• Tidak ada hasil yang ditemukan

spesies collembola pada areal kebun kelapa sawit di desa

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "spesies collembola pada areal kebun kelapa sawit di desa"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

SPESIES COLLEMBOLA PADA AREAL KEBUN KELAPA SAWIT DI DESA SALAREH AIA KECAMATAN PALEMBAYAN

KABUPATEN AGAM

JURNAL

NOFTISA FATMA SARI NIM. 12010190

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP) PGRI SUMATERA BARAT

PADANG

2017

(2)
(3)

SPESIES COLLEMBOLA PADA AREAL KEBUN KELAPA SAWIT DI DESA SALAREH AIA KECAMATAN PALEMBAYAN

KABUPATEN AGAM

Noftisa Fatma Sari, Armein Lusi Zeswita, Febri Yanti

Pendidikan Biologi Sekolah Tinggi Keguruan Dan Ilmu Pendidikan (STKIP) PGRI Sumatera Barat

Email: Noftisafatmasari23@gmail.com

ABSTRACT

Collembola are insects springtail because there are organ-like tail that serves as organ motion with the workings of such a spring at the end of the abdomen. Collembola is an animal that has an important role in the ecosystem. As for the role of Collembola are as pirate organic material, controlling plant diseases caused by fungi, balancing the ecosystem, bio-indicators of biological (manual soil conditions), and predators. For it has done research that aims to identify Collembola species were found in the area Palm Plantation. This research was conducted in the village of Aia Salareh Palembayan the District Agam District in October 2016. This study used purposive random sampling method and sampling carried out by the method Collembola pitfall trap. Measurement of environmental factors such as soil temperature and soil pH is done in the field, while environmental factors such as water content, organic C content and soil texture is done in Laboratory of Soil Chemistry, Faculty of Agriculture, University of Andalas Padang. Based on the results of research in the area of oil palm plantation in the village of Aia Salareh Agam District of Palembayan found 12 species of Collembola with 645 individuals. Environmental factors were measured obtained range 26-27 0C temperature of the soil, soil pH from 6.4 to 6.6, 1.247 to 1.281% soil moisture content, soil organic C content of 2.619 to 5.188% and the texture of the soil to sand the criteria of 19.52 to 21 , 25%, for the criteria of dust from 22.06 to 26.22% and from 52.53 to 58.42% for the criterion clay. All measurable environmental factors are still in the conditions that support life Collembola in the area of oil palm plantation in the village of Aia Salareh Agam District of Palembayan.

Key Words: Collembola, Bio-indicators, Palm Oil

PENDAHULUAN

Collembola disebut serangga ekorpegas karena di ujung abdomen terdapat organ mirip ekor yang berfungsi sebagai organ gerak dengan cara kerja seperti pegas. Di Indonesia hewan ini belum banyak dikenal, baru sekitar 375 species dideskripsikan meskipun sebenarnya diperkirakan tidak kurang dari 1500-2000 species yang ada (Suhardjono, 1992).

Collembola tidak berperan dalam siklus hara tanah secara langsung, tetapi berperan aktif dalam proses fragmentasi serasah tanah.

Collembola merupakan hewan yang memiliki peran penting dalam ekosistem. Adapun peran Collembola diantaranya adalah sebagai

perombak bahan organik, pengendali penyakit pada tanaman akibat jamur, penyeimbang ekosistem, bioindikator hayati (perubahan keadaan tanah) dan pemangsa (Suhardjono dkk., 2012).

Faktor yang sangat menonjol berpengaruh terhadap kehadiran dan pemilihan tempat hidup Collembola adalah faktor lingkungan yang menyusun habitat. Adapun faktor lingkungan yang menyusun habitat di suatu daerah yaitu berupa lingkungan abiotik dan lingkungan biotik. Faktor lingkungan abiotik secara garis besar dapat dibagi atas faktor fisika dan faktor kimia. Faktor fisika antara lain adalah suhu, kadar air tanah, porositas, dan tekstur tanah.

Faktor kimia antara lain ialah salinitas, pH,

(4)

kadar organik tanah, dan unsur-unsur mineral tanah. Faktor lingkungan abiotik sangat menentukan struktur komunitas hewan-hewan yang terdapat di suatu habitat. Faktor lingkungan biotik bagi hewan tanah adalah organisme lain yang juga terdapat di habitatnya seperti mikroflora, tumbuh-tumbuhan dan golongan hewan lainnya (Suin, 1997).

Collembola dapat hidup di berbagai macam habitat, tetapi pada umumnya dikenal sebagai hewan tanah karena sebagian besar anggotanya hidup di permukaan tanah. Perkebunan kelapa sawit merupakan salah satu habitat bagi serangga permukaan tanah seperti Collembola.

Menurut Setyamidjaja (2006) pada awalnya kelapa sawit merupakan tanaman yang tumbuh liar di hutan-hutan, lalu dibudidayakan.

Tanaman kelapa sawit memerlukan kondisi lingkungan yang baik agar mampu tumbuh dan bereproduksi secara optimal. Keadaan iklim tanah merupakan faktor utama bagi pertumbuhan kelapa sawit.

Berdasarkan hasil penelitian di lapangan pada petani kebun kelapa sawit di Desa Salareh Aia Kecamatan Palembayan Kabupaten Agam bahwa, pada areal kebun kelapa sawit para petani melakukan cara pembersihan lahan dengan menggunakan zat kimia jenis herbisida.

Herbisida yang digunakan mengandung senyawa kimia paraquat dan melakukan pemupukan dari pupuk buatan jenis Urea. Selain itu pembersihan dengan cara merambah tumbuhan atau rumput juga dilakukan para petani sehingga, terancamnya hidup serangga seperti Collembola.

Informasi mengenai Collembola pernah dilakukan oleh Anggraini (2014) tentang Komposisi Collembola di Kawasan Penyangga pada Perkebunan Kelapa Sawit Kiliran Jao Kecamatan Kamang Baru Kabupaten Sijunjung.

Dari hasil penelitiannya ditemukan 3 famili yang terdiri dari 4 genus dan 283 individu.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Spesies Collembola dan kondisi Faktor Fisika- Kimia Tanah pada Areal Kebun Kelapa Sawit di Desa Salareh Aia Kecamatan Palembayan Kabupaten Agam.

BAHAN DAN METODE

Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Oktober 2016 dengan menggunakan metode purposive random sampling adapun pengambilan sampel Collembola dilakukan dengan perangkap jebak (pitfall trap).

Pengambilan sampel pada areal kebun kelapa sawit dilakukan pada 2 stasiun. Stasiun I yaitu pada areal kebun kelapa sawit berumur 5 tahun dengan luas ± 5000meter persegi. Pada stasiun I areal kebun kelapa sawit petani sering melakukan pembersihan pada area ini dengan menggunakan zat kimia jenis herbisida dan melakukan pemupukan dari pupuk buatan jenis Urea. Kemudian stasiun II yaitu pada areal kebun kelapa sawit berumur 15 tahun dengan luas ± 5000 meter persegi. Pada stasiun II areal kebun sawit jauh dari pemukiman penduduk, petani jarang melakukan pembersihan pada area ini dan petani tidak menggunakan herbisida.

Pengukuran faktor fisika-kimia tanah dilakukan di lapangan dan identifikasi sampel dilakukan di Laboratorium Zoologi STKIP PGRI Sumatera Barat Padang. Pengukuran kadar karbon (C) organik tanah, kadar air tanah dan tekstur tanah dilakukan di Laboratorium Kimia Tanah Fakultas Pertanian Universitas Andalas Padang.

Analisis data dengan cara mendeskripsikan masing-masing Collembola. Data primer yang diperoleh di lapangan disajikan dalam bentuk tabel, gambar dan uraian.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan tentang Spesies Collembola pada Areal Kebun Kelapa Sawit di Desa Salareh Aia Kecamatan Palembayan Kabupaten Agam, didapatkan 4 familia yang terdiri dari 12 genus, 12 species dan 645 individu. Collembola yang ditemukan pada masing-masing stasiun dapat dilihat pada Tabel 1.

(5)

Tabel 1. Spesies Collembola pada dua stasiun yaitu, stasiun I adalah kebun kelapa sawit berumur 5 tahun dan stasiun II adalah kebun kelapa sawit berumur 15 tahun.

No. Familia / Genus Species Stasiun I Stasiun II

1 Entomobryidae

a. Willowsia Willowsia jacobsoni 14 23

b. Homidia Homidia cingula 0 30

c. Lepidocyrtus Lepidocyrtus parallelus 34 39

d. Heteromurus Heteromurus sp. 15 16

e. Achanturella Achanturella sp. 151 130

f. Entomobrya Entomobrya atrocincta 28 40

2 Paronellidae

a. Bromachantus Bromachantus setigerus 6 2

b. Callyntrura Callyntrura sumatrana 2 2

c. Salina Salina celebensis 7 8

3 Neanuridae

a. Cephalochorutes Cephalochorutes asiaticus 3 2

b. Ceratrimeria Ceratrimeria crassa 8 4

4 Sminthuridae

a. Sphyroteca Sphyroteca dawydoffi 32 49

Jumlah Individu Jumlah Species

300 11

345 12 Dari Tabel 1, dapat dilihat bahwa

jumlah familia di stasiun I dan stasiun II sama, yaitu terdiri dari 4 familia yaitu Entomobryidae, Paronellidae, Neanuridae, dan Sminthuridae.

Dimana jumlah Species dan jumlah individu tertinggi berada di stasiun II yaitu 12 species dan 345 individu, sedangkan pada stasiun I terdiri dari 11 species dan 300 individu.

Kehadiran serangga tanah pada suatu daerah sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan. Hasil pengukuran dari faktor lingkungan, yaitu suhu tanah, pH tanah, kadar air tanah, kadar C organik tanah dan tekstur tanah pada areal kebun kelapa sawit di Desa Salareh Aia Kecamatan Palembayan Kabupaten Agam dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Hasil Pengukuran Faktor Lingkungan pada Areal Kebun Kelapa Sawit di Desa Salareh Aia Kecamatan Palembayan Kabupaten Agam.

No. Faktor lingkungan yang diukur Jumlah

Stasiun I Stasiun II

1 Suhu tanah (0C) 27 0C 26 0C

2 pH tanah 6,6 6,4

3 Kadar air tanah (%) 1,247% 1,281%

4 Kadar C organik tanah (%) 2,619% 5,188%

5 Tekstur tanah (%) a. Pasir b. Debu

c. Liat

19,52%

22,06%

58,42%

21,25%

26,22%

52,53%

Berdasarkan hasil pengamatan Faktor fisika-kimia tanah pada areal kebun kelapa sawit di Desa Salareh Aia Kecamatan Palembayan Kabupaten Agam diperoleh hasil sebagai berikut suhu tanah berkisar antara 26-27 0C, pH tanah berkisar antara 6,4-6,6, kadar air tanah berkisar antara 1,247-1,281%, kadar C organik tanah berkisar antara 2,619-5,188% dan tekstur tanah untuk kriteria pasir berkisar antara 19,52- 21,25%, untuk kriteria debu berkisar antara

22,06-26,22% dan untuk kriteria liat berkisar antara 52,53-58,42%.

Pembahasan

Collembola yang didapatkan pada areal kebun kelapa sawit sebanyak 12 species (Tabel 1). Collembola yang didapatkan pada areal kebun kelapa sawit di Desa Salareh Aia tidak jauh berbeda dengan penelitian Fatimah, dkk.

(2012) pada Kebun Karet Lampung yaitu 15 species.

(6)

Spesies Collembola yang ditemukan pada stasiun I yaitu 11 genus dan 11 species, sedangkan pada stasiun II didapatkan 12 genus dan 12 species. Hal ini disebabkan karena pada stasiun I adanya kegiatan petani melakukan cara pembersihan lahan dengan menggunakan zat kimia jenis herbisida yang mengandung senyawa kimia yaitu paraquat, melakukan pemupukan dari pupuk buatan jenis Urea dan petani juga melakukan pembersihan dengan cara merambah tumbuhan atau rumput.

Perbedaan jumlah genus dan species antara stasiun I dan stasiun II karena adanya perbedaan kondisi lingkungan, salah satunya adalah kadar C organik tanah. Disamping itu, jenis vegetasi juga berpengaruh terhadap populasi Collembola (Suhardjono, 1997 dalam Fatimah, dkk., 2012). Sebagai salah satu kelompok perombak bahan organik tanah maka Collembola menyukai tempat yang lembab dengan kandungan bahan organik (serasah dan lain-lain) yang cukup. Organisme mikro seperti jamur (hife atau spora) yang ada pada bahan organik yang terombak merupakan bahan pakan bagi Collembola.

Berkumpulnya jenis tertentu pada suatu tempat di suatu waktu disebut agregasi. Agregasi Collembola dipengaruhi oleh dua faktor yaitu kondisi lingkungan yang mendukung dan hormonal (Hopkins, 1997 dalam Fatimah, dkk., 2012). Agregasi yang terjadi pada areal kebun kelapa sawit lebih dimungkinkan karena faktor perbedaan jumlah jenis vegetasi di tempat tersebut. Dugaan tersebut diperkuat oleh data yang ada karena ditemukannya spesies Homidia cingula hanya pada stasiun II sedangkan pada stasiun I species tersebut tidak ditemukan.

Karena species Homidia cingula ini menyukai habitat tanah dan semak belukar.

Berdasarkan hasil yang telah didapatkan pada dua stasiun dapat diketahui bahwa perbedaan jumlah species pada setiap stasiun disebabkan oleh faktor boitik seperti jumlah jenis vegetasi. Sedangkan faktor abiotik yang mendukung kehidupan Collembola di tanah

seperti suhu tanah, pH tanah, kadar air tanah, kadar C organik tanah dan tekstur tanah.

Hasil pengukuran suhu tanah pada areal kebun kelapa sawit berkisar antara 26-27 0C.

Berdasarkan kisaran tersebut menunjukkan bahwa suhu tanah dalam keadaan normal yang dapat mendukung kehidupan Collembola. Hal ini sesuai dengan pendapat Sarief (1986 dalam Suin, 1997) bahwa kisaran suhu maksimum yang mendukung kehidupan Collembola adalah 34 0C, sedangkan suhu minimum adalah -50 0C.

Hasil pengukuran pH tanah pada areal kebun kelapa sawit berkisar antara 6,4-6,6, berdasarkan hasil pengukuran tersebut Collembola yang ditemukan pada lokasi diduga Collembola golongan asidofil. Mengacu pada Suin (1997), bahwa ada fauna tanah yang pHnya asam dan ada pula yang senang hidup pada tanah yang memiliki pH basa. Untuk jenis Collembola yang memilih hidup pada tanah yang asam disebut Collembola golongan asidofil, jenis Collembola yang memilih hidup pada tanah yang bersifat basa disebut Collembola golongan kalsinofil, sedangkan jenis Collembola yang dapat hidup pada tanah yang bersifat asam dan basa disebut Collembola bersifat indifferen.

Kehidupan Collembola pada suatu daerah juga dipengaruhi oleh kadar air, kadar C organik dan tekstur tanah. Mengacu pada Suin dan Syafinah (2006), kadar air tanah, kadar C organik tanah dan tekstur tanah sangat menentukan kehidupan dan kepadatan populasi hewan tanah. Pada Tabel 2 dapat dilihat hasil pengukuran kadar air tanah berkisar antara 1,247-1,281%, kadar C organik tanah berkisar antara 2,619-5,188% dan tekstur tanah untuk kriteria pasir berkisar antara 19,52-21,25%, untuk kriteria debu berkisar antara 22,06- 26,22% dan untuk kriteria liat berkisar antara 52,53-58,42%. Menurut Adianto (1979 dalam Nurhadi dan Widiana 2009), kadar air tanah tergolong rendah apabila kurang dari 30% dan kadar C organik tergolong tinggi bila lebih dari 3,01%.

Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan tentang Spesies Collembola pada Areal Kebun Kelapa Sawit di Desa Salareh Aia Kecamatan Palembayan Kabupaten Agam, maka

dapat diambil kesimpulan sebagai berikut ini.

Collembola yang ditemukan pada areal kebun kelapa sawit di Desa Salareh Aia Kecamatan Palembayan Kabupaten Agam yaitu 12 species dengan 645 individu. Kondisi faktor fisika dan

(7)

kimia lingkungan masih berada dalam kondisi yang mendukung kehidupan Collembola.

Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas, maka disarankan agar dilakukan penelitian lanjutan mengenai serangga tanah khususnya tentang Spesies Collembola serta perannya pada ekosistem yang berbeda seperti perkebunan karet, kakao dan lain-lain.

DAFTAR PUSTAKA

Anggraini, Ririn. 2014. Komposisi Collembola di Kawasan Penyangga pada Perkebunan Kelapa Sawit Kiliran Jao Kecamatan Kamang Baru Kabupaten Sijunjung. Skripsi. Program Studi Pendidikan Biologi STKIP PGRI Sumatera Barat, Padang.

Fatimah, E. Cholik, dan Y. R. Suhardjono. 2012.

Collembola Permukaan Tanah Kebun

Karet Lampung. Zoo Indonesia 21 (2), 17-22.

Nurhadi dan Widiana, R. 2009. Komposisi Arthropoda Permukaan Tanah Di Kawasan Penambangan Batubara Di Kecamatan Talawi Sawahlunto.

JurnalSains dan Teknologi. Vol. I No. 2 Tahun 2009 ISSN 2085-8019 Setyamidjaja, D., 2006. Kelapa Sawit Teknik

Budidaya, Panen dan Pengolahan.

Kanisius, Yogyakarta.

Suin, N. M. 1997. Ekologi Hewan Tanah.

Jakarta: Bumi Aksara.

Suin dan Syafinah, R. 2006. Ekologi. Jakarta:

Bumi Aksara.

Suhardjono, Y. R. 1992. Fauna Collembola Tanah di Pulau Bali dan Pulau Lombok.

Desertasi Program Doktor, Program Pasca Sarjana Universitas Indonesia:

368 pp.

Suhardjono, Y. R., Deharveng, L. & Bedos, A. 2012. Collembola (ekorpegas).

Bogor: Vegamedia.

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perubahan fungsi lahan dari hutan alam menjadi kebun kelapa sawit terjadi perubahan sifat fisik tanah diantaranya tesktur,

To achieve this, three questions have been formulated: (a) how is the normatism of Islamic law observed in the akkattere pilgrimage ritual as practiced by the