• Tidak ada hasil yang ditemukan

478869216 SPLN D5 008 1 2020 SPLN KONSTRUKSI SUTM pdf

N/A
N/A
Aprian Dwi Rahmanu

Academic year: 2023

Membagikan "478869216 SPLN D5 008 1 2020 SPLN KONSTRUKSI SUTM pdf"

Copied!
188
0
0

Teks penuh

(1)

i

KONSTRUKSI DISTRIBUSI

Bagian 1 : Jaringan Tegangan Menengah

PT PLN (PERSERO)

Jl. Trunojoyo BLOK M-1/135 Kebayoran Baru Jakarta Selatan 12160

STANDAR

PT PLN (PERSERO)

SPLN D5.008-1: 2020

Lampiran Peraturan Direksi

PT PLN (PERSERO) No. 0007.P/DIR/2020

(2)
(3)

KONSTRUKSI DISTRIBUSI

Bagian 1 : Jaringan Tegangan Menengah

STANDAR

PT PLN (PERSERO)

SPLN D5.008-1: 2020

Lampiran Peraturan Direksi

PT PLN (PERSERO) No. 0007.P/DIR/2020

PT PLN (PERSERO)

Jl. Trunojoyo BLOK M-1/135 Kebayoran Baru

Jakarta Selatan 12160

(4)
(5)

KONSTRUKSI DISTRIBUSI

Bagian 1 : Jaringan Tegangan Menengah

Disusun oleh:

Kelompok Bidang Standardisasi Distribusi dengan Keputusan

General Manager PT PLN (Persero) Puslitbang Ketenagalistrikan

(Research Institute)

No. 0008.K/GM-PUSLITBANG/2019

Kelompok Kerja Standardisasi Konstruksi Distribusi

dengan Keputusan

General Manager PT PLN (Persero) Puslitbang Ketenagalistrikan

(Research Institute)

No. 0226.K/GM-PUSLITBANG/2019

Diterbitkan oleh :

PT PLN (PERSERO)

Jl. Trunojoyo Blok M- 1/135, Kebayoran Baru

Jakarta Selatan 12160

(6)

Menimbang

b a

c.

PLN

PT PLN (PERSERO)

PERATURAN DIREKSI PT PLN (PERSERO) NOMOR: 000 7.P/DlR/2020

TENTANG sPLN O5.008-1 KONSTRUKSI DISTRIBUSI

BAGIAN 1: JARINGAN TEGANGAN MENENGAH

OIREKSI PT PLN (PERSERO)

bahwa untuk kepentingan keselamatan kerja serta kemudahan

dalam

perencanaan

dan

pengorganisasian

sistem

dan peralatan tenaga listrik, perlu menerbitkan SPLN D5.008-1 Konstruksi Distribusi, Bagian 1: Jaringan Tegangan Menengah;

bahwa setelah dilakukan

pembahasan

dan

diperoleh persetujuan Direksi, Drafr Standar Final (DSF) SPLN D5.008-1 yang disusun oleh Kelompok Bidang Standardisasi Distribusi

dan

Kelompok

Kerja

Standardisasi Konstruksi Distribusi dipandang telah memenuhi syarat untuk disahkan menjadi SPLN D5.008.1;

bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud

pada huruf

a

dan

b di

atas, perlu menetapkan Peraturan Direksi PT PLN (Persero) tentang SPLN D5.008-1 Konstruksi Distribusr, Bagian 1: Jaringan Tegangan Menengah.

Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara;

Undang-Undang Nomor

40

Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas;

Undang-Undang

Nomor 30 Tahun 2009

tentang Ketenagalistrikan;

Peraturan Pemerintah

Nomor 23 Tahun 1994

tentang Pengalihan Bentuk Perusahaan Umum (Perum) Listrik Negara menjadi Perusahaan Perseroan (Persero);

Peraturan Pemerintah

Nomor 45 Tahun 2005

tentang Pendirian, Pengurusan, Pengawasan dan Pembubaran Badan Usaha Milik Negara;

1

2

3

4

h

Mengingat

(7)

PLN

7.

Peraturan Pemerintah Nomor 62 Tahun 2012 tentang Usaha Jasa Penunjang Tenaga Listrik,

8.

Anggaran Dasar PT PLN (Persero);

L

Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara Selaku Rapat

Umum Pemegang Saham Perusahaan Perseroan (Persero)

PT Perusahaan Listrik Negara Nomor SK-211/MBU/10/2015 tentang Pengangkatan Anggota-anggota Direksi Perusahaan Perseroan (Persero) PT Perusahaan Listrik Negara;

10.

Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara Selaku Rapat Umum Pemegang Saham Perusahaan Perseroan (Persero)

PT Perusahaan Listrik Negara Nomor SK-138/MBU|07|2O17

tentang Pemberhentian, Perubahan Nomenklatur Jabatan,

Pengalihan

Tugas, dan

Pengangkatan Anggota-anggota

Direksi Perusahaan Perseroan (Persero)

PT

Perusahaan Listrik Negara;

1 1

.

Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara Selaku Rapat

Umum Pemegang Saham Perusahaan Perseroan (Persero)

PT Perusahaan Listrik Negara Nomor SK-109/MBU/05/2019 tentang Pemberhentian, Pengalahan Tugas, dan Pengangkatan Anggota-anggota Direksi Perusahaan Perseroan (Persero) PT Perusahaan Listrik Negara;

12.

Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara Selaku Rapat

Umum Pemegang Saham Perusahaan Perseroan (Persero)

PT Perusahaan Listrik Negara Nomor SK-325/MBU|12|2019

tentang

Pemberhentian,

Perubahan

Nomenklatur dan

Pengangkatan Anggota-anggota Direksi

Perusahaan Perseroan (Persero) PT Perusahaan Liskik Negara;

13.

Keputusan Direksi PT PLN (Persero) Nomor 304.1(DlR/2009 tentang Batasan Kewenangan Pengambilan Keputusan di Lingkungan PT PLN (Persero) sebagaimana telah beberapa

kali

diubah, terakhir dengan Peraturan Direksi

PT

PLN (Persero) Nomor 0297.P/DlR/201 6;

'14.

Peraturan Direksi PT PLN (Persero) Nomor 0051.P/DlFy2018

tentang

Organisasi

dan Tata Kerja PT PLN

(Persero)

sebagaimana

telah

beberapa

kali

dlubah, terakhir dengan Peraturan Direksi PT PLN (Persero) Nomor 0220.P/DlR/20"19;

15.

Keputusan Direksi PT PLN (Persero) Nomor 033.1(DlR/2005

tentang

Penetapan

PT PLN

(Persero) Penelitian dan Pengembangan Ketenagalistrikan sebagai Penanggung Jawab Kegiatan Standardisasi di Lingkungan PT PLN (Persero).

PERATURAN DIREKSI

PT

PLN (PERSERO) TENTANG SPLN

D5.008-1 KONSTRUKSI DISTR|BUS|, BAGTAN

1:

JARTNGAN TEGANGAN MENENGAH.

PERTAMA

lL

Menetapkan

Pa.a

t

MEMUTUSKAN:

(8)

t

PERTAMA

KETIGA

PLN

Mengesahkan SPLN D5.008-1 Konstruksi Distribusi, Bagian 1:

Jaringan Tegangan Menengah sebagaimana tercantum dalam Lampiran Peraturan ini.

SPLN D5.008-1 sebagaimana dimaksud dalam Diktum PERTAMA diberlakukan di lingkungan PT PLN (Persero) dan Anak Perusahaan PT PLN (Persero) berdasarkan Keputusan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) Anak Perusahaan.

Pada saat Peraturan

ini

mulai berlaku, ketentuan-ketentuan lain

yang bertentangan dengan Peraturan ini dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

Peraturan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan

Ditetapkan di Jakarta

pada

tanggal 06 Maret

2020

UR UTAMA,

ULKIFLI ZAINI 'ItRtiKSl

t\

s

KEDUA

(9)

Susunan Kelompok Bidang Standardisasi Distribusi

Surat Keputusan General Manager PT PLN (Persero) Puslitbang Ketenagalistrikan No. 0008.K/GM-PUSLITBANG/2019

1. Ir. Rudy Setyobudi, M.T. : Sebagai Ketua merangkap Anggota 2. Sriyono, S.T., M.T. : Sebagai Sekretaris merangkap Anggota 3. Ir. I Ketut Gede Agus Sutopo : Sebagai Anggota

4. Ir. Muhammad Rusli, M.M., M.T. : Sebagai Anggota 5. Ir. Indradi Setiawan, M.M. : Sebagai Anggota 6. Ir. Nyoman S. Astawa, M.B.A. : Sebagai Anggota 7. Ir. A. Y. Harimurti Nugraha, M.Sc. : Sebagai Anggota 8. Haryo Lukito, S.T., M.T. : Sebagai Anggota 9. Firdaus Solihin, S.T. : Sebagai Anggota 10. Iman Faskayana, S.T., M.T. : Sebagai Anggota 11. Alam Awaludin, S.T. : Sebagai Anggota 12. Ignatius Rendroyoko, S.T., M.Sc. : Sebagai Anggota 13. Andreas Heru Sumaryanto, S.T. : Sebagai Anggota 14. Rahmat Heru Basuki, S.T. : Sebagai Anggota

Susunan Kelompok Kerja Standardisasi Konstruksi Distribusi

Surat Keputusan General Manager PT PLN (Persero) Puslitbang Ketenagalistrikan No. 0226.K/GM-PUSLITBANG/2019

1. R. Mirwanto, B.E., S.E. : Sebagai Ketua merangkap Anggota 2. Dodi Prastianto, S.T. : Sebagai Sekretaris merangkap Anggota 3. Udji Supriantoro, S.T. : Sebagai Anggota

4. I Nyoman Sueca, S.T. : Sebagai Anggota

5. Ir. Mudjianto : Sebagai Anggota

6. Faisol, S.T. : Sebagai Anggota

7. M. Soffin Hadi, S.T. : Sebagai Anggota 8. Putu Agus Cipta Kusuma, S.T. : Sebagai Anggota 9. Ir. M. Rusli : Sebagai Anggota

10. Setiawan, S.T. : Sebagai Anggota

(10)
(11)

i

Daftar Isi

Daftar Isi ... i

Daftar Tabel ... iv

Daftar Gambar ... iv

Prakata ... v

1 Ruang Lingkup ... 1

2 Tujuan ... 1

3 Acuan Normatif ... 1

4 Istilah dan Definisi ... 3

4.1 Cross arm ... 3

4.2 Konduktor ... 3

4.3 Insulator ... 3

4.4 Tiang listrik ... 3

4.5 Jaringan distribusi ... 3

4.6 Transformator distribusi ... 3

4.7 Jaringan Tegangan Menengah (JTM) ... 3

4.8 Jaringan Tegangan Rendah (JTR) ... 3

4.9 Saluran Udara Tegangan Menengah (SUTM) ... 4

4.10 Saluran Kabel Tanah Tegangan Menengah (SKTM) ... 4

4.11 Saluran Kabel Udara Tegangan Menengah (SKUTM) ... 4

4.12 Ground Shield Wire (GSW) ... 4

4.13 Horizontal Directional Drilling (HDD) ... 4

4.14 Jarak aman (safety distance) ... 4

4.15 Ruang bebas ... 4

5 Komponen Utama Material Distribusi ... 5

5.1 Konduktor ... 5

5.1.1 Konduktor tanpa insulasi ... 5

5.1.2 Konduktor berinsulasi penuh (kabel) ... 5

5.2 Insulator ... 6

5.2.1 Insulator tumpu ... 6

5.2.2 Insulator tarik ... 6

5.3 Tiang ... 7

5.3.1 Tiang besi ... 7

5.3.2 Tiang beton ... 7

5.4 Peralatan sakelar ... 7

5.5 Lightning arrester ... 8

5.6 Cross arm ... 8

5.6.1 Spesifikasi ... 8

5.6.2 Pemasangan cross arm ganda ... 9

5.7 Aksesoris ... 9

(12)

6 Saluran Udara Tegangan Menengah (SUTM) ... 10

6.1 Konstruksi SUTM sistem tiga kawat sirkit tunggal ... 11

6.1.1 Konstruksi tiang awal (riser pole) ... 11

6.1.2 Konstruksi tiang penumpu (line pole) ... 11

6.1.3 Konstruksi tiang sudut ... 12

6.1.4 Konstruksi tiang penegang (tension pole) ... 12

6.1.5 Konstruksi tiang pencabangan (tee-off pole) ... 12

6.1.6 Konstruksi tiang akhir (end pole) ... 13

6.2 Konstruksi SUTM sistem empat kawat sirkit tunggal ... 13

6.3 Konstruksi SUTM sistem tiga atau empat kawat sirkit ganda ... 13

6.4 Konstruksi penopang tiang ... 14

6.4.1 Konstruksi topang tarik (guy wire) ... 14

6.4.2 Konstruksi topang tekan (strut pole) ... 14

6.4.3 Konstruksi horizontal guy wire ... 14

6.5 Konstruksi perluasan pada tiang eksisting ... 14

6.5.1 Konstruksi perluasan pada tiang akhir ... 14

6.5.2 Konstruksi perluasan pada tiang penumpu ... 15

6.5.3 Konstruksi perluasan pada tiang akhir sudut ... 15

6.6 Konstruksi penunjang ... 15

6.6.1 Konstruksi tiang yang terpasang peralatan sakelar ... 15

6.6.2 Konstruksi pembumian (grounding) ... 16

6.6.3 Konstruksi pengaman jaringan (guard net)... 16

6.7 Persyaratan jarak aman (safety distance) ... 16

6.8 Prosedur penyelenggaraan ... 17

7 Saluran Kabel Udara Tegangan Menengah (SKUTM) ... 17

7.1 Konstruksi SKUTM ... 18

7.1.1 Konstruksi tiang awal (riser pole) ... 19

7.1.2 Konstruksi tiang penumpu (line pole) ... 19

7.1.3 Konstruksi tiang sudut ... 19

7.1.4 Konstruksi tiang penegang (tension pole) ... 19

7.1.5 Konstruksi tiang pencabangan (tee - off pole) ... 20

7.1.6 Konstruksi tiang sambungan ... 20

7.2 Persyaratan jarak aman (safety distance) ... 20

7.3 Prosedur penyelenggaraan ... 20

8 Saluran Kabel Tegangan Menengah (SKTM) ... 21

8.1 Konstruksi SKTM ... 21

8.1.1 Konstruksi tanam langsung ... 21

8.1.2 Konstruksi boring (manual atau mesin) ... 22

8.1.3 Konstruksi ducting ... 23

(13)

iii

Lampiran C Konstruksi SUTM Tiang Penumpu (Line Pole) ... 34

Lampiran D Konstruksi SUTM Tiang Sudut Kecil (15° s.d <30°) ... 40

Lampiran E Konstruksi SUTM Tiang Sudut Sedang (30° s.d <60°) ... 46

Lampiran F Konstruksi SUTM Tiang Sudut Besar (60° s.d 90°) ... 52

Lampiran G Konstruksi SUTM Tiang Penegang (Tension Pole) ... 58

Lampiran H Konstruksi SUTM Tiang Pencabangan (Tee- Off Pole) ... 64

Lampiran I Konstruksi SUTM Tiang Akhir (End Pole) ... 70

Lampiran J Konstruksi SUTM Topang Tarik (Guy Wire) ... 76

Lampiran K Konstruksi SUTM Topang Tekan (Strut Pole) ... 78

Lampiran L Konstruksi SUTM Horizontal Guy Wire ... 79

Lampiran M Konstruksi SUTM Perluasan Pada Tiang Akhir ... 81

Lampiran N Konstruksi SUTM Perluasan Pada Tiang Penumpu ... 87

Lampiran O Konstruksi SUTM Perluasan Pada Tiang Akhir Sudut Besar ... 93

Lampiran P Konstruksi SUTM Tiang Sakelar (Switching) ... 99

Lampiran Q Konstruksi SUTM Pembumian (Grounding) ... 103

Lampiran R Konstruksi SUTM Pengaman Jaringan (Guard Net) ... 105

Lampiran S Simbol Konstruksi SKUTM ... 106

Lampiran T Konstruksi SKUTM Tiang Awal (Riser Pole) ... 107

Lampiran U Konstruksi SKUTM Tiang Penumpu (Line Pole) ... 113

Lampiran V Konstruksi SKUTM Tiang Sudut Kecil (10° s.d <30°) ... 116

Lampiran W Konstruksi SKUTM Tiang Sudut Sedang (30° s.d <60°)... 119

Lampiran X Konstruksi SKUTM Tiang Sudut Besar (60° s.d 90°)... 122

Lampiran Y Konstruksi SKUTM Tiang Penegang (Tension Pole) ... 125

Lampiran Z Konstruksi SKUTM Tiang Pencabangan (Tee-Off Pole) ... 128

Lampiran AA Konstruksi SKUTM Tiang Sambungan (Jointing)... 131

Lampiran BB Konstruksi SKTM Tanam Langsung ... 135

Lampiran CC Konstruksi SKTM Ducting ... 136

Lampiran DD Konstruksi Jembatan Kabel ... 138

Lampiran EE Konstruksi Pondasi Tiang ... 140

Lampiran FF Konstruksi Pemasangan Extension Pipa Galvanis untuk GSW ... 142

Lampiran GG Konstruksi SUTM Sirkit Ganda ... 143

Lampiran HH Konstruksi Pemasangan Sirkit Ganda pada Tiang Eksisting ... 145

Lampiran II Tanda Patok Kabel TM di Tanah / Rumput ... 146

Lampiran JJ Tanda Patok Kabel TM di Trotoar / Jalan ... 147

Lampiran KK Dimensi Galian Lubang Boring ... 148

Lampiran LL Pemasangan Penyekat Kabel pada Lubang Boring ... 149

Lampiran MM Material Aksesoris ... 150

Lampiran NN Contoh Prosedur Penyelenggaraan Konstruksi SUTM ... 157

Lampiran OO Contoh Prosedur Penyelenggaraan Konstruksi SKTM ... 162

(14)

Daftar Tabel

Tabel 1. Konstruksi SUTM Tiang Sudut ... 12

Tabel 2. Jarak Aman Minimum SUTM 20 kV ... 16

Tabel 3. Contoh Spesifikasi kabel NFA2XSY-T ... 18

Tabel 4. Konstruksi SKUTM Tiang Sudut ... 19

Tabel 5. Dimensi Galian SKTM Tanam Langsung ... 22

Tabel 6. Dimensi Lubang Ducting SKTM Ducting ... 23

Tabel 7. Jarak Aman Minimum SKTM ... 24

Daftar Gambar

Gambar 1. Spesifikasi cross arm ... 9

Gambar 2. Pemasangan cross arm ganda pada tiang ... 9

(15)

v

Prakata

Standar ini merupakan standar konstruksi Jaringan Tegangan Menengah (JTM) yang mencakup spesifikasi teknis material distribusi dan persyaratan konstruksi jaringan distribusi. Semua pekerjaan konstruksi jaringan distribusi harus memenuhi persyaratan yang terdapat di dalam standar ini sehingga diharapkan jaringan distribusi akan semakin aman, andal, dan efisien.

Standar ini merupakan salah satu bagian dari standar konstruksi distribusi, yang terdiri dari:

1. SPLN D5.008-1, Konstruksi Distribusi Bagian 1: Jaringan Tegangan Menengah;

2. SPLN D5.008-2, Konstruksi Distribusi Bagian 2: Gardu Distribusi;

3. SPLN D5.008-3, Konstruksi Distribusi Bagian 3: Jaringan Tegangan Rendah;

Standar ini disusun dengan mempertimbangkan masukan-masukan operasional dan penyempurnaan beberapa standar sebelumnya. Standar ini diberlakukan untuk pembangunan jaringan baru.

Dengan ditetapkannya SPLN D5.008-1: 2020, maka ketentuan dalam SPLN 72: 1987 dan SPLN 87: 1991 yang bertentangan dalam standar ini dinyatakan tidak berlaku lagi.

(16)
(17)

1

Konstruksi Distribusi

Bagian 1: Jaringan Tegangan Menengah

1 Ruang Lingkup

Standar ini menetapkan persyaratan konstruksi jaringan tegangan menengah yang wajib memenuhi kriteria enjiniring keamanan ketenagalistrikan. Jaringan distribusi tenaga listrik dalam standar ini mencakup:

a. SUTM (Saluran Udara Tegangan Menengah);

b. SKUTM (Saluran Kabel Udara Tegangan Menangah);

c. SKTM (Saluran Kabel Tegangan Menengah).

Persyaratan konstruksi SKUTM dengan konduktor berselubung (AAAC-S) diatur dalam SPLN D5.008-1-1.

Persyaratan konstruksi SKTM di dalam standar ini melingkupi pekerjaan sipil, terkait dengan ketentuan parameter kelistrikan diatur melalui SPLN terpisah.

2 Tujuan

Sebagai pedoman umum dalam perencanaan desain konstruksi, penentuan persyaratan spesifikasi teknis pada proses pengadaan, dan penyeragaman pembangunan jaringan distribusi tenaga listrik di unit-unit PLN.

3 Acuan Normatif

Ketentuan yang digunakan pada standar ini mengikuti standar di bawah ini, kecuali ditetapkan secara khusus. Dalam hal terjadi revisi pada standar tersebut, maka ketentuan dapat mengikuti edisi terakhirnya.

a. SNI 0225: 2011, Persyaratan Umum Instalasi Listrik 2011 (PUIL 2011);

b. SPLN 10-1A: 1996, Isolator Renteng Jenis Kap dan Pin;

c. SPLN 10-4A: 1994, Isolator Tonggak Pin untuk Saluran Udara Tegangan Menengah 20 kV;

d. SPLN 10-4B: 1995, Isolator Tonggak Saluran untuk Saluran Udara Tegangan Menengah 20 kV;

e. SPLN 10-4C: 1997, Isolator untuk Saluran Udara Tegangan Menengah 20 kV;

f. SPLN 41-6: 1981, Hantaran Aluminium (AAC);

g. SPLN 41-7: 1981, Hantaran Aluminium Berpenguat Baja (ACSR);

h. SPLN 41-8: 1981, Hantaran Aluminium Campuran (AAAC);

(18)

i. SPLN 43-5-1:1995, Kabel Pilin Tanah Berisolasi XLPE dan Berselubung PE/ PVC dengan Tegangan Pengenal 12/20 (24) kV;

j. SPLN 43-5-2: 1995, Kabel Pilin Udara Berisolasi XLPE dan Berselubung PVC Berpenggantung Penghantar Baja dengan Tegangan Pengenal 12/20 (24) kV;

k. SPLN 43-5-3:1995, Kabel Tanah Inti Tunggal Berisolasi XLPE dan Berselubung PE/PVC dengan atau tanpa Perisai Tegangan Pengenal 3,6/6 (7,2) kV s/d 12/20 (24) kV;

l. SPLN 43-5-4:1995, Kabel Tanah Inti Tiga Berisolasi XLPE dan Berselubung PE/PVC dengan atau tanpa Perisai Tegangan Pengenal 3,6/6 (7,2) kV s/d 12/20 (24) kV;

m. SPLN 43-5-5:1995, Kabel Tanah Inti Tunggal Berisolasi XLPE dan Berselubung PE/PVC Berpenghantar Konsentris dengan atau tanpa Perisai Tegangan Pengenal 3,6/6 (7,2) kV s/d 12/20 (24) kV;

n. SPLN 43-5-6:1995, Kabel Tanah Inti Tiga Berisolasi XLPE dan Berselubung PE/PVC Berpenghantar Konsentris dengan atau tanpa Perisai Tegangan Pengenal 3,6/6 (7,2) kV s/d 12/20 (24) kV;

o. SPLN D3.002-1: 2007, Spesifikasi Transformator Distribusi, Bagian 1: Transformator Fase Tiga, 20 kV-400 V dan Transformator Fase Tunggal, 20 kV-231 V dan 20/V3 kV- 231 V;

p. SPLN D3.002-2: 2008, Spesifikasi Transformator Distribusi, Bagian 2: Transformator dengan Pengaman Sendiri Fase Tunggal, 20/V3 kV-231/462 V;

q. SPLN D3.019-1: 2012, Spesifikasi Tiang Listrik dan Lengkapannya, Bagian 1: Tiang Baja;

r. SPLN D3.019-2: 2013, Spesifikasi Tiang Listrik dan Lengkapannya, Bagian 2: Tiang Beton Pratekan;

s. SPLN D3.026: 2017, Spesifikasi Fuse Cut Out;

t. SPLN D3.027-1: 2016, Insulator Polimer Tegangan Menengah Bagian 1: Insulator Tarik (Tension) Komposit;

u. SPLN D3.027-2: 2016, Insulator Polimer Tegangan Menengah Bagian 2: Insulator Line Post Komposit;

v. SPLN D3.033-1: 2020, Peralatan Sakelar pada Jaringan Tegangan Menengah, Bagian 1: Pole Mounted Load Break Switch;

w. SPLN D3.033-2: 2020, Peralatan Sakelar pada Jaringan Tegangan Menengah, Bagian 2: Pole Mounted Recloser;

x. SPLN D3.033-3: 2020, Peralatan Sakelar pada Jaringan Tegangan Menengah, Bagian 3: Pole Mounted Fault Interupter;

y. SPLN D4.001-1: 2013, Konstruksi Sambungan Percabangan Saluran Kabel Pilin Udara

(19)

3

4 Istilah dan Definisi

4.1

Cross arm

Material yang digunakan sebagai tempat dudukan/penyangga insulator.

4.2 Konduktor

Material yang digunakan untuk menghantarkan tenaga listrik dari pusat pembangkit ke pusat beban.

4.3 Insulator

Material yang digunakan sebagai penyekat/pengisolasi listrik pada penghantar terhadap penghantar lainnya atau penghantar terhadap tanah, agar tidak terjadi kebocoran arus (leakage current) atau loncatan bunga api (flash over).

4.4 Tiang listrik

Komponen dari saluran udara tegangan rendah atau saluran udara tegangan menengah yang mempunyai fungsi utama menyangga konduktor listrik.

4.5 Jaringan distribusi

Jaringan yang dimulai dari Jaringan Tegangan Menengah (JTM), Jaringan Tegangan Rendah (JTR), sampai dengan Sambungan Rumah (SR) / Alat Pengukur dan Pembatas (APP).

4.6 Transformator distribusi

Peralatan listrik yang dipergunakan untuk memasok tenaga listrik dengan cara mengubah tegangan menengah 20 kV menjadi tegangan rendah 231/400 Volt.

4.7 Jaringan Tegangan Menengah (JTM)

Jaringan distribusi tenaga listrik yang dipergunakan untuk mengalirkan listrik bertegangan menengah 20 kV.

4.8 Jaringan Tegangan Rendah (JTR)

Jaringan distribusi tenaga listrik yang dipergunakan untuk mengalirkan listrik bertegangan rendah 231/400 Volt yang berasal dari gardu distribusi ke pelanggan TR.

(20)

4.9 Saluran Udara Tegangan Menengah (SUTM)

Jaringan distribusi tenaga listrik tegangan menengah (20 kV) yang menggunakan sarana penghantar berupa konduktor tanpa insulasi (non-insulation) yang tergelar atau ditempatkan di atas tiang (di udara).

4.10 Saluran Kabel Tanah Tegangan Menengah (SKTM)

Jaringan distribusi tenaga listrik tegangan menengah (20 kV) yang menggunakan sarana penghantar berupa kabel yang dipasang/ditempatkan dan ditanam di bawah tanah.

4.11 Saluran Kabel Udara Tegangan Menengah (SKUTM)

Jaringan distribusi tenaga listrik tegangan menengah (20 kV) yang menggunakan sarana penghantar berupa kabel udara berinsulasi yang ditempatkan di atas tiang (di udara).

4.12 Ground Shield Wire (GSW)

Kawat tanah yang dipasang pada jaringan udara dengan sudut perlindungan sekecil mungkin yang berfungsi melindungi konduktor atau kawat phasa terhadap sambaran petir langsung dan menyalurkan arus petir ke tanah.

4.13 Horizontal Directional Drilling (HDD)

Metode pengeboran yang dapat dikendalikan untuk pemasangan pipa, saluran atau kabel di bawah tanah dengan menggunakan peralatan pengeboran.

4.14 Jarak aman (safety distance)

Jarak antara bagian aktif/fase dari jaringan terhadap benda-benda di sekelilingnya baik secara mekanis atau elektromagnetis yang tidak memberikan pengaruh membahayakan.

4.15 Ruang bebas

Ruang yang dibatasi oleh bidang vertikal dan horizontal di sekeliling dan di sepanjang konduktor udara di mana tidak boleh ada benda di dalamnya demi keselamatan manusia, makhluk hidup dan benda lainnya serta keamanan operasi.

(21)

5

5 Komponen Utama Material Distribusi

5.1 Konduktor

Bahan konduktor untuk jaringan tenaga listrik biasanya dipilih dari logam-logam yang mempunyai konduktivitas yang besar, keras, dan mempunyai kekuatan tarik (tensile strength) yang besar, serta memiliki berat jenis yang rendah. Konduktor dapat berupa logam campuran (alloy) seperti kawat tembaga campuran (copper alloy) atau kawat aluminium campuran (aluminium alloy). Dilihat dari bentuknya, konduktor dapat diklasifikasikan menjadi konduktor padat (solid wire), konduktor berlilit (stranded wire), dan konduktor berongga (hollow wire).

5.1.1 Konduktor tanpa insulasi

Konduktor tanpa insulasi terbuat dari bahan aluminium seperti All Aluminium Conductor (AAC), atau dari bahan aluminium campuran seperti All Aluminium Alloy Conductor (AAAC) dan Aluminium Conductor Steel Reinforced (ACSR). Penggunaan konduktor tersebut harus memenuhi SPLN sebagai berikut:

a. SPLN 41-6: 1981, Hantaran Aluminium (AAC);

b. SPLN 41-7: 1981, Hantaran Aluminium Berpenguat Baja (ACSR);

c. SPLN 41-8: 1981, Hantaran Aluminium Campuran (AAAC).

5.1.2 Konduktor berinsulasi penuh (kabel)

Pada SKUTM dapat menggunakan kabel pilin (twisted cable) dengan konduktor jenis aluminium yang berinsulasi Cross-Linked Polyethylene (XLPE) dan berselubung Polyvinyl Chloride (PVC) dengan tali penggantung baja, sebagai contoh adalah kabel NFA2XSY-T.

Pengunaan konduktor tersebut harus memenuhi SPLN 43-5-2: 1995, Kabel Pilin Udara Berisolasi XLPE dan Berselubung PVC Berpenggantung Penghantar Baja dengan Tegangan Pengenal 12/20 (24) kV. Kabel ini umumnya disebut dengan Medium Voltage Twisted Insulated Cable (MVTIC).

Pada SKTM dapat menggunakan kabel tanah yang berinsulasi Cross-Linked Polyethylene (XLPE) dan berselubung Polyvinyl Chloride (PVC). Penggunaan konduktor tersebut harus memenuhi SPLN berikut:

a. SPLN 43-5-1:1995, Kabel Pilin Tanah Berisolasi XLPE dan Berselubung PE/ PVC dengan Tegangan Pengenal 12/20 (24) kV;

b. SPLN 43-5-3:1995, Kabel Tanah Inti Tunggal Berisolasi XLPE dan Berselubung PE/PVC dengan atau tanpa Perisai Tegangan Pengenal 3,6/6 (7,2) kV s/d 12/20 (24) kV;

c. SPLN 43-5-4:1995, Kabel Tanah Inti Tiga Berisolasi XLPE dan Berselubung PE/PVC dengan atau tanpa Perisai Tegangan Pengenal 3,6/6 (7,2) kV s/d 12/20 (24) kV;

(22)

d. SPLN 43-5-5:1995, Kabel Tanah Inti Tunggal Berisolasi XLPE dan Berselubung PE/PVC Berpenghantar Konsentris dengan atau tanpa Perisai Tegangan Pengenal 3,6/6 (7,2) kV s/d 12/20 (24) kV;

e. SPLN 43-5-6:1995, Kabel Tanah Inti Tiga Berisolasi XLPE dan Berselubung PE/PVC Berpenghantar Konsentris dengan atau tanpa Perisai Tegangan Pengenal 3,6/6 (7,2) kV s/d 12/20 (24) kV.

Pemilihan jenis kabel tanah disesuaikan dengan kebutuhan lapangan. Contoh untuk kabel dengan konstruksi dalam terowongan (ducting) beton, dapat tidak menggunakan jenis kabel dengan perisai pita baja, tetapi untuk yang ditanam langsung di tanah wajib menggunakan kabel jenis berperisai baja.

5.2 Insulator

Insulator harus mempunyai sifat mempunyai tahanan yang tinggi dan mempunyai kekuatan mekanis yang tinggi. Bahan insulator yang digunakan dapat berupa porselin/keramik atau polimer. Berdasarkan fungsi dan jenis konstruksi SUTM, insulator dibagi sebagai berikut:

5.2.1 Insulator tumpu

Pada insulator tumpu, beban yang dipikul berupa beban berat penghantar. Insulator ini digunakan pada tiang-tiang lurus dan tiang sudut kecil (≤ 30⁰). Jenis insulator tumpu sebagai berikut:

a. Pin-Post Insulator

Penggunaan insulator tersebut harus memenuhi spesifikasi SPLN 10-4A: 1994, Isolator Tonggak Pin untuk Saluran Udara Tegangan Menengah 20 kV.

b. Line-Post Insulator

Penggunaan insulator tersebut harus memenuhi spesifikasi SPLN 10-4B: 1995, Isolator Tonggak Saluran untuk Saluran Udara Tegangan Menengah 20 kV.

c. Pin Insulator

Penggunaan insulator tersebut harus memenuhi spesifikasi SPLN 10-4C: 1997, Isolator untuk Saluran Udara Tegangan Menengah 20 kV.

Penggunaan insulator tumpu jenis polimer harus memenuhi spesifikasi SPLN D3.027-2:

2016, Insulator Polimer Tegangan Menengah Bagian 2: Insulator Line Post Komposit.

(23)

7 a. Long Rod Insulator

Insulator ini dipakai ditempat yang tingkat polusi karena debu dan garam banyak terjadi.

b. Disc Suspension Insulator

Insulator ini terdiri atas piringan-piringan insulator yang dapat saling dihubungkan, jumlah piringan tergantung pada kebutuhan tegangan. Ada 2 jenis yaitu jenis clevis dan jenis ball & socket. Penggunaan disc suspension insulator harus memenuhi spesifikasi SPLN 10-1A: 1996.

Penggunaan insulator tarik jenis polimer harus memenuhi spesifikasi SPLN D3.027-1:

2016, Insulator Polimer Tegangan Menengah Bagian 1: Insulator Tarik (Tension) Komposit.

5.3 Tiang

Tiang yang digunakan untuk SUTM dan SKUTM dapat berupa tiang besi atau tiang beton.

Tiang harus mempunyai kekuatan mekanik yang tinggi.

5.3.1 Tiang besi

5.3.2 Tiang beton

5.4 Peralatan sakelar

Pada jaringan SUTM dapat dipasang peralatan sakelar (switching) yang digunakan sebagai pemisah, pelepas beban, atau pemutus dalam keadaan berbeban atau tidak berbeban.

Peralatan sakelar ini bertujuan untuk memudahkan dalam operasional distribusi. Jenis peralatan sakelar berdasarkan penggeraknya, yaitu manual dan motorize.

Jenis peralatan sakelar motorize sebagai berikut:

a. Pole Mounted Load Break Switch;

Penggunaan peralatan sakelar tersebut harus memenuhi spesifikasi SPLN D3.033-1:

2020, Peralatan Sakelar pada Jaringan Tegangan Menengah, Bagian 1: Pole Mounted Load Break Switch.

Tiang terbuat dari pipa besi yang disambungkan hingga diperoleh kekuatan beban tertentu sesuai kebutuhan. Tiang besi mempunyai bobot yang lebih ringan dibandingkan dengan tiang beton tetapi mudah mengalami korosi. Untuk daerah yang mempunyai tingkat korosi tinggi (pesisir pantai) atau lokasi yang mempunyai kadar belerang tinggi maka tiang besi harus tergalvanisasi. Spesifikasi tiang besi pada SUTM, sesuai SPLN D3.019-1: 2020, Spesifikasi Tiang Listrik dan Lengkapannya, Bagian 1: Tiang Baja.

Spesifikasi tiang beton pada SUTM sesuai SPLN D3.019-2, Spesifikasi Tiang Listrik dan Lengkapannya, Bagian 2: Tiang Beton Pratekan.

(24)

b. Pole Mounted Recloser;

Penggunaan peralatan sakelar tersebut harus memenuhi spesifikasi SPLN D3.033-2:

2020, Peralatan Sakelar pada Jaringan Tegangan Menengah, Bagian 1: Pole Mounted Recloser.

c. Pole Mounted Fault Interupter.

Penggunaan peralatan sakelar tersebut harus memenuhi spesifikasi SPLN D3.033-3:

2020, Peralatan Sakelar pada Jaringan Tegangan Menengah, Bagian 1: Pole Mounted Fault Interupter.

5.5

Lightning arrester

Penggunaan lightning arrester harus memenuhi spesifikasi yang terdapat dalam SPLN D5.006: 2013, Pedoman Pemilihan Arrester untuk Jaringan Distribusi 20 kV. Kawat pembumian harus menggunakan kabel atau kawat fleksibel seperti NYAF dengan ukuran minimal 25 mm2. Jika disconnector pecah atau bekerja maka kesatuan unit lightning arrester harus diganti. Jika arus bocor pada lightning arrester melebihi nilai yang ditentukan (200 µA atau sesuai dengan spesifikasi pabrikan) maka perlu dilakukan perbaikan atau penggantian.

5.6

Cross arm

5.6.1 Spesifikasi

Beban mekanis cross arm arah horizontal diakibatkan oleh gaya tarik penghantar, sedangkan beban vertikal diakibatkan berat penghantar. Umumnya beban vertikal diabaikan. Bahan cross arm adalah baja (ST. 38) dengan profil UNP, dimensi 10 mm x 2000 mm dengan ketebalan minimal 5 mm yang dilapisi hot dip galvanis dengan ketebalan minimal 70 µm. Pembuatan lubang untuk menempatkan baut harus dibuat terlebih dahulu sebelum dilaksanakan pelapisan galvanis.

Secara umum, cross arm terbagi menjadi tipe tarik dan tipe tumpu dengan pembedaan pada posisi tipikal lubang baut. Jarak dan ukuran lubang baut disesuaikan dengan kebutuhan di lapangan dengan tetap memperhatikan jarak bebas.

(25)

9

a b

2000 Ukuran Min.

100 mm 50 mm b

c

a c 5 mm T ≥ 100 mm

t ≥ 5 mm L ≥ 50 mm

Lapisan galvanis ≥ 70 µ

Gambar 1. Spesifikasi cross arm

5.6.2 Pemasangan cross arm ganda

Pemasangan cross arm ganda pada tiang dapat dilakukan seperti pada Gambar 2.

Tampak Atas

a) Tipe 1

Tampak Atas

b) Tipe 2 Gambar 2. Pemasangan cross arm ganda pada tiang

Pada lampiran dokumen SPLN ini, konstruksi yang ditunjukkan menggunakan contoh pemasangan cross arm ganda tipe 1. Pemasangan cross arm ganda tipe 2 dapat menyesuaikan.

5.7 Aksesoris

Penggunaan material aksesoris harus sesuai dengan spesifikasinya. Contoh-contoh material aksesoris dapat dilihat pada Lampiran MM.

(26)

6 Saluran Udara Tegangan Menengah (SUTM)

Konstruksi jaringan dimulai dari sumber tenaga listrik atau gardu induk ke arah tiang awal saluran udara menggunakan kabel tanah tegangan menengah. Tiang tengah disebut tiang penumpu (line pole) atau tiang penegang (tension pole), pada jalur SUTM yang berbelok disebut tiang sudut, dan pada ujung jaringan disebut tiang akhir (end pole).

Untuk saluran yang sangat panjang dan lurus pada titik‐titik tertentu dipasang tiang penegang. Fungsi tiang penegang adalah untuk mengurangi besarnya tekanan mekanis pada tiang awal / akhir serta untuk memudahkan operasional dan pemeliharaan jaringan.

Untuk saluran yang bercabang dipasang tiang pencabangan yang merupakan gabungan antara konstruksi tiang penumpu dan tiang awal. Pada tempat‐tempat tertentu, jika sulit memasang guy wire pada tiang akhir atau tiang sudut, dapat dipakai tiang dengan kekuatan tarik besar.

Jenis konstruksi SUTM dinyatakan dalam simbol seperti pada Lampiran A.

Konstruksi SUTM secara umum menggunakan penghantar telanjang (AAC atau AAAC) yang ditopang dengan insulator pada tiang besi/beton. Konstruksi SUTM perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

a. Jarak pendirian antar tiang maksimal 50 meter dengan memperhitungkan maksimum sagging/andongan (1,5% terhadap jarak antar tiang) dan mempertimbangkan ukuran tiang.

Dalam hal diperlukan jarak pendirian antar tiang > 50 meter, maka dapat menggunakan desain khusus tersendiri mempertimbangkan kekuatan material, faktor keamanan, dan potensi penggunaan ruang di bawah saluran.

b. Tinggi tiang yang digunakan minimal 12 meter.

c. Tiang ditanam 1/6 kali dari panjang tiang dengan sudut kemiringan tidak melebihi 5°.

d. Jika kondisi pada poin c tidak terpenuhi maka tiang harus menggunakan pondasi untuk menjamin kehandalan dan keselamatan. Contoh tipe pondasi dapat dilihat pada Lampiran EE

e. Untuk daerah yang memiliki kepadatan hari petir yang tinggi perlu menggunakan Ground Shield Wire (GSW) dengan ukuran penampang 35 mm2. Pada daerah terbuka yang terpapar kemungkinan sambaran petir langsung, GSW dipasang di atas konduktor fase dengan memperhitungkan daerah jaringan yang akan dilindungi.

f. Pembumian untuk GSW dipasang setiap minimal 5 gawang. Nilai tahanan pembumian maksimal 5 Ω.

g. Pada jaringan eksisting yang belum terdapat GSW, apabila akan ditambahkan GSW dapat dipasang extension pipa galvanis. Contoh pemasangan extension pipa galvanis

(27)

11

Dalam hal kondisi di lapangan tidak memungkinkan menggunakan konstruksi yang terdapat di dalam SPLN ini, maka dapat menggunakan konstruksi lain dengan mempertimbangkan kekuatan material dan faktor keamanan.

6.1 Konstruksi SUTM sistem tiga kawat sirkit tunggal

6.1.1 Konstruksi tiang awal (riser pole)

Konstruksi tiang awal dipasang pada awal jaringan dimana terdapat kabel naik dari gardu induk/pusat listrik. Konstruksi ini dipasang dengan menggunakan material utama sebagai berikut:

a. Tiang besi/beton minimal 12 meter 350 daN untuk konduktor 70 mm2 atau minimal 12 meter 500 daN untuk konduktor lebih dari 70 mm2;

b. Insulator tarik 3 buah;

c. Cross arm tipe tarik 2 buah;

d. Lightning arrester dengan instalasi penghantar pembumian BC 50 mm2 atau A3C 70 mm2. Nilai tahanan pembumian maksimal 5 Ω. Terminal pembumian lightning arrester dihubungkan dengan grounding kabel;

e. Ditambahkan konstruksi guy wire.

Apabila menggunakan kabel XLPE single core, maka perlu ditambahkan 1 buah cross arm penyangga. Konstruksi tiang awal dapat dilengkapi dengan peralatan switch (DS/LBS) untuk kebutuhan pemeliharan gardu induk.

Konstruksi SUTM tiang awal seperti ditunjukkan pada Lampiran B.

6.1.2 Konstruksi tiang penumpu (line pole)

Konstruksi ini dipasang untuk jaringan SUTM dengan sudut belokan 0° s.d <15° dengan menggunakan material utama sebagai berikut:

- Tiang besi/beton minimal 12 meter 350 daN;

- Insulator tumpu 3 buah;

- Cross arm tipe tumpu 1 buah;

Konstruksi SUTM tiang penumpu seperti ditunjukkan pada Lampiran C.

(28)

6.1.3 Konstruksi tiang sudut

Tabel 1. Konstruksi SUTM Tiang Sudut

Material Sudut Kecil (15° s.d <30°)

Sudut Sedang (30° s.d <60°)

Sudut Besar (60° s.d 90°)

Tiang

Tiang besi/beton minimal 12 meter 350 daN

Besi/beton minimal 12 meter 350 daN untuk konduktor 70 mm2 atau minimal 12 meter 500 daN untuk konduktor lebih dari 70 mm2

Besi/beton minimal 12 meter 350 daN untuk konduktor 70 mm2 atau minimal 12 meter 500 daN untuk konduktor lebih dari 70 mm2

Insulator

Insulator tumpu 3 atau 6 set tergantung tipe konstruksi

Insulator tarik 6 set dan Insulator tumpu 1 atau 3 set tergantung tipe konstruksi

Insulator tarik 6 set dan Insulator tumpu 2 set

Cross Arm

Tipe tumpu 1 atau 2 buah tergantung tipe konstruksi

Tipe tarik 2 buah Tipe tarik 4 buah

Aksesoris Ditambahkan guy wire sebanyak 1 set

Ditambahkan guy wire sebanyak 1 set

Ditambahkan guy wire sebanyak 2 set

Gambar Lampiran D Lampiran E Lampiran F

6.1.4 Konstruksi tiang penegang (tension pole)

Konstruksi tiang penegang ini dipasang pada maksimal setiap 10 gawang jaringan.

Kekuatan tiang (working load) sama dengan kekuatan tiang awal. Jika menggunakan tiang dengan kekuatan tiang lebih kecil, maka harus ditambahkan 2 set konstruksi guy wire dengan arah berlawanan.

Konstruksi SUTM tiang penegang seperti ditunjukkan pada Lampiran G.

6.1.5 Konstruksi tiang pencabangan (tee-off pole)

Konstruksi ini adalah gabungan antara konstruksi tiang penumpu dan tiang awal yang tidak dilengkapi dengan lightning arrester dan kabel naik, namun dengan penggantian tiang yang memiliki kekuatan tarik yang lebih besar. Jika tidak memungkinkan penggantian tiang dengan kekuatan tarik yang lebih besar, maka ditambahkan dengan 1 buah insulator tumpu dan 1 set guy wire.

(29)

13

6.1.6 Konstruksi tiang akhir (end pole)

Konstruksi tiang akhir ini sebagaimana konstruksi tiang awal tanpa kabel naik. Tiang yang dipakai dengan kekuatan tarik sesuai penampang penghantar atau dengan kekuatan tarik lebih kecil ditambah konstruksi topang tarik atau guy wire.

Konstruksi SUTM tiang akhir seperti ditunjukkan pada Lampiran I.

6.2 Konstruksi SUTM sistem empat kawat sirkit tunggal

Konstruksi SUTM sistem empat kawat merupakan konstruksi SUTM dengan ciri-ciri pemakaian panghantar netral pada sistem Tegangan Menengah yang dibumikan pada tiap- tiap tiang. Penghantar netral sisi Tegangan Menengah ini juga merupakan penghantar netral sisi Tegangan Rendah, sehingga dinamakan sistem distribusi dengan Penghantar Netral Bersama (Multi Grounded Common Netral).

Konstruksi SUTM sistem empat kawat dapat dilihat pada Lampiran B s.d Lampiran I untuk tipe 3.

Dalam hal memerlukan pemasangan SUTM 1 fase, maka dapat menggunakan konstruksi sendiri dengan mempertimbangkan kekuatan material dan faktor keamanan.

6.3 Konstruksi SUTM sistem tiga atau empat kawat sirkit ganda

Konstruksi SUTM sirkit ganda pada dasarnya sama dengan konstruksi SUTM sirkit tunggal seperti ditunjukkan pada Lampiran GG, dengan persyaratan sebagai berikut:

1. Panjang tiang minimal 13 meter;

2. Konstruksi tiang sudut dan tiang akhir harus diperkuat dengan konstruksi penopang tiang;

3. Tidak memasang sakelar tiang lebih dari satu pada tiang yang sama.

Untuk jaringan existing sirkit tunggal, apabila akan diubah menjadi sirkit ganda maka:

1. Hanya dapat dilakukan pada tiang dengan minimal 13 meter;

2. Sirkit kedua dipasang di bawah sirkit pertama (underbuild);

3. Jika sudah terpasang sakelar tiang pada sirkit pertama, tidak diperbolehkan memasang sakelar tiang pada sirkit kedua;

4. Apabila cross arm tidak terpasang secara simetris terhadap tiang (isolator posisi 2-1), perlu memperhatikan jarak aman andongan terendah.

Contoh pemasangan pada jaringan eksisting dapat dilihat pada Lampiran HH.

(30)

6.4 Konstruksi penopang tiang

Konstruksi ini ditunjukkan untuk penambahan kekuatan tiang agar dapat memikul beban mekanisnya dan penyeimbang gaya. Terdapat 3 macam konstruksi penopang tiang yang dipakai:

- Topang tarik (Guy Wire);

- Topang tekan (Strut Pole);

- Horizontal Guy Wire.

6.4.1 Konstruksi topang tarik (guy wire)

Konstruksi ini menggunakan kawat galvanized untuk menahan tiang sudut, tiang awal dan tiang akhir agar tetap pada posisinya walaupun ada gaya tarik dari jalur penghantar yang tidak lurus.

Konstruksi SUTM topang tarik seperti ditunjukkan pada Lampiran J.

6.4.2 Konstruksi topang tekan (strut pole)

Konstruksi ini menggunakan tiang yang berfungsi untuk menopang tiang penyangga jaringan.

Konstruksi SUTM topang tekan seperti ditunjukkan pada Lampiran K.

6.4.3 Konstruksi horizontal guy wire

Konstruksi ini menggunakan kawat galvanized yang ditarik antara tiang penyangga jaringan dan tiang bantu.

Konstruksi SUTM horizontal guy wire seperti ditunjukkan pada Lampiran L.

6.5 Konstruksi perluasan pada tiang eksisting

6.5.1 Konstruksi perluasan pada tiang akhir

Konstruksi ini digunakan sebagai jaringan perluasan yang disambungkan pada konstruksi tiang akhir eksisting dengan menambah guy wire, sehingga hasil akhir konstruksi ini seperti konstruksi SUTM tiang penumpu pada sub-pasal 6.1.2.

(31)

15

6.5.2 Konstruksi perluasan pada tiang penumpu

Konstruksi ini digunakan sebagai jaringan perluasan yang disambungkan pada konstruksi tiang penumpu eksisting dengan menambah guy wire, sehingga hasil akhir konstruksi ini seperti konstruksi SUTM tiang sudut pada sub-pasal 6.1.3.

Konstruksi SUTM perluasan pada tiang penumpu seperti ditunjukkan pada Lampiran N.

6.5.3 Konstruksi perluasan pada tiang akhir sudut

Konstruksi ini digunakan sebagai jaringan perluasan yang disambungkan pada konstruksi tiang sudut dengan menambah guy wire, sehingga hasil akhir konstruksi ini seperti konstruksi SUTM percabangan pada sub-pasal 6.1.5.

Konstruksi SUTM perluasan pada tiang akhir sudut seperti ditunjukkan pada Lampiran O.

6.6 Konstruksi penunjang

6.6.1 Konstruksi tiang yang terpasang peralatan sakelar

Konstruksi ini dipasang untuk keperluan manuver jaringan atau pemeliharaan. Konstruksi ini dapat berupa:

- Pole Mounted Load Break Switch yang berfungsi sebagai pelepas beban;

- Pole Mounted Recloser yang berfungsi sebagai pemutus balik otomatis;

- Pole Mounted Fault Interupter yang berfungsi sebagai pemutus arus gangguan.

Konstruksi ini memakai tiang dengan kekuatan tarik minimal 500 daN.

Dalam pemasangannya, peralatan sakelar motorize dilengkapi dengan lightning arrester pada setiap fasenya, baik masukan maupun keluaran. Semua bagian konduktif terbuka (exposed conducting) harus dibumikan.

Untuk keperluan pemeliharaan, pemasangan sakelar dilengkapi dengan pemisah (disconnecting switch) pada sisi masukan (dan dapat ditambah pada sisi keluaran) atau dengan penggunaan konektor SUTM tipe live-line connector (LLC).

Dalam hal diperlukan untuk tetap menjaga jaringan beroperasi normal, maka konstruksi tiang dengan sakelar dapat dilengkapi pelepas beban/air-break-switch yang terpasang paralel untuk mem-bypass jaringan.

Dalam hal diperlukan, pada tiang sakelar yang menggunakan pelepas beban manual dapat ditambahkan mesh/keset pembumian di atas lokasi berdirinya personil yang mengoperasikan (Lampiran P.3).

Contoh konstruksi SUTM tiang yang terpasang sakelar ditunjukkan pada Lampiran P.

(32)

6.6.2 Konstruksi pembumian (grounding)

Bagian-bagian yang harus dibumikan adalah Bagian Konduktif Terbuka (BKT) konstruksi tiang dan instalasi lightning arrester. Konstruksi ini memakai penghantar pembumian jenis tembaga, bimetal joint, penghantar alumunium, dan elektroda pembumian.

Konstruksi SUTM pembumian seperti ditunjukkan pada Lampiran Q.

6.6.3 Konstruksi pengaman jaringan (guard net)

Konstruksi ini dipasang pada jaringan yang melintas jalan raya atau rel kereta api dan berfungsi untuk mengamankan dan mengantisipasi apabila terjadi jaringan putus.

Konstruksi SUTM pengaman jaringan seperti ditunjukkan pada Lampiran R.

6.7 Persyaratan jarak aman (safety distance)

Jarak aman minimum jaringan terhadap tanah dan bangunan lain, serta underbuilt dengan jaringan lain yang berada di bawahnya dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Jarak Aman Minimum SUTM 20 kV

No. Uraian Jarak Aman Minimum (m)

1. Terhadap permukaan jalan raya 6

2. Balkon rumah 2,5

3. Atap rumah 2,5

4. Dinding Bangunan 2,5

5. Antena TV/radio, menara 2,5

6. Pohon 2,5

7. Lintasan kereta api 2 meter dari atap kereta

8. Underbuilt TM – TM 1

9. Underbuilt TM – TR 1,2

10. Underbuilt TM – Telekomunikasi 1

(33)

17

6.8 Prosedur penyelenggaraan

Prosedur pada bagan alur di atas dimungkinkan dapat berbeda pada setiap unit. Contoh pedoman prosedur penyelenggaraan konstruksi SUTM dapat dilihat pada Lampiran NN.

7 Saluran Kabel Udara Tegangan Menengah (SKUTM)

Konstruksi SKUTM digunakan untuk penyulang layanan prioritas, daerah rawan pohon, perkotaan, atau sesuai dengan peraturan pemerintah daerah setempat. SKUTM dalam standar ini menggunakan kabel pilin berisolasi penuh (MVTIC), sedangkan untuk konduktor berselubung AAAC-S diatur dalam SPLN terpisah. Dengan mempertimbangkan berat kabel, maka tiang SKUTM harus memliki kekuatan minimal 350 daN.

Jenis konstruksi SKUTM dinyatakan dalam simbol seperti pada Lampiran S.

Konstruksi SKUTM perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

a. Jarak pendirian antar tiang maksimal 30 meter dengan memperhitungkan maksimum sagging/andongan (3,5% terhadap jarak antar tiang) dan mempertimbangkan ukuran tiang.

Pada konstruksi SKUTM dengan jarak pendirian antar tiang > 30 m, maka harus menggunakan konstruksi SKUTM dengan kawat penggantung sepanjang jaringan untuk mengurangi sagging/andongan. Konstruksi ini juga dapat digunakan untuk kepentingan estetika atau mengurangi jumlah sambungan. Gambar konstruksi SKUTM menggunakan kawat penggantung dapat dilihat pada Lampiran T s.d Lampiran AA untuk tipe 2.

b. Tinggi tiang yang digunakan minimal 12 meter.

Persiapan Peta Rencana dan Proses Perizinan

Survei dan Penentuan Lokasi Titik Tiang

Handling Transportasi

Penarikan Konduktor (Stringing)

Komisioning

(34)

c. Tiang di tanam 1/6 kali dari panjang tiang dengan sudut kemiringan tidak melebihi 5°

d. Jika kondisi pada poin c tidak terpenuhi maka tiang harus menggunakan pondasi untuk menjamin kehandalan dan keselamatan. Contoh tipe pondasi dapat dilihat pada Lampiran EE.

e. Pada tiang sudut dan tiang akhir dapat ditambahkan konstruksi penopang tiang sesuai pada sub-pasal 6.4.

f. Untuk sistem empat kawat dipersyaratkan menggunakan jenis konduktor minimal 3x240+1x95 mm2 danmemperhitungkan short circuit level yang diizinkan. Sebagai contoh besar short circuit level untuk kabel NFA2XSY-T dapat dilihat pada Tabel 3.

Dalam hal kondisi di lapangan tidak memungkinkan menggunakan konstruksi yang terdapat di dalam SPLN ini, maka dapat menggunakan konstruksi lain dengan mempertimbangkan kekuatan material dan faktor keamanan.

Tabel 3. Contoh Spesifikasi kabel NFA2XSY-T

No. Cross Section

Area

Approx.

Overall Diameter

Approx.

Cable Weight

Max. (Amp) Current Carrying Capacity at

30°C

Max. Short Circuit Current at 1 Second

Conductor Screen

mm2 mm kg/km in air kA kA

3 x 50 58,0 3.100 165 4,89 2,92

3 x 70 62,0 3.500 204 6,81 3,14

3 x 95 66,0 3.900 247 9,19 3,38

3 x 120 70,0 4.300 287 11,58 3,57

3 x 150 73,0 4.800 326 14,43 4,66

3 x 185 77,0 5.200 373 17,76 3,99

3 x 240 83,0 6.010 438 22,98 4,35

3 x 300 90,0 6.815 485 28,68 4,62

7.1 Konstruksi SKUTM

Konstruksi SKUTM terdiri dari sistem tiga kawat dan sistem empat kawat. Gambar konstruksi SKUTM dapat dilihat pada Lampiran T s.d Lampiran AA, dimana:

a. Tipe 1 adalah SKUTM sistem tiga kawat;

b. Tipe 2 adalah SKUTM sistem tiga kawat, dengan kawat penggantung MVTIC

(35)

19

7.1.1 Konstruksi tiang awal (riser pole)

Pada konstruksi ini digunakan kotak ujung (cable terminator) dan lightning arrester dengan kekuatan tiang awal sekurang-kurangnya 500 daN. Dead end clamp / strain clamp dan kelengkapannya digunakan sebagai penarik pemikul/messenger pada SKUTM.

Dead-end clamp / strain clamp dengan kelengkapannya digunakan sebagai penarik pemikul/messenger SKUTM. Nilai tahanan pembumian lightning arrester tidak melebihi 5 Ω.

Konstruksi SKUTM tiang awal seperti ditunjukkan pada Lampiran T.

7.1.2 Konstruksi tiang penumpu (line pole)

Tiang penumpu memakai konstruksi line pole dengan suspension clamp dan suspension bracket dan kelengkapannya. Tiang penumpu dapat berfungsi sebagai tiang sudut yang besar sudut lintasan 0°- 10°. Konstruksi ini dipasang dengan menggunakan tiang besi/beton minimal 12 m 350 daN.

Konstruksi SKUTM tiang penumpu seperti ditunjukkan pada Lampiran U.

7.1.3 Konstruksi tiang sudut

Tabel 4. Konstruksi SKUTM Tiang Sudut

Material Sudut Kecil (15° s.d <30°)

Sudut Sedang (30° s.d <60°)

Sudut Besar (60° s.d 90°)

Tiang Tiang besi/beton minimal 12 meter 350 daN

Tiang besi/beton minimal 12 meter 350 daN

Tiang besi/beton minimal 12 meter 350 daN

Aksesoris • Ditambahkan Guy Wire sebanyak 1 set

• Ditambahkan Guy Wire sebanyak 1 set

• Ditambahkan Yoke untuk 2 buah suspension clamp

• Ditambahkan Guy Wire sebanyak 2 set

• Ditambahkan 2 buah strain clamp

Gambar Lampiran V Lampiran W Lampiran X

7.1.4 Konstruksi tiang penegang (tension pole)

Konstruksi tiang penegang ini dipasang pada maksimal setiap 10 gawang jaringan.

Konstruksi ini dipasang dengan menggunakan tiang besi/beton minimal 12 m 350 daN dan ditambah 2 set konstruksi topang tarik (guy wire) dengan arah berlawanan.

Konstruksi SKUTM tiang penegang seperti ditunjukkan pada Lampiran Y.

(36)

7.1.5 Konstruksi tiang pencabangan (tee - off pole)

Pada konstruksi ini sadapan pencabangan harus dilengkapi dengan lightning arrester dengan persyaratan pembumian 5 Ω. Maksimum percabangan sebanyak 3 cabang.

Konstruksi SKUTM tiang pencabangan seperti ditunjukkan pada Lampiran Z.

7.1.6 Konstruksi tiang sambungan

Konstruksi tiang sambungan digunakan sebagai titik sambung antara dua penghantar SKUTM. Jointing cable ditopang sedemikian rupa sehingga tidak menahan beban mekanis dan pada posisi lurus. Pada titik sambungan kabel MVTIC diberi cadangan sekurang–

kurangnya 6 meter sebagai penghantar pada gawang jaringan. Konstruksi ini memakai dua jenis konstruksi dead-end sebagaimana pada tiang awal dan tiang akhir. Kekuatan tiang yang dipakai sama dengan kekuatan tiang awal dan tiang akhir yang ditambahkan guy wire di kedua sisi.

Konstruksi SKUTM tiang sambungan seperti ditunjukkan pada Lampiran AA.

7.2 Persyaratan jarak aman (safety distance)

Jarak aman pada konstruksi SKUTM harus tetap memenuhi syarat keamanan lingkungan dan keandalan. SKUTM yang menggunakan kabel twisted, jarak aman sekurang–kurangnya 60 cm, dan ROW kabel tidak boleh bersentuhan langsung dengan pohon / bangunan. Pada titik sambungan SKUTM dan SUTM, jarak aman sama dengan ketentuan pada SUTM.

7.3 Prosedur penyelenggaraan

Prosedur penyelenggaraan konstruksi SKUTM sama seperti sub-pasal 6.8 “Prosedur Penyelenggaraan Konstruksi SUTM”, hanya terdapat perbedaan pada peralatan penarikan penghantar (stringing). Peralatan penarikan kabel (stringing) yang diperlukan adalah:

a. Pulling grip (pemegang kabel) sesuai ukuran diameter kabel;

b. Swivel untuk menetralisir putaran agar kabel stabil (tidak terlilit);

c. Roll 1 sisi sebagai alas/dudukan kabel agar tidak tergores dan disesuikan dengan jenis konstruksi;

d. Dinamo meter untuk menentukan besar gaya tarik pada kabel;

e. Winch machine (mesin penarik);

f. Pillot rope dan main rope;

(37)

21

8 Saluran Kabel Tegangan Menengah (SKTM)

SKTM menggunakan kabel tanah inti tiga yang berinsulasi Cross-Linked Polyethylene (XLPE) dan berselubung Polyvinyl Chloride (PVC) yang mengacu ke SPLN 43-5-4:1995 dan SPLN 43-5-6:1995. Insulasi penghantar tiap fase tidak perlu dilindungi dengan pelindung mekanis.

Dalam hal kondisi di lapangan tidak memungkinkan menggunakan konstruksi yang terdapat di dalam SPLN ini, maka dapat menggunakan konstruksi lain dengan mempertimbangkan kekuatan material dan faktor keamanan.

8.1 Konstruksi SKTM

8.1.1 Konstruksi tanam langsung

Konstruksi lubang galian untuk peletakan kabel harus cukup, dengan lebar minimal 40 cm atau disesuaikan dengan banyak kabel yang akan diletakkan didalam galian tersebut seperti dinyatakan dalam Tabel 5. Konstruksi SKTM tanam langsung dapat dilihat pada Lampiran BB dan perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

a. Peletakan kabel pada satu lubang galian ditetapkan maksimal 4 buah kabel tanah inti tiga (three core). Apabila dibutuhkan lebih dari itu, maka direkomendasikan menggunakan jalur galian yang berbeda atau membangun konstruksi SKTM ducting.

b. Galian harus dilapisi pasir urug setebal minimal 10 cm terlebih dulu untuk mengantisipasi disipasi panas dan kelenturan, kemudian ditutup dengan plat beton (concrete slabs) bertanda “PLN 20 kV” dengan tebal minimal 4 cm sebagai pengaman, seperti yang ditunjukkan pada Lampiran BB.

c. Untuk peletakan lebih dari 1 kabel, diantara kabel harus disekat dengan batu bata atau concrete slabs.

d. Untuk struktur tanah yang mudah longsor, dinding galian perlu ditopang agar tepinya terhindar dari longsor.

e. Penarikan kabel tanah harus menggunakan mesin penarik (winch machine) dan roller agar kabel tidak rusak.

f. Penandaan kabel tanah harus diberi patok tanda kabel PLN 20 kV setiap ± 50 meter, patok tanda sambungan (Mof kabel), dan penanda belokan kabel. Contoh tanda patok kabel tanah seperti ditunjukkan pada Lampiran II dan Lampiran JJ.

g. Radius belokan kabel tanah tidak boleh membentuk sudut 90°, minimal 20 kali dari diameter luar kabel.

(38)

Tabel 5. Dimensi Galian SKTM Tanam Langsung

Jumlah

kabel Lebar [cm]

Kedalaman Minimum [cm]

Tanah / rumput Trotoar/jalan

1 40 120 150

2 50 120 150

3 60 120 150

4 80 120 150

8.1.2 Konstruksi boring (manual atau mesin)

Pemasangan SKTM dengan sistem boring digunakan untuk pekerjaan yang tidak memungkinkan dilakukan penggalian terbuka (open-cut), pekerjaan yang mengalami hambatan perlintasan (rel KA, sungai, jalan tol, dan lain-lain), dan pekerjaan yang mengakibatkan kerusakan pada lingkungan sekitar. Pembuatan sistem bor terowongan dapat dilakukan dengan cara:

a. Boring manual sejajar jalan dengan jarak mainhole 25 – 50 meter;

b. Boring mesin sejajar jalan dengan jarak mainhole 50 – 80 meter;

c. Boring Horizontal Directional Drilling (HDD) sejajar jalan dengan jarak mainhole lebih dari 80 meter;

d. Boring manual crossing jalan dengan jarak mainhole 25 – 50 meter;

e. Boring mesin crossing jalan dengan jarak mainhole 50 – 80 meter;

f. Boring HDD crossing jalan dengan jarak mainhole lebih dari 80 meter.

Konstruksi SKTM Boring perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

a. Boring manual atau mesin dilakukan dengan dimensi lubang yaitu panjang 200 cm, lebar 80 cm dan kedalaman 150 cm di bawah jalan. Pada konstruksi sambungan kabel, dimensi lubang yaitu panjang 300 cm, lebar 130 cm, dan kedalaman 170 cm. Dimensi lubang boring dapat dilihat pada Lampiran KK;

b. Untuk pekerjaan boring manual atau mesin dilakukan pemasangan pipa HDPE untuk jalur kabel tanah sejajar jalan atau pipa PVC untuk jalur kabel tanah crossing jalan dengan diameter minimal 6 inci. Sedangkan untuk pekerjaan boring HDD menggunakan pipa HDPE;

c. Untuk peletakan lebih dari 1 kabel, di antara kabel harus disekat dengan batu bata atau concrete slabs, seperti yang ditunjukkan pada Lampiran LL;

(39)

23

f. Penarikan kabel tanah harus menggunakan mesin penarik (winch machine) dan roller agar kabel tidak rusak;

g. Penandaan kabel tanah harus diberi patok tanda kabel PLN 20 kV setiap ± 50 meter, patok tanda sambungan (Mof kabel), dan penanda belokan kabel. Contoh tanda patok kabel tanah seperti ditunjukkan pada Lampiran II dan Lampiran JJ;

h. Radius belokan kabel tanah tidak boleh membentuk sudut 90°, minimal 20 kali dari diameter luar kabel.

8.1.3 Konstruksi ducting

Konstruksi SKTM dengan ducting dapat digunakan untuk daerah khusus (bandara, kawasan industri, pangkalan, dll). Konstruksi lubang ducting untuk peletakan kabel harus cukup, dengan lebar minimal 50 cm dan harus disesuaikan dengan banyak kabel yang akan diletakkan di dalam galian tersebut seperti dinyatakan dalam Tabel 6.

Tabel 6. Dimensi Lubang Ducting SKTM Ducting

Jumlah kabel Lebar (cm) Kedalaman (cm)

1 50 120

2 60 120

3 90 120

4 100 120

Peletakan kabel pada satu lubang ducting ditetapkan maksimal 4 buah kabel tanah inti tiga (three core). Apabila dibutuhkan lebih dari itu, maka direkomendasikan menggunakan jalur ducting yang berbeda atau membangun terowongan kabel. Lubang ducting bagian atas ditutup menggunakan plat beton bertanda “PLN 20 kV” dengan tebal minimal 70 mm sebagai pengaman.

Konstruksi SKTM ducting dapat dilihat pada Lampiran CC.

8.1.4 Konstruksi jembatan kabel

Konstruksi jembatan kabel digunakan untuk menyeberangkan kabel yang melintasi sungai atau saluran air. Untuk lebar sungai atau saluran air yang kurang dari 3 meter, digunakan konstruksi boring crossing menggunakan pipa, sedangkan untuk lebar sungai atau saluran air lebih dari 3 meter menggunakan konstruksi jembatan kabel dari baja. Lebar jembatan kabel minimal 50 cm dan dapat disesuaikan dengan banyak kabel yang diletakkan/ditopang di atasnya. Pondasi jembatan dibangun minimal 1 meter dari tepi sungai. Jembatan kabel harus diberikan pagar penghalang lalu orang di kedua sisi.

Konstruksi jembatan kabel dapat dilihat pada Lampiran DD.

(40)

8.2 Persyaratan jarak aman (safety distance)

Karena menyangkut fasilitas pemerintah daerah seperti jalan raya, trotoar, atau instalasi pengguna lainnya (telekomunikasi atau pipa air), pekerjaan konstruksi SKTM untuk sistem distribusi harus dilaksanakan dengan ketentuan/seizin pemerintah daerah setempat.

Sebagaimana ditetapkan dalam PUIL 2011, jarak aman antara instalasi bawah tanah lain ditetapkan sebagai berikut:

Tabel 7. Jarak Aman Minimum SKTM

No Kondisi Jarak Aman Minimum (m)

1 Persilangan/sejajar dengan rel kereta api.

Kabel harus berjarak minimal 2 meter dari rel kereta api. Jika persilangan, kabel harus dimasukkan dalam pipa baja diameter > minimal 4” dan dilebihkan 2 meter dari rel kereta, dengan kedalaman 2 meter di bawah rel kereta api.

2 Persilangan dengan jalan raya atau jalan lingkungan.

Kedalaman minimal kabel adalah 1,2 m. Kabel harus dimasukkan ke dalam pipa baja.

(41)

25

8.3 Prosedur penyelenggaraan

Prosedur pada bagan alur di atas dimungkinkan dapat berbeda pada setiap unit. Contoh pedoman prosedur penyelenggaraan konstruksi SKTM dapat dilihat pada Lampiran OO.

Pekerjaan Persiapan Penggelaran Kabel

Handling Transportasi Kabel

Pelaksanaan Galian Kabel

Penggelaran Kabel

Instalasi Terminal Kabel

Pemasangan Penghantar Pembumian

Penandaan Konstruksi SKTM

Komisioning SKTM TANAM LANGSUNG

Persiapan Pekerjaan

Handling Transportasi Kabel

Pelaksanaan Pekerjaan HDD

Penandaan Konstruksi SKTM

Komisioning SKTM BORING HDD

Gambar

Gambar 1. Spesifikasi cross arm
Tabel 1. Konstruksi SUTM Tiang Sudut
Tabel 2. Jarak Aman Minimum SUTM 20 kV
Tabel 3. Contoh Spesifikasi kabel NFA2XSY-T
+5

Referensi

Dokumen terkait

Dalam penyaluran listrik tegangan tinggi ini, mulai dari pusat pembangkit akan terjadi rugi-rugi pada saluran transmisi dan saluran distribusi hingga ke gardu induk

Jaringan yang digunakan dalam perhitungan susut daya ini adalah jaringan tegangan menengah penyulang CWRA (GIS Kiara Condong) dengan menggunakan saluran udara

Sistem Distribusi Tenaga Listrik untuk Tegangan Menengah yang akan dikembangkan adalah Sistem Distribusi Tegangan 20 KV menggunakan hantaran udara dan atau kabel

Dua poin ini dipilih karena apabila kabel Saluran Udara Tegangan Menengah (SUTM) sudah terpelihara dan tidak ada pencurian terhadap peralatan sistem jaringan maka sistem

Untuk meminimalisir jatuh tegangan dan rugi daya pada Saluran Udara Tegangan Menengah (SUTM) Penyulang Naioni 20 kV, perlu dilakukan rekonfigurasi jaringan diantaranya dengan

Jaringan SUTM adalah jaringan distribusi tenaga listrik 3 fasa 20 KV yang merupakan jaringan pendistribusian tenaga listrik tegangan menengah yang keluar dari Gardu induk

Adapun untuk buku Teknik Transmisi Tenaga Listrik Jilid 2 memuat 3 bab, yaitu Saluran Udara Tegangan Tinggi; Gardu Induk; Sistem Pentanahan Titik Netral; serta Konstruksi

Control Center, DCC), saluran tegangan menengah (6kV dan 20kV, yang juga biasa disebut tegangan distribusi primer) yang merupakan saluran udara atau kabel tanah, gardu