• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II LANDASAN TEORI"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Penelitian Relevan

1. Penelitian dengan judul Kajian Tindak Tutur Komunikasi Penjual dan Pembeli

Sepatu Sandal di Pasar Banjanegara (Sebuah Kajian Pragmatik) oleh Vivi S.

Pada penelitian ini menggunakan teknik desktriptif kuantitatif. Sumber yang diperoleh dalam penelitian ini adalah penjual dan pembeli yang melakukan tawar menawar di sebuah pasar di daerah Banjarnegara. Data yang diperoleh adalah tuturan yang digunakan oleh penjual dan pembeli dalam komunikasi jual beli sepatu dan sandal, dalam percakapan yang dilakukan oleh pembeli dan penjual banyak digunakan bahasa Jawa, karena kedua pihak memang orang jawa dan berada di daerah yang menggunakan bahasa Jawa. Pada penelitiannya Vivi S hanya mengamati ilokusi resfentatif, direktif, ekspresif saja. Berbeda dengan penelitian yang di lakukan oleh peneliti saat ini dilakukan pada tempat pelayanan publik yaitu kecamatan, kantor pos, dan KUD di sini bahasa yang digunakan adalah bahasa Sunda, dan mengamati semua bentuk tindak tutur.

2. Penelitian dengan judul Tindak Tutur Guru dalam Proses Belaajar Mengajar

Kelas 5 SD di SLB Yakut Purwokerto (Kajian Pragmatik) oleh Demi

Purnamawati tahun 2011.

Demi Purnamawati melakukan penelitian mengenai bentuk-bentuk tindak tutur pada guru yang mengajar di kelas V SD di SLB Yakut Purwokerto. Sumber data yang digunakanya adalah guru dalam proses pembelajaran yang dilakukan di dalam kelas.

(2)

Metode yang digunakan dalam pengumpulan data yaitu menggunakan teknik sadap dan teknik rekam. Penelitian yang dilakukan oleh Demi yaitu bentuk tindak tutur lokusi yang tediri atas pernyaataan atau informasi, lokusi perintah, dan lokusi pertanyaan, bentuk tindak tutur ilokusi, dan bentuk perlokusi. Bentuk-bentuk tersebut digunakan dalam peoses belajar mengajar untuk memberi penguatan dalam mengolah kelas. Persamaan dari penelitian tersebut dengan penelitian saat ini adalah sama-sama mencakup semua tindak tutur, sedangkan perbedaannya terletak pada data yang dianalisis dan tempat penelitianya.

3. Penelitian dengan judul Kajian Bentuk Tindak Tutur Penjual dan Pembeli di

Toko Yuyun Collection and Credit di Desa Madusari Kecamatan Wanerja Kabupaten Cilacap oleh Tri Utami Anisa tahun 2014

Penelitian yang dilakukan oleh Tri Utami Anisa bertujuan untuk mendeskripsikan bentuk tindak tutur penjual dan pembeli Toko Yuyun Collection and Credit di Desa Madusari Kecamatan Wanerja Kabupaten Cilacap. Penelitian ini menggunakan metode padan, sumber data yang digunakan adalah penjual dan pembeli yang berbelanja, dari hasil penelitian disimpulkan bahwa bentuk tindak tutur yang digunakan oleh penjual dan pembeli Toko Yuyun Collection and Credit di Desa Madusari Kecamatan Wanerja Kabupaten Cilacap terdapat tiga bentuk tindak tutur yakni tindak tutur lokusi, tindak tutur ilokusi dan tindak tutur perlokusi.

Ketiga penelitian yang dijelaskan di atas sangatlah berbeda dengan penelitian yang dilakukan penelitian saat ini, dan pada penelitian sebelumnya belum pernah ada yang meneliti bentuk tindak tutur yang terjadi di tempat pelayanan publik. Penelitian mengenai bentuk tindak tutur di tempat pelayanan publik baru pertama kali dilakukan oleh peneliti saat ini.

(3)

B. Bahasa

Menurut Chaer dan Leonie Agustina (2010 : 11) bahasa adalah sebuah sistem, artinya bahasa itu dibentuk oleh sejumlah komponen yang berpola secara tetap dan dapat dikaidahkan. Bahasa selain bersifat sistematis juga bersifat sistemis. Sistematis maksudnya bahasa tersebut tersusun menurut suatu pola tertentu, tidak tersusun secara acak atau sembarangan, sedangkan sistemis artinya bahasa itu bukan merupakan sistem tunggal, melainkan terdiri dari sejumlah subsistem, yakni subsistem fonologi, subsistem morfologi, subsistem sintaksis dan subsistem leksikon.

Menurut Kridalaksana (2007 :88) bahasa adalah sistem lamabang bunyi yang arbiter, yang digunakan oleh anggota masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi dan mengindetifikasi diri. Definisi tersebut sejalan dengan yang di jelaskan oleh Sumarsono (2012 :18) yang menjelakaskan bahwa bahasa adalah sisitem lamabang bunyi yang bersifat sewenang-wenang (arbitrer) yang dipakai oleh anggota masyarakat untuk saling berhubungan dan berinteraksi. Berdasarkan dari beberapa pengertian tersebut maka peneliti dapat menyimpulkan bahwa bahasa merupakan sistem lambang bunyi yang besifat arbiter yang dihasilkan oleh alat ucap manusia dalam masyarakat untuk bekerja sama. Sistematis maksudnya tersusun menurut pola tertentu, sedangkan sistemis bahasa tidak bersistem tunggal. Bahasa adalah sebuah lambang bunyi yang bersifat arbitrer (sewenag-wenang) yang digunakan oleh manusia untuk saling berhubungan, berinteraksi, bekerjasama, dan mengidentifikasikan diri.

C. Fungsi Bahasa

Keraf (2001 :4-1) menyebutkan bahwa fungsi bahasa dapat dituturkan dari dasar dan motif bahasa itu sendiri, sedangkan fungsi bahasa yang utama adalah

(4)

sebagai alat komunikasi atau interaksi sosial antara sesama manusia. Sebagai alat komunikasi bahasa merupakan media dalam menyampaikan ide, gagasan, dan perasaan penutur kepada lawan tutur. Dengan demikian, lawan tutur akan mengerti maksud dan tujuan tuturan si penutur. Maksud dan tujuan tuturan tersebut dapat berupa menanyakan, menyuruh, meminta, menyerahkan, dan lain sebagainya.

Disi lain Chaer dan Agustina (2010 :14-16) melihat fungsi bahasa dari sudut-sudut tertentu. Pertama, dilihat dari sudut-sudut penutur, bahasa berfungsi personal atau pribadi, yaitu penutur menyampaikan emosinya lewat bahasa dan memperlihatkan emosi sewaktu menyampaikan tuturannya sehingga lawan tutur menduga apakah penutur sedih, marah, atau gembira. Kedua, dilihat dari sudut pendengar atau lawan bicara bahasa berfungsi direktif, yaitu mengatur tingkah laku pendengar. Ketiga, dilihat dari sudut topik, bahasa berfungsi referensial, yaitu bahasa berfungsi sebagai alat untuk membicarakan objek atau peristiwa yang ada di sekeliling penutur. Keempat, dilihat dari sudut kode yang digunakan bahasa berfungsi metalingual atau metalinguistik, yaitu bahasa digunakan untuk membicarakan bahasa itu sendiri. Kelima, dilihat dari segi amanat yang akan disampaikan bahasa berfungsi imajinatif, yaitu untuk menyampaikan pikiran gagasan dan perasaan.

Bertolak dar pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa fungsi bahasa yaitu: (1) fungsi ekspresi diri atau personal, yaitu bahasa digunakan oleh penutur untuk menyatakan sesuatu dengan memperlihatkan emosi sehingga lawan tutur dapat menduga apakah penutur sedang sedih atau bahagia, (2) berfungsi imajinatif, artinya bahasa digunakan oleh penutur sebagai alat untuk menyampaikan pikiran, gagasan, perasaan, (3) fungsi direktif, artinya bahasa digunakan untuk mempengaruhi tingkah laku dan tindakan lawan tutur, dan (4) fungsi referensial, yaitu bahasa digunakan oleh penutur untuk membicarakan objek atau peristiwa yang terjadi di sekeliling penutur.

(5)

D. Tindak Tutur

1. Pengertian Tindak Tutur

Tindak tutur merupakan suatu kegiatan seseorang menggunakan bahasa kepada mitra tutur dengan rangka mengkomunikasikan sesuatu. Menurut Chaer dan Leonie Agustina (2004 :49) mengatakan bahwa tindak tutur adalah peristiwa tutur pada peristiwa sosial yang menyangkut pihak –pihak yang bertutur dalam satu situasi dan tempat tertentu, untuk menyatakan maksud tuturan, penutur tidak hanya mengeluarkan kata-kata, tetapi juga berupaya menyisipkan suatu tindakan atau pengaruh kepada lawan tuturnya. Tindak tutur merupakan produk dari suatu ujaran kalimat dalam kondisi tertentu dan merupakan satuan terkecil dari komunikasi bahasa. Tindak tutur merupakan gejala individual, bersifat pisikologis dan keberlangsunganya ditentukan oleh kemampuan bahasa si penutur pada saat komunikasi.

Tindak tutur (speech act) adalah saat seseorang mengatakan sesuatu dia juga melakukan sesuatu (Austin dalam Nadar, 2009: 11) . Sedangkan menurut Aslinda (2010 : 34), tindak tutur adalah sepenggal tuturan yang dihasilkan sebagai bagian terkecil dalam interaksi lingual. Hal serupa juga diungkapkan oleh Tarigan (2009:36) bahwa tindak tutur atau tuturan yang dihasilkan oleh manusia dapat berupa ucapan. Ia mengatakan bahwa ucapan tersebut dianggap sebagai suatu bentuk kegiatan atau suatu tindak tutur.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa tindak tutur merupakan unusur pragmatik yang melibatkan pembicaraan yang terjadi dalam situasi tertentu. Pemakaiannya bahasa dalam kehidupan sehari-hari yang berupa tuturan tidak terbatas, karena setiap hari seseorang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan yang

(6)

dinamakan komunikasi. Bertutur sering digunakan untuk menyampaikan gagasan atau pesan komunikasi kepada lawan tuturnya. Tuturan yang dilakukan seseorang dilihat pada tujuan peristiwanya, maka dalam sebuah tindak tutur orang-orang lebih memperhatikan makna atau arti dari tindakan dalam tuturannya walaupun terkadang sebaliknya ada yang tidak memperhatikan hal tesebut.

2. Bentuk Tindak Tutur

Searle (dalam Rohmadi 2004 :30) dalam bukunya Speech Acts: An Essay in The Philosophy of Language, mengungkapkan sesuatu yang berkaitan dengan tindak tutur. Dalam bukunya tersebut ia mengatakan bahwa secara pragmatis setidak-tidaknya ada tiga jenis tindakan yang dapat diwujudkan oleh seorang penutur. Tindakan tersebut yaitu tindak lokusi (lokutionary act), tindak ilokusi (ilokutonary act), dan tindak perlokusi (perlokutionary act). Dalam bukunya Sarle menjelaskan bagian-bagian dari masing-masing bentuk tindak tutur tersebut.

a. Tindak Tutur Lokusi (Locutionary Act)

Tindak lokusi adalah tindak tutur untuk menyatakan sesuatu. Chaer dan Leonie Agustina (2004:53) menyebutkan bahwa tindak tutur lokusi adalah tindak tutur yang menyatakan sesuatu dalam arti berkata atau tuturan dalam bentuk kalimat yang bermakna dan dapat dipahami. Tindak tutur lokusi mengacu pada bentuk tuturan tertentu, dalam tindak lokusi penutur mengatakan sesuatu. Bahasa si penutur langsung dihubungkan dengan sesuatu yang diungkapkan dalam isi ujarannya, dalam tindak lokusi isi ujaran penutur adalah menginformasikan sesuatu kepada lawan tuturnya atau mitra turur. Jenis tindak lokusi dibedakan menjadi tiga yaitu bentuk pernyataan

(7)

(deklaratif), pertanyaan (introgatif), dan perintah (imperatif). Ketiga jenis lokusi ini hanya memberikan informasi tidak untuk mempengaruhi mitra tuturnya.

1) Bentuk Pernyataan (Deklaratif)

Bentuk ini sering disebut bentuk kalimat berita atau kalimat deklaratif. Kalimat berita menurut fungsinya dalam hubungan situasi pada umumnya memberi tahu sesuatu kepada orang lain sehingga tanggapan yang diharapkan hanyalah berupa sebuah perhatian (Rohmadi, 2004:41). Tindak tutur lokusi pernyataan sebenarnya hanya untuk menyampaikan sebuah informasi kepada pendengar mengenai berita dan tidak memberi efek bagi pendengarnya. Respon yang diharapkan oleh pendengarnya hanyalah berupa perhatian.

Ciri- ciri bentuk pernyataan: a) Berupa pola intonasi berita

b) Tak ada kata tanya, ajakan, persilaan, dan larangan.

Contoh : pada kalimat Ali belajar membaca, dan Ani bermain piano. Kedua kalimat tersebut semata-mata untuk menginformasikan sesuatu tanpa melakukan sesuatu, apalagi untuk mempengaruhi lawan tuturnya. Tindak tutur lokusi paling mudah didefinisikan karena lokusi tidak perlu memperhitungkan konteks tuturnya.

2) Lokusi Pertanyaan (Introgatif)

Lokusi yang berfungsi untuk menyatakan suatu hal kepada awan tuturnya. Lokusi ini selalu menggunakan kata seperti, apa, bagaimana, kapan, dimana, siapa, mengapa, berapa, sesuai dengan tujuan yang ingin dinyatakan. Selain menggunakan

(8)

kata tanya, lokusi ini juga menggunakan kata tanya kah. Pola intonasi akhir kalimat tanya adalah naik dan diakhiri dengan tanda tanya (?). Dalam lokusi ini tanggapan yang adalah sebuah jawaban dari apa yang telah ditanyakan oleh seorang penutur kepada lawan tuturnya (Rohmadi, 2004:43).

Ciri-ciri bentuk pertanyaan:

a) Intonasi yang digunakan adalah intonasi tanya, b) Kalimatnya memerlukan jawaban ya atau tidak, c) Sering menggunakan kata tanya.

Contoh : apa kabar?

Pada kaliamat apa kabar? Merupakan bentuk pertanyaan, karena menanyakan keadaan seseorang.

3) Bentuk Perintah (Imferatif)

Rohmadi (2010 :47) mengatakan bentuk perintah berfungsi untuk memerintah atau menyuruh lawan bicaranya. Artinya penutur mengharapkan adanya tanggapan yang berupa tindakan dari orang yang diajak berbicara. Bentuk perintah ini dilakukan untuk memerintah mitra tutur untuk melakukan sesuatu sesuai dengan perintah si penutur. Perintah tersebut dilakukan oleh orang yang mempunyai jabatan lebih tinggi untuk memerintah kepada bawahannya.

Ciri bentuk perintah :

a) Intonasi keras (terutama perintah atau larangan) b) Dapat menggunakan partikel pengeras –lah dan nya.

Pengeras lah digunakan pada akhir kata yang diucapkan oleh seorang penutur. Partikel lah ini digunakan sebagai penganut dari kata-kata yang telah diucapkan oleh penuturnya.

(9)

Contoh : Tidur lah waktu sudah malam.

Pada kalimat di atas merupakan sebuah perintah untuk segera tidur karena waktu sudah malam.

b. Tindak Tutur Ilokusi (Ilucionary Act)

Sebuah tuturan selain berfungsi untuk mengatakan atau menginformasikan sesuatu dapat juga dipergunakan untuk melakukan sesuatu. Apabila hal ini terjadi tindak tutur yang terbentuk adalah tindak tutur ilokusi. Menurut Chaer (2004 :53), tindak tutur ilokusi adalah tindak tutur yang biasanya didefinisikan dengan kalimat performatif yang eksplisit. Tindak tutur ilokusi ini biasanya berkenaan dengan pemberian izin, mengucapkan terima kasih, menyuruh, menawarkan, dan menjanjikan. Tindak ilokusi adalah tindak tutur yang berfungsi untuk mengatakan atau menginformasikan sesuatu dan dipergunakan untuk melakukan sesuatu. Tindak tutur ilokusi adalah tindak tutur yang mengandung maksud dan berfungsi untuk mempengaruhi lawan tutur atau mintra tuturnya. Tindak tutur ilokusi sangat sulit didefinisikan karena terlebih dahulu harus mempertimbangkan siapa penutur dan lawan tuturnya, kapan dan di mana tindak tutur itu terjadi. Searle (dalam Rohmadi, 2010 :34) membagi bentuk ilokusi berdasarkan fungsinya yaitu:

a) Respresentatif, yaitu tindak tutur yang digunakan untuk memberi tahu penutur mengenai sesuatu. Ilokusi dalam bentuk ini cenderung netral yaitu termasuk katagori kerja sama, misalnya menyatakan, melaporkan, menunjukan, dan menyebutkan.

b) Direktif, ialah tindak tutur yang digunakan untuk membantu penutur melakukan sesuatu, tuturan ini dilakukan oleh penutur dengan maksud agar lawan tutur melakukan tindakan yang disebutkan dalam ujarannya, misalnya menyuruh, memohon, menuntut, menyarankan, dan menantang.

c) Ekspresif, ialah tindak tutur yang berfungsi untuk mengekspresikan perasaan dan sikap penutur terhadap keadaan yang tersirat dalam ilokusi. Tindak tutur ini

(10)

mempunyai fungsi untuk mengekspresikan sikap psikologis pembicaranya terkait dengan sesuatu keadaan misal : memuji, mengucapkan terima kasih, mengkritik, dan mengeluh, mengucapkan selamat.

d) Komisif, ialah tindak tutur yang mengikat penuturnya untuk melakukan segala hal yang disebutkan dalam ujarannya, misalnya berjanji, bersumpah, dan mengancam.

e) Deklaratif, ialah tindak tutur yang dilakukan oleh si penutur dengan maksud untuk menciptakan hal, (status, keadaan, dan sebagainya) yang baru, misalnya memutuskan, membatalkan, melarang, mengizinkan, dan memberikan maaf.

c. Tindak Tutur Perlokusi

Tindak tutur perlokusi adalah tindak tutur yang berkenaan dengan adanya ucapan dan sikap atau perilaku dari orang lain itu. Tindak tutur perlokusi adalah tindak tutur yang pengutaraannya untuk mempengaruhi lawan tuturnya. Misalnya, karena ada ucapan dokter (kepada pasienya) ”Mungkin ibu menderita penyakit jantung coroner”, maka si pasien akan panik atau sedih. Ucapan dokter ini adalah tindak tutur perlokusi. Leech (2011: 323) menyebutkan macam-macam tindak tutur perlokusi yaitu : (1) bringh to learn that (membuat penutur tahu bahwa), (2) persuade (membujuk), (3) deceive (menipu), (4) enough (mendorong), (5) iritate (menjengkelkan), (6) frigren (menakuti), (7) amause (menyenangkan), (8) get to do (membuat penutur melakukan sesuatu), (9) inspire (mengilhami), (10) impress (mengesankan), (11) distract (mengalihkan pehatian), (12) get he to think abaut (membuat penutur berpikir tentang), (13) relive tension (melegakan), (14) embarrass (mempermalukan), (15) attract attention (menarik perhatian), dan (16) bore (menjemukan).

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa tindak tutur lokusi adalah tindak tutur untuk menyatakan sesuatu namun tidak mempengaruhi lawan

(11)

tuturnya hanya sekedar menginformasikan saja. Tindak tutur ilokusi dapat disimpulkan sebagai tindak tutur yang berfungsi untuk mengatakan sesuatu atau menginformasikan sekaligus melakukan sesuatu. Tindak ilokusi sulit dideteksi karena tindak tutur ini berfungsi untuk mengatakan atau menginformasikan sesuatu dan dipergunakan untuk melakuakan sesuaitu. Tindak tutur perlokusi adalah tindak tutur yang memiliki efek terhadap mitra tutur dapat secara sengaja dapat pula tidak sengaja. Tindak tutur perlokusi dimaksudkan untuk mempengaruhi mitra tutur.

E. Pelayanan Publik

1. Pengertian Pelayanan Publik

Menurut Hardiyansyah (2015:15) fungsi utama pemerintah adalah menyelenggarakan pembangunan dan pemerintahan untuk mengatur dan mengurus masyarakat, dengan menciptakan ketentraman dan ketertiban yang mengayomi dan mensejahtrakan masyarakat Dalam kaitannya dengan pelayanan publik, komunikasi menduduki peranan yang sangat penting dan strategis karena semua pelayanan publik memerlukan komunikasi.

Kamus Lengkap Bahasa Indonesia Fajri dan Senja (2008: 520) menyebutkan bahwa pelayanan adalah cara melayani, dan cara membantu yang dibutuhkan pihak lain, sedangkan publik adalah sekumpulan orang banyak, masyarakat umum yang melakukan atau membutuhkan sesuatu. Jadi pelayanan publik adalah kegiatan untuk melayani masyarakat dalam segala bentuk kebutuhan dalam rangka pemenuhan kebutuhan masyarakat atau dalam rangka pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan. Menurut Undang-Undang Nomor 25 tahun 2009 tentang pelayanan publik. Pelayanan publik adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan

(12)

kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan perundang-undangan bagi setiap warga negara dan penduduk atas barang, jasa, dan pelayanan administratif yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan publik.

Faktor komunikasi sangatlah berperan penting dalam peningkatan kualitas pelayanan publik. Rendahnya kualiatas pelayanan publik akan berdampak pada semakin rendahnya kepercayaan publik. Kemampuan menjalin komunikasi dengan publik merupakan merupakan kemampuan penting bagi seorang penyelenggara publik/pemerintah/pemerintahan daerah agar dia dapat bertahan dalam pemerintahannya.

a. Unsur-Unsur Pelayanan Publik

Menurut Mukarom dan Muhibudin Wijaya Laksana (2015: 163), pelayanan publik meliputi tiga unsur penting berikut ini.

1) Penerima Layanan (Customer)

Layanan publik yang adil dan berkualitas merupakan dambaan masyarakat. Selain itu, pelayanan publik juga harus adil dalam arti pelayanan publik tidak melayani orang yang mampu membayar, tetapi juga melayani orang yang tidak mampu membayar. Hal ini merupakan prinsip pelayanan publik.

2) Penyedia Layanan (Provider)

Layanan publik yang diberikan secara adil dan berkualitas harus menjadi fokus utama para penyedia layanan. Layanan prima tersebut akan menaikkan citra kinerja mereka. Setiap unit layanan harus memberikan kepuasan kepada pelanggan atau warga yang menerima layanan. Kepuasan merupakan wujud dari keberhasilan pemberi layanan.

(13)

3) Warga Masyarakat (Umum)

Perinsip dari layanan atas hak-hak dasar masyarakat merupakan kewajiban bagi negara maka semua orang tanpa terkecuali berhak mendapatkan layanan tersebut. Hal ini tentu akan mengurangi kesenjangan sosial dan akan meningkatkan taraf hidup masyarakat. Layanan yang adil memberi kesempatan setiap orang atau warga negara untuk menikmati jenis layanan yang terbaik untuk perbaikan kehidupannya.

Pasal 34 Undang-Undang Nomor 25/2009 disebutkan bahwa penyelenggara pelayanan publik harus berperilaku sebagai berikut:

(1) Adil dan dan tidak dikriminatif, (2) Cermat,

(3) Santun dan ramah,

(4) Tegas, andal, dan tidak memberikan putusan yang berlatut- larut, (5) Profesional,

(6) Tidak mempersulit,

(7) Patuh pada perintah atasan yang sah dan wajar,

(8) Mengunjungi tinggi nilai-nilai akuntabilitas dan integritas insitusi penyelengara, (9) Tidak membocorkan informasi atau dokumen yang wajib dirahasiakan sesuai

peraturan perundang-undangan,

(10) Terbuka dan mengambil langkah yang tepat untuk mengindari benturan kepentingan,

(11) Tidak menyalahgunakan sarana dan prasarana serta fasilitas pelayanan publik, (12) Tidak memberikan informasi yang salah atau menyesatkan dalam menanggapi

(14)

(13) Tidak menyalahgunakan informasi, jabaran, dan atau waktu kewenangan yang dimiliki,

(14) Sesuai dengan kepantasan,

(15) Tidak menyimpang dari prosedur.

2. Tempat Pelayanan Publik a. Kecamatan

Kantor kecamatan merupakan tempat pelayanan pemerintahan tingkat kecamatan yang berada di setiap wilayah yang dihuni oleh sejumlah penduduk. Kantor kecamatan merupakan tempat pelayanan atau pengurusan KTP ( Kartu Tanda Penduduk), Kartu Keluarga (KK), akta kelahiran, dan surat nikah. Kecamatan adalah tingkat pemerintahan di atas desa atau kelurahan. Kantor kecamatan merupakan tempat kerja camat dan pegawai-pegawai lainya. Mereka bertugas melayani masyarakat.

Menurut PP. Nomor 41 Tahun 2007, tugas camat adalah sebagai berikut: 1) mengoordinasikan kegiatan pemberdayaan masyarakat,

2) mengoordinasikan upaya penyelenggaraan ketentraman dan ketertiban umum, 3) mengoordinasikan pemeliharaan peranan dan fasilitas pelayanan umum, 4) mengoordinasikan penyelenggaraan kegiatan pemerintah tingkat kecamatan, 5) membina penyelenggaraan pemerintah desa dan kelurahan,

6) melaksanakan pelayanan masyarakat yang menjadi ruang lingkup tugasnya atau yang belum dapat dilaksanakan pemerintah desa atau kelurahan.

b. Kantor Pos

Menurut Lengkap Bahasa Indonesia Fajri dan Senja (2008: 420) kantor adalah tempat bekerja atau tempat menangani (mengurus) pekerjaan, sedangkan pos adalah kantor untuk mengirim surat atau pun barang dan lain sebagainya. Jadi kantor

(15)

pos merupakan tempat pelayanan pengiriman surat atupun barang lainya. Namun, dengan perkembangan teknologi komunikasi yang semakin moderen orang- orang tidak lagi menggunakan kantor pos sebagai tempat pengiriman surat untuk berkomunikasi, melainkan sebagai tempat pengiriman barang-barang. Kantor pos pada saat sekarang menyediakan pelayanan mengenai pembayaran listrik dan pembayaran cicialan kredit yang dilakukan oleh masyarakat, misalkan cicilan motor, mobil dan peminjaman uang. Kegunaan kantor pos di zaman modern seperti ini semakin mempermudah pelayanan terhadap masyarakat luas.

c. KUD

Kata koperasi berasal dari bahasa Inggris yaitu cooperatin yang terdiri dari kata co yang artinya bersama-sama dan operation yang artinya usaha untuk mencapai tujuan. Jadi, kooprasi adalah usaha bersama untuk mencapai tujuan. Koperasi menurut Undang- Undang Nomor 25 Tahun 1992 adalah badan usaha yang beranggotakan orang-orang atau badan hukum koprasi dengan melandaskan kegiatanya berdasarkan prinsip koprasi. Koperasi merupakan badan usaha yang tediri dari orang, seseorang atau badan hukum, Akan tetapi koprasi berbeda dengan badan usaha lain yaitu pada bunga peminjaman di KUD lebih kecil dari pada Bungan pinjaman di Bank. Koperasi Unit Desa (KUD) adalah organisasi ekonomi rakyat pedesaan yang pembentukanya dilakukan oleh seluruh warga masyarakat desa tersebut yang wilayahnya meliputi satu kecamatan.

Berikut adalah bidang usaha KUD:

1) menyalurkan sarana produkdi pertanian seperti pupuk, bibit tanaman, obat pemberantas hama dan alat-alat pertanian,

(16)

2) memberikan penyaluran teknis bersama dengan petugas penyuluhan lapangan kepada para petani,

3) penyaluran kebutuhan pokok masyarakat des, terutama pangan, sandang dan papan,

4) penyediaan jasa lain, antara lain jasa simpan pinjam,

Referensi

Dokumen terkait

Tahap pengembangan dihasilkan produk LKPD yang sudah diperbaiki berdasarkan saran dan masukan dari hasil telaah para ahli. Selanjutnya yaitu validasi perangkat dan

Secara definitif dan teknis, resep artinya pemberian obat secara tidak langsung, ditulis jelas dengan tinta,tulisan tangan pada kop resep resmi kepada pasien, format dan

Dengan demikian, apabila ada perbuatan melawan hukum yang menimbulkan kerugian, maka yang harus dibuktikan selain adanya perbuatan yang melawan hukum, harus

Adapun tujuan dari penelitian ini yakni (1) untuk mengetahui hubungan antara daya tarik pesan iklan secara rasional di fanpage facebook Lazada Indonesia dengan

 Skor 1 jika peserta didik mampu menyebutkan alasan tetapi tidak sesuai dengan apa yang ditanyakan. Keterangan: Total skor

KEPERCAYAAN DIRI ANAK TUNARUNGU SISWA SLB BHAKTI KENCANA SLEMAN YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2013/ 2014”. Skripsi ini disusun guna memenuhi salah satu persyaratan untuk

Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa dari 50 sampel darah sapi bali yang sehat secara klinis yang dipotong di Rumah Potong Hewan Pesanggaran Denpasar diperoleh

Hidrogenasi adalah istilah yang merujuk pada reaksi kimia yang menghasilkan adisi hidrogen (H 2 ).Proses ini umumnya terdiri dari adisi sepasang atom hidrogen ke sebuah