• Tidak ada hasil yang ditemukan

Strategi Penerapan Konsep Tiatiki dalam Konservasi Sumber Daya Pesisir di Kampung Tabla Supa Depapre

N/A
N/A
Marsel Awai

Academic year: 2024

Membagikan "Strategi Penerapan Konsep Tiatiki dalam Konservasi Sumber Daya Pesisir di Kampung Tabla Supa Depapre"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

STRATEGI PENERAPAN KONSEP TIATIKI DALAM KONSERVASI SUMBER DAYA PESISIR DI KAMPUNG TABLASUPA DISTRIK DEPAPRE

KABUPATEN JAYAPURA

Amida Laurita Snahan¹, Basa T. R², Yanviter Manalu².

1. Mahasiswa Pengelolaan Sumber Daya Alam PPS-Universitas Cenderawasih, 2. Program Studi Pengelolaan Sumber Daya Alam PPS-Universitas Cenderawasih

ABSTRAK

Startegi merupakan suatu rencana yang ditunjukan untuk mencapai tujuan yang di inginkan, atau dengan kata lain strategi adalah suatu perencanaan jangka panjang yang disusun untuk menghantarkan pada suatu pencapaian akan tujuan dan sasaran tertentu, sedangkan wilayah

Pesisir adalah daerah peralihan antara Ekosistem darat dan laut yang dipengaruhi oleh perubahan di darat dan laut.

Penelitian tentang strategi penerapan konsep Tiatiki dalam konservasi sumber daya pesisir di Kampung Tabla Supa Depapre Kabupaten Jayapura dilakukan pada bulan Agustus - Otober

2023 dengan menggunakan metode survey dan wawancara. Selanjutnya analisis data dapat dilakukan dengan meggunakan Analisis SWOT.

Hasil analisis data menunjukkan bahwa terdapat 6 strategi dalam konservasi sumber daya pesisir di Kampung Tablasupa Distrik Depapre Kabupaten Jayapura lain : (i) Pengembangan

pariwisata dengan melibatkan masyarakatdan kearifan lokal, (ii) Pengembangan pariwisata dengan melibatkan masyarakat dan kearifan lokal, (iii) Meningkatkan kapasitas peran masyarakat dalam mengelola sumber daya wilayah pesisir dan laut secara berkelanjutan berdasarkan kearifan lokal, (iv) Memanfaatkan kearifan lokal melalui lembaga nasyarakat kampung Tablasupa dalam meminimalisir dampak negatif pemanfaatan sumberdaya pesisir

yang tidak ramah lingkungan, (v) pengelolaan sumberdaya wilayah pesisir dengan sistem terpadu berbasis communit- based management serta melibatkan masyarakat dan (vi) Peningkatan pemahaman masyarakat terutama generasi muda tantang nilai-nilai kearifan

lokal termasuk Tiatiki oleh Lembaga Masyarakat Kampung.

Kata Kunci: Strategi, Sumberdaya Pesisir,Tiatiki, Distrik Depapre, Kabupaten Jayapura

(2)

PENDAHUAN

Guna pemanfaatan sumberdaya pesisir secara berkelanjutan maka diperlukan suatu strategi dalam pengelolaan dan pemanfaatannya. Strategi secara umum dapat diartikan sebagai upaya seseorang, atau organisasi membuat skema untuk mencapai sasaran yang hendak dituju atau dengan kata lain, strategi merupakan tindakan yang menyesuaikan diri terhadap reaksi ataupun situasi lingkungan yang terjadi, baik situasi yang didasari ataupun yang tidak disadari (Erline dkk, 2021). Dari pengertian di atas, maka strategi penerapan konsep tiatiki dalam konservasi sumber daya pesisir di kampung Tablasupa Depapre Kabupaten Jayapura merupakan suatu perencanaan jangka panjang yang disusun untuk menghantarkan pada suatu pencapaian akan tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan yaitu pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya pesisir di kampung Tablasupa secara berkelanjutan.

Dalam Undan-Undang No 27 Tahun 2007 tentang pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil pada pasal 1 point 4 disebutkan bahwa Sumber Daya Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil adalah sumber daya hayati, sumber daya nonhayati; sumber daya buatan, dan jasa- jasa lingkungan; sumber daya hayati meliputi ikan, terumbu karang, padang lamun, mangrove dan biota laut lain;

sumber daya nonhayati meliputi pasir, air laut, mineral dasar laut; sumber daya buatan meliputi infrastruktur laut yang terkait dengan kelautan dan perikanan, dan jasa-jasa lingkungan berupa keindahan alam, permukaan dasar laut tempat instalasi bawah air yang terkait dengan kelautan dan perikanan serta energi gelombang laut yang terdapat di Wilayah Pesisir .

Lebih lanjut dijelaskan bahwa Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil memiliki keragaman potensi Sumber Daya Alam yang tinggi, dan sangat penting bagi pengembangan sosial, ekonomi, budaya, lingkungan, dan penyangga kedaulatan bangsa, oleh karena itu perlu dikelola secara berkelanjutan dengan memperhatikan aspirasi dan partisipasi masyarakat, dan tata nilai bangsa yang berdasarkan norma yanf berlaku.

Wilayah laut dan pesisir Indonesia di masa yang akan datang menjadi pusat pertumbuhan baru dan tumpuan harapan bagi keberlanjutan pembangunan.

Konsentrasi penduduk dalam pemanfaatan sumber daya alam telah bergeser dari wilayah daratan ke wilayah pesisir dan lautan. Hal ini dapat terjadi karena penduduk yang terus berkembang, dan ini menimbulkan beban terhadap sumber daya alam di daratan.

(3)

Pesisir merupakan wilayah peralihan antara daratan dan lautan, dimana terdapat satu atau lebih ekosistem dengan sumber daya alamnya. Ekosistem yang terdapat di wilayah pesisir ini terdiri dari ekosistem yang bersifat alami dan bersifat buatan. Ekosistem yang bersifat alami, antara lain terumbu karang, hutan mangrove, estuaria dan delta, sedangkan ekosistem yang bersifat buatan antara lain tambak dan sawah pasang surut.

Ekosistem di kawasan pesisir menyediakan berbagai sumber daya alam, baik sebagai sumber daya alam yang terbarukan maupun sumber daya alam tak terbarukan.

Kawasan pesisir Indonesia, pada saat ini dan waktu mendatang menjadi pusat pertumbuhan baru serta tumpuan harapan bagi keberlanjutan pembangunan.

Konsentrasi penduduk dalam pemanfaatan sumber daya alam telah bergeser dari wilayah daratan ke wilayah pesisir dan lautan. Hal ini terjadi karena, penduduk yang terus berkembang telah menimbulkan beban terhadap sumber daya alam di daratan. Penduduk, dengan berbagai aktivitasnya untuk memenuhi kebutuhan pangan serta aktivitas sosialnya telah meningkatkan pula laju pemanfaatan sumber daya alam dan lingkungannya.

Pemanfaatan sumber daya alam yang tidak terkendali dapat mengancam kelangsungan ekosistem dan sumber daya yang

mendukung kehidupan manusia dan pembangunan (Anugrah dkk, 2022).

Secara ekologis, ekosistem laut dan pesisir yang menyediakan sumber daya alam ini saling terkait satu sama lain, bahkan dengan perilaku dan aktivitas manusia di dalamnya. Ekosistem hutan mangrove misalnya, merupakan tempat bertelur bagi jenis udang, disamping sebagai penangkal bagi ekosistem terumbu karang dari endapan lumpur. Sementara di terumbu karang, hidup berbagai jeins ikan serta biota laut lainnya yang dibutuhkan manusia. Karena itu, kegiatan yang berakibat kerusakan atau perubahan atas salah satu ekosistem tersebut dapat memberi dampak terhadap ekosistem lainnya, atau komponen yang membentuk ekosistem (Dahuri et al, 1996).

Pertambahan jumlah penduduk dengan berbagai aktivitasnya, tidak hanya menuntut perluasan lahan untuk pemukimannya tetapi juga meningkatkan laju pemanfaatan sumber daya alam lainnya guna memenuhi kebutuhan pangan serta aktivitas sosialnya. Sedangkan pemanfaatan sumber daya alam yang tidak terkendali dapat mengancam ekosistemnya dalam menunjang kehidupan manusia dan pembangunan (Akhirul dkk, 2020). Lebih lanjut, menurut Fenia dan Ade (2023) menjelaskan bahwa kepadatan penduduk mampu memberikan tekanan bagi wilayah pesisir. Dampak dari kegiatan manusia

(4)

terhadap wilayah pesisir sangat luas dan bersifat jangka panjang. Aktivitas manusia juga dapat mempengaruhi proses alami di pesisir serta mengganggu kemampuan ekosistem dalam menjaga keseimbangan dan keberlanjutan fungsinya. Oleh karena itu sumberdaya hayati pada wilayah pesisir dan laut harus dimanfaatkan secara berkelanjutan dan bertanggung jawab, sehingga diperlukan rencana pengelolaan yang sangat hati-hati.

Salah satu bentuk pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya hayati pesisir adalah dengan penerapan konsep kearifan lokal, karena dalam praktenya penerapan kearifan lokal dalam pemanfaatan sumberdaya hayati pesisir dan laut terbukti berhasil karena didalam kearifan lokal tersebut terdapat pranata-pranata sosial yang dapat mengikat dan mengatur tentang warganya dalam berintekasi dengan lingkungan sekitarnya termasuk memanfaatkan sumberdaya alam di sekitarnya. Menurut Kamim (2020) dalam Anugrah dkk (2022), masyarakat yang merupakan elemen penting dan elemen yang paling memahami keadaan lingkungan dan bagaimana memanfaatkan dan mengelola sesuai dengan eksistingnya dengan terlibatnya masyarakat setempat dengan pengetahuan lokalnya terbukti dalam menjaga ekosistem berkaitan dengan masalah krisis sosio-ekologis.

Berkaitan dengan hal tersebut di atas, menurut Utina (2016) masyarakat pesisir memiliki kekayaan budaya dan kearifan lokal dalam mengelola sumber daya alam. Pengetahuan alami sebagai natural sains telah berkembang menjadi sains modern, berbagai konsep ilmiah dikembangkan dari pengetahuan asli masyarakat. Kearifan lokal dan sosiokultural masyarakat memiliki nilai- nilai didik konservasi yauntuk menjaga kelestarian dan pemanfaatan yang ramah lingkungan. Selanjutnya menurut Utian (2017) masyarakat pesisir meliputi penduduk yang bermukim dan berinteraksi dengan lingkungan hidup pesisir. Identitas tempat tinggal dalam hal ini alam pesisir menjadi unsur pengikat yang penting dan dapat membedakan suatu masyarakat dari satuan sosial lainnya. Sedangkan Koentjaraningrat (1990) dalam Utian (2017) menguraikan bahwa masyarakat pesisir dicirikan pula oleh sikap mereka terhadap alam dan terhadap sesama manusia. Di dalam konteks ekologi manusia, umumnya masyarakat pesisir ini tunduk kepada alam, menjaga hubungan selaras dengan alam, dan mereka memandang bahwa alam memiliki kekuatan magis. Laut adalah dunia khusus nelayan yang harus dipahami dan diperlakukan dengan baik. Di berbagai daerah dikenal istilah tertentu yang berhubungan dengan gangguan mahluk

(5)

halus atau ritual untuk berkomunikasi dengan mereka.

Masyarakat pesisir memiliki kedekatan dengan alam laut dan pesisir.

Pengetahuan lokal (local knowledge) dan kepercayaan masyarakat yang masih berlaku dan memiliki nilai-nilai didik pelestarian (konservasi) lingkungan menjadi kekayaan intelektual yang terus dipertahankan. Banyak pula pengetahuan tradisional nelayan dan suku laut yang memiliki nilai positif, misalnya pengetahuan tentang kondisi alam, tentang cuaca, arah angin, arus laut, pasang surut, pengetahuan tentang karakteristik organisme serta berbagai keterampilan pengelolaan sumber daya alam yang masih bersifat tradisional dan digunakan sejak lama dari leluhur mereka.

Seperti halnya masyarakat pesisir lainya di Indonesia, masyarakat di wilayah Kabupaten Jayapura Papua yang mendiami pesisir Teluk Depapre rata-rata memiliki struktur sosial dan tata ruang kebudayaan beraneka ragam yang berperan penting dalam kehidupan sosial dan budaya mereka. Sistem yang mengatur hubungan atau relasi antar warga dalam berbagai aktivitas hidupnya sehari-hari berdasarkan kebudayaan mereka masing-masing, termasuk berinteraksi dengan sumberdaya alam di sekitarnya seperti Tiatiki.

Tiatiki merupakan satu bentuk tradisi masyarakat di pesisir pantai utara

kabupaten Jayapura. istilah tiatiki yang berhubungan dengan wilayah perairan (laut) atau buka tutup laut, sebetulnya merupakan bentuk jamak dari “Sasi” yang telah lama diperkenalkan oleh penduduk- penduduk di daerah Maluku, sebagai akibat terjadinya kontak budaya di masa lampau. Adapun praktek Tiatiki pada masyarakat Tabla di wilayah Depapre kabupaten Jayapura sejatinya merupan suatu bentuk larangan yang harus dipatuhi oleh setiap anggota komunitas atau masyarakatnya, dan berlaku sanksi yang tertentu bagi pelanggarnya. Praktek demikian menurut mereka berlangsung sejak lama dan turun-temurun, yang hingga sekarang ini masih dipertahankan

Istilah tiatiki dalam bahasa lokal (Tabla/Yokari) berarti “menutup/tutup”.

Hal ini dimaksud mengandung unsur larangan juga mengandung unsur hokum dalam wujud sanksi fisik dan sanksi non fisik (magis). Pemaknaan tiatiki dalam konteks yang lebih luas memiliki pengertian yaitu pengetahuan untuk mengatur. Tiatiki telah dikenal oleh komunitas ini sejak mereka menenpati wilayah pesisir, bahkan merupakan interpretasi dari pengalaman generasi terdahulu, diturunkan kepada enerasi berikut, dan berlanjut kepada generasi di depannya. Termasuk kualitas pengetahuan tiatiki masih berfungsi aktif menggerakkan sistem pengelolaan dan

(6)

pemanfaatan sumber potensi alam laut dan pesisir, juga darat. Misalnya dalam hal melarang bagian-bagian wilayah reef laut yang termasuk dalam kategori hak ulayat adat, dan bukan wilayah hak ulayat adat.

Berhubungan juga dengan larangan dan anjuran penggunaan alat tangkap ikan, termasuk hak mengelaola dan kewajiban melindungi pesisir dan laut serta pandangan dan juga sikap terhadap laut

sekitarnya. Semua fenomena inilah yang temuat dalam muatan konsep tentang tiatiki.

Tiatiki diberlakukan dengan maksud agar sumber-sumber alam pesisir dan laut sekitar, tidak diintervensi oleh orang luar kampung atau nelayan luar dari daerah sekitar, serta untuk menghindari bentuk pemanfaatan sumberdaya hayati yang tidak ramah lingkungan.

METODE PENGUMPULAN DATA Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif yang dikuantitatifkan dengan menggunakan

metode survey dan wawancara. Selanjutnya data dianalisis dengan menggunakan analisis SWOT.

.

Lokasi Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN

Menurut Deny (2016) Banyak kearifan lokal yang sampai sekarang terus menjadi panutan masyarakat antara lain di Jawa (pranoto mongso, Nyabuk Gunung, Menganggap Suatu Tempat Keramat); di

Sulawesi (dalam bentuk larangan, ajakan, sanksi) dan di Badui Dalam (buyut dan pikukuh serta dasa sila). Kearifan lokal- kearifan lokal tersebut ikut berperan dalam pengelolaan sumberdaya alam dan

(7)

lingkungannya. Namun demikian kearifan lokal juga tidak lepas dari berbagai tantangan seperti : Bertambahnya Jumlah Penduduk, Teknologi Modern dan Budaya, Modal Besar serta Kemiskinan dan Kesenjangan.

Adapun prospek kearifan lokal di masa depan sangat dipengaruhi oleh pengetahuan masyarakat, inovasi teknologi, permintaan pasar, pemanfaatan dan pelestarian keanekaragaman hayati dilingkungannya serta berbagai kebijakan pemerintah yang berkaitan langsung dengan pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan serta peran masyarakat lokal.

Lebih lanjut dijelaskan bahwa Prospek kearifan lokal sangat bergantung pada bagaimana masyarakat mempertahankan kearifan lokal yang ada, serta bagaimana masyarakat mengubah pola pikir mereka kembali ke pola pikir holistik. Menjamin agar sumber daya alam dan lingkungan yang dimiliki masyarakat dapat dimanfaatkan dan dilestarikan dengan

tidak menganggu keseimbangannya.

Secara empiris, kearifan lokal telah berhasil mencegah kerusakan fungsi lingkungan.

Salah satu bentuk kearifan lokal dalam pemanfaatan sumberdaya pesisir dan laut pada masyarakat Kampung Tablasupa Distrik Depapre Kabupaten Jayapura yang masih dipegang hingga saat ini adalah Tiatiki karena masih dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari masyarakat kampung Tablasupa.Kampung Tablasupa sendiri dapat dihuni oleh 3 kelompok suku besar, yaitu

1. Suku Serontouw yang terdiri atas Serontouw Yerisetouw, Serontouw Memerloma, Kisiwaitouw, dan Okoseray

2. Suku Demena yang meliputi: Demena, Demetouw, Kawaitouw, Seibo, Musaseray, dan Oyaitou

3. Suku Apaseray yang meliputi:

papseray, Kromsian, Esuwe, Somisu, dan Nerokopouw.

Dalam prakteknya tidak semua masyarakat kampong Tablasupa dapat menerapkan tiatiki dalam pengelolaan dan pemanfataam simberdaya perairan di sekitar Kampung karena yang dapat melaksanakan penerapan tiatiki (buka dan tutup) terhadap pemanfataan sumberdaya pesisir hanya dapat dilakukan oleh marga laut yaitu suku Sorontouw.

Hal inilah yang menjadi salah satu kendala dalam penerapan kearifan tiatiki namun kendala tersebut dapat diatasi dengan adanya peran serta pemerintah Kabupaten Jayapura dan masyarakat di dalam mempertahankan kearifan lokal tiatiki dalam mengantisipasi dampak globalisasi terhadap penurunan nilai-nilai kearifan lokal dalam Tiatiki, artinya

(8)

diperlukan kebijaksanaan dan strategi di dalam menjaga atau pun mengadopsi suatu sistem budaya di mana masyarakat harus mampu mempertahankan kearifan lokal tiatiki tersebut.

Strategi penerapan konsep Tiatiki dalam konservasi sumber daya pesisir di kampung Tablasupa dilakukan berdasarkan Analisis SWOT (strengths, weaknesses, opportunities, threats) untuk menganalisis kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman, serta kendala- kendala yang harus dihadapi dalam suatu proses penerapan konsep Tiatiki dalam konservasi sumber daya pesisir di kampung Tablasupa.

Analisis dilakukan dengan mengidentifikasi faktor internal dan eksternal yang menjadi kelemahan, kekuatan, ancaman dan peluang dalam penerapan konsep Tiatiki untuk konservasi sumber daya pesisir di kampung Tablasupa, selanjutnya disusun dalam tabel Matrik IFE (Internal Factor Evaluation) dan EFE (Eksternal Factor Evaluation) yang merupakan alat formulasi strategi untuk meringkas dan mengevaluasi kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman serta hubungan antara faktor- faktor tersebut.

Faktor internal dan eksternal pengembangan pariwisata berbasis lingkungan dapat dilihat dari kriteria

kekuatan dan kelemahan dalam analisis SWOT yang ditampilkan dalam Tabel di bawah ini :

1. Analisis Faktor Internal

FAKTOR STRATEGIS INTERNAL BOBOT RATTING SKOR Adanya Potensi sumber daya pesisir dan laut 0,26 4 1,04

Adanya wilayah hukum adat 0,16 2,5 0,40

Adanya Dukungan Masyarakat 0,20 3 0,60

Adanya dukungan Lembaga adat 0,20 3 0,60

Adanya dukungan Pemerintah kampung 0,16 2,5 0,40

Jumlah Kekuatan 0,98 15 3,04

KELEMAHAN

Penerapan Tiatiki dilakukan secara lisan 0,30 4 1,2

Sanksi adat yang mulai berkurang 0,28 2,75 0,77

Penerapan Tiatika hanya pada wilayah tertentu 0,23 2,25 0,51 Masih adanya pelanggaran terhadap wilayah

penerapan Tiatiki 0,20 2 0,40

Jumlah Kelemahan 1,01 11 2,88

Total skor Faktor kekuatan-Kelemahan 0,16

(9)

Dari tabel analisis faktor internal di atas yang meliputi faktor-faktor yang mendukung kekuatan dan kelemahan dengan total skor hasil analisis untuk faktor ini adalah 0,16.

Potensi sumberdaya alam dan adanya dukungan masyarakat merupakan

subfaktor terbesar untuk faktor kekuatan.

Sedangkan untuk faktor kelemahan, sub faktor Penerapan Tiatiki dilakukan secara lisan serta sub Sanksi adat yang mulai berkurang merupakan faktor terbesar untuk Faktor Kelemahan.

2. Analisis Faktor Eksternal

Selanjutnya untuk analisis faktor eksternal yang terdiri adat faktor peluang

(5 sub faktor) dan ancaman (4 subfaktor) dapat dilihat dalam tabel di bawah ini.

FAKTOR STRATEGIS EKSTERNAL

BOBOT RATTING SKOR Peluang

Pengembangan Wilayah penerapan Tiatiki sebagai

kawasan ekowisata 0,34 3 1,02

Pengembangan budidaya rumput laut 0,31 2,75 0,85

Pengelolaan danpemanfaatan wilayah pesisir dan laut

secara berkelanjutan berdasarkan kearifan lokal 0,34 3 1,02

Jumlah Peluang 0,99 8,75 2,89

Ancaman

Mulai memudarnya kearifan lokal pada generasi muda 0,28 3 0,84 Masih adanya pelanggaran terhadap wilayah

penerapan Tiatiki 0,23 2,5 0,57

Adanya pemanfaatan sumber daya pesisir dan laut

yang tidak ramah lingkungan 0,28 3 0,84

Kurangnya sosialisasi tentang Tiatiki 0,19 2 0,38

Jumlah Ancaman 0.98 10,5 2,63

Total skor Faktor Peluang-Ancaman 0,26

Sumber : Pengolahan Data Primer 2023

Dari tabel analisis faktor eksternal di atas yang meliputi faktor-faktor yang mendukung peluang dan ancaman memiliki 0,26.

Sub faktor Pengembangan Wilayah penerapan Tiatiki sebagai kawasan

ekowisata merupakan subfaktor terbesar untuk faktor kekuatan. Sedangkan untuk faktor ancaman, sub faktor Adanya pemanfaatan sumber daya pesisir dan laut yang tidak ramah lingkungan merupakan faktor terbesar untuk Faktor peluang.

(10)

Dari hasil perhitungan faktor internal dan eksternal tersebut didapati bahwa jumlah kekuatan dan peluang dapat memperoleh hasil terbesar jika dibandingkan dengan jumlah lainnya, sehinggga dijadikan sebagai strategi yang dipilih (strategi SO) dengan memanfaatkan kekuatan dan peluang yang ada dalam penerapan konsep Tiatiki dalam konservasi sumber daya pesisir di kampung Tablasupa. Selanjutnya diagram strategi penerapan konsep Tiatiki dalam konservasi sumber daya pesisir di kampung Tablasupa dapat digambarkan melalui formulasi, yaitu : penentuan sumbu faktor internal

(IFAS) = S – W = 3,04 – 2,88 = 0,16 kemudian sumbu faktor eksternal (EFAS)

= O – T = 2,89 – 2,63 = 0,26

Dengan demikian pada gambar di bawah ini terlihat bahwa posisi strategi pengembangan pariwiata berbasis lingkungan berada di kuadran I yaitu strategi SO. Strategi SO (Strengths- Opportunities) Strategi ini menggunakan kekuatan internal untuk meraih peluang- peluang yang ada seperti yang telah dijelaskan sebelumnya di atas. Selanjutnya penjabaran strategi SO termuat dalam matrik analisis SWOT pada Tabel 5.12 di bawah ini.

1,35

Selanjutnya Penjabaran strategi SO termuat dalam matrik analisis SWOT pada di bawah ini. Tabel Matriks Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan Ancaman

(SWOT) yang dihadapi dalam konservasi sumber daya pesisir di kampung Tablasupa Distrik Depapre Kabupaten Jayapura PELUANG (O)

KELEMAHAN (W)

ANCAMAN (T)

KEKUATAN (S) 0,16

0,26 III

IV II

I

(11)

Internal

Eksternal

Kekuatan (Strengths)

1. Adanya Potensi sumber daya pesisir dan laut

2. Adanya wilayah hukum adat 3. Adanya Dukungan

Masyarakat

4. Adanya dukungan Lembaga adat

5. Adanya dukungan Pemerintah kampung

Kelemahan (Weaknesses)

1. Penerapan Tiatiki dilakukan secara lisan

2. Sanksi adat yang mulai berkurang 3. Penerapan Tiatika hanya pada

wilayah tertentu

4. Masih adanya pelanggaran terhadap wilayah penerapan Tiatiki

Peluang (Opportunities) SO WO

1. Pengembangan Wilayah penerapan Tiatiki sebagai kawasan ekowisata 2. Pengembangan budidaya rumput

laut

3. Pengelolaan dan pemanfaatan wilayah pesisir dan laut secara berkelanjutan berdasarkan kearifan lokal

1. Pengembangan pariwisata dengan melibatkan

masyarakatdan kearifan lokal.

2. Pengembangan pariwisata dengan melibatkan masyarakat dan kearifan lokal.

3. Meningkatkan kapasitas peran masyarakat dalam mengelola sumber daya wilayah pesisir dan laut secara berkelanjutan berdasarkan kearifan lokal.

1. pengelolaan sumberdaya wilayah pesisir dengan sistem terpadu berbasis communit- based management serta melibatkan masyarakat

2. Meningkatkan diversifikasi ODTW (Objek Daya Tarik Wisata)

Ancaman Threats ST WT

1. Mulai memudarnya kearifan lokal pada generasi muda

2. Masih adanya pelanggaran terhadap wilayah penerapan Tiatiki

3. Adanya pemanfaatan sumber daya pesisir dan laut yang tidak ramah lingkungan

4. Kurangnya sosialisasi tentang Tiatiki

1. Pelibatan aktif para pihak pada kampung Tablasupa sebagai kontrol sosial dalam penerapan Tiatiki untuk pengelolaan sumberdaya pesisir dan laut secara berkelanjutan pesisir.

2. Memanfaatkan kearifan lokal melalui lembaga nasyarakat kampung Tablasupa dalam meminimalisir dampak negatif pemanfaatan SD pesisir yang tidak ramah lingkungan

1. Membangun kapasitas masyarakat melalui pendidikan, pelatihan dan pengembangan kelembagaan dalam pengelolaan wilayah pesisir.

2. Peningkatan pemahaman

masyarakat terutama generasi muda tantang nilai-nilai kearifan lokal termasuk Tiatiki oleh lembaga masyarakat Kampung.

(12)

Secara umum terdapat 9 strategi dalam konservasi sumber daya pesisir di kampung Tablasupa Distrik Depapre Kabupaten Jayapura seperti dalam tabel di atas, nmanun yang menjadi strategi perioritas adalah strategi SO (3 strategi) kemudian ditambah 1 strategi dari ST yaitu : Memanfaatkan kearifan lokal melalui lembaga nasyarakat kampung Tablasupa dalam meminimalisir dampak negatif pemanfaatan SD pesisir yang tidak ramah lingkungan, selanjutnya 1 strategi dari WO yaitu pengelolaan sumberdaya wilayah pesisir dengan sistem terpadu berbasis communit- based management serta melibatkan masyarakat, kemudian 1 strategi dari WT yaitu Peningkatan pemahaman masyarakat terutama generasi muda tantang nilai-nilai kearifan lokal termasuk Tiatiki oleh lembaga masyarakat Kampung. Selanjutnya 6 strategi dalam konservasi sumber daya pesisir di kampung Tablasupa Distrik Depapre Kabupaten Jayapura lain:

1. Pengembangan pariwisata dengan melibatkan masyarakatdan kearifan lokal,

2. Pengembangan pariwisata dengan melibatkan masyarakat dan kearifan lokal,

3. Meningkatkan kapasitas peran masyarakat dalam mengelola sumber daya wilayah pesisir dan laut secara berkelanjutan berdasarkan kearifan lokal,

4. Memanfaatkan kearifan lokal melalui lembaga nasyarakat kampung Tablasupa dalam meminimalisir dampak negatif pemanfaatan SD pesisir yang tidak ramah lingkungan.

5. Pengelolaan sumberdaya wilayah pesisir dengan sistem terpadu berbasis communit- based management serta melibatkan masyarakat,

6. Peningkatan pemahaman masyarakat terutama generasi muda tantang nilai- nilai kearifan lokal termasuk Tiatiki oleh lembaga masyarakat Kampung.

KESIMPULAN

Terdapat 6 (enam) strategi dalam konservasi sumber daya pesisir di kampung Tablasupa Distrik Depapre Kabupaten Jayapura lain :

(i).Pengembangan pariwisata dengan melibatkan masyarakatdan kearifan lokal,

ii).Pengembangan pariwisata dengan melibatkan masyarakat dan kearifan lokal, (iii).Meningkatkan kapasitas peran masyarakat dalam mengelola sumber daya wilayah pesisir dan laut secara berkelanjutan berdasarkan kearifan lokal,

(13)

(iv).Memanfaatkan kearifan lokal melalui lembaga nasyarakat kampung Tablasupa dalam meminimalisir dampak negatif pemanfaatan SD pesisir yang tidak ramah lingkungan, (v).Pengelolaan sumberdaya wilayah pesisir dengan sistem terpadu

berbasis communit- based management serta melibatkan masyarakat dan (vi).Peningkatan pemahaman masyarakat terutama generasi muda tantang nilai-nilai kearifan lokal termasuk Tiatiki oleh lembaga masyarakat Kampung

(14)

DAFTAR PUSTAKA

Akhirul, Yelfida Witra, Iswandi Umar, dan Erianjoni. 2020. Dampak Negatif Pertumbuhan Penduduk Terhadap Lingkungan dan Upaya Mengatasinya. Magister Pendidikan Geografi, Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Padang. Jurnal Kependudukan dan Pembangunan Lingkungan. Vol 1 no 3 Tahun 2020

Anugrah, Adelia Salsabila. Karmilah, Mila. & Rahman, Boby. 2022. Potret Krisis Sosio- Ekologi Kawasan Pesisir Dampak Reklamasi. Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik Universitas Islam Sultan Agung. Jurnal of Urban Regional Planing Vol 03 (1): 9-21.doi: 10.26418/uniplan.v3i1.52818. E- ISSN 2747-2973

Erline T.V. Timpal, Agustinus B. Pati dan Fanley Pangemanan. 2021. Strategi Camat Dalam Meningkatkan Perangkat Desa di Bidang Teknologi Informasi di Kecamatan Ratahan Timur Kabupaten Minahasa Tenggara. JURNAL GOVERNANCE Vol.1, No. 2, 2021 ISSN: 2088-2815.

Fenia Hayatun Nikmah dan Ade Jaya Saputra. 2023. Evaluation of the Impact of Increasing Population Density Against Water Resources in Coastal Areas.

Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Universitas Internasional Batam. Civil Engineering and Architecture Journal Vol 1 No.3 (2023) E-ISSN DOI 10.37253/leader.v1i3.8273

Utina, R. 2016. Strategy of Conservation Coastal Biodiversity through Strengthening the Basic of Education (A strategy for elementary school level). International Conference on Biodiversity 2016. Kerjasama Prodi KLH PPs Universitas Negeri Gorontalo dan Society Biodiversity of Indonesia. Gorontalo 21 Agustus 2016 Ramli Utina, Elya Nusantari, Abubakar Sidik Katili, dan Yowan Tamu.2017. ekosistem dan

sumber daya alam pesisir penerapan pendidikan karakter konservasi. Buku, Penerbit penerbit deepublish (grup penerbitan cv budi utama). Yogjakarta.

Referensi

Dokumen terkait

Irmayanti : Studi Penyusunan Konsep Dan Strategi Zonasi Kawasan Pesisir Dan Laut Di Kabupaten Langkat, 2005 USU Repository © 2008... Irmayanti : Studi Penyusunan Konsep Dan

Strategi pengelolaan Kawasan Konservasi Suaka Pesisir Batang Gasan meliputi Pengembangan pariwisata berbasis masyarakat, peningkatan pengawasan sumberdaya pesisir dan

Penelitian menemukan bahwa implementasi manajemen sumber daya manusia berbasis syariah di Kampung Coklat Blitar ini meliputi proses rekrutmen (persyaratannya

Dalam rangka mendukung pembangunan daerah pesisir dan pulau-pulau kecil yang berkelanjutan, diperlukan data statistik sumber daya laut dan pesisir.. Data tersebut diperlukan

konservasi sumber daya air (KSDA). Sejauh ini pengaturan konservasi sumber daya air diatur dalam Peraturan Daerah Provinsi Daerah Tingkat I Bali Nomor 9 Tahun 1998 tentang

responden memahami konservasi sumber daya pesisir ekosistem terumbu karang (yang berada di lokasi penelitian adalah konservasi dalam Daerah Perlindungan Laut), sebagai

Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas, kerjakanlah latihan berikut!.. Konservasi sumber daya alam adalah pengelolaan sumber daya alam yang pemanfaatannya

Dokumen ini membahas tentang strategi manajemen sumber daya manusia (MSDM) dan pendidikan karakter untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas tenaga