PENDAHULUAN
EPISTEMOLOGI DOA DAN GAYA BAHASA
Epistemologi Doa
Menurut Ibnu Hajar, kata doa dalam Al-Qur'an sebenarnya merupakan bentuk qashr (singkatan) dari kata ad-da'wâ (ىَوْعَد), sebagaimana firman Allah SWT secara etimologis. QS. Sedangkan mengenai pengucapan kata doa dalam Al-Qur'an dan turunannya dalam bentuk nominal, penulis menemukan 13 pola, antara lain: (1) ِعاَد (dâ'i); (2) ْيِعاَد (dâ‘iy); (3).
Gaya Bahasa
Dalam ayat tersebut, lafaz yang menunjukkan bentuk imperatif fi'l al-amr terdapat dalam lafaz "âti". Dalam ayat-ayat tersebut, lafaz yang menunjukkan bentuk imperatif fi'l al-amr terdapat dalam lafaz.
RELASI ILMU BAHASA PRAGMATIK
Ilmu Bahasa Pragmatik
Dari lima pokok penelitian pragmatik, penulis hanya fokus pada kajian tindak tutur yang dikombinasikan dengan konteks tuturan. Hal ini penulis lakukan karena data penelitian akan dianalisis menggunakan teori tindak tutur. Teori tindak tutur merupakan salah satu bidang penelitian kajian pragmatik yang dapat dijadikan alat bantu dalam mengungkap gaya bahasa doa dalam Al-Qur’an.
Teori tindak tutur pertama kali diperkenalkan oleh John Langshaw Austin (1956), seorang profesor di Universitas Harvard. Lebih spesifiknya, tindak tutur merupakan produk atau hasil suatu kalimat dalam keadaan tertentu dan merupakan satuan terkecil dari komunikasi linguistik. Tindak tutur merupakan kajian dalam pragmatik yang merupakan produksi tuturan dalam situasi dan kondisi tertentu.
Asutin membagi tindak tutur menjadi tiga: tindak lokusi, tindak ilokusi, dan tindak perlokusi. Tindak tutur merupakan gejala individual yang bersifat psikologis, yang kelangsungannya ditentukan oleh kemampuan penutur dalam menangani situasi tertentu.108 Pernyataan ini sejalan dengan pendapat Suwito dalam bukunya yang berjudul “Sosiolinguistik: Teori dan Permasalahan”. Tindak lokusi merupakan tindak tutur yang relatif paling mudah diidentifikasi karena identifikasi cenderung terjadi tanpa menyertakan konteks tuturan yang terlibat dalam situasi tutur tersebut.
Relasi antara Ilmu Bahasa Pragmatik dengan
Kata-kata itu ada yang insyâ berbentuk thalabi, dan ada juga yang berbentuk thalabi ghair. Insyâ' thalabiy adalah kata yang menginginkan agar terjadi sesuatu yang diminta, yang tidak dapat terjadi pada saat diminta. Inshâ' thalebij dapat diungkapkan dengan lima cara, yaitu: amr (perintah) atau du'â (permintaan dalam bentuk amr), nahy (larangan) atau du'â (permintaan dalam bentuk nahi), istifhâm (pertanyaan) , tamanniy (angan-angan/harapan) dan nidâ' (panggilan/panggilan).
Imam Asrori menyatakan, setidaknya ada tiga aspek kesetaraan antara 'ilm al-ma'âniy dan pragmatik: (1) keduanya mengkaji bahasa dalam kaitannya dengan konteks komunikasi; (2) keduanya mengkaji aspek tindak tutur; Baik kelompok tindak tutur 'ilm al-ma'âniy maupun pragmatis untuk tindak tutur asertif atau tetap, mengarahkan, komisif dan deklaratif serta ucapan terima kasih; (3) keduanya berbicara tentang implikatur.120. Bedanya, kajian ‘ilm al-ma’âniy menitikberatkan pada bagaimana menyusun kalimat ujaran atau wacana yang sesuai dengan konteksnya, kemudian dalam kajian ‘ilm al-ma’âniy membagi jenis kalimat tuturan menjadi dua. jenis yang luas yaitu khabar atau kalimat deklaratif dan insyâ' yang meliputi kalimat imperatif, deklaratif, seruan, dan tegas. Kelebihan pragmatik dibandingkan ‘ilm al-ma’âniy dalam hal ini adalah aspek konteks komunikasi dalam pragmatik telah diuraikan secara sistematis, sedangkan dalam ‘ilm al-ma’âniy penjelasan tersebut tidak ditemukan dalam ‘ilm al-ma’. âniy referensi.
Lebih lanjut di sini penulis ulangi bahwa dari seluruh data mengenai gaya bahasa shalat yang berjumlah kurang lebih 155 ayat yang tersebar dalam 39 surat dalam Al-Quran, tidak semuanya dianalisis oleh penulis pada bagian selanjutnya (khususnya analisis dengan teori tindak tutur). Pembagian jenis-jenis kalimat ke dalam ketiga jenis di atas juga dapat memasuki bidang konstruksi kalimat gaya bahasa doa dalam Al-Qur'an melalui keseluruhan analisis yang penulis lakukan. Untuk memudahkan pemahaman, berikut ini penulis sertakan bagan detail gaya bahasa sholawat Al-Quran ditinjau dari struktur kalimatnya.
Gaya Bahasa Doa dengan Kalimat Deklaratif
Gaya bahasa doanya adalah dengan kalimat deklaratif berbentuk fi'l yang artinya meminta perlindungan (al-isti'âdzah). Gaya bahasa doa dengan kalimat deklaratif yang mengungkapkan kekhawatiran/ketakutan yang ekstrim (izhhâr al-khauf). Pengucapan kalimat “anniy massaniya adh-dhurru” pada ayat ini dinyatakan dalam kalimat pernyataan (deklaratif), disertai keseriusan, yang ditandai dengan adanya pengucapan afirmatif (taukîd) berupa huruf taukîd” Anna".
Pengucapan kalimat “rabbi inniy limâ anzalta ‘alayya min khairin faqîrun” dalam ayat tersebut diungkapkan dengan pernyataan yang disertai dengan keparahan yang ditandai dengan adanya pernyataan yang tegas (taukîd) berupa huruf taukîd. Pengucapan kalimat “inniy Kuntu min azh-zhâlimîn” dalam ayat tersebut diungkapkan sebagai pernyataan kesedihan, disertai dengan keparahan, ditandai dengan adanya pernyataan penegasan (taukîd) berupa huruf taukîd “inna” . Pengucapan kalimat "anna hâ'ulâi qaumun mujrimûn" dalam ayat tersebut diungkapkan dengan keterangan keterangan, disertai dengan keseriusan, ditandai dengan adanya pernyataan yang tegas (taukîd) berupa huruf taukîd.
Gaya bahasa doa dengan kalimat deklaratif mengungkapkan keagungan Allah (at-tasbîh) QS. Perkataan kalimat “’asâ rabbiy an yahdiyaniy sawâ’as-sabîl” pada ayat ini diungkapkan dalam bentuk pernyataan tidak langsung yang menimbulkan harapan. Gaya bahasa doa dengan kalimat deklaratif sebagai respon/refleks dari konteks dialog QS.
Gaya Bahasa Doa Al-Qur’an dengan Kalimat
Dalam ayat tersebut, lafaz yang menunjukkan bentuk imperatif fi'l al-amr terdapat dalam lafaz "ihdi". Dalam ayat tersebut, lafaz yang menunjukkan bentuk imperatif fi'l al-amr terdapat dalam lafaz "anzhir". Dalam ayat tersebut, lafaz yang menunjukkan bentuk imperatif fi'l al-amr terdapat dalam lafaz "zid".
Dalam ayat tersebut, lafaz yang menunjukkan bentuk imperatif fi'l al-amr terdapat dalam lafaz "uḥkum" (memberi keputusan). Dalam ayat tersebut, lafaz yang menunjukkan bentuk imperatif fi'l al-amr terdapat dalam lafaz "unshur". Dalam ayat tersebut, lafaz yang menunjukkan bentuk imperatif ialah fi'l al-amr, yang terdapat dalam lafaz.
Dalam ayat tersebut, lafaz yang menunjukkan bentuk imperatif fi'l al-amr terdapat dalam lafaz "hab". Dalam ayat tersebut, lafaz yang menunjukkan bentuk imperatif fi'l al-amr terdapat dalam lafaz "uktub". Dalam ayat tersebut, lafaz yang menunjukkan bentuk imperatif fi'l al-amr terdapat dalam lafaz "irḥam".
Dalam ayat tersebut, lafaz yang menunjukkan bentuk imperatif fi'l al-amr terdapat dalam lafaz "taqabbal". Dalam ayat tersebut, lafaz yang menunjukkan bentuk imperatif fi'l al-amr terdapat dalam lafaz "irji'".
Gaya Bahasa Doa Al-Qur’an dengan Kalimat
Gaya bahasa doa dalam Al-Qur'an yang diungkapkan dengan struktur kalimat tanya dapat ditemukan pada ayat-ayat Al-Qur'an berikut ini. Doa untuk mendapatkan ampunan Allah terdapat pada ayat-ayat berikut. Pada ayat ini permohonan maaf berupa fi’l al-amr terdapat pada kata “ighfir” (dimaafkan) yang diawali huruf fa’ sababiyyah.
Permohonan untuk tujuan mendapatkan pengampunan dan keselamatan terdapat antara lain dalam ayat-ayat berikut. Permohonan untuk tujuan mendapatkan pertolongan, keampunan dan keselamatan daripada Allah terdapat dalam ayat berikut, antara lain. Dalam ayat tersebut, perkataan yang menunjukkan bentuk imperatif fi'l al-amr terdapat dalam perkataan "'ajjil".
Bagi jenis lakuan perlokusi gaya bahasa doa dengan struktur ayat deklaratif antara lain terdapat dalam ayat-ayat berikut. Antara lain bagi jenis lakuan perlokusi berbentuk doa dengan struktur ayat imperatif boleh didapati dalam ayat-ayat berikut. Bagi jenis aksi perlokusi gaya bahasa doa dengan struktur ayat imperatif, terdapat antara lain dalam ayat-ayat berikut.
FUNGSI PERMOHONAN DOA DALAM PERSPEKTIF
Tindak Lokusi
Tindak tutur ini dikenal dengan “tindak mengatakan sesuatu” 109 Untuk memudahkan pemahaman, perhatikan contoh kalimat berikut: (1) Pohon kelapa termasuk jenis palem; (2) Tim sepak bola terdiri dari sebelas pemain; (3) Piala Dunia merupakan salah satu ajang bergengsi atau ajang besar kompetisi sepak bola dunia yang diselenggarakan oleh FIFA setiap empat tahun sekali, yang mempertandingkan 32 tim nasional kualifikasi dari sejumlah zona kontinental bersaing memperebutkan gelar juara dan disiarkan di sejumlah zona benua. media elektronik, seperti televisi nasional, saluran live streaming YouTube, dan Facebook. Sedangkan wacana (3) cenderung diungkapkan untuk menginformasikan sesuatu, yaitu kegiatan pertandingan atau kompetisi sepak bola dunia yang dimainkan oleh tim nasional yang lolos kualifikasi dari sejumlah zona kontinental dan disiarkan langsung oleh sejumlah media elektronik. Dalam hal ini, boleh saja terdapat kekuatan ilokusi dan perlokusi dalam wacana (3), namun tingkat kekuatan lokusinya jauh lebih dominan atau menonjol.
Dalam hal ini suatu kalimat atau ujaran dipandang sebagai satu kesatuan yang terdiri dari dua unsur, yaitu subjek dan predikat.
Tindak Ilokusi
Kalimat (1) yang biasa terdapat pada pagar pagar atau depan rumah besar pemilik anjing, tidak hanya berfungsi sebagai penyampai informasi, namun juga sebagai peringatan. Kalimat (2) bila diucapkan oleh seorang guru kepada murid-muridnya, mungkin bisa menjadi peringatan kepada murid-muridnya agar bersiap giat belajar, namun jika diucapkan oleh seorang ayah kepada anaknya, bisa jadi itu dimaksudkan untuk menasihati anaknya agar tidak menyia-nyiakan usahanya. waktu hanya dalam permainan. Dari uraian di atas terlihat jelas bahwa tindak ilokusi sangat sulit dan sulit diidentifikasi, karena perlu diperhatikan terlebih dahulu siapa penutur dan lawan bicaranya, kapan dan di mana tindak tutur itu terjadi, serta apa konteksnya.
Tindak Perlokusi
Dalam ayat tersebut, perkataan yang menunjukkan mood imperatif fi'l al-amr terdapat dalam perkataan "âti" (memberi). Dalam ayat tersebut terdapat tiga jenis lafaz yang menunjukkan keharusan fi’l al-amr iaitu ada. Dalam ayat tersebut terdapat dua jenis lafaz yang menunjukkan keharusan fi’l al-amr iaitu ada.
Dalam ayat tersebut, lafaz yang menunjukkan bentuk imperatif fi'l al-amr terdapat dalam lafaz "ij'al". Dalam ayat tersebut, lafaz yang menunjukkan bentuk imperatif fi'l al-amr terdapat dalam lafaz "irji'û". Dalam ayat tersebut, lafaz yang menunjukkan bentuk imperatif fi'l al-amr terdapat dalam lafaz "najji".
Pada ayat ini, lafadz yang menunjukkan bentuk imperatif berupa fi’l al-amr terdapat pada lafadz “unshur”. Pada ayat ini terdapat tiga lafaz yang menunjukkan bentuk imperatif berupa fi'l al-amr, yaitu pada lafaz. Pada ayat ini terdapat dua kata yang menunjukkan bentuk imperatif berupa fi’l al-amr, yaitu kata “ighfir” (mengampuni) dan “qi” (melindungi).
Dalam ayat ini, lafaz yang menunjukkan bentuk imperatif fi'l al-amr terdapat dalam lafaz "uktub". Dalam ayat ini, lafaz yang menunjukkan bentuk imperatif fi'l al-amr terdapat dalam lafaz "ufruq". Dalam ayat ini, lafaz yang menunjukkan bentuk imperatif dalam bentuk fi'l an-nahy terdapat dalam lafaz "lâ taj'al".
Dalam ayat-ayat ini, lafaz yang menunjukkan bentuk imperatif fi'l al-amr terdapat dalam lafaz "lâ tazid".
PENUTUP