• Tidak ada hasil yang ditemukan

skripsi - Universitas Muhammadiyah Makassar

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "skripsi - Universitas Muhammadiyah Makassar"

Copied!
67
0
0

Teks penuh

Bahasa daerah masing-masing suku digunakan selama perencanaan dan pelaksanaan festival memancing Nadran. Sedangkan komunikasi nonverbal yang digunakan masyarakat nelayan dalam tradisi festival memancing Nadran di pelabuhan Karangantu berupa simbol-simbol yang diturunkan secara turun temurun oleh para nelayan sejak zaman dahulu. Dalam mengimplementasikan nilai-nilai luhur yang ada pada budaya tersebut, masyarakat menyalurkannya dalam bentuk kegiatan yaitu festival memancing dalam bentuk upacara adat.

Nilai Sosial Kelompok Nelayan dalam Survei Komunitas Maritim (Studi Kasus Komunitas Maritim di Desa Lappa Kecamatan Sinjai Utara Kabupaten Sinjai)''.

Rumusan Masalah

Tujuan Penelitian

Manfaat Penelitian

Kesatuan hidup manusia yang disebut masyarakat itu berupa kelompok masyarakat, golongan, komunitas, suku bangsa, atau negara bangsa. Kedua, tindakan sosial tradisional, yaitu suatu jenis tindakan sosial yang berorientasi atau dipengaruhi oleh adanya ikatan-ikatan tradisional yang ada pada masyarakat yang bersangkutan. Ketiga, tindakan sosial afektif, yaitu tindakan sosial yang berorientasi atau sangat dipengaruhi oleh perasaan, seperti perasaan pantas atau tidak pantas, kepuasan.

Masyarakat maritim/maritim dengan demikian dipahami sebagai satuan-satuan kehidupan manusia yang berupa kelompok kerja (termasuk satuan tugas), masyarakat kota atau desa, suku bangsa, satuan administrasi, berupa kecamatan, provinsi atau bahkan negara atau kerajaan yang sebagian besar atau seluruh kehidupan perekonomiannya, baik langsung maupun tidak langsung, bergantung pada pemanfaatan sumber daya kelautan dan jasa kelautan, yang berpedoman dan bercirikan budaya maritimnya.

Nilai sosial

Dalam rumusan lain, nilai ialah persepsi terhadap sesuatu, sama ada sesuatu itu wajar atau tidak wajar, penting atau tidak penting, terhormat atau hina.

Sistem Nilai

Sistem nilai budaya ini merupakan rangkaian konsep-konsep abstrak yang hidup di masyarakat tentang apa yang dianggap penting dan berharga, namun juga apa yang dianggap remeh dan tidak berharga dalam kehidupan. Sistem nilai budaya inilah yang menjadi pedoman dan penggerak tingkah laku manusia dalam kehidupan, yang diwujudkan dalam bentuk tingkah laku yang konkrit. Sistem nilai budaya mencakup norma-norma dan sikap, yang tercermin dalam bentuk abstrak dalam cara berpikir dan dalam bentuk konkret terlihat dalam bentuk pola perilaku anggota suatu masyarakat.

Kluckhohn (2008:13) memaparkan kerangka teori nilai, yang mencakup pilihan nilai dominan yang dapat digunakan anggota masyarakat dalam memecahkan 6 masalah besar kehidupan.

Fungsi Nilai Sosial

Ciri-Ciri Nilai Sosial

Jenis Jenis Nilai Sosial

Konsep Nilai Sosial Budaya

Petsa Nelayan

  • Tujuan Pesta Nelayan
  • Pengertian Tradisi Pesta Nelayan
  • Sejarah Pesta Nelayan
  • Dampak Tradisi Pesta Nelayan Terhadap Masyarakat Maritin
  • Nilai Yang Terkandung Dalam Pesta Nelayan
  • Teori Analis Data

Banyak masyarakat yang tertarik dengan datangnya budaya asing dan mulai mengabaikan budaya lokal, terutama budaya masyarakat pesisir seperti festival memancing. Sehubungan dengan hal tersebut kami ingin mengutip sebuah artikel ilmiah tentang pesta nelayan yang semoga dapat bermanfaat bagi masyarakat untuk memahami berbagai macam budaya yang dimiliki oleh negara kita khususnya masyarakat maritim serta nilai-nilai budaya yang terkandung didalamnya. . Memberikan informasi dan pengetahuan penting tentang budaya lokal di Indonesia, khususnya budaya nelayan masyarakat maritim.

Memberikan informasi tentang sejarah, tradisi, proses dan nilai-nilai yang terkandung dalam tradisi festival memancing. Hal ini juga harus diajarkan kepada anak-anak generasi mendatang, itulah makna utama dari tradisi festival memancing yang mengarah pada hiburan masyarakat berupa kegembiraan atas melimpahnya hasil tangkapan ikan dalam jumlah besar. Tradisi Festival Nelayan merupakan wujud rasa syukur yang dimiliki banyak masyarakat pesisir nusantara.

Tradisi festival nelayan dipandang sebagai wujud rasa syukur kepada Tuhan atas melimpahnya sumber daya laut yang dapat menghidupi nelayan. Partai nelayan sudah lama dikenal negara kita, jauh sebelum kita mencapai kemerdekaan melalui berdirinya Negara Republik Indonesia. Namun mantranya diganti dengan doa Islam dan nama upacaranya disesuaikan dengan ajaran Islam, yaitu istilah festival memancing.

Festival nelayan sebenarnya mempunyai sejarah, awalnya merupakan perayaan rasa syukur masyarakat atas hasil karya pertanian dan kelautan selama setahun. Saat ini, pesta nelayan tidak lagi dipandang sebagai upaya melestarikan tradisi, namun hanya sebagai sarana hiburan bagi masyarakat setempat.

Karangka Konsep

Karangka Konsep Masyarakat Sinjai

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif, yaitu penelitian yang tujuannya untuk menguraikan atau mengkaji secara sistematis, faktual dan akurat fakta-fakta, sifat-sifat dan hubungan antar fenomena baik alam maupun rekayasa manusia yang diselidiki dari objek penelitian (Sukmadinata 2013 : 71). .

Lokasi dan Subjek Penelitian

Informan penelitian

Dokumentasi

Jenis Data dan Analisia Data 1. Jenis Data

Dokumen yang dimaksud adalah rujukan berupa buku, hasil penelitian atau bahan lain yang berkaitan dengan masalah yang diteliti (Nurdianah 2012: 35).

Keabsahan Data

Analisis data ini dilakukan dengan cara menyusun, mereduksi data, menampilkan data yang dikumpulkan dari berbagai pihak dan memberikan verifikasi untuk mengambil kesimpulan. Memeriksa kembali data yang diperoleh dengan informasi dokumen dan sumber informasi untuk memperoleh keyakinan akan adanya informasi dan kesamaan pandangan dan pemikiran. Cara tersebut digunakan untuk memperoleh validitas dalam penulisan hasil penelitian, dalam memperoleh data peneliti memperoleh beberapa informasi, oleh karena itu perlu dilakukan validasi terhadap data yang diperoleh agar dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.

Dengan membandingkan beberapa teori dan mendukung data yang ada, peneliti dapat melaporkan temuan penelitian. Kabupaten Sinjai mempunyai nilai sejarah tersendiri dibandingkan dengan kabupaten-kabupaten yang ada di Provinsi Sulawesi Selatan. Dahulu terdiri atas beberapa kerajaan, seperti kerajaan yang tergabung dalam Federasi Tellu Limpoe dan kerajaan-kerajaan yang tergabung dalam Federasi Pitu Limpoe.

Tellu Limpoe terdiri dari kerajaan-kerajaan yang terletak di dekat pantai yaitu kerajaan yaitu Tondong, Bulo-bulo dan Lamatti, dan Pitu Limpoe merupakan kerajaan-kerajaan yang terletak di dataran tinggi yaitu kerajaan Turungen, Manimpahoi, Terasa, Pao, Manipi, Suka dan Bala. Suka itu. Komunikasi politik antar kerajaan dibangun atas tatanan kesopanan yaitu Sipakatau yaitu saling menghormati, dan menjunjung tinggi nilai-nilai konsep “Sirui Menre”. Jika kita menelusuri hubungan antar kerajaan-kerajaan di Kabupaten Sinjai pada masa lalu, terlihat jelas bahwa mereka terjalin erat oleh ikatan kekerabatan, yang dalam bahasa Bugis disebut SINJAI yang artinya sama.

Eksistensi dan jati diri kerajaan-kerajaan di Kabupaten Sinjai pada masa lalu semakin terlihat jelas dengan berdirinya sebuah benteng pada tahun 1557. Benteng ini dikenal dengan nama Benteng Balangnipa karena didirikan di Balangnipa yang kini menjadi ibu kota Kabupaten Sinjai. Selain itu benteng ini juga dikenal dengan nama Benteng Tellulimpoe karena didirikan bersama oleh 3 (tiga) kerajaan yaitu Lamatti, Bulo-bulo dan Tondong, kemudian dibangun kembali oleh Belanda melalui Perang Manggarabombang.

Profil wilayah

Hal ini terungkap dari gagasan LAMASSIAJENG Raja Lamatti Kabupaten Sinjai terletak di sebelah timur Kota Makassar dengan jarak 233 km dari Kota Makassar, ibu kota Provinsi Sulawesi Selatan. Penduduk merupakan salah satu unsur utama dalam terbentuknya suatu wilayah, karakteristik penduduk merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi berkembang atau berkembangnya suatu wilayah dengan memperhatikan pertumbuhan penduduk, komposisi struktur penduduk serta adat istiadat dan kebiasaan penduduknya.

Perkembangan atau pertumbuhan penduduk merupakan indeks yang membandingkan jumlah penduduk pada suatu tahun dengan jumlah penduduk pada tahun sebelumnya. Perkembangan jumlah penduduk suatu wilayah dipengaruhi oleh faktor kelahiran dan kematian (pertambahan alami), selain itu juga dipengaruhi oleh faktor migrasi penduduk yaitu perpindahan ke luar dan ke dalam. Pada dasarnya laju pertumbuhan penduduk dapat digunakan untuk melakukan prediksi/perkiraan jumlah penduduk di masa depan.

Data jumlah penduduk Kabupaten Sinjai selama 5 (lima) tahun terakhir menunjukkan jumlah penduduk pada tahun 2006 sebanyak 222.220 jiwa, sedangkan pada tahun 2010 mencapai 228.936 jiwa. Hal ini menunjukkan peningkatan jumlah penduduk sekitar 6.716 jiwa selama 5 (lima) tahun terakhir, dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 0,8% per tahun. Indeks pertumbuhan penduduk Kabupaten Sinjai pada masing-masing kecamatan pada tahun 2006 sampai dengan tahun 2010 diuraikan pada tabel berikut.

Peramalan jumlah penduduk pada masa yang akan datang dilakukan dengan menggunakan pendekatan matematis yang memperhitungkan pertumbuhan penduduk dalam 5 (lima) tahun terakhir. Data kecenderungan perkembangan penduduk di Kabupaten Sinjai selama 5 (lima) tahun terakhir dengan rata-rata laju perkembangan sebesar 0,8% per tahun. tahun dapat memperkirakan jumlah penduduk sampai dengan akhir tahun perencanaan yaitu tahun 2031.

Tabel 4.1  Peta  Kabupaten Sinjai
Tabel 4.1 Peta Kabupaten Sinjai

Sistem Kemasyarakatan

Berdasarkan hasil observasi diperoleh gambaran percampuran suku dan budaya di Kabupaten Sinjai yang umumnya dipengaruhi oleh suku Bugis yang bahasa daerahnya adalah Bugis, namun disisi lain terdapat beberapa desa yang menggunakan bahasa Bugis. bahasa sehari-hari yaitu Konjo.

Mata Pencaharian

Festival Nelayan merupakan upacara syukuran atas melimpahnya hasil laut yang diberikan Sang Pencipta kepada masyarakat khususnya Kabupaten Sinjai. Sebagai bagian dari tradisi budaya masyarakat setempat, pesta nelayan merupakan bagian dari adat dan budaya pelaku budaya. Bahwa pesta yang diadakan di kecamatan Lappa ini merupakan tradisi yang masih dilestarikan oleh masyarakat Sinjai, khususnya tokoh-tokoh yang melakukan pertempuran penting dalam kegiatan pesta nelayan.

Pada wawancara di atas penulis memaparkan bahwa pesta penangkapan ikan merupakan suatu bentuk kegiatan yang dilakukan manusia secara terus menerus, sehingga pada akhirnya menjadi suatu kebiasaan dan menjadi bagian penting yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan masyarakat. Festival Nelayan merupakan suatu sistem gotong royong masyarakat yang diwujudkan dalam kegiatan yang bersifat keagamaan dan bernilai sosial. Nilai Sosial Kegembiraan Memancing Masyarakat Desa Lappa Kegembiraan memancing mempunyai makna sosial sebagai sarana yang memungkinkan warga Desa Lappa Kabupaten Sinjai bersosialisasi dengan kontak sosial.

Keputusan bersama dalam tahap persiapan pesta nelayan ini tercapai karena semua pihak ikut serta. Dalam masyarakat, hubungan kekeluargaan terjalin erat, dan getaran jiwa terlihat ketika warga masyarakat, khususnya masyarakat desa di Lappa, mempersiapkan pesta pemancingan ikan. Nilai gotong royong dalam menyelenggarakan festival memancing terlihat dari pengumpulan peralatan hingga pelaksanaannya.

Dari hasil wawancara diatas penulis memaparkan bahwa merujuk pada tradisi pesta mancing yang diadakan oleh masyarakat Sibnjai khususnya kecamatan Lappa, terdapat nilai-nilai budaya yang masih dijaga dengan baik oleh masyarakat kecamatan Lappa, seperti kerjasama Dan. Dalam mengimplementasikan nilai-nilai sosial yang ada pada budaya, masyarakat menyalurkannya dalam bentuk kegiatan seperti pesta nelayan yang diadakan oleh masyarakat kecamatan Lappa kabupaten Sinjai. Pesta memancing yang sudah menjadi rutinitas masyarakat merupakan salah satu cara dan simbol rasa hormat dan syukur masyarakat atas apa yang telah diberikan Sang Pencipta sebagai sumber kehidupan.

Selain itu, tradisi pesta mancing masyarakat Jawa juga merupakan salah satu wujud ungkapan dan ungkapan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas nikmat dan nikmat yang telah diberikannya.

Kesimpulan

Saran

Kami berharap nilai-nilai yang terkandung dalam tradisi festival memancing ini dapat dijadikan sebagai nilai-nilai yang harus dimiliki oleh generasi penerus bangsa, yaitu sikap gotong royong, demokrasi dan kearifan budaya Jawa. Intisarinya adalah “Kita harus mengingat asal mula kehidupan kita agar rukun dan damai. 34; Analisis Pesan Moral Dalam Komunikasi Tradisional Dalam Festival Nelayan Suku Bugis Pagatan.” Jurnal Riset Komunikasi Pers dan Pembangunan.

DOKUMENTASI

Gambar

Tabel 4.1  Peta  Kabupaten Sinjai

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

peningkatan gotong royong siswa disekolah dan lingkungn tempat