SKRIPSI
PERANCANGAN MODEL BISNIS HS PRINTING DENGAN PENDEKATAN BUSSINES MODEL CANVAS (BMC)
Oleh:
MOHAMMAD SYARIF BANYAL 201972074
PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI JURUSAN TEKNIK INDUSTRI
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS PATTIMURA
AMBON 2024
i
LEMBAR PERMOHONAN
PERANCANGAN MODEL BISNIS HS PRINTING DENGAN PENDEKATAN BUSINESS MODEL CANVAS (BMC)
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Teknik (ST) Pada Fakultas Teknik Universitas Pattimura
Disusun Oleh:
MOHAMMAD SYARIF BANYAL NIM 201972074
PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS PATTIMURA AMBON
2024
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI
PERANCANGAN MODEL BISNIS HS PRINTING DENGAN PENDEKATAN BUSSINES MODEL CANVAS (BMC)
Oleh:
Mohammad Syarif Banyal NIM : 201972074
Menyetujui, Pembimbing 1
Prof. Dr. Ir M. Tukan, BSE., MT NIP. 195908251986101001
Menyetujui, Pembimbing II
Victor. O. Lawalata, ST.,MT NIP. 197906012005011002 Mengetahui,
Ketua Jurusan Teknik Industri
Billy J.Camerling,S.T.,M.T.,IPM NIP.19700505 199903 1 003
Mengesahkan Dekan Fakultas Teknik
Dr. Pieter Th. Berhitu, ST., MT NIP. 19690816 199803 1 001
LEMBAR PERNYATAAN Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Mohammad Syarif Banyal NIM : 2019 – 72 – 074
Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis yang berjudul:
PERANCANGAN MODEL BISNIS HS PRINTING DENGAN PENDEKATAN BUSINESS MODEL CANVAS (BMC)
Adalah hasil karya ilmiah saya dan tidak tau sedang ditulis oleh orang lain. Semua data yang saya sajikan adalah diperoleh dari penelitian yang saya lakukan dan beberapa diolah kembali, kecuali data-data yang bersumber dari kepustakaan yang saya sebutkan dalam skripsi ini.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.
Ambon,
Mohammad Syarif Banyal 201972074
KATA PENGANTAR
﷽ Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Dengan mengucapkan puji dan syukur kehadirat Allah Subhanahu Wa Ta’ala atas segala rahmat, hidayah serta karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal skripsi yang berjudul “Perancangan Model Bisnis dengan Pendektan Business Model Canvas (BMC)” ini dengan baik dan tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penyusunan penulisan skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk mengerjakan skripsi pada Program Strata-1 di Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Pattimura.
Karya ini penulis persembahkan kepada Bapak Arsal Hayoto dan Ibu Marna Maelan selaku kakek dan nenek sekaligus orang tua wali penulis yang dengan segenap hati mengorbankan masa tua mereka hanya untuk kesuksesan penulis.
Mungkin itu merupakan hal yang tidak mudah bagi mereka. Namun dengan adanya karya kecil ini menunjukan keberhasilan mereka dalam mewujudkan cita-cita dan harapan mereka kepada penulis. Tak lupa pula kepada keluarga penulis yang turut memberikan doa, dukungan serta dorongan sehingga karya ini dapat terselesaikan dengan sangat baik.
Selain itu selama proses penyusunan skripsi, penulis banyak mendapatkan bimbingan, arahan, bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Marthinus Johanes Saptenno, SH., M.Hum selaku Rektor Universitas Pattimura Ambon.
2. Bapak Dr. Pieter Th. Berhitu, ST., MT selaku Dekan Fakultas Teknik Universitas Pattimura Ambon.
3. Bapak Billy J. Camerling ST., MT., IPM, selaku Ketua Jurusan Teknik Industri Universitas Pattimura. Yang senantiasa membantu hal-hal terkait perkuliahan
4. Bapak Dr. A. Tutuhatunewa ST. MT. IPM selaku Ketua Program Studi Teknik Industri Universitas Pattimura. Yang senantiasa membantu hal-hal terkait perkuliahan
5. Bapak Dr. Hanok Mandaku ST. MT. IPM selaku mentor saya, yang telah memberikan Yang senantiasa membantu hal-hal terkait perkuliahan
6. Bapak Prof. Dr. Ir. M. Tukan, BSE.,MT Selaku pembimbing I pada skripsi saya, yang telah memberikan bimbingan yang maksimal sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan sangat baik.
7. Bapak Victor O. Lawalata, ST.,MT selaku dosen pembimbing II skripsi saya, yang telah memberikan bimbingan yang maksimal sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan sangat baik.
8. Teman-teman BCS (David, Atika, Nun, Darma, Rahel, Agung, Aldrian, Jered, Ravensa, Akbar, Glorya, Brian, Serly dan Elvira) yang sama-sama berjuang dari awal perkuliahan sampai sekarang ini. Terima kasih atas dukungan serta kenangan-kenangan saat masih berada di bangku perkuliahan.
9. Teman – teman seangkatan Teknik industri 2019 yang telah berjuang bersama-sama hingga melewati berbagai ujian dan rintangan sehingga dapat menyelesaikan studi ini dengan baik.
10. Sahabat saya Ummi Dalila Temarwut yang telah berjuang bersama-sama, dari sekolah sampai dibangku perkuliahan dengan banyak pengalaman suka maupun duka. Walaupun berbeda prodi tapi setiap permasalahan di dunia perkuliahan sama-sama memberikan dukungan, semangat, serta motivasi.
Terus semangat untuk hal-hal baik kedepannya.
11. Kepada Anggota UKM Pramuka Unpatti yang telah memberikan supportnya ketika berada di rumah tua.
12. Serta kepada semua pihak yang turut mendukung dan membantu yang tidak dapat disebutkan satu persatu, semoga Allah SWT membalas semua kebaikannya.
Saya berharap semoga proposal ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca umumnya. Terima Kasih.
Wassalamua’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Ambon, 2024
Penulis
MOTTO
سو
اه ا ا س
َلّ هُٰ للّٰٰ ا ف نَ ۡ ف
ك
ِل’
لّّ
ي
“Allah tidak membebani seorang hamba melainkan sesuai dengan kesanggupannya.”
(Q.S Al Baqarah Ayat 286)
س ۙا ر ْلعُٰ
س
ر عم
ي
فَ
ناِ
“Sesungguhnya setiap kesulitan itu ada kemudahan.”
(Q.S Al Insyirah Ayat 5)
“Lambat bukan berarti tertinggal, cepat bukan berarti hebat.
Nyatanya semua akan digaris finish diwaktu yang tepat”
(H.S)
“Selalu ada harga dalam setiap proses, nikmati saja lelah-lelah itu.
Lebarkan lagi rasa sabar itu. Semua yang kau investasikan untuk menjadikan dirimu serupa yang dengan yang kau impikan. Mungkin tidak akan selalu
berjalan lancar. Tapi, gelombang-gelombang itulah yang nanti bisa kau ceritakan.”
(Boy Chandra)
ABSTRAK
Nama : Mohammad Syarif Banyal
Nim : 201972074
Pembimbing I : Prof. Dr. Ir. M. Tukan, BSE.,MT Pembimbing II : Victor O. Lawalawat, ST.,MT
ABSTRAK
HS Printing merupakan bisnis usaha perseorangan yang hendak dibuat dan bergerak dibidang percetakan digital yang berlokasi di Desa Tehoru, Kecamatan Tehoru. Sebagai sebuah rencana usaha baru perlu dilakukannya rancangan model bisnis yang tepat bagi sebuah perusahaan dalam menciptakan, memberikan dan menangkap nilai. Model bisnis berfungsi sebagai landasan rancangan dari suatu bisnis. Dalam penelitian ini akan dilakukan perancangan model bisnis HS printing menggunakan Business Model Canvas. Dalam mengumpulkan data dilakukan dengan menggunakan metode wawancara. Hasil penelitian ini menunjukkan sembilan elemen Business Model Canvas yang sudah dirancang yaitu Customer segment, berupa instansi pemerintah, instansi pendidikan, komunitas lokal. Value Proposition, berupa hasil desain berkualitas/design, harga terjangkau/price, pengurangan resiko/risk reduction, dan akses layanan yang mudah/Accsesibility. Channels, mencakup sosial media, periklanan/poster atau brosur, promosi penjualan, dan publisitas dan hubungan masyarakat/dari mulut ke mulut). Customer Relationship, berupa personalisasi layanan, komunikasi yang efektif, program loyalitas dan pelayanan yang prima.
Revenue Streams, berupa penjualan produk cetak reguler dan penjualan produk cetak cepat/ ekspres. Key Resources, berupa sumber daya fisik (mesin cetak, kertas, tinta dan satu set komputer untukdesain dan operasi mesin selain itu terdapat bahan penunjang, seperti AC, UPS, Wifi, Stabilizer dan alat plongmata ayam) dan Sumber daya manusia (desain grafis, operator mesin dan karyawan (pelayanan dan pemasaran). Key Activities, berupa persiapan bahan baku, aktivitas produksi, aktivitas pengiriman/pengambilan. Pemasaran, dan pelayanan pelanggan. Key Partnership, mencakup pemasok bahan baku, instansi pemeritahan, instansi pendidikan, komunitas lokal, dan vendor mesin cetak. Costs Structure, berupa biaya variabel (biaya bahan baku, biaya bahan penunjang, dan biaya tenaga kerja) dan biaya tetap (sewa lokasi, gaji karyawan, biaya utilitas, perawatan mesin, dan biaya promosi).
Kata Kunci: Percetakan, Model Bisnis, Business Model Canvas
DESIGNING A HS PRINTING BUSINESS MODEL WITH AN APPROACH BUSINESS MODEL CANVAS (BMC)
ABSTRAK
HS Printing is an individual business venture that wants to be created and operates in the digital printing sector located in Tehoru Village, Tehoru District. As a new business plan, it is necessary to plan the right business model for a company to create, provide and capture value. A business model functions as the basis for a business plan. In this research, an HS printing business model will be designed using the Business Model Canvas. Data collection was carried out using the interview method. The results of this research show that nine elements of the Business Model Canvas have been designed, namely Customer segments, in the form of government agencies, educational agencies, local communities. Value Proposition, in the form of quality design results, affordable prices, risk reduction, and easy access to services.
Channels, including social media, advertising/posters or brochures, sales promotions, and publicity and public relations/word of mouth); Customer Relations, in the form of personalized service, effective communication, loyalty programs and excellent service. Revenue Streams, in the form of sales of regular printed products and sales of fast/express printed products. Key Resources, in the form of physical resources (printing machine, paper, ink and a set of computers for machine design and operation, in addition to supporting materials, such as AC, UPS, Wi-Fi, stabilizers and eye plong tools) and human resources (graphic designers, operators machines and employees (service and marketing) Main Activities, in the form of raw material preparation, production activities, delivery/collection activities Marketing, and customer service Main Partnership, including raw material suppliers, government agencies, educational agencies, local communities, and printing machine vendors Structure Costs, in the form of variable costs (raw material costs, supporting material costs, and labor costs) and fixed costs (location rental, employee salaries, utility costs, machine maintenance, and promotional costs).
Keywords: Printing, Business Model, Business Mode Canvas
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL
LEMBAR PERMOHONAN ... i
LEMBAR PENGESAHAN ... ii
LEMBAR PERNYATAAN ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
MOTTO ... vii
ABSTRAK ... viii
DAFTAR ISI ... x
DAFTAR TABEL ... xiii
DAFTAR GAMBAR ... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ... xv
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 2
1.3 Tujuan ... 2
1.4 Manfaat ... 2
1.5 Batasan Masalah ... 3
BAB II LANDASAN TEORI ... 4
2.1 Percetakan ... 4
2.2 Model Bisnis ... 6
2.2.1 Tipe-tipe Model Bisnis ... 6
2.2.2 Manfaat Model Bisnis ... 7
2.2.1 Metode Perancangan Model Bisnis ... 7
2.3 Business Model Canvas (BMC) ... 8
2.4 Penelitian Terdahulu ... 21
2.5 Kerangka Berfikir ... 24
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 25
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ... 25
3.2 Variabel Penelitian dan Defenisi Operasional ... 25
3.2.1 Variabel Penelitian ... 25
3.2.2 Definisi Operasional ... 25
3.3 Populasi dan Sampel ... 26
3.4 Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen ... 27
3.5 Metode Analisis Data ... 29
3.6 Diagram Alir Penelitian ... 33
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 41
4.1 Hasil Penelitian ... 41
4.1.1 Deskripsi Narasumber ... 41
4.1.2 Costumer Segment (Segmentasi Pelanggan) ... 41
4.1.3 Channels (Saluran) ... 43
4.1.4 Costumer Relationship (Hubungan Pelanggan) ... 46
4.1.5 Revenue Stream (Arus Pendapatan) ... 48
4.1.6 Key Resources (Sumber Daya Utama) ... 49
4.1.7 Key Activity (Aktivitas Utama) ... 49
4.1.8 Key Partnership (Mitra Utama) ... 51
4.1.9 Cost Structures (Struktrur Biaya) ... 51
4.2 Pembahasan ... 55
4.2.1 Costumer Segment (Segmentasi Pelanggan) ... 56
4.2.2 Value Proposition (Nilai Tambah) ... 56
4.2.3 Channels (Saluran) ... 57
4.2.4 Costumer Relationship (Hubungan Pelanggan) ... 57
4.2.5 Revenue Stream (Arus Pendapatan) ... 58
4.2.6 Key Resources (Sumber Daya Utama) ... 59
4.2.7 Key Activity (Aktivitas Utama) ... 59
4.2.8 Key Partnership (Kemitraan) ... 60
4.2.9 Cost Structure (Struktur Biaya) ... 61
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 65
5.1 Kesimpulan ... 65
5.2 Saran ... 66
DAFTAR PUSTAKA ... 67 LAMPIRAN ... 69
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Mekanisme Penetapan Harga...17
Tabel 3.1 Jadwal Penelitian...26
Tabel 3.2 Definisi Operasional...27
Tabel 3.4 Pedoman Wawancara...29
Tabel 4.1 Deskripsi Narasumber...33
Tabel 4.2 Sumber Daya Fisik...51
Tabel 4.3 Biaya Bahan Baku...52
Tabel 4.4 Biaya Bahan Penunjang...52
Tabel 4.5 Biaya Tenaga Kerja Langsung...53
Tabel 4.6 Biaya Sewa Lokasi...53
Tabel 4.7 Biaya Tenaga Kerja Tidak Langsung...53
Tabel 4.8 Biaya Promosi...54
Tabel 2.9 Biaya Utilitas...54
Tabel 4.10 Biaya Perawatan Mesin...55
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Mesin Cetak Digital...4
Gambar 2.2 Komponen Business Model Canvas...9
Gambar 2.3 Kerangka Berfikir...25
Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitan...33
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Transkip Wawancara...71 Lampiran 2 Desskripsi Responden...73 Lampiran 3 Dokumentasi Wawancara...103
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
Saat ini masyarakat sangat membutuhkan produk-produk percetakan, sehingga bisnis percetakan memiliki peluang untuk dikembangkan. Beberapa produk percetakan yang sangat dibutuhkan itu adalah undangan pernikahan atau khitanan, formulir kantor, kalender pendidikan/kantor, banner, spanduk, brosur, kartu nama dan produk cetak lainnya. Saat ini di Kota Ambon terdapat 52 perusahaan percetakan dan berpotensi untuk terus bertambah. Sedangkan diluar kota Ambon, seperti di Masohi, terdapat 16 perusahaan sejenis. Akan tetapi diwilayah Kecamatan Tehoru, Kabupaten Maluku Tengah, belum ada perusahaan percetakan yang beroperasi, sehingga masyarakat harus ke Masohi atau Ambon untuk layanan percetakan. Hal ini berpotensi dan dapat menjadi dasar untuk dibukanya bisnis percetakan di Kecamatan Tehoru.
Ketika hendak membangun sebuah bisnis, langkah yang awal yang harus dilakukan oleh perusahaan yaitu merancang model bisnis yang tepat. Menurut Osterwalder dan Pigneur (2010), Model bisnis menggambarkan pemikiran tentang bagaimana organisasi menciptakan, memberikan dan menangkap nilai. Model bisnis berfungsi sebagai landasan rancangan dari suatu bisnis. Atau lebih sederhananya berfungsi sebagai renacana awal yang dibuat sebelum bisnis berjalan, walaupun dapat dievaluasi kembali setelah bisnis sudah berjalan nantinya. Dengan membuat model bisnis, pelaku usaha dapat mengidentifkasikan target pasar yang diinginkan, mengetahui kebutuhan sumber daya, bagaimana cara menjual produk atau jasa, sampai dengan anggaran biaya yang dibutuhkan. Hal ini dilakukan agar sebuah bisnis dapat menghasilkan keuntungan. Untuk itu dari penjelasan di atas, maka dapat diketahui bahwa model bisnis sangatlah penting untuk dibuat oleh sebuah bisnis baru.
Terdapat beberapa pendekatan yang dapat digunakan untuk merancang sebuah model bisnis salah satunya yaitu, Business Model Canvas yang ditemukan oleh Osterwalder dan Pigneur di tahun 2010. BMC, adalah alat yang digunakan untuk menggambarkan, memvisualisasikan, menilai serta mengubah model bisnis, sehingga
kinerja yang dihasilkan oleh perusahaan akan lebih maksimal. Pada penelitian ini model bisnis akan dirancang atau dimuat dalam 9 blok elemen.
HS Printing merupakan bisnis usaha perseorangan yang hendak dibuat dan bergerak dibidang percetakan digital yang berlokasi di Desa Tehoru, Kecamatan Tehoru. Produk yang rencananya akan dihasilkan sangatlah beragam, mulai dari spanduk, banner, poster, dan produk cetak lainnya. Sebagai sebuah rencana usaha baru perlu dilakukannya rancangan model bisnis yang tepat bagi sebuah perusahaan dalam menciptakan, memberikan dan menangkap nilai, sehingga perusahaan dapat bersaing di industri percetakan. Untuk itu dilakukan penelitian ini untuk merancang model bisnis yang tepat dalam bentuk rencana bisnis HS Printing dengan menggunakan Business Model Canvas.
1.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas maka rumusan masalah yang diambil adalah: seperti apa rancangan model bisnis yang tepat untuk rencana bisnis HS Printing dengan pendekatan Business Model Canvas.
1.3 Tujuan
Tujuan dari penelitian ini yaitu merancang model bisnis yang tepat untuk rencana bisnis HS Printing dengan pendekatan Business Model Canvas.
1.4 Manfaat a. Bagi Peneliti
Hasil dari peelitian ini diharapkan dapat memberikan pemikiran serta pengetahuan baru mengenai perancangan model bisnis yang tepat untuk bisnis baru dengan pendekatan Business Model Canvas.
b. Pihak Lain
a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi awal bagi pelaku usaha atau bisnis yang akan merintis bisnis baru baik itu di Kecamatan Tehoru maupun di tempat lainnya yang memiliki permasalahan yang serupa dengan lokasi yang diteliti.
b. Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat bermanfaat bagi para pembaca untuk mempelajari bagaimana merancang sebuah model bisnis untuk bisnis baru. Serta menjadi referensi yang relevan untuk peneliti selajutnya.
1.5 Batasan Masalah
Ruang lingkup dari pembahasan ini ialah agar dapat memfokuskan permasalahan serta memperjelas yang dibahas, sehingga tidak terlalu jauh maka penelitian ini dibatasi oleh hal-hal sebagai berikut:
1. Penelitian ini dilakukan di Desa Tehoru
2. Bisnis yang di teliti yaitu terkait percetakan digital.
3. Penelitian yang dilakukan untuk merancang 9 komponen Business Model Canvas (BMC).
4. Selain melakukan observasi secara langsung juga dilakukan wawancara kepada intansi pemerintah dan non pemerintah mengenai topik yang berkaitan dengan
5 komponen business model canvas yaitu, value proposition, channels, costumer relationship, dan revenue stream
2.1 Percetakan
BAB II LANDASAN TEORI
Percetakan merupakan sebuah teknologi yang memproduksi salinan dari sebuah dokumen atau foto dengan cepat, seperti kata-kata, gambar yang berbentuk file yang yang dicetak diatas permukaan seperti kain, kertas, kayu dan sebaginya (Fauzi et.al.
(2018). Percetakan (Printing) merupakan salah satu format media primer yang sulit dicari penggantinya selama lebih dari 500 tahun. Printing bahkan dianggap sebagai salah satu kebutuhan primer manusia (Watkins, 2012).
1. Percetakan Digital (Digital Printing)
Menurut Frank Romano dalam Dameria (2009), bahwa istilah digital Printing adalah segala hasil cetak yang diselesaikan melalui digital file. Atau secara sederhanan jenis usaha percetakan ini membutuhkan campur tangan teknologi dalam proses pembuatannya. Dalam proses pembuatan hasil akhir menggunakan percetakan digital, lebih cepat jika dibandingkan dengan percetakan konvensional. Beberapa produk yang dapat dibuat menggunakan percetakan digital adalah custom product (case, mug, tumbler), kartu nama, spanduk, brosur, poster, undangan pernikahan, dan lain-lain.
Gambar 2.1 Mesin Cetak Digital (Sumber: mesinprinting.id)
2. Kelebihan dan Kelemahan
Kelebihan dan kelemahan percetakan digital menurut Romano (2009) sebagai berikut:
a. Kelebihan:
Cepat: "Cetak digital sangat cepat, sehingga memungkinkan untuk mencetak dokumen dalam waktu yang sangat singkat."
Fleksibel: "Cetak digital sangat fleksibel dan memungkinkan untuk mencetak dokumen dalam jumlah kecil atau bahkan satu salIdan saja."
Mudah disesuaikan: "Cetak digital memungkinkan untuk mengubah desain dokumen dengan cepat dan mudah, tanpa memerlukan penggantian piring cetak atau proses lain yang memakan waktu pada percetakan offset."
Lebih ramah lingkungan: "Cetak digital menghasilkan lebih sedikit limbah dan emisi, sehingga lebih ramah lingkungan daripada percetakan offset."
b. Kelemahan:
Biaya yang tinggi: "Cetak digital memerlukan peralatan yang lebih mahal daripada percetakan offset, sehingga biaya produksi per unit bisa lebih tinggi."
Kualitas cetak yang lebih rendah: "Meskipun kualitas cetak digital terus meningkat, cetakan digital masih memiliki kualitas yang lebih rendah daripada percetakan offset pada beberapa jenis kertas atau media cetak tertentu."
Waktu hidup cetakan yang lebih pendek: "Cetakan digital menggunakan tinta atau toner yang tidak tahan lama dan bisa pudar atau memudar dalam waktu, sehingga hasil cetakan tidak bisa bertahan selama cetakan offset."
Keterbatasan dalam ukuran cetakan: "Cetakan digital terbatas pada ukuran kertas tertentu dan tidak bisa mencetak dokumen dengan ukuran atau bentuk yang tidak biasa."
2.2 Model Bisnis
Menurut (Osterwalder dan Pigneur, 2010), model bisnis adalah sebuah alat untuk menggambarkan dasar pemikiran bagaimana sebuah organisasi menciptakan, menghantarkan, dan menangkap sebuah nilai. Model bisnis juga dapat diartikan sebagai suatu formula untuk mendapatkan keuntungan yang maksimal.
Model Bisnis sangat penting bagi sebuah perusahaan, karena dari model-model bisnis ini perusahaan dapat memiliki pendapatan dalam jangka panjang, apa menjadi produknya, siapa yang akan membeli produknya, cara mengumpulkan pendapatannya, teknologi yang akan digunakan, serta kapan memiliki ketergantungan dengan mitra bisnis dan perihal biaya. Banyaknya kompetitor yang selalu tumbuh dan persaingan semakin ketat, kepuasan pelanggan menjadi hal yang diutamakan agar tidak tergerus dengan persaingan.
2.2.1 Tipe-tipe Model Bisnis
Beberapa ahli memiliki pandangan terkait tipe-tipe model bisnis :
1. Business Model Canvas (BMC) - Alexander Osterwalder (2010 ). BMC adalah kerangka kerja yang terdiri dari sembilan elemen kunci yang membantu perusahaan mengidentifikasi sumber daya, kegiatan kunci, dan nilai yang dihasilkan.
2. Lean Startup - Eric Ries (2011): Konsep Lean Startup menekankan pada pengembangan produk atau layanan secara cepat dan efisien, serta pengujian secara terus-menerus untuk memperbaiki dan meningkatkan produk.
3. Disruptive Innovation - Clayton Christensen (1997): Disruptive Innovation adalah model bisnis yang mengganggu model bisnis yang ada dengan memperkenalkan produk atau layanan baru yang lebih sederhana, lebih murah, dan lebih mudah digunakan.
4. Blue Ocean Strategy - W. Chan Kim dan Renée Mauborgne (2005): Blue Ocean Strategy menekankan pada penciptaan pasar baru dan pengembangan produk atau layanan baru yang tidak terdapat di pasar yang sudah ada.
5. Platform Business Model - Sangeet Paul Choudary (2013): Platform Business Model adalah model bisnis yang memungkinkan pengguna untuk berinteraksi dan bertransaksi dengan pengguna lainnya melalui suatu platform atau jaringan yang disediakan oleh perusahaan.
2.2.2 Manfaat Model Bisnis
Berdasarkan Pusat Pengembangan Manajemen (2012) terdapat empat manfaat ketika menggunakan suatu model bisnis, yaitu
1. Berhubungan dengan komponen-komponen yang ada, model bisnis memudahkan para perencana dan pengambil keputusan di perusahaan untuk melihat hubungan logis antara komponen-komponen dalam bisnisnya, sehingga dapat menghasilkan nilai bagi konsumen juga nilai bagi perusahaan
2. Model bisnis biasanya digunakan untuk membantu menguji konsistensi hubungan antar komponennya.
3. Model bisnis dapat digunakan untuk membantu menguji pasar dan asumsi yang digunakan saat mengembangkan bisnis.
4. Model bisnis digunakan untuk menunjukkan seberapa radikal suatu perubahan dilakukan dan konsekuensinya. Dengan berjalannya waktu, model bisnis pasti berubah. Baik dikarenakan inisiatif perusahaan maupun tekanan perubahan dari luar perusahaan itu sendiri.
2.2.1 Metode Perancangan Model Bisnis
Menurut Osterwalder dan Pigneur, (2010), Terdapat tiga (3) Metode dalam merancang model bisnis, yaitu: business model canvas (BMC), business model improvement (BMI), dan business model regineering (BMR).
1. BMC adalah alat visual untuk merancang, mengembangkan, dan memperjelas model bisnis. Model ini terdiri dari sembilan elemen utama yang harus dipertimbangkan dalam membuat bisnis plan, yaitu segmentasi pelanggan, proposisi nilai, saluran distribusi, hubungan dengan pelanggan,
sumber pendapatan, aktivitas kunci, sumber daya kunci, mitra kunci, dan struktur biaya.
2. BMI fokus pada peningkatan model bisnis yang telah ada dengan mengidentifikasi dan memperbaiki masalah atau kelemahan dalam model bisnis. Tujuannya adalah untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas model bisnis, dan mencari cara baru untuk menghasilkan lebih banyak nilai bagi pelanggan dan perusahaan.
3. BMR adalah proses mengubah model bisnis yang sudah ada secara signifikan, dengan tujuan untuk menciptakan nilai yang lebih besar bagi pelanggan dan perusahaan. Metode ini melibatkan pemikiran ulang secara menyeluruh tentang segala aspek bisnis, dari segmen pelanggan hingga struktur biaya, dengan fokus pada inovasi dan perubahan fundamental.
Semua metode ini dapat membantu perusahaan dalam mengembangkan model bisnis yang lebih baik, terutama dalam menghadapi perubahan pasar dan persaingan yang semakin ketat. BMC, BMI, dan BMR adalah tiga konsep yang berbeda namun saling terkait. BMC adalah kerangka kerja visual yang membantu merancang dan mengembangkan model bisnis sebuah perusahaan, sedangkan metode BMI dan BMR adalah teknik dan praktik yang digunakan untuk memperbaiki kinerja bisnis sebuah perusahaan.
2.3 Business Model Canvas (BMC)
BMC menurut Osterwalder dan Pigneur (2012), merupakan salah satu alat strategi yang digunakan untuk mendeskripsikan sebuah model bisnis dan menggambarkan dasar pemikiran tentang bagaimana organisasi menciptakan, memberikan, dan menangkap nilai. Secara sederhana, metode ini dapat mengubah konsep yang rumit menjadi sederhana yang ditampilkan pada satu lembar kanvas atau visualisasi. BMC terdiri atas sembilan blok bangunan dasar. Adapun komponen sembilan blok itu tersaji pada Gambar 2.1 dibawah ini.
Gambar 2.1 Komponen Bisnis pada Bisnis Model Kanvas (Sumber: Osterwalder dan Pigneur, 2012)
1. Costumer Segment (Segmen Pelanggan)
Segmen pelanggan merupakan bagaimana perusahaan melayani pelanggan dengan pengklasifikasian satu atau beberapa segmen pelanggan. (Osterwalder dan Pigneur, 2012). Segmen pelanggan merupakan pengelompokkan pelanggan berdasarkan kebutuhan, keingIdan, sumberdaya, lokasi dan faktor lainnya yang dapat mempengaruhi keingIdan dari pelanggan untuk membeli suatu produk yang ditawarkan oleh pasar. Tujuan dari adanya sebuah bisnis salah satunya adalah untuk menciptakan sesuatu yang dapat memberikan kepuasaan kepada pelanggan dan dapat memenuhi kebutuhan pelanggan. Oleh karena itu pelanggan merupakan faktor utama dari pendapatan suatu usaha, karena suatu usaha tidak akan dapat bertahan lama tanpa adanya pelanggan. Macam-macam tipe dalam segmentasi pasar menurut (Osterwalder dan Pigneur, 2012) antara lain:
a. Pasar Terbuka (Mass Market)
Model bisnis yang berfokus pada pasar massal tidak membedakan antara Segmen Pelanggan yang berbeda. Perusahaan beranggapan bahwa semua orang adalah pelanggan. Proposisi Nilai (nilai tambah yang diberikan kepada pelanggan), Saluran Distribusi (saluran untuk menawarkan proporsi nilai), dan Hubungan Pelanggan (tipe hubungan yang ingin dijalin dengan para pelanggan).
Semuanya berfokus pada satu kelompok besar pelanggan dengan kebutuhan dan masalah
yang hampir sama. Jenis ini model bisnis banyak ditemukan di sektor elektronik konsumen.
b. Ceruk Pasar (Niche Market)
Model bisnis yang menargetkan ceruk pasar melayani Segmen Pelanggan khusus atau yang lebih yang spesifik yang biasanya jumlahnya kecil dan belum terlayani dengan baik. Proposisi Nilai (nilai tambah yang diberikan kepada pelanggan), Saluran Distribusi (saluran untuk menawarkan proporsi nilai), dan Hubungan Pelanggan (tipe hubungan yang ingin dijalin dengan para pelanggan) semuanya disesuaikan dengan kebutuhan khusus ceruk pasar. Model bisnis seperti itu sering ditemukan dalam hubungan pemasok-pembeli. Misalnya, banyak produsen suku cadang mobil sangat bergantung pada pembelian dari produsen mobil besar.
Ceruk pasar yang menarik memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
i) Pelanggan di pasar tersebut memiliki kumpulan kebutuhan yang benar- benar berbeda.
ii) Mereka bersedia membayar harga tambahan kepada perusahaan yang paling memuaskan kebutuhan mereka.
iii) Ceruk itu tidak mungkin menarik pesaing lain.
iv) Perusahaan pengisi ceruk mendapatkan penghematan tertentu melalui spesialisasi.
v) Ceruk memiliki ukuran, laba, serta potensi pertumbuhan yang memadai.
c. Pasar Tersegmentasi (Segmented)
Model bisnis ini membedakan antara segmen pasar dengan kebutuhan dan masalah yang sedikit berbeda. Artinya pasar ini mengelompokkan pelanggan dalam berbagai segmen yang memiliki kebutuhan dan masalah yang berbeda.
Proposisi Nilai (nilai tambah yang diberikan kepada pelanggan), Saluran Distribusi (saluran untuk menawarkan proporsi nilai), dan Hubungan Pelanggan (tipe hubungan yang ingin dijalin dengan para pelanggan) disesuaikan dengan segmen pasarnya.
d. Diversifikasi pasar (Diversified)
Model bisnis ini mengelompokkan pelanggan yang terdiversifikasi dalam berbagai segmen yang tidak berkaitan dalam hal permasalahan dan kebutuhannya. Dengan kata lain perusahaan mengelompokkan pelanggan yang tampaknya memiliki kebutuhan yang sama, akan tetapi beda karakteristiknya.
Misalnya, pada tahun 2006, Amazon.com memutuskan untuk diversifikasi bisnis ritel yang selama ini digelutinya dengan cara menjual jasa layanan “cloud computing” yaitu jasa layanan yang bergerak dibidang penyimpanan online dan server. Hal ini menyebabkan Amazon.com harus memulai bisnisnya dengan segmentasi pasar yang berbeda yang memiliki nilai tambah yang sangat berbeda pula.
e. Multipasar (Multi-sided Platform)
Beberapa organisasi melayani dua atau lebih Segmen Pelanggan yang saling bergantung. Perusahaan kartu kredit, misalnya, membutuhkan basis dana yang besar pemegang kartu kredit dan sejumlah besar pedagang yang menerima kartu kredit tersebut. Demikian pula, perusahaan menawarkan surat kabar gratis membutuhkan basis pembaca yang besar untuk menarik pengiklan. Di sisi lain, juga membutuhkan pengiklan untuk membiayai produksi dan distribusi. Kedua segmen diperlukan untuk membuat model bisnis berfungsi.
Terdapat empat jenis segmentasi pasar yang dikemukakan oleh Philip Kotler, (2010) yaitu :
a. Segmentasi Geografis: Pengelompokkan pelanggan kedalam beberapa unit geografis seperti bangsa, negara bagian, wilayah provinsi, kabupaten/kota.
Perusahaan dapat memutuskan dimana produk mereka akan dipasarkan.
b. Segmentasi Demografis: Pengelompokkan pelanggan berdasarkan usia, jenis kelamin, banyak anggota keluarga, siklus hidup keluarga, pendapatan, pekerjaan, pendidikan, ras, agama dan kebangsaan.
c. Segmentasi Psikografis: Pengelompokkan pelanggan berdasarkan kelas sosial, gaya hidup, atau karakteristik kepribadian dari pelanggan
d. Segementasi Menurut Tingkah Laku: Pengelompokkan pelanggan menjadi segmen-segmen berdasarkan pengetahuan, sikap, penggunaan atau tanggapan mereka terhadap suatu produk.
2. Value Proposition (Nilai Tambah)
Nilai tambah merupakan alasan kenapa pelanggan sering mengalihkan perhatian dari satu perusahaan ke perusahaan lain , (Rahmi Hayyu, :2019). Nilai tambah apa saja yang akan diberikan perusahaan kepada pelanggan sehingga pelanggan ingin mencoba, menggunakan dan membeli penawaran dari perusahaan, Proporsi nilai yang akan menentukan alasan mengapa pelanggan akan beralih ke perusahaan lain, (Osterwalder & Pigneur, 2012). Proposisi nilai dapat memecahkan permasalahan pelanggan dan memenuhi kebutuhan pelanggan. Didalam pengertiannya, proporsi nilai adalah kesatuan atau gabungan serta manfaat yang ditawarkan perusahan kepada pelanggan. Penawaran ini bersifat baru atau bisa berasal dari penawaran yang sudah ada tetapi ditambahkan fitur dan atribut lebih dari semula. Adapun kategori yang akan diamati berupa:
a. Kebaruan (newness): produk yang baru yang belum pernah ditawarkan sebelumnya;
b. Kinerja (performance): produk atau jasa yang ditawarkan meningkatkan kinerja konsumen agar menjadi lebih efisien atau lebih efektif;
c. Kustomisasi (customization): produk yang ditawarkan berbeda atau ada pilihan untuk setiap segmen yang memiliki kebutuhan yang beragam atau berbeda;
d. Menyelesaikan pekerjaan (Getting the job done): yang dimaksud adalah dengan membeli barang tersebut agar customer menyelesaikan sesuatu, salah satu contoh agen travel yang membutuhkan sesuatu khas dari daerah yang dituju untuk konsumennya sebagai kenang-kenangan wisata;
e. Desain (design): menawarkan nilai artistik atau seni yang diberikan dari sekedar fungsionalnya;
f. Status atau merek (Brand): meberikan nilai seseorang yang berbeda terhadap orang lain atas produk yang dibelinya;
g. Harga (price): menawarkan harga yang bersaing atau sesuai dengan ciri customer segmen yang dituju;
h. Pengurangan biaya (Cost Reduction): membantu customer untuk mengurangi biaya atau mengoptimalkan biaya yang dikeluarkan;
i. Pengurangan resiko (Risk Reduction): menawarkan produk/ jasa yang meminimalkan risiko yang ditanggung customer seperti garansi;
j. Akses (Accsesibility): mempermudah akses customer terhadap produk yang ditawarkan;
k. Kenyamanan/kegunaan (Convenience/Usability): menawarkan produk yang nyaman dan aman cenderung mempermudah customer dalam menciptakan nilai yang berarti.
3. Saluran (Channels)
Saluran adalah bagaimana cara yang digunakan untuk menyampaikan maupun menawarkan value proposition yang dimiliki kepada konsumen yang membutuhkannya baik melalui komunikasi, distribusi dan juga kanal penjualan.
(Osterwalder dan Pigneur, 2012). Disamping itu juga dalam channel terbagi dari beberapa fase channels yang harus dilakukan pada channel blok. Osterwalder dan Pigneur (2010) membagi channels dalam 5 (lima) fase yaitu
a. Fase awareness, channels berbagi fungsi untuk mengenalkan perusahaan kepada pelanggan.
b. Fase evaluation atau fase penjajagan adalah fase untuk saling menilai antara perusahaan dengan pelanggan.
c. Fase purchase yaitu fase pembelian dimana perusahaan dan pelanggan melakukan proses transaksi jual beli produk.
d. Fase delivery yang merupakan pembuktian value proposition. Pelanggan berhak mendapatkan “janji” yang ditawarkan, dan di lain pihak, perusahaan berkewajiban memenuhi “janji” yang ditawarkan dalam value prepositions dan berhak mendapatkan penghargaan.
e. Fase aftersales atau fase purnajual yang sering kali dilupakan atau tidak diperhatikan oleh perusahaan.
4. Costumer Relationship (Hubungan Pelanggan)
Hubungan pelanggan menjelaskan bagaimana hubungan antara perusahaan dan pelanggan dibangun dan di pelihara dengan setiap segmen pelangganya.
Penjelasan akan hubungan pelanggan yang kuat dan fokus dapat mempengaruhi keberhasilan akan bisnis model yang lainnya. Hubungan pelanggan yang baik dapat mengidentifikasi kebutuhan sekaligus ketidakpuasan produk yang ada di pasar. Hasilnya yaitu ikatan perusahaan dengan pelanggannya agar terciptanya loyalitas pelanggan dengan perusahaan begitu juga sebaliknya. Menurut (Osterwalder dan Pigneur, 2010), Hubungan antara perusahaan dengan para pelanggannya dapat didorong oleh motivasi berikut:
a. Akuisisi pelanggan (Customer acquisition)
b. Mempertahankan pelanggan yang dimiliki (Customer retention) c. Peningkatan penjualan (upselling)
(Osterwalder dan Pigneur, 2012) membagi customer relationships, antara lain:
a. Personal Assistence
Hubungan ini didasarkan pada interaksi manusia. Pelanggan dapat berkomunikasi dengan perwakilan pelanggan nyata untuk mendapatkan bantuan selama proses penjualan atau setelah pembelian selesai. Hal ini dapat terjadi di tempat penjualan, melalui pusat panggilan, melalui email, atau melalui sarana lain.
b. Dedicated Personal Assistence
Hubungan ini mirip dengan personal assistance namun lebih mendalam dan intensif. Disini perusahaan memberi perlakuan istimewa kepada pelanggan sebagai pribadi khusus. Biasanya perusahaan menunjuk seorang wakil untuk melayani pelanggan tertentu.
c. Self Service
Tipe hubungan ini, perusahaan tidak melakukan interaksi langsung atau personal terhadap pelanggan. Perusahaan menyediakan hal-hal yang penting untuk membantu pelanggan memenuhi kebutuhannya. Dalam perusahaan retail, self service mengacu pada format toko yang sering dikenal pada hari ini.
Pelanggan bisa menelusuri pilihannya di waktu luang mereka, memilih keranjang belanja mereka sendiri, dan menyelesaikan proses belanja dengan membayar pada cash register di bagian depan toko. (Neuman, 2006).
d. Automated Service
Tipe hubungan ini, perusahaan tidak melakukan interaksi langsung terhadap para pelanggan, namun menyediakan hal-hal penting yang diproses secara otomatis. Ini merupakan jenis hubungan personal assistance dengan self service. Misalnya, profil pribadi secara online memberikan akses ke layanan yang disesuaikan dengan kebutuhan pelanggan. Automated service ini dapat mengenali nasabah individu dan karakteristik pelanggan tersebut sehingga dapat menawarkan produk yang sesuai dengan pelanggan.
e. Communities
Umumnya perusahaan sering menggunakan komunitas untuk lebih mendekatkan dengan pelanggan dan memfasilitasi pelanggan yang menjadi anggota komunitas. Perusahaan sering membuat komunitas secara online sehingga dapat bertukar pikiran dan saling berbagi satu sama lain.
f. Co-creation
Kebanyakan perusahaan kembali pada hubungan perusahaan secara tradisional untuk memberikan nilai tambah. Dalam jenis hubungan ini, perusahaan melibatkan pelanggan untuk menciptakan nilai bagi pelanggan itu sendiri.
Misalnya, toko buku online mengundang pelanggan untuk menulis resensi dan menciptakan nilai bagi pelanggan lainnya.
5. Arus Pendapatan (Revenue Streams)
Arus pendapatan merupakan keberhasilan perusahaan menawarkan proposisi nilai kepada para pelangganya. (Osterwalder & Pigneur, 2012). Jika pelanggan adalah inti dari bisnis yang bergerak di dalam perusahaan, maka arus pendapatan diumpamakan sebagai urat nadinya perusahaan. Arus pendapatan menggambarkan uang tunai yang dihasilkan perusahaan dari masing-masing segmen pelanggan. Menurut Osterwalder & Pigneur, 2012 Terdapat beberapa cara untuk menghasilkan arus pendapatan:
a Penjualan Aset (Asset Sale)
Aliran Pendapatan yang paling banyak dipahami berasal dari penjualan hak kepemilikan atas produk fisik. Contohnya Amazon.com menjual buku, musik, elektronik konsumen, dan lainnya secara online. Fiat menjual mobil, yang bebas dikendarai, dijual kembali, atau bahkan dihancurkan oleh pembeli.
b Biaya Pemakaian (Usage Fee)
Arus Pendapatan ini dihasilkan oleh penggunaan layanan tertentu. Semakin banyak layanan digunakan, semakin banyak pelanggan membayar. Contohnya Sebuah hotel menagih pelanggan untuk jumlah yang kamar digunakan.
Layanan pengiriman paket mengenakan biaya kepada pelanggan untuk pengiriman paket dari satu lokasi ke lokasi lain.
c Biaya Langganan (Subcription Fees)
Arus Pendapatan ini dihasilkan dengan menjual akses berkelanjutan ke suatu layanan. Contohnya Gym menjual langganan bulanan atau tahunan kepada anggotanya
pertukaran untuk akses ke fasilitas latihannya. d Sewa (lending/Renting/Leasing)
Arus Pendapatan ini dibuat dengan memberikan sementara hak eksklusif kepada seseorang untuk menggunakan aset tertentu selama jangka waktu tertentu. Peminjam atau penyewa juga memiliki keuntungan yaitu dapat menikmati suatu produk maupun jasa dalam waktu tertentu tanpa harus memiliki produk itu sepenuhnya.
e Lisensi (Licencing)
Arus Pendapatan ini dihasilkan dengan memberikan izin kepada pelanggan untuk menggunakan kekayaan intelektual yang dilindungi dengan imbalan biaya lisensi. Lisensi memungkinkan pemegang hak untuk menghasilkan pendapatan dari properti mereka tanpa harus memproduksi produk atau mengkomersialkan. Lisensi umumnya digunakan pada industri media.
f Biaya jasa Perantara (Brokerage Fees)
Arus Pendapatan ini berasal dari layanan intermediasi yang dilakukan atas nama dua pihak atau lebih. Arus pendapatan ini umumnya diperoleh dari perusahaan maupun perorangan yang menerapkan model bisnis keagenan.
misalnya, penyedia kartu kredi memperoleh pendapatan dengan mengambil presentase dari setiap nilai transaksi yang dilaksanakan antara pelanggan dengan pedagang.
g Iklan (Advertising)
Arus Pendapatan ini dihasilkan dari biaya untuk mengiklankan produk, layanan, atau merek tertentu. Pada umumnya, industri media dan event organizer memiliki keuntungan yang besar pada periklanan.
h Donasi (Donation)
Aliran pendapatan donasi ini tercipta dari penerimaan sejumlah uang ataupun produk berwujud yang dapat dinilai dengan satuan uang dari individu ataupun organisasi yang dikenal dengan sebutan “donor”, menggantikan terminologi umum yang disebut dengan pelanggan.
Ada dua jenis utama mekanisme penetapan harga: penetapan harga tetap dan dIdamis.
Tabel 2.1 Mekanisme Penetapan Harga Harga Menu Tetap (Fixed Menu
Pricing) Harga ditetapkan sesuai variabel tetap.
Harga Didamis (Dynamic Pricing) Harga berubah-ubah sesuai dengan kondisi pasar.
Daftar harga: Harga tetap untuk masing-masing produk, layanan, Proposisi Nilai lainnya
Negosiasi (tawar-menawar): Harga yang dinegosiasikan antara dua mitra atau lebih bergantung pada kekuatan negosiasi atau keterampilan negosiasi Berdasarkan atribut produk:
Harga bergantung pada jumlah atau kualitas fitur Proposisi Nilai (nilai tambah yang diberikan)
Manajemen hasil: Harga bergantung pada inventaris dan waktu pembelian (biasanya digunakan untuk sumber daya yang mudah rusak seperti kamar hotel atau kursi maskapai penerbangan)
Berdasarkan segmen pelanggan:
Harga bergantung pada jenis dan karakteristik Segmen Pelanggan
Real Time Market: Harga ditetapkan secara dIdamis berdasarkan penawaran dan permintaan
Berdasarkan volume: Harga berdasarkan pada jumlah produkyang dihasilkan berdasarkan fungsi perhitungan tertentu
Lelang: Harga ditentukan oleh hasil penawaran kompetitif
Sumber: Osterwalder dan Pigneur, (2012) 6. Sumber Daya Utama (Key Resources)
Sumber daya utama adalah asset yang dibutuhkan untuk melakukan penawaran dan penyampaian poin – poin yang dijelaksan sebelumnya. (Osterwalder &
Pigneur, 2010). Sumber daya utama menjelaskan aset paling penting yang diperlukan untuk membuat model bisnis berfungsi. Sumber Daya Utama dapat dikategorikan sebagai berikut:
a. Fasilitas (Phisical) Dalam kategori ini termasuk aset-aset fisik misalnya fasilitas pabrik, bangunan, mesin dan peralatan, sistem, sistem penjualan, dan jaringan distribusi.
b. Manusia (Human) Setiap bisnis memerlukan sumber daya manusia, namun manusia adalah aset yang sangat penting dalam model bisnis.
7. Aktifitas Utama (Key Activities)
Aktivitas utama atau aktivitas kunci menjelaskan bagaimana aktivitas yang paling penting agar bisnis modelnya berjalan. (Osterwalder dan Pigneur, 2012).
Aktivitas- aktivitas utama tidak kalah pentingnya dengan sumber daya utama, dimana aktivitas utama diperlukan untuk menciptakan dan memberikan proposisi nilai, menjangkau pasar, mempertahankan hubungan dengan pelanggan sampai memperoleh pendapatan. Kegiatan Utama dapat dikategorikan sebagai berikut:
a. Operasi Produksi (Production)
Kegiatan ini berkaitan dengan merancang, membuat, dan mengirimkan produk dalam jumlah besar dan/atau kualitas unggul. Aktivitas-aktivitas utama pada organisasi jenis produksi meliputi pengadaan bahan yang diperlukan dari pemasok, pengolahan dalam proses produksi, serta penyaluran produk jadi atau jasa kepada pelanggan.
b. Operasi jasa (Problem Solving)
Kegiatan Utama jenis ini berhubungan dengan menghasilkan solusi baru untuk masalah pelanggan individu. Aktivitas penyelesaian masalah khususnya merupakan jenis kegiatan operasi bagi konsultan, rumah sakit, dan organisasi- organisasi pelayanan lain.
c. Platform dan Jaringan (Platform/Network)
Model bisnis yang dirancang dengan platform sebagai Sumber Daya Utama didominasi oleh Aktivitas Utama terkait platform atau jaringan. Aktivitas- aktivitasnya meliputi penyediaan pelayanan yang dibutuhkan oleh para pelanggan dan pengguna, termasuk proses penyampaiannya dan penjagaan hubungan dengan para pelanggan.
8. Kemitraan (Key Partnership)
Blok Bangunan Kemitraan Utama menjelaskan jaringan pemasok dan mitra yang membuat model bisnis berfungsi (Osterwalder dan Pigneur, 2012). Bangunan kemitraan menggambarkan jaringan pemasok dan mitra yang membuat model bisnis dapat bekerja. Perusahaan membagun kerjasama untuk mengoptimalkan model bisnis, mengurangi risiko, atau memperoleh sumber daya yang dibutuhkan.
Terdapat 4 (empat) jenis key partnerships, yaitu:
a. Aliansi strategis antara perusahaan bukan pesaing.
b. Competition: kemitraan strategis antar pesaing.
c. Usaha patungan untuk membuat bisnis baru.
d. Hubungan pembeli-pemasok sehingga dapat menjamin pasokan yang didapatkan adalah pasokan yang baik.
Osterwalder dan Pigneur, 2012, menjelaskan hal-hal yang dapat bermanfaat untuk membedakan ketiga motivasi untuk menjalin kemitraan, yaitu:
a. Optimasi dan skala ekonomi
Bentuk kemitraan atau hubungan pembeli-pemasok yang paling dasar dirancang untuk mengoptimalkan alokasi sumber daya dan aktivitas. Optimasi dan kemitraan skala ekonomi biasanya dibentuk untuk mengurangi biaya, melakukan outsourcing atau berbagi infrastruktur.
b. Pengurangan resiko dan ketidakpastian
Kemitraan dapat membantu mengurangi risiko dalam lingkungan kompetitif yang ditandai dengan ketidakpastian.
c. Perolehan sumberdaya dan kegiatan tertentu
Beberapa perusahaan memiliki semua sumber daya atau melakukan semua aktivitas yang dijelaskan oleh model bisnis mereka. Sebaliknya, mereka memperluas kemampuan mereka sendiri dengan mengandalkan perusahaan lain untuk menyediakan sumber daya tertentu atau melakukan aktivitas tertentu.
9. Struktur Biaya (Cost Structure)
Struktur Biaya menjelaskan semua biaya yang dikeluarkan untuk mengoperasikan model bisnis (Osterwalder dan Pigneur, 2012) Blok bangunan ini menjelaskan biaya terpenting yang dikeluarkan saat beroperasi di bawah model bisnis tertentu.
Menciptakan dan memberikan nilai, memelihara Hubungan Pelanggan, dan menghasilkan pendapatan, semuanya menimbulkan biaya. Biaya tersebut dapat dihitung secara relatif dengan mudah setelah mendefinisikan Sumber Daya Utama, Aktivitas Utama, dan Kemitraan Utama. Namun, beberapa model bisnis lebih didorong oleh biaya daripada yang lain. Terdapat dua macam model bisnis cost structure yaitu berdasarkan biaya dan berdasarkan nilai tambah:
a Didorong oleh biaya (Cost-driven)
Model bisnis berbasis biaya fokus pada meminimalkan biaya serendah mungkin. Pendekatan ini bertujuan untuk menciptakan dan mempertahankan cost structure agar lebih ramping. menggunakan proposisi nilai dengan harga rendah.
b Didorong oleh nilai (Value-driven)
Beberapa perusahaan kurang memperhatikan besarnya biaya dari desain model bisnis yang dibuat, perusahaan hanya berfokus pada penciptaan nilai.
Menurut (Osterwalder dan Pigneur, 2010) Cost structure memiliki karakter sebagai berikut:
a. Biaya Tetap (Fixed Cost)
Biaya yang tetap sama meskipun volume barang atau jasa yang diproduksi tidak tetap. Contohnya termasuk gaji, sewa, dan fasilitas manufaktur fisik.
b. Biaya Variabel (Variable costs)
Biaya yang bervariasi secara proporsional dengan volume barang atau jasa yang dihasilkan. Beberapa bisnis, seperti festival musik, dicirikan oleh proporsi biaya variabel yang tinggi.
c. Skala ekonomi (Econimies of Scale) Keuntungan biaya yang dinikmati bisnis saat outputnya bertambah. Perusahaan yang lebih besar, misalnya, mendapatkan keuntungan dari tingkat pembelian borongan yang lebih rendah.
Faktor ini dan lainnya menyebabkan biaya rata-rata per unit turun ketika output meningkat.
d. Ekonomi ruang lingkup (Economies of scope) Keuntungan biaya yang dinikmati bisnis karena cakupan operasi yang lebih besar. Di perusahaan besar, misalnya, aktivitas pemasaran atau Saluran Distribusi yang sama dapat mendukung banyak produk.
2.4 Penelitian Terdahulu
Berikut ini disajikan penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini, sebagai berikut:
1. Perancangan Model Bisnis Alumnibisa.Com Dengan Pendekatan Business Model Canvas (BMC), oleh Novri Nur Rizki, Ir. Farda Hasun, M.Sc, Ir. Sinta Aryani, MAIS, (2020). Penelitian ini membahas mengenai perancangan model bisnis Alumnibisa.com dengan pedekatan BMC. Langkah awal penelitian ini adalah melakukan analisis internal perusahaan pada saat akan memulai usahanya, lalu membuat customer profile pengguna layanan dan analisis lingkungan bisnis.
Langkah selanjutnya adalah melakukan analisis SWOT untuk merancang strategi sebagai pertimbangan untuk melakukan perancangan model bisnis. Hasil dari langkah ini kemudian digunakan untuk merancang value proposision dan business model canvas secara lengkap. Value proposition yang ditawarkan dalam Alumnibisa.com adalah menyediakan coaching serta sarana fasilitas business idea
generation dan marketplace dalam satu aplikasi didukung dengan offline event/meeting bersama owner bisnis dan investor.
2. Perancangan Model Bisnis Ukm Atelier Prana Dengan Menggunakan Pendekatan Business Model Canvas, oleh Khalif Abdul Aziz, Sari Wulandari, ST., MT., Boby Hera Sagita, SE., MM. (2018). Penelitian ini membahas mengenai perancangan model bisnis untuk Atelier Prana menggunakan pendekatan business model canvas. Dengan mengambil data yang berasal dari hasil wawancara dengan salah satu narasumber dari Atelier Prana menghasilkan sembilan blok elemen. Analisis SWOT dilakukan untuk mengetahui kekuatan, kelemahan, peluang dan ancamana yang ada pada sembilan blok elemen Atelier Prana. Perbaikan model bisnis Atelier Prana juga memperhatikan beberapa faktor dari luar perusahaan seperti Key Trend, Market Force, Macro Economy Force, Industrial Force. Hasil dari penelitian ini.
3. Analisa Proses Bisnis dan Model Bisnis Pada Platform E-Commerce Syariah Salamin.Id (2022). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proses dan model bisnis yang ada pada platform e-commerce Syariah Salamin.Id dan untuk menggambarkan mengenai permodelan bisnis yang ada pada platform e- commerce Syariah Salamin.Id dan implementasiya dengan menggunakan pendekatan Business Model Canvas. motode pengumpulan data dengan menggunakan wawancara secara langsung dengan pihak Salimin.Id. Hasil dari penelitian ini mengemukakan bahwa pengembangan platform e-commerce harus memperhatikan model bisnisnya terlebih dahulu sehingga dapat mengetahi degan jelas apa yang harus dikerjakan dan diimplementasikan sesuai dengan nilaikepatuhan syariah. Hasil penelitian menunjukan 9 komponen platform design yang menggambarkan aktivitas bisnis pada platform Salimin.id
4. Perencanaan Model Bisnis pada UMKM dalam Mengembangkan Oleh-oleh Khas Bekasi, Oleh Ayu, J. P. (2021). Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi model bisnis yang digunakan oleh bisnis kuliner Bekasi Salaku dengan menggunakan business model canvas. Identifikasi dilakukan dalam 9 elemen dalam business model canvas. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif
dan metode penelitian ini adalah studi kasus.pengumpulan data dilakukan dengan
menggunakan wawancara. Hasil penelitian yang ditemukan adalah belum adanya perencanaan business model canvas yang memenuhi 9 elemen model bisnis, oleh karena itu peneliti membantu membuatkan atau merencakan usaha kuliner khas Bekasi Salaku ke dalam 9 elemen model bisnis. hasil simpulan yang dapat diberikan yaitu, Salaku perlu membuat strategi marketing yang lebih gencar dan menarik untuk memasarkan produk yang spesifik kepada pasar yang potensial.
Strategi marketing yang lebih gencar sepertiini membuat suatu jadwal posting sosial media dalam satu timetable lalu bekerja sama dengan banyak lembaga terkait seperti Dinas Pariwisata Daerah, lalu memasarkan produky ang menarik yaitu membuat desain postingan sosial media yang lebih atraktif dari warna dan angle foto lalu mengemas produk yang sesuai pada tren saat ini.
5. Perancangan Model Bisnis Berbasis Sosial Pada Pasar Tradisional Di Kota Bandung Dengan Business Model Canvas, Oleh Ananda Dwi Julistya dan Dwi Purnomo, (2021). Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan rancangan model bisnis yang ideal pada pasar tradisional melalui objek penelitian pada pasar Cihapit, pasar Sederhana dan pasar Batununggal. Model bisnis yang dirancang menggunakan model bisnis kanvas harus divalidasi terlebih dahulu sebelum menjalankannya agar dapat diketahui model bisnis yang dirancang sudah baik atau perlu perbaikan. Rancangan model bisnis pada pasar tradisional telah melakukan verifikasi kepada pakar dan praktisi yang terkait dengan kegiatan pasar tradisional yang kemudian divalidasi menggunakan uji validitas reliabilitas.
Hasil verifikasi menemukan bahwa masih ada blok yang belum optimal atau baik maka diperlukanperbaikan untuk mencegah terjadinya potensi kegagalan dan kesulitan dalam melakukan kegiatan bisnis.
Dari beberapa penelitian terdahulu yang telah dijelaskan diatas, tentuya memiliki relevansi terhadap penelitian ini, namun hal yang membadakannya yaitu penelitian berfokus untuk merancang model bisnis dari sebuah usaha baru yang hendak dibangun dengan menggunakan metode Business Model Canvas (BMC).
Sehingga penelitian saya ini akan menghasilkan kebaruan penelitian,
Key Partnership Key Resource
Costumer Relationship Revenue Stream
Key Activity
Channels Value Proposition
Costumer Segment
Hasil model bisnis baru untuk rencana bisnis HS Printing
Cost Structure 9 Blok Elemen Business Model Canvas
2.5 Kerangka Berfikir
Kerangka berfikir pada penelitian ini dapat dilihat pada gambar dibawah ini:
Gambar 2.3 Kerangka Berfikir
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Desa Tehoru, Kecamatan Tehoru, Kabupaten Maluku Tengah dan Laboratorium Studio Manajemen Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik Unpatti. Penelitian berlangsung sejak Januari - Desember 2023.
3.2 Variabel Penelitian dan Defenisi Operasional 3.2.1 Variabel Penelitian
Menurut Sugiyono (2013;38) menyatakan bahwa variabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut kemudian ditarik kesimpulan.
Variabel penelitian pada penelitian ini adalah 9 elemen yang ada pada Business Model Canvas, yaitu:
1. Segmentasi Pelanggan (Customer Segment) 2. Proporsi Nilai (Value Proposition)
3. Saluran (Channels)
4. Hubungan Pelanggan (Customer Relationships) 5. Arus Pendapatan (Revenue Streams)
6. Sumber DayaUtama (Key Resources 7. Aktivitas Utama (Key Activities)
8. Bangunan Kemitraan (Key Partnerships) 9. Struktur Biaya (Cost Sturcture)
3.2.2 Definisi Operasional
Tabel 3.2 di bawa ini adalah penjelasan mengenai definisi operasional dari variabel yang dikaji dalam penelitian ini.
Tabel 3.2 Definisi Operasioanal
No Variabel Definisi Operasional
1 Segmentasi Pelanggan
Menggambarkan bagaimana segmentasi pasar yang pada usaha HS Printing
2 Proporsi Nilai Proposisi nilai tambah yang diberikan oleh perusahaan kepada konsumen.
3 Saluran Menggambarkan saluran yang digunakan perusahaan untuk mempromosikan bisnisnya kepada konsumen.
4 Hubungan
Pelanggan
Menggambarkan hubungan yang dibangun oleh HS Printing dengan segmen pelanggan yang dipilih (customer).
5 Arus
Pendapatan
Pendapatan yang dihasilkan oleh perusahaan.
6 Sumber Daya Utama
Sumber daya utama atau aset-aset penting yang diperlukan agar sebuah model bisnis dapat berfungsi.
7 Aktivitas Utama
Aktivitas utama yang harus dijalankan perusahaan agar model bisnis dapat bekerja.
8 Bangunan
Kemitraan
Jaringan pemasok dan mitra yang membuat model bisnis dapat bekerja.
9 Struktur Biaya Menggambarkan keseluruhan biaya yang digunakan untuk mengoperasikan model bisnis HS Printing
3.3 Populasi dan Sampel
Menurut Sugiyono (2013:117) Populasi adalah wilayah generalisasi (suatu kelompok) yang terdiri dari objek ata subjek yang mempunyai kualitas dan karakterikstik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan. Populasi dalam penelitian ini adalah semua instansi (pemerintah dan non-pemerintah) yang ada di Desa Tehoru. Ukuran populasinya adalah 14 instansi. Menurut Sugiyono (2013:118) sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut, sampel yang diambil dari populasi tesebut harus betul-betul representatif dan mewakili populasi yang diteliti. Sampel penelitian ini
adalah semua instansi (pemerintah dan non-pemerintah) yang ada di Desa Tehoru.
Artinya ukuran sampel pada penelitian ini sebesar ukuran populasinya yaitu 14 instansi.
3.4 Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian
Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder. Untuk itu, teknik pengumpulan datanya sebagai berikut:
1. Pengumpulan Data Primer
Data Primer adalah data yang diperoleh dari lapangan berupa karya riset asli atau data mentah tanpa interpretasi atau pernyataan yang mewakili suatu opini resmi. Data yang dikumpulkan dengan mewawawancarai narasumber yang terkait di Desa Tehoru, yang pernah menggunakan jasa percetakan. Dan juga melakukan observasi.
2. Pengumpulan Data Sekunder
Data Sekunder adalah berupa data atau dokumen-dokumen atau literature- literatur dari berbagai sumber, serta merivew jurnal, penelitian terdahulu, artikel-artikel, serta buku-buku teks yang dapat mendukung peneliti d alam melakukan penelitian.
Menurut Sugiyono (2013) instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati. Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu wawancara dan alat rekam
1. Pedoman wawancara Nama informan :
Umur :
Jabatan :
Tabel 3.3 Pedoman Wawancara
No Variabel Pertanyaan
1. Proposisi Nilai (Value Propositions)
1. Apakah Anda pernah menggunakan jasa percetakan sebelumnya? Jika ya, apa yang Anda suka dan tidak suka dari pengalaman tersebut?
No Variabel Pertanyaan
2. Apakah yang menjadi prioritas utama anda ketika memilih layanan percetakan? seperti waktu pengiriman/pengerjaan, harga, lokasi dan juga kualitas desain? Atau ada prioritas lainnya ?
3. Apakah ada tambahan layanan atau fitur yang akan membuat Anda lebih tertarik untuk menggunakan percetakan tersebut? seperti konsultasi percetakan, atau adanya desain grafis? Atau mungkin ada tambahan layanan yang anda disarankan?
4. Apakah percetakan sebelumnya memberikan informasi terkait harga cetak?
5. Dalam situasi ketika ada masalah atau perubahan dalam pesanan Anda, bagaimana Anda mengharapkan penyedia jasa percetakan menangani masalah tersebut?
6. Bagaimana tingkat kepuasan anda terhadap produk percetakan? Apakah ada yang perlu diperbaiki?
2. Saluran Distribusi (Channels)
1. Bagaimana Anda biasanya menemukan dan mengakses layanan percetakan? Apakah melalui toko fisik, online, atau melalui referensi?
2. Apakah Anda lebih tertarik dengan percetakan yang memiliki toko fisik dan juga layanan online?
3. Bagaimana anda menginginkan proses pembayaran ?
3. Hubungan dengan Pelanggan
(Customer Relationships)
1. Bagaimana pengalaman anda dalam berintaraksi dengan penyedia layanan percetakan ?
2. Apakah Anda lebih suka berinteraksi dengan penyedia jasa percetakan secara langsung atau melalui platform online? Apa yang menjadi alasan di balik preferensi Anda?
No Variabel Pertanyaan
3. Bagaimana anda ingin berinteraksi dengan kami dalam hal pemesanan atau layanan pelanggan?
4. Sumber Pendapatan (Revenue Streams)
1. Apakah Anda pernah membayar lebih untuk layanan percetakan?
2. Apakah anda bersedia membayar lebih untuk jasa percetakan yang menyediakan beberapa jenis layanan? seperti konsultasi percetakan, cetak cepat, pengiriman, atau desain grafis?
3.5 Metode Analisis Data
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini menggunkan metode yang dikemukakan oleh A. Osterwalder dan Pigneur, 2010. Langkah-Iangkah analisis adalah sebagai berikut:
1. Menentukan customer segment, menggunakan metode segmentation, targeting, positioning (STP). Tahapan metode STP menurut Kotler (2006) sebagai berikut:
a. Segmentation
Untuk menentukan segmentasi dapat dilakukan dengan cara:
i. Menentukan karakteristik pasar berdasarkan karakteristik dari 5 tipe pasar (pasar terbuka, ceruk pasar, pasar tersegmentasi, diversifikasi pasar dan multi pasar);
ii. Identifikisi variabel segmentasi pasar meliputi: geografis, demografis, psikografis dan behavioral.
b. Targeting.
Untuk menentukan targeting, dapat dilakukan dengan memilih salah satu dari 5 target pasar berikut ini:
i. Single segmen concentration, pihak perusahaan hanya memilih satu segmen saja yang dinilai memiliki potensi yang kuat dalam menghasilkan keuntungan.
ii. Selective specialization, perusahaan dapat memilih segmen pasar lebih dari satu segmen.
iii. Produk specialization, pihak perusahaan berkonsentrasi dalam pembuatan produk khusus atau tertentu. Untuk beberapa segmen yang telah dipilih.
iv. Market specialization, perusahaan hanya berkonsentrasi dalam menyediakan kebutuhan untuk satu pasar atau segmen tertentu saja.
v. Full market coverage, perusahaan berkonsentrasi untuk melayani semua segmen dengan berbagai produk.
c. Positioning
Untuk menentukan positioning, dapat dilakukan dengan memilih salah satu dari 7 posisi yang tepat untuk memposisikan sebuah usaha.
i. Penentuan posisi menurut atribut
Ini terjadi bila suatu perusahaan memposisikan dengan menonjolkan atribut produk yang lebih unggul dibanding pesaingnya, seperti ukuran, lama keberadaannya, dan seterusnya
ii. Penentuan posisi menurut manfaat
Dalam pengertian ini produk diposisikan sebagai pemimpin dalam suatu manfaat tertentu.
iii. Penentuan posisi menurut penggunaan atau penerapan
Seperangkat nilai-nilai penggunaan atau penerapan inilah yang digunakan sebagai unsur yang ditonjolkan dibandingkan pesaingnya.
iv. Penentuan posisi menurut pemakai
Artinya memposisikan produk sebagai yang terbaik untuk sejumlah kelompok pemakai. Dengan kata lain pasar sasaran lebih ditujukan pada sebuah atau lebih komunitas, baik dalam arti sempit maupun dalam arti luas.
v.
Penentuan posisi menurut pesaingDisini produk secara keseluruhan menonjolkan nama mereknya secara utuh dan diposisiskan lebih baik daripada pesaing.