• Tidak ada hasil yang ditemukan

SKRIPSI - Repository IAIN Bengkulu

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "SKRIPSI - Repository IAIN Bengkulu"

Copied!
84
0
0

Teks penuh

PENDAHULUAN

RumusanMasalah

Tahun 1974 tentang Perkawinan, Kewajiban Orang Tua Terhadap Anak Berdasarkan Undang-undang Perlindungan Anak No. 35 Tahun 2004. Dalam kasus perceraian, mengingat biasanya orang tua laki-laki (ayah) yang mencari nafkah, biaya anak setelah perceraian tetap menjadi tanggungan orang tua laki-laki (ayah). Namun banyak orang tua (ayah) laki-laki yang tidak setuju dengan substansi putusan Pengadilan Agama tersebut.

Orang tua (ayah) laki-laki tersebut menikah lagi, sehingga anak terlantar tersebut dinafkahi oleh keluarga baru. Karena orang tua perempuan (ibu) tidak mengizinkan anaknya untuk bertemu dengan orang tua laki-laki (ayah), akibatnya orang tua laki-laki (ayah) tidak mau menanggung biaya hidup anaknya. Bahwa Pasal 45, ayat 1, menyatakan bahwa “Kedua orang tua wajib memelihara dan membesarkan anak-anaknya dengan sebaik-baiknya.”

UU No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan pada BAB X Tentang Hak dan Kewajiban Orang Tua dan Anak Pasal 45 ayat (1) Kedua orang tua wajib memelihara dan mendidik anaknya dengan sebaik-baiknya dan ayat (2) Kewajiban orang tua yang dirujuk. ayat (1) pasal ini tetap berlaku meskipun hubungan kedua orang tua putus. Nah, jika orang tua sudah mengetahui adanya sanksi hukum bagi bapak yang tidak mengasuh anaknya, hal ini dapat menimbulkan efek jera atau menyadarkan bapak tersebut.

Tabel Perbedaan Penelitian Terdahulu
Tabel Perbedaan Penelitian Terdahulu

TujuanMasalah

Kegunaan Penelitian

Sebagai kajian hukum keluarga Islam dan penerapan ilmu serta menambah wawasan bagi peneliti tentang pengertian dan perilaku bapak yang tidak menafkahi atau melalaikan kewajibannya kepada anak pasca perceraian, serta sebagai bahan referensi untuk mempelajari ilmu bapak. kewajiban menafkahi anak setelah perceraian. perceraian. Sarana penelitian ini nantinya akan diserahkan ke perpustakaan IAIN Bengkulu, yang secara umum dapat dijadikan sebagai bahan referensi dan bacaan bagi seluruh mahasiswa mengenai pengaturan sanksi hukum bagi ayah yang tidak mengasuh anaknya setelah bercerai. Bagi penulis dapat mengubah pengalaman mencari kebenaran menjadi hukum, menambah wawasan keilmuan dan memahami pengaturan sanksi hukum bagi ayah yang tidak menghidupi anaknya setelah bercerai.

Bagi masyarakat, penelitian ini diharapkan dapat memberikan pemahaman dan kesadaran kepada masyarakat mengenai pengaturan sanksi hukum bagi ayah yang tidak menghidupi anaknya setelah bercerai.

Penelitian Terdahulu

Maka ibu bapa wajib memberi nafkah kepada anak-anak apabila anak itu tidak mempunyai harta dan pekerjaan. Semua yang disebutkan dalam hal ini telah diatur dalam Bab VI Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Hak dan Kewajiban Suami Isteri dan Bab X Hak dan Kewajiban Orang Tua terhadap Anak. Apabila ibu bapa anda bertengkar atau memutuskan untuk berpisah (bercerai), anak-anak menjadi mangsa.

Begitu juga dengan pemenuhan atau pemberian nafkah anak tidak terlepas daripada tanggungjawab ibu bapa walaupun rumah tangga kedua ibu bapanya telah rosak. Dan kewajipan nafkah ini dipegang oleh ibu bapa suami atau bapanya sebagaimana dalam Q.S. Ulama Hanafi berpendapat, jika seseorang yang berkemampuan (berkaya) wajib memberi makan kepada orang yang di bawah jagaannya, tetapi tidak mahu memberi makan kepada keluarga yang berhak menerimanya, maka hendaklah dijatuhkan hukuman. untuk ditahan (dipenjara) walaupun statusnya adalah ibu bapa lelaki.suami

35 Tahun 2014 tentang perlindungan anak pada bagian keempat tentang kewajiban dan tanggung jawab keluarga dan orang tua pada pasal 26 yaitu: 68. UU No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan Pasal 49 Ayat (1) tentang perampasan hak orang tua atas anak, syaratnya dijelaskan perampasan kekuasaan orang tua atas anak sangat lalai terhadap kewajiban terhadap anak.

Metode Penelitian

Sistematika Penulisan

KAJIAN TEORI

Nafkah Menurut Hukum Islam

  • Pengertian Nafkah
  • Dasar Hukum Nafkah
  • Kadar Nafkah Terhadap Anak
  • Sebab-Sebab Yang Mewajibkan Nafkah Anak
  • Syarat-Syarat Wajibnya Nafkah
  • Batas Usia Pemberian Nafkah

Kewajiban orang tua sebagaimana dimaksud pada ayat Hal tersebut tidak meringankan tugas orang tua, terutama tanggung jawab ayah untuk mencari nafkah. Kemudian dinyatakan dalam subbab

Perceraian mempunyai akibat hukum bagi orang tua yang bercerai yang masih mempunyai kewajiban untuk menghidupi anaknya, hal ini dapat dilihat dari pasal 149 huruf (d) KHI yang menjelaskannya. Melihat peraturan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia dan hukum Islam, orang tua laki-laki pada umumnya bertanggung jawab atas hal tersebut. Pembayaran tunjangan anak yang ditentukan oleh pengadilan agama menetapkan bahwa sang ayah menanggung biaya hidup sang anak, namun pada kenyataannya banyak orang tua (ayah) laki-laki yang tidak melaksanakan atau mematuhi perintah pengadilan.

Konsekuensi dari perceraian orang tua pasti memiliki efek psikologis dan ekonomi yang merugikan bagi anak-anak. Perceraian orang tua berdampak pada prestasi akademik anak, baik dalam bidang studi agama maupun bidang lainnya. Perpisahan orang tua mempengaruhi hasil anak, baik dari segi inkuiri agama maupun aspek lainnya.

Salah satu fungsi dasar dan tanggung jawab orang tua terhadap anaknya adalah memperhatikan pendidikannya. Oleh karena itu, kedua orang tua bertanggung jawab untuk mengamati pembelajaran anak, baik dalam perlengkapan sekolah maupun dalam kegiatan belajar anak. Sehingga dapat dipahami bahwa kewajiban menafkahi berada pada pihak ayah, namun dalam hal ini terjadi perceraian antara kedua orang tua, sering terjadi baik ayah maupun ibu melalaikan kewajiban menafkahi.

Memberi nafkah kepada anak yang sah adalah wajib bagi bapak menurut keadaan dan tingkat kemampuannya, jadi bila orang tua (bapak) laki-laki dengan sengaja melalaikan atau melalaikan kewajiban menafkahi anak setelah cerai, padahal ia dalam keadaan mampu. , maka dalam hal ini adalah perbuatan yang haram hukumnya, dan perbuatan melawan hukum dalam hukum Islam sudah jelas sanksinya. Kemudian Pasal 45 ayat (2) menjelaskan bahwa “Kewajiban orang tua yang dimaksud berlaku sampai anak itu kawin atau mampu hidup sendiri, dan kewajiban itu tetap ada sekalipun perkawinan antara kedua orang tua itu putus”. Perceraian akan menimbulkan akibat hukum bagi kedua orang tua yang bercerai, yang tetap wajib mengasuh anaknya, hal ini tertuang dalam butir (d) Pasal 149 KHI yang menjelaskan hal tersebut.

Ayat (2) berbunyi “Walaupun izin orang tua dicabut, mereka tetap wajib memberikan biaya pemeliharaan bagi anak tersebut.” Pencabutan wewenang orang tua dalam ayat (1) tidak menghilangkan kewajiban orang tua yang bersangkutan untuk membiayai, sesuai dengan kemampuannya, kehidupan, pemeliharaan dan pendidikan anak-anaknya. 3). Sanksi hukum bagi pelanggar atau orang tua (bapak) laki-laki yang melalaikan kewajiban nafkah menurut hukum Islam termasuk dalam kategori ta’zir, yaitu dijatuhkan secara ringan dan berat kepada penguasa atau hakim setempat.

Undang-Undang Kesejahteraan Anak Nomor 4 Tahun 1979 Dalam Pasal 10 ayat (1) Orang tua yang terbukti melalaikan kewajibannya berdasarkan Pasal 9 sehingga menghambat tumbuh kembang anak, dapat dicabut kekuasaannya sebagai orang tua karena anaknya.

Gambar

Tabel Perbedaan Penelitian Terdahulu

Referensi

Dokumen terkait

Dari pernyataan beberapa tokoh di atas peneliti menyimpulkan bahwa, pola asuh orang tua adalah pola sikap yang dimiliki orang tua untuk merawat dan mendidik