• Tidak ada hasil yang ditemukan

(1)SKRIPSI PERKAWINAN DI BAWAH UMUR DALAM PERSPEKTIF HUKUM PERKAWINAN DI INDONESIA (Studi Kasus Di Desa Rama Oetama, Kec. Seputih Raman, Kab.

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "(1)SKRIPSI PERKAWINAN DI BAWAH UMUR DALAM PERSPEKTIF HUKUM PERKAWINAN DI INDONESIA (Studi Kasus Di Desa Rama Oetama, Kec. Seputih Raman, Kab."

Copied!
95
0
0

Teks penuh

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Selain itu, perkawinan dalam Islam bertujuan untuk menjadikan keluarga sakin, mevadde dan rahmah. Perkawinan anak adalah perkawinan yang dilakukan oleh mereka yang belum cukup umur untuk menikah. Perkawinan anak menurut Islam adalah perkawinan yang dilakukan oleh orang yang belum baligh atau belum dapat haid pertama bagi seorang wanita.

Jadi yang dimaksud dengan perkawinan di bawah umur adalah perkawinan yang dilakukan oleh anak yang berumur 19 (sembilan belas) tahun untuk laki-laki dan 16 (enam belas) tahun untuk perempuan. Endang menikahi Eko pada usia 15 tahun di usia 17 tahun, pernikahan ini terjadi karena hamil di luar nikah. Berdasarkan kasus di atas maka fokus penelitian ini adalah “Perkawinan di bawah umur dalam Perspektif Hukum Perkawinan di Indonesia di Desa Rama Oetama Kecamatan Seputih Raman Kabupaten Lampung Tengah”.

Pertanyaan Penelitian

Karena kendala ekonomi, ia putus sekolah dan memutuskan untuk menikah di usia yang masih sangat muda. Dan kamu sudah memiliki seorang anak bernama Bara yang berumur 1 tahun, setelah menikah kehidupan rumah tangganya harmonis. Ari, 18 tahun, menikah dengan Restin, 16 tahun, pernikahan ini terjadi karena hamil di luar nikah dan status ekonomi yang rendah.

Tujuan Dan Manfaat Penelitian

  • Tujuan Peneliti
  • Manfaat Peneliti

Penelitian Relevan

Kemudian peneliti mendapatkannya dari blog, website atau internet, seperti penelitian yang berjudul “Hubungan Pernikahan Dini dengan Perceraian (Studi Kasus Pengadilan Agama Bengkulu)”. Mengingat pernikahan dini adalah pernikahan yang dilakukan di bawah 15 tahun, ada yang berpendapat di bawah 17/18 tahun dan ada yang berpendapat di bawah 20 tahun dan ada yang di bawah 24 tahun. Namun jika dikaitkan dengan undang-undang perkawinan, perkawinan dini termasuk perkawinan di bawah umur, yaitu perkawinan yang dilakukan oleh pasangan yang berusia 19 tahun, 19 tahun untuk laki-laki dan di bawah 16 tahun untuk perempuan.

Dari beberapa penelitian tersebut, kesamaan dalam penelitian ini adalah sama-sama membahas tentang perkawinan anak di bawah umur. 15 Nurhayati, “Perkawinan di Bawah Umur (Studi Kasus di Desa Muara Gading Mas Kecamatan Laburante Maringgai Kabupaten Lampung Timur Tahun 2002)”, Skripsi STAIN Jurai Siwo Metro tahun 2003, 2003 (Tidak Diterbitkan). 16 Bety, “Hubungan Pernikahan Dini dan Perceraian”, IAIN Raden Fatah Palembang, Fakultas Adab dan Kebudayaan Islam, 2003, Diterbitkan tahun 2003.

LANDASAN TEORI

  • Perkawinan Di Bawah Umur
    • Pengertian Perkawinan Di Bawah Umur
    • Dasar Hukum Perkawinan Di Bawah Umur
    • Faktor-Faktor Perkawinan Di Bawah Umur
    • Dampak Perkawinan Di Bawah Umur
  • Perkawinan Di Bawah Umur Dalam Perspektif Perundang-Undangan Di
    • Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan
    • Jenis Penelitian
    • Sifat Penelitian
  • Sumber Data
  • Teknik Pengumpulan Data
    • Wawancara
    • Dokumentasi
  • Teknik Analisis Data

Perkawinan di bawah umur menurut Islam adalah perkawinan yang dilakukan oleh orang yang belum baligh atau belum mendapatkan haid pertama bagi seorang wanita. Karena tingkat pendidikan yang rendah, orang tua mendorong percepatan keputusan untuk segera menikahkan anaknya, meskipun masih di bawah umur, guna meringankan beban orang tua. Perkawinan di bawah umur adalah perkawinan antara seorang laki-laki dengan seorang perempuan, dimana keduanya masih di bawah batas umur yang ditentukan dalam Undang-Undang Perkawinan No. calon mempelai belum memiliki mentalitas dewasa dan tidak menutup kemungkinan juga mereka belum siap peralatan.

36 Teti Srihayati, “Faktor-Faktor Penyebab Perkawinan Mindage (Di Desa Blandongan Kecamatan Banjarharjo Kabupaten Brebes)”, Jurusan Pendidikan Kewarganegaraan dan Hukum Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta, 2012 Skripsi, h Metode dokumentasi yang digunakan oleh penulis untuk memperoleh informasi dari data yang berkaitan dengan perkawinan anak di bawah umur sehubungan dengan hukum perkawinan di Indonesia. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif yang berusaha mendeskripsikan, menganalisis dan mengevaluasi desa-desa terkait perkawinan di bawah umur.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Gambaran Umum Desa Rama Oetama, Kec. Seputih Raman, Kab

Foktor-Faktor Terjadinya Perkawinan Di Bawah Umur Di Desa Rama

Ia merasa siap mental menghadapi kehidupan keluarganya karena rasa saling mencintai dan rasa kecocokan yang akhirnya berujung pada pernikahan di bawah umur tanpa memikirkan masalah yang akan dihadapinya di kemudian hari. Faktor yang mempengaruhi perkawinan di bawah umur pada masyarakat Desa Rama Oetama adalah hal yang tidak wajar karena sekarang ini jarang ada yang menjodohkan anaknya, kecuali anak yang ingin memilih pasangan hidupnya. Menurut Bapak Sahrudin selaku Kepala Dusun V, tidak semua masyarakat Desa Rama Oetama dapat memenuhi kebutuhan keluarganya karena kondisi ekonomi yang berbeda antara satu keluarga dengan keluarga lainnya.

Sebagian besar masyarakat di Desa Rama Oetama bekerja sebagai petani.60 Orang dengan pekerjaan tetap dapat dengan mudah menafkahi keluarganya. Di desa Rama Oetama, kondisi ekonomi setiap keluarga dapat diklasifikasikan ke dalam tahapan yang berbeda, yaitu tahapan ekonomi lemah, tahapan ekonomi menengah ke atas dan menengah ke bawah, dan tahapan ekonomi atas (kaya). Seperti yang dialami Nurul yang menikah di usia 15 tahun, latar belakang pernikahan tersebut adalah ekonomi dan ketakutan orang tua akan perbuatan yang dilarang agama (zina), yang akhirnya memaksa Nurul menikah dengan Ahmad yang berusia 18 tahun. tua. .

Dari pernyataan di atas terlihat bahwa sebagian besar penduduk Desa Rama Oetama bermata pencaharian sebagai petani/buruh tani, sangat sulit bagi mereka untuk menafkahi keluarganya. Menurut Ibu Yatni, sebagai orang tua Mila, rendahnya tingkat pendidikan masyarakat desa Rama Oetama menjadi salah satu faktor penyebab terjadinya perkawinan di bawah umur, karena orang tua beranggapan bahwa pendidikan hanya menghabiskan uang orang tua sehingga lebih baik. putus sekolah dan menikah untuk meringankan ekonomi orang tua. Faktor yang mempengaruhi perkawinan di bawah umur di Desa Rama Oetama adalah faktor pendidikan, menurut orang tua tidak perlu sekolah tinggi, lebih baik menikah untuk meringankan beban orang tua.

Orang tua khawatir akan terjadinya pergaulan bebas yang tentunya bertentangan dengan aturan yang telah ditetapkan oleh Tuhan dalam etika pergaulan, karena dalam pergaulan bebas tidak menjamin kesucian apabila melakukan permainan asmara yang keterlaluan pasti akan berakibat buruk, faktor ini dominan memungkinkan kehamilan sebelum pernikahan berlangsung. Menurut Bpk. Sahrudin selaku Kepala Dusun V, pergaulan bebas pada masyarakat desa Rama Oetama menjadi salah satu faktor penyebab terjadinya pernikahan di bawah umur sebagaimana perlakuan remaja saat ini yang menyimpang dari norma agama. Perkawinan anak di bawah umur yang terjadi di desa Rama Oetama sebagian besar disebabkan oleh kurangnya perhatian orang tua terhadap anak-anaknya sehingga terjadi pergaulan bebas.

Dampak perkawinan di bawah umur di Desa Rama Oetama Kecamatan Seputih Raman Kabupaten Lampung Tengah.

Dampak Perkawinan Di Bawah Umur Di Desa Rama Oetama, Kec

Menurut Ibu Yatni selaku orang tua Mila, dampak biologis dari perkawinan anak ketika seorang ibu belum cukup umur untuk melahirkan akan menyebabkan ibu tersebut trauma dan menimbulkan kanker rahim serta menimbulkan masalah pada organ reproduksinya. Dampak yang mempengaruhi perkawinan anak di desa Rama Oetama adalah dampak biologis karena seorang perempuan yang melakukan perkawinan anak rentan terhadap kesehatan organ reproduksinya, sehingga menimbulkan trauma dan munculnya berbagai penyakit. Menurut Resti, secara psikologis ia belum siap menikah dengan anak di bawah umur, karena di usia tersebut ia masih ingin bebas seperti teman-temannya yang lain, bersekolah atau bekerja tanpa ada beban dan tanggung jawab.

Dampak perkawinan anak di bawah umur di Desa Rama Oetama adalah faktor psikologis, karena mereka rentan emosi tinggi di usia yang sangat muda dan pemikiran mereka yang masih labil. Sementara masyarakat Desa Rama Oetama jarang melakukan pernikahan di bawah umur, namun jika ada yang menikah di bawah umur menjadi perbincangan masyarakat. Menurut Bapak Sahrudin selaku Kepala Dusun V, di desa kami jarang sekali ada yang menikahkan anaknya yang masih kecil, sehingga jika ada warga yang menikahkan anaknya yang belum cukup umur menjadi bahan perbincangan dikalangan masyarakat. masyarakat, khususnya tetangga.

Karena perkawinan anak di bawah umur dianggap tidak pantas dan masyarakat merasa kasihan karena belum siap lahir dan batin. Dari keterangan di atas dapat dipahami bahwa perkawinan di bawah umur berdampak buruk bagi yang melakukannya. Dampak dari perkawinan di bawah umur antara lain terjadinya pertengkaran, pertengkaran dan perselisihan, jika hal ini terjadi secara terus menerus dapat mengakibatkan perceraian.

Namun tidak dapat dipungkiri bahwa tidak semua perkawinan di bawah umur berdampak buruk bagi sebuah keluarga karena tidak sedikit dari mereka yang melakukan perkawinan di bawah umur dapat menjaga dan mempertahankan keutuhan keluarga sesuai dengan tujuan perkawinan tersebut. itu sendiri, mis. untuk membentuk keluarga yang bahagia dan sehat, kekal Berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.

Perkawinan Di Bawah Umur Perspektif Hukum Perkawinan Di

Lampung Tengah masih kekurangan dalam hal pernikahan di bawah umur karena mereka percaya bahwa pernikahan di bawah 19 tahun untuk laki-laki dan 16 tahun untuk perempuan diperbolehkan untuk menikah. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan Paragraf pertama Pasal 7 berbunyi: “Perkawinan diperbolehkan hanya jika laki-laki telah mencapai umur 19 tahun dan perempuan telah mencapai umur 16 tahun”. Jadi, jika ada perkawinan di bawah umur dan dimintakan surat cerai dari pengadilan, maka perkawinan itu sah menurut agama dan negara.

Jadi, jika anak di bawah umur dinikahkan dan diperlukan surat perintah dari pengadilan, maka perkawinan itu sah menurut agama dan negara. Peneliti menyarankan kepada warga Desa Rama Oetama Kecamatan Seputih Raman Kabupaten Lampung Tengah yang melakukan perkawinan anak hendaknya memperhatikan dan memahami arti dan hakikat perkawinan itu sendiri serta memperhatikan ketentuan dan peraturan yang ditetapkan undang-undang. dan syariat Islam, guna mencapai kemaslahatan dan keharmonisan dalam keluarga. Perkawinan Anak (Studi Kasus di Desa Muara Gading Mas, Kecamatan Laburan Maringgai, Kabupaten Lampung Timur, 2002)”.

Faktor pernikahan di bawah umur di Desa Rama Oetama Kecamatan Seputih Raman Kabupaten Lampung Tengah. Analisis UU Perkawinan Anak di Desa Rama Oetama Kecamatan Seputih Raman Kabupaten Lampung Tengah. Wawancara dengan Ibu Yatni selaku orang tua Mila, pelaku pernikahan di bawah umur di kampung Rama Oetama.

Aalisis Hukum Perkawinan Terhadap Perkawinan Di Bawah Umur Di

PENUTUP

Kesimpulan

Oleh karena itu, jika melanggar ketentuan tersebut maka perkawinan tersebut sah menurut agama, tetapi tidak dicatatkan di negara tersebut karena tidak memenuhi syarat-syarat yang diatur dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku. Sedangkan Pasal 7 ayat (2) berbunyi: “Dalam hal terjadi penyimpangan dari ayat (1) pasal ini, dapat dimintakan keringanan kepada pengadilan atau pejabat lain yang diminta oleh kedua orang tua laki-laki atau perempuan itu.”

Saran

Gambar

Tabel 1. Data Kepala Desa Rama Oetama dari beberapa Periode  No  Nama Kepala Desa  Tahun Jabatan
Tabel 2. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin  No.  Jumlah Penduduk  Tahun 2017
Tabel 3. Jumlah Penduduk Dilihat dari Agama
Tabel 4. Jumlah Penduduk Dilihat dari Pendidikan  No.  Tingkat Pendidikan  Jumlah
+2

Referensi

Dokumen terkait

These concepts include (1) conflict of interest to describe the interests of the US and Iran at the root of the problem, (2) conflictual relationship to explain the US and Iran