• Tidak ada hasil yang ditemukan

skripsi unand 1

N/A
N/A
nadia

Academic year: 2025

Membagikan "skripsi unand 1"

Copied!
78
0
0

Teks penuh

(1)

ii

PENGARUH DOSIS PUPUK PHOSGRO® TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT KAKAO (Theobroma cacao L.) KLON

BUNTU BATU 1 (BB1) PADA TANAH REGOSOL

SKRIPSI

Oleh

YUYUN APRILLONZA NIM. 2110217003

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS ANDALAS

PADANG 2025

(2)

ii

PENGARUH DOSIS PUPUK PHOSGRO® TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT KAKAO (Theobroma cacao L.) KLON

BUNTU BATU 1 (BB1) PADA TANAH REGOSOL

Oleh

YUYUN APRILLONZA NIM. 2110217003

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS ANDALAS

PADANG 2025

(3)

ii

PERNYATAAN ORISINILITAS SKRIPSI

Dengan ini dinyatakan bahwa skripsi berjudul “Pengaruh Dosis Pupuk Phosgro® Terhadap Pertumbuhan Bibit Kakao (Theobroma cacao L.) Klon Buntu Batu 1 (BB1) Pada Tanah Regosol” adalah benar karya saya dengan arahan dari pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Padang, Januari 2025

Yuyun Aprillonza NIM. 2110217003

(4)

ii

(5)

ii

(6)

ii

“Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, maka apabila engkau telah selesai dengan suatu pekerjaan, segeralah engkau kerjakan dengan sungguh-sungguh urusan lain. Dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya

engkau berharap”. (Q.S Al-Insyirah 94 : 6-8)

Alhamdulillahi Rabbil’alamin. Puji dan syukur kehadirat Allah SWT. atas rahmat, nikmat, karunia, serta kasih sayang-Mu yang tiada taranya, serta kemudahan yang Engkau berikan akhirnya skripsi ini dapat terselesaikan. Sungguh tidak ada pertolongan yang lebih baik daripada pertolongan dari-Mu. Shalawat serta salam selalu terlimpahkan kepada junjungan Nabi Muhammad SAW. yang telah membimbing kita semua dari zaman kegelapan hingga ke zaman yang penuh ilmu pengetahuan.

Sebagai tanda bakti, hormat, dan rasa terima kasih yang tiada terhingga, saya persembahkan karya sederhana ini kepada My Eternal Sunshine, Ibunda tercinta (Nirhayanis), dan My Hero, Ayahanda tercinta (Ilfa Hendri), serta saudari satu-satunya yang saya sayangi, Kakak saya (Nike Desilvia, S.E., M.Si.).

selanjutnya kepada abang ipar saya Kensu Deki Miharjo dan keponakan saya Alki Kenzo raffasya dan Alki Kenzio Arsyaqil. Terima kasih karena telah memberikan saya kasih sayang, dukungan dikala saya sedih dan hampir menyerah, serta ridho yang tiada hentinya. Semoga ini bisa menjadi langkah awal untuk membuat Ibu dan Ayah bahagia karena saya sadar selama ini belum bisa berbuat lebih. Tak lupa terima kasih untuk keluarga besar saya yang telah mendukung saya selama menjalani perkuliahan ini.

Terima kasih saya ucapkan sebesar-besarnya kepada Bapak Prof. Dr. Ir.

Irfan Suliansyah, M.S. selaku pembimbing I dan Ibu Elara Resigia, S.P., M.P.

selaku pembimbing II yang telah banyak membimbing dan membantu saya dalam menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih atas segala nasihat serta arahan yang mengajarkan saya bagaimana artinya bertanggung jawab atas apa yang saya lakukan. Terima kasih Bapak Hussin Bin Purung dan Ibu Arni Ekayanti, S.P. yang telah memberikan bimbingan, arahan, dan masukan dalam penelitian saya di Mars Cocoa Research Station, serta membantu saya selama tinggal di Luwu Timur, Sulawesi Selatan. Tak lupa terima kasih kepada Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Pertanian Universitas Andalas yang telah memberikan ilmu pengetahuan dan mendukung saya selama perkuliahan. Semoga jasa Bapak dan Ibu dapat menjadi amal jariyah di sisi Allah SWT.

Terima kasih kepada tim Nursery House dan IPM di MCRS (Pak Masdar, Pak Dirham, Pak Muhlis, Pak Haidir, Bang Hardiansyah, Kak Suparmi, Kak Wulan dan Kak Bulan) yang telah menjadi keluarga saya selama saya tinggal di Luwu Timur, Sulawesi Selatan. Terima kasih karena telah membantu dan mendukung saya selama melaksanakan penelitian serta terima kasih atas kenangan yang telah dilalui bersama-sama selama berada di Sulawesi Selatan. Terima kasih telah mengenalkan dunia yang lebih luas kepada saya, serta membantu saya untuk keluar

(7)

ii dari zona nyaman saya. Semoga suatu hari nanti kita dapat bertemu kembali dalam keadaan terbaik.

Terima kasih kepada sahabat-sahabat sekaligus keluarga baru saya dari sirkel Asa and The Genk, Adhira (Dhirak), Chelsa (Chelsun), Lefriandi (Ari), Naurah (Norah), Shila (Raduh), Siti (Asa) dan Yulva (Kipong) yang selalu mendukung dan membantu saya dalam suka duka, berbagi cerita, canda tawa hangat dan keluh kesah di dunia perkuliahan. Semoga kita tetap menjadi sahabat rasa keluarga, dapat saling bertemu di masa depan nanti dengan versi terbaik dari kita masing-masing.

Terima kasih kepada teman-teman Mak Sin Express (Aiza, Gres, Ando, Fazly, Hazya, Afdhal, Jesi) yang telah berbagi canda tawa hangat yang selalu menghibur saya untuk tetap termotivasi. Terimakasih kepada Tim Praktikum Dasar-dasar Teknologi Benih (DDTekben) yang telah memberikan saya pengalaman baru dan saling berbagi ilmu.

Terima kasih kepada teman-teman BEM KM FP UNAND terutama bidang RISKOMINFO dan IMK UNAND yang telah banyak membantu serta mengajarkan saya banyak hal di dunia Organisasi. Terimakasih kepada teman-teman Bidang Acara Digital Camp 2022 yang telah berhasil bersama menyukseskan dan menjadi pelopor salah satu program baru di tingkat nasional. Terima kasih kepada Bidang Kreatif dan Inovatif (KREANO) BAKTI FP UNAND 2023 yang telah membantu sebagai pelopor pertama Flashmob dan membuat ribuan mahasiswa baru FAPERTA menjadi terkesima dengan Mozaik Art yang kita konsepkan dan realisasikan bersama.

Terima kasih kepada teman-teman KKN Nagari Koto Baru, Kec. Sepuluh Koto, Kab. Tanah Datar, Sumatera Barat, senior dan junior dari Agroteknologi, serta keluarga Agroteknologi 2021 yang tidak bisa saya sebutkan satu-satu. Saya mohon maaf mungkin masih banyak pihak yang lupa saya sebutkan. Terima kasih telah menjadi bagian dari cerita suka dan duka saya selama menjadi mahasiswa Universitas Andalas. Terima kasih atas segenap dukungan, pertolongan, serta pelajaran yang amat sangat berharga. Terima kasih telah menjadi sarana pendewasaan saya dan membuat saya ingin menjadi orang yang lebih baik lagi.

Semoga kita dapat meraih impian masing-masing dimanapun kita berada.

Sebuah penghargaan khusus untuk diri saya sendiri, yang berani mengambil risiko dan melangkah keluar dari zona nyaman. Terima kasih karena telah tumbuh dan berkembang setiap hari, mengubah kelemahan menjadi kekuatan, dan belajar dari setiap kesalahan. Terima kasih telah memahami bahwa kesempurnaan hanya milik Allah SWT. dan setiap manusia pasti memiliki kekurangan. Terima kasih telah berjuang dari menetapkan pilihan untuk menempuh jalan ini hingga mampu menyelesaikan perkuliahan ini sebaik mungkin. Tidak sempurna, namun berkat segala dukungan dan do’a yang diberikan kepada saya hingga saat ini, saya dapat memberikan yang terbaik. Saya dengan tulus menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak langsung.

Semoga segala kebaikan yang telah dilakukan dapat bernilai pahala di sisi Allah SWT. Aamiin ya Rabbal’alamin.

(8)

ii

BIODATA

Penulis dilahirkan di Mukai Mudik, Kabupaten Kerinci pada tanggal 30 April 2003. Penulis merupakan anak kedua dari dua bersaudara, dari pasangan Bapak Ilfa Hendri dan Ibu Nirhayanis. Pendidikan Sekolah Dasar (SD) ditempuh di SD No, 62/III Mukai Mudik, Kecamatan Siulak Mukai, Kabupaten Kerinci (2009-2015). Sekolah Menengah Pertama (SMP) ditempuh di SMP Negeri 5 Kerinci, Kecamatan Siulak Mukai, Kabupaten Kerinci (2015-2018). Sekolah Menengah Atas (SMA) ditempuh di MAN 1 Kota Sungaipenuh (2018-2021). Pada tahun 2021 penulis melanjutkan kuliah S1 Program Studi Agroteknologi di Fakultas Pertanian Universitas Andalas, Padang.

Selama masa kuliah, penulis aktif mengikuti Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) dan organisasi, antaranya di tingkat jurusan yaitu Himpunan Mahasiswa Agroteknologi Andalas (HIMAGROTA) sebagai Kepala Bidang Informasi dan Komunikasi (INFOKOM) periode 2023, tingkat Fakultas seperti Badan Eksekutif Mahasiswa Keluarga Mahasiswa Fakultas Pertanian Universitas Andalas (BEM KM FP UNAND) sebagai Staff Dinas Riset Komunikasi dan Informasi (RISKOMINFO) dan Dinas Advokasi dan Kesejahteraan Mahasiswa (ADKESMA) periode 2022-2023, tingkat Regional seperti Ikatan Mahasiswa Kerinci Universitas Andalas (IMK UNAND) sebagai Staff Seni Budaya dan Pariwisata (SENBUDPAR) dan Kepala Bidang Publikasi dan Dokumentasi (PUBDOK) periode 2021-2023, Ikatan Mahasiswa Pertanian Kerinci Sungaipenuh (IMPERTA- KSI) sebagai Kepala Teknologi, Informasi dan Komunikasi (TEKINFOKOM) periode 2022-2024.

Penulis pernah mengikuti kepanitiaan tingkat nasional, seperti Seminar Nasional Digital Camp tahun 2022 sebagai Koordinator Bidang Acara dan LKMM- TM Se-Indonesia tahun 2022 sebagai Staff bidang Media Publikasi Dokumentasi, tingkat Regional seperti Musyawarah Besar Perdana IMPERTA-KSI tahun 2022 sebagai Ketua Pelaksana dan Kerinci Education Roadsow (KERIS) tahun 2022- 2023 sebagai Staff Acara dan Staff Publikasi Dokumentasi, tingkat Universitas seperti Pekan Andalas tahun 2022 sebagai Staff bidang Media Publikasi dan Dokumentasi, tingkat Fakultas seperti Alek Gadang Masyarakat Pertanian (AGMP)

(9)

ii UNAND tahun 2021 dan 2022 sebagai Staff bidang Informasi Komunikasi dan Staff Konsumsi, LKMM-TD FP UNAND tahun 2022 sebagai Staff bidang Media Publikasi dan Dokumentasi, BAKTI FP UNAND tahun 2023 sebagai Koordinator Bidang Kreatif dan Inovatif. Selain itu penulis juga aktif sebagai MC dan Moderator di berbagai acara mulai dari tingkat Jurusan hingga Nasional.

Pada bidang akademik, penulis pernah menjadi Asisten Praktikum Dasar- Dasar Teknologi Benih tahun ajaran 2023/2024 dan 2024/2025. Penulis pernah mengikuti program magang di Balai Benih Induk Kentang (BBIK) Kayu Aro, Kabupaten Kerinci, Jambi tahun 2023 dan Magang Studi Independen Bersertifikat (MSIB) di Yayasan Edufarmers x PT. Mars Symbioscience Indonesia di Kabupaten Luwu Timur, Sulawesi Selatan tahun 2024. Penulis pernah menjadi pemateri dalam acara Bakti Sosial Agroteknologi di Kecamatan Lubuk Kilangan, Kota Padang tahun 2024. Penulis mengikuti program Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Nagari Koto Baru, Kecamatan Sepuluh Koto, Kabupaten Tanah Datar pada tahun 2024.

Segelintir pengalaman ini menjadi proses pembelajaran yang sangat berharga bagi penulis.

Padang, Januari 2025

Y.A

(10)

ii

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur penulis ucapkan kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala atas rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Dosis Pupuk Phosgro® Terhadap Pertumbuhan Bibit Kakao (Theobroma cacao L.) Klon Buntu Batu 1 (BB1) Pada Tanah Regosol”

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian. Shalawat serta salam juga tidak lupa disampaikan kepada Rasulullah Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam sebagai suri tauladan dalam kehidupan.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Prof. Dr. Ir. Irfan Suliansyah, M.S. dan Ibu Elara Resigia, S.P., M.P. selaku pembimbing skripsi serta ucapan terimakasih juga penulis sampaikan untuk PT. Mars Symbioscience Indonesia khususnya kepada bapak Hussin Bin Purung selaku manajer dari MCRS (Mars Cocoa Research Station) yang telah memberi arahan, nasehat, dan saran dalam menyelesaikan skripsi ini. Penghormatan dan penghargaan penulis ucapkan kepada kedua orang tua yang telah memberikan dukungan serta doa, kemudian kepada teman-teman yang telah membantu sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca dalam pembangunan dan kemajuan ilmu pengetahuan pertanian Indonesia kedepannya.

Padang, 23 Januari 2025

Y.A

(11)

ii

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

ABSTRAK ... xv

ABSTRACT ... xvi

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 3

C. Tujuan Penelitian ... 3

D. Manfaat Penelitian ... 3

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ... 4

A. Tanaman Kakao ... 4

B. Pembibitan Kakao ... 7

C. Pupuk Phosgro® ... 11

D. Kakao Klon Buntu Batu Generasi 1 (BB1) ... 12

BAB III. METODE PENELITIAN ... 14

A. Waktu dan Tempat ... 14

B. Alat dan Bahan ... 14

C. Rancangan Percobaan ... 15

D. Pelaksanaan Penelitian ... 15

E. Pengamatan Penelitian ... 19

F. Analisis Data ... 22

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 23

A.Analisis Tanah……… 23

B. Tinggi Tanaman ... 24

C. Diameter Batang ... 26

D. Jumlah Daun ... 29

E. Luas Daun ... 31

F. Panjang Akar ... 32

(12)

ii

G. Volume Akar, Bobot Basah Akar, Bobot Kering Akar ... 33

H. Bobot Basah Tajuk ... 35

I. Bobot Kering Tajuk ... 36

J. Rasio Tajuk dan Akar ... 37

K. Analisis Korelasi dan Regresi Semua Variabel Pengamatan ... 38

BAB V. PENUTUP ... 47

A. Kesimpulan ... 47

B. Saran ... 47

DAFTAR PUSTAKA ... 48

LAMPIRAN ... 53

(13)

ii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Analisis Tanah …… ... 23 2. Tinggi tanaman bibit kakao akibat pemberian dosis pupuk

Phosgro® umur 10 MST…… ... 24 3. Diameter batang bibit kakao akibat pemberian dosis pupuk

Phosgro® umur 10 MST…… ... 26 4. Jumlah daun bibit kakao akibat pemberian dosis pupuk Phosgro®

umur 10 MST…… ... 29 5. Luas daun bibit kakao akibat pemberian dosis pupuk Phosgro®

umur 10 MST…… ... 31 6. Panjang akar bibit kakao akibat pemberian dosis pupuk Phosgro®

umur 10 MST…… ... 32 7. Volume akar, Bobot Basah Akar, Bobot Kering Akar bibit kakao

akibat pemberian dosis pupuk Phosgro® umur 10 MST…… ... 33 8. Bobot basah tajuk bibit kakao akibat pemberian dosis pupuk

Phosgro® umur 10 MST…… ... 35 9. Bobot kering tajuk bibit kakao akibat pemberian dosis pupuk

Phosgro® umur 10 MST…… ... 36 10. Rasio tajuk akar bibit kakao akibat pemberian dosis pupuk

Phosgro® umur 10 MST…… ... 37 11. Hasil analisis korelasi semua variabel pengamatan bibit

kakao…… ... 38

(14)

ii

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Grafik Laju pertumbuhan tinggi tanaman bibit kakao pada

berbagai dosis pupuk Phosgro® umur 5 sampai 10 MST…… ... 25 2. Grafik Laju pertumbuhan diameter batang bibit kakao pada

berbagai dosis pupuk Phosgro® umur 5 sampai 10 MST ... 28 3. Grafik Laju pertumbuhan jumlah daun bibit kakao pada berbagai

dosis pupuk Phosgro® umur 5 sampai 10 MST ... 30 4. Grafik regresi tinggi tanaman dengan luas daun tanaman bibit

kakao 10 MST ... 42 5. Grafik regresi tinggi tanaman dengan bobot basah akar tanaman

bibit kakao 10 MST ... 43 6. Grafik regresi tinggi tanaman dengan bobot kering akar tanaman

bibit kakao 10 MST ... 44 7. Grafik regresi diameter batang dengan bobot basah akar tanaman

bibit kakao 10 MST ... 45

(15)

ii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Jadwal Kegiatan Penelitian dari bulan Agustus hingga Oktober 2024 .. 54

2. Standar Mutu Benih untuk Sambung Pucuk ... 55

3. Perhitungan Dosis Pupuk Phosgro® ... 59

4. Deskripsi Kandungan Pupuk Phosgro® ... 56

5. Deskripsi Kandungan Kompos Biowinpos® ... 57

6. Denah Satuan Percobaan ... 58

7. Tabel Sidik Ragam Rancangan Acak Lengkap (RAL) ... 60

(16)

ii

PENGARUH DOSIS PUPUK PHOSGRO® TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT KAKAO (Theobroma cacao L.) KLON

BUNTU BATU 1 (BB1) PADA TANAH REGOSOL

Abstrak

Kakao (Theobroma cacao L.) merupakan salah satu komoditas perkebunan yang sesuai untuk perkebunan rakyat. Komoditas kakao menempati peringkat ketiga ekspor sektor perkebunan dalam menyumbang devisa negara, setelah komoditas kelapa sawit dan karet. Salah satu upaya dalam meningkatkan kesuburan tanah regosol guna meningkatkan produksi kakao ialah dengan mengaplikasikan pupuk Phosgro®. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Agustus hingga Oktober 2024 di PT. Mars Symbioscience Indonesia yang berbasis di Desa Tarengge, Kecamatan Wotu, Kabupaten Luwu Timur, Provinsi Sulawesi Selatan. Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 5 taraf perlakuan, dengan setiap perlakuan terdiri dari 4 ulangan. Setiap ulangan memiliki 3 tanaman sampel sehingga terdapat 60 satuan percobaa Adapun perlakuannya adalah dosis pupuk phosgro yang terdiri atas 5 taraf, yaitu : Dosis 0 kg/ha,100kg/ha, 200kg/ha, 300kg/ha, 400kg/ha. Data hasil pengamatan dianalisis dengan menggunakan sidik ragam pada taraf 5%. Jika ditemukan pengaruh yang nyata maka dilanjutkan uji Duncan’s New Multiple Range Test (DNMRT) pada taraf nyata 5%. Adapun variabel yang diamati meliputi: tinggi tanaman, diametar batang, jumlah daun, luas daun, panjang akar, bobot basah tajuk, bobot kering tajuk, bobot basah akar, bobot kering akar, rasio tajuk akar. Dari hasil penelitian yang dilakukan maka dapat dismpulkan terdapat pengaruh dosis pupuk Phosgro® 200 kg dan 400 kg/ha terhadap variabel diameter batang, berat basah akar, berat kering akar dan volume akar bibit kakao pada pembibitan kakao.

Kata kunci: Dosis, Kakao, Perkebunan, Phosgro®, Regosol

(17)

ii

THE EFFECT OF PHOSGRO® FERTILIZER DOSAGE ON THE GROWTH OF CACAO (Theobroma cacao L.) SEEDLINGS

OF BUNTU BATU 1 (BB1) CLONE IN REGOSOL SOIL

Abstract

Cacao (Theobroma cacao L.) is a plantation crop well-suited for smallholder farming. It ranks third among plantation commodities contributing to national foreign exchange earnings, following oil palm and rubber. One approach to enhancing the fertility of regosol soil, thereby improving cacao production, is through the application of Phosgro® fertilizer. This study was conducted from August to October 2024 at PT Mars Symbioscience Indonesia, located in Tarengge Village, Wotu District, East Luwu Regency, South Sulawesi Province. A Completely Randomized Design (CRD) was employed, comprising five treatment levels, each replicated four times. Every replication included three plant samples, totalling 60 experimental units. The fertilizer treatments consisted of five dosage levels: 0 kg/ha, 100 kg/ha, 200 kg/ha, 300 kg/ha, and 400 kg/ha. The collected data were subjected to variance analysis (ANOVA) at a 5% significance level. If a significant effect was detected, Duncan’s New Multiple Range Test (DNMRT) at the same significance level was performed to determine differences among treatments. The observed variables included plant height, stem diameter, leaf count, leaf area, root length, fresh shoot weight, dry shoot weight, fresh root weight, dry root weight, and shoot-to-root ratio. The findings indicated that applying Phosgro®

at 200 kg/ha and 400 kg/ha significantly influenced stem diameter, fresh root weight, dry root weight, and root volume in cacao seedlings during the nursery phase.

Keywords: Dosage, Cacao, Plantation, Phosgro®, Regosol

(18)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kakao (Theobroma cacao L.) merupakan salah satu komoditas perkebunan yang termasuk dalam family Sterculiaceae. Kakao memiliki khasiat untuk memperbaiki kadar oksida nitrat dalam darah karena mengandung flavonoid yang dapat memperbaiki kadar oksida nitrat dalam darah. Selain itu, kakao memiliki kandungan lemak yang tinggi sebesar 50 - 70%, yang terdiri dari 34% asam stearate, 34% asam oleat, 25% asam palmitate, dan 2% asam linoleate (Aprilia dan Suryadama, 2020) yang banyak dimanfaatkan sebagai bahan baku untuk kebutuhan di bidang industri dalam menghasilkan produk seperti permen, bubuk cokelat, lemak cokelat yang bisa digunakan untuk industri farmasi, kosmetik, makanan dan minuman (Limbongan dan Djufry, 2013).

Berdasarkan manfaat tersebut, kakao menjadi salah satu komoditas penting yang mempengaruhi sektor ekonomi di Indonesia. Dari data International Cocoa Organization (ICCO) pada 2021 - 2022, Indonesia berada pada peringkat ke-7 sebagai negara produsen kakao terbesar di dunia (ICCO, 2022). Komoditas kakao menempati peringkat ketiga ekspor sektor perkebunan dalam menyumbang devisa negara, setelah komoditas kelapa sawit dan karet. Salah satu provinsi pengekspor kakao terbesar di Indonesia adalah Provinsi Sulawesi Selatan. Berdasarkan data BPS pada bulan Juli 2023 tercatat Sulawesi Selatan telah mengekspor kakao sebesar 4,63 persen dari total nilai ekspor Sulawesi Selatan. Sedangkan pada November 2023, ekspor kakao mengalami penurunan mencapai 6,12 persen (BPS Sulawesi Selatan, 2023). Kabupaten dengan penghasil kakao terbesar di provinsi Sulawesi Selatan yaitu di Kabupaten Luwu. Agar nilai ekspor dapat stabil maka diperlukan usaha melalui peningkatan produksi kakao.

Usaha dalam meningkatkan produksi kakao adalah dengan memperhatikan aspek budidaya. Pada tanaman kakao menggunakan perbanyakan generatif dan vegetatif. Salah satu teknik perbanyakan vegetatif yang umum dilakukan yaitu teknik sambung pucuk (top grafting). Menurut Winarsih (1999), kelebihan sambung pucuk yaitu relatif lebih mudah, tingkat keberhasilan lebih tinggi,

(19)

ii pertumbuhan tunas lebih cepat, lebih seragam, lebih hemat waktu dan tempat.

Selain itu, tingkat keberhasilan perbanyakan melalui sambung pucuk mencapai 90% (Lopes et al., 2011). Teknik ini membutuhkan batang bawah berkualitas, dengan menggunakan benih kakao sebagai batang bawah (rootstock) yang disambung dengan batang atas (entres-scion). Bibit kakao yang baik untuk digunakan sebagai batang bawah harus sehat, memiliki perakaran dan batang yang kuat serta bebas dari hama dan penyakit. Untuk mendapatkan batang bawah yang berkualitas digunakan benih yang berasal dari klon unggul. Salah satu jenis klon yang memiliki kualitas baik sebagai batang bawah yaitu klon Buntu Batu 1 (BB1).

Klon Buntu Batu 1 (BB1) merupakan salah satu klon unggul kakao dari Desa Buntu Batu, yang dikenal memiliki potensi yang baik sebagai batang bawah dalam perbanyakan sambung pucuk. Klon ini dinilai lebih unggul dibandingkan 246 genotipe lainnya pada tahun 2005, karena memiliki ketahanan terhadap hama Penggerek Buah Kakao (PBK), toleran terhadap serangan Vascular Streak Dieback (VSD) dalam tingkatan sedang, toleran terhadap penyakit busuk buah dan Tree kanker (Mars, 2023). Klon BB1 menunjukkan beberapa keunggulan dalam berbagai aspek, namun terdapat tantangan tersendiri oleh tanaman kakao klon ini terutama adaptasinya terhadap tanah Regosol.

Sebagian besar jenis tanah di Kabupaten Luwu merupakan tanah regosol dengan luas lahan tanah tersebut mencapai 318.240 ha (Hikmatullah, 2014). Tanah Regosol meskipun memiliki pH yang stabil, namun memiliki tekstur lempung berpasir yang mengakibatkan banyaknya unsur hara yang berkurang seperti unsur phospor, kalsium dan magnesium sehingga unsur hara tersebut tergolong rendah (Mars, 2024). Untuk menambahkan beberapa unsur hara tersebut diperlukan upaya berupa pemberian pupuk Phosgro®.

Pupuk Phosgro® adalah pupuk yang berbentuk padat dan tidak mudah larut.

Pupuk ini mengandung unsur hara makro dan mikro. Unsur hara makro seperti phospor sebesar 20% sehingga mampu meningkatkan kandungan P dalam tanah, yang berguna dalam merangsang pertumbuhan akar dan batang bibit kakao.

Magnesium (MgO) 3% sebagai pembawa unsur P dalam tanaman, Kalsium (CaO) 20% untuk mendorong pembentukan dan pertumbuhan akar lebih dini. Sulfur (S) 1% memperkuat sel-sel tanaman akibat kehilangan air. Selain itu Phosgro®

(20)

ii dilengkapi juga dengan unsur hara mikro seperti Boron (B) 0,2 % membantu meningkatkan laju fotosintesis dan Silika (SiO2) 1,5% yang berfungsi membantu meningkatkan kualitas daun, sehingga pupuk ini direkomendasikan pada tanah Regosol dan klon BB1.

Terkait riset mengenai dosis pupuk Phosgro® terhadap kakao klon BB1 berdasarkan dari pedoman rekomendasi penggunaan pupuk untuk tanaman perkebunan dari PT. Saprotan Utama yaitu 150-500 kg/ha untuk pembibitan tanaman kakao dan penelitian lain mengenai dosis pupuk makro untuk fase pembibitan pada tanaman kakao di tanah Regosol masih minim saat ini. Penelitian mengenai dosis pupuk Phosgro® masih belum banyak diteliti, maka penulis melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Dosis Pupuk Phosgro® Terhadap Pertumbuhan Bibit Kakao (Theobroma cacao L.) Klon Buntu Batu 1 (BB1) Pada Tanah Regosol”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan beberapa uraian yang telah penulis lampirkan pada bagian latar belakang, maka dapat dirumuskan permasalahannya yaitu bagaimana pengaruh dosis pupuk Phosgro® terhadap pertumbuhan bibit kakao (Theobroma cacao L.) Klon Buntu Batu 1 (BB1) pada Tanah Regosol?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mendapatkan dosis terbaik pupuk Phosgro® terhadap pertumbuhan bibit kakao (Theobroma cacao L.) Klon Buntu Batu 1 (BB1) pada Tanah Regosol.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini bagi stakeholder yaitu dapat dijadikan sebagai informasi awal untuk mendapatkan dosis pupuk dalam pertumbuhan bibit kakao.

Manfaat penelitian ini bagi penulis yaitu sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi S1 Prodi Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Andalas.

(21)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Tanaman Kakao (Theobroma cacao L.)

Nama latin tanaman kakao adalah (Theobroma cacao L.) yang berarti makanan untuk Tuhan. Masyarakat Aztec dan Mayans di Amerika Tengah telah membudidayakan tanaman kakao sejak lama, yaitu sebelum kedatangan orang- orang Eropa. Orang-orang Indian Mesoamerikalah yang pertama kali menciptakan minuman dari serbuk coklat yang dicampur dengan air dan kemudian diberi perasa seperti: merica, vanili, dan rempah-rempah lainnya. Minuman ini merupakan minuman spesial yang biasanya dipersembahkan untuk pemerintahan Mayan dan untuk upacara-upacara spesial (Hariyadi, et al.,, 2017)

Kakao (Theobroma cacao L.) merupakan salah satu komoditas perkebunan yang sesuai untuk perkebunan rakyat, karena tanaman ini dapat berbunga dan berbuah sepanjang tahun, sehingga dapat menjadi sumber pendapatan harian atau mingguan bagi pekebun. Tanaman kakao berasal dari daerah hutan hujan tropis di Amerika Selatan. Di daerah asalnya, kakao merupakan tanaman kecil di bagian bawah hutan hujan tropis dan tumbuh terlindung pohon-pohon yang besar (Widya, 2008). Kakao merupakan komoditas andalan perkebunan di Indonesia, karena berperan penting dalam perekonomian Indonesia yaitu sebagai penghasil devisa negara, sumber pendapatan petani, penciptaan lapangan kerja petani, mendorong agribisnis dan agroindustri serta pengembangan wilayah (Ditjenbun, 2013).

Indonesia adalah satu dari tiga negara pembudidaya Kakao di dunia atau setelah Ivory-Coast dan Ghana dengan nilai produksi mencapai 1.315.800 ton/tahun (Nababan, 2019). Laju perkembangan lahan perkebunan Kakao meningkat dalam kurun waktu 5 tahun terakhir sekitar 8% per tahun yang didominasi 90%

perkebunan rakyat (Karmawati, et al.,, 2010). Masyarakat membudidaya terutama untuk dimanfaatkan buahnya (Wahyudi dan Rahardjo, 2008). Bagian buah yang dimanfaatkan yaitu kulit buah, pulp, dan biji Kakao (Sihombing, 2008). Komoditas ini menghidupi lebih dari 1,3 juta kepala keluarga petani di berbagai daerah Indonesia (Ditjenbun Pertanian, 2014).

(22)

ii Biji yang dihasilkan merupakan produk olahan dengan nama yang sangat terkenal yaitu cokelat. Biji kakao adalah bahan utama pembuatan bubuk kakao (cokelat). Bubuk kakao merupakan bahan baku makanan yang sangat disukai terutama anak-anak. Karakter rasa cokelat adalah gurih dengan aroma yang khas sehingga disukai banyak orang khususnya anak-anak dan remaja (Nizori, et al.,, 2021).

Adapun sistematika menurut klasifikasi botani (Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, 2014) sebagai berikut :

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta Class : Dicotyledonae Ordo : Malvales Family : Sterculiceae Genus : Theobroma

Species : Theobroma cacao L.

Awal perkecambahan benih, akar tunggang tumbuh lebih cepat dari panjang 1 cm pada umur satu minggu, mencapai 16-18 cm pada umur satu bulan, dan 25 cm pada umur 3 bulan. Setelah itu laju pertumbuhannya menurun dan untuk mencapai panjang 50 cm memerlukan waktu dua tahun. Pada saat berkecambah, hipokotil memanjang dan mengangkat kotiledon yang masih menutup ke atas permukaan tanah. Fase ini disebut fase serdadu. Fase kedua ditandai dengan membukanya kotiledon diikuti dengan memanjangnya epikotil dan tumbuhnya empat daun pertama. Keempat daun tersebut sebetulnya tumbuh dari setiap ruasnya, tetapi buku-bukunya sangat pendek sehingga tampak tumbuh dari satu ruas. Pertumbuhan berikutnya berlansung secara periodik dengan interval waktu tertentu (Pusat Penilitian Kopi dan Kakao Indonesia, 2014).

Akar tanaman kakao adalah akar tunggang (radix primaria). Akar kakao dapat tumbuh dengan kedalaman mencapai 15 meter dan menyebar kesamping mencapai berkisar 8 meter. Perkembangan akar tanaman kakao dipengaruhi oleh struktur tanah, air tanah dan aerasi di dalam tanah. Penyebaran akar yaitu meliputi 56% akar lateral tumbuh pada bagian 0-10 cm, 26% pada bagian 11-20 cm, 14%

pada bagian 21-30 cm dan hanya 4% yang tumbuh dari bagian lebih dari 30 cm

(23)

ii permukaan tanah, jangkauan jelajah akar lateral ternyata dapat jauh di luar proyeksi tajuk. Ujung akar membentuk cabang-cabang kecil yang susunannya tidak teratur (Siregar dan Laeli, 2007).

Diawal pertumbuhan tanaman kakao yang diperbanyak dengan biji akan membentuk batang utama sebelum tumbuh cabang-cabang primer. Letak pertumbuhan cabang-cabang primer disebut jorquete, dengan ketinggian yang ideal 1,2 – 1,5 meter dari permukaan tanah dan jorquete ini tidak terdapat pada kakao yang diperbanyak secara vegetatif. Ditinjau dari segi pertumbuhannya, cabang- cabang pada tanaman kakao tumbuh kearah atas dan ke samping. Cabang yang tumbuh ke arah atas disebut orthotrop dan cabang yang tumbuh kearah samping disebut dengan plagiotrop. Dari batang dan kedua jenis cabang tersebut sering ditumbuhi tunas-tunas air (Chupon) yang banyak menyerap energi, sehingga apabila dibiarkan tumbuh akan mengurangi pembungaan dan pembuahan (Suhaidi, 2005). Tanaman kakao asal biji, setelah mencapai tinggi 0,9 – 1,5 meter akan berhenti tumbuh dan membentuk jorket (jorquette). Jorket adalah tempat percabangan dari pola ortotrop ke plagiotrop dan khas hanya pada tanaman kakao.

Pembentukan jorket didahului dengan berhentinya pertumbuhan tunas ortotrop karena ruas-ruasnya tidak memanjang. Pada ujung tunas tersebut, stipula (semacam sisik pada kuncup bunga) dan kuncup ketiak daun serta tunas daun tidak berkembang. Dari ujung perhentian tersebut selanjutnya tumbuh 3-6 cabang yang arah pertumbuhannya condong kesamping membentuk sudut 0-60º dengan arah horizontal. Cabang-cabang ini disebut dengan cabang primer (cabang plagiotrop).

Pada cabang primer tersebut kemudian tumbuh cabang-cabang lateral (fan) sehingga tanaman membentuk tajuk yang rimbun (Azwar, 2008).

Daun kakao bersifat dimorfisme, yakni tumbuh pada dua tunas (ortotrop) dan plagiotrop). Daun yang tumbuh pada ortotrop tangkai daunnya berukuran 7,5- 10 cm, sedangkan yang tumbuh pada tunas plagiotrop berukuran sekitar 2,5 cm.

Pertumbuhan daun pada cabang plagiotrop berlangsung serempak, tetapi berkala.

Ketika priode daun merah (flush), setiap tunas akan membentuk 3-6 lembar daun baru sekaligus. Daun muda tersebut belum memiliki klorofil, banyak mengandung pigmen antosianin. Klorofil baru akan mulai terbentuk setelah daun mencapai ukuran sempurna, berumur 3-4 minggu (Nasamsir, 2014).

(24)

ii Bunga kakao merupakan bunga sempurna, terdiri atas daun kelopak (calyx) sebanyak 5 helai dan benang sari (Androecium) yang berjumlah10 helai. Diameter bunga 1,5 cm. Bunga di sangga oleh tangkai bunga yang panjangnya 2-4 cm (Lukito et al.,, 2010). Pembungaan tanaman kakao sangat dipengaruhi oleh faktor dalam (internal) dan faktor lingkungan (iklim).Pada lokasi tertentu, pembungaan sangat terhambat oleh musim kemarau atau oleh suhu dingin. Di lokasi yang curah hujannya merata sepanjang tahun serta fluktuasi suhunya kecil, tanaman akan berbunga sepanjang tahun (Nasaruddin, 2009).

Buah kakao berupa buah buni yang daging bijinya sangat lunak. Kulit buah mempunyai sepuluh alur dan tebalnya 1 – 2 cm. Bentuk, ukuran dan warna buah kakao bermacam-macam serta panjangnya sekitar 10 - 30 cm. Umumnya ada tiga macam warna buah kakao, yaitu hijau muda sampai hijau tua waktu muda dan menjadi kuning setelah masak, warna merah serta campuran antara merah dan hijau.

Buah ini akan masak 5 - 6 bulan setelah terjadinya penyerbukan. Buah muda yang ukurannya kurang dari 10 cm disebut cherelle (pentil). Buah ini sering sekali mengalami pengeringan (cherellewilt) sebagai gejala spesifik dari tanaman kakao.

Gejala demikian disebut physiological effect thinning, yakni adanya proses fisiologis yang menyebabkan terhambatnya penyaluran hara yang menunjang pertumbuhan buah muda. Gejala tersebut disebabkan adanya kompetisi energi antara vegetatif dan generatif atau karena adanya pengurangan hormon yang dibutuhkan untuk pertumbuhan buah muda (Nurma, 2006).

Biji kakao terangkai pada plasenta yang tumbuh dari pangkal buah, dibagian dalam. Biji dilindungi oleh salut biji (aril) lunak berwarna putih, dalam istilah pertanian disebut pulp. Endospermia biji mengandung lemak dengan kadar yang cukup tinggi (Paembong, 2012). Setiap buah terdapat 20-50 butir biji. Biji 8 kakao berbentuk oval pipih, panjang biji sekitar 2 cm dengan lebar 1 cm dan berat ± 1 gram jika dikeringkan (Kusuma, 2012).

B. Pembibitan Kakao

Faktor yang mempengaruhi pembibitan tanaman kakao juga seperti tanaman perkebunan yang lain yaitu air, cahaya matahari, unsur hara, suhu dan kelembaban. Beberapa faktor iklim dan tanah dapat menjadi kendala bagi

(25)

ii pertumbuhan dan produksi tanaman kakao. Lingkungan alami tanaman kakao adalah hutan tropis. Dengan demikian curah hujan, temperatur, dan sinar matahari menjadi bagian dari faktor iklim. Selain itu juga peremajaan tanaman optimal sangat diperlukan karena sangat mempengaruhi produksi buah kakao (Prawoto dan Erwiyono, 2008).

Lingkungan yang alami bagi tanaman kakao adalah hutan tropis, dengan demikian curah hujan, suhu, kelembaban udara, intensitas cahaya dan angin merupakan faktor pembatas penyebaran tanaman kakao. Faktor iklim yang relevan dengan pertumbuhan tanaman kakao adalah curah hujan tahunan dan sebarannya sepanjang tahun. Curah hujan yang terlalu rendah atau terlalu tinggi akan mempunyai dampak negatif pada tanaman kakao. Bila terlalu rendah , tidak tersedia cukup air bagi tanaman dan menyebabkan stress dan kematian, tergantung pada taraf kekeringannya. Sebaliknya, curah hujan yang terlalu tinggi dapat menyebabkan dampak negatif berupa erosi (Prawoto dan Erwiyono, 2008).

Temperatur yang ideal bagi tanaman kakao adalah 30º C sampai 32ºC (maksimum) dan 18ºC sampai 21ºC (minimum) (Lukito et al., 2010). Ditinjau dari wilayah penanamannya, tanaman kakao ditanam pada daerah yang berada pada 10ºLU sampai 10ºLS, namun pada umumnya penyebaran tanaman kakao terletak pada daerah 7ºLU sampai dengan 18ºLS dan cukup toleran pada daerah 20ºLU sampai 20ºLS. Daerah penanaman kakao di Indonesia berada pada 5ºLU sampai 10ºLS dan daerah ini termasuk ideal jika disertai dengan ketinggian tidak lebih dari 800 m dari permukaan laut (Siregar et al., 2007).

Pertumbuhan vegetatif bibit terbagi atas pertumbuhan daun, batang dan akar. Faktor-faktor yang mempengaruhi proses pertumbuhan daun dan batang adalah hormon dan nutrisi (faktor dalam), status air dalam jaringan tanaman, suhu udara dan cahaya (faktor luar). Pertumbuhan akar dipengaruhi suhu media tumbuh, ketersediaan oksigen (aerasi), faktor fisik media tumbuh, pH media tumbuh, selain faktor dalam dan status air dalam jaringan tanaman. Pertumbuhan daun dan perluasan batang menentukan luas permukaan daun dan struktur tajuk yang sangat penting sehubungan dengan proses fotosintesis. Sedangkan perluasan akar akan menentukan jumlah dan distribusi akar yang kemudian berfungsi kembali sebagai organ penyerap unsur hara mineral (Hutcheon, 1975).

(26)

ii Proses perkecambahan benih kakao tergolong cepat karena benih kakao tidak memiliki masa dormansi. Setelah perkecambahan, benih kakao akan tumbuh menjadi bibit. Pembibitan sangat menentukan keberhasilan budidaya tanaman kakao nantinya. Prioritas utama yang perlu diperhatikan dalam pembibitan kakao adalah media tanam standar utama yang perlu diperhatikan dalam pembibitan adalah lapisan tanah (top soil) yang umumnya cukup subur dengan kandungan bahan organik yang cukup tinggi (Tambunan, 2009).

Medium pembibitan harus berupa tanah yang sifat fisik maupun kimiawinya baik, yaitu subur dan gembur. Tanah adalah suatu bahan alam yang terdapat dipermukaan kulit bumi, yang tersusun dari bahanbahan mineral sebagai hasil pelapukan batuan, dan bahan-bahan organik sebagai hasil pelapukan sisa-sisa tumbuhan dan hewan, yang merupakan media tumbuhnya tanaman dengan sifat- sifat tertentu, yang terjadi akibat dari pengaruh 9 kombinasi faktor-faktor iklim, bahan induk, jasad hidup, bentuk wilayah, dan lamanya waktu pembentukan (Rekhina, 2012).

Jenis tanah yang cocok untuk tanaman kakao yaitu memiliki sifat fisik yang baik apabila mampu menahan lengas (kekuatan tanah untuk mengikat air dalam pori-pori tanah) dengan baik dan khususnya memiliki aerasi dan drainase yang baik.

Untuk menunjang pertumbuhannya, tanaman kakao menghendaki tanah yang subur dengan kedalaman minimum 150 cm, hal ini penting karena akar tunggang tanaman memerlukan ruangan yang leluasa untuk pertumbuhannya agar akar tunggang tidak kerdil atau bengkok. Tanah yang sesuai untuk kakao adalah yang bertekstur geluh lempungan (clay loam) yang merupakan perpaduan antara pasir 50%, debu 10-20%

dan lempung 30-40%. Kadar bahan organik yang tinggi akan memperbaiki struktur tanah, biologi tanah, kemampuan penyerapan (absorbsi) hara dan daya simpan lengas tanah (Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, 2010). Tanaman kakao menghendaki tanah yang kaya akan bahan organik dan pH sekitar netral. Bahan organik bermanfaat bagi tanaman khususnya untuk memperbaiki struktur tanah, menahan lengas, dan sebagai sumber unsur hara. Tanah dengan kadar bahan organik minimum 3% cukup optimum untuk tanaman kakao. Bahan organik yang tersedia di dalam tanah berkolerasi positif dengan pertumbuhan tanaman, produksinya meningkat seiring peningkatan kadar bahan organik tanah dari 3% ke

(27)

ii 6%. Ketersediaan unsur hara dalam tanah dapat ditandai dengan pH tanah.

Walaupun tanaman kakao masih dapat tumbuh pada kisaran pH tanah 4,0-8,0, tanaman akan tumbuh dan berproduksi optimum pada kisaran pH 6,0-7,0 (Susanto, 2003).

Salah satu jenis tanah yang cocok untuk budidaya kakao ialah tanah regosol.

Tanah regosol merupakan jenis tanah yang masih berkembang dan pada umumnya tanah tersebut bertekstur pasir-lempung (Hristov 2014), mempunyai nilai reaksi tanah sangat beragam mulai dari agak asam sampai alkalis, miskin hara N, P, dan K serta kapasitas tukar kation dan kejenuhan basa tergolong rendah (Azmi et al., 2015). Hasil penelitian dari Putinella (2011) pada tanah regosol di wilayah Rumah Tiga Ambon menunjukan bahwa tanah ini didominasi oleh fraksi pasir (82,62%) diikuti oleh fraksi debu (13,16%) dan fraksi liat (4,22%) sehingga termasuk dalam kelas tekstur pasir berlempung. Hasil penelitian Sonbai (2013) pada tanah regosol menunjukan bahwa jenis tanah ini memiliki kadar C organik (0,94%), N tersedia (70,95 ppm), pH (6,24), KPK (6,04 me/100 g).

Tanah Regosol mempunyai pH yang netral, namun dari aspek kimia relatif miskin unsur hara. Hal ini disebabkan karena kandungan koloid-koloid tanah dan unsur hara mudah hilang melalui pelindian. Umumnya tanah ini bertekstur pasir, struktur lepas, kapasitas menahan air dan unsur hara rendah. Selain itu, tanah Regosol mempunyai sifat permeabilitas cepat, konsistensinya rapuh dan porositas aerasinya besar. Hal yang menjadikan tanah Regosol bermasalah adalah karena rendahnya kandungan lempung sehingga aktivitas tanah yang berhubungan dengan kation juga rendah, akibatnya tanah pasiran (Regosol) kurang menguntungkan untuk media tumbuh tanaman dibandingkan dengan tanah yang mengandung lempung lebih banyak (Thompson dan Troeh, 1973). Berdasarkan sifat fisik dan kimia yang dimiliki oleh tanah Regosol, maka untuk memperbaiki tingkat kesuburan terutama kesuburan kimia diperlukan upaya pemupukan yang tepat.

Pemberian P dalam bentuk pupuk anorganik dilakukan untuk memenuhi kebutuhan P bagi tanaman.

(28)

ii C. Pupuk Phosgro®

Berdasarkan informasi produk dari PT. Saprotan Utama, pupuk Phosgro®

memiliki kandungan unsur makro seperti Fosfor (P2O5): 20%, Magnesium (MgO) 3%, Kalsium (CaO) 20%, Sulfur (S) 1%. Selain itu, Phosgro® dilengkapi juga dengan unsur mikro seperti Boron (B) 0,2 % dan Silika (SiO2) 1.5%

Pupuk Phosgro® merupakan pupuk fosfat alam yang diformulasikan sebagai sumber P2O5 yang berguna untuk pertumbuhan tanaman terutama dalam pembentukan akar, cabang dan bunga. Dapat digunakan untuk tanaman pangan, palawija, hortikultura dan tanaman perkebunan. Pupuk ini mengandung unsur CaO sehingga cocok untuk tanah asam (pH di bawah 7 seperti tanah Regosol) dan dengan adanya unsur CaO, tanah lebih netral sehingga penyerapan P2O5 lebih optimal. Pupuk ini juga mengandung unsur P2O5 yang berguna untuk merangsang pertumbuhan akar, meningkatkan produksi dan kualitas hasil terutama untuk tanaman biji-bijian. Selain itu, pupuk ini mengandung MgO yang berperan penting dalam pembentukan hijau daun, juga dalam pembentukan gula, protein, karbohidrat, minyak, dan lemak. Pupuk Phosgro® juga mengatur penyerapan hara tanaman lainnya dan berfungsi sebagai pembawa unsur P dalam tanaman.

Phosgro® juga mengandung unsur S yang mambantu meningkatkan kualitas daun, meningkatkan kadar minyak tanaman (kedelai), meningkatkan daya tahan terhadap suhu rendah dan merupakan bagian dari senyawa yang menyebabkan bau-bau khas dari tanaman tertentu, misalnya bawang. Phosgro® juga mengandung Boron yang sangat penting untuk penyerbukan dan produksi biji, metabolisme N dan pembentukan protein. Menurut Mars (2023) pupuk Phosgro® memberikan pengaruh terhadap pembibitan kakao seperti pertumbuhan dan perkembangan akar mulai dari biji (radikula) hingga selama pertumbuhan vegetatif bibit kakao.

D. Kakao Klon BB1 (Buntu Batu Generasi 1)

Sertifikasi benih kakao dengan klon BB1 dimulai dari produktivitas dari BB1 pada umumnya masih rendah, di bawah potensi varietas yang ada. Oleh karena itu, upaya peningkatan produktivitas dan mutu hasil memerlukan varietas unggul baru yang mempunyai produksi tinggi, mutu hasil baik, dan tahan terhadap hama dan penyakit. Klon BB1 merupakan klon unggul yang baru di rilis tahun 2024

(29)

ii dibawah naungan MARS dan BRIN. Adapun beberapa klon unggul yang telah dilepas sebelumnya, seperti Sulawesi 2, BL50, dan MCC02, umumnya memiliki daya adaptasi terbatas. Oleh karena itu, perlu dilakukan pelepasan biji kakao haru yang mempunyai potensi hasil dan mutu yang tinggi serta daya adaptasi yang luas (Mars, 2023)

Varietas Kakao BB1 (Buntu Batu 1) yang ditanam oleh petani Kecamatan Bupon, Kabupaten Luwu, Sulawesi Selatan memiliki keunggulan dapat menghasilkan nilai buah yang lebih tinggi. Analisis finansial usaha tani kakao klon BB1 menunjukkan tingkat kelayakan yang tinggi. Hal ini dikarenakan tingkat produktivitas klon BB1 yang tinggi dengan rata-rata produksi lebih dari 2 kg – 3.5 kg biji kering per pohon dari umur 4 sampai 25 tahun. Sebagai upaya untuk mempercepat pengembangan kakao BB1, saat ini telah di bangun kebun entres kakao berlokasi di Stasiun Riset Kakao desa Tarengge Kecamatan Wottu Luwu seluas 0,5 ha dengan populasi 1.000 pohon dan di Kabupaten Kolaka Utara Provinsi Sulawesi Tenggara (BRIN, 2023).

Tahun 2003 proyek PRIMA Kakao-PT Mars Indonesia mulai melakukan kegiatan bersama untuk memperbaiki kualitas biji kakao yang dilakukan di Devoting yang bersebelahan dengan Desa Buntu Batu. Pada bulan Agustus 2005 melalui proyek tersebut dan kerjasama dengan Masyarakat desa, diadakan seleksi bahan tanaman kakao yang bertujuan untuk mencari klon yang baik dari segi produksi, dengan potensi produksi/hektar/tahun yaitu 3,5 kg/kering/pohon/tahun x 1000 pohon. Selain itu, BB1 toleran terhadap berbagai hama dan penyakit seperti memiliki ketahanan terhadap hama dan penyakit seperti tahan atau toleran terhadap PBK (Penggerek buah kakao), tahan terhadap serangan sedang dari penyakit VSD (Vascular streak dieback) disebabkan oleh Oncobasidium theobromae, tahan atau toleran terhadap busuk buah dan tahan terhadap Tree kanker. Klon BBI merupakan salah satu darı 247 bahan tanaman kakao terkumpul dari seluruh Kabupaten Luwu dan diseleksi sesuai dengan kriteria mutu, besar buah, jumlah biji, ukuran buah dan bobot kering biji. Hasil seleksi selama observasi dan pengamatan di lapang memberikan informası bahwa Klon BB1 terpilih dengan kriteria bobot hiji kering lebih dari 1 g, nilai buah 15, dan produksi tinggi. Tahun 2005-2015 dilakukan Participatory Plant Breeding dengan melibatkan beberapa petani melalui sambung

(30)

ii samping dan sambung pucuk. Klon BBI yang sudah mulai tersebar di lahan petani kemudian diamati performanya. Berdasarkan hasil observasi di lapangan dengan melibatkan tenaga petani menunjukkan klon BBI memiliki potensi mutu dan daya hasil yang diharapkan (Mars, 2023).

(31)

14

BAB III METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat

Percobaan ini telah dilaksanakan pada bulan Agustus hingga Oktober 2024.

Percobaan dilaksanakan di Nursery House MCRS (Mars Cocoa Research Station) milik PT. Mars Symbioscience Indonesia yang berbasis di Desa Tarengge, Kecamatan Wotu, Kabupaten Luwu Timur, Provinsi Sulawesi Selatan. Secara geografis terletak di antara 120º47'50"-120º48'17" Bujur Timur dan 2º35'00"- 33º34'00" Lintang Selatan. Ketinggian tempat yaitu 18 mdpl. Jadwal pelaksanaan kegiatan penelitian dapat dilihat pada Lampiran 1.

B. Bahan Penelitian

Bahan-bahan yang digunakan terdiri atas benih kakao dengan klon BB1, tanah topsoil (Regosol), pupuk Phosgro® (Perhitungan dosis pupuk dilihat pada Lampiran 3), insektisida Prevathon 50 EC® berbahan aktif Klorantraniliprol 50 g/l, fungisida Score 250 EC® berbahan aktif Difenokonazol 250 g/l, Kompos Biowinpos® (Kandungan Kompos dapat dilihat pada Lampiran 5), polibag ukuran 17 cm x 25 cm (ketebalan 0,04 mm), spidol, air, kertas plano, serbuk gergaji, selotip, karung goni, dan map plastik.

C. Peralatan Penelitian

Alat-alat yang digunakan antara lain sarung tangan, sekop, parang, penggaris, meteran, papan plot, QR code, handsprayer, stapler, ember, timbangan digital, pH meter, gunting dahan, jangka sorong (sigmat), sprayer dribble bar, sekop, oven, palu, tablet (gawai), cup kecil, aplikasi ODK (Open Data Kit Collect) tiang standar, alat tulis, gunting, knapsack sprayer, pisau, wadah (ember), pipa PVC kecil dan kamera.

D. Rancangan Percobaan

Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 5 perlakuan, setiap perlakuan terdiri dari 4 ulangan. Setiap ulangan memiliki 3 tanaman sampel sehingga terdapat 60 satuan percobaan. Adapun

(32)

ii perlakuannya adalah dosis pupuk Phosgro® yang terdiri atas 5 perlakuan, yaitu:

Dosis Pupuk Phosgro® 0 kg/ha (P0) Dosis Pupuk Phosgro® 100kg/ha (P1) Dosis Pupuk Phosgro® 200kg/ha (P2) Dosis Pupuk Phosgro® 300kg/ha (P3) Dosis Pupuk Phosgro® 400kg/ha (P4)

Data hasil pengamatan dianalisis dengan menggunakan sidik ragam (Analysis of varians) pada taraf 5%. Jika ditemukan pengaruh yang berbeda maka dilanjutkan uji Duncan’s New Multiple Range Test (DNMRT) pada taraf nyata 5%.

E. Pelaksanaan Penelitian 1. Analisis Tanah

Analisis tanah dilakukan sebanyak satu kali yaitu sebelum diberikan perlakuan. Analisis tanah yang dilakukan meliputi tekstur, C-Organik, P Total, N total, K total, KTK dan pH tanah. Analisis tanah dilaksanakan di Nursery House dan Laboratorium MCRS (Mars Cocoa Research Station).

2. Persiapan Media Tanam

Media tanam yang digunakan terdiri atas tanah top soil (regosol) dan kompos dengan dosis 2g/polybag. Tanah dan kompos diaduk manual dengan menggunakan sekop dan wadah agar homogen. Selanjutnya disiapkan polybag ukuran 17 cm x 25 cm dengan berat 2 kg dan lokasi pembibitan. Kombinasi volume tanah dan kompos yang dimasukkan ke dalam polybag yaitu memiliki perbandingan 3 : 1, kemudian disusun polibag tersebut sesuai denah dengan jarak antar polibag yaitu 20 cm x 20 cm di Nursery House yang telah memiliki atap naungan.

3. Pemberian Perlakuan

Pemberian perlakuan diberikan setelah proses persiapan media tanam dengan perlakuan diberikan sekali saja sebelum dilakukan penanaman kecambah kakao. Perlakuan yang diberikan berupa pupuk Phosgro® sesuai dengan 5 perlakuan dengan menggunakan rumus penghitungan dosis pupuk berdasarkan

(33)

ii berat tanah (Perhitungan dosis pupuk dapat dilihat pada Lampiran 3). Hal ini dikarenakan perlakuan diberikan di masa pembibitan. Perlakuan terdiri dari 0kg/ha setara dengan 0g/polibag, 100kg/ha setara dengan 0,1g/polibag, 200kg/ha setara dengan 0,2g/polibag, 300kg/ha setara dengan 0,3g/polibag dan 400kg/ha setara dengan 0,4g/polibag. Pemberian perlakuan ditabur di permukaan media tanam, kemudian ditutupi lagi dengan sedikit tanah dipermukannya setelah itu diaduk secara merata pada bagian permukaan tanah saja kemudian langsung disiram.

Selanjutnya dilakukan proses inkubasi tanpa ditutup selama 2 minggu. Inkubasi ditujukan agar reaksi pupuk Phosgro® dan tanah dapat berjalan dengan baik.

4. Pemasangan Label

Pemasangan label diberikan sebelum perlakuan. Label pada bibit kakao di berikan dengan menuliskan keterangan perlakuan pada bagian luar polibag. Label yang digunakan sendiri terdiri dari 2 jenis yaitu label data pengamatan dengan QR barcode dan label perlakuan. Label percobaan hanya berfungsi untuk membedakan antara perlakuan satu dengan perlakuan yang lainnya antar polybag di denah percobaan yang ditulis pada polibag dengan menggunakan spidol tinta hitam pada kertas map yang dipotong dengan ukuran 5 cm x 7 cm, kemudian di tempel pada polibag dengan stapler. Sedangkan label QR Code digunakan untuk mengumpulkan data pengamatan langsung ke database MCRS secara online melalui gawai dengan menggunakan aplikasi ODK Collect. Label QR Code sendiri diperoleh langsung dari administrator MCRS.

5. Persiapan Benih

Benih berkualitas diperoleh dari buah yang sehat dan terbebas dari hama dan penyakit (HPT). Benih kakao yang diambil ialah pada buah di bagian tengah pada satu tanaman yang sama kemudian dipisahkan dari kulitnya. Benih kakao Klon BB1 diambil dari biji yang besar dan berasal dari buah cabang primer, sehingga biji yang digunakan bersifat homogen dan tidak memiliki perbedaan meskipun diambil dari buah yang berbeda, diberi juga tambahan biji 20 – 30 % agar dapat mencukupi keperluan penggantian bibit yang mati atau rusak.

Perkecambahan dilakukan dengan dibelah buah kakao dengan palu khusus agar menghindari penggunaan benda tajam. Kemudian diambil biji dibagian tengah atau

(34)

ii biji yang besar dan sehat, sisakan masing-masing bahagian ujung dan pangkal ±3–

4 biji. Dipisahkan biji dari plasenta, untuk proses pembersihan lendir biji dapat dilakukan dengan menggunakan serbuk gergaji. Selanjutnya direndam biji kakao dengan fungsida (1ml/liter) selama 15-30 menit (Mars, 2014).

6. Penyemaian Benih

Benih kakao yang sudah bersih dari daging (Pulp) dan direndam dengan larutan fungsida. Setelah itu disemaikan di atas karung goni dengan jarak 0,5 cm x 0,5 cm. Kemudian, hamparan benih ditutup dengan karung goni basah. Benih disiram dengan air satu kali sehari saat pagi hari. Benih kakao dinyatakan telah berkecambah untuk media lembaran karung goni jika telah tampak calon akar sepanjang 0,5 cm (Rahardjo, 2011) diukur dengan menggunakan penggaris.

Kondisi tersebut memerlukan waktu selama 2-3 hari. Setelah berkecambah, 75 benih dipindahkan ke dalam media tumbuh dalam polibag untuk dibibitkan.

7. Penanaman Kecambah

Setelah penyemaian benih, dilakukan pemindahan kecambah ke media tanam. Pemindahan kecambah kakao ke dalam polibag dilakukan sebelum keping biji membuka. Media tanam ditugal atau dilubangi terlebih dahulu, hal ini dilakukan agar radikula tidak rusak saat penanaman, dengan tiap polibag terdiri dari 1 benih.

Kecambah ditanam dengan cara menekannya perlahan. Tiap kecambah ditanam dengan lebih kurang ½ dari kecambah harus ditutup dengan tanah (kedalaman tanah 0,5-1cm). Setelah ditanam, langsung dilakukan penyiraman

8. Pemasangan Tiang Standar

Pemasangan tiang standar bertujuan untuk memudahkan mengukur tinggi tanaman. Pemasangan tiang standar dilakukan sebelum penanaman kecambah.

Tiang standar dipasang sepanjang 10 cm, dimana 5 cm ditancapkan kedalam tanah dan 5 cm diatas permukaan tanah.

(35)

ii 9. Pemeliharaan

a. Pengendalian Hama dan Penyakit

Hama dan Penyakit yang ditemukan di lapangan yaitu hama penggerek batang kakao dan penyakit bercak daun. Untuk pencegahan hama tersebut maka diberikan insektisida Prevathon 50EC® berbahan aktif Klorantraniliprol 50 g/l dengan dosis 2ml/liter, untuk mencegah hama penggerek batang kakao dan fungisida Score 250 EC® berbahan aktif Difenokonazol 250 g/l dengan dosis 1ml/liter untuk mencegah penyakit bercak daun. Diaplikasikan secara serempak dengan menggabungkan kedua bahan tersebut dibawah petunjuk dari Rainforest Alliance. Pemberian fungisida dan insektisida dilakukan tiap 2 minggu sekali setelah umur bibit 3MST dengan menggunakan alat berupa knapsack sprayer pada sore hari.

b. Penyiraman

Bibit disiram secara otomatis dengan menggunakan sprayer dribble bar dengan membasahi keseluruhan tanah dalam polybag. Penyiraman dilakukan 1-2 kali sehari tergantung kondisi cuaca. Waktu penyiraman dilakukan pada pagi dan sore hari dengan memperhatikan tingkat kelembaban tanah dalam polybag.

c. Penyiangan

Penyiangan dilakukan apabila terdapat gulma yang tumbuh di dalam maupun di luar polybag di sekitar tanaman kakao. Penyiangan dilakukan secara manual dengan tangan, yang dilakukan saat bibit berumur 3 MST. Frekuensi penyiangan 1-2 kali seminggu.

d. Penyisipan

Penyisipan dilakukan pada saat tanaman berumur 2 minggu setelah pindah tanam. Penyisipan dilakukan pada bibit yang memiliki pertumbuhan yang abnormal (Kecambah rusak, bentuk kecambah cacat, tumbuh kerdil dan akar primer pendek) atau terkena serangan hama dan penyakit. Bahan tanam yang digunakan untuk penyisipan diperoleh dari bibit cadangan yang memiliki umur tanam dan perlakuan yang sama. Bahan tanam untuk penyisipan sendiri ditanam pada polibag dengan kondisi yang sama dengan tanaman sampel.

(36)

ii e. Penggemburan tanah

Pengemburan tanah dilakukan apabila tanah di dalam polibag sudah mulai memadat disaat memasuki umur 2 MST. penggemburan dilakukan dengan cara manual menggunakan tangan.

F. Pengamatan

1. Tinggi tanaman (cm)

Pengamatan tinggi tanaman dilakukan dengan cara mengukur tinggi tanaman mulai dari ujung tiang standar ditambah dengan 5 cm ukuran tiang standar diatas permukaan tanah hingga titik tumbuh dengan menggunakan meteran.

Pengukuran dilakukan pada bibit berumur 3 MST dengan interval seminggu sekali.

Pengukuran tinggi bibit dihentikan pada umur bibit 10 MST.

2. Diameter Batang (mm)

Pengamatan diameter batang diukur pada ketinggian 1 cm di atas pangkal batang menggunakan jangka sorong. Pengukuran dilakukan pada bibit berumur 3 MST dengan interval seminggu sekali. Pengukuran diameter bibit dihentikan pada umur bibit 10 MST.

3. Jumlah Daun (helai)

Pengamatan jumlah daun tanaman dilakukan dengan menghitung total jumlah daun yang ada pada tanaman kakao. Penghitungan dilakukan pada bibit berumur 3 MST dengan interval seminggu sekali. Penghitungan jumlah daun bibit dihentikan pada umur bibit 10 MST.

4. Luas Daun (cm²)

Lebar daun diukur dengan cara mengukur lebar daun terlebar dan panjang daun terpanjang terlebih dahulu. Lebar daun terlebar diukur dari pinggiran daun terlebar sebelah kiri ke pinggiran daun terlebar sebelah kanan dengan menggunakan meteran. Sedangkan untuk panjang daun terpanjang diukur mulai dari pangkal helaian daun terpanjang sampai keujung melalui tulang daun dengan menggunakan meteran. Setelah dikumpulkan data lebar dan panjang daun, kemudian dihitung luas daun untuk masing-masing tanaman sampel. Pengamatan luas daun dilakukan pada

(37)

ii akhir percobaan pada saat tanaman berumur 10 MST dengan diambil daun ketiga dari bawah.

5. Panjang Akar (cm)

Pengamatan terhadap panjang akar diukur dari leher akar sampai keujung akar terpanjang dengan menggunakan meteran. Pengamatan panjang akar dilakukan pada umur 10 MST.

6. Volume Akar (ml)

Pengamatan ini bertujuan membantu dalam mengevaluasi pertumbuhan dan perkembangan akar tanaman. Pengukuran volume akar diukur dengan cara mencuci akar bibit hingga bersih, kemudian akar di potong lalu dimasukkan ke dalam gelas ukur dengan volume 500 ml dan mengamati selisih volume air saat dimasukkan akar dengan volume air awal. Pengamatan volume akar dilakukan pada akhir percobaan pada saat tanaman berumur 10 MST.

7. Bobot basah tajuk (g)

Bobot basah tajuk dilakukan pada akhir penelitian diukur dengan cara memisahkan tajuk tanaman dengan akar dengan menggunakan gunting dahan, kemudian menimbang tajuk setelah dikeluarkan dari polybag dengan hati-hati kemudian dibersihkan dan dikering anginkan. Penimbangan dilakukan menggunakan timbangan digital. Pengamatan ini dilakukan pada akhir percobaan pada saat tanaman berumur 10 MST.

8. Bobot kering tajuk (g)

Pengukuran bobot kering tajuk dilaksanakan di Laboratorium CF MCRS (Mars Research Cocoa Station) pada akhir penelitian tanaman sampel dibongkar dengan hati-hati agar tidak terjadi kerusakan. Tanaman dibersihkan dengan air, kemudian dipisahkan antara tajuk dan akar. Setelah itu tajuk tanaman dimasukkan ke dalam amplop dan selanjutnya dikeringkan menggunakan oven selama 2 x 24 jam dengan temperatur 70° C (Syahputra, 2021), selanjutnya ditimbang menggunakan timbangan digital. Penimbangan dan pengovenan dilakukan sampai tercapai bobot kering konstan. Pengamatan ini dilakukan pada akhir percobaan pada saat tanaman berumur 10 MST.

(38)

ii 9. Bobot basah akar (g)

Bobot basah akar dilakukan pada akhir penelitian diukur dengan cara memisahkan tajuk tanaman dengan akar dengan menggunakan gunting dahan, kemudian ditimbang akar setelah dikeluarkan dari polybag dengan hati-hati kemudian dibersihkan dan dikering anginkan. Penimbangan dilakukan menggunakan timbangan digital. Pengamatan ini dilakukan pada akhir penelitian pada saat tanaman berumur 10 MST.

10. Bobot kering akar (g)

Pengamatan bobot kering akar dilaksanakan di Laboratorium MCRS (Mars Research Cocoa Station) dilakukan dengan cara akar yang telah ditimbang bobot basahnya di timbangan digital, selanjutnya dilapisi kertas koran yang berisi akar.

Setelah itu dimasukkan ke dalam oven dengan suhu 70° C selama 2x24 jam sampai bobot kering konstan (Syahputra, 2021), setelah itu akar dikeluarkan dan ditimbang menggunakan timbangan digital. Pengamatan ini dilakukan pada akhir penelitian pada saat tanaman berumur 10 MST.

11. Rasio Tajuk dan Akar

Pengamatan rasio tajuk akar dilakukan berdasarkan dari data berat kering tajuk dan berat kering akar yang telah diamati sebelumnya. Pengamatan rasio tajuk akar dihitung dengan membandingkan bobot kering tajuk dan bobot kering akar.

Rasio tajuk akar dihitung dengan rumus:

Rasio Tajuk/Akar = Bobot Kering Tajuk / Bobot Kering Akar G. Analisis Data

Data hasil pengamatan dianalisis dengan menggunakan sidik ragam (Analysis of variance) pada taraf nyata 5%. Jika ditemukan pengaruh yang nyata maka dilanjutkan uji Duncan’s New Multiple Range Test (DNMRT) pada taraf nyata 5%.

(39)

ii 1. Korelasi

Rumus tersebut disebut koefisien korelasi Pearson (Pearson’s Product Moment Coefficient of Correlation). Adapun rumus koefisien determinasi yaitu :

R2 = (rxy)2

Koefisien Determinasi= R2 x 100%

Keterangan:

R2 = Koefisien Determinasi rxy = Koefisien Korelasi

Pedoman untuk memberikan interpretasi koefisien korelasi dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Tabel interpretasi koefisien korelasi

Interval Koefisien Interpretasi

0,000-0,199 Sangat Rendah

0,200-0,399 Rendah

0,400-0,599 Sedang

0,600-0,799 Kuat

0,800-1,000 Sangat Kuat

Sumber: Sugiyono (2010 : 257) 2. Regresi

Persamaan regresi linier sederhana : y = bx + a Koefisien regresi (b):

b = ΣX.Y – ΣX. ΣX ΣX²– ΣX Konstanta atau intercept (a):

(40)

ii

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Analisis Tanah

Berdasarkan hasil analisis tanah yang telah dilaksanakan di Nursery House dan Laboratorium MCRS (Mars Cocoa Research Station). Data analisis tanah yang digunakan sebagai media tanam bibit kakao disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Analis Tanah Regosol

Berdasarkan hasil analisis tanah pada Tabel 1 tanah yang diuji memiliki tekstur lempung berpasir dengan kandungan pasir 46,9%, liat 9,2%, dan debu 43,9%, yang memungkinkan drainase baik tetapi kurang optimal dalam menahan air dan unsur hara. Kandungan karbon organik (C-Organik) hanya 0,547% yang tergolong rendah, menunjukkan kemampuan tanah menyimpan air dan unsur hara terbatas, sehingga kurang mendukung pertumbuhan tanaman secara optimal.

Kapasitas Tukar Kation (KTK) rendah, yaitu 1,91 meq/100g, mengindikasikan keterbatasan tanah dalam menyimpan unsur hara, yang dapat mengurangi efisiensi pemupukan. Fosfor (P) total hanya 0,034% dan nitrogen (N) 0,030%, keduanya sangat rendah, sehingga berpotensi menghambat perkembangan akar, fotosintesis, serta pembentukan daun tanaman. Analisis tanah menunjukkan pH tanah netral (6,67), yang ideal bagi sebagian besar tanaman, rendahnya kapasitas penyimpanan hara tetap menjadi kendala utama. Unsur kalsium (Ca) 2,46 meq/100g, magnesium

Unsur Satuan Hasil Analisis Kriteria

Pasir % 46,9 Lempung berpasir

Liat % 9,20 Lempung berpasir

Debu % 43,9 Lempung berpasir

C-Organik % 0,547 Sangat Rendah

KTK meq/100g 1,91 Sangat Rendah

Phospor (P) -Total % 0,034 Sangat Rendah

Nitrogen (N) – pH

Kalsium (Ca) Magnesium (Mg) Sodium (Na) Cadmium (Cd)

% meq/100g meq/100g meq/100g

mg/kg

0,030 6,67 2,46 0,587 0,145 0,100

Sangat Rendah Netral

Rendah Rendah

Sangat Rendah Rendah

Sumber :

(41)

ii (Mg) 0,587 meq/100g, sodium (Na) 0,145 meq/100g, dan kadmium (Cd) 0,100 mg/kg berada pada kadar rendah hingga sedang. Dengan demikian, tanah ini memerlukan perbaikan kualitas melalui tambahan bahan organik dan pemupukan yang tepat agar dapat mendukung pertumbuhan tanaman dengan lebih optimal.

B. Tinggi Tanaman (cm)

Berdasarkan analisis statistik menggunakan uji F pada taraf nyata 5%

(Lampiran 7a) menunjukkan bahwa pemberian dosis pupuk Phosgro®

menunjukkan berbeda tidak nyata terhadap tinggi tanaman bibit kakao. Data tinggi tanaman bibit kakao disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2. Tinggi tanaman bibit kakao pemberian dosis pupuk Phosgro® pada umur 10 MST

Dosis Pupuk Phosgro® kg/ha Tinggi Tanaman (cm)

0 kg/ha 19,57

100 kg/ha 21,03

200 kg/ha 21,11

300 kg/ha 19,66

400 kg/ha 21,20

KK=18,19%

Keterangan : Angka-angka pada kolom yang sama, berbeda tidak nyata menurut uji F pada taraf nyata 5%

Dapat dilihat pada Tabel 2 di atas menunjukkan bahwa pemberian dosis pupuk Phosgro® menunjukkan pengaruh yang sama terhadap tinggi tanaman bibit kakao. Hal ini diduga dikarenakan pada pertumbuhan tinggi tanaman yang unsur hara yang paling dibutuhkan adalah nitrogen dalam jumlah yang cukup, sehingga hal ini dapat dilihat bahwa tinggi tanaman yang hanya deberikan pupuk phosgro memberikan tinggi yang sama, hal ini juga diperkuat dengan hasil analisis tanah yang dilakukan menunjukkan bahwa nitrogen yang ada pada tanah sangat rendah.

Kondisi tanah dan pemberian pupuk dasar pada media tanam juga berperan penting dalam efektivitas pupuk. Tanah yang kurang subur atau memiliki pH yang tidak sesuai dapat mengurangi kemampuan tanaman untuk menyerap nutrisi dari pupuk, termasuk Phosgro. Jenis dan dosis pupuk yang tepat berdasarakan pada faktor tanaman dan faktor lingkungan. Studi-studi menunjukkan bahwa keberhasilan aplikasi pupuk sangat bergantung pada kondisi tanah, jenis tanaman yang dibudidayakan dan kondisi iklim (Widiastuti et al., 2018). Grafik laju

Referensi

Dokumen terkait

stek tunggal vanilli berpengaruh nyata terhadap panjang akar, berat basah akar dan berat kering tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap diameter batang, jumlah tunas dan

Pemberian pupuk majemuk NPK (15-15-15) dengan dosis 1.000 kg/ha, menunjukkan hasil tertinggi pada bobot basah dan bobot kering buah dan bagian lain, seperti akar, batang, dan

Perlakuan konsentrasi pupuk daun gandasil D berbeda terhadap tinggi bibit, diameter batang, panjang akar tunggang, berat segar akar, berat kering akar, berat segar bibit

Dosis pupuk organik dari baglog jamur tiram dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman, yaitu berat basah akar, berat kering akar, panjang tanaman, jumlah daun pertanaman,

Perlakuan konsentrasi pupuk daun gandasil D berbeda terhadap tinggi bibit, diameter batang, panjang akar tunggang, berat segar akar, berat kering akar, berat segar bibit

Pemberian pupuk majemuk NPK (15-15-15) dengan dosis 1.000 kg/ha, menunjukkan hasil tertinggi pada bobot basah dan bobot kering buah dan bagian lain, seperti akar, batang, dan

interaksi yang nyata antara perlakuan dosis pupuk urea dan umur bibit terhadap tinggi, diameter batang, jumlah daun, luas daun, panjang akar dan berat kering bibit kakao

Pada parameter berat basah brangkasan, berat kering brangkasan, berat basah akar, dan berat kering akar menunjukkan bahwa setiap perlakuan pemberian komposisi formula inokulan