(GLASSFIBER REINFORCED CEMENT BOARD) DAN PENAMBAHAN SIKA VISCOCRETE SEBAGAI BAHAN
TAMBAH DALAM CAMPURAN BETON
Diajukan untuk persyaratan memperoleh gelar sarjana pada Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Prof. Dr. Hazairin S.H Bengkulu
Disusun oleh : Alfredho Amri Maulana
NPM. 20100054P
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS PROF. DR. HAZAIRIN, SH BENGKULU
2023
PENGARUH PEMANFAATAN AGREGAT PECAHAN GRC (GLASSFIBER REINFORCED CEMENT BOARD) DAN
PENAMBAHAN SIKA VISCOCRETE SEBAGAI BAHAN TAMBAH DALAM CAMPURAN BETON
Disusun oleh Alfredho Amri Maulana
NPM : 20100054P
Disetujui Oleh :
ii Pembimbing I
Yudhia Pratidina P, S.T, M.Eng, NIDN : 0216127501
Pembimbing II
DR. Tri Sefrus, S.T, M.T, NIDN : 0202098502
Tim Penguji Mengesahkan Naskah Prososal Skripsi Nama Mahasiswa Alfredho Amri Maulana
NPM 20100054P
Judul Lengkap Pengaruh Pemanfaatan Agregat Pecahan GRC (Glassfiber Cement Board) dan Penambahan Sika Viscocrete sebagai Tambah dalam Campuran Beton
Yang telah diperbaiki sesuai saran dari tim penguji siding
Ketua Tim Penguji Anggota Tim Penguji
DR. Tri Sefrus, S.T., M.T NIDN: 0202098502
Sazuatmo. S.T., M.T NIDN: 0201046801
Angota Tim Penguji Angota Tim Penguji
Yudhia Pratidina P.
NIDN.
………
NIDN: ……….
Mengetahui
Dekan Ketua Program Studi
Fakultas Teknik Teknik Sipil
Sazuatmo. S.T., M.T NIDN: 0201046801
DR. Tri Sefrus, S.T., M.T NIDN: 0202098502
iii
PENGARUH PEMANFAATAN AGREGAT PECAHAN GRC (GLASSFIBER REINFORCED CEMENT BOARD) DAN PENAMBAHAN SIKA VISCOCRETE SEBAGAI BAHAN
TAMBAH DALAM CAMPURAN BETON
Dengan ini, saya yang bertanda tangan dibawah ini:
Dengan ini penulis menyatakan bahwa skripsi ini disusun sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik pada Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik Universitas Prof. Dr. Hazairin, SH adalah benar merupakan hasil karya penulis sendiri.
Adapun pengutipan-pengutipan yang penulis lakukan pada bagian-bagian tertentu dari hasil karya orang lain dalam penulisan skripsi ini, telah penulis camtumkan sumbernya secara jelas sesuai norma, kaidah, dan etika penulisan ilmiah.
Apabila di kemudian hari ternyata ditemukan seluruh atau Sebagian skripsi ini bukan hasil karya penulis sendiri atau adanya plagiat dalam bagian tertentu, penulis bersedia menerima sanksi dengan peraturan yang berlaku.
Bengkulu, Desember 2023 Penulis
Alfredho Amri Maulana NPM :20100054P
LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI
iv
REINFORCED CEMENT BOARD) DAN PENAMBAHAN SIKA VISCOCRETE SEBAGAI BAHAN TAMBAH DALAM CAMPURAN BETON.
Dengan ini menerangkan bahwa siswa:
Nama : Alfredho Amri Maulana
NPM : 20100054P
Pembimbing Utama : Yudhia Pratidina P, S.T., M.Eng.
Pembimbing Pendamping : Dr. Tri Sefrus, S.T, M.T.
Telah menyelesaikan perbaikan pada skripsi tersebut sesuai denga napa yang tercantum dalam berita acara seminar skripsi tertanggal 27 des 2023. Untuk itu kami tidak keberatan skripsi ini diajukan ke sidang sarjana.
Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping
Yudhia Pratidina P.
NIDN.
DR. Tri Sefrus, S.T., M.T NIDN. 0202098502
Dekan Fakultas Teknik
Ketua Program Studi Teknik Sipil
Sazuatmo. S.T., M.T NIDN: 0201046801
DR. Tri Sefrus, S.T., M.T NIDN. 0202098502
ABSTRAK
v
pengangkutan, penuangan dan perawatan. Kebutuhan akan variasi mutu beton pada proses pembangunan konstruksi seperti saat ini membutuhkan varian beton dengan karakteristik kinerja yang tinggi dengan tujuan untuk mengoptimalkan waktu dan proses pengerjaan. Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui nilai kuat tekan beton menggunakan agregat limbah GRC dan bahan tambah Sika ViscoCrete -3115N. Pada penelitian ini metode yang dilakukan adalah metode eksperimen yang dilakukan dengan cara menambahkan Sika ViscoCrete-3115N ke dalam campuran beton. Kemudian diuji untuk mengetahui nilai kuat tekan beton pada umur 28 hari. Berdasarkan hasil pengujian beberapa benda uji yang telah dilakukan maka didapatkan nilai kuat tekan beton pada variasi campuran beton normal dengan penambahan Sika Viscocrete 1,5% pada umur beton 28 hari nilai kuat tekan beton rata-rata sebesar 45,68 MPa sedangkan nilai kuat tekan pada variasi campuran beton limbah GRC dengan penambahan Sika Viscocrete terdapat pada campuran Sika Viscocrete-3115 N sebanyak 1%
dengan nilai kuat tekan rata-rata sebesar 17,58 MPa pada umur beton 28 hari. Dari hasil pengujian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa beton normal dengan penambahan Sika Viscocrete memiliki nilai kuat tekan yang lebih besar dibandingkan dengan beton menggunakan limbah GRC.
Kata Kunci : Kuat Tekan, Beton Normal, Beton GRC, Sika Viscocrete – 3115N
KATA PENGANTAR
vi
memberikan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini dengan judul “Pengaruh Pemanfaatan Agregat Pecahan GRC (Glassfiber Cement Board) dan penambahan Sika Viscocrete Sebagai Bahan Tambah Dalam Campuran Beton”. Sebagai syarat meraih gelar akademik Sarjana Teknik pada Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Prof. Dr. Hazairin, S.H, Bengkulu.
Dalam penyusunan skripsi ini banyak pihak yang telah membantu penulis, oleh karena itu dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan ucapan terima kasih sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Dr. Ir. Yulfiperius, M.Si. selaku rektor Universitas Prof. Dr. Hazairin, S.H Bengkulu
2. Bapak Sazuatmo, S.T., M.T selaku Dekan Fakultas Teknik, Universitas Prof.
Dr. Hazairin, S.H Bengkulu.
3. Ibu Dr. Tri Sefrus, S.T., M.T selaku Ketua Studi Teknik Sipil, Universitas Prof. Dr. Hazairin, S.H dan selaku pembimbing pendamping yang telah membimbing serta mengarahkan penulis menyelesaikan skripsi ini.
4. Bapak Yudhia Pratidina P. S.T., M.Eng. selaku Dosen Pembimbing Utama yang telah membimbing penulis dan memberi masukan dalam menyelesaikan Skripsi ini.
5. Bapak Endri Agustomi S.T., M.T. selaku Pembimbing Akademik
6. Bapak dan Ibu Staf pengajar dan seluruh pegawai Teknik sipil Universitas Prof. Dr. Hazairin, S.H Bengkulu
7. Kedua orang tua penulis Bapak Ilham Maulana dan Ibu Elvi Arisah, terima kasih untuk semua Do’a dan kasih sayang yang tak pernah ternilai harganya.
Serta sabar menghadapi penulis selama ini.
8. Sahabat-sahabat penulis, Sarah, Wira, Dewa, Gazam, Fomi, Exson, Jefry, Bunga, Momon, TERIMA KASIH
vii
menempuh Pendidikan.
Bengkulu, Desember 2023 Penulis
Alfredho Amri Maulana NPM :20100054P 10.
viii
HALAMAN PERSETUJUAN...ii
HALAMAN PENGESAHAN...iii
PERNYATAAN TIDAK PLAGIAT...iv
LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI...v
ABSTRAK...vi
KATA PENGANTAR...vii
DAFTAR ISI...ix
DAFTAR TABEL...xi
DAFTAR GAMBAR...xii
DAFTAR LAMPIRAN...xiii
BAB I PENDAHULUAN...1
1.1 Latar Belakang...1
1.2 Rumusan Masalah...2
1.3 Tujuan Penelitian...2
1.4 Batasan Penelitian...3
1.5 Manfaat Penelitian...3
BAB II LANDASAM TEORI...4
2.1 Landasan Teori...4
2.1.1 Pengertian Beton...4
2.1.2 Jenis-Jenis beton...5
2.1.3 Sifat-Sifat Beton...5
2.1.4 Faktor yang Mempengaruhi Kuat Tekan Beton...7
2.1.5 Material Pembentuk Beton...13
2.1.6 GRC (Glassfiber Reinforced Cement Board)...17
2.1.7 Sika ViscoCrete 3115 N...18
2.1.8 Rumus Pengolahan Data Hasil Uji Kuat Tekan Beton...19
2.2 Literatur Review...20
2.3 Kebaharuan Penelitian...27
BAB III METODE PENELITIAN ...28
3.1 Lokasi Penelitian...28 ix
3.2.2 Peralatan...29
3.3 Persiapan penelitian...29
3.3.1 Pengujian Material...31
3.3.2 Pembuatan Benda Uji...34
3.4 Perawatan Benda Uji...35
3.5 Pengujian Kuat Tekan Beton...35
3.6 Metode Penelitian yang Digunakan...36
3.7 Metode Pengumpulan Data...36
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN...38
4.1 Hasil Penelitian...38
4.1.1 Pemeriksaan Analisa Saringan Agregat...38
4.1.2 Pemeriksaan Berat Jenis...39
4.1.3 Pemeriksaan Kadar Air Agregat...41
4.1.4 Pemeriksaan Kadar Lumpur...43
4.1.5 Perencanaan Campuran Beton...44
4.1.6 Hasil Pengujian Slump...45
4.1.7 Hasil Pengujian Kuat Tekan Beton...46
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ...51
5.1 Kesimpulan...51
5.2 Saran...52
x
2.1. Batas Gradasi Agregat Halus ... 9
2.2. Batas Gradasi Agregat Kasar ... 12
2.3. Rasio Kuat Tekan Beton pada berbagai Umur ...13
2.4. Syarat Mutu Kekuatan Agregat sesuai SII.0052-80 ...16
2.5. Nilai-nilai Konstanta ...20
2.6. Penelitian Terdahulu ...21
3.1. Jadwal Rencana Penelitian ...37
4.1 Hasil Analisa Saringan Agregat Kasar ...39
4.2 Hasil Analisa Saringan Agregat Halus ...40
4.3 Hasil Pemeriksaan Berat Jenis Agregat Kasar ...41
4.4 Hasil Pemeriksaan Berat Jenis Agregat Halus ...42
4.5 Pemeriksaan Kadar Air Agregat Kasar ...43
4.6 Pemeriksaan Kadar Air Agregat Halus ...43
4.7 Pemeriksaan Kadar Lumpur Agregat Kasar ...44
4.8 Pemeriksaan Kadar Lumpur Agregat Halus ...44
4.9 Perencanaan Campuran Beton ...45
4.10 Rencana V-silinder ...46
4.11 Hasil Uji slump Beton Normal (mm) ...46
4.12 Hasil Uji slump Beton Normal + GRC (mm) ...46
4.13 Hasil Uji Kuat tekan Beton normal + Sika viscocrete 3115-N ...48
4.14 Kuat Tekan Beton normal + GRC + Viscocrete 3115-N ...50
xi
Gambar 2.1 Hubungan Antara Kuat Tekan dan Faktor Air Semen ... 8
Gambar 2.2 Grafik Pasir Zona I ...9
Gambar 2.3 Grafik Pasir Zona II ...10
Gambar 2.4 Grafik Pasir Zona III ...10
Gambar 2.5 Grafik Pasir Zona IV ...11
Gambar 2.6 grafik daerah gradasi agregat kasar maksimal 40 mm ...12
Gambar 2.7 Kebaharuan Penelitian ...28
Gambar 3.1 Lokasi Penelitian ...29
Gambar 3.2 Bagan Alir ...31
Gambar 4.1 Grafik Kuat Tekan Beton Normal dan penambahan Sika Viscocrete49 Gambar 4.2 Grafik Kuat Tekan Beton GRC dan penambahan Sika Viscocrete....51
xii
Lampiran 1 : Dokumentasi Pengujian Lampiran 2 : Hasil Uji Laboratorium
xiii
1.1 Latar Belakang
Pembangunan proyek konstruksi di Indonesia saat ini sedang berkembang dengan pesat. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya proyek-proyek pembangunan seperti gedung, jembatan dan lain sebagainya. Beton merupakan material konstruksi yang sudah sangat umum digunakan. Menurut Tjokrodimulyo dalam Ahmad, dkk (2017) menyebutkan bahwa beton merupakan suatu bahan komposit (campuran) dari beberapa material, yang bahanutamanya terdiri dari medium campuran antara semen, agregat halus, agregat kasar, air serta bahan tambahan lain dengan perbandingan tertentu. Karena beton merupakan komposit, maka kualitas beton sangat tergantung dari kualitas masing-masing pembentuk. Proses pembuatan beton sangat berpengaruh terhadap proses pencampuran, pengangkutan, penuangan dan perawatan hasil akhir kualitas beton. Kebutuhan akan variasi beton pada proses pembangunan konstruksi seperti saat ini membutuhkan varian beton dengan karakteristik kinerja yang tinggi dengan tujuan untuk mengoptimalkan waktu dan proses pengerjaan. Hal inilah yang kemudian menjadi alasan untuk dikembangkannya berbagai macam zat addictive dan admixture sebagai bahan campuran beton.ada berbagai macam bahan tambah seperti admixture yang digunakan dalam konstruksi beton, seperti halnya sika ViscoCrete (Pascal, 2019).
Penambahan Sika ViscoCrete -3115N dalam campuran beton dapat membantu proses pengurangan air dalam jumlah yang banyak serta dapat membantu menambah nilai kuat tekan beton. Menurut Riwayati dan Habibi (2020) sika ViscoCrete -3115N merupakan bahan tambah yang dapat membantu beton meningkatkan performanya pada waktu yang lebih cepat dan berfungsi ganda mengurangi jumlah air pencampur yg diperlukan untuk menghasilkan beton dengan konsistensi tertantu dan mempercepat pengikatan beton. Selain penambahan zat tambah Sika ViscoCrete-3115N pada beton, peneliti juga memanfaatkan limbah konstruksi sebagai bahan penyusunan beton. Pemanfaatan limbah konstruksi di Indonesia perlu dilakukan sehingga dapat memberikan kontribusi yang baik terhadap penggunaan limbah seperti pecahan batu ba
1
pecahan GRC (Glassfiber Reinforced Cement Board) dan limbah lainnya. GRC (Glassfiber Reinforced Cement Board) adalah bahan yang pertama kali dikenalkan di inggris dan masuk di Indonesia pada akhir 70-an sampai awal 80-an dan ini merupakan salah satu pengembangan dari beton (Winardi, 2018). GRC (Glassfiber Reinforced Cement Board) biasanya digunakan dalam pembuatan plafon atau partisi. GRC memiliki tekstur yang agak keras, sehingga hal ini menyebabkan GRC (Glassfiber Reinforced Cement Board) tidak dapat digunakan kembali setelah dilakukan pembongkaran pada area yang menggunakan GRC.
Dalam penelitian ini penulis memiliki ketertarikan untuk melakukan penelitian terkait pemanfaatan limbah GRC (Glassfiber Reinforced Cement Board) sebagai bahan penyusun beton dengan menggunakan bahan tambah Sika ViscoCrete -3115N. Penggunaan bahan tambah ini merupakan cara untuk mengurangi penggunaan air pada pencampuran beton sehingga berdasarkan hipotesa diharapkan beton yang menggunakan limbah pecahan GRC (Glassfiber Reinforced Cement Board) memiliki kekuatan atau mutu sesuai rencana.
Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Pemanfaatan Agregat Pecahan GRC (Glassfiber Reinforced Cement Board) Dan Penambahan Sika ViscoCrete -3115N Sebagai Bahan Tambah Dalam Campuran Beton.”
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, Peneliti mencoba menganalisa beberapa masalah seperti:
1. Bagaimana pengaruh slump test pada beton normal dengan bahan tambah Sika ViscoCrete -3115N dan slump test beton menggunakan limbah GRC (Glassfiber Reinforced Cement Board) dengan bahan tambah Sika ViscoCrete -3115N ?
2. Bagaimana Nilai kuat tekan beton normal dengan bahan tambah Sika ViscoCrete -3115N dan kuat tekan beton menggunakan limbah GRC (Glassfiber Reinforced Cement Board) dan bahan tambah Sika ViscoCrete -3115N ?
2
3. Mengetahui variasi persentase penambahan bahan tambah Sika ViscoCrete- 3115N pada beton mix 1%, 1,5%, dan 2% ?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah sebagi berikut:
1. Untuk mengetahui nilai slump test beton normal dengan bahan tambah Sika ViscoCrete -3115N dan slump test beton menggunakan limbah GRC (Glassfiber Reinforced Cement Board) dengan bahan tambah Sika ViscoCrete -3115N.
2. Untuk mengetahui pengaruh penggunaan GRC (Glassfiber Reinforced Cement Board) terhadap kuat tekan beton normal dengan bahan tambah Sika ViscoCrete -3115N dan kuat tekan beton menggunakan limbah GRC (Glassfiber Reinforced Cement Board) dengan bahan tambah Sika ViscoCrete -3115N.
3. Untuk mengetahui nilai kuat tekan beton menggunakan agregat GRC (Glassfiber Reinforced Cement Board) dan bahan tambah Sika ViscoCrete -3115N.
1.4 Batasan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka penelitian ini dibatasi dengan beberapa batasan masalah sebagai berikut:
1. Penelitian ini menggunakan benda uji berbentuk silinder dengan diameter 15 cm dan tinggi 30 cm.
2. Perawatan terhadap benda uji di lakukan selama 28 hari 3. Mutu beton yang direncanakan fc’ 25 MPa.
4. Tata cara pencampuran beton menggunakan cara pencampuran beton normal.
5. Pasir yang digunakan berasal dari Kabupaten Seluma, Kecamatan Semidang Alas Maras, Desa Sendawar.
6. Air yang digunakan berasal dari laboratorium Fakultas Teknik Universitas Prof. Dr. Hazairin S.H.
7. Menggunakan bahan tambah Sika ViscoCrete -3115N.
3
1.5 Manfaat Penelitian
1. Memberikan informasi mengenai pemanfaatan limbah GRC (Glassfiber Reinforced Cement Board) sebagai bahan campuran beton normal.
2. Untuk mengetahui variasi penambahan Sika ViscoCrete -3115N yang optimum dalam penggunaan sebagai bahan tambah pada campuran beton normal yang menggunakan agregat GRC (Glassfiber Reinforced Cement Board).
3. Untuk mengurangi penumpukan limbah GRC (Glassfiber Reinforced Cement Board) yang terdapat di lingkungan masyarakat.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Beton
Beton merupakan salah satu bahan konstruksi yang paling umum digunakan untuk bangunan gedung, jembatan, jalan raya dan lain sebagainya. Menurut SNI- 2487-2013, beton merupakan campuran antara semen protland, atau semen hidrolis lainnya, agregat halus, agregat kasar dan air, dengan atau tanpa bahan campuran tambahan. Beton yang sering digunakan pada umumnya yaitu beton normal. Beton akan semakin mengeras dan akan mencapai kekuatan rencana (fc’) pada usia 28 hari.
Kuat tekan beton yaitu besarnya beban per satuan luas yang menyebabkan benda uji beton hancur apabila beton tersebut dibebani dengan gaya tekan tertentu yang dihasilkan oleh mesin tekan. Kuat tekan beton merupakan sifat yang paling penting dibandingkan dengan sifat-sifat lainnya. Kuat tekan beton ditentukan oleh pengaturan dari perbandingan antara semen, agregat kasar, agregat halus, air dan zat tambah lainnya. Perbandingan air semen merupakan faktor utama dalam menentukan kekuatan beton. Semakin rendah perbandingan air semen, maka semakin tinggi kuat tekannya.
Beton dalam penggunaanya memiliki kelebihan dan kelemahan (Mulyono, 2004). Adapun kelebihan beton yaitu :
1. Dapat dengan mudah dibentuk sesuai dengan kebutuhan konstruksi.
2. Mampu memikul beban yang berat.
3. Tahan terhadap temperature yang tinggi.
4. Biaya pemeliharaan yang kecil.
Adapun kekurangan beton, antara lain :
1. Bentuk yang telah dibuat, akan sulit untuk diubah.
2. Pelaksanaan pekerjaan membutuhkan ketelitian yang tinggi.
3. Berat.
4. Daya pantul suara yang tinggi.
5
2.1.2 Jenis-Jenis beton 1. Beton Ringan
Beton ringan yaitu beton yang dibuat dengan bobot yang lebih ringan dibandingkan dengan bobot beton normal. Agregat yang digunakan pada umumnya merupakan hasil dari pembakaran shale, lempung, residu batu bara, residu slag, dan hasil pembakaran vulkaniklainnya. Berat jenis agregat ringan sekitar 1900 kg/m3 atau berdasarkan kepentingan penggunaan strukturnya berkisar antara 1440 – 1850 kg/m3.
2. Beton Normal
Beton normal merupakan beton yang menggunakan pasir sebagai agregat halus dan batu pecah sebagai agregat kasar sehingga memiliki berat jenis beton antara 2200 kg/m3- 2400 kg/m3 dengan kuat tekan antara 15 – 40 MPa.
3. Beton Berat
Beton berat adalah beton yang dihasilkan dari agregat yang memiliki berat lebih besar dari beton normal.
4. Beton Massa (Mass Concrete)
Disebut beton masa karena beton ini digunakan pada pekerjaan beton yang besar dan massif, misalnya bendungan, jembatan, pondasi.
5. Ferro-Cement
Adalah suatu bahan gabungan yang didapatkan dengan cara memberikan suatu tulangan yang berupa anyaman kawat baja sebagai pemberi kekuatan tarik dan daktil pada mortar semen.
6. Beton Berserat (Fibre-Concrete)
Adalah bahan komposit yang terdiri dari beton dan bahan lain berupa serat. Serat yang ada dalam beton ini memiliki fungsi untuk mencegah retak-retak sehingga menjadikan beton lebih daktil daripada beton normal.
2.1.3 Sifat-Sifat Beton
Campuran beton yang telah mengeras memiliki sifat yang berbeda tergantung pada proses pembuatannya dan perbandingan campuran, cara mencampur, cara mengaduk, cara mencetak, cara memadatkan dan cara
perawatan akan mempengaruhi sifat – sifat beton. Berikut ini merupakan sifat sifat umum yang ada pada beton, adalah sebagai berikut :
1. Tahan Lama (Durability)
Durability merupakan sifat dimana beton tahan terhadap pengaruh luar selama dalam pemakaian. Sifat durability juga berhubungan dengan kuat tekan beton. Semakin besar kekuatan, maka akan semakin awet betonnya.
Beton akan lebih awet jika beton tersebut kedap air dan tahan terhadap aus. Untuk memperolehnya, maka beton yang dihasilkan haruslah padat dan mempunyai pori – pori yang kecil di dalamnya.
2. Kedap Air
Beton biasanya memiliki rongga – rongga dikarenakan terdapat gelembung udara, atau ruangan pada saat pengerjaan pembuatan beton. Rongga udara inilah yang kemudian menjadi celah untuk masuknya air ke dalam beton.
Ada beberapa faktor lain yang dapat mempengaruhi sifat kedap air pada beton antara lain :
a. Umur beton.
b. Gradasi.
c. Perawatan.
d. Mutu dan porositas agregat.
3. Kuat Tekan dan Kuat Tarik Pada Beton
Kuat tekan pada beton ditentukan oleh pembebanan uniaksial benda uji silinder beton berdiameter 150 mm, tinggi 300 mm dengan satuan MPa (N/mm2) untuk standar ACI maupun SNI 91. Sedangkan British Standar benda uji yang digunakan adalah kubus dengan sisi ukuran 150 mm.
Sedangkan sifat kuat tarik beton jauh lebih kecil dibandingkan dengan kuat tekannya, yaitu sekitar 10%-15% dari kuat tekannya. Kuat tarik beton merupakan sifat yang penting untuk memprediksi retak dan defleksi pada balok.
4. Modulus Elastisitas
Modulus elastisitas beton merupakan perbandingan antara kuat tekan beton dengan regangan beton yang biasanya berkisar antara 25%-50% dari kuat tekan beton.
5. Sifat Rangkak dan Susut
Rangkak dan Susut adalah salah satu sifat beton, yang mana beton mengalami deformasi secara terus menerus berdasarkan waktu tertentu, yang berada di bawah beban yang dipikul. Susut (Shrinkage) merupakan perubahan volume yang tidak berhubungan dengan pembebanan.
2.1.4 Faktor yang Mempengaruhi Kuat Tekan Beton 1. Faktor Air Semen (FAS)
Faktor air semen (FAS) adalah perbandingan antara jumlah air terhadap jumlah kebutuhan semen dalam suatu campuran beton yang berfungsi sebagai :
a. Untuk memungkinkan reaksi kimia yang menyebabkan pengikatan dan berlangsungnya pengerasan.
b. Memberikan kemudahan dalam pengerjaan beton (workability).
Secara umum, semakin tinggi nilai FAS, maka akan mengakibatkan penurunan mutu kekuatan beton. Namun nilai FAS yang semakin rendah belum tentu akan memberikan kekuatan beton semakin tinggi, karena tentunya ada batas dalam hal penentuan batasan terendah FAS.
Umumnya nilai FAS yang diberikan minimum 0,4 dan maksimum 0,65.
FAS dan kehalusan butir semennya sangat menentukan rata-rata ketebalan lapisan yang memisahkan antar partikel dalam beton (Mulyono, 2004). Banyaknya jumlah air yang digunakan untuk campuran beton sangat mempengaruhi kuat tekan beton. Hubungan antara faktor air semen dengan tekan beton (Duff Abrams, 1920) dinyatakan dalam persamaan :
𝑓𝑐’ = A
B1,5x ………...……..….. (2.1) Keterangan :
𝑓𝑐’ : Kuat tekan beton
X : Fas ( yang semula dalam proporsi volume ) A dan B : Konstanta
Sesuai dengan gambar di bawah ini, dapat dilihat bahwa Faktor Air Semen (FAS) pada rasio 0,4 kekuatan tekan beton yang dihasilkan akan naik, dan pada rasio 1,00 hingga 4,00 kekuatan beton semakin menurun. Maka dapat disimpulkan bahwa semakin rendah FAS yang digunakan, maka kekuatan beton akan semakin naik.
Gambar 2.1. Hubungan Antara Kuat Tekan dan Faktor Air Semen Sumber : Tri Mulyono (2004)
2. Sifat Agregat
Agregat adalah suatu butiran yang berfungsi sebagai bahan pengisi dan juga sebagai penguat beton. Agregat ini menempati sebanyak kurang lebih 65% dari volume beton. Sehingga kualitas beton itu sendiri bergantung pada sifat agregat ini. Agregat ini dapat dibedakan menjadi beberapa kategori, yaitu:
a. Agregat halus
Agregat halus atau pasir adalah agregat yang keseluruhan butirnya menembus saringan berlubang 4.8 mm (SNI-0052-1980) atau 4.75 mm (ASTM C33-1982). Maksud penggunaan agregat halus di dalam adukan beton adalah :
1. Menghemat jumlah pemakaian semen.
2. Menambah kekuatan mutu beton.
3. Mengurangi penyusutan pada saat pengerasan beton.
4. Campuran yang sesuai.
SK.SNI T-15-1990-03 memberikan syarat-syarat untuk agregat halus berdasarkan standar di Inggris. Adapun agregat halus dikelompokkan dalam empat zona (gradasi) seperti dalam Tabel 2.1. di bawah ini :
Tabel 2.1. Batas Gradasi Agregat Halus Lubang
ayakan (mm)
Persen (%) bahan butiran yang lewat ayakan
I II III IV
10 4,8 2,4 1,2 0,6 0,3 0,15
100 90-100
60-95 30-70 15-35 5-20 0-10
100 90-100 75-100 55-90 35-59 8-30 0-10
100 90-100 85-100 75-100 60-79 12-40
0-10
100 95-100 95-100 90-100 80-100 15-50
0-15
Keterangan :
Daerah Gradasi I : Pasir Kasar Daerah Gradasi II : Pasir Agak Kasar Daerah Gradasi III : Pasir Agak Halus Daerah Gradasi IV : Pasir Halus
Gambar 2.2. Grafik Pasir Zona I Sumber : (Tri Mulyono. 2005)
Gambar 2.3. Grafik Pasir Zona II Sumber : (Tri Mulyono. 2005)
Gambar 2.4. Grafik Pasir Zona III Sumber : (Tri Mulyono. 2005)
Gambar 2.5. Grafik Pasir Zona IV Sumber : (Tri Mulyono. 2005) b. Agregat kasar
Agregat kasar adalah agregat yang semua butirnya tertinggal di saringan 4,8 mm (SII.0052, 1980) atau 4,75 mm (ASTM C33, 1982).
Batu pecah adalah bahan alami dari batu-batuan dan berbentuk bulat serta permukannya yang licin. Sedangkan batu pecah adalah bahan yang diperoleh dari batu yang dipecah. Menurut ASTM C 33-86 agregat kasar untuk beton harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
1. Agregat kasar tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 1%
terhadap berat kering. Apabila syarat kadar lumpur tidak sesuai maka agregat kasar harus dicuci terlebih dahulu.
2. Agregat kasar tidak boleh mengandung zat-zat yang dapat merusak beton, seperti zat-zat reaktif alkali.
3. Agregat kasar harus terdiri dari butir-butir yang beraneka ragam besarnya dan apabila diayak dengan ayakan harus memenuhi persyaratan yang berlaku:
a. Sisa diatas ayakan 31,5 mm lebih kurang 0% berat total b. Sisa diatas ayakan 4 mm lebih kurang 90% - 98% berat total c. Selisih antara sisa-sisa komulatif diatas dua ayakan yang
berurutan adalah maksimum 60% berat total, minimum 10% berat total.
Berat butir agregat maksimum tidak boleh lebih dari 1/5 jarak terkecil antara bidang-bidang samping cetakan, 1/3 dari tebal plat atau ¾ dari jarak besi minimum antara tulang-tulangan. Adapun batas gradasi agregat kasar seperti pada Tabel 2.2. dan Gambar 2.6.
Tabel 2.2 Batas Gradasi Agregat Kasar
Ayakan (mm) % Lolos
50,0 100
37,5 95-100
19,0 35-70
9,5 0-30
4,75 0-5
Gambar 2.6. grafik daerah gradasi agregat kasar maksimal 40 mm Sumber : (Tri Mulyono. 2005)
3. Umur Beton
Kekuatan tekan beton akan bertambah dengan naiknya umur beton.
Kekuatan beton akan naik secara cepat (linier) sampai umur 28 hari, tetapi setelah itu kenaikannya akan kecil. Kekuatan tekan beton pada kasus tertentu terus akan bertambah sampai beberapa tahun diawal.
Biasanya kekuatan tekan rencana beton dihitung pada umur 28 hari.
Untuk struktur yang menghendaki kekuatan awal yang tinggi, maka campuran dikombinasikan dengan semen khusus atau ditambah dengan bahan tambah kimia dengan tetap menggunakan jenis semen tipe I (OPC- 1). Laju kenaikan umur beton sangat tergantung dari penggunaan bahan penyusunnya yang paling utama adalah penggunaan bahan semen, karena semen cenderung secara langsung memperbaiki kinerja tekannya (Mulyono, 2005).
Sedangkan menurut Tjokrodimuljo (2007), kuat tekan beton akan bertambah tinggi dengan bertambahnya umur. Yang dimaksud umur disini adalah dihitung sejak beton dicetak. Laju kenaikan kuat tekan beton mula-mula cepat, lama-lama laju kenaikan itu akan semakin lambat dan laju kenaikan itu akan menjadi relatif sangat kecil setelah berumur 28 hari. Sebagai standar kuat tekan beton (jika tidak disebutkan umur secara khusus) adalah kuat tekan beton pada umur 28 hari.
Tabel 2.3. Rasio Kuat Tekan Beton pada berbagai Umur
Umur beton 3 7 14 21 28 90 365
Semen portland
biasa 0.4 0.65 0.88 0.95 1 1.2 1.35
Semen portland dengan kekuatan awal
yang tinggi
0.55 0.75 0.9 0.95 1 1.15 1.22
Sumber : PBI 1971, NI-2, dalam Tjokrodimuljo, 2007 2.1.5 Material Pembentuk Beton
1. Semen Portland
Semen adalah serbuk halus yang digunakan sebagai perekat antara agregat kasar dengan agregat halus. Apabila bubuk halus ini dicampur dengan air selang beberapa waktu akan menjadi keras dan dapat digunakan sebagai pengikat hidrolis. Semen apabila dicampur dengan air akan membentuk adukan yang kemudian disebut pasta, jika dicampur dengan agregat halus (pasir) dan air, maka akan terbentuk adukan yang disebut mortar, jika ditambah lagi dengan agregat kasar (kerikil/batu pecah) maka akan terbentuk adukan yang biasa disebut beton. Semen bersama air
sebagai kelompok aktif sedangkan pasir dan kerikil sebagai kelompok pasif yang berfungsi sebagi pengisi. Sesuai dengan tujuan pemakaiannya semen portland dibagi menjadi 5 (lima) tipe, yaitu :
1. Tipe I : Semen portland untuk penggunaan umum yang tidak memerlukan persyaratan-persyaratan khusus.
2. Tipe II : Semen portland yang dalam penggunaannya memerlukan ketahanan terhadap sulfat dan panas hidrasi sedang.
3. Tipe III : Semen portland yang dalam penggunaannya menuntut kekuatan awal yang tinggi.
4. Tipe IV : Semen portland yang dalam penggunaannya menuntut persyaratan panas hidrasi rendah.
5. Tipe V : Semen portland yang dalam penggunaannya menuntut persyaratan sangat tahan terhadap sulfat tinggi. Fungsi semen ialah bereaksi dengan air menjadi pasta semen. Pasta semen berfungsi untuk melekatkan butir-butir agregat agar menjadi suatu kesatuan massa yang kompak/padat. Selain itu pasta semen mengisi rongga-rongga antara butirbutir agregat. Walaupun volume semen hanya kira-kira 10% saja dari volume beton, namun karena merupakan bahan perekat yang aktif dan mempunyai harga yang mahal dari pada bahan dasar beton yang lain perlu diperhatikan/dipelajari secara baik. (Tjokoridimulyo, 2004, dalam Muhammad Ikhsan Saifuddin, 2012).
2. Air
Air merupakan bahan yang diperlukan untuk proses pencampuran beton sehingga terjadi reaksi kimia, dengan semen untuk pembentukan pasta semen. Air juga digunakan untuk pelumas antara butiran dalam agregat agar mudah dikerjakan dan dipadatkan. Air yang diperlukan untuk pengerasan beton berkisaran FAS 0,28 saja dan sisanya akan terjadi bleeding air yang berlebihan akan menurunkan kekuatan beton. Air yang terlalu sedikitb akan menyebabkan proses pencampuran yang tidak merata sehingga dalam penelitian ini digunakan bahan tambah Sika ViscoCrete -3115N untuk mendapatkan workability yang baik sehingga
memudahkan pencampuran beton. Adapun persyaratan air yang dipergunakan harus memenuhi syarat sebagai berikut:
a. Tidak mengandung lumpur dan benda melayang lainnya yang lebih dari 2 gram perliter.
b. Tidak mengandung garam atau asam yang dapat merusak beton, zat organik dan sebagainya lebih dari 15 gram per liter.
c. Tidak mengandung klorida (Cl) lebih dari 1 gram per liter.
d. Tidak mengandung senyawa sulfat lebih dari 1 gram per liter.
3. Agregat Halus
Agregat halus merupakan pasir alam sebagai hasil disintegrasi alami batuan atau pasir yang dihasilkan oleh industri pemecah batu dan mempunyai ukuran butiran antara 0,15 – 5 mm. Pasir yang digunakan dalam campuran adukan beton harus memenuhi syarat. Gradasi agregat halus sebaiknya sesuai dengan spesifikasi ASTM C-33, yaitu:
a. Modulus halus butir 1.5 sampai 3.8.
b. Kadar lumpur atau bagian yang lebih kecil dari 70 mikron (0.074 mm atau No. 200) dalam persen berat maksimum.
c. Kadar gumpalan tanah liat dan partikel yang mudah dirapikan 3.0%.
d. Kandungan arang dan lignit
1) Bila tampak permukaan beton dipandang penting (beton akan diekspos), maksimum 0.5%.
2) Beton jenis lainnya, maksimum 1.0%.
e. Kadar zat organik yang terkandung yang ditentukan dengan mencampur agregat halus dengan larutan natrium sulfat (NaSO4) 3%, jika dibandingkan dengan warna standar/pembanding tidak lebih tua dari pada warna standar.
f. Kekalan (jika diuji dengan natrium sulfat bagian yang hancur maksimum 10%, dan jika di pakai magnisium sulfat, maksimu 15%).
g. Gradasi yang baik dan teratur (diambil dari sumber yang sama).
4. Agregat Kasar
Menurut SK SNI T-15-1991, agregat kasar adalah kerikil sebagai hasil disintegrasi alami dari batuan atau berupa batu pecah yang diperoleh dari industri pemecah batu dan mempunyai ukuran butiran antara 5 mm sampai 40 mm, dan kasar butirannya maksimum diijinkan tergantung pada maksud dan pemakaian. Agregat kasar yang dicampurkan sebagai adukan beton harus mempunyai syarat dan mutu yang ditetapkan meliputi hal-hal sebagai berikut :
1. Modulus halus butir 6.0 mm sampai 7.1 mm
2. Kekerasan yang ditentukan dengan menggunakan Bejana Rudellof tidak boleh mengandung bagian hancur yang tembus ayakan 2 mm, tidak lebih dari 16 % berat total.
3. Kadar lumpur atau bagian yang lebih kecil dari 70 mikron (0.074 mm) Maksimal 1%
4. 5. Bagian butir agregat kasar yang panjang dan pipih tidak melebihi 20% berat pengujian,terutama untuk beton mutu tinggi.
5. Bagian yang hancur bila diuji dengan menggunakan Mesin Los Angelos tidak boleh lebih dari 27 % Seperti Tabel 2.4 di bawah ini :
Tabel 2.4 Syarat Mutu Kekuatan Agregat sesuai SII.0052-80
Kelas dan Mutu Beton
Kekerasan dengan bejana Rudeloff, bagian hancur menembus ayakan 2 mm, persen
(%) maksimum
Kekerasan dengan bejana geser Los Angelos, Bagian hancur menembus ayakan 1.7 mm, %
maks.
Fraksi Butir 9.5 – 19
mm
Fraksi Butir 19 – 30
mm
(1) (2) (3) (4)
Beton Kelas I dan mutu B0 dan B1
Beton Kelas II dan mutu K.125, K.175, dan K.225
22-30 14-22
24-32 16-24
40-50 27-40
Kelas dan Mutu Beton
Kekerasan dengan bejana Rudeloff, bagian hancur menembus ayakan 2 mm, persen
(%) maksimum
Kekerasan dengan bejana geser Los Angelos, Bagian hancur menembus ayakan 1.7 mm, %
maks.
Beton Kelas III dan mutu > K.225 atau beton pra-tekan.
< dari 14 < dari 16 <g dari 27
6. tidak bersifat reaktif terhadap alkali jika kadar alkali dalam semen sebagai Na2O lebih besar dari 0.6%
7. Agregat kasar harus terdiri dari butir-butir yang beraneka ragam besarnya dan tidak melewati saringan 4,75 mm.
2.1.6 GRC (Glassfiber Reinforced Cement Board)
GRC adalah sebuah produk pracetak (precast) dari beton yang di-mixed dengan serat fiberglass. Keuntungan produk GRC adalah lebih ringan dibanding dengan produk beton pracetak pada umumnya dan bisa dibuat lebih tipis sebagai papan GRC/GRC Board atau panel GRC. Tetapi di sisi lain GRC memiliki tekstur yang agak keras sehingga tidak memungkinkan lagi untuk dipakai kembali setelah dilakukan pembongkran terhadap area yang diterapkan karena akan terjadi patahan atau kerusakan.
2.1.7 Sika ViscoCrete 3115 N
Sika ViscoCrete-3115 N adalah superplasticizer generasi ketiga untuk beton dan mortar. Ini terutama dikembangkan untuk produksi beton dengan kemampuan mengalir tinggi dengan sifat retensi workabilitas yang sangat baik. Berikut ini adalah kegunaan dan karekterisitk yang dimiliki oleh sika ViscoCrete-3115 N :
a. Kegunaan
Sika ViscoCrete-3115 N memfasilitasi pengurangan air yang ekstrem, kemampuan mengalir yang sangat baik dengan kohesi optimal dan
kemampuan self-compacting yang baik. Sika ViscoCrete-3115 N digunakan untuk jenis beton berikut:
1. Beton dengan kemampuan mengalir tinggi 2. Self-compacting concrete (S.C.C.)
3. Beton dengan tingkat pengurangan air sangat tinggi (sampai dengan 30%)
4. Beton dengan kuat tekan tinggi 5. Beton kedap air
6. Beton pra-cetak
Kombinasi pengurangan air yang tinggi, kemampuan mengalir yang sangat baik dan kekuatan awal yang tinggi memberikan manfaat yang jelas dalam aplikasi yang disebutkan di atas.
b. Karakteristik dan Kelebihan
Sika ViscoCrete-3115 N bekerja dengan adsorpsi pada permukaan partikel semen yang menghasilkan efek pemisahan sterical Beton yang diproduksi dengan Sika ViscoCrete-3115 N menunjukkan sifat-sifat berikut:
1. Kemampuan mengalir yang sangat baik (mengurangi usaha dalam pekerjaan penempatan dan pemadatan)
2. Kemampuan self-compacting yang baik
3. Pengurangan air yang sangat tinggi (menghasilkan kepadatan dan kekuatan yang tinggi)
4. Mengurangi perilaku penyusutan dan creep
5. Meningkatkan ketahanan terhadap karbonasi beton 6. Meningkatkan hasil finishing.
Sika ViscoCrete-3115 N tidak mengandung klorida atau bahan lain yang menyebabkan korosi baja. Oleh karena itu, dapat digunakan tanpa batasan untuk konstruksi beton bertulang dan pra-tekan. Sika ViscoCrete-3115 N memberikan workability yang lebih lama pada beton dan tergantung pada desain proporsi campuran dan kualitas bahan yang digunakan, sifat self- compacting dapat dipertahankan selama lebih dari 1 jam pada suhu 30 °C.
2.1.8 Rumus Pengolahan Data Hasil Uji Kuat Tekan Beton
Setelah didapat data dari hasil uji kuat tekan beton masing-masing benda uji, maka data tersebut diolah dengan menggunakan rumus-rumus ketentuan dari SK.SNI.T-15-1990-03 sebagai berikut :
1. Rumus kuat tekan beton masing-masing benda uji σ bi=W
A ...(2.2) Keterangan :
σ bi : Kuat tekan beton masing-masing benda uji (Kg/cm2) W : Berat setiap benda uji (Kg)
A : Luas penampang benda uji ( Cm2) 2. Rumus kuat tekan beton rata-rata
σ bm=
∑
σbiN ...(2.3) Keterangan :
σ bm : Kuat tekan beton rata-rata (Kg/cm2) σ bi : Kuat tekan beton (Kg/cm2)
N : Jumlah benda uji 3. Rumus deviasi standar
S=
√ ∑
N1 (σbi−σbm)N−1 ² ...(2.4) Keterangan :S : Deviasi standar (Kg/cm2) N : Jumlah benda uji
Rumus kuat tekan beton karakteristik Tabel 2.5 Nilai-nilai Konstanta
Persen hasil pengujian yang
ada di dalam batasan X = to' Kemungkinan untuk berada
di bawah batasan terendah K
40 3 dalam 10 0.50
50 2.5 dalam 10 0.67
60 2 dalam 10 0.84
68.27 1 dalam 6.3 1.00
70 1.5 dalam 10 1.04
80 1 dalam 10 1.28
90 1 dalam 20 1.65
95 1 dalam 40 1.96
95.45 1 dalam 44 2.00
98 1 dalam 100 2.33
99 1 dalam 200 2.58
99.73 1 dalam 741 3.00
Sumber : SNI 03-6815-2002
σ bk = σ bm – 1,65. S...(2.5) Keterangan :
σ bk : Kuat tekan beton karakteristik (Kg/cm2) σ bm : Kuat tekan beton rata-rata (Kg/cm2) 1,28 : Konstanta
S : Standar deviasi 2.2 Literatur Review
Literatur review adalah beberapa hasil penelitian terdahulu yang berkaitan dengan topik penelitian penulis. Berikut beberapa hasil penelitian terdahulu yang digunakan pada penelitian dapat dilihat pada table 2.6. :
No Tahun Peneliti Tujuan
Lokasi Metode Pedoman Hasil Utama
1.
2021
Luthfi Chandra Amarullah, (2021) Tabel 2.6. Penelitian Terdahulu
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh lembah GRC dan Abu Sekam Padi sebagai bahan pengganti material Beton terjdap kuat tekan beton
Dilaksnakan di Laboratorium Fakultas Teknik dan Sains Universitas Muhammadiyah Purwokerto
Metode Experimen SNI 03-2834-2000 SNI 03-2491-2002 SNI 03-3349-2002
Berdasarkan hasil penelitian ini beton inovasi dengan limbah GRC dan Abu Sekam Padi memiliki pengaruh kenaikan kuat tekan 18,44 % dari beton konvensional. Dan biaya yang di keluarkan untuk pembuatan beton inovasi sedikit lebih menghemat biaya dari beton konvensional
2.
2021
Maria Deolinda Bere, (2021)
mengetahui kuat tekan dan kuat tarik belah dari beton busa dengan variasi foam agent yang digunakan dan juga pengaruh dari agregat halus yang digunakan yaitu pasir abu batu. variasi foam agent yang digunakan adalah 15% dan 30% dari jumlah semen per m³, pengujian dilakukan pada umur beton 14 hari, 28 hari dan 35 hari menggunakan benda uji silinder 15 cm x 30 cm.
Penelitian ini dilakukan di laboratorium fakultas Teknik Universitas Tama Jagakarsa, Jakarta Selatan
Metode experimen ASTM C 330-82a SNI 03-2834-2000 SNI 03-2491-2002 SNI 03-3349-2002
-Rata–rata kuat tekan berturut–turut menurut umur beton 14 hari, 28 hari dan 35 hari adalah: 23.13 MPa, 26.25 MPa, dan 27.78 MPa (tanpa foam agent), 17.54 MPa, 20.29 MPa, dan 21.91 MPa (foam agent 15%), 13.44 MPa, 15.11 MPa dan 16.69 MPa (foam agent 30%).Rata–rata kuat tarik belah berturut–turut menurut umur beton 14 hari, 28 hari dan 35 hari adalah : 3.63 MPa, 4.09 MPa, dan 4.32 MPa (tanpa foam agent), 2.93 MPa, 3.34 MPa, dan 3.42 MPa (foam agent 15%), 2.82 MPa, 2.29 MPa dan 3.36 MPa (foam agent 30%).
3.
2020
Ahmad Syariful Umam, (2020)
Penelitian ini mempunyai tujuan untuk memgetahui apakah biji plastic bisa digunakan sebagai isian bata GRC
Dilakukan di Laboratorium Universitas Negeri Semarang Metode experimen
SNI 4431:2011
Biji plastik tidak dapat digunakan sebagai bahan isian Bata GRC. Hal ini karena biji plastik tidak mendukung terhdap uji kuat lentur, sementara bata GRC harus tetap memeprhatikan kuat lentur.
4.
2019
Dimas septio pascal, (2019)
tujuan penelitian ini untuk menganalisis kekuatan tekan beton dan pengaruh 4 pengurangan FAS yang berbeda yaitu 0%, 10%, 20%, dan 30% terhadap kuat tekan beton dengan penambahan superplasticizer sebanyak 0,5%, 1,0%, dan 1,5%
serta menggunakan variasi umur rendaman beton dalam air selama 3 hari, 7 hari, dan 28 hari. Perancangan beton ini menggunakan metode ACI dan benda uji dibuat pada kubus dengan ukuran 15 cm x 15 cm.
Dilakukan di laboratorium Universitas Muhammadiyah Palembang Metode experimen
SNI - 2847-2013 SNI T-03-2834-1993
SNI T-15-1991-03 SNI 03-6815-2002
penilitian nilai kuat tekan rata-rata beton umur 3hari, 7 hari, dan 28 hari berturut- turut adalah 252,4 Kg/Cm2, 365,7 Kg/Cm2. 521,3 Kg/Cm2, dengan nilai penambahan Superplasticizer Sika ViscoCrete 0,5% dan penguran air 30% adalah 175,3 Kg/Cm2, 250,8 Kg/Cm2. 359,6 Kg/Cm2, dan untuk beton dengan penambahan Superplasticizer Sika ViscoCrete 1,5% dan pengurangan air 10%
adalah 331,7 Kg/Cm2, 531,9 Kg/Cm2, 676,2 Kg/Cm2.
5.
2019 Lilis Tiyani, (2019)
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui nilai kuat tekan lentur dan kuat geser dinding beton busa yg dicampur material GRC dan Wiremesh menggunakan
standard beton ringan
Dilaksanakan di laboratorium Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta Experimen dan analisis data
ASTM E72-05 ASTM C 307–03, 2003
ASTM C 469–02
ASTM E 72–98
Dari hasil penelitian ini kuat tekan kubus beton ringan ukuran 5 x 5 x 5 cm memperoleh nilai sebesar 5,2 mpa. Dan Analisa data penggunaan lapis GRC dan perkiuatan dapat menambah kekuatan dari kuat lentur dan kuat geser panel dinding
6.
2019
Jeny Alifianti, (2019)
Penelitian ini mempelajari pengaruh variasi serat ampas tebu sebagai bahan pengganti pada plafon GRC terhadap nilai kuat tekan, nilai kuat lentur, dan nilai resapan air dengan usia plafon 7 hari, 14 hari, dan 28 hari.
PT. GRC Hexagon, Mojo Agung kab. Jombang, Jawa Timur Survey, observasi dan experimen
ACI 544.1R-96 2002, SNI-03-6861.1-2002
Berdasarkan hasil penelitian bahwa interface serat tebu dan fiberglass mempengaruhi nilai kat lentur dan kuat tekan pada plafon GRC. Interface yang semakin rapat membuat nilai kuat tekan beton mengalami penurunan dikarenakan luasan plafoon dipenuhi oleh serat. pada serapan mengalami kenaikan di karenakan serat tebu mudah menyerap dan menyimpan air.
7.
2018
Retno Trimurtiningrum, (2018)
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh beton serat bambu terhadap gaya Tarik dan tekan beton. Dengan persentase serat bambu bervariasi dari 0%, 1%, 2%, dan 3% oleh bahan semen.
Di laboratorium fakultas fakultas Teknik Universitas 17 agustus Surabaya experimen
ASTM 1995 SNI 03-2847-2013 SNI 03-2847-2002 SNI 03-2834-2000 SNI 03-1974-1990
SNI S-04-1989
Dari hasil pengujian menunjukan bahwa serat bambu beton meningkatkan hasil uji kuat Tarik dan kuat tekan. Palimg atas kuat Tariksebesar 12,4 Mpa dalam waktu 28 hari, diperoleh campuran yang mengandung 2% bambu serat. Beton kuat tekan tertinggi adalah 28,3 Mpa dalam 28 hari dari campuran 1% serat bambu.
8.
2017
Adytia Eko Sutrisno, (2017)
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui nilai kuat tekan beton yang di tambah abu jerami padi dengan variasi penambahan 0%, 5%, 10%, dan 15%. Benda uji silnder dengan ukuran 15 cm x 30 cm. dengan kuat tekan yang di rencanakan 14,5 Mpa.
Di laboratorium Teknik Sipil UNISLA, lamongan, Jawa Timur Experimen dan studi literatur
ASTM C 127 ASTM C 128-78 ASTM C 188-95 ASTM C 29-91 ASTM C 566-89 ASTM C-187-86 SNI 15-2049-2004
SNI 7394:2008 SNI03-2847-2002
Berdasarkan hasil dari data pada bab sebelumnya, penggunaan abu jerami padi pada campuran beton dengan variasi penambahan 0%, 5%, 10%, dan 15% dari berat semen berdampak terhadap penurunan nilai kuat tekan beton. Nilai kuat tekan yang diperoleh pada umur 28 hari yaitu 18.440 Mpa, 15.366 Mpa,13.948 Mpa, dan 12.530 Mpa. Penelitian beton dengan tambahan abu Jerami dapat di gunakan untuk bangunan non structural.
9.
2016 Sahrudin, (2016)
Penelitian ini dimaksudkan untuk mencari konsentrasi serat sabut kelapa yang memiliki nilai kuat tekan tertinggi. Benda uji berupa beton silinder dia.15 x 30 cm dengan variasi penambahan serat sabut kelapa sebesar 0.125%, 0.250% dan 0.50% dari volume beton. Mutu beton yang direncanakan adalah K-225 dengan uji tekan pada umur 28 hari.
Di laboratorium Teknik Sipil Universitas Muhammadiyah Jakarta
experimen SNI-T-15-1991-03 SNI 03-2834-2000
- Terjadi peningkatan kuat tekan pada beton dengan penambahan serat sabut kelapa.
- Makin besar penambahan sabut kelapa pada campuran beton, berat volume makin ringan.
- Peningkatan kuat tekan beton berserat terjadi pada penambahan serat 0.50%
sebesar 272.14 kgf.cm2 naik 29.55%, dan penambahan serat 0.125% sebesar 244.84 kgf/cm2 naik 16.56% dari beton normal tanpa penambahan serat sabut kelapa sebesar 210.06 kgf/cm2.
10.
2015
Dan Fianca, (2015)
Penelitian ini bertujuan untuk mencari alternatif pembuatan ponton menggunakan material GRC (Glassfiber Reinforced Concrete) dan mengetahui nilai kuat lentur dan impak
Di laboratorium bahan dan konstruksi Teknik Sipil Universitas Diponegoro experimen
SNI 4431-2011 ACI 544.2R.89
Hasil dari nilai kuat lentur dimensi 0,5 x 0,5 x 0,45 mm mendapatkan nilai rata- rata yaitu 4,53 Mpa atau Fs = 45,3 Kg/cm2
Nilai energy impak rata-rata yang dibutuhkan untuk menyebabkan retak pertama dan kehancuran akhir berturut-turut adalah 34,29 kN/mm dan 89,154 kN/mm
2.1
2.3 Kebaharuan Penelitian
Gambar 2.7 Kebaharuan Penelitian PENGARUH PEMANFAATAN AGREGAT PECAHAN GRC (GLASSFIBER REINFORCED CEMENT BOARD) DAN PENAMBAHAN SIKA VISCOCRETE-3115N SEBAGAI BAHAN TAMBAH
DALAM CAMPURAN BETON
Kuat Lentur
Kuat Tekan
Sahrudin (2016) Aditya Sutrisno
(2017)
Retno Trimurtiningrum (2018)
Lilis Tiyani (2019)
Dan fianca (2015) Jenny Alifianti
(2019)
Ahmad Syariful Umam (2020)
Dimas Septio Pascal, (2019)
Maria Deolinda Bere (2021)
Lutfi Chandra Amarullah, (2021)
3.1 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Teknologi Bahan Konstruksi Program studi S1 Teknik Sipil, Fakultas Teknik Universitas Prof. Dr. Hazairin, S.H di Jalan Jend. A. Yani No. 01 Kebun Ros Kecamatan Teluk Segara Kota Bengkulu. Untuk lokasi penelitian dapat dilihat pada gambar 3.1 di bawah ini :
Gambar 3.1 Lokasi Penelitian Sumber : https://googlemaps.com 3.2 Bahan dan Peralatan
3.2.1 Bahan
Komponen bahan pembentuk beton yang digunakan yaitu:
1. Semen
Semen yang digunakan dalam penelitian ini adalah Semen Padang tipe I PPC.
2. Agregat Halus
Agregat halus yang digunakan dalam penelitian ini adalah pasir yang diperoleh dari daerah Kabupaten Seluma.
28
3. Agregat Kasar
Agregat kasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah batu pecah dengan ukuran maksimum 40 mm yang diperoleh dari daerah Kabupaten Seluma.
4. Air
Air yang digunakan berasal dari PDAM Kota Bengkulu.
5. Limbah GRC
GRC yang digunakan didalam penelitian ini adalah limbah pecahan GRC yang tidak digunakan.
6. Sika ViscoCrete-3115N
Sika ViscoCrete-3115N yang digunakan di dalam penelitian ini adalah produksi dari PT. Sika Indonesia.
3.2.2 Peralatan
Alat-alat yang digunakan di dalam penelitian ini antara lain:
1. Satu set saringan beserta alat pengayak (Shieve Shaker) untuk agregat halus dan agregat kasar.
2. Satu set alat untuk pemeriksaan berat jenis agregat halus dan kasar 3. Timbangan Digital
4. Oven
5. Alat Pengaduk beton (mixer) 6. Alat perojok beton (Vibrator)
7. Cetakan benda uji berbentuk silinder (Casing) 8. Satu set Slump test
9. Alat kuat tekan (Compression Machine)
3.3 Persiapan penelitian
Setelah seluruh material didapat, selanjutnya dilakukan pemeriksaan pada tiap-tiap material. Kemudian material dipisahkan menurut jenisnya untuk mempermudah dalam tahap penelitian yang akan dilaksanakan. Sebaiknya material yang sudah dipisahkan tersebut disimpan dalam karung atau tempat penyimpan lainnya agar material tidak tercampur dengan bahan-bahan yang
mempengaruhi material tersebut. Berikut adalah diagram alir pembuatan beton seperti pada Gambar 3.2.
Mulai
Persiapan Alat dan bahan
Tidak Tidak Desain Campuran
Pengujian Material Pemeriksaan Bahan
Ya Beton normal tanpa Bahan
tambahan Sika Viscocrete 3115-N
Pembuatan Benda Uji
Saran
Pengujian Kuat Tekan Beton
Kesimpulan Ya
Gambar 3.2. Bagan Alir Penelitian
Analisa Data Perawatan Benda Uji
1. N + Sika ViscoCrete- 3115N (1,0%) 2. N + Sika ViscoCrete-
3115N (1,5%) 3. N + Sika ViscoCrete-
3115N (2,0%)
Uji Slump
3.3.1 Pengujian Material
Pengujian material ini diamaskudkan untuk mengetahui data awal mengenai material yang akan dipakai sehingga dapat memudahkan proporsi campuran beton. Data -data yang didapat akan dipergunakan sebagai acuan perhitungan campuran beton. Pengujian – pengujian material tersebut anatara lain adalah : 1. Pemeriksaan GRC
Pemeriksaan GRC dilakukan di laboratorium Teknik Sipil di Universitas Prof.
Dr. Hazairin S.H Kota Bengkulu.
2. Pemeriksaan Kadar Lumpur Agregat
Peralatan yang akan digunakan untuk pengujian pemeriksaan kadar lumpur dalam pasir adalah :
1) Oven dengan temperature 110 C.
2) Cawan.
3) Saringan no. 200 4) Gelas ukur 100 ml 5) Kain lap.
6) Agregat halus dan agregat kasar.
Langkah pengujian pemeriksaan kadar lumpur pasir melalui langkah sebagai berikut:
1) Ambil sampel pasir kering udara agregat halus 200 g dan agregat kasar 200 g untuk dilakukan pengujian.
2) Timbang cawan kosong dan berisi agregat (W1).
3) Masukkan pasir dan split dalam ayakan no 200 kemudian cuci sampai bersih.
4) Lalu keringkan agregat yang telah dicuci dalam oven selama 24 jam (W2) 5) Kemudian timbang berat agregat yang telah di oven selama 24 jam.
6) Rumus Kadar Lumpur ¿w2
w1 x100...
(4.2)
Ket = W1 = Berat awal W2 = Berat Akhir
3. Pemeriksaan Berat Jenis Agregat
Peralatan dan bahan yang digunakan untuk pemeriksaan berat jenis agregat adalah sebagai berikut:
1. Timbangan dengan ketelitian 0,1 gram.
2. Gelas ukur.
3. Piknometer.
4. Oven dengan temperatur 110 ° C.
5. Cawan.
6. Lap tangan.
7. Agregat halus dan agregat kasar.
Pemeriksaan berat jenis agregat halus dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Ambil sampel agregat halus kering udara sebanyak 500 gram.
2. Timbang berat piknometer kosong.
3. Timbang berat piknometer yang diisi air sampai batas yang ada di piknometer.
4. Timbang piknometer yang sudah diisi sample agregat.
5. Timbang piknometer yang sudah berisi air dan agregat, kemudian rendam selama 24 jam.
6. Setelah itu pindahkan agregat kedalam cawan, lalu timbang dan oven selama 24 jam.
7. Timbang agregat kering oven setelah 24 jam.
Pemeriksaan berat jenis agregat kasar dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Ambil sampel agregat kasar kering udara sebanyak 1000 gram.
2. Timbang berat cawan.
3. Timbang cawan berisi agregat.
4. Timbang agregat dalam air menggunakan keranjang lalu rendam selama 24 jam.
5. Angkat agregat kemudian lap menggunakan kain lap, lalu di timbang (SSD) 6. Kemudian oven agregat selama 24 jam.
7. Timbang agregat kering oven setelah 24 jam.
4. Pengujian Kadar Air Agregat
Peralatan yang akan digunakan untuk pemeriksaan kadar air agregat adalah sebagai berikut :
1) Gunakan timbangan dengan ketelitian 0,1 gram.
2) Oven dengan temperature 110 C 3) Cawan.
4) Agregat halus dan agregat kasar.
Prosedur pengujian yang akan dilakukan untuk pemeriksaan kadar air agregat adalah langkah sebagai berikut :
1) Timbang berat tempat (W1)
2) Ambil contoh pasir dan split dalam keadan basah kira-kira seberat kurang lebih 100 gram.
3) Kemudian berat tempat berisi agregat tersebut ditimbang (W2).
4) Berat agregat (W3) adalah berat tempat berisi pasir (W2) dikurang berat tempat (W1).
5) Kemudian keringkan dalam oven dengan suhu kurang lebih 110 C sampai berat tetap.
6) Kemudian berat tempat yang berisi agregat kering oven tersebut ditimbang (W4).
7) Berat agregat kering (W5) adalah berat tempat yang berisi agregat kering oven (w4) dikurang berat tempat (W1).
8) Rumus kadar air ¿W3−W5
W5 100 % ...
(4.1)
5. Pemeriksaan analisa saringan Agregat
Menurut Pratama. Y. (2016), Peralatan dan bahan yang digunakan untuk pemeriksaan analisa saringan agregat adalah sebagai berikut :
1. Oven dengan temperature 110 ° C 2. Timbangan
3. Satu set ayakan pasir (3/8”, 4, 8, 16, 30,50, 100, 200 pan)
4. Satu set ayakan kerikil (2”, 1 ½”, 1”, ¾”, 1/2”, 3/8”, 4, 8, 16, 30, 50,100,200 pan)
5. Mesin ayak 6. Cawan
7. Agregat halus dan agregat kasar
Prosedur pengujian pemeriksaan analisa saringan agregat dengan langkah- langkah sebagai berikut :
1. Ambil contoh agregat halus 1000 gram dan agregat kasar 1500 gram.
2. Pasanglah seperangkat ayakan yang sudah disiapkan sesuai dengan urutan.
3. Letakkan Agregat pada bagian ayakan paling atas.
4. Lakukan pengayakan tersebut selama 15 menit.
5. Timbanglah agregat dari tiap lapisan ayakan ( W gram).
6. Jumlah semua berat agregat tiap lapisan ayakan ( w gram).
7. Hitunglah persentase berat tiap lapisan ayakan dengan rumus : W w x 100%.
8. Hitunglah persentase kumulatif agregat yang melewati dan tertahan di ayakan.
6. Perhitungan Campuran Beton (Mix Design)
Sebelum proses pembuatan benda uji dilakukan langkah selanjutnya yaitu Perencanaan campuran adukan beton yang bertujuan untuk mendapatkan mutu beton yang baik.
3.3.2 Pembuatan Benda Uji
Untuk dapat menghasilkan beton yang sesuai dengan mutu yang kita rencanakan maka dilakukan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Hitung keperluan bahan penyusun beton yang meliputi pasir, cangkang kerang lokan, semen, kerikil dan air sesuai dengan keperluan benda uji yang direncanakan dalam penelitian (mix design).
2. Pengadukan material dikerjakan dengan cara manual.
3. Pekerjaan dimulai dengan mencampur cangkang kerang lokan, semen, agregat
kasar dan air yang sudah ditakar dan diaduk hingga rata.
4. Setelah adukan sudah rata, proses selanjutnya yaitu pengujian slump. Adukan dimasukkan kedalam kerucut abram.
5. Setelah pengujian slump selesai proses selanjutnya masukan adukan kedalam cetakan silinder yang telah di oles oli sebelumnya.
6. Pengisian adukan kedalam cetakan dilakukan dalam tiga lapis.
7. Setiap lapis ditusuk dengan tongkat pemadat sebanyak 25 kali.
8. Benda uji dikeluarkan dari cetakan setelah berumur 24 jam.
3.4 Perawatan Benda Uji
Setelah proses pembuatan benda uji selesai tahapan selanjutnya yaitu proses perawatan benda uji yang dilakukan setelah beton sudah dikeluarkan dari cetakan pada umur beton 24 jam dari waktu pembuatan. Selanjutnya benda uji direndam dalam air selama 26 hari, setelah direndam beton dikeluarkan dan diamkan selama 24 jam kemudian benda uji dilakukan pengujian kuat tekan pada umur beton 28 hari.
3.5 Pengujian Kuat Tekan Beton
Pengujian kuat tekan beton bertujuan untuk mengetahui kuat tekan beton yang diuji kuat tekannya pada umur 28 hari, maka perhitungan tekan beton dihitung berdasarkan rumus berikut :
1) Kuat tekan beton.
Menurut Asroni (2010) pengujian kuat tekan beton, benda uji berdiamter 15 cm dan tinggi 30 cm ditekan dengan beban P sampai runtuh. Karena ada beban P, maka terjadi tegangan pada beton (c) sebesar beban P dibagi luas penampang (A) sehingga dirumuskan :
c = P/A………(4.1) Keterangan
- P = Beban maksimum (N) - A = Luas Penampang (mm2) - c = tegangan tekan beton (MPa).
Langkah pengujian kuat tekan beton adalah sebagai berikut - Timbang berat benda uji
- Benda uji diukur diameter dan tingginya.
- Letakkan benda uji dalam mesin tekan secara sentris.
- Jalankan mesin tekan dengan pembebanan yang konstan berkisaran antara 2 sampai 4 kg/ cm2 .
- Lakukan pembebanan sampai benda uji hancur, kemudian catat beban maksimal yang terjadi selama pengujian.
3.6 Metode Penelitian yang Digunakan
Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah metode eksperimen. Metode eksperimen pada penelitian ini dilakukan dengan cara menambahkan Sika ViscoCrete-3115N ke dalam campuran beton. Kemudian beton tersebut diuji untuk mengetahui nilai kuat tekan beton pada umur 28 hari.
3.7 Metode Pengumpulan Data 1. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan langsung di lapangan oleh peneliti. Data primer yang digunakan pada penelitian ini yaitu, studi eksperimental dengan melakukan eksperimen pembuatan benda uji secara langsung.
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah berbagai informasi yang telah ada sebelumnya dan dikumpulkan oleh peneliti dengan tujuan untuk melengkapi kebutuhan data penelitian. Data sekunder didapatkan dari instansi-instansi terkait atau dari sumber-sumber data yang dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya.
4.1 Hasil Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan mengunakan metode eksperimen, dimana pada pengujian pendahuluan dilakukan beberapa pengujian seperti uji gradasi, kadar air, kadar lumpur, berat jenis agregat halus, dan berat jenis agregat kasar kemudian baru dilaksanakan Mixs Desing dan menghitung kebutuhan pencampuran bahan beton mutu fc’ 25 MPa kemudian dilanjutkan dengan pembuatan benda uji berbentuk silinder beton dengan ukuran diameter Ø150 mm dan tinggi 300 mm (ASTM-C315) beberapa hasil penelitian sebagai berikut.
4.1.1 Pemeriksaan Analisa Saringan Agregat
Dalam proses pembuatan beton harus dilakukan pemeriksaan bahan campuran beton yang bertujuan untuk mengetahui kualitas atau mutu material yang akan digunakan sesuai persyaratan yang ditentukan. Pemeriksaan analisa saringan agregat bertujuan untuk menentukan mengetahui (gradasi) agregat. Hasil pengujian agregat kasar, dan agregat halus tertera pada Tabel 4.1 dan 4.2 berikut.
Tabel 4.1 Hasil Analisa Saringan Agregat Kasar Lobang
Ayakan
Berat Tertahan Berat Kumulatif Tertahan
Berat Komulatif Lewat Ayakan
Ayakan (gram) (%) (%) (%)
No 2" 0.000 0.000 0.000 100.000
No 1 1/2" 0.000 0.000 0.000 100.000
No 1" 0.000 0.000 0.000 100.000
No 3/4" 45.100 3.006 3.006 96.994
No 1/2" 629.300 41.945 44.951 55.049
No 3/8" 245.600 16.370 61.321 38.679
No 4 567.300 37.812 99.134 0.866
No 8 0.000 0.000 99.134 0.866
No 16 0.000 0.000 99.134 0.866
No 30 0.000 0.000 99.134 0.866
No 50 0.000 0.000 99.13 0.866
No 100 0.000 0.000 99.134 0.866
No 200 0.000 0.000 99.134 0.866
Pan 13.000 0.866 100.000 0.000
Total 1500.300 100.000 903.213 0.000
Nilai FM 9.032
Sumber : Hasil Pengujian, 2023
38
Berdasarkan hasil pengujian analisa saringan pada agregat kasar yang terdapat pada Tabel 4.1 di atas dapat dilihat bahwa hasil pemeriksaan analisa saringan agregat kasar sebesar 903,213 dengan modulus kehalusan sebesar 9,032.
Tabel 4.2 Hasil Analisa Saringan Agregat Halus Lobang
Ayakan
Berat Tertahan Berat Kumulatif
Tertahan Berat Komulatif Lewat Ayakan
(gram) (%) (%) (%)
No 3/8 0.000 0.000 0.000 100.000
No 4 11.500 1.095 1.095 98.905
No 8 46.000 4.381 5.476 94.524
No 16 56.000 5.333 10.810 89.190
No 30 291.500 27.762 38.571 61.429
No 50 469.500 44.714 83.286 16.714
No 100 157.500 15.000 98.286 1.714
No 200 12.000 1.143 99.429 0.571
Pan 6.000 0.571 100.000 0.000
Total 1050.000 100.000 436.952 0.000
Nilai FM 4.370
Sumber : Hasil Pengujian Laboratorium, 2023
Berdasarkan hasil pengujian analisa saringan pada agregat halus yang terdapat pada Tabel 4.2 di atas dapat dilihat bahwa hasil pemeriksaan analisa saringan agregat halus sebesar 436,952 dengan modulus kehalusan sebesar 4,370.
4.1.2 Pemeriksaan Berat Jenis
Berat jenis adalah perbandingan antara berat satuan volume dari suatu material terhadap berat air per m³ ( ρ air) yang sama pada temperatur yang ditentukan. Percobaan ini adalah untuk mengetahui nilai bulk dan penyerapan (absorbsi) dari agregat. Nilai ini diperlukan untuk penetapan besarnya persentase
agregat terhadap agregat campuran. Hasil pemeriksaan berat jenis agregat kasar, agregat halus, dapat dilihat pada Tabel 4.3 dan 4.4 berikut.
Tabel 4.3 Hasil Pemeriksaan Berat Jenis Agregat Kasar
Sumber : Hasil Pengujian, 2023
Dari Tabel 4.3 di atas dapat dilihat hasil dari pemeriksaan agregat kasar yaitu berat jenis kering (Bulk Specific Gravity) dengan rata-rata 2,581 gr. Berat kering permukaan jenuh (Bulk Specific Gravity SSD Basis) dengan rata-rata sebesar 2,623 gr. Berat jenis semu (Apparent Specific Gravity) dengan rata-rata sebesar 2,695 gr. Dan persentase penyerapan sebesar 1,637%. Berat jenis yang digunakan sebagai faktor penentu kualitas agregat kasar dan sebagai acuan untuk membuat mix design adalah Berat kering permukaan jenuh (Bulk Specific Gravity SSD Basis) sebesar 2,623 gr.
Tabel 4.4 Hasil Pemeriksaan Berat Jenis Agregat Halus
Sumber : Hasil Pengujian Laboratorium, 2022
Dari Tabel 4.4 di atas dapat dilihat hasil dari pemeriksaan agregat halus yaitu berat jenis kering (Bulk Specific Gravity) dengan rata-rata 2,583 gr. Berat kering permukaan jenuh (Bulk Specific Gravity SSD Basis) dengan rata-rata sebesar 2,608 gr. Berat jenis semu (Apparent Specific Gravity) dengan rata-rata sebesar 2,648 gr. Dan persentase penyerapan sebesar 0,959 %. Berat jenis yang digunakan sebagai faktor penentu kualitas agregat halus dan sebagai acuan untuk membuat mix design adalah Berat kering permukaan jenuh (Bulk Specific Gravity SSD Basis) sebesar 2,608 gr.
4.1.3 Pemeriksaan Kadar Air Agregat
Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui kadar air yang terdapat di dalam agregat kasar dengan cara pengeringan yang dilakukan menggunakan oven selama 1 x 24 jam dengan suhu 105 ℃ sampai beratnya tetap. Kadar air agregat adalah perbandingan antara berat air yang terkandung dalam agregat dengan berat agregat dalam keadaan kering. Hasil pemeriksaan kadar air agregat kasar dan agregat halus dapat dilihat pada Tabel 4.5 dan Tabel 4.6 berikut.
Tabel 4.5 Pemeriksaan Kadar Air Agregat Kasar
Sumber : Hasil Pengujian, 2023
Dari Tabel 4.5 hasil pemeriksaan kadar air agregat kasar dapat dilihat berat pada sampel kering oven lebih ringan dari berat sampel awal. Hal ini dikarenakan terdapat kandungan air pada agregat kasar sebesar 0,45 %.
Tabel 4.6 Pemeriksaan Kadar Air Agregat Halus
Sumber : Hasil Pengujian, 2023
berdasarkan Tabel 4.6 hasil pemeriksaan kadar air agregat halus dapat dilihat berat sampel pada kondisi kering oven lebih ringan dibandingkan berat sampel