasi larutan seri standar, yaitu larutan 850 ppm. Limit deteksi dan limit kuantisasi dihitung melalui persamaan regresi linier kurva kalibrasi berdasarkan kemiringan persamaan regresi dan standar deviasi residual dengan menggunakan rumus sebagai berikut: (Syarif, 2013).

Ditimbang dengan hati-hati 0,02 g fraksi petroleum eter daun katuk dilarutkan dalam 10 ml petroleum eter dalam labu ukur 10 ml untuk mendapatkan larutan dengan konsentrasi 2000 ppm. Absorbansi diukur untuk setiap larutan sampel 2000 ppm dalam petroleum eter menggunakan spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang serapan maksimum beta karoten standar. Nilai absorbansi dimasukkan ke dalam persamaan regresi linier untuk mendapatkan kadar betakaroten dalam larutan sampel (µg/mL).

Analisa Data

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Hasil % kadar abu ekstrak daun katuk (Sauropus androgynus L.) diperoleh sebagai berikut yaitu sampel A sebesar 2,12%, sampel B sebesar 2,13% dan sampel C sebesar 2,27%. Berdasarkan hasil uji kualitas beta karoten dengan metode kromatografi lapis tipis (KLT) pada sampel daun katuk (Sauropus androgynus L.) Merr, diketahui bahwa setiap sampel daun katuk mengandung beta karoten positif. Berdasarkan hasil uji kuantitatif beta karoten pada masing-masing sampel daun katuk (Sauropus androgynus L.) yang diperoleh dengan spektrofotometri UV-Vis, diperoleh rata-rata kadar masing-masing sampel yaitu sampel A sebesar 6,184 µg/mg, sampel B sebesar 4,492 µg/mg dan sampel 4,491 µg/mg.

Berdasarkan hasil analisis statistik penentuan kadar beta karoten pada daun katuka dengan variasi tinggi yang dilakukan dengan uji One Way Anova diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,001 (p < 0,05) bahwa terdapat perbedaan yang signifikan dari hasil pemeriksaan kadar daun katuka dengan variasi tinggi antara 2,9 mdpl; 55,9 mdpl dan 150 mdpl. Dan pada uji lanjutan menggunakan uji Duncan didapatkan hasil yang berbeda nyata dimana sampel A menghasilkan kadar beta karoten paling tinggi, disusul sampel C dan terakhir sampel B.

Pembahasan

Dalam penentuan kandungan betakaroten digunakan sampel daun katuka dalam bentuk segar, daun katuka dipisahkan dari tangkainya kemudian dipotong kecil-kecil. Gunawan (2009) menyatakan bahwa fraksinasi minyak sawit mentah (CPO) dengan pelarut heksana menghasilkan konsentrat dengan rendemen berat total dan rendemen total betakaroten yang lebih tinggi, sedangkan penggunaan pelarut aseton menghasilkan konsentrasi betakaroten yang lebih tinggi. Hasil ekstraksi ekstrak kental aseton dari masing-masing sampel daun katuka (Sauropus androgynus L.) Merr dievaluasi dengan parameter organoleptik, % rendemen, % kadar abu dan % susut pengeringan.

Tujuannya adalah mengekstraknya kembali dengan petroleum eter agar betakaroten yang terkandung dalam sampel terekstraksi dengan petroleum eter. Pengujian ini dilakukan untuk mengidentifikasi senyawa betakaroten pada setiap daun katuk (Sauropus androgynus L.) Merr yang memiliki tinggi yang berbeda dibandingkan dengan senyawa pembandingnya yaitu betakaroten dengan tujuan untuk membuktikan apakah sampel tersebut mengandung betakaroten atau tidak. Untuk masing-masing konsentrasi diukur absorbansinya dengan spektrofotometri UV-Vis pada panjang gelombang serapan maksimum betakaroten 449,0 nm, sehingga diperoleh persamaan regresi linier yaitu y x dengan koefisien korelasi sebesar 0,9985.

Dan dapat dikatakan bahwa metode spektrofotometri tampak merupakan metode yang valid untuk analisis betakaroten pada daun katuk. Pengukuran kadar betakaroten pada setiap variasi tinggi daun katuk dilakukan dengan menggunakan spektrofotometri UV-Vis pada panjang gelombang serapan maksimum betakaroten 449,0 nm (diulang 3 kali). Kadar betakaroten diukur dalam fraksi petroleum eter dari masing-masing sampel daun katuk, hasil pengukuran absorbansi dimasukkan ke dalam ekstrapolasi persamaan regresi linier standar yang diperoleh.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar beta karoten pada sampel A lebih tinggi dibandingkan dengan kadar beta karoten pada sampel B dan C. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar beta karoten pada daun katuku sampel A lebih tinggi dibandingkan dengan kadar beta karoten pada daun katuku sampel B dan C. Kandungan fitokimia beta karoten pada setiap tanaman juga akan dipengaruhi oleh metabolit sekunder tanaman. faktor.

Dari data analisis statistik penentuan kadar beta karoten pada daun catuk dengan variasi tinggi yang dilakukan dengan uji One Way Anova diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,001 (p<0,05), bahwa terdapat perbedaan yang signifikan dari hasil pemeriksaan kadar daun catuk dengan variasi tinggi antara 2,9 m²; 55,9 m dan 150 m. Dari hasil uji lanjutan Duncan terlihat adanya perbedaan yang signifikan antara kadar betakaroten pada daun katuk pada ketinggian 2,9 mdpl dimana kadar ini paling tinggi dibandingkan sampel B dan C. Dari hasil analisis statistik ini dapat diasumsikan bahwa daun katuk yang tumbuh pada ketinggian 5 mdpl akan mengalami penurunan pada ketinggian 5 mdpl.

Tabel 3. Parameter Evaluasi Ekstrak Kental Aseton
Tabel 3. Parameter Evaluasi Ekstrak Kental Aseton

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Saran

41 Patonah., Susilawati, E., Riduan, A., 2017, Aktivitas Anti Obesitas Ekstrak Daun Katuk (Sauropus androgynus L.Merr) pada Model Tikus Obesitas. Perbedaan kadar flavonoid dan betakaroten pada Buah Karika (Carica Pubescens) di wilayah Dieng Wonosobo. Pengaruh Fraksi Terpenoid Daun Katuk (Sauropus androgynus L. Merr) Terhadap Profil Lipid Tikus Putih Jantan (Rattus novergicus, L.) Strain Wistar yang Diinduksi Diet Tinggi Lemak.

Pelarutan fraksi PE daun katuka dan beta karoten diamati pada pelat KLT dengan jarak ± 1 cm. Gunakan petroleum eter untuk blanko, ukur absorbansi dengan spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang beta-karoten.

Gambar 7. Tumbuhan Daun katuk Sampel A (Ketinggian 2,9 mdpl)
Gambar 7. Tumbuhan Daun katuk Sampel A (Ketinggian 2,9 mdpl)

Gambar

Gambar 1. Daun Katuk (Sauropus androgynus L.) (Jurustani, 2019)
Gambar 2. Komponen Fitokimia Daun Katuk
Gambar 4. Spektofotometri UV-Vis (Watson, 2009)  Bagian-bagian spektrofotometri UV-Visibel adalah:
Tabel 3. Parameter Evaluasi Ekstrak Kental Aseton
+7

Referensi

Dokumen terkait

Setelah dilakukan skrining panjang gelombang serapan maksimum deksametason pada 73 sampel dengan Spektrofotometer UV-Vis didapatkan hasil bahwa dari 73 sampel terdapat 72

Dalam penelitian screening panjang gelombang serapan maksimum siprofloksasin dengan menggunakan spektrofotometer UV- Vis ini bersifat kualitatif yaitu dengan cara

Laporan penelitian berjudul SKRINING PANJANG GELOMBANG SERAPAN MAKSIMUM TABLET KAPTOPRIL YANG DIJUAL DI PASAR PRAMUKA DENGAN SPEKTROFOTOMETER UV-VIS yang diajukan oleh

Hal ini sangat penting dilakukan dalam analisis secara spektrofotometri UV-Vis karena pada panjang gelombang maksimum dihasilkan absorbansi tertinggi

Supernatan yang diperoleh dari masing-masing gelas beker diukur absorbansinya dengan spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang maksimum dari metilen biru.. Nilai

Pada pengukuran awal dengan TLC Scanner, bercak diukur pada panjang gelombang 323 nm yang diperoleh dari Spektrofotometri UV-Vis, namun setelah pengukuran spektrum serapan

Hasil Spektrofotometri UV-Vis (A) Vanilin (B) GVT-0 Pada gambar diatas dapat dilihat hasil serapan panjang gelombang vanilin dan GVT-0, dimana vanilin menyerap sinar

Uji kuantitatif dilakukan di Laboratorium Penelitian Terpadu Universitas Setia Budi dengan metode Spektrofotometri UV-Vis didapatkan hasil panjang gelombang maksimum digunakan untuk