• Tidak ada hasil yang ditemukan

strategi pengawasan pemerintah dalam pengelolaan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "strategi pengawasan pemerintah dalam pengelolaan"

Copied!
95
0
0

Teks penuh

PENDAHULUAN

Rumusan Masalah

Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui faktor-faktor penentu pengawasan jasa lingkungan limbah B3 hotel di Kota Makassar.

Kegunaan Penelitian

TINJAUAN PUSTAKA

Konsep Pengawasan

Tingkat ini dimaksudkan untuk membandingkan hasil kerja pegawai (hasil aktual) dengan standar yang telah ditentukan. Pengetahuan melaksanakan pekerjaan sesuai program (tahap tingkat pelaksanaan) sebagaimana ditentukan dalam rencana atau tidak.

Teori Strategi

Ketahui apakah penggunaan seluler yang tercantum dalam rencana sudah ditargetkan dan sejalan dengan rencana. Maka strategi adalah suatu tindakan atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang atau organisasi/perusahaan untuk mencapai tujuan atau harapan yang telah ditetapkan.

Pengelolaan Limbah B3

Entitas tercatat lainnya adalah badan usaha yang melakukan pengelolaan limbah B3 dan mempunyai izin, ayat (4) Pengelolaan limbah bahan berbahaya dan beracun (B3) harus mendapat izin dari Menteri, Gubernur, atau Bupati/Walikota sesuai dengan daerah kewenangannya. ayat (5) kewajiban memuat persyaratan lingkungan hidup (pelestarian fungsi lingkungan hidup dan pengendalian pencemaran/kerusakan lingkungan hidup) dan kewajiban yang harus dipenuhi oleh menteri atau pemerintah daerah pada saat menerbitkan izin pengelolaan limbah B3 (jenis pengelolaan limbah B3, Ciri-ciri, Kewajiban 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Pasal 103 mengatur bahwa barangsiapa menghasilkan limbah B3 dan tidak mengolahnya, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 3 (tiga) tahun. tahun dan denda paling sedikit 1 (satu) milyar dan paling sedikit 3 (tiga) milyar Pengelolaan Limbah B3 adalah kegiatan yang meliputi pengurangan, penyimpanan, pengumpulan, pengangkutan, pemanfaatan, pengolahan dan penyimpanan/peleburan.

Pemanfaatan limbah B3 yang meliputi kegiatan penggunaan kembali, pendaurulangan, dan daur ulang merupakan mata rantai penting dalam pengelolaan limbah B3. Pemanfaatan kembali limbah B3 untuk fungsi yang sama atau berbeda dilakukan tanpa melalui proses tambahan secara kimia, fisika, biologi, dan/atau termal. Daur ulang (recycling) limbah B3 adalah kegiatan daur ulang yang bermanfaat melalui proses kimia, fisika, biologi, dan/atau termal sehingga menghasilkan produk yang sama, produk berbeda atau bahan yang dapat digunakan.

Pengelolaan limbah bahan berbahaya dan beracun (B3) adalah serangkaian kegiatan pengelolaan yang meliputi pengurangan B3, penyimpanan limbah B3, pengumpulan limbah B3, pemanfaatan, pengangkutan dan penanganan limbah B3, termasuk penimbunan atau pemusnahan limbah B3, yang timbul akibat kegiatan pengelolaan tersebut. Dalam rangkaian proses pengelolaan limbah B3 berkaitan dengan beberapa pihak yang masing-masing merupakan mata rantai, yaitu: penghasil limbah B3, pengumpulan limbah B3, pengangkutan limbah B3, pemanfaatan limbah B3, pengelolaan limbah B3, pembuangan limbah B3. Misalnya limbah B3 dalam bentuk pengoksidasi yaitu limbah bahan peledak dan limbah laboratorium seperti asam perat.

Pengertian Hotel

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana strategi pengendalian pemerintah dalam pengelolaan limbah B3 di kota Makassar. Dalam penelitian karya ilmiah ini, penulis menggunakan pendekatan target dalam mengukur kinerja pengelolaan limbah B3 pada operasional hotel di kota Makassar. Pada tahap ini Dinas Lingkungan Hidup Kota Makassar melakukan observasi untuk membandingkan hasil pengelolaan limbah B3 dengan standar yang telah ditentukan.

Lokasi penelitian akan dilakukan di Kota Makassar mengingat pengelolaan limbah B3 dari kegiatan hotel harus mendapat perhatian dari seluruh pelaku usaha/pemilik hotel terkait khususnya Dinas Lingkungan Hidup Kota Makassar. Jenis penelitian ini bersifat fenomenologis yaitu peneliti akan mendeskripsikan pengalaman yang dilakukan dan dialami oleh informan terkait dengan strategi pengawasan pemerintah dalam pengelolaan limbah B3 pada aktivitas hotel di Kota Makassar. Dokumentasi ini diambil untuk memperoleh data, foto dan catatan lapangan terkait Strategi Pengawasan Pemerintah dalam Pengelolaan Limbah B3 Hotel di Kota Makassar.

Bantuan kepada Kepala Dinas Lingkungan Hidup di bidang pengelolaan limbah B3 dan penguatan kapasitas lingkungan hidup. Strategi Pengendalian Pemerintah (Dinas Lingkungan Hidup) dalam Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) Hotel di Kota Makassar dalam pengelolaan limbah B3 hotel masih belum maksimal karena dalam proses pelaksanaannya masih menemui kendala dan hambatan. Menurut Kepala Bidang Persampahan Dinas Limbah B3 dan Peningkatan Kapasitas Lingkungan Hidup Kota Makassar yang.

Gambar 2.1   Kerangka Pikir
Gambar 2.1 Kerangka Pikir

Kerangka Pikir

Fokus Penelitian

Fokus survei dijadikan dasar pengumpulan data agar tidak terjadi kesalahan dalam pengambilan data. Guna menyesuaikan pemahaman dan cara pandang terhadap karya ilmiah ini, maka penulis akan memberikan penjelasan mengenai tujuan dan fokus penelitian dalam penulisan karya ilmiah ini. Bagaimana strategi pengendalian pemerintah dalam menangani limbah bahan berbahaya dan beracun (B3) pada hotel-hotel di kota Makassar.

Deskripsi Fokus Penelitian

METODE PENELITIAN

  • Jenis dan Tipe Penelitian
  • Sumber Data
  • Informan Penelitian
  • Tehnik Pengumpulan Data
  • Tehnik Analisis Data
  • Keabsahan Data

Perumusan kebijakan izin penyimpanan sementara limbah B3 (pengajuan, perpanjangan, perubahan dan pencabutan) dalam satu wilayah Kabupaten/Kota. Perumusan kebijakan perizinan pengumpulan dan pengangkutan limbah B3 (pengajuan, perpanjangan, perubahan dan pencabutan) dalam satu wilayah Kabupaten/Kota. Untuk mengatasi hal tersebut diperlukan pengawasan yang serius dari pemerintah (Dinas Lingkungan Hidup) dalam hal mengawasi pengelolaan limbah B3, karena saat ini masih banyak hotel yang belum memiliki izin pengelolaan limbah B3 dari pemerintah terkait.

Kendala dalam pengelolaan limbah B3 antara lain kurangnya disiplin sumber daya manusia yang memahami limbah B3 dengan baik serta kurangnya sarana dan prasarana seperti transportasi (kendaraan operasional). Berdasarkan hasil wawancara diatas yang menyatakan bahwa dalam melakukan pengelolaan limbah B3 harus sudah memiliki TPS LB3 yang memenuhi standar yang ditetapkan oleh pemerintah (Dinas Lingkungan Hidup) disertai izin TPS LB3 secara lengkap, dan mengadakan nota kesepahaman (MOU) dengan pihak swasta mengenai pengelolaan limbah lebih lanjut untuk melakukan pengangkutan limbah B3 untuk dikelola bersama pihak ketiga untuk proses pemusnahannya karena harus dikirim ke luar daerah karena di Sulawesi khususnya Makassar belum terdapat pabrik penghancur (pengolahan limbah B3 tanaman), belum terdapat instalasi pengelolaan limbah bahan berbahaya dan beracun, sehingga diperlukan alat pengangkut yang melakukan pengangkutan untuk diolah lebih lanjut (pemusnahan). Dari hasil wawancara di atas, seharusnya sudah dipersiapkan terlebih dahulu lokasi dan bangunan TPS untuk pengalihan limbah B3.

Pengelolaan limbah bahan berbahaya dan beracun adalah suatu proses mengubah jenis, jumlah dan sifat limbah B3 menjadi tidak berbahaya dan/atau tidak melumpuhkan limbah B3 karena sifat berbahaya limbah B3 yang dapat menimbulkan kadar yang sangat tinggi. Kesimpulannya, dapat dikatakan bahwa realisasi pengelolaan limbah bahan berbahaya dan beracun (B3) pada hotel-hotel di Kota Makassar belum sepenuhnya terealisasi sesuai peraturan pemerintah, karena masih banyak pihak pemerintah atau swasta yang belum memahaminya. limbah B3 dan/atau memahami sepenuhnya. , bukan karena mereka tidak paham jenis sampahnya, tapi apa dampaknya. Dalam hal ini pengukuran kinerja pemerintah dalam melakukan pengawasan di lapangan sudah maksimal secara langsung dari apa yang telah kita bahas sebelumnya terkait dengan pengelolaan limbah B3, dan diharapkan juga kedepannya dapat dilakukan perbaikan-perbaikan untuk dapat melakukan hal tersebut. manajemen yang lebih baik lagi. Sampah B3 di Hotel-hotel di Kota Makassar.

Faktor penghambat pelaksanaan pengendalian Jasa Lingkungan adalah kurangnya sarana dan prasarana yang menjadi faktor utama dalam pelaksanaan pengendalian pengelolaan limbah B3, selain itu lokasi yang ingin dicapai mempunyai titik-titik yang berbeda-beda. alasan utamanya juga adalah wilayahnya. Kami berharap pihak hotel meningkatkan kesadaran dan partisipasi dalam proses pengelolaan limbah B3 yang benar, sehingga terjadi sinergi untuk penyajian yang terbaik dan nantinya menarik perhatian masyarakat, yang patut dijadikan contoh bahan berbahaya dan berbahaya. pengelolaan limbah beracun di Wilayah Timur Indonesia.

Gambar 3.1  Model Teknik Data
Gambar 3.1 Model Teknik Data

HASIL DAN PEMBAHASAN

Strategi Pengawasan Pemerintah

Berbicara mengenai permasalahan pengelolaan limbah bahan berbahaya dan beracun di perkotaan sangatlah kompleks karena kita melihat di perkotaan diperlukan lingkungan yang sehat karena kurangnya ruang terbuka hijau akibat banyaknya gedung-gedung bertingkat dan apartemen serta kantor. di pusat kota, sementara pengawasan pemerintah terhadap pengelolaan limbah bahan berbahaya dan beracun masih lemah. Pembinaan disiplin keilmuan bahan berbahaya dan beracun (B3) dengan kegiatan tersebut akan memudahkan pemerintah dalam menangani pengelolaan limbah dengan baik.Selain itu, faktor penghambat pelaksanaan pengawasan pemerintah Kota Makassar terhadap limbah hotel B3, fasilitas dan infrastruktur, seharusnya hal tersebut menjadi komponen yang paling diprioritaskan untuk menunjang kelancaran proses pemantauan, namun nyatanya tidak sesuai harapan karena akan sangat mempengaruhi kualitas pengawasan dan pengelolaan limbah B3. Pengelolaan limbah B3 dalam hal penyimpanannya sebaiknya dilakukan apabila telah mempunyai TPS LB3 yang dilengkapi izin TPS LB3 dan bekerja sama dengan pengangkut (pengangkut limbah B3) atau perjanjian dengan pihak swasta/pihak ketiga yang diadakan sebagai pihak yang berwenang. pengangkut sampah.

Di sini kami membatasi penyimpanan 3 (tiga) bulan untuk jangka waktu penyimpangan minimal di TPS, namun penerima sendiri yang memungut limbah B3 sebulan sekali. Hasil wawancara di atas menunjukkan bahwa terdapat ketentuan Pemerintah Republik Slovenia di bidang lingkungan hidup berupa batas deviasi jangka waktu penyimpanan selama 3 bulan, juga dalam Peraturan Pemerintah Nomor: 101 Tahun 2014 tentang pengelolaan limbah bahan berbahaya dan beracun. : melaksanakan penyimpanan limbah B3 paling lama 90 (sembilan puluh) hari setelah limbah B3 dihasilkan, diperlukan kerjasama pihak ketiga atau nota kesepahaman bagi pengangkut untuk mengambil limbah B3. Berdasarkan hasil wawancara supervisor teknik hotel menyampaikan bahwa setelah dilakukan supervisi dari dinas terkait yang dilakukan pengecekan apakah sudah sesuai dengan ketentuan yang diberikan, diharapkan pihak Dinas Lingkungan Hidup Kota Makassar tidak hanya sesekali saja namun senantiasa melaksanakan pemeriksaan penyimpangan sementara limbah B3, sehingga pengelolaan limbah bahan berbahaya dan beracun terkelola dengan baik, didukung oleh TPS, dipastikan sesuai prosedur.

Dari pihak penghasil limbah atau hotel, pelatihan rutin, instruksi kepada pegawai yang sebelumnya tidak menangani limbah B3 yang selalu tercampur dengan limbah lain, untuk memisahkan limbah B3 dan limbah biasa, sehingga limbah tersebut dapat ditangani dengan baik sesuai dengan standar nasional. standar internasional dalam pengelolaan sampah. Harus memenuhi standar sistem drainase yang baik, dengan mempertimbangkan faktor geologi dan karakteristik tanah, agar dapat sesegera mungkin mencegah kerusakan pada tempat penyimpanan limbah B3. Itu semua adalah contoh persyaratan standar tempat pengumpulan sampah B3. Jika pengelolaan atau TPS (Tempat Pembuangan Sementara) ditemukan tidak memenuhi standar tertentu, maka pemerintah akan memberikan petunjuk atau solusi yang telah ditentukan sesuai standar yang telah ditetapkan. pemerintah (Dinas Lingkungan Hidup). Kehidupan).

Setelah melakukan investigasi, DLH memutuskan bahwa TPS tersebut sesuai standar, sehingga kami memperoleh Izin Pengelolaan Limbah B3 jika ada, misalnya. bertentangan dengan prosedur, kami hanya diperintahkan melakukan perbaikan. Dengan keterangan pihak hotel disebutkan, setelah pemeriksa dari Dinas Lingkungan Hidup melakukan penyelidikan dan kemudian memberikan penilaian terhadap kelayakan terkait pengelolaan limbah B3 seperti standarisasi penyimpanan sementara bahan limbah bahan berbahaya dan beracun, lokasinya harus sesuai dengan jenis dan karakteristik limbah B3, guna menjamin penanganan limbah B3 sebagaimana tersebut di atas dilakukan dengan benar, tepat dan sesuai dengan tujuan dan persyaratan pengelolaan limbah B3, penanganan limbah B3, dan penanganan limbah B3. Limbah B3 harus terjadi. disertai dengan izin terkait di atas.

PENUTUP

Gambar

Gambar 2.1   Kerangka Pikir
Gambar 3.1  Model Teknik Data

Referensi

Dokumen terkait

The results of interviews with 25 respondents related to the role of the Village Head as a mediator in resolving land disputes in Sidokumpul Village, the Village Head was responsive to