Judul Skripsi: Strategi Dakwah Penyuluh Agama Islam Dalam Meningkatkan Religiusitas Lanjut Usia di Panti Sosial Lanjut Usia Sudagaran Banyumas. Strategi dakwah penyuluh agama Islam di Panti Sosial Lansia Sudagaran Banyumas merupakan salah satu bentuk kegiatan untuk meningkatkan religiusitas ke arah yang lebih baik. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan menganalisis peningkatan religiusitas lansia di Panti Sosial Lansia Sudagaran Banyumas melalui strategi dakwah yang dilakukan oleh ustadz Kabupaten Banyumas.
Para penyuluh agama ini memudahkan para lansia yang berada di panti sosial lansia Sudagaran Banyumas dalam urusan keagamaan sehari-hari. Saifuddin Zuhri Purwokerto dengan judul “Strategi Dakwah Penyuluh Agama Islam Dalam Meningkatkan Religiusitas Lansia di Panti Sosial Lansia Sudagaran Banyumas”. Dari uraian diatas ada hal menarik yang dapat diangkat untuk diteliti yaitu strategi reproduksi penyuluh agama Islam di Kabupaten Banyumas yang mampu meningkatkan religiusitas lansia di Panti Sosial Lanjut Usia (PPSLU) Sudagaran Banyumas.
Hal inilah yang melatarbelakangi penulis ingin mengetahui tentang strategi dakwah apa saja yang digunakan penyuluh untuk meningkatkan religiusitas lansia, oleh karena itu penulis melakukan penelitian dengan judul Strategi Dakwah Penyuluh Agama Islam Dalam Meningkatkan Religiusitas Lansia. Lansia di Panti Sosial Lanjut Usia Sudagaran Banyumas. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah strategi dakwah penyuluh agama Islam untuk meningkatkan religiusitas lansia di panti sosial lansia Sudagaran Banyumas. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui bagaimana kegiatan dan strategi dakwah yang dilakukan oleh penyuluh agama Islam di Kabupaten Banyumas terhadap lansia yang berada di panti sosial lansia Sudagaran Banyumas.
Memberikan informasi lebih mendalam mengenai penasihat agama Islam dan sumber daya manusia di Panti Sosial Lanjut Usia (PPSLU) wilayah Sudagaran Banyumas.
PENDAHULUAN
- Penegasan Istilah
- Rumusan Masalah
- Tujuan Penelitian
- Manfaat Penelitian
- Kajian Pustaka
- Sismatika Pembahasan
Hal yang serupa dengan penelitian ini adalah pembahasan strategi dakwah yang dilakukan untuk meningkatkan aspek pelatihan. Bedanya dengan penelitian yang penulis lakukan adalah tujuan dakwahnya, jika dalam penelitian Khadir lebih banyak membahas bidang peningkatan pembinaan tali silaturahmi pemuda masjid, beserta strategi dakwahnya yang cukup menarik. menarik namun penelitian yang dilakukan penulis lebih fokus pada strategi sosialisasi penyuluh agama islam di kabupaten banyumas dalam meningkatkan keberagamaan lansia di panti sosial. Secara umum sistematika penyusunan penelitian ini dibagi menjadi tiga bagian utama, yaitu bagian awal, bagian isi, dan bagian akhir.
Bagian awal penelitian ini terdiri dari halaman judul, pernyataan keaslian, halaman penanda catatan kendali, abstrak, kata sandi, dedikasi, kata pengantar, dan indeks.
KERANGKA TEORI
Penyuluh Agama Islam
Seorang penyuluh agama merupakan sosok mulia yang selalu mendekatkan manusia atau masyarakat kepada kebaikan dan menjauhkannya dari keburukan. Penceramah adalah pelita agama yang selalu menerangi atau memancarkan sinar cinta, cahaya Ilahi atau cinta Allah SWT. Istilah penyuluh agama menggantikan istilah guru honorer agama (GAH) yang sebelumnya digunakan di lingkungan resmi Kementerian Agama.26 Berdasarkan SK No.
Penyuluh agama adalah pejabat pemerintah yang diberi tugas, tanggung jawab, dan wewenang penuh oleh pejabat yang berwenang untuk melaksanakan kegiatan bimbingan keagamaan dan. Lukman Hakim Saifuddin menyatakan bahwa penyuluh adalah penafsir cahaya, pelita di tengah kegelapan yang memberikan pencerahan dan mengajarkan hikmah kepada masyarakat sekitar.28 Secara tidak langsung, penyuluh mempunyai peranan penting dalam aspek sosial masyarakat. Penyuluh agama adalah orang-orang yang diberi kepercayaan oleh masyarakat setempat dan negara untuk memberikan bimbingan dan pengajaran.
27 Kementerian Agama Republik Indonesia, Petunjuk Teknis Jabatan Fungsional Penyuluh Agama Islam (Direktorat Jenderal Lembaga Keagamaan Islam, Bagian Proyek Peningkatan Tenaga Keagamaan Penyuluh Agama. 2002), Hal. Tugas utama penyuluh agama Islam adalah menyelenggarakan dan mengembangkan kegiatan bimbingan atau konseling dan pengembangan agama melalui bahasa keagamaan. Pengajar agama Islam hendaknya mampu memposisikan dirinya sebagai sumber informasi dan pembelajaran dengan menyampaikan informasi keagamaan dan mendidik masyarakat sebaik-baiknya sesuai dengan tuntunan Al-Qur'an dan As-Sunnah.
Hendaknya para pengajar agama Islam memposisikan dirinya sebagai advokat atau tempat pembelaan dan perlindungan masyarakat terhadap berbagai ancaman, kekhawatiran, hambatan dan tantangan yang merugikan keimanan, mengganggu ibadah dan merusak akhlak. Penyuluh agama sebagai sosok yang berperan sebagai pemimpin atau pemberi arahan kepada masyarakat, penyuluh juga merupakan Agen Perubahan,31 yang artinya berperan mendorong perubahan mental ke arah yang lebih baik. 31 Bobi, “Peran Besar Penasehat Agama Islam untuk Melestarikan”, Kemenag 15 Januari 2018. https://bengkulu.kemenag.go.id/opini/306-peran-besar-penguluh-agama-islam-menjaga - nkri (10 Maret 2022).
Meningkatkan Religiusitas
Dimensi Iman Dimensi ini memuat harapan-harapan dimana umat beragama menganut pandangan teologis tertentu dan menerima kebenaran doktrin tersebut. Dalam konteks ajaran Islam, dimensi ini menyangkut keyakinan terhadap rukun iman, keyakinan seseorang terhadap kebenaran agamanya, dan keyakinan terhadap hal-hal gaib yang diajarkan agama. Dimensi ritual; yaitu aspek yang mengukur sejauh mana seseorang melaksanakan kewajiban ritualnya sesuai dengan agama yang dianutnya.
Dimensi Ihsan dan Apresiasi (The Experiential Dimension) Memiliki keimanan yang tinggi dan melaksanakan ajaran agama (baik ibadah maupun amal) secara optimal maka tercapailah situasi ihsan. Dimensi Ihsan berkaitan dengan seberapa jauh seseorang merasa dekat dan dipandang oleh Tuhan dalam kehidupan sehari-hari. Dimensi ini mengacu pada harapan bahwa umat beragama setidaknya memiliki pengetahuan minimal tentang dasar-dasar keimanan, ritual, kitab suci, dan tradisi.
Jadi aspek dalam dimensi ini mencakup empat bidang yaitu keimanan, ibadah, akhlak dan pengetahuan Al-Qur'an dan hadis. Dimensi pengetahuan dan keyakinan jelas berkaitan satu sama lain, sebab pengetahuan terhadap suatu keyakinan merupakan syarat penerimaannya. Dimensi ini mengacu pada identifikasi konsekuensi sehari-hari dari keyakinan, praktik, pengalaman, dan pengetahuan agama seseorang.
Dimensi ini berkaitan dengan aktivitas umat beragama untuk mewujudkan ajaran dan lebih fokus pada hubungan antarmanusia dalam kehidupan sehari-hari berdasarkan etika agama dan spiritualitas. Agama merupakan konsistensi antara keyakinan terhadap agama sebagai unsur konatif, perasaan terhadap agama sebagai unsur afektif, dan perilaku keagamaan sebagai unsur kognitif. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa dimensi religiusitas meliputi keyakinan, praktik keagamaan, penghayatan, pengetahuan agama, serta pengalaman dan akibat.
Kelima dimensi tersebut merupakan satu kesatuan yang saling terhubung dalam pemahaman religiusitas. Maka dalam hal ini kelima dimensi keagamaan Glock dan Stark, guna mengetahui, mengamati dan menganalisis keadaan religiusitas siswa yang akan diteliti, akan diambil sebagai skala pengukuran religiusitas siswa.37. 34 Ancok, Djamaluddin dan Suroso, Fuad Nashori, Psikologi Islam, Solusi Islami Masalah Psikologi, (Yogyakarta: Pustaka Mahasiswa, 2001), hal.
Panti Pelayanan Sosial Lanjut Usia
METODE PENELITIAN
Tempat dan Waktu Penelitian
Subjek dan Objek Penelitian
Sumber Data
Teknik Pengumpulan Data