• Tidak ada hasil yang ditemukan

skripsi - Universitas Muhammadiyah Makassar

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "skripsi - Universitas Muhammadiyah Makassar"

Copied!
87
0
0

Teks penuh

Skripsi ini merupakan tugas akhir yang diajukan untuk memenuhi syarat memperoleh gelar Sarjana Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar. Hasil survei menunjukkan, saat ini Pemerintah Kota Bau-bau sedang mengelola wisata Benteng Keraton Buton melalui Dinas Pariwisata.

Latar Belakang

Saat ini Pemerintah Kota Bau-bau mengelola wisata Benteng Keraton Buton melalui Kementerian Pariwisata dan Kebudayaan. Upaya pelestarian kawasan Benteng Keraton Buton akan dilakukan sesuai dengan Undang-undang Tahun 2010 No.

Rumusan masalah

Banyak kendala dan kendala yang dihadapi pemerintah, apalagi tidak adanya dukungan dari masyarakat sekitar kawasan wisata Benteng Keraton Buton. Berdasarkan seluruh pemaparan di atas, dimana terdapat kekayaan wisata budaya yang terdapat di kawasan Kastil Keraton Buton, maka diperlukan adanya upaya pelestarian, sehingga diperlukan strategi pemerintah dalam pengelolaan yang cermat dan dimanfaatkan dengan baik untuk melestarikan kelestarian Istana Wisata Keraton Buton. .

Tujuan Penelitian

Manfaat Penelitian

TINJAUAN PUSTAKA

Penelitian Terdahulu

Judul “Strategi Pemerintah Daerah Dalam Pengembangan Kawasan Wisata Muara Kabupaten Tapanul Utara Provinsi Sumatera Utara Tahun 2015”. Pada tahun 2015, dalam upaya pengembangan kawasan wisata Muara Kabupaten Tapanul Utara, Pemerintah Daerah melalui Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Tapanul Utara telah melaksanakan program dan upaya yang mengacu pada rencana pembangunan jangka menengah. sekitar tahun 2014-2019.

Pengertian, Konsep dan Teori

Strategi pemerintah yang dimaksud dalam kebijakan adalah serangkaian keputusan yang akan membatasi dan memandu kegiatan yang akan dilakukan. Strategi pemerintah atas kebijakan yang dilakukan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata dalam hal pelestarian wisata Benteng Keraton Buton diatur dalam Keputusan Walikota Bau-bau Tahun 2003 No.

Kerangka Pikir

Hal ini menjadi kendala karena jika ada kerjasama akan membantu masalah pendanaan, karena dana merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan dalam melaksanakan kegiatan.

Fokus Penelitian

Deskripsi Fokus

METODE PENELITIAN

Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini peneliti melakukan observasi langsung ke lapangan terhadap apa yang diteliti yaitu strategi pemerintah dalam melestarikan wisata benteng keraton yang terletak di Kota Bau-bau. Oleh karena itu, peneliti dalam penelitian ini melakukan wawancara langsung kepada informan yang menjadi objek penelitian yaitu pada Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bau. Wawancara ini bertujuan agar peneliti mengetahui strategi apa saja yang dilakukan pemerintah untuk melestarikan Wisata Benteng Keraton Buton di Kota Bau-Bau.

Dokumentasi adalah suatu cara memperoleh data yang pada dasarnya sudah ada jauh sebelum peneliti melakukan penelitian, karena data yang diperoleh melalui dokumentasi misalnya menceritakan tentang sejarah terciptanya benteng keraton, serta tentang benda-benda bersejarah yang masih berada di lokasi. di lokasi penelitian.

Teknik Pengabsahan Data

Data yang dihasilkan dengan teknik wawancara pada pagi hari ketika sumbernya masih segar dan belum banyak permasalahan akan menghasilkan data yang valid sehingga lebih kredibel.

Teknik Analisis Data

Benteng Keraton Buton merupakan salah satu tempat wisata sejarah di Bau-bau Sulawesi Tenggara. Salah satu event wisata Benteng Keraton Buton bertujuan untuk menyuguhkan keindahan alam dan nilai-nilai yang terkandung dalam Benteng Keraton Buton. Yang menjadi faktor penghambat dalam mempertahankan pariwisata Benteng Keraton Buton adalah tidak adanya atau penetapan biaya penggantian secara khusus.

Strategi yang dilakukan Dinas Pariwisata Kota Bau-bau dalam melestarikan wisata Benteng Keraton Buton telah melakukan beberapa upaya dalam menjalankan perannya sebagai instansi pemerintah. Strategi yang diterapkan oleh Dinas Pariwisata Kota Bau-bau adalah pengelolaan kawasan Benteng Keraton Buton saat ini dilakukan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bau-bau. Langkah awal dalam upaya pelestarian wisata Benteng Keraton Buton sebagai kawasan pariwisata berdasarkan Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah (RIPPDA) Kota Bau-Bau tahun 2005.

Berdasarkan hasil dan penelitian yang dilakukan mengenai strategi pemerintah dalam pelestarian wisata Benteng Keraton Buton di Bau-Bau, dapat kita simpulkan bahwa.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Gambaran Umum Objek Penelitian

Dinas Pariwisata Kota Baubau berdasarkan struktur SKPD baru sesuai dengan Peraturan Daerah No. 1 Tahun 2008 yang diharapkan dapat memenuhi kebutuhan masyarakat dan mematuhi ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Sesuai dengan Peraturan Daerah no. 1 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Dinas Pariwisata Kota Baubau, Sekretariat DPRD dan Staf Ahli Kota Baubau, Peraturan Daerah No. 2 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Pelayanan Kepariwisataan dan Kepariwisataan Kota Baubau, Peraturan Daerah No. 3 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Teknis Daerah Kota Baubau, Peraturan Daerah No. 4 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kabupaten dan Kota Kota Baubau, Peraturan Daerah No. 5 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Pelayanan Dinas Pariswista Kota Baubau dibentuk oleh Dinas Pariswista Kota Baubau yang mempunyai gedung perkantoran yang terletak di Jalan La Buke Kecamatan Melai Kecamatan Murhum Kota Baubau. Dinas Pariwisata Kota Baubau yang dibentuk berdasarkan Peraturan Walikota Baubau Nomor 2 Tahun 2008 tentang organisasi dan tata kerja Dinas Kota Baubau merupakan satuan kerja di lingkungan Pemerintah Kota Baubau yang mempunyai kewenangan di bidang Kebudayaan dan Pariwisata.

Peranan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Baubau bertujuan untuk mendukung terwujudnya visi pembangunan Kota Baubau “Mewujudkan tahun Baubau yang progresif, sejahtera dan berbudaya a).VISI Biro Kebudayaan dan Pariwisata Kota Baubau “Mewujudkan industri pariwisata dan pengembangan kebudayaan yang berbasis pada nilai-nilai dan norma-norma lokal”. Industri pariwisata berbasis pada nilai-nilai dan norma-norma lokal, yaitu pada keadaan dimana aset budaya, bangunan cagar budaya dan kehidupan penduduknya menjadi daya tarik wisata yang ditawarkan kepada wisatawan dalam dan luar negeri.

Pembangunan budaya berbasis nilai dan norma lokal Suatu kondisi dimana pemerintah dan masyarakat senantiasa menggali dan mengembangkan nilai dan norma lokal sebagai modal sosial dan budaya bagi pembangunan daerah. B).

Gambar 1.1 Struktur Organisasi Dinas Pariwisata Kota Baubau
Gambar 1.1 Struktur Organisasi Dinas Pariwisata Kota Baubau

Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil wawancara awal MA dan AM dapat disimpulkan bahwa program pemerintah dalam pengembangan kualitas dan daya tarik wisata Benteng Keraton Buton merupakan bagian dari pengembangan Benteng Keraton Buton. Berdasarkan hasil wawancara mengenai program peningkatan sarana dan prasarana akses jalan dan akses internet di wisata Benteng Keraton Buton sangat baik. Dari hasil wawancara diatas penulis dapat menyimpulkan bahwa kebijakan wisata benteng Keraton Buton diatur dengan Keputusan Walikota Tahun 2003 No.

Dari hasil wawancara dengan Sekretaris Dinas Pariwisata, penulis mengambil kesimpulan bahwa dalam menjaga pariwisata benteng Keraton Buton, Dinas Pariwisata akan bekerjasama dengan masyarakat setempat jika benteng tersebut mengalami kerusakan, baik itu disebabkan oleh faktor alam atau karena faktor manusia. faktor itu sendiri. Dari wawancara diatas faktor pendukungnya adalah daya tarik wisata Keraton Buton yang begitu indah dan dilatarbelakangi pemandangan hutan yang memanjakan mata pengunjung. Dalam melaksanakan program terkait pengembangan wisata Benteng Keraton Buton, Dinas Pariwisata Kota Bau-bau hendaknya melibatkan pemangku kepentingan dan berbagai pihak yang ada serta mampu menjalin kerjasama dengan pihak swasta, masyarakat dan pemerhati lingkungan hidup.

Dari hasil wawancara dengan informan internal MA, penulis menyimpulkan bahwa faktor penghambat pelestarian wisata Benteng Keraton Buton adalah belum adanya penetapan hukuman bagi pengunjung dan wisatawan.

Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di kawasan tersebut, Dinas Pariwisata Kota Bau-Bau dalam meningkatkan sarana dan prasarana objek wisata Benteng Keraton Buton dikatakan sudah baik karena akses jalan menuju objek wisata Benteng Keraton Buton sudah menggunakan aspal semua. materi dan untuk akses jaringan telekomunikasi seperti jaringan internet disana sudah sangat baik. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di kawasan tersebut, Dinas Pariwisata Kota Bau-bau dalam melestarikan wisata benteng Keraton Buton dalam pengamanan Dinas Pariwisata telah melakukan perlindungan dengan baik, hal ini terlihat dari kewaspadaan pihak Dinas Pariwisata. Dinas Pariwisata apabila terjadi kerusakan yang disebabkan oleh perahu faktor alam dan manusia Dinas Pariwisata bekerja sama dengan masyarakat setempat. memperbaiki kerusakan yang ada pada benteng. Sedangkan menurut hasil penelitian yang dilakukan terhadap kawasan tersebut, dinas pariwisata memanfaatkannya melalui pemanfaatan sosial untuk menarik pengunjung/wisatawan, sehingga dinas pariwisata selalu menjaga dan melestarikan wisata Benteng Keraton Buton dengan menjaganya dari kerusakan dan selalu menjaga kawasan benteng. membersihkan.

Dari segi pendidikan, Benteng Keraton Buton digunakan sebagai tempat belajar sejarah, penelitian dan bidang pendidikan terkait. Pemutakhiran strategi pemerintah ditinjau dari tujuan terkait konservasi wisata Benteng Keraton Buton adalah mencari bentuk partisipasi masyarakat dan pengunjung dalam pelestarian wisata Benteng Keraton Buton. Hanya saja pengunjung atau masyarakat masih kurang sadar akan perlindungannya dan masih menikmati keindahan Benteng Keraton Buton dengan memanjat dan duduk di atas benteng.

Mengenai permasalahan yang penulis temui dalam melakukan penelitian terkait dengan pelestarian wisata Benteng Keraton Buton yaitu di kota Bau-bau, peneliti mendapat masukan atau saran yaitu.

PENUTUP

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian secara umum, maka strategi Dinas Pariwisata Bau-bau dinilai sudah optimal dalam melaksanakan perlindungan dan konservasi wisata Puri Keraton Buton. indikator dalam penelitian ini. (Strategi program, strategi kebijakan dan tujuan yang ada jawabannya. Informan menyampaikan bahwa banyak program dan strategi yang dilakukan Dinas Pariwisata berjalan sesuai dengan yang diharapkan. Faktor pendukung dan faktor penghambat dalam menjaga pariwisata Benteng Keraton Buton. Dari hasil Analisanya, peneliti menyimpulkan pendukungnya ada dua, yaitu dukungan masyarakat dan akses jalan bagi masyarakat sekitar. Faktor penghambat dalam menjaga pariwisata Puri Keraton Buton adalah belum adanya pajak khusus bagi pengunjung dan wisatawan setia, mengingat belum adanya pajak khusus bagi pengunjung setia dan wisatawan. Hal ini masih sulit ditentukan karena di kawasan benteng keraton Buton terdapat pemukiman dan akses masuk dan keluar dari satu kecamatan ke kecamatan lainnya.

Saran

Diharapkan masyarakat dan pengunjung tetap menjaga kelestarian benteng dengan cara menjaga kebersihan benteng serta menghindari pendakian dan duduk di puncak Benteng Keraton Buton sambil menikmati indahnya aroma kota. Strategi Pemerintah Daerah Pengembangan Kawasan Wisata Muara Kabupaten Tapanuli Utara Provinsi Sumatera Utara Tahun 2015. Strategi Pengelolaan Daya Tarik Wisata Keraton Kota Cabang Ebah Sungai Oleh Pariwisata dan Kebudayaan Kota Tanjung Pinang http://jurnal.umrah. ac .kartu identitas.

Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah Undang-undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan Undang-undang Nomor 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya. Undang-undang Nomor 31 Tahun 2001 tentang Pokok-pokok Pendirian Kota Bau-bau. Keputusan Walikota Kota Bu-bau Nomor 105 Tahun 2003.

Gambar

Gambar 1.1 Struktur Organisasi Dinas Pariwisata Kota Baubau

Referensi

Dokumen terkait

All proposed resolutions shall be submitted to the Secre- tary of Kiwanis International by the International Board of Trustees, districts or chartered clubs, at least sixty 60 days