• Tidak ada hasil yang ditemukan

Status Dana Tidak Bertuan di Bank dalam Perspektif Hukum Positif dan Hukum Islam

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "Status Dana Tidak Bertuan di Bank dalam Perspektif Hukum Positif dan Hukum Islam"

Copied!
35
0
0

Teks penuh

(1)

STATUS DANA TIDAK BERTUAN DI BANK DALAM PERSPEKTIF HUKUM

POSITIF DAN HUKUM ISLAM

(STUDI KASUS KANTOR PUSAT BANK MEGA SYARIAH DAN BANK MEGA KONVENSIONAL)

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Magister Agama (M.Ag)

Dalam Ilmu Agama Islam

Oleh:

Bilqis Adetokunbo Uthman NIM.215610205

KONSENTRASI ILMU SYARIAH PROGRAM STUDI ILMU AGAMA ISLAM

PASCASARJANA MAGISTER (S2) INSTITUT ILMU AL-QUR’AN (IIQ) JAKARTA

1438 H/2017 M

(2)

i

STATUS DANA TIDAK BERTUAN DI BANK DALAM PERSPEKTIF HUKUM

POSITIF DAN HUKUM ISLAM

(STUDI KASUS KANTOR PUSAT BANK MEGA SYARIAH DAN BANK MEGA KONVENSIONAL)

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Magister Agama (M.Ag)

Dalam Ilmu Agama Islam

Oleh:

Bilqis Adetokunbo Uthman NIM. 215610205

Pembimbing:

Prof. DR. Hj. Huzaemah T.Yanggo, MA.

DR. H. Hasanudin, M.Ag.

KONSENTRASI ILMU SYARIAH PROGRAM STUDI ILMU AGAMA ISLAM

PASCASARJANA MAGISTER (S2) INSTITUT ILMU AL-QUR’AN (IIQ) JAKARTA

1438 H/2017 M

(3)

ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Tesis dengan judul “Status Dana Tidak Bertuan Di Bank Dalam Perspektif Hukum Positif Dan Hukum Islam (Studi Kasus Kantor Pusat Bank Mega Syariah Dan Bank Mega Konvensional)” yang disusun oleh Bilqis Adetokunbo Uthman Nomor Induk Mahasiswa: 215610205 telah melalui proses bimbingan dengan baik dan dinilai oleh pembimbing telah memenuhi syarat ilmiah untuk diujikan kesidang munaqasyah.

Di Bawah Bimbingan:

Pembimbing I, Pembimbing II,

Prof. Dr. Hj. Huzaemah T.Yanggo, MA Dr. Hasanuddin, M.Ag

Tanggal: Tanggal:

(4)

iii

LEMBAR PENGESAHAN TESIS

Tesis dengan judul “Status Dana Tidak Bertuan Di Bank Dalam Perspektif Hukum Positif Dan Hukum Islam (Studi Kasus Kantor Pusat Bank Mega Syariah Dan Bank Mega Konvensional)” Oleh Bilqis Adetokunbo Uthman dengan NIM 215610205 telah diujikan disidang Munaqasyah Program Pascasarjana Institut Ilmu Al-Qur‟an (IIQ) Jakarta pada tanggal 24 Agustus 2017. Tesis tersebut telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Magister Agama (M.Ag) dalam bidang Ilmu Agama Islam.

Direktur Program

Dr. KH. Ahmad Munif Suratmaputra, MA.

PANITIA UJIAN

Tanda Tangan Tanggal

Dr. KH. Ahmad Munif Suratmaputra, MA. (………...…) (…...….) Ketua Sidang

Dr. KH. Muhammad Yusup, MA. (……...……) (……...) Sekretaris Sidang

Prof. Dr. H. Abdul Wahab Abd. Muhaimin, MA. (…………...) (…...…) Penguji I

Dr. KH. Ahmad Munif Suratmaputra, MA. (…………...) (...…) Penguji II

Prof. Dr. Hj. Huzaemah T. Yanggo, MA. (………...) (...………) Pembimbing I

Dr. Hasanuddin, M.Ag. (……...…) (….…..…) Pembimbing II

(5)

iv

PERNYATAN PENULIS

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Bilqis Adetokunbo Uthman

NIM : 215610205

Tempat/Tgl Lahir : Brebes, 18 April 1990

Menyatakan bahwa tesis dengan judul “Status Dana Tidak Bertuan Di Bank Dalam Perspektif Hukum Positif Dan Hukum Islam (Studi Kasus Kantor Pusat Bank Mega Syariah Dan Bank Mega Konvensional)” adalah benar- benar asli karya saya kecuali kutipan-kutipan yang sudah disebutkan.

Kesalahan dan kekurangan di dalam karya ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab saya.

24 Agustus 2017 M 02 Dzul Hijjah 1438 H

Bilqis Adetokunbo Uthman Jakarta,

(6)

v MOTTO

ىػب ميكىلاىوْمىأ اويليكْأىت ىلاىك ًؿاىوْمىأ ْنِّم انقيًرىف اويليكْأىتًل ًـاَّكيْلْا ىلًَإ اىًبِ اويلْديتىك ًلًطاىبْلاًب ميكىنْػي

ىفويمىلْعىػت ْميتنىأىك ًْثًْلإْاًب ًساَّنلا

“Dan janganlah sebahagian kamu memakan harta sebahagian yang lain di antara kamu dengan jalan yang batil dan (janganlah) kamu membawa (urusan) harta itu kepada hakim, supaya kamu dapat memakan sebahagian daripada harta benda orang lain itu dengan (jalan

berbuat) dosa, padahal kamu mengetahui.”(QS. Al-Baqarah [2]:188)

ىلاىوْمىأ اويليكْأىتىلا اوينىماىء ىنيًذَّلا اىهُّػيىأىي وضاىرىػت نىع نةىراىًتِ ىفويكىت ْفىأ َّلاًإ ًلًطاىبْلاًب ميكىنْػيىػب ميك

ْميكنِّم ...

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama suka di

antara kamu ...”(QS. An-Nisâ‟ [4]:29)

(7)

vi

ًمي ًحَّرلا ًنىْحَّْرلا ًهَّللا ًمْسًب

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah berkat rahmat dan inayah Allah Swt, Tesis ini dapat diselesaikan. Salawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada Nabi Besar Muhammad Saw beserta Keluarga, para Sahabatnya, dan Ummatnya hingga akhir zaman.

Tesis ini dapat diselesaikan berkat bimbingan, motivasi serta bantuan dari berbagai pihak, baik moril maupun materil. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang tidak terhingga kepada:

1. Prof. Dr. Hj. Huzaemah T. Yanggo, MA, selaku Rektor Institut Ilmu Al- Qur‟an (IIQ) Jakarta merangkap Dosen Pembimbing I yang dengan sabar memberikan bimbingan, saran dan pengarahan kepada penulis dalam penyelesaian tesis ini. Semoga Allah memberikan keberkahan di dunia dan akhirat.

2. Dr. KH. Ahmad Munif Suratmaputra, MA, selaku Direktur Pascasarjana Institut Ilmu Al-Qur‟an (IIQ) Jakarta. Semoga Allah memberikan keberkahan di dunia dan akhirat.

3. Bapak Dr. Hasanudin. M.Ag sebagai pembimbing II yang dengan sabar memberikan bimbingan, saran dan pengarahan kepada penulis dalam penyelesaian tesis ini. Semoga Allah memberikan keberkahan di dunia dan akhirat.

4. Bapak Prof. Dr. H. Abdul Wahab Abd. Muhaimin, MA, sebagai penguji II yang dengan sabar memberikan bimbingan, saran dan pengarahan kepada penulis dalam penyelesaian tesis ini. Semoga Allah memberikan keberkahan di dunia dan akhirat.

5. Bapak Ibu Dosen serta seluruh staf pascasarjana Institut Ilmu Al-Qur‟an (IIQ) Jakarta. Semoga ilmu yang diberikan berkah dan menjadi amal jariah yang tidak ada putusnya.

6. Kedua orang tua penulis (Alm) Dr. Miftah Adebayo Olowoko Fayuku Uthman dan (Almh) Dra. Atiqah Daimah, MA, yang telah mendidik, membimbing, memotivasi penulis untuk melanjutkan kuliah di Pascasarjana IIQ Jakarta.

ايرغص نيايبرامكامهحْر اك مدل اولك رفغا بر

7. Adik-Adik penulis, Muhammad Tufail Adebisi Uthman, Sururotullah Adedoin Uthman, dan Abdul Rauf Adesegun Uthman, mereka orang- orang tercinta yang merupakan motivator bagi penulis dalam menyelesaikan tesis ini. Semoga Adik-adik semua bisa meneruskan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi (S2 dan S3).

8. Bapak Dr. H. Syukron Hasyim, MA dan Ibu Hj. Yayat Sholihat, MA, Ibunda Hj. Maria Ulfah, MA yang sangat baik hati memberikan beasiswa, memotivasi dan mendoakan penulis untuk menyelesaikan tesis ini.

(8)

vii

Semoga Allah memberikan keberkahan di dunia dan akhirat serta kebaikannya menjadi amal jariah yang tiada putusnya.

9. Keluarga H. Ma΄shum, Mbah Putri Hj Muslihah, pakde, bude, om, bulik, semua sepupu di Brebes juga seluruh keluarga di Nigeria.

10. Teman-teman Mahasiswa dan Mahasiswi Pascasarjana Fakultas Syariah angkatan 2015 IIQ Jakarta juga rekan-rekan Kantor Bank Mega Syariah (Bu Prima, Pak Sonny, Bu Ade, Mas Ade, Mas Deki, Mba Mida, Mba Nina dan Mas Nana) yang telah memberikan izin untuk dapat kuliah sambil bekerja, serta memberikan dukungan, motivasi dan doa kepada penulis.

Akhirnya penulis berharap kiranya karya tulis ini bermanfaat bagi Penulis khususnya dan siapa saja yang membacanya. Amin.

24 Agustus 2017 M 02 Dzul Hijjah 1438 H

Penulis Jakarta,

(9)

viii DAFTAR ISI

JUDUL ... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

LEMBAR PENGESAHAN ... iii

PERNYATAAN PENULIS ... iv

MOTTO... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR GAMBAR ... x

PEDOMAN TRANSLITERASI ... xi

ABSTRAK ... xiii

BAB I: PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Permasalahan ... 6

1. Identifikasi Masalah ... 6

2. Pembatasan Masalah ... 6

3. Perumusan Masalah ... 7

C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian ... 7

D. Kajian Pustaka ... 7

E. Metodologi Penelitian ... 11

F. Tehnik Penulisan... 11

G. Sistematika Penulisan ... 11

BAB II: KONSEP MANAJEMEN DANA BANK ... 13

A. Pengertian Manajemen Dana Bank ... 13

B. Fungsi Dana Bank ... 18

C. Konsep Pengelolaan Dana Bank ... 20

D. Prinsip Pengelolaan Dana Bank ... 21

E. Tujuan Manajemen Dana Bank ... 27

F. Sumber-Sumber Dana Bank ... 29

G. Dana Pihak Ketiga Bank ... 31

BAB III: GAMBARAN UMUM SISTEM OPERASIONAL BANK MEGA SYARIAH DAN BANK MEGA KONVENSIONAL .... 43

A. Gambaran Umum Sistem Operasional Bank ... 43

B. Gambaran Umum Bank Mega Syariah ... 50

C. Gambaran Umum Bank Mega Konvensional ... 61

(10)

ix

BAB IV: DANA TIDAK BERTUAN DI BANK MEGA SYARIAH

DAN BANK MEGA KONVESIONAL ... 70

A. Pengertian Dana Tidak Bertuan ... 70

B. Sebab-Sebab Adanya Dana Tidak Bertuan Di Bank Mega Syariah Dan Bank Mega Konvensional ... 71

C. Aturan Dan Pengawasan Terhadap Dana Tidak Bertuan ... 86

D. Langkah-Langkah Yang Dilakukan Bank Mega Syariah Dan Konvensional Terhadap Dana Tidak Bertuan ... 92

E. Pengetahuan Nasabah Terhadap Dana Tidak Bertuan Di Bank 96 BAB V:ANALISIS STATUS DANA TIDAK BERTUAN DI BANK MEGA SYARIAH DAN BANK MEGA KONVENSIONAL DALAM PERSPEKTIF HUKUM POSITIF DAN HUKUM ISLAM ... 99

A. Status Dana Tidak Bertuan Di Bank Yang Masih Bisa Dicari Pemiliknya ... 99

B. Aspek Hukum Terkait Penyelesaian Dana Tidak Bertuan Bagi Nasabah Yang Tidak Diketahui Keberadaannya ... 114

BAB VI: PENUTUP ... 136

A. Kesimpulan ... 136

B. Saran ... 136

DAFTAR PUSTAKA ... 138

LAMPIRAN ... 143

(11)

x

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 : Susunan Departement Rekon dan Settle BMS

Gambar 2 : Susunan Departement Rekon dan Settle BM

(12)

xi

PEDOMAN TRANSLITERASI

Dalam penulisan tesis di Pascasarjana IIQ, transliterasi Arab-Latin mengacu pada berikut ini:

A. Konsonan

أ

a

ط

th

ب

b

ظ

zh

ت

t

ع

ث

ts

غ

gh

ج

j

ؼ

f

ح

h

ؽ

q

خ

kh

ؾ

k

د

d

ؿ

l

ذ

dz

ـ

m

ر

r

ف

n

ز

z

ك

w

س

s

ق

h

ش

sy

ء

ص

sh

م

y

ض

dh

B. Vokal

Vokal tunggal vokal panjang vokal rangkap

Fathah a

أ

â

ْم ى...

ai

Kasrah i

م

î

ْك ى...

au

Dhammah u

ك

û

C. Kata sandang

1. Kata sandang yang diikuti alif lam (

ؿا

) qamariyah

Kata sandang yang diikuti oleh alif lam

(ؿا

) qamariyah ditransliterasikan sesuai dengan bunyinya. Contoh:

ةرقبلا

: al-Baqarah

ةنيدلما

: al-Madînah
(13)

xii

2. Kata sandang yang diikuti oleh alif-lam (لا) syamsiyah

Kata sandang yang diikuti oleh alif-lam (لا) syamsiyah ditransliterasikan sesuai dengan aturan yang digariskan di depan dan sesuai dengan bunyinya.

Contoh:

لجرلا

: ar-rajul

ةديسلا

: as-Sayyidah

سمشلا

: asy-syams يمرادلا : ad-Dârimî

3. Syaddah (Tasydîd)

Syaddah (Tasydîd) dalam sistem aksara Arab digunakan lambang (ّ_), sedangkan untuk alih aksara ini dilambangkan dengan huruf, yaitu dengan cara menggandakan huruf yang bertanda tasydîd. Aturan ini berlaku secara umum, ataupun yang terletak setelah kata sandang yang diikuti oleh huruf- huruf syamsiyah. Contoh:

هَّللاًباَّنىمىآ

: Âmannâ billâhi

يءاىهىفُّسلاىنىمىآ

: Âmana as-Sufahâ′u

ىنيًذَّلاَّنًإ

: Inna al-ladzîna

ًعَّكُّرلاىك

: wa ar-rukka„i

4. Ta Marbûthah( ة(

Ta Marbûthah( ة( apabila berdiri sendiri, waqaf atau diikuti oleh kata sifat (na„at), maka huruf tersebut dialih aksarakan menjadi huruf “h”. Contoh:

ةىدًئْفىْلْا

: al-Af′idah

يةَّيًم ىلَْسًْلإىايةىعًماىْلْىا

: al-Jâmi„ah al-Islâmiyyah.

Sedangkan ta marbûthah ( ة( yang diikuti atau disambungkan (di-washal) dengan kata benda (ism), maka dialih aksarakan menjadi huruf “t”. Contoh:

هةىبًصاىنهةىلًما ع

: „Âmilatun Nâshibah.

لىرْػبيكْلاىةىيىْلْا

: al-Âyat al-Kubrâ.

5. Huruf Kapital

Sistem penulisan huruf Arab tidak mengenal huruf kapital, akan tetapi apabila telah dialih aksarakan maka berlaku ketentuan Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI), seperti penulisan awal kalimat, huruf awal nama tempat dan lain-lain. Ketentuan yang berlaku pada PUEBI berlaku pula dalam alih aksara ini, seperti cetak miring (italic) atau cetak tebal (bold) dan ketentuan lainnya. Adapun untuk nama diri yang diawali dengan kata sandang, maka huruf yang ditulis capital adalah awal nama diri, bukan kata sandangnya. Contoh: „Alî Hasan al-„Âridh dan seterusnya. Khusus untuk penulisan kata Alqur‟an dan nama-nama surahnya menggunakan huruf kapital. Contoh: Al-Qur‟an, Al-Baqarah, Al-Fâtihah dan seterusnya.

(14)

xiii ABSTRAK

Secara umum potensi terjadinya dana tidak bertuan di Bank Mega Syariah dan Bank Mega Konvensional adalah akibat human error, system error serta ketidakcukupan prosedur dan kontrol. Dari kesemuanya, masih dimungkinkan untuk dicari dan diselesaikan, kecuali transaksi yang sudah lama dan sangat sulit untuk ditemukan, karena rekening nasabah telah close (tutup) sehingga nasabah tidak bisa dihubungi lagi. Dalam prakteknya, langkah yang dilakukan oleh Bank Mega Syariah dan Bank Mega Konvensional terhadap dana tidak bertuan ada tiga, yaitu dibiarkan, dikembalikan kepada pemilik yang berhak atau disalahgunakan menjadi pendapatan. Menurut Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah Pasal 423 Ayat 1 dan 2, jika penitip (nasabah) tidak diketahui keberadaannya maka penerima titipan (bank) harus menyimpan harta titipan sampai diketahui atau dibuktikan bahwa penitip (nasabah) telah meninggal dunia. Jika nasabah terbukti meninggal dunia maka bank harus menyerahkan harta titipan kepada ahli waris, setelah mendapat penetapan dari pengadilan dan jika ahli waris tidak ada, maka penyelesaiannya diatur dalam pasal 191 Kompilasi Hukum Islam yaitu diserahkan kepada Baitul Mal. Sedangkan menurut hukum positif yakni dalam KUH Perdata Pasal 1126 dan 1127, lembaga yang ditunjuk untuk mengelola harta waris di Indonesia dalam kasus ahli waris tidak ada adalah Balai Harta Peninggalan (BHP).

Penelitian terhadap dana tidak bertuan di Bank Mega Syariah dan Bank Mega Konvensional belum pernah dilakukan, meskipun ada beberapa penelitian sebelumnya yang meneliti tentang harta tidak terurus, serta masalah pertanahan dan kewarisan pasca bencana tsunami di Aceh, persamaannya adalah sama-sama meneliti tentang harta tidak bertuan, perbedaannya terletak pada subjek penelitian yaitu khusus meneliti dana tidak bertuan di Kantor Pusat Bank Mega Syariah dan Bank Mega Konvensional.

Metode yang digunakan adalah kualitatif, dimulai dengan penelitian hukum kepustakaan oleh berbagai dokumen peraturan perundang-undangan sebagai sumber primer antara lain: UU Perbankan, UU Perbankan Syariah, Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah, Kompilasi Hukum Islam, UU Bank Indonesia, Kitab UU Hukum Perdata, Peraturan dan Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan, yang dilanjutkan dengan penelitian hukum lapangan yang bersifat kualitatif deskriptif dengan melakukan wawancara kepada staf Bank Mega Syariah dan Bank Mega Konvensional. Buku-buku terkait manajemen dana dan operasional bank serta kasus-kasus di media online sebagai sumber sekunder.

(15)

xiv

ةحورطلأا

لما دوجك فإف ،ـاع لكشبك غيم كنب في هبحاص دجوي لا مذلا ؿا

كنبلاك ةعيرشلا ا اغيم

موبرلا لاك تاءارجلإا ةيافك ـدعك ـاظنلا في أطخك مرشب أطخ لَإ عجرت هنم نكيم نكل .ةباقر

ثيبح تقلغأ دق ليمعلا باسح فلْ ،اهيلع روثعلا ةبعصك ةليوط ةقفصلا تناك اذإ لاإ ،للْا .ؿاصتلاا هنم نكيم لا ليمعلا كنبلا اهذتخا تيلا تاوطلخا فإف ،ةيلمعلا ةيحانلا نمك

ةعيرشلا اغيم

موبرلا اغيم كنبلاك وطخ ثلَث يه اهبحاص دجوت لا تيلا ؿاوملْا لَإ

اتهداعإب حمسي ،ؾتًي ،تا

.لخدلل اهمادختسا ةءاسإ كأ يعرشلا كلالما لَإ ةدالما يملَسلإا داصتقلاا فوناق عيمجتل اقفكك

423 ةرقفلا 1 ك 2 ؿالما ظفح بيج )كنبلا( عدوتسلما فإف هلاح ؼرعي لا عدوتسلما فاك اذإ ،

هتوم تبثي كأ ؼرعي تىح .

كنبلا ىلع بيج تويم هنأ ليمعلا تبث اذإ ثراولا ىلع ؿالما يمدقت

ةدالما في اهيلع صوصنلما وه للْاف دجوت لا ةثرولا تناك اذإك .ةمكلمحا ريرقت ـلَتسا دعب 191

(

وه مذلا يعضولا فوناقلل ةبسنب امأ ،ؿالما تيب لَإ اهلقن متي تيلا ) ةيملَسلإا ةعيرشلا عيمتِ

ةدالما في نيدلما فوناقلا 1121

فيك 1121 لإ ةنيعلما ةلاكك لا ةلاح في ايسينكدنا في تاراقعلا ةراد

ثاتًلا ةعاق وه ةثرولا دجوت (BHP)

.

كنب في اهبحاص دجوت لا تيلا ؿاوملْا نع ةسارد موبرلا اغيم كنبلاك ةعيرشلا اغيم

لم

دعب ثايرلماك يضارلْا اياضق ، لمهلما زنك نع ةقباسلا تاساردلا ضعب ؾانه تناك فإك ،ثدتح شتآ في يمانوست ةثراك ؽرفلاك ،اهبحاص دجوت لم ةيكللما ؿوح مكاستلاب ثحبلا وه ةلداعلما ،هي

في اهبحاص دجوت لا تيلا ؿاوملْا نيعأ ديدحتلا هجك ىلع سردي مذلا ثحبلا عوضوم في وه كنب سيئر بتكم موبرلا اغيم كنبلاك ةعيرشلا اغيم

.

ناقلا ثوحبلا بدلْا وه ك يعونلا يه ةمدختسلما ةيديلقتلا بيلاسلْا لبق نم ةينو

،ةيملَسلإا ةيفرصلما تامدلخاك ؾونبلا فوناق : اهنم ،ةيلكأ رداصمك قئاثولا تاعيرشتلا فلتمخ ،نيدلما فوناق باتك ،ايسينكدنا في ةيملَسلإا ةعيرشلا عيمتِ ،يملَسلإا داصتقلاا عيمتِ فوناقلا ناقلا ثوحبلا عم لرجأ مذلا اضيأك ،ةيلالما تامدلخا ةطلس ميمعتلا ميظنت ةيعونلا ةيناديلما ةينو

كنبلا عم تلَباقم ةعيرشلا اغيم

يفظومك موبرلا اغيم كنبلاك

ةرادإب ةقلعتلما بتكلا كلذك .

رداصمك تنتًنلإا برع ـلَعلإا لئاسك في ثدتح تيلا لكاشلما ك ةيفرصلما تايلمعلاك ؿاوملْا

.ةيوناث

(16)

xv ABSTRACT

In most cases, the potential for non-bank funds in Bank Mega Sharia and Bank Mega Conventional is due to human error, system error as well as inadequate procedures and control. There is still the possibility to be searched and completed in its entirety, unless there is a transaction that has been for a long time and very difficult to find due to the customer's account has been closed so that the customer can not be contacted again. In fact, there are three steps taken by Bank Mega Sharia and Bank Mega Conventional to non- existent funds, i.e., ignored, allowed to be returned to the rightful owner or misused to income. According to the Compilation of Sharia Economic Law Article 423 nomer 1 and 2, if the custodian (customer) is not known to exist then the recipient (bank) must keep the deposit until it is known or proven that the custodian (customer) has passed away. If the customer is declared dead, then the bank must deliver the depositary to the heirs, after obtaining the decision of the court and if the heir does not exist, then the settlement is regulated in Article 191 Compilation of Islamic Law is submitted to Baitul Mal while according to positive law such as in the Civil Code Article 1126 and 1127 institutions designated to manage the heirs in Indonesia in the case of the heirs do not exist are the Treasury Halls (BHP).

The research on the unregistered funds of Bank Mega Sharia and Bank Mega Conventional has never been done, although there have been previous studies that examined the assets the problem of land and inheritance after the tsunami disaster in Aceh, the equation is to equally examine the property of no man's land, the difference lies in the subject of research that is specially researching non-municipal funds in the Head Office of Bank Mega Sharia and Bank Mega Conventional.

The method used is qualitative starting with literature research by various legislative documents as the primary source, among others: Banking Law of Syariah Banking, Compilation of Islamic Economic Law, Compilation of Islamic Law, Indonesia Book of Civil Law Regulation Circular Letter of the authority of Financial Services, who with qualitative field legal research conducted interviews with staff from Bank Mega Sharia and Bank Mega Conventional. Books related to fund management and bank operations as well as cases in online media was added as secondary sources.

(17)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Banyak orang yang memiliki beragam aset investasi seperti saham, asuransi, deposito dan tabungan di bank, serta tabungan hari tua di BPJS Ketenagakerjaan namun tidak memberitahukannya kepada keluarga.

Sehingga saat si pemilik meninggal dunia, aset itu menjadi kekayaan tidak bertuan.

Dana dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti uang yang disediakan untuk suatu keperluan; biaya (nomina), atau pemberian; hadiah;

derma (nomina).1 Secara istilah, PPATK (Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan) merumuskan pengertian dana sebagai uang tunai dan atau aktiva lain yang segera dapat diuangkan yang tersedia atau disisihkan untuk maksud tertentu (fund), dana juga berarti semua aset baik benda bergerak atau tidak bergerak, baik yang berwujud maupun yang tidak berwujud, yang diperoleh dengan cara apa pun dan dalam bentuk apa pun, termasuk dalam format digital atau elektronik, alat bukti kepemilikan, atau keterkaitan dengan semua aset atau benda tersebut, termasuk tidak terbatas pada kredit bank, cek perjalanan, cek yang dikeluarkan oleh bank, perintah pengiriman uang, saham, sekuritas, obligasi, bank draf, dan surat pengakuan utang.2

Istilah lain dana tidak bertuan penulis temukan dalam beberapa kasus yang diberitakan oleh media online antara lain, aset tidak bertuan, dana terlantar, rekening tidak bertuan dan kekayaan tidak bertuan. Dana tidak bertuan dalam penelitian ini adalah dana atau uang yang tidak ada tuannya atau tidak ada pemiliknya juga berarti dana yang pemiliknya tidak diketahui lagi keberadaannya.

Sedikitnya penulis menemukan enam contoh kasus dana tidak bertuan di media online, antara lain: Pertama, Dana tidak bertuan di BUMN, perusahaan pelat merah RI saat ini mengelola banyak aset yang status kepemilikannya tidak jelas alias menggantung. Total aset ini mencapai Rp 50 triliun. Tidak jelas karena aset tersebut umumnya merupakan bantuan dari proyek pemerintah. BUMN pada periode yang lama hingga kini sering menerima pengalihan pengelolaan aset seperti dalam bentuk bangunan,

1Team Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta:Balai Pustaka, 2005), Cet. 3, h. 234. Lihat juga, Team Penyusun Kamus Istilah Perbankan II, Kamus Perbankan Edisi Kedua, (Jakarta:Institut Bankir Indonesia, 1999), h.

48

2Elearning.ppatk.go.id, Pengertian Dana, di akses 25 Januari 2015

(18)

2

kereta hingga kapal untuk operasional. Bantuan tersebut umumnya berwujud skema penyertaan modal negara (PMN) namun dalam bentuk barang (non cash). Bantuan aset tersebut dianggarkan dan diberikan oleh kementrian teknis kepada BUMN namun setelah diserahkan tidak diikuti pengesahan kepemilikan. Akibatnya itu menjadi aset yang dikelola BUMN namun status kepemilikannya mengambang.3

Kedua, Dana tidak bertuan di Jamsostek, yaitu dana milik pekerja yang tidak pernah dicairkan karena ketidaktahuan prosedurnya sehingga menjadi aset abadi di Jamsostek. Dikutip dari Okezone.com, Jamsostek yang telah bertransformasi menjadi Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan pada 1 Januari 2014, mencatat dana tidak bertuan yang disimpannya mencapai Rp 1,4 Triliun, dan akan tetap terjaga. Upaya yang dilakukan oleh BPJS Ketenagakerjaan terhadap dana tidak bertuan ialah mengumumkannya kepada masyarakat dan tetap menelusurinya meskipun orang tersebut sudah meninggal. Apabila tidak diambil hingga waktu transformasi BPJS, yaitu akhir Desember 2014, maka Jamsostek akan mengalihkan dana tersebut ke Balai Harta Peninggalan.4

Ketiga, Dana tidak bertuan di Bursa Efek, nasib dana ribuan nasabah tidak aktif akibat penerapan aturan pembentukan Rekening Dana Investor (RDI) masih belum jelas. Dana investor tidak aktif ini awalnya diperkirakan hanya Rp 2 miliar. Jumlah tersebut berasal dari sekitar 10.000 akun pemegang efek di Bursa Efek Indonesia. Setelah diperiksa lebih dalam, dana tidak bertuan ini mencapai Rp 90 miliar. Dana investor tidak aktif ini terkuak setelah Bapepam-LK mewajibkan pembentukan RDI. RDI itu untuk menyimpan dana masing-masing nasabah yang selama ini tercampur di rekening broker. Sementara waktu, dana sekitar Rp 90 miliar itu masih berada di Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI). Beleid baru yang mengatur pengalihan dana tersebut belum rampung. Sempat ada wacana agar dana itu dikembalikan. Namun upaya pengembalian dana itu sulit terlaksana.

Para pialang saham sulit menemukan pemilik sah dana itu karena investor sudah lama tidak bertransaksi, bahkan rekeningnya mati (tidak aktif). Para broker sudah menelusuri pemilik dana itu. Hasilnya nihil karena nasabah berganti nomor telepon, serta pindah alamat tinggal dan pekerjaan.5

Keempat, Dana tidak bertuan hasil pencucian uang, Kasus judi online di Batam dimana penyidik Bareskrim Polri menemukan ada 146

3Feby Dwi Sutianto, Bumn Punya Aset Tidak Bertuan Rp50 Triliun Bagaimana Nasibnya?, dihttp://finance.detik.com, akses tanggal 25 Januari 2015

4Dani Jumadil Akhir, Jamsostek Jamin Dana Tidak Bertuan Rp 1,4 T Tetap “Aman”, www.okezone.com, diakses tanggal 25 Januari 2015

5Feri Kristianto, Bapepam Bikin Surat Edaran Soal Dana Tidak Bertuan, www.keuangan.kontan.co.id, diakses tanggal 25 Januari 2015

(19)

3

rekening untuk menampung perjudian. Hanya 10 rekening yang jelas alamatnya, sisanya rekening-rekening tersebut fiktif. Beberapa rekening mendekati angka Rp 100 miliar dan aset senilai Rp 8 miliar. Mahkamah Agung (MA) akan mengeluarkan peraturan tentang perampasan aset berupa rekening bank tidak bertuan atau rekening yang tidak jelas pemilik sebenarnya. Dengan adanya Peraturan MA (Perma) No 1/2013 yang yang ditetapkan 14 Mei 2013 lalu, penegak hukum dapat mengoptimalkan pasal 6

& 7 mengenai penyelesaian perampasan aset hasil kejahatan tidak bertuan.

MA menyusun ketentuan itu bersama dengan Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) untuk mencegah penggunaan uang hasil tindak pidana, khususnya tindak pencucian uang. Peraturan itu, memungkinkan PPATK merampas rekening tidak bertuan atas izin dari Pengadilan Negeri. Setelah ada pihak yang mengaku dan merasa keberatan jika rekeningnya disita, maka pengadilan menangani perkara itu agar membuktikan kebenaran kepemilikan rekening dengan menunjuk majelis hakim tunggal. Sidang akan membuktikan kepemilikan dan penggunaan dana mencurigakan dalam rekening yang dirampas. Jika tidak bisa membuktikan itu semua maka akan tetap disita oleh negara.6

Kelima, Dana tidak bertuan di bank akibat nasabah meninggal dunia, setelah terjadinya Tsunami Desember tahun 2004, selain 132.000 orang meninggal dan lebih dari 37.000 hilang. Korban meninggal dan hilang akibat Tsunami meninggalkan tabungan jutaan rupiah di bank-bank Aceh. Rekening mereka tidak bisa diakses karena tidak ada bukti tertulis ahli waris yang berniat mencairkannya.7 Pihak bank yang menyimpan dana tersebut kesulitan memecahkan masalah itu karena terbentur aturan perbankan. Di samping itu pemerintah belum mengeluarkan peraturan pengganti undang-undang (perpu) untuk memberi akses (izin) bagi pihak perbankan untuk mengumumkan rekening yang diduga tidak ada lagi pemiliknya itu kepada publik.

Undang-undang yang dimaksud adalah Undang-Undang Republik Indonesia nomor 7 tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang nomor 10 tahun 1998, BAB VII Tentang Rahasia Bank Pasal 40, yang berbunyi8 :

1. Bank wajib merahasiakan keterangan mengenai nasabah penyimpan dan simpanannya, kecuali dalam hal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 41, Pasal 41A, Pasal 42, Pasal 43, Pasal 44, dan Pasal 44A.

2. Sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) berlaku pula bagi Pihak Terafiliasi.

6Andri Haryanto, Harta Tidak Bertuan Diduga Hasil Kejahatan Kini Dapat Dirampas Buat Negara, https://www.djkn.kemenkeu.go.id, diakses tanggal 25 Januari 2015

7Nusantara, Rekening Tidak Betuan Korban Tsunami Aceh Terbentur Aturan, Bank Tidak Berani Mempublikasikan, www.jawapos.co.id, diakses tanggal 25 Januari 2015

8Undang-undang Nomor 10 tahun 1998, BAB VII Tentang Rahasia Bank Pasal 40

(20)

4

Ketujuh, Dana tidak bertuan di bank akibat system error. Saat ini dunia perbankan di Indonesia semuanya telah menggunakan teknologi ATM (Automated Teller Machine) atau dikenal juga dengan sebutan Anjungan Tunai Mandiri. Perangkat ini dapat menggantikan sebagian besar fungsi tugas dari seorang teller dan sangat membantu nasabah dalam mendapatkan pelayanan bank tanpa dibatasi oleh waktu operasional bank.

Pengoperasian ATM selain meningkatkan pelayanan terhadap nasabah, juga dapat menambah pemasukan bagi bank-bank tempat nasabah tersebut bertransaksi. Namun selain dapat membantu nasabah terkadang mesin ATM mengalami masalah, seperti jaringan putus atau tidak online, jumlah uang di dalam mesin ATM habis, kegagalan transaksi dimana tidak jelas apakah transaksi itu berhasil atau gagal dan masih banyak lagi masalah yang terjadi pada mesin ATM.

Ketika terjadi error (gagal tarik tunai, transfer dan lainnya) yang menyebabkan uang nasabah terdebet, nasabah harus melaporkannya ke pihak bank. Namun tidak sedikit nasabah yang tidak klaim kepada bank, sehingga dananya tersimpan di bank sekian lama, menimbulkan selisih cukup besar (puluhan hingga ratusan juta), menjadi dana tidak bertuan.

Melihat beberapa contoh kasus di atas, penulis ingin meneliti lebih jauh mengenai hal ini, karena menjadi penting terkait hak seseorang. Demi menjaga hak milik (harta) manusia, sekalipun harta yang dimiliki seseorang hilang dari tangannya dan ditemukan oleh orang lain, maka agama Islam mengatur tata cara menyikapi barang temuan sehingga terwujudlah kehidupan yang aman tentram, dan tidak saling menzholimi sesama, serta hak- hak manusia tertunaikan.

Al-Qur’an memberikan rambu-rambu yang harus diperhatikan manusia

dalam memperoleh, memiliki, dan memanfaatkan harta. Di antara rambu-rambu tersebut9 adalah tidak boleh memakan harta orang lain

secara batil,10 tidak boleh menggelapkan harta anak yatim dan orang-orang

9Ahmad Munir, “Harta dalam Perspektif Al-Qur’an”, Disertasi, (Jakarta:UIN Syarif Hidayatullah, 2006), h. 10 (t.d)

10Al-Baqarah : 188

ُْلا َلَِإ اَِبِ اوُلْدُتَو ِلِطاَبْلاِب مُكَنْ يَ ب مُكَلاَوْمَأ اوُلُكْأَت َلاَو َنوُمَلْعَ ت ْمُتنَأَو ِْثِْلإْاِب ِساَّنلا ِلاَوْمَأ ْنِّم اًقيِرَف اوُلُكْأَتِل ِماَّك

“Dan janganlah sebahagian kamu memakan harta sebahagian yang lain di antara kamu dengan jalan yang batil dan (janganlah) kamu membawa (urusan) harta itu kepada hakim, supaya kamu dapat memakan sebahagian daripada harta benda orang lain itu dengan (jalan berbuat) dosa, padahal kamu mengetahui.”(QS. Al-Baqarah [2]:188)

Dan Surat An-Nisâ’ :29

َي مُكَنْ يَ ب مُكَلاَوْمَأ اوُلُكْأَتَلا اوُنَماَء َنيِذَّلا اَهُّ يَأ ْمُكنِّم ٍضاَرَ ت نَع ًةَراَِتِ َنوُكَت ْنَأ َّلاِإ ِلِطاَبْلاِب

...

(21)

5

lemah yang berada di bawah tanggungannya,11 harus menepati kesepakatan yang telah disepakati, tidak curang dalam timbangan dan takaran,12 tidak boleh menempuh dengan cara riba, tidak boleh menyuap penguasa yang dapat menghalalkan yang haram dan mengharamkan yang halal,13 dan lain- lain. Semua ayat yang telah disebutkan di atas memberikan kesimpulan bahwa Islam telah mengatur bagaimana cara memperoleh, memiliki, memanfaatkan harta dan dilarang mengambil harta orang lain secara batil karena hal itu merupakan perbuatan haram. Sehingga dalam penyelesaian dana tidak bertuan dalam kasus-kasus di atas, yang jumlahnya mencapai jutaan hingga triliunan rupiah, penyelesaiannya harus dilakukan dengan hati- hati dan penuh pertimbangan, agar tidak terjerumus kepada kezholiman serta perbuatan haram jika dana tersebut diselewengkan.

Mengingat pentingnya masalah di atas, diharapkan melalui penelitian ini dapat memberikan fakta-fakta tentang dana tidak bertuan yang sebenarnya terjadi khususnya di perbankan, baik bank syariah maupun konvensional

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama suka di antara kamu ...”(QS. An-Nisâ’ [4]:29)

Juga disebutkan dalam Surat At-Taubah :34

َي َو ِلِطاَبْلاِب ِساَّنلا َلاَوْمَأ َنوُلُكْأَيَل ِناَبْىُّرلاَو ِراَبْحَلأْا َنِّم اًيرِثَك َّنِإ اوُنَماَء َنيِذَّلا اَهُّ يَأ ِلا ِليِبََ نَع َنوُّدَُُي

...

“Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya sebagian besar dari orang-orang alim yahudi dan rahib-rahib nasrani benar-benar memakan harta orang dengan jalan yang batil dan mereka menghalang-halangi (manusia) dari jalan Allah...,”(QS. At-Taubah [9]:34)

11An-Nisâ’ : 2

تَيْلا اوُتاَءَو َناَك ُوَّنِإ ْمُكِلاَوْمَأ َلَِإ ْمَُلَاَوْمَأ اوُلُكْأَتَلاَو ِبِّيَّطلاِب َثيِبَْلْا اوُلَّدَبَتَ تَلاَو ْمَُلَاَوْمَأ ىَم ُح

اًيرِبَك اًبو

“Dan berikanlah kepada anak-anak yatim (yang sudah balig) harta mereka, jangan kamu menukar yang baik dengan yang buruk dan jangan kamu makan harta mereka bersama hartamu. Sesungguhnya tindakan-tindakan (menukar dan memakan) itu, adalah dosa yang besar.” (QS. An-Nisâ’ [4]:2)

12Al-Isrâ’ : 34-35

َعْلاِب اوُفْوَأَو ُهَّدُشَأ َغُلْ بَ ي َّتَِح ُنَسْحَأ َيِى ِتَِّلاِب َّلاِإ ِميِتَيْلا َلاَم اوُبَرْقَ تَلاَو ُئْسَم َناَك َدْهَعْلا َّنِإ ِد ْه

ًلاو

{ 43

اوُفْوَأَو}

ًليِوْأَت ُنَسْحَأَو ٌرْ يَخ َكِلَذ ِميِقَتْسُمْلا ِساَطْسِقْلاِب اوُنِزَو ْمُتْلِك اَذِإ َلْيَكْلا

{ 43 }

“Dan janganlah kamu mendekati harta anak yatim, kecuali dengan cara yang lebih baik (bermanfaat) sampai ia dewasa dan penuhilah janji; sesungguhnya janji itu pasti diminta pertanggungan jawabnya. Dan sempurnakanlah takaran apabila kamu menakar, dan timbanglah dengan neraca yang benar. Itulah yang lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.”(QS. Al-Isrâ’ [17]:34-35)

13Al-Baqarah : 278

َي َلا اوُقَّ تا اوُنَماَء َنيِذَّلا اَهُّ يَأ ا َنِم َيِقَباَم اوُرَذَو

اوَبِّرل َيِنِمْؤُّم مُتنُك نِإ

“Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah dan tinggalkan sisa riba (yang belum dipungut) jika kamu orang-orang yang beriman.(QS. Al-Baqarah [2]:278)

(22)

6

dalam sebuah tesis yang berjudul “Status Dana Tidak Bertuan di Bank Dalam Perspektif Hukum Positif dan Hukum Islam (Studi Kasus Kantor Pusat Bank Mega Syariah dan Bank Mega Konvensional)”.

B. Permasalahan

1. Identifikasi Masalah

Berdasarkan pada uraian di atas, dapat ditemukan sebuah permasalahan mendasar mengenai dana tidak bertuan, yaitu :

a. Dana tidak bertuan bukan lagi menjadi masalah kecil karena sebagaimana contoh di atas, dana tidak bertuan bisa mencapai angka ratusan juta hingga triliunan rupiah.

b. Kasus dana tidak bertuan banyak terjadi di berbagai tempat, baik lembaga keuangan, non keuangan maupun pemerintahan.

c. Apa upaya yang dilakukan oleh Balai Harta Peninggalan setelah dapat limpahan dana dari Jamsostek?Apa upaya BUMN dalam mengelola banyak aset yang status kepemilikannya tidak jelas alias menggantung?

d. Apakah ada Perpu pengganti undang-undang untuk memberi akses (izin) bagi pihak perbankan untuk mengumumkan rekening yang diduga tidak ada lagi pemiliknya itu kepada publik?

e. Seberapa besar jumlah dana tidak bertuan tersimpan di industri perbankan? Hal apa yang menjadi sebab terjadinya dana tidak bertuan di bank? Apa upaya yang dilakukan oleh bank dalam menyelesaikannya?

f. Apakah bank syariah sama dengan bank konvensional dalam menanganinya? Apakah ada aturan khusus mengenai hal ini yang di atur oleh BI atau OJK?

g. Bagaimana status hukum dana tidak bertuan? Apakah bisa disamakan dengan hukum luqathah? Apakah dana tidak bertuan bisa dimanfatkan menjadi wakaf tunai?

Oleh karena itu, penelitian dana tidak bertuan dalam masalah ini perlu diteliti lebih dalam dan diketahui bagaimana praktek serta hukum dan solusi untuk menyelesaikannya. Sepanjang telaah penulis belum dijumpai penelitian tentang dana tidak bertuan khususnya di Bank Mega Syariah dan Bank Mega Konvensional.

2. Pembatasan Masalah

Mengingat kompleksitas masalah di atas, yang secara keseluruhan tidak mungkin diteliti dalam waktu yang sama, maka agar lebih efektif dan efisien, penelitian ini akan dibatasi pada masalah seputar dana tidak bertuan yang ada di bank, khususnya Bank Mega Syariah dan Bank Mega Konvensional, yaitu pada apa yang berpotensi menjadi dana tidak bertuan, praktek yang dilakukan Bank Mega Syariah dan Bank Mega Konvensional dalam menyelesaikannya

(23)

7

serta status hukum dan penyelesaian dana tidak bertuan menurut hukum positif dan hukum Islam.

3. Perumusan Masalah

Dari latar belakang masalah dan pembatasan masalah di atas maka penulis merumuskan beberapa point masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini, dalam bentuk pertanyaan berikut ini:

a. Apa yang berpotensi menjadi dana tidak bertuan di Bank Mega Syariah dan Bank Mega Konvensional?

b. Bagaimana praktek yang dilakukan Bank Mega Syariah dan Bank Mega Konvensional dalam menyelesaikan dana-dana tidak bertuan?

c. Bagaimana status hukum dan penyelesaian dana tidak bertuan menurut hukum positif dan hukum Islam?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Adapun tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini, yaitu:

1. Untuk mengetahui apa saja yang berpotensi menjadi dana tidak bertuan di Bank Mega Syariah dan Bank Mega Konvensional

2. Untuk mengetahui bagaimana praktek yang dilakukan Bank Mega Syariah dan Bank Mega Konvensional dalam menyelesaikan dana-dana tidak bertuan

3. Untuk mengetahui status hukum dan penyelesaian dana tidak bertuan menurut hukum positif dan hukum Islam

Sedangkan manfaat penelitian ini diharapkan dapat mengetahui bagaimana regulasi yang dikeluarkan oleh OJK/BI, ataupun Undang-Undang Perbankan termasuk Standar Operasional Perbankan (SOP) masing-masing Bank, jika belum ada maka dengan penelitian ini diharapkan akan lahirnya regulasi dalam penanganan dana tidak bertuan.

D. Kajian Pustaka

Ada beberapa tulisan yang sedikitnya berhubungan dengan apa yang akan penulis tulis, di antaranya adalah sebagai berikut:

1. Karya ilmiah yang diteliti oleh Dr. Arskal Salim, berjudul Praktek Penyelesaian Formal dan Informal Masalah Pertanahan, Kewarisan Dan Perwalian Pasca Tsunami di Banda Aceh dan Aceh Besar, penelitian ini fokus pada kasus persengketaan hak atas tanah pasca tsunami, kewarisan pasca tsunami dan perwalian pasca tsunami. Dari tiga fokus tersebut, penelitian mengenai bagaimana penyelesaian atas tanah yang tidak ada pemilik atau ahli warisnya, berkaitan dengan pembahasan tesis ini. Penelitian ini menyoroti secara spesifik bagaimana realitas persoalan pertanahan, kewarisan dan perwalian di Aceh pacsa tsunami dan perspektif penyelesaian sengketa secara damai oleh aparat

(24)

8

gampong/kelurahan, hal ini memberikan gambaran dan contoh nyata dana tidak bertuan yang ada di Aceh khususnya mengenai pertanahan.

Meskipun status hukum fikih bukan menjadi fokusnya, hal ini yang menjadi perbedaan dengan penelitian penulis.

Hasil dari penelitian itu mengatakan bahwa kasus pertanahan yang berkaitan dengan bencana tsunami hampir tidak ada yang diajukan ke pengadilan. Menurut Fatwa MPU (Majelis Permusyawaratan Ulama) nomor 2 tahun 2005, klaim atau gugatan mengenai hak milik dan gugatan kewarisan atas tanah korban tsunami hanya diterima dalam waktu 5 tahun sejak musibah tsunami terjadi dan setelah itu diyatakan lewat waktu (kadaluarsa), Baitul Mal Gempong berfungsi sebagai penerima harta warisan yang tidak ada lagi pemiliknya atau ahli warisnya, namun hal ini belum berfungsi sepenuhnya.

2. Tesis berjudul Peranan Lembaga Perbankan Terhadap Nasabah Bank di Indonesia, yang ditulis oleh Ayu Endah Damastuti, Fakultas Hukum UI tahun 2008, ia menyatakan bahwa bank adalah lembaga keuangan yang merupakan tempat masyarakat menyimpan dananya semata-mata dilandasi oleh kepercayaan bahwa uangnya akan diperoleh kembali pada waktunya.

Artinya, eksistensi suatu bank sangat bergantung pada kepercayaan masyarakat. Kepercayaan masyarakat merupakan kata kunci utama bagi berkembang atau tidaknya suatu bank, dalam arti tanpa adanya kepecayaan dari masyarakat maka suatu bank tidak akan mampu menjalankan kegiatan usahanya.

Tesis karya Ayu Endah ini memiliki persamaan dengan penelitian penulis yakni meneliti sejauh mana peran bank dalam menjaga dana milik nasabah yang diamanahkan padanya. Namun dalam penelitian penulis, fokus pada peran bank dalam menjaga dana milik nasabah yang statusnya menggantung serta dana tidak bertuan.

3. Tesis berjudul Praktek Penyelesaian Pengurusan Harta Warisan yang Tidak Terurus di Wilayah Hukum Balai Harta Peninggalan Semarang : Studi Kasus di Balai Harta Peninggalan Semarang yang ditulis oleh Ririn Setiani, Pascasarjana Universitas Gajah Mada tahun 2007. Fokus penelitian Ririn adalah praktek penyelesaian pengurusan harta warisan yang tidak terurus di wilayah hukum Balai Harta Peninggalan Semarang.

Pada penelitian tersebut Ririn mendeskripsikan bentuk perlindungan hukum bagi para ahli waris terhadap harta warisan pewaris yang telah dituntut oleh Negara, serta untuk mengetahui prosedur pelaksanaan tugas atau sistematika kerja Balai Harta Peninggalan sebagai pengurus harta pewaris yang tidak terurus.

Penelitian ini sama-sama mengambil tema harta tidak terurus, dimana dana tidak bertuan termasuk di dalam kategori harta tidak terurus. Tetapi

(25)

9

subjek penelitian yang diambil oleh Ririn adalah Balai Harta Peninggalan Semarang, sedangkan subyek penelitian penulis adalah Bank.

4. Paper yang ditulis oleh Dr. Oni Sahroni berjudul Pemasukan Dana Non Halal Di Lembaga Keuangan Syariah (LKS) Dalam Perspektif Syariah (2014). Memberikan kesimpulan bahwa dana non halal terbagi dua yaitu dana yang bersumber dari aktifitas non halal dan dana yang bersumber dari dana yang bercampur dana halal dan non halal. Dana yang bersumber dari aktifitas non halal adalah setiap pendapatan yang bersumber dari transaksi yang dilarang oleh syariah, seperti bunga dari transaksi pinjaman berbunga. Ulama sepakat bahwa pendapatan tersebut adalah harta non halal. Sedangkan bagian modal atau pijaman (ashlu al-qurȗdh) itu hukumnya halal. Pendapatan non halal tersebut tidak boleh digunakan oleh pemiliknya sebagai sumber tabungan atau deposito, tetapi harus membersihkannya, dengan cara menyalurkannya untuk hajat-hajat sosial.

Jika terjadi, maka deposan telah berdosa menggunakan sumber deposito dari harta non halal. Bagi LKS penerima/pengelola deposito, jika tidak mengetahuinya, maka tidak berdosa. Tetapi jika mengetahuinya, maka harus disalurkan untuk kepentingan sosial.

Dana yang bersumber dari dana yang bercampur dana halal dan non halal yaitu setiap pendapatan yang bersumber dari transaksi yang dilarang oleh syariah, tetapi telah bercampur dengan pendapatan yang halal, seperti sejumlah dana yang terdiri dari bunga atas pinjaman, serta keuntungan dari usaha mudharabah. Jika yang dominan adalah harta yang halal, maka status hukum seluruh harta tersebut adalah halal digunakan untuk kebutuhan yang dibolehkan Islam. Berdasarkan pendapat ini, maka pendapatan tersebut boleh digunakan sebagai sumber tabungan dan deposito. Jika terjadi, maka deposan telah berdosa menggunakan sumber deposito dari harta non halal. Bagi LKS penerima/pengelola deposito, jika tidak mengetahuinya, maka tidak berdosa. Tetapi jika mengetahuinya, maka harus disalurkan untuk kepentingan sosial.

Penelitian ini sama-sama meneliti tentang dana yang ada di Bank, bahwa dana yang menjadi pendapatan bank bisa bersumber dari dana yang yang halal dan non halal. Bank Syariah khususnya dilarang menjadikan dana non halal tersebut menjadi pendapatan. Penelitian ini memberikan gambaran bahwa pada kasus dana tidak bertuan harus dilihat status kepemilikannya dan kepada siapa nantinya akan dikembalikan.

Perbedaannya dengan penelitian penulis khusus meneliti dana tidak bertuan di Bank Mega Syariah dan Bank Konvensional, sedangkan Dr.

Oni meneliti dana non halal pada Bank Syariah secara keseluruhan.

5. Skripsi berjudul Kepuasan Bank-Bank anggota ATM Bersama atas pelaksanaan manajemen Komplain PT. Artajasa Pembayaran Elektronis, yang ditulis oleh Mia Eka Waty (2008), Penelitian ini

(26)

10

menunjukkan bahwa responden yang merupakan Pihak Manajemen dan Customer Care Group merasa puas dengan komitmen PT Artajasa pembayaran Elektronis yang menjalankan manajemen komplain untuk mendengarkan dan menyelesaikan komplain yang ada dalam rangka meningkatkan kualitas jasa yang diberikan, dan merasa puas dengan proses penanganan keluhan PT Artajasa yang telah disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing Bank anggota ATM Bersama.

Penelitian ini fokus bagaimana petugas bank menangani klaim-klaim nasabah, memiliki persamaan dengan penelitian penulis yakni bagaimana bank mampu menyelesaikan klaim dengan baik agar nantinya tidak menjadi dana tidak bertuan. Dengan penelitian ini bisa diketahui bahwa selama ini para customer care merasa puas dengan adanya penanganan manajemen komplain yang bagus oleh Artajasa yang artinya dana yang tersangkut di jaringan bisa ditangani dengan baik, tentunya perlu kita lihat juga bagaimana kepuasan nasabah terhadap manajemen komplain bank, apakah sama dengan Artajasa atau berbeda. Jika Customer Care merasa puas dengan kinerja Artajasa, seharusnya dana tidak bertuan di bank bisa diminimalisir. Apakah dana tidak bertuan yang tersangkut di bank sama seperti di Artajasa yang pengelolannya bagus. Ini yang belum ditemukan jawabannya sehingga perlu diadakan penelitian lebih jauh.

6. Tesis tulisan Bayu Ardiyanto Yuwono berjudul Analisa Dari Desain dan Permasalahan pada mesin ATM di Bank Mega, dalam tulisannya penulis memaparkan seberapa banyak error yang terjadi pada mesin ATM Bank Mega, faktor utama dari permasalahan yang timbul, cara menangani error yang terjadi pada mesin ATM Bank Mega serta mengetahui cara kerja umum dari suatu mesin ATM. Di dalam penelitiannya penulis menggunakan data-data ATM Bank Mega (periode Januari 2007 s/d Agustus 2007) dari 212 ATM yang tersebar di seluruh Indonesia.

Berdasarkan hasil penelitian tersebut didapatkan kesimpulan bahwa error yang paling sering terjadi di mesin ATM Bank Mega adalah Cash Withdrawal Transaction Error (57,25 %) dibandingkan dengan transaksi lainnya. Hasil penelitian ini, memperlihatkan bahwa setengah dari transaksi yang terjadi di mesin atm berpotensi erorr. Terutama saat nasabah melakukan tarik tunai di mesin sehingga bisa menjadi dana tidak bertuan bila tidak di klaim. Tesis karya Bayu ini memiliki persamaan subyek dengan penelitian penulis yakni sama-sama meneliti Bank Mega Konvensional, sehingga ini merupakan instrumen pendukung yang menyatakan bahwa dana tidak bertuan itu berpotensi lahir dari kesalahan mesin ATM. Namun hal tersebut bisa terjadi karena human error juga.

Perbedaannya adalah penelitian ini hanya menjelaskan bagaimana seluk beluk mesin ATM Bank Mega serta permasalahannya, sedangkan penelitian penulis ingin melihat lebih jauh bagaimana penanganan yang

(27)

11

dilakukan bank ketika nasabah gagal melakukan transaksi akibat error system di antaranya pada mesin ATM.

E. Metode Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode kualitatif, dimulai dengan penelitian hukum kepustakaan yang dilanjutkan dengan penelitian hukum lapangan yang bersifat kualitatif deskriptif, memperoleh data dengan wawancara dan studi dokumen dari objek penelitian terhadap Bank Syariah, Bank Konvensional, Otoritas Jasa Keuangan, dan Bank Indonesia, Balai Harta Peninggalan; yang kemudian dalam pelaksanaannya dilakukan dengan cara-cara: Penelitian dilakukan kepada 2 (dua) Bank, yaitu Bank Mega Syariah (BMS) dan Bank Mega Konvensional (BM).

Penelitian di Bank dilakukan dengan melakukan wawancara kepada bagian Operasional Bank dan staf rekon sebagai pelaksana, Internal Control Bank dan Compliance Bank sebagai pengawas; adapun penelitian terhadap Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK), Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan Bank Indonesia (BI) dilakukan dengan melakukan studi dokumen. Penelitian lapangan ini juga didukung oleh studi berbagai dokumen peraturan perundang-undangan antara lain: UU Perbankan, UU Perbankan Syariah, Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah, Kompilasi Hukum Islam, UU Bank Indonesia, Kitab UU Hukum Perdata, serta Peraturan dan Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan.

F. Tehnik Penulisan

Tehnik penulisan laporann dalam penelitian ini akan merujuk pada

“Pedoman Penulisan Proposal & Tesis Pascasarjana IIQ Jakarta”. Sesuai Lampiran SK Direktur No: K.0058.XVII/PPS/VI/2015 tentang Panduan Penulisan Proposal Tesis dan Tesis S2 IIQ Jakarta.

G. Sistematika Penulisan

Untuk memperoleh kesimpulan yang utuh, terpadu, sistematika pembahasan yang disajikan terbagi ke dalam beberapa bab. Masing-masing bab terdiri dari beberapa sub bab dengan beberapa rincian sebagai berikut:

Bab I. Pendahuluan: memuat Latar Belakang Masalah, Permasalahan yang terdiri dari Identifikasi Masalah, Pembatasan Masalah, dan Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Kajian Pustaka, Metodologi Penelitian, Tehnik Penulisan, Sistematika Penulisan.

Bab II. Konsep Manajemen Dana Bank, bab ini akan dibagi menjadi beberapa sub bab yang akan membahas tentang Pengertian Manajemen Dana Bank, Fungsi Dana Bank, Konsep Pengelolaan Dana Bank, Prinsip

(28)

12

Pengelolaan Dana Bank, Tujuan Manajemen Dana Bank, Sumber-Sumber Dana Bank, Dana Pihak Ketiga Bank.

Bab III. Gambaran Umum Sistem Operasional dan Pengelolaan Dana Bank Mega Syariah dan Bank Mega Konvensional. Bab ini akan dibagi menjadi beberapa sub bab yang akan membahas tentang Gambaran Umum Sistem Operasional Bank, Gambaran Umum Bank Mega Syariah, Gambaran Umum Bank Mega Konvensional.

Bab IV. Praktek Pengelolaan Uang di Bank Mega Syariah dan Bank Mega Konvensional. Bab ini akan dibagi menjadi beberapa sub bab yang akan membahas tentang Pengertian Dana Tidak Bertuan, Sebab-Sebab adanya Dana Tidak Bertuan di Bank Mega Syariah dan Bank Mega Konvensional, Aturan dan Pengawasan Terhadap Dana Tidak Bertuan, Langkah-Langkah yang Dilakukan Bank Mega Syariah dan Bank Mega Konvensional Terhadap Dana Tidak Bertuan, Pengetahuan Nasabah Terhadap Dana Tidak Bertuan di Bank.

Bab V. Analisis Status Dana Tidak Bertuan di Bank Mega Syariah dan Bank Mega Konvensional Dalam Perspektif Hukum Positif dan Hukum Islam. Bab ini akan dibagi menjadi beberapa sub bab yang akan membahas tentang Status Dana Tidak Bertuan di Bank yang Masih Bisa Dicari Pemiliknya danAspek Hukum Terkait Penyelesaian Dana Tidak Bertuan Bagi Nasabah yang Tidak Diketahui Keberadaannya.

Bab VI. Penutup, yang berisi Kesimpulan dan Saran

(29)

136 BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pemaparan yang telah penulis kemukakan dalam tesis ini, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Secara umum potensi terjadinya dana tidak bertuan di Bank Mega Syariah dan Bank Mega Konvensional adalah akibat human error, system error serta ketidakcukupan prosedur dan control.

2. Dalam praktek langkah-langkah yang dilakukan oleh Bank Mega Syariah dan Bank Mega Konvensional terhadap dana tidak bertuan ada tiga, yaitu dibiarkan, diselesaikan dengan dikembalikan kepada pemilik serta dijadikan pendapatan oleh bank.

3. Status hukum dan penyelesaian dana tidak bertuan menurut hukum positif dan hukum Islam, dapat dilihat pada Fatwa Ulama, Kompilasi Hukum Islam, Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah serta Undang-Undang yang berlaku. Menurut Fatwa Ulama, yang diadopsi menjadi Kompilasi Hukum Ekonomi Islam, jika nasabah tidak diketahui keberadaannya maka bank tetap harus menyimpan harta titipan sampai diketahui atau dibuktikan bahwa nasabah telah meninggal dunia. Kemudian apabila nasabah tidak diketahui lagi keberadaannya, bank harus menyerahkan harta titipan kepada ahli waris, setelah mendapat penetapan dari pengadilan dan jika ahli waris pun tidak ada, maka penyelesaiannya diatur pada pasal 191 Kompilasi Hukum Islam. Pada pasal tersebut, lembaga yang ditunjuk untuk mengelola harta waris di Indonesia dalam kasus ahli waris tidak ada adalah lembaga Baitul Mal. Sedangkan menurut hukum positif yakni dalam KUH Perdata Pasal 1126 dan 1127, lembaga yang ditunjuk untuk mengelola harta waris di Indonesia dalam kasus ahli waris tidak ada adalah Balai Harta Peninggalan (BHP). Pendapat tersebut juga di muat dalam UU No. 48 tahun 2007 serta PBI No.10/39/PBI.

B. Saran

1. Harapan penulis, untuk OJK selaku lembaga pengawas bank, dapat memantau dana-dana tidak bertuan di bank, dan dapat membuat peraturan khusus terkait penyelesian dana tidak bertuan, seperti dalam jangka waktu tertentu tidak dapat diselesaikan maka akan dikelola oleh suatu lembaga khusus yang nantinya bermanfaat untuk masyarakat.juga terkait edukasi terhadap masyarakat, terkait potensi kerugian nasabah jika gagal transaksi, pembobolan juga resiko jika meninggal dunia, apa yang harus disiapkan, harus diberitahukan kepada masyarakat.

2. Bagi bank, dari staf paling bawah sampai direksi, penulis berharap agar amanah dalam menyimpan dana nasabah di bank, jika memang ada selisih sekecil apapun itu harus dicari dan diselesaikan, dan

(30)

137

proaktif tanpa menunggu klaim nasabah, diharapkan agar pegawai bank lebih teliti dalam berkerja, dan head sebagai control pekerjaaan bawahannya harus selalu dilakukan. Bank juga jangan sampai memanfaatkan dana-dana tidak bertuan sebagai pendapatannya, melainkan harus dikembalikan kepada pemiliknya yang berhak.

3. Bagi nasabah dan masyarakat, penulis berharap agar selalu aktif dan kritis mengenai transaksi yang ia lakukan di bank. Dalam memanfaatkan jasa bank, nasabah harus bertanya apa manfaat dan risiko yang akan diterima jika hal yang tidak diinginkan terjadi. Jika ia memilik simpanan di bank, diharapkan memberitahukan kepada keluarganya agar jika ia meninggal, dana yang ia simpan dapat diambil oleh ahli warisnya.

(31)

138

DAFTAR PUSTAKA

ʻAlî ash-Shâbȗnî, Muhammad, al-Mawârits fî as-Syarîʻati al-Islâmiyati fî Dhau‟ al-Kitab wa as-Sunnah, Beirȗt:Dâr al-kitâb al-ʻIlmiyyah, 1436H About Us, http:www.megasyariah.co.id, 9 Juli 2017

Anjar Sawitri, Angelina, Ini Penyebab Transaksi Bank Mandiri Sempat Macet Sebelum Lebaran, m.tempo.co, diakses 20 juli 2017

A.Rahman, Asjmunia, Kaidah-Kaidah Fikih, Jakarta: PT Bulan Bintang, 1976

Arifin, Zainul, Dasar-Dasar Manajemen Bank Syariah, Jakarta: Pustaka Alvabet, Cet. Ke-3, 2005

Ash Shiddieqy, Hasbi, Fikih Mawaris, Jakata; Bulan Bintang, 1993

Al-Baihaqî, Abû Bakr Ahmad bin al-Husain, Syuʻabul Ȋmȃn, Beirût: Dȃr al- Kutub al-ʻIlmiyyah, 1410 H

Al-Bukhâri, Shahih al-Bukhâri, t.tp: Dâr Thauq An-Najah, Juz 3, 1422 H Bank Indonesia, “Peraturan Bank Indonesia No.10/39 Tahun 2008 Tentang

Peraturan Pelaksanaan Penanganan Khusus Permasalahan Perbankan Pasca Bencana Nasional di Propinsi Nanggroe Aceh Darussalamam dan Kepulauan Nias, Provinsi Sumatera Utara”

, Kewajiban Bank Umum Untuk Menerapkan Standard Pelaksanaan Fungsi Audit Intern Bank, Jakarta,t.tp,1999

Bank Mega, Annual Report Bank Mega Tahun 2016

Bank Mega Syariah, Annual Report Bank Mega Tahun 2016

Bayu Ardiyanto Yuwono, "Analisa dari Desain dan Permasalahan Pada Mesin ATM Di Bank Mega", Tesis, Universitas Gunadarma, Tidak diterbitkan

Dani Jumadil Akhir, Jamsostek Jamin Dana Tidak Bertuan Rp 1,4 T Tetap

“Aman”, www.okezone.com, tanggal 25 Januari 2015

David Y. Wonok, “Perlindungan Hukum Atas Hak-Hak Nasabah Sebagai Konsumen Pengguna Jasa Bank Terhadap Resiko Yang Timbul Dalam Penyimpangan Dana”, dalam m Jurnal Hukum UNSRAT, Vol . 1 No.

2 April-Juni 2013 Edisi Khusus

Departemen Agama RI, Ilmu Fikih II, Jakarta:Departemen Agama RI, 1986 Dhillon, Balbir S, Human Reliability: With Human Factors, Exeter,

Uk:Pergamon Press, 1987

Dwi Sutianto,

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk dapat menganalisis bagaimana Status dan Kedudukan pre-wedding menurut hukum Islam dan hukum perdata serta bagaimana akibat hukum setelah

Menurut hukum positif Indonesia, pengelolaan lahan terlantar berada di tangan Badan Pertanahan Nasional, sedangkan menurut hukum islam pengelolaan lahan

Status dan Kedudukan Wali Serta Waris Terhadap Anak Akibat Perkosaan dalam Hukum Islam dan Hukum

Tujuan penelitian ini adalah mengetahui bagaimana penyelesaian sengketa harta bersama jika dilihat dari sistem hukum islam dan sistem hukum perdata dan untuk mengetahui cara

Rumusan masalah penelitian ini adalah bagaimana bentuk hukuman terhadap pelaku KDRT menurut hukum positif dan Hukum Islam, dan bagaimana bentuk perlindungan hukum

Menurut hukum Islam dalam tindak pidana menuduh zina (qadzaf) harus mendatangkan empat orang saksi sedangkan menurut hukum positif hakim tidak boleh memutuskan

Akibat hukum yang timbul dari istilhāq berdasarkan hukum Islam dan hukum positif yang terbukti keabsahannya maka orang yang di- lihaq tersebut memiliki hubungan

AKIBAT HUKUM TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA TERORISME DALAM PERSPEKTIF HUKUM POSITIF DAN HUKUM ISLAM DI INDONESIA Bagus Sulaksono Fakultas Hukum,Jurusan Ilmu Hukum Universitas 17