• Tidak ada hasil yang ditemukan

Slide Evaluasi Program Keamanan Konte stasi Pemilu: Mengelola Tantangan dan Keniscayaan

N/A
N/A
amri sandy

Academic year: 2023

Membagikan "Slide Evaluasi Program Keamanan Konte stasi Pemilu: Mengelola Tantangan dan Keniscayaan"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

Evaluasi Program Keamanan Konte stasi Pemilu: Mengelola Tantangan

dan Keniscayaan

Novi Indah

Earlyanti

(2)

1. Polarisasi Politik Meningkat: Salah satu akibat polarisasi adalah Pemilih dan kelompok masyarakat terbagi menjadi kubu-kubu yang berlawanan. Jika polarisasi seperti ini meningkat, konflik politik dan retorika (pembicaraan) yang tajam mungkin akan terjadi.

2. Kontroversi Hasil Pemilu: Ketika hasil pemilu dipandang kontroversial atau diragukan keabsahannya, hal ini dapat memicu konflik. Seperti protes, dan tuntutan publik akan berdampak pada kegaduhan politik.

3. Penggunaan Media Sosial: Media sosial dapat digunakan untuk menyebarkan informasi palsu (Hoaks), memicu kebencian, dan memobilisasi massa. Hoaks dan retorika provokatif di media sosial dapat menciptakan ketegangan dan konflik.

4. Pertarungan Sumber Daya Ekonomi: Pemilu dapat memicu persaingan sumber daya ekonomi dan kebijakan ekonomi. Pertarungan politik atas sumber daya ini dapat memu- nculkan konflik kepentingan antar kontestan.

5. Tindakan Intimidasi dan Kekerasan: Kampanye pemilu kadang-kadang melibatkan tin- dakan intimidasi dan kekerasan, baik oleh pendukung kandidat maupun oleh pihak yang ingin mengacaukan proses pemilu.

Peta Sumber Konflik Pemilu

(1)

(3)

6. Perebutan Kekuasaan yang Ketat: Jika pemilu memunculkan persaingan yang ketat antara kandidat, perselisihan atas hasil pemilu dan perolehan suara dapat menjadi sumber konflik.

7. Proses Pemilu yang Bermasalah: Masalah teknis dalam pemungutan suara, penghitungan suara, atau pengawasan pemilu dapat memicu ketidakpuasan dan konflik.

Hal ini dapat melibatkan sengketa terkait peraturan pemilu atau perbedaan pendapat tentang hasil Pemilu.

8. Ketidakpercayaan pada Lembaga Pemilu: Ketidakpercayaan pada badan pemilihan dan lembaga pengawasan pemilu dapat memunculkan ketegangan. Sangat penting dan perlu untuk memastikan kepercayaan publik terhadap lembaga-lembaga ini untuk mencegah terjadinya konflik.

9. Penggunaan Identitas dan Isu-Isu RAS untuk Keuntungan Politik: Memanfaatkan isu- isu identitas dan RAS dalam kampanye pemilu dapat menciptakan konflik antar-kelompok jika tidak dikelola dengan bijak.

Peta Sumber Konflik Pemilu

(2)

(4)

Pemilu Tahun 2019 dan 2024

Pemilu Serentak Bersamaan Antara Pileg dan Pilpres.

Pemilu 2019 menjadi salah satu Pemilu yang harus dibayar mahal karena banyaknya korban jiwa yang berjatuhan.

Hasil investigasi Kementerian Kesehatan di 28 Provinsi melalui dinas kesehatan per tanggal 15 Mei 2019 mencatat jumlah petugas Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) yang sakit saat menjalankan tugas Pemilu 2019 sebanyak 11.239 orang dan korban meninggal dunia 527 jiwa (Kompas.com, 29/07/2019).

(5)

1. Model Evaluasi Formatif: Tujuan untuk memahami dan memperbaiki program sebelum atau selama pelaksanaan. Evaluasi formatif membantu mengidentifikasi kelemahan dalam perencanaan atau implementasi program pengamanan pemilu, sehingga perbaikan dapat dilakukan sebelum pemilu berlangsung.

2. Model Evaluasi Partisipatif: Tujaun untuk melibatkan pemangku kepentingan dalam proses evaluasi termasuk pihak berwenang, lembaga pemilihan, partai politik, masyarakat sipil, dan pemilih. Model ini dapat membantu mendapatkan perspektif yang beragam dan membangun dukungan yang kuat untuk program pengamanan pemilu.

3. Model Evaluasi Responsif: Model ini mengukur sejauh mana program pengamanan pemilu merespons perubahan dalam situasi dan tantangan yang muncul selama pemilu.

Ini memungkinkan program untuk beradaptasi dengan cepat sesuai kebutuhan.

4. Model Evaluasi Penilaian Risiko: Model ini berfokus pada identifikasi dan penilaian risiko selama pemilu. Ini membantu dalam merencanakan respons yang tepat terhadap situasi yang berpotensi bergejolak.

Model Evaluasi Program Kontestasi Pemilu

(6)

(7) Rekomendasi dan Perbaikan: Berdasarkan temuan evaluasi, identifikasikan perbaikan yang perlu dilakukan untuk membuat pemilu lebih responsif. Rekomendasikan tindakan yang dapat diambil oleh badan pemilu atau penyelenggara pemilu.

(5) Analisis Responsivitas: Analisis data yang terkumpul untuk mengevaluasi sejauh mana proses pemilu telah merespons kebutuhan dan aspirasi kelompok sasaran. Identifikasikan area- area di mana pemilu mungkin tidak responsif.

(6) Partisipasi Masyarakat: Pastikan bahwa evaluasi melibatkan partisipasi masyarakat dan kelompok sasaran dalam prosesnya. Mereka harus memiliki kesempatan untuk berbicara tentang pengalaman mereka selama pemilu.

Prosedur Evaluasi Responsif

(1) Pemahaman Proses Pemilu: Memahami proses pemilu, termasuk regulasi pemilu, lembaga pemilu yang terlibat, dan langkah-langkah yang terlibat dalam penyelenggaraan pemilu.

(2) Identifikasi Kelompok Sasaran: Identifikasi kelompok sasaran atau masyarakat yang dilayani oleh proses pemilu. Ini mencakup pemilih, kelompok pemilih yang rentan, dan masyarakat umum yang terpengaruh oleh hasil pemilu.

(3) Tujuan Responsif Pemilu: Tentukan tujuan evaluasi responsif pemilu, seperti memastikan akses yang adil ke pemungutan suara, mengurangi ketidaksetaraan dalam partisipasi pemilih, atau meminimalkan risiko konflik.

(4) Kumpulkan Data: Kumpulkan data tentang persepsi, kebutuhan, dan aspirasi kelompok sasaran atau masyarakat terkait dengan proses pemilu. Ini dapat melibatkan survei, wawancara, focus group discussion, dan analisis data sekunder.

(7)

(7) Pengawasan dan Monitoring Risiko: Tetap awasi risiko selama seluruh proses pemilu.

Pastikan bahwa tindakan mitigasi berjalan sesuai rencana.

(8) Komunikasi dan Pelaporan: Komunikasikan risiko dan tindakan mitigasi kepada semua pemangku kepentingan yang relevan, termasuk lembaga pemilu, partai politik, pemilih, dan masyarakat umum. Pastikan transparansi dalam melaporkan risiko dan langkah-langkah yang diambil.

(9) Pelatihan dan Kesadaran: Personel yang terlibat dalam proses pemilu memiliki pelatihan dan pemahaman yang memadai tentang prosedur evaluasi risiko dan tindakan mitigasi.

(3) Penilaian Risiko: Gunakan metode penilaian risiko seperti matriks risiko atau analisis SWOT (Strengths, Weaknesses, Opportunities, Threats) untuk menilai tingkat dampak dan probabilitas risiko yang diidentifikasi.

(4) Penentuan Prioritas Risiko: Tentukan risiko-risik yang memiliki dampak dan probabilitas tertinggi.

Prioritaskan risiko-risiko ini untuk fokus ditindaklanjut, pencegahan dan mitigasi.

(5) Identifikasi Mitigasi Risiko: Tentukan strategi mitigasi untuk setiap risiko yang telah diidentifikasi. Ini bisa mencakup tindakan pencegahan, tindakan perbaikan, atau rencana darurat.

(6) Perencanaan dan Pelaksanaan Tindakan Mitigasi: Ren- canakan tindakan nyat yang harus diambil untuk mengurangi risiko. Tentukan siapa yang bertanggung jawab, jadwal pelak- sanaan, dan anggaran yang diperlukan.

Prosedur Evaluasi Penilaian Risiko

(1) Identifikasi berbagai risiko yang mungkin muncul selama proses pemilu. Ini mencakup risiko teknis, operasional, keamanan, politik, dan lainnya. Pelibatan pihak-pihak yang berkepentingan dalam pemilu proses ini adalah sangat penting.

(2) Penentuan Konteks: Pahami konteks pemilu, termasuk faktor-faktor politik, sosial, ekonomi, dan hukum yang mungkin memengaruhi proses pemilu.

(8)

1. Profesionalisme: Pihak keamanan harus menjunjung tinggi profesionalisme dalam melaksanakan tugas mereka. Menjaga netralitas dan menghindari keterlibatan dalam kegiatan politik yang dapat mempengaruhi integritas pemilu.

2. Kepemimpinan dan Pengawasan yang Kuat: Pihak keamanan harus memiliki kepemimpinan yang kuat dan pengawasan yang efektif. Ini mencakup memiliki komando dan kontrol yang baik, serta mekanisme untuk memastikan disiplin dan akuntabilitas personel.

3. Kerjasama Antarlembaga: Kerjasama yang erat antara berbagai lembaga keamanan, seperti polisi, militer, dan badan intelijen, sangat penting. Koordinasi yang baik antarlembaga adalah kunci dalam menjaga keamanan selama pemilu.

4. Pemahaman tentang Konteks Politik: Pihak keamanan perlu memahami konteks politik selama pemilu. Mereka harus memahami dinamika politik, aktor-aktor kunci, dan isu-isu penting dalam pemilu untuk dapat merespons dengan bijak.

Rekomndasi Kontestasi Pemilu Humas Polri (1)

(9)

6. Keterbukaan dan Transparansi: Keterbukaan dan transparansi dengan masyarakat sangat penting. Pihak keamanan perlu berkomunikasi secara efektif dengan masyarakat untuk menjelaskan peran dan tugas mereka dalam menjaga keamanan selama pemilu.

7. Pencegahan Konflik: Pihak keamanan memiliki strategi pencegahan konflik yang proaktif, mencakup memonitor dan menilai potensi kerawanan serta mengambil langkah-langkah pencegahan sebelum konflik berkembang.

8. Penggunaan Kekuatan yang Proporsional: Pihak keamanan harus menjaga proporsionalitas dalam penggunaan kekuatan. Mereka harus beroperasi sesuai dengan hukum dan hak asasi manusia.

9. Hubungan dengan Pihak Politik: Pihak keamanan harus menjalin hubungan yang konstruktif dengan partai politik, kandidat, dan pihak-pihak yang terlibat dalam pemilu. Ini dapat membantu membangun kepercayaan dan mencegah konflik.

10. Keterlibatan Masyarakat: Pihak keamanan perlu mendorong keterlibatan masyarakat dalam menjaga keamanan selama pemilu. Ini mencakup mendengarkan dan merespons kekhawatiran masyarakat serta bekerja sama dengan pemantau pemilu dan LSM yang berfokus pada keamanan.

Rekomendasi Kontestasi Pemilu Humas Polri (2)

(10)

1. Polarisasi Politik: Meningkatnya polarisasi politik antara kelompok atau partai politik yang berbeda pandangan ideologis atau program. Ini dapat mengarah pada ketegangan politik yang tinggi dan konflik.

2. Retorika Kampanye Provokatif: Kandidat atau partai politik sering menggunakan retorika provokatif atau menyerang lawan-lawannya untuk memenangkan dukungan pemilih. Ini dapat meningkatkan ketegangan dan konflik di antara pendukung mereka.

3. Penyebaran Hoaks: Penyebaran informasi palsu atau hoaks melalui media sosial dan platform online dapat memicu kebingungan dan ketegangan. Hoaks sering digunakan sebagai senjata politik untuk merusak citra lawan atau menciptakan konflik.

4. Demonstrasi dan Unjuk Rasa: Demonstrasi dan unjuk rasa politik dapat muncul selama pemilu, baik yang mendukung maupun menentang kandidat atau hasil pemilu.

Demonstrasi ini dapat berkembang menjadi bentuk konflik fisik jika tidak dikelola dengan baik.

Dinamika Politik yang akan Berlangsung dan Muncul (1)

(11)

5. Intervensi Asing: Upaya oleh negara asing untuk memengaruhi hasil pemilu dapat memicu ketegangan dan konflik. Intervensi ini bisa melalui serangan siber, propaganda, atau dukungan finansial kepada kandidat atau partai tertentu.

6. Ketidaksetujuan Terhadap Hasil Pemilu: Jika hasil pemilu dipandang kontroversial atau dicurigai adanya kecurangan, hal ini bisa menyebabkan ketegangan dan protes oleh pihak-pihak yang merasa dirugikan.

7. Ketidakpercayaan Terhadap Lembaga Pemilihan: Jika lembaga pemilihan atau badan pengawas pemilu dipandang tidak independen atau tidak adil, masyarakat bisa kehilangan kepercayaan terhadap integritas pemilu.

8. Korupsi dan Pemilihan yang Tidak Adil: Ketidakpuasan terhadap pemilihan yang tidak adil atau dipersepsikan sebagai korup dapat memicu ketegangan dan konflik.

9. Ketidakstabilan Politik: Pemilu yang menghasilkan koalisi pemerintahan yang rapuh atau perubahan cepat dalam kepemimpinan politik bisa menciptakan ketidakstabilan politik.

10. Pergantian Kekuasaan: Perubahan dalam kekuasaan politik, terutama jika pemegang kekuasaan saat ini kalah dalam pemilu, bisa memicu ketegangan antara pemerintah yang berkuasa dan pihak oposisi.

Dinamika Politik yang akan Berlangsung dan Muncul (2)

(12)

Terima Kasih

Referensi

Dokumen terkait

"Advantages of MSMEs Post Covid-19 Through Product Design, Product Quality and Price Toward Purchase Decisions at The Tempe Harber HB Factory", Quantitative Economics and Management

Total Bakteri Asam Laktat pada minuman probiotik jambu biji Hasil analisis BAL total minuman jus jambu biji fermentasi laktat probiotik dengan penambahan Lb paracasei ssp paracasei Ml3