• Tidak ada hasil yang ditemukan

strategi belajar peserta didik yang menjadi pengurus

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "strategi belajar peserta didik yang menjadi pengurus"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

STRATEGI BELAJAR PESERTA DIDIK YANG MENJADI PENGURUS OSIS DI SMP NEGERI 24 PADANG

ARTIKEL

Oleh :

RIVY ASTRIAWATY NPM. 11060098

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

(STKIP) PGRI SUMATERA BARAT PADANG

2015

(2)

STUDENT’S ORGANIZATION (OSIS) IN LEARNING STRATEGIES AT SMP NEGERI 24 PADANG

By:

Rivy Astriawaty*

Dr. Helma, M.Pd **

Rahma Wira Nita, M.Pd., Kons **

*Student

** Lecturers

Guidance and Counseling Study Program, STKIP PGRI West Sumatera Email: Rivi.Astriawati@yahoo.com

ABSTRACT

Researcher does the research about Student’s learning strategy because there are some students do not too effective in learning process. The research done at SMP N 24 Padang. The purpose of this research is to know student’s learning strategy as OSIS members at SMP N 24 Padang. This research is a form of descriptive quantitative research. The population of this research is all of OSIS members at SMP N 24 Padang. The technique sampling using total sampling. There are 50 students OSIS members as a sample at SMP N 24 Padang. The data of this research got by questionnaire. The data processing used by percentage technique. From the research and data analysis resulting in, the students’ learning strategy as OSISmembers seen from memories strategy, elaboration, organization, and metacognition which all of them in good criteria.

The memories strategy of students on good criteria as much 30 people, the elaboration strategy as much 32 people, organization strategy as much 24 people, and metacognitive strategy as much 32 people. Based on this research, researcher recommend to the students for them to know learning strategy as OSIS members and also to the teacher and parents to help them in learning activity, until they can learn with learning strategy in a good way.

Keywords: Student, Learning Strategies Pendahuluan

Memasuki zaman era globalisasi dan modernisasi, dewasa ini perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi mengalami perkembangan yang sangat pesat. Dimana tuntutan masyarakat semakin kompleks dan persaingan semakin ketat, hal ini harus didukung dengan sumber daya manusia yang berkualitas, membentuk manusia yang berkualitas dapat dilakukan dengan jalur pendidikan. Pada dasarnya pendidikan merupakan suatu proses untuk membantu manusia dalam mengembangkan dirinya sehingga mampu menghadapi perubahan yang terjadi. Menurut Syafril (2011:22) pendidikan juga merupakan suatu kegiatan yang universal dalam kehidupan manusia, karena di manapun dan kapanpun di dunia terdapat pendidikan. Pendidikan adalah suatu proses interaksi manusiawi antara pendidik dengan subjek didik untuk mencapai tujuan pendidikan.

Pendidikan dapat dilalui secara formal dan non formal, untuk menempuh jenjang pendidikan maka diperlukan

belajar. Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Terjadinya proses belajar bersamaan dengan proses mengajar, karena apabila ada yang mengajar tentu ada yang diajar. Artinya bahwa setiap saat dalam kehidupan terjadi suatu proses belajar-mengajar baik yang sengaja maupun tidak disadari, dari proses belajar mengajar ini akan diperoleh suatu hasil, yang pada umumnya disebut hasil pengajaran, atau dengan istilah tujuan pembelajaran dan hasil belajar. Agar memperoleh hasil yang maksimal, proses belajar mengajar harus dilakukan dengan sadar dan sengaja serta terorganisasi secara baik.

Menurut Soemanto (2006:105) belajar merupakan suatu proses dasar dari perkembangan hidup manusia. Dengan belajar, manusia melakukan perubahan- perubahan kualitatif individu sehingga tingkah lakunya berkembang. Dengan

(3)

demikian, tidak setiap perubahan tingkah laku pada diri individu adalah hasil belajar.

Meskipun seseorang tersebut tidak ada yang mengajar, namun orang itu masih bisa belajar.

Belajar merupakan suatu tujuan dalam pendidikan untuk mencapai apa yang diinginkan oleh setiap orang, dari yang tidak tahu apa itu belajar dan untuk apa seseorang belajar. Cara belajar setiap peserta didik tidaklah sama, kiat atau strategi belajar dilakukan setiap orang berbeda. Menurut Dahar (2011:122) strategi belajar yang digunakan meliputi :

1. Strategi menghafal. Menurut strategi ini para peserta didik melakukan latihan mereka sendiri tentang materi yang dipelajari dalam bentuk yang paling sederhana, latihan itu berupa mengulangi nama-nama dalam suatu urutan.

2. Strategi elaborasi. Dalam menggunakan teknik elaborasi, peserta didik mengasosiasikan hal-hal yang akan dipelajari dengan bahan-bahan lain yang tersedia.

3. Strategi organisasi. Seperti halnya strategi elaborasi, strategi organisasi bertujuan membantu peserta didik meningkatkan kebermaknaan bahan-bahan baru, terutama dilakukan dengan mengenakan struktur-struktur pengorganisasian baru pada bahan-bahan tersebut.

4. Strategi metakognitif. Strategi metakognitif meliputi kemampuan peserta didik untuk menentukan tujuan belajar, memperkirakan keberhasilan pencapaian tujuan itu dan memilih alternatif-alternatif untuk mencapai tujuan itu.

Apabila dikaji secara keseluruhan mengenai aktivitas belajar, hal ini dilakukan untuk mencapai tingkat keberhasilan peserta didik dalam proses belajar yang telah dilakukannya. Menurut Cronbach, 1954 (Soemanto, 2006:104), belajar yang efektif adalah melalui pengalaman. Dalam proses belajar, seseorang berinteraksi langsung dengan objek belajar dengan menggunakan semua alat inderanya. Belajar yang efektif adalah belajar dengan baik.

Belajar dilakukan dengan memusatkan perhatian pada hal yang sedang dipelajari, belajar memerlukan dorongan dan motivasi.

Karena belajar merupakan kegiatan penting bagi setiap orang. Sekolah merupakan salah satu lembaga pendidikan formal yang memiliki tujuan mengembangkan potensi peserta didik secara optimal. Sekolah sebagai suatu lembaga pendidikan mempunyai tanggung jawab yang besar dalam mendidik dan menyiapkan peserta didik agar mereka berhasil dalam proses pendidikan, sehingga peserta didik mampu menghadapi tantangan-tantangan masa depan. Senada dengan kesimpulan di atas, menurut Sagala (2007:79) sekolah sebagai suatu organisasi mendefenisikan hubungan yang diharapkan dapat menciptakan sinergi dan menjamin bahwa hubungan dalam organisasi itu benar-benar terjadi khususnya berkaitan dengan tugas layanan belajar.

Ditambahkan oleh Sagala (2007:79) organisasi secara tradisional terdiri dari sejumlah fungsi khusus seperti pengelolaan pembelajaran dan fasilitas belajar, kurikulum, evaluasi belajar, murid, sarana, prasarana, keuangan dan sebagainya.

Sebagian besar organisasi mempunyai kesulitan besar dalam mengkomunikasikan dan mengkoordinasikan dengan tepat fungsi khusus ini. Karena pembelajaran sebagai kegiatan guru dan murid merupakan kegiatan inti dari kegiatan sekolah.

Suatu organisasi yang berada di tingkat sekolah di Indonesia yang dimulai dari Sekolah Menengah yaitu Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Atas (SMA), menurut Nurhadi (1983:187) Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS) merupakan organisasi siswa yang resmi diakui dan diselenggarakan di sekolah. OSIS juga merupakan satu-satunya organisasi kesiswaan yang berada di lingkungan sekolah. Tujuan didirikannya OSIS adalah untuk melatih peserta didik dalam berorganisasi dengan baik dan menjalankan kegiatan sekolah yang berhubungan dengan peserta didik. OSIS diurus dan dikelola oleh peserta didik yang terpilih untuk menjadi pengurus OSIS.

Biasanya organisasi ini memiliki seorang pembimbing dari guru yang dipilih oleh pihak sekolah.

Potensi yang dimiliki peserta didik dapat dikembangkan melalui berbagai kegiatan yang ada di sekolah seperti kegiatan OSIS. Sebagai salah satu jalur pembinaan kesiswaan, OSIS mempunyai peranan sebagai wadah, motivator dan prefentatif (Kanisius, 2008:27).

Sebagai jalur untuk menambah rasa percaya diri pada diri peserta didik

(4)

menyangkut potensi yang dimilikinya dalam suatu kegiatan yang diikuti di sekolah seperti Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS), peserta didik tersebut ada sebagian yang cara belajarnya kurang efektif.

Berdasarkan observasi penulis selama melakukan Praktek Pengalaman Lapangan Bimbingan dan Konseling (PPLBK) Kependidikan dan Sekolah yang peneliti laksanakan pada tanggal 11 Agustus 2014 sampai dengan 6 Desember 2014 di SMP Negeri 24 Padang ditemukan bahwa peserta didik yang menjadi pengurus OSIS belum bisa menyeimbangkan waktu dengan baik antara waktu belajar dengan kegiatan organisasi. Hal ini dilihat dari kebiasaan peserta didik lebih menyenangi kegiatan organisasi dibandingkan dengan belajar, seperti pada saat proses belajar mengajar (PBM) peserta didik sering tidak mengikuti pelajaran dikarenakan ada rapat dan lain- lainnya. Peserta didik mengalami ketinggalan pelajaran dan sering pulang sekolah terlambat karena kegiatan organisasinya serta catatannya juga kurang lengkap. Oleh karena itu cara belajar peserta didik yang menjadi anggota OSIS terganggu, teman-teman yang lain pun jadi terganggu proses belajar pembelajarannya karena peserta didik yang menjadi pengurus OSIS sering keluar masuk kelas dan tidak bisa memanfaatkan waktu belajar yang baik pada saat PBM berlangsung. Serta mereka sering membahas atau membicarakan permasalahan mengenai organisasi yang diikutinya pada saat proses belajar mengajar. Peserta didik yang menjadi pengurus OSIS lebih suka menghabiskan waktunya di dalam kegiatan organisasinya tanpa memperdulikan pelajaran.

Berdasarkan wawancara penulis dengan salah seorang peserta didik yang menjadi pengurus OSIS angkatan 2015/2016 pada tanggal 6 Februari 2015 yaitu sekretarisnya, peserta didik yang menjadi pengurus OSIS sering mengadakan rapat di saat PBM dan ada juga di saat jam pelajaran selesai. Apabila di saat jam pulang, peserta didik yang menjadi pengurus OSIS juga sering berkumpul membahas masalah kepemimpinan dan pengorganisasiannya. Hal ini mengakibat- kan peserta didik terlambat pulang sekolah dan kurangnya waktu istirahat peserta didik di rumah.

Berdasarkan fenomena permasalah- an di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Strategi Belajar Peserta

Didik yang Menjadi Pengurus Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS) di SMP Negeri 24 Padang”.

Metode Penelitian

Penelitian ini bersifat deskriptif kuantitatif, dimana mendiskripsikan suatu gejala, fakta, peristiwa atau kejadian yang sedang atau sudah terjadi apa adanya.

Metode penelitian kuantitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian yang berdasarkan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/statistik, dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan (Sugiyono, 2013:147).

Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa penelitian deskriptif bukan hanya terbatas menyimpulkan data saja, namun dapat dilihat, meninjau dan menggambarkan obyek yang akan diteliti sebagaimana adanya dan menarik kesimpulan setelah melakukan analisis terhadap data yang telah ditetapkan.

Dengan demikian penelitian ini akan mendeskripsikan tentang bagaimana strategi belajar peserta didik yang menjadi pengurus OSIS di SMP Negeri 24 Padang?

Waktu pelaksanaan penelitian dilaksanakan pada bulan Juli 2015. Tempat penelitian ini adalah di SMP Negeri 24 Padang. Karena pada saat melakukan pengamatan di sekolah tersebut, peneliti masih menemukan adanya strategi belajar peserta didik yang menjadi pengurus OSIS belum baik sebagaimana seharusnya, serta peneliti ingin mengetahui strategi belajar peserta didik yang menjadi pengurus OSIS di SMP Negeri 24 Padang.

Peneliti mengambil sasaran yang akan diteliti yaitu peserta didik yang menjadi pengurus OSIS di SMP N 24 Padang. Populasi dari penelitian ini sebanyak 50 peserta didik dan sampel penelitian adalah semua peserta didik yang menjadi pengurus OSIS. Untuk pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik total sampling (Arikunto, 2006: 134).

Jenis data yang digunakan ialah jenis data interval. Menurut Riduwan (2010:85) data interval adalah data yang menunjukkan jarak antara satu data dengan data yang lain, dan mempunyai bobot yang sama. Jadi data yang di intervalkan dalam penelitian ini adalah “Strategi Belajar

(5)

Peserta Didik yang Menjadi Pengurus OSIS di SMP Negeri 24 Padang. Menurut Nasution, sumber data ada dua yaitu primer dan sekunder. Maka sumber data ialah sumber data primer yang mana diperoleh langsung dari obyek yang akan menjadi sasaran penelitian tersebut (Saebani, 2008:108). Sumber data primer yang dimaksud diperoleh dari seorang peserta didik yang menjadi anggota dalam kegiatan OSIS. Sedangkan data sekunder yaitu data yang diperoleh dari Pembina OSIS tentang jumlah peserta didik yang menjadi pengurus OSIS di SMP Negeri 24 Padang.

Teknikanalisis data dilakukan setelah data terkumpul adalah melalui angket.

Hasil dan Pembahasan

Secara umum hasil penelitian mengenai strategi belajar peserta didik yang menjadi pengurus OSIS, dimana hasil penelitian secara variabelnya sebagai berikut:

1. Strategi Menghafal

Berdasarkan hasil pengolahan data yang peneliti lakukan, dapat diungkapkan bahwa secara umum strategi belajar peserta didik yang menjadi Pengurus OSIS di SMP Negeri 24 Padang dilihat dari strategi menghafal sebanyak 30 peserta didik dengan persentase 60% berada pada kategori baik. Hal ini menunjukkan bahwa strategi belajar peserta didik yang menjadi pengurus OSIS di SMP Negeri 24 Padang dapat dikatakan baik.

Berkaitan dengan itu, bagi peserta didik yang masih belum bisa belajar dengan baik selama menjadi pengurus OSIS perlu mendapatkan layanan bimbingan dan konseling seperti layanan informasi, layanan konseling perorangan dan layanan lainnya. Peserta didik yang menjadi pengurus OSIS tersebut juga harus bisa membagi waktu belajar dengan kegiatan organisasinya agar bisa mendapatkan nilai yang bagus dan bisa belajar efektif

.

Solusi untuk mengatasi permasalahan peserta didik dalam menggunakan strategi belajar dengan strategi menghafal yaitu sebagai guru di sekolah dapat membantu peserta didik dengan mengarahkan peserta didik bagaimana belajar yang baik dan membagi waktu untuk kegiatan belajar disela-sela kegiatan OSIS yang diikuti.

Dan sebagai orang tua untuk

memerhatikan kegiatan belajar anak di rumah agar anak tetap bisa belajar dengan efektif.

Berdasarkan hal tersebut, menurut Subyantoro, 2004 (Iskandarwassid, 2013:11) strategi mengahafal dengan menggarisbawahi dapat membantu peserta didik belajar lebih banyak dari teks karena beberapa alasan, oleh karena itu penghafalan lebih cepat dan lebih efisien. Sejalan dengan hal itu, peserta didik harus bisa menggunakan strategi- strategi yang bisa membuat belajarnya lebih efektif. Pada strategi mengahafal dengan membuat catatan-catatan pinggir dapat membantu peserta didik belajar dalam memperhatikan informasi baru spesifik dalam mengingat dan mengidentifikasi kalimat yang membingungkan

.

Sedangkan pada strategi menghafal dengan mencatat inti informasi dapat membantu peserta didik belajar dalam menuliskan kembali inti informasi yang telah diterima agar mudah menghafal informasi tersebut.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan dampak dari strategi menghafal adalah peserta didik akan sulit dalam belajar apabila ia sulit dalam menghafal pelajaran. Karena strategi menghafal sangat membantu peserta didik dalam mengingat informasi yang diperolehnya, untuk itu peserta didik dalam belajar harus bisa menggunakan strategi menghafal tersebut.

2. Strategi Elaborasi

Berdasarkan hasil pengolahan data yang peneliti lakukan, dapat diungkapkan bahwa secara umum strategi belajar peserta didik yang menjadi Pengurus OSIS di SMP Negeri 24 Padang dilihat dari strategi elaborasi berada pada kategori baik sebanyak 32 peserta didik dengan persentase 64%.

Hal ini menunjukkan bahwa strategi belajar peserta didik yang menjadi pengurus OSIS di SMP Negeri 24 Padang dapat dikatakan baik.

Berkaitan dengan hal itu, peserta didik yang belum bisa belajar lebih baik dan efektif dapat dibantu dengan memberikan layanan bimbingan dan konseling dan peserta didik tersebut juga harus bisa menggunakan strategi- strategi belajar dengan baik supaya bisa belajar dengan baik dan efektif.

(6)

Solusi untuk mengatasi permasalahan peserta didik dalam menggunakan strategi belajar dengan strategi elaborasi yaitu sebagai guru di sekolah untuk membantu peserta didik dengan mengarahkan peserta didik bagaimana belajar membuat catatan yang baik dalam menangkap informasi yang dipelajari agar mudah dalam menyimpan informasi dan mengingatnya ketika ada ulangan. Dan sebagai orang tua untuk memerhatikan kegiatan belajar anak di rumah agar anak tetap bisa belajar dengan efektif.

Menurut Subyantoro, 2004 (Iskandarwassid, 2013:11) strategi elaborasi dengan pembuatan catatan dapat membantu peserta didik dalam mempelajari informasi secara singkat dan padat menyimpan informasi untuk ulangan dan dihafal kelak. Pada strategi elaborasi dengan PQ4R dapat membantu peserta didik mengingat apa yang mereka baca sehingga memudahkan perpindahannya dari memori jangka pendek ke memori jangka panjang dengan menciptakan beberapa gabungan antara informasi baru dengan apa yang telah diketahuinya.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan dampak dari strategi elaborasi adalah peserta didik akan sulit dalam belajar apabila ia sulit dalam membuat catatan dan mengulang pelajaran sehingga peserta didik kurang mampu dalam mengingatnya. Dengan demikian dalam menggunakan strategi elaborasi peserta didik dapat membuat catatan dengan rapi dan baik agar mudah mengingat dan mengulang pelajaran.

3. Strategi Organisasi

Berdasarkan hasil pengolahan data yang peneliti lakukan, dapat diungkapkan bahwa secara umum strategi belajar peserta didik yang menjadi Pengurus OSIS di SMP Negeri 24 Padang dilihat dari strategi organisasi berada pada kategori baik sebanyak 24 peserta didik dengan persentase 48%.

Hal ini menunjukkan bahwa strategi belajar peserta didik yang menjadi pengurus OSIS di SMP Negeri 24 Padang dapat dikatakan baik. Pada strategi organisasi, peserta didik yang menjadi pengurus OSIS berada pada kategori cukup baik lebih banyak

daripada kedua strategi sebelumnya yang juga berada pada kategori cukup baik yaitu strategi menghafal dan strategi elaborasi.

Berkaitan dengan hal itu, peserta didik harus dibantu dengan beberapa layanan bimbingan dan konseling seperti layanan informasi agar belajarnya bisa kembali efektif dan untuk peserta didik tersebut harus bisa memanfaatkan strategi belajar organisasi dengan sebaik-baiknya.

Solusi untuk mengatasi permasalahan peserta didik dalam menggunakan strategi belajar dengan strategi organisasi yaitu sebagai guru di sekolah untuk membantu peserta didik bagaimana membuat mapping dan mengarahkan peserta didik dalam belajar cepat dengan cara membuat singkatan. Strategi ini sangat baik digunakan dalam belajar karena dapat membantu peserta didik dalam memudahkannya mengingat pelajaran.

Berdasarkan hal tersebut, menurut Subyantoro, 2004 (Iskandarwassid, 2013:11) strategi organisasi dengan pemetaan konsep dapat mempermudah peserta didik dalam memahami materi pelajaran dan akan lebih efektif dalam kegiatan belajar. Pada strategi organisasi dengan mnemonics/ singkatan dapat membantu peserta didik memudahkan dalam menghafal pelajaran. Peserta didik yang belum bisa belajar dengan baik pada strategi organisasi ini, maka dalam mengingat pelajaran peserta didik harus bisa memanfaatkan strategi singkatan ini dengan baik, agar proses belajarnya lancar dan baik

.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan strategi organisasi sudah mulai diterapkan peserta didik yang menjadi pengurus OSIS dalam kegiatan belajarnya. Namun masih ada juga peserta didik yang belum bisa menggunakan strategi ini, dampak dari strategi organisasi adalah apabila ia sulit dalam membuat catatan dan mengulang pelajaran sehingga peserta didik kurang mampu dalam mengingatnya. Dengan demikian dalam menggunakan strategi elaborasi peserta didik dapat membuat catatan dengan rapi dan baik agar mudah mengingat dan mengulang pelajaran.

(7)

4. Strategi Metakognitif

Berdasarkan hasil pengolahan data yang peneliti lakukan, dapat diungkapkan bahwa secara umum strategi belajar peserta didik yang menjadi Pengurus OSIS di SMP Negeri 24 Padang dilihat dari strategi metakognitif berada pada kategori baik sebanyak 32 peserta didik dengan persentase 64%.

Hal ini menunjukkan bahwa strategi belajar peserta didik yang menjadi pengurus OSIS di SMP Negeri 24 Padang dapat dikatakan baik. Pada strategi metakognitif, dari 50 peserta didik yang menjadi pengurus OSIS tidak adanya peserta didik yang dikategorikan kurang baik. Dalam hal ini, peserta didik yang masih susah untuk belajar dengan baik dapat dibantu dengan layanan bimbingan dan konseling dan peserta didik harus bisa memanfaatkan strategi belajar yang sudah dipahaminya dengan baik.

Solusi untuk mengatasi permasalahan peserta didik dalam menggunakan strategi belajar dengan strategi metakognitif yaitu sebagai guru di sekolah untuk membantu peserta didik dalam memprioritaskan kegiatan belajar, mengatur dan merencanakan kegiatan belajar serta mengevaluasi kegiatan belajar. Strategi ini sangat membantu peserta didik dalam belajar yang baik agar dapat membagi waktu belajarnya disela-sela kegiatan organisasi yang diikutinya. Sebagai orang tua dapat membantu anak dan memerhatikan kegiatan belajar anak di rumah agar bisa belajar efektif.

Berdasarkan hal tersebut, menurut Subyantoro, 2004 (Iskandarwassid, 2013:18) strategi metakognitif dengan mem-prioritaskan kegiatan belajar dapat membantu peserta didik dalam memantapkan diri sendiri dalam belajar.

Strategi metakognitif dengan mengatur dan merencanakan kegiatan belajar dapat mempermudah peserta didik dalam mengelola waktu belajar dengan baik

.

Sedangkan dengan melakukan evaluasi kegiatan belajar dapat membantu peserta didik menganalisis pertanyaan atau pelajaran untuk menentukan proses berpikir yang diperlukan untuk belajar.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan strategi metakognitif sudah

mulai diterapkan peserta didik yang menjadi pengurus OSIS dalam kegiatan belajarnya. Strategi metakognitif sangat membantu peserta didik dalam belajar untuk mendapatkan nilai yang bagus dan menerapkan belajar yang efektif.

Karena dengan strategi metakognitif peserta didik mempermudah peserta didik dalam mengulang kembali pelajaran yang dijelaskna guru.

Kesimpulan dan Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan tentang strategi belajar peserta didik yang menjadi pengurus OSIS secara umum dari 50 orang peserta didik yang menjadi pengurus OSIS di SMP Negeri 24 Padang berada pada kategori baik. Hasil ini menunjukkan bahwa sebagian besar peserta didik yang menjadi pengurus OSIS dilihat dari strategi belajar memiliki strategi yang baik dalam belajar. Lebih jelasnya dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Strategi belajar peserta didik yang menjadi pengurus OSIS dilihat dari strategi menghafal berada pada kategori baik.

2. Strategi belajar peserta didik yang menjadi pengurus OSIS dilihat dari strategi elaborasi secara umum berada pada kategori baik.

3. Strategi belajar peserta didik yang menjadi pengurus OSIS dilihat dari strategi organisasi secara keseluruhan ada yang berada pada kategori baik dan cukup baik.

4. Strategi belajar peserta didik yang menjadi pengurus OSIS dilihat dari strategi metakognitif berada pada kategori baik. Hasil ini menunjukkan pada indikator strategi memprioritaskan kegiatan belajar banyak yang berada pada kategori sangat baik. Namun pada indikator ini juga terdapat peserta didik yang berada pada kategori sangat kurang baik.

Pada penelitian ini, peneliti ingin ingin mengajukan beberapa saran kepada

1. Peserta didik (anggota OSIS), agar mempertahankan kemampuannya khususnya yang berkaitan dengan strategi belajar peserta didik, walaupun ikut kegiatan organisasi namun pelajaran tetap didahulukan, tidak boleh diacuhkan guna menunjang keberhasilan untuk masa depan.

(8)

2. Pembina OSIS, agar bisa membimbing peserta didik yang menjadi pengurus OSIS dalam menjalani kegiatan belajarnya sehari-hari, dan mampu meningkatkan mutu organisasi sekolah untuk menjadikan peserta didik yang membanggakan sekolah.

3. Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan, agar mampu dalam mengelola dan meningkatkan kegiatan organisasi sekolah terutama OSIS dalam menunjang programnya, dan sejalan dengan kegiatan organisasi tersebut WAKA juga harus mementingkan kegiatan belajar peserta didiknya terutama yang menjadi pengurus OSIS.

4. Guru BK, agar mampu membantu peserta didik yang menjadi pengurus OSIS untuk bisa belajar efektif dengan memberikan layanan bimbingan dan konseling seperti layanan informasi.

Guru BK juga dapat menyusun program pelayanan bimbingan dan kegiatan pendukung bimbingan dan konseling sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan peserta didik sehingga peserta didik mampu meningkatkan atau mempertahankan strategi belajarnya.

5. Pengelola Program Studi Bimbingan dan Konseling STKIP PGRI Sumatera Barat, agar mampu dalam meningkatkan program perkuliahan serta menghasilkan tenaga guru pembimbing di sekolah yang profesional dan memiliki wawasan yang luas dan pengalaman yang matang.

6. Peneliti, sebagai salah satu syarat untuk dapat menyelesaikan program Strata Satu (S1) di Prodi BK STKIP PGRI Sumatera Barat. Peneliti dapat mengetahui strategi belajar yang digunakan peserta didik yang menjadi pengurus OSIS dalam belajar di rumah maupun di sekolah dan agar mengaplikasikan pengetahuan dan pengalaman yang telah diperoleh.

7. Bagi peneliti selanjutnya, mungkin bisa diteliti lebih lanjut mengenai konsep diri peserta didik yang mengikuti OSIS dan perbedaan strategi belajar peserta didik yang menjadi pengurus OSIS dengan yang tidak menjadi pengurus OSIS agar dapat dilihat perbandingan strategi belajarnya.

Kepustakaan

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : PT. Rineka Cipta.

Dahar, Ratna Wilis. 2011. Teori-teori Belajar & Pembelajaran.

Jakarta : PT. Gelora Aksara Pratama.

Iskandarwassid dan Dadang Sunendar.

2008. Strategi Pembelajaran Bahasa. Bandung : PT.

Remaja Rosdakarya Offset.

Kanisius. 2008. Siap Jadi Pemimpin?

Latihan Dasar

Kepemimpinan. Yogyakarta:

IKAPI.

Nurhadi, Muljani. 1983. Administrasi Pendidikan di Sekolah.

Jakarta : Andi Offiset.

Riduwan, 2010. Belajar Mudah Penelitian Untuk Guru, Karyawan dan Peneliti Pemula. Bandung : Alfabeta.

Saebani, Beni Ahmad. 2008. Metode Penelitian. Bandung : Pustaka Setia.

Sagala, Syaiful. 2007. Manajemen Strategik dalam Peningkatan Mutu Pendidikan. Bandung : Alfabeta.

Soemanto, Wasty. 2006. Psikologi Pendidikan. Jakarta : Rineka Cipta.

Sudjana. 2002. Metoda Statistika. Bandung:

Tarsito.

Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, Dan R&D. Bandung : CV.

Alfabeta.

Syafril. 2011. Pengantar Pendidikan.

Padang : FIP UNP.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil observasi peneliti di MIN 2 Ujung Baro, strategi yang dilakukan guru kelas dalam pengembangan bakat minat peserta didik adalah strategi