STRATEGI BRANDING MELALUI MEDIA SOSIAL UNTUK MENINGKATKAN KESADARAN DAN INTERAKSI KONSUMEN
TERHADAP PRODUK SOMETHINC
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kompetisi antar industri bisnis melalui media sosial amat selektif (Tritama
& Tarigan, 2016). Beragam industri bisnis mulai memasarkan dan menjual produk atau jasa yang dimiliki melalui media sosial (Agustinus & Junaidi, 2020). Di era digitalisasi masa kini, jutaan orang sudah menggunakan teknologi media sosial sebagai alat komunikasi yang dapat memudahkan pengguna berkomunikasi dan mendapatkan informasi dengan mudah dan singkat (Hidayah & Esfandari, 2019).
Berdasarkan artikel databoks, selama empat tahun terakhir penggunaan internet di Indonesia (2018-2022) konstan meningkat dan masuk dalam salah satu pengguna internet tertinggi di dunia dengan jumlah pengguna 204,7 juta naik 1,03% dari tahun sebelumnya (Annur, 2022).
Kompetisi antar industri bisnis yang terus meningkat membutuhkan strategi yang tepat agar dapat meningkatkan brand awareness dari perusahaan yang mana upaya ini adalah salah satu tujuan dari Public Relations perusahaan (Sihotang & Dewi, 2021). Public Relations merupakan fungsi utama manajemen bagi perusahaan untuk mengidentifikasi kebijakan, tata cara perusahaan dan
kebutuhan untuk khalayak, merencanakan dan melakukan kegiatan untuk meraih persepsi yang baik dari khalayak (Arkian, Drajat, & Ahmadi, 2018). Kegiatan pemasaran yang dilakukan oleh Public relations disebut Marketing Public Relations atau disingkat MPR, yakni kegiatan merencanakan, melaksanakan dan menilai program-program yang dapat menumbuhkan rasa calon konsumen untuk memilih suatu produk yang dapat mengembalikan kepuasan pelanggan melalui informasi yang diberikan dan juga memberikan kesan positif tentang produk yang ditawarkan sesuai dengan kebutuhan, keinginan, perhatian, dan minat agar dapat dipercaya (Wang, 2017). MPR bagi Public Relations dapat berperan untuk mencapai tujuan-tujuan yang dimiliki oleh perusahaan seperti membangun kepercayaan konsumen sehingga perusahaan menjadi leader/expert, memberikan informasi dan mengedukasi terkait produk lama atau produk baru yang dapat membangun dan meningkatkan kesadaran konsumen pada citra dan produk yang dimiliki oleh perusahaan (Gani, 2014). Kehadiran media sosial bagi praktisi public relations di era digitalisasi sekarang untuk membangun citra bagi perusahaan, menjalankan komunikasi dua arah, interaktif, dan menghemat biaya kegiatan pemasaran perusahaan (Basit & Rahmawati, 2018). Terdapat beberapa jenis media sosial yaitu TikTok, Youtube, Instagram dan sebagainya.
Indonesia merupakan negara pembuat konten instagram story terbanyak yang mana pengguna Indonesia mengunggah konten dua kali lebih banyak dari jumlah konten rata-rata instagram story secara global. Pengguna aktif bulanan alias monthly active user (MAU) Instagram tembus 1 miliar per Juni 2018.
Pertumbuhannya paling signifikan dibandingkan Facebook dan Snapchat, yakni
mencapai 5% dari kuartal ke kuartal (QoQ) (Bohang, 2018). Saat ini, 80%
pengguna Instagram mengikuti setidaknya satu akun bisnis dan sepertiga dari konten instagram story yang paling banyak dilihat dari akun-akun bisnis. Hal ini membuktikan peran instagram sebagai wadah yang mendukung pertumbuhan berbagai bisnis lokal, khususnya bisnis di Indonesia (Triwijanarko, 2017).
Instagram memiliki fitur-fitur yang dapat digunakan, diantaranya: (1) Followers. Sistem sosial di dalam Instagram adalah dengan menjadi mengikuti akun pengguna lainnya, atau memiliki pengikut instagram. Dengan demikian komunikasi antara sesama pengguna instagram sendiri dapat terjalin dengan memberikan tanda suka dan juga mengomentari foto-foto yang telah diunggah oleh pengguna lainnya. Followers juga menjadi salah satu unsur yang penting, dan jumlah tanda suka dari para pengikut sangat mempengaruhi apakah foto tersebut dapat menjadi sebuah foto yang populer atau tidak. Untuk menemukan temanteman yang ada di dalam instagram, dapat menggunakan teman-teman mereka yang juga menggunakan instagram melalui jejaring sosial seperti twitter dan facebook. (2) Upload picture. Kegunaan utama dari instagram adalah sebagai tempat untuk mengunggah dan berbagi foto-foto kepada pengguna lainnya. Foto yang ingin diunggah dapat diperoleh melalui kamera ataupun foto-foto yang ada di album foto. (3) Camera. Foto yang telah diambil melalui aplikasi Instagram dapat disimpan dapat langsung menggunakan efek-efek yang ada, untuk mengatur pewarnaan dari foto yang dikehendaki oleh sang pengguna. Ada juga efek kamera tilt-shift yang fungsinya adalah untuk memfokuskan sebuah foto pada satu titik tertentu. Setelah foto diambil melalui kamera di dalam instagram, foto tersebut
juga dapat diputar arahnya sesuai dengan keinginan para pengguna. 4. Effect.
Sebelum membagikan foto atau video di instagram, para pengguna dapat memberikan efek-efek pada foto atau video tersebut. Efek-efek yang digunakan sudah terdapat dalam aplikasi instagram. Setelah itu memasukkan judul untuk menamai foto tersebut sesuai dengan apa yang ada dipikiran para pengguna. (5) Mention. Instagram juga memiliki fitur yang dapat digunakan penggunanya untuk menyebut pengguna lainnya dengan menambahkan tanda arroba (@) atau mention dan memasukkan nama akun Instagram dari pengguna tersebut. Para pengguna tidak hanya dapat menyebut pengguna lainnya di dalam judul foto, melainkan juga pada bagian komentar foto. Pada dasarnya hal itu dilakukan dengan maksud untuk dapat berkomunikasi dengan pengguna lainnya. (6) Direct Message (DM).
Fitur yang dapat digunakan untuk mengirim pesan secara pribadi kepada pengguna instagram yang lain. Dalam fitur ini juga dapat digunakan untuk membentuk suatu grup bagi para penggunanya untuk dapat berkomunikasi dengan orang banyak sekaligus. (7) Instastory (Instagram Stories). Instastory adalah salah satu fitur instagram yang memungkinkan para penggunanya untuk membagikan foto atau video yang akan terhapus secara otomatis dalam waktu 24 jam setelahnya. Di dalam fitur instastory juga terdapat efek-efek yang dapat menghibur para penggunanya.
Produk skincare di Indonesia semakin berkembang, baik produk local maupun dari luar negeri. Salah satu produk skincare yang sedang ramai dibicarakan, Somethinc. Merek skincare yang dikeluarkan oleh perusahaan yang bergerak di industri Halal skincare & Makeup beauty yaitu, PT. Royal Pesona
Indonesia (House, 2018). Data Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan bahwa pada awal tahun 2020 pertumbuhan industri farmasi, obat tradisional, dan kimia tergolong kosmetik yang berkembang 5,59% selain itu perkembangan pasar kecantikan di Indonesia pada 2021 juga diprrediksi naik 7% (Rizaty, 2021).
Munculnya industri bisnis sejenis Somethinc menjadikan persaingan antar perusahaan terjadi lebih ketat. Oleh karena itu, untuk meningkatkan kesadaran dan interaksi konsumen terhadap produk Somethinc, maka somethinc juga turut aktif dalam pemasaran melalui media sosial instagram. Instagram resmi dari perusahaan ini bernama @somethincofficial dengan pengikut sosial media nya 1,3 juta pengikut. Somethinc secara aktif memanfaatkan semua fitur yang ditawarkan oleh instagram guna memaksimalkan interaksinya dengan para pengikutnya.
Melalui akun sosial medianya, Somethinc turut aktif menjelaskan tentang produk- produk yang dimilikinya, serta menjawab pertanyaan calon konsumen melalui akun media sosialnya.
Melalui uraian-uraian diatas, maka peneliti tertarik untuk menelaah lebih jauh mengenai topik ini melalui penelitian yang berjudul “STRATEGI BRANDING MELALUI MEDIA SOSIAL UNTUK MENINGKATKAN KESADARAN DAN INTERAKSI KONSUMEN TERHADAP PRODUK SOMETHINC”
B. Identifikasi Masalah
Dari uraian latar belakang diatas maka dapat diambil beberapa permasalahan, antara lain:
1. Persaingan usaha era digital semakin ketat
2. Kehadiran media sosial dapat dimanfaatkan perusahaan sebagai sarana melakukan marketing public relation.
3. Kemampuan sebuah brand dalam mengelola akun media sosialnya menentukan bagaimana awareness masyarakat terhadap brand tersebut di media sosial.
C. Batasan Masalah
Keterbatasan waktu, dana, tenaga, teori mengakibatkan adanya pembatasasn masalah dalam penelitian ini yaitu terbatas pada pengikut akun media sosial Somethinc.
D. Rumusan Masalah
Berlandaskan uraian latar belakang di atas, rumusan masalah penelitian adalah Apakah strategi branding melalui media sosial dapat meningkatkan kesadaran merek dan interaksi konsumen pada produk somethinc?
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah strategi branding melalui media sosial dapat meningkatkan kesadaran merek dan interaksi konsumen pada produk somethinc.
F. Manfaat Penelitian
Manfaat secara teoritis, hasil yang diharapakan dari penelitian ini adalah untuk menambah literatur penelitian dan mempelajari pengaruh media sosial dalam meningkatkan brand awareness tentang produk skincare Somethinc. Sedangkan, manfaat praktis penelitian ini dapat bermanfaat untuk pembelajaran memberikan wawasan mengenai pengaruh media sosial instagram dalam meningkatkan brand awareness bagi skincare Somethinc.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Media Sosial
Media sosial adalah komponen penting yang dapat membantu perusahaan melakukan pemasaran digital seperti memberikan informasi kepada khalayak dan sebaliknya dalam bentuk teks, video, foto, audio dan sebagainya (Rahmasari &
Lutfie, 2020). Fungsi dari media sosial adalah membagikan informasi dalam kurun singkat dan membantu dalam melaksanakan pengembangan produk atau merek yang hendak dipasarkan (Amalia & Yuliani Rachma Putri, S.Ip., 2020).
Praktisi PR menyebutkan bahwa kehadiran media sosial mempermudah kegiatan MPR yang dijalankan menggunakan internet seperti berkomunikasi langsung dengan khalayak, memperkuat hubungan yang sudah terjalin agar lebih efektif (Papasolomou & Melanthiou, 2012).
Menurut Solis dalam jurnal Shafa Kinanti & Ilfandy Imran (2021) terdapat teori 4C dari Chris Heur yang dapat diterapkan untuk media sosial, sebagai berikut (Shafa Kinanti & Ilfandy Imran, 2021):
1) Konteks: “How we frame our stories.”, membuat pesan dengan memperhatikan isi dan kosa kata yang ingin disampaikan.
2) Komunikasi: “The practice of sharing our sharing story as well as listening, responding, and growing.”, media sosial dimanfaatkan sebagai alat komunikasi
berbagi cerita dan informasi untuk mendengar, merespon, dan bertumbuh sehingga pesan tersampaikan dengan baik pada pengguna.
3) Kolaborasi: “Working together to make things better and more efficient and effective.”, kerja sama yang dilakukan pihak terkait melalui media sosial guna melahirkan hal-hal yang baru dan yang sudah ada agar lebih menarik.
4) Koneksi: “The relationships we forge and maintain.”, melancarkan relasi yang telah dibina secara berkelanjutan supaya pengguna sadar terhadap relasi dengan perusahaan melalui media sosial. Media sosial memberikan potensi bagi bisnis karena konsumen menggunakan media sosial setiap hari, hal ini membuktikan bahwa media sosial efektif digunakan jika mengetahui dan memahami target tujuan, strategi apa yang dibutuhkan untuk mengembangkan dan meningkatkan brand awareness dari suatu perusahaan (Kesuma, 2021).
2. Social Media Marketing
a. Pengertian Social Media Marketing
Menurut Kotler dan Keller (2012) Social media adalah sarana untuk membagikan informasi gambar, teks, video, dan audio dari konsumen satu ke konsumen yang lainnya. Selain itu menurut Adhawiyah dkk. (2019) Media sosial merupakan sebuah transformasi yang berfungsi sebagai wadah bagi konsumen untuk mengirim dan menerima informasi. Di sisi lain seperti Semuel dan Setiawan (2018) social media berguna untuk membangun hubungan baik perusahaan dengan konsumen karena media sosial merupakan forum yang efektif dalam dunia marketing. Media sosial merupakan platform digital bagi perusahaan untuk melakukan aktivitas pemasaran di era modern ini di mana konsumen terlibat aktif
dalam penawaran, memiliki akses untuk berkomentar, berbagi, dan mendapatkan informasi dengan mudah (Ansari et al., 2019).
Pemasaran yang menggunakan media sosial disebut social media marketing (Angelyn & Kodrat, 2021). Menurut Philip Kotler dan Kevin Keller (2012;568), social media marketing adalah bentuk pemasaran yang dipakai untuk menghasilkan kesadaran, persepsi, ingatan, atau bahkan tindakan terhadap suatu merek, produk, perusahaan, individu, atau kelompok baik secara langsung maupun tidak langsung melalui alat web sosial seperti blog, microblogging, dan media sosial. Instagram, Tiktok , Facebook, dan Twitter. Selain itu menurut Ari Rachman Haryadi, Rayhan Gunaningrat, (2022) Social media marketing merupakan Strategi pemasaran menggunakan media sosial untuk memasarkan produk dan jasa yang menggunakan orang-orang di media sosial untuk tujuan pemasaran. Sedangkan menurut Angelyn & Kodrat, (2021) Social media marketing merupakan program yang dirancang oleh perusahaan untuk melibatkan konsumen secara langsung atau tidak langsung untuk menciptakan kesadaran merek, untuk meningkatkan merek dan untuk meningkatkan penjualan produk atau jasa. Banyak perusahaan yang mengklaim bahwa pemasaran menambah nilai, efektif dan efisien untuk memperkenalkan suatu produk atau merek menjadi pilihan konsumen untuk membeli produk atau jasa yang ditawarkan.
Dari uraian beberapa ahli diatas tentang social media marketing Berdasarkan hasil tersebut penulis menyimpulkan bahwa social media marketing merupakan kegiatan pemasaran yang menggunakan media sosial, dan media sosial merupakan bentuk interaksi antara perusahaan dengan konsumen atau calon
konsumen mengenai produk yang dijual atau komunikasi dua arah. Sehingga produk tersebut dapat dan semakin dikenal oleh konsumen. Social media marketing tidak bertujuan secara langsung menciptakan penjualan produk atau jasa, tetapi hanya sebagai pendukung pemasaran dengan cara menstimulus calon konsumen ataupun konsumen agar tertarik dengan produk atau jasa tersebut.
Dalam hal ini ada empat elemen sebagai indikator untuk mengukur keberhasilan dalam menggunakan social media marketing. Elemen-elemennya adalah:
1) Membuat konten
Konten yang bagus dan menarik bisa dijadikan landasan utama strategi social media marketing. Konten yang menarik dapat menghadirkan identitas kepribadian untuk menarik perhatian dan kepercayaan audiens.
2) Bagikan konten
Bagikan konten dengan komunitas sosial untuk mengembangkan jaringan perusahaan dan menumbuhkan audiens. Peran content sharing dapat memberikan dampak positif dimana penjualan dilakukan secara langsung maupun tidak langsung.
3) Connecting
Jejaring sosial adalah kumpulan dari satu atau lebih orang dengan minat yang sama. Peran jaringan yang luas dapat membangun hubungan dan menghasilkan lebih banyak keuntungan, terutama dalam bisnis.
4) Membangun Komunitas
Web sosial adalah komunitas online yang besar tempat dimana siapapun bisa berinteraksi dengan siapapun Orang-orang di seluruh dunia menggunakan teknologi.
b. Indikator Social Media Marketing
Dalam penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Ari Rachman Haryadi, Rayhan Gunaningrat (2022) menunjukan bahwa social media marketing berpengaruh positif terhadap keputusan pembelian. Adapun indikator Social media marketing yang digunakan untuk mengukur Social media marketing yaitu:
1) Komunitas Online
Sebuah perusahaan atau bisnis dapat menggunakan media sosial untuk membangun komunitas seputar produk atau minat bisnis mereka. Semangat komunitas yang membangun loyalitas, merangsang diskusi, dan menginformasikan sangat berharga bagi perkembangan dan kemajuan perusahaan.
2) Interaksi
Media sosial memungkinkan interaksi yang lebih besar dengan komunitas online melalui informasi terkini dan relevan dari pelanggan. Intraksi melalui instagram, facebook dan twitter, adanya instagram, facebook dan twitter dapat memberikan informasi kepada semua pengikut di media sosial dengan cepat.
Menciptakan intraksi melalui penyiaran yang terbaru dan konsumen dapat dengan mudah mengakses informasi.
3) Berbagi Konten
Berbagi konten berbicara tentang ruang lingkup dalam pertukaran informasi, penyebaran dan penerimaan konten dalam aturan media sosial. Mendapatkan konten dan menyalurkan konten melalui sosial media seperti melalui komunitas online, grub di instagram, whatsApp, fitur chat dan lainnya.
4) Aksesibilitas
Aksesibilitas mengacu pada kemudahan akses dan biaya minimal menggunakan media sosial. Media sosial mudah digunakan, tidak diperlukan keahlian khusus.
3. Brand Awareness
Konsumen membeli suatu produk jika merek yang diinginkan sudah dikenal, karena merasa lebih aman dan nyaman dengan kata lain jika merek sudah dikenal maka memiliki kemungkinan kepandaian, kemantapan dalam bisnis, dan kualitas yang dapat dipertanggungjawabkan (Ali, 2019). Jika pelanggan mengingat suatu merek secara spontan ketika menyebutkan kategori produk tertentu maka hal tersebut bisa didefinisikan sebagai brand awareness (Rizal, 2019). Menurut Durianto (2001) dalam jurnal Ichsan Widi Utomo (2017), David Aaker menyebutkan brand awareness adalah keahlian konsumen mengidentifikasi dan mengingat merek sebagai elemen dari bagian produk tertentu (Utomo, 2017).
Dalam Tjiptono (2011), David Aaker menyebutkan ada beberapa tingkatan kategori brand awareness untuk perusahaan, yaitu teori piramida brand awareness (Rahmasari & Lutfie, 2020), yaitu:
1) Unaware of brand, tahapan paling bawah ini yang harus dijauhi perusahaan karena pada posisi ini khalayak memiliki keraguan, apa sudah mengetahui merek yang disebutkan atau belum.
2) Brand recognition, pada posisi ini, pelanggan sudah memiliki kemampuan mengenal merek yang disebutkan dengan bantuan.
3) Brand recall, pada peringkat ini, khalayak dapat mengingat merek tanpa diberikan bantuan untuk mengingat.
4) Top of mind, tingkatan ini paling tinggi karena konsumen akan mengingat merek dan akan muncul pertama di pikiran saat berbicara berkenaan kategori produk tertentu.
- Indikator Brand Awareness
Berikut indikator dalam brand awareness yaitu sebagai berikut:
1) Popularitas suatu merek 2) Tingkat pengetahuan merek 3) Merek menjadi pilihan pertama B. Penelitian Terdahulu
Berikut ini adalah beberapa penelitian terdahulu yang didapat dari jurnal sebagai perbandingan agar diketahui persamaan dan perbedaannya. Penelitian terdahulu ini dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
C.
No Peneliti
Judul Variabel Hasil
1. (Haryadi et al., 2022)
Pengaruh Social Media Marketing, Citra Merek Dan
Variabel Bebas:
Penelitian ini menyatakan bahwa
Social Media Marketing
Word of Mouth Terhadap Keputusan Pembelian Pada Produk Kecantikan
Social Media Marketing dan Word of Mouth Variabel
berpengaruh positif dan signifikan terhadap Keputusan Pembelian.
Somethinc Terikat:
Keputusan Pembelian 2. (Ellitan,
Harvina,
&
Lukito,
The Effect of Social Media Marketing on
Variabel Bebas:
Hasil dari penelitian menunjukkan social media marketing dapat
2022) Brand Image, Brand Trust, and Purchase Intention of Somethinc Skincare Products in Surabaya
Social Media Marketing Variabel Terikat:
Brand Image, Brand Trust, dan Purchase Intention
meningkatkan minat beli melalui brand image produk skincare Somethinc di Surabaya.
3. (Juwita Perma ta Nanda ,
The Effect of Beauty Influencer, Social Media
Variabel Bebas:
Hasil dari penelitian ini adalah beauty influencers, social media
2022) Marketing, and Brand Image on Purchase Decisions
Beauty Influencer, Social Media Marketing, dan Brand Image Variabel terikat:
Purchase Intention
marketing, dan brand image secara simultan berpengaruh positif terhadap keputusan pembelian.
1. (Han
ada,
Pengaruh Social Media
Variabel bebas:
Sosial media
Penelitian ini memberikan hasil bahwa ada pengaruh
Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual berfungsi untuk menjelaskan secara teoritis hubungan anatara variabel yang akan diteliti. Adapun kerangka konseptual pada penelitian ini dijelaskan pada bagan dibawah ini.
Outcome Analysis Kesimpulan
dan Saran didapat dari
hasil pembahasan
penelitian
REKOMENDASI Disusun berdasarkan kesimpulan
dan saran untuk disampaikan kepada pihak yang berkepentingan
Sosial Media Marketi brand awareness ng
pemasaran media sosial
Output HIPOTESIS
Asumsi
METODE ANALISIS KUANTITATIF Digunakan untuk mengukur pengaruh pemanfaatan
media sosial sebagai media promosi terhadap kesadaran merek/brand awareness
Proses Analisis Input Analisis
Rujukan Teori Teori sosial media marketing
Teori brand awareness
pengaruh pemanfaatan media sosial sebagai media promosi terhadap
kesadaran merek/brand awareness
Fenomena
pengaruh pemanfaatan media sosial sebagai media
promosi terhadap kesadaran merek/brand
awareness
Dari penjabaran kerangka konseptual diatas, maka dapat disusun kerangka pemikiran sebagai berikut :
D. Perumusan Hipotesis
Proses komunikasi dapat mempengaruhi konsumen, salah satunya melalui pemasaran. Social media marketing adalah setiap kegiatan pemasaran yang menggunakan media sosial, yang memfasilitasi berbagai interaksi atau komunikasi dua arah antara bisnis dan konsumen atau calon pembeli tentang produk yang dijual. Dapat membuat produk tersebut semakin dikenal dan dianggap tidak memiliki tujuan langsung untuk menghasilkan penjualan produk atau jasa, hanya sebagai alat bantu pemasaran dengan membuat calon pelanggan atau konsumen tertarik dengan produk atau jasa.
Brand Awareness, seorang konsumen mengetahui keberadaan sebuah produk dipasaran tanpa perlu diberi rangsangan tertentu terkait kategori suatu merek. Brand awareness ini menjadikan pembeli potensial mampu mengenali dan mengingat merek tersebut, dan hal ini menjadi ukuran untuk melihat tingkat Brand Awareness. Guna memperoleh tingkat Brand Awareness yang tinggi, perusahaan harus mampu mengikat emosi pelanggan dengan berbagai komunikasi pemasaran, baik atribut maupun nilai produk yang berkenaan secara emosional (Emotional Bonding).
brand awareness (Y)
Sosial Media Marketing (X)
Hipotesis adalah jawaban yang bersifat sementara terhadap rumusan masalah pada suatu penelitian, dimana rumusan masalah tersebut telah dinyatakan dalam bentuk pertanyaan (Sugiyono, 2013). Hipotesis dinyatakan sementara, sebab hasil jawaban yang diterima belum didasarkan pada fakta-fakta empirisi yang diperoleh melalui pengumpulan data.
Dari kerangka pikir diatas maka dapat dirumukan hipotesis penelitian ini yaitu:
H0: tidak ada pengaruh sosial media marketing terhadap brand awareness produk somethinc
H1: terdapat pengaruh sosial media marketing terhadap brand awareness produk somethinc
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian
Rancangan penelitian yaitu penelitian deskriptif kuantitatif dimana data – data dan informasi yang diperoleh dari responden menggunakan kuesioner.
Desain penelitian ini menggunakan penelitian kausalitas untuk meneliti kemungkinan adanya hubungan sebab-akibat antar variabel.
B. Defenisi dan Pengukuran Variabel
Analisis data diukur menggunakan skala pengukuran Likert dengan alternatif jawaban mulai dari sangat setuju (SS) sampai dengan sangat tidak setuju (STS) dengan skor dari 1 sampai 5. Berikut merupakan tabel operasional variabel berdasarkan variabel independen Pemasaran Media Sosial(X1) serta variabel dependen brand awareness (Y) pada penelitian ini.
Tabel 3.1
Defenisi Operasional Variabel Penelitian
Variabel Defenisi Indikator No
Butir Sosial media
marketing (X)
Menurut Philip Kotler dan Kevin Keller (2012;568), social media marketing adalah bentuk pemasaran yang dipakai untuk
menghasilkan kesadaran,
persepsi, ingatan,
1) komunitas online 2) interaksi
3) berbagi konten 4) efektivitas
1,2 3,4 5,6 7,8
atau bahkan tindakan terhadap suatu merek, produk,
perusahaan,
individu, atau kelompok baik secara langsung maupun tidak langsung melalui alat web sosial seperti blog, microblogging, dan media sosial.
Instagram, Tiktok, Facebook, dan Twitter.
Brand
awareness (Y)
Menurut
Kurniasari &
Budiatmo (2018) brand awareness adalah
kemampuan calon pembeli untuk mengenali dan mengingat suatu merek sebagai
bagian dari
kategori produk tertentu.
1) Popularitas suatu merek
2) Tingkat pengetahuan merek
3) Merek menjadi pilihan pertama
9,10 11,12 13,14
Peneliti akan membuat pertanyaan dan pernyataan tertulis yang akan dijawab oleh responden. Jawaban oleh responden akan diukur menggunakan skala likert, dengan memberikan lima alternatif jawaban dari skala satu (1) sampai dengan lima (5)
Skala Jawaban Skor
1 SS = Sangat Setuju 5
2 ST = Setuju 4
3 RG = Ragu-ragu 3
4 TS = Tidak Setuju 2
5 STS = Sangat Tidak Setuju 1
C. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data bertujuan untuk memperoleh data yang memenuhi standar data yang ditetapkan. Penelitian ini menggunakan metode angket (kuesioner) yang dibantu menggunakan google form.
Sumber data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Sumber Data Primer
Sumber data primer merupakan data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data. Sumber data penelitian ini diperoleh melalui kuesioner.
Kuesioner sendiri merupakan teknik pengumpulan data dengan cara memberikan seperangkat pertanyaan atau pernyataan secara tertulis yang diberikan kepada responden untuk memberikan jawaban. Penelitian ini menggunakan kuesioner yang disebarkan kepada masyarakat yang mengikuti akun media sosial somethinc.
Responden diminta untuk mengisi pertanyaan dan pernyataan yang telah disediakan pada kolom chat berupa link google form, setelah itu jawaban dari responden akan terkumpul secara otomatis pada email peneliti. Selanjutnya peneliti akan memeriksa kelengkapan dari jawaban yang telah diberikan responden.
b. Sumber Data Sekunder
Sumber data merupakan data yang tidak langsung. Data sekunder bersifat mendukung keperluan data primer seperti buku-buku, literatur dan bacaan yang terkait dan menunjang. Dalam penelitian ini sumber data sekunder diperoleh melalui teori- teori dari buku penunjang materi dan penelitian terdahulu berupa artikel jurnal.
D. Metode Pengambilan Sampel
1. Populasi
Populasi merupakan wilayah generalisasi yang terdiri atas: objek yang memiliki kualitas dan karakteristik tertentu yang ditentukan oleh peneliti untuk dipelajari dan diperoleh kesimpulannya (Sugiyono, 2013). Populasi yang ditetapkan sebagai objek penelitian ini merupakan masyarakat yang mengikuti akun media sosial somethinc.
2. Sampel
Sampel merupakan bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. (Sugiyono, 2013). Dalam hal ini, peneliti menggunakan teknik pengambilan sampel probabilty sampling untuk menentukan sample yang akan digunakan. Peneliti menentukan populasi yang cocok sebagai anggota sampel menggunakan kriteria yang telah ditentukan sebagai berikut:
1) mengetahui merek dan setidaknya satu produk somethinc 2) mengikuti akun media sosial somethinc
Populasi dalam penelitian ini tidak diketahui jumlahnya sehingga untuk menetapkan jumlah sampel minimum yang akan digunakan dalam penelitian ini
menggunakan perhitungan rumus Bernoulli (Syarifudin & Sedarmayanti, 2002), sebagai berikut:
n =
( (
Z α2)
2p . q)
e2 Dimana:
n = jumlah sampel minimum Z α
2 = nilai dari tabel normal dari alpha 0,05 dan tingkat kepercayaan 95%
maka nilai Z score = 1,96
p = Probabilitas kuesioner yang dianggap benar q = Probabilitas kuesioner yang dianggap salah (1-p) e = Toleransi error (batas kesalahan = 5%)
Berdasarkan rumus tersebut, maka dapat dihitung jumlah sampel minimum yang akan diteliti dari populasi adalah sebesar:
n = 1,962.0,95.0,05 0,052 n = 72,9904
Berdasarkan hasil perhitungan maka didapatkan jumlah sampel minimum (n) = 72,9904. Pada penelitian ini, peneliti membulatkan pengambilan sampel terhadap 73 responden.
E. Metode Analisis Data
1. Analisis Deskriptif
Analisis deskriptif bertujuan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya, tanpa membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi (Sugiyono, 2013). Penelitian ini menggunakan analisis deskriptif untuk mendeskripsikan hubungan pengaruh variabel independen yaitu pemasaran media sosial (X) terhadap variabel dependen yaitu brand awareness (Y).
2. Uji Instrumen Data
Uji instrumen pada penelitian ini menggunakan kuesioner yang menggunakan uji validitas dan uji reliabilitas.
a. Uji Validitas
Dalam penelitian ini menggunakan uji validitas sebagai alat ukur apakah sah atau valid tidaknya suatu kuesioner. Hasil penelitian yang valid apabila pertanyaan pada kuesioner mampu menjawab yang diukur dalam kuesioner tersebut (Ghozali, 2016).
Uji validitas dalam penelitian ini diukur menggunakan correlated item – total correlation. Dikatakan valid jika nilai r hitung lebih besar dari r tabel dan nilai positif maka pertanyaan dinyatakan valid. Pengujian validitas dalam penelitian ini menggunakan komputer dengan bantuan program IBM SPSS 25.
b. Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas dilakukan untuk mengukur suatu kuesioner sebagai indikator suatu variabel. Kuesioner dinyataan reliabel atau handal apabila jawaban kuesioner terhadap pertanyaan adalah konsisten dari waktu ke waktu (Ghozali, 2016). Uji
relibialitas dalam penelitian ini di ukur menggunakan cornbach alpha (α).
Konstruk dikatakan reliabel apabila skor cornbach alpha > 0,70 (Ghozali, 2016).
3. Uji Asumsi Klasik a. Uji Normalitas
Uji normalitas adalah uji statistik yang dilakukan untuk mengetahui bagaimana sebaran sebuah data (Eksandy, 2018 : 133). Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah sebuah data berdistribusi normal atau tidak. Dasar pengambilan keputusan bisa dilakukan berdasarkan probabilitas yaitu :
1) Jika probabilitas > 0,05 maka distribusi dari populasi tersebut adalah normal.
2) Jika probabilitas < 0,05 maka distribusi dari populasi tersebut adalah tidak normal.
b. Uji Multikolinearitas
Multikolinearitas adalah sebuah situasi yang menunjukkan adanya korelasi atau hubungan yang kuat antara dua variabel atau lebih dalam sebuah model regresi berganda (Eksandy, 2018 : 150). Dasar pengambilan keputusan bisa dilakukan berdasarkan nilai VIF (Variance Inflation Factor) yaitu :
1) Jika nilai VIF < 10,00 maka artinya, tidak terjadi multikolinieritas dalam model regresi.
2) Jika nilai VIF > 10,00 maka artinya, terjadi multikolinieritas dalam model regresi.
4. Analisis Regresi Linear Sederhana
Regresi sederhana atau sering disebut analisis bivariat hanya melibatkan satu variabel independen dan satu variabel dependen. Bentuk umum regresi
sederhana ditunjukan dengan persamaan garis linear sederhana yang menunjukan hubungan antara dua variabel, yaitu variabel X sebagai variabel independen dan variabel Y sebagai variabel dependen.
Keterangan :
Y : Nilai yang dipredisikan
A : Konstanta atau bila harga X=0 b : Koefesien regresi
X : Nilai variabel independen 5. Analisis Koefisien Determinasi
Menurut (Ghazali,2016) kofisien deteminasi R2 pada intinya untuk mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variabel-variabel dependen. Nilai koefisien determinasi adalah Nol dan satu. Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan variabel- variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen sangat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel- variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen.
6. Uji Hipotesis
1. Uji F
Y= a + bX
Uji F digunakan untuk menunjukkan apakah variabel independen dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama atau serempak terhadap variabel dependen atau variable terikat (Ghozali, 2016). Bila nilai F hitung > F tabel maka Ha diterima. Hipotesis dirumuskan sebagai berikut:
a. H0 : β1 = β2 = 0, mengartikan media sosial secara serempak tidak berpengaruh signifikan terhadap brand awareness Somethinc
b. H : 1 ≠ 2 ≠ 0, mengartikan pemasaran media sosial secara serempak berpengaruh signifikan terhadap brand awareness Somethinc
2. Uji t (Uji Parsial)
Uji t digunakan untuk membuktikan seberapa jauh pengaruh satu variabel independen secara individual menerangkan variasi variabel dependen. Hipotesis nol (H0) yang hendak di uji apakah suatu parameter (bi) sama dengan nol (Ghozali, 2016). Jika jumlah degree of freedom (df) lebih dari 20 dan derajat kepercayaan 5%, maka H0 yang menyatakan βi = 0 dapat ditolak apabila nilai t lebih besar dari 2.