378 KAJIAN STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA PETERNAKAN SAPI POTONG BERBASIS INTEGRASI TANAMAN PANGAN PADI (Oriza Sativa) DI KOTA PAGAR ALAM PROVINSI SUMATERA SELATAN
Mohamad Agustomo1, N. Rahmawati1, Sulhadi2
1Penyuluh Pertanian Madya Dinas Pertanian Kota Pagar Alam
2Kabid Tanaman Pangan Dinas Pertanian Kota Pagar Alam Korespondensi:[email protected]
ABSTRAK
Kajian ini dilaksanakan pada bulan Agustus 2020 di Kota pagar Alam Sumatera Selatan. Kajian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran pengembangan sapi potong berdasarkan kondisi alam, sumberdaya alam, sumberdaya manusia, penerapan teknologi pakan, dan formulasi strategi pengembangan peternakan sapi potong dengan sistem integrasi pertanian tanaman Pangan padi yang dapat di terapkan di Kota Pagar Alam. Data diperoleh dari hasil wawancara 30 orang peternak. Methode kajian ini menggunakan metode survey dan analisis diskriptif serta SWOT. Hasil penelitian adalah: kondisi lingkungan dan potensi sumberdaya alam terutama ketersediaan pakan hijauan berupa limbah pertanian padi (jerami) sangat mendukung, Sumber daya manusia dan teknologi perlu peningkatan. Strategi alternative yang perlu diterapkan pada pengembangan usaha peternakan sapi potong di Kota pagar Alam yang terpenting adalah peningkatan pengetahuan petani dalam usaha peternakan khususnya innnovasi pakan untuk peningkatan kualitas jerami padi melalui konsultasi maupun pelatihan yang lebih mendalam dan penambahan modal untuk meningkatkan usaha peternakan sapi potong.
Kata kunci: Strategi Alternatif, sapi potong, potensi pengembangan, integrasi sapi dengan pertanian tanama pangan padi
ABSTARCT
This study was conducted in August 2020 Pagar Alam City South Sumatera Regency.
This study aimed to determine development of beef cattle potency by environment, natural resources, human resources, technology, and formulate strategies development of beef cattle integration in rice’s plantation to apply at Pagar Alam City. Interview farmer as much as 30 people. This study used survey method and than descriptive and SWOT analysis. The result of this study showed that Reprted have good environment potency and natural resources but has the human resources potency and input technology adverse in development of beef cattle. Alternative strategy can be implemented in Pagar Alam City is improving farmer knowledge in beef cattle farming specially innovative feed processing technology input through counseling and training feed processing and capital aid to increase business of beff cattle.
Keywords: Alternative strategy, beef cattle, development of beef cattle potency.
PENDAHULUAN
379 Pengembangan peternakan sapi potong merupakan rangkaian kegiatan yang berkesinambungan untuk mengembangkan kemampuan masyarakat peternak, agar mampu melaksanakan usaha produktif dibidang secara mandiri. Mengingat tantangan danpeluan usaha sapi potong ini sangat besar. Dimana demand yang terus meningkat sementara suplay sapi potong kita masih didomonasi impor baik bakalan bahkan daging beku impor. Program pengembangan usaha ternak sapi potong di Kota Pagar Alam diarahkan dengan memanfaatkan sumberdaya secara optimal dan tepat guna yang disesuaikan dengan keadaan alam, kondisi sosial ekonomi masyarakat setempat, sarana prasarana, teknologi peternakan yang berkembangdan kelembagaan serta kebijakan yang mendukung.
Faktor lingkungan berupa iklim berpengaruh secara langsung terhadap ternak seperti suhu, kelembaban, dan curah hujan. Fasilitas pendukung sangat membantu dalam pengembangan usaha peternakan. Sumber daya alam sangat penting dalam pemenuhan kebutuhan hidup ternak. Jenis dan ketersediaan pakan harus diperhatikan dalam usaha peternakan di suatu daerah. Kualitas sumber daya manusia akan membantu pola peternakan yang akan terbentuk. Pendidikan, pengalaman, umur, dan pengetahuan yang baik dari peternak akan membawa usaha menuju kearah yang baik. Teknologi peternakan yang sudah berkembang, harus dimanfaatkan untuk menunjang pengembangan usaha peternakan.
Kota Pagar Alam Secara Geografis Kota Pagar Alam berada pada posisi 030 59’ 08” sampai 05515’ 45” Lintang Selatan dan 1030 07’ 00” sampai 1030 27’ 26”
Bujur Timur. Sebagai salah satu Kabupaten/ Kota di Provinsi Sumatera Selatan, kota Pagar Alam terletak sekitar 298 km dari Kota Palembang (Ibu Kota Provinsi) serta berjarak 60 km di sebelah barat daya Kabupaten Lahat. Letak Pagar Alam dapat dikatakan persis didalam wilayah Kabupaten Lahat berupa daratan perbukitan yang dibentuk oleh gugusan Bukit Barisan dengan luas wilayahnya mencapai 63.366 Ha.
Luas Lahan baku padi sawah tahun 2018 adalah 4.523 ha dan luas panen padi sawah tahun 2018 adalah 6.160 Ha. (BPS, 2018). Populasi ternak Sapi Kota Pagar Alam Tahun 2017 adalah 3.101 ekor dan Tahun 2018 adalah 5.846 ekor (BPS, 2018).
Sehingga dengan luasan areal tanaman pangan padi dan jumlah populasi sapi Kota Pagar Alam berpotensi dalam pengembangan Pertanian baik tan. Pangan, Perkebunan Maupun Peternakan.Penelitian strategi pengembangan usaha sapi potong
380 berbasis integrasi tanaman pangan padi merupakan upaya untuk mengoptimalkan potensi sumberdaya alam dalam rangka peningkatan suplay sapi potong di Kota Pagar Alam sebagai peluang peningkatan kesejahteraan petani peternak.
Tujuan
1. Mendapatkan gambaran optinalisasi potensi pakan bersumber tanaman padi (oriza sativa) untuk pengembangan sapi potong dengan pola integrasi di Kota Pagar Alam.
2. Mendapatkan gambaran karakteristik sumber daya alam dalam mendukung pengembangan peternakan sapi potong di Kota Pagar Alam.
3. Mendapat Gambaran karakteristik sumber daya manusia peternak dalam upaya pengembangan peternakan sapi potong di Kota Pagar Alam.
4. Mendapatkan gambaran fasilitasi dukungan pemerintah setempat dalam usaha pengembangan sapi potong di Kota Pagar Alam.
5. Mendapatkan gambaran karakteristik teknologi peternakan mendukung pengembangan usaha sapi potong di Kota Pagar Alam.
6. Mendapatkan informasi karakter internal dan eksternal peternak dalam upaya pengembangan usaha sapi potong di Kota Pagar Alam.
7. Mendapatkan gambaran hasil analisis swot dan rekomendasinya dalam strategi pengembangan usaha peternakan sapi potong di Kota Pagar Alam.
MATERI DAN METODE Materi
Materi yang digunakan adalah Jerami padi asal limbah pertanian tanaman pangan padi (oriza sativa) dan hijauan yang tumbuh di lahan persahan yaitu rumput dan leguminose liar. Kegiatan dilakukan pada bulan Agustus 2020, yang berlokasi di Kota Pagar Alam Sumatera Selatan.
Metode Penelitian
Metode yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei.
Metode survei yang digunakan adalah metode purposive sampling. Pengumpulan data terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari responden di lapangan, yaitu peternak sapi potong. Pengambilan data primer dilakukan dengan turun langsung ke lapangan.
381 Data sekunder diperoleh dari instansi-instansi atau lembaga-lembaga terkait, wilayah setempat. Data sekunder meliputi informasi tentang potensi pertanian tanaman pangan dalam menghasilkan jerami dan hijauan pakan di Kota Pagar alam Prosedur yang dilakukan dalam kegiatan adalah sebagai berikut:
1. Melakukan survei ke lokasi peternak sapi potong dengan melakukan wawancara menggunakan quisioner;
2. Melakukan wawancara dengan 30 responden dengan ketentuan kepemilikan ternak sapi potong dan melaksanakan integrasi dengan tanaman pangan padi.
3. Melakukan ubinan pengukuran produksi jerami padi dengan alat ubin standar BPS kemudian mengukur berat Segar Jerami ubinan di 5 kecanatan di kota Pagar Alam kemudian di konversi Berat Kering Jerami Padi.
4. Melakukan forum group diskusi dengan BPP kelembagaan pelayanan peternakan yang terkait.
5. Menganalisis data secara deskriptif dan dilanjutkan dengan analisis SWOT.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Potensi Lingkungan Kota Pagar Alam Iklim Lingkungan
Kota Pagar Alam Secara Geografis kota Pagar Alam berada pada posisi 030 59’
08” sampai 05515’ 45” Lintang Selatan dan 1030 07’ 00” sampai 1030 27’ 26” Bujur Timur. Sebagai salah satu Kabupaten/ Kota di Provinsi Sumatera Selatan, kota Pagar Alam terletak sekitar 298 km dari Kota Palembang (Ibu Kota Provinsi) serta berjarak 60 km di sebelah barat daya Kabupaten Lahat. Letak Pagar Alam dapat dikatakan persis didalam wilayah Kabupaten Lahat berupa daratan perbukitan yang dibentuk oleh gugusan Bukit Barisan dengan luas wilayahnya mencapai 63.366 Ha (BPS, 2018). Kota Pagar Alam memiliki Curah hujan terendah 200ml bulan juli dan tertinggi 850 bulan desember curah hujan rata rata 508.3333 ml. Suhu harian 240C sd 310C (BKp5K, 2016). Santosa (2005) menyatakan, bahwa suhu ideal untuk pengembangan sapi potong 10 - 27°C dengan kelembaban 60 - 80%. Hal ini menunjukan bahwa Kota Pagar Alam memiliki iklim yang cocok dalam pengembangan usaha sapi potong.
Fasilitas Pendukung
382 Dalam menunjang pelaksanaan program pengembangan kawasan sapi potong Kota Pagar Alam memiliki fasilitas pendukung, yaitu Bidang Peternakan, UPTD Poskeswan, UPTD RPH, dan Pos Kesmavet,
Potensi Sumber Daya Alam Kota Pagar Alam Jenis dan Luas Lahan Hijauan
Menurut Sofyan (2003), hijauan makanan ternak yang dipergunakan untuk ternak ruminansia sebagian besar rumput-rumputan. Pakan ternak dapat dihasilkan dari pakan asal limbah pertanian dan hijauan alami yang tersedia di lahan yang ada.
Limbah pertanian yang dapat digunakan sebagai pakan ternak adalah padi sawah, jagung, kedelai, kacang hijau, kacang tanah, ubi jalar dan ubi kayu. (Angraini dan Putra, 2017).
Tabel 1. Volume Jerami padi sawah di Kota Pagar Alam
Jenis Hijauan Volume BK*
Sawah 6.160 Ha 5.394 ton
Produksi Jerami Jerami 32.340 Ton 28.323,372 ton (Sumber : data primer diolah)
*) BK jerami berdasarkan Basuni et all 2010 (87,58%)
Diwyanto (2002), menyatakan bahwa sumber pakan ternak bukan hanya tanaman yang sengaja ditanam sebagai pakan ternak, namun juga limbah pertanian dan perkebunan. Dengan produksi bahan kering Jerami sebanyak 28.323.372 Kg/
tahun, memudahkan peternak dalam mendapat pakan.
Kapasitas Tampung Ternak
Ma’sum, (1999), menyatakan bahwa faktor yang diperlukan untuk menganalisis kapasitas tampung ternak ruminansia di suatu wilayah adalah dengan menghitung potensi hijauan pakan.
Berdasarkan total populasi, kebutuhan bahan kering ternak ruminansia di Kota Pagar Alam sebanyak 10.445.643 kg/tahun dan kebutuhan Bahan kering ternak sapi 3.116.753,25 kg/tahun. Kapasitas tampung lahan terhadap populasi ternak sapi di
383 asumsikan jika ternak kambing tidak bertambah maka Total ternak sapi yang dapat ditampung adalah sebagaimana tabeL berikut
Tabel 2. Kebutuhan BK Ternak Ruminansia
Jenis Ternak Kebutuhan BK per ekor Populasi Ternak (ekor) Kebutuhan BK
Sapi (3558,75) 5.849 3.116.753,25
Kambing (498,225) 14.710 7.328.889,75
Total 10.445.643
Tabel 3. Kapasitas Tampung ternak
Produksi BK (Kg/th) Kebutuhan BK sapi (Kg/ekor/th) Kapasitas Tampung (UT)
28.323.372 3.558,75 7.958,7978
Tabel 4 Potensi penambahan sapi potong
Produksi BK (Kg/th) Kebutuhan BK sapi (Kg/ekor/th)
Kapasitas Tampung (UT) 28.323.372 – 10.445.643
= 17.877.729
3.558,75 5.023,59
Berdasarkan produksi bahan kering berbasis jerami Kota Pagar Alam memiliki kapasitas tampung ternak sebanyak 7.958,7978 / ekor sapi. Berdasarkan kelebihan produksi bahan kering hijauan 17.877.7292 kg/th, maka KotaPagar Alam dapat menambah populasi ternak sebanyak 5.023 UT/ ekor sapi.
Potensi Sumber Daya Manusia Kota Pagar Alam, Karakteristik Peternakan
Berdasarkan data dan informasi yang didapat selama kegiatan, diperoleh kondisi dan karakteristik peternakan sapi berbasis integrasi Tanaman Pangan Padi di Kota Pagar Alam.
Kota Pagar Alam memiliki populasi ternak sapi sebanyak 5.849 ekor, kambing 14.7107 ekor.
Tabel 5. Populasi ternak sapi Kota Pagar Alam
Jenis Ternak Populasi (ekor)
Sapi 5.849
Kerbau 14.710
(Sumber : BPS 2018)
384 Tabel 6. Kepemilikan sapi potong
Responden Kepemilikan 1-5 ekor Kepemilikan > 5 ekor
Jumlah (org) 23 7
Persentase (%) 76,66% 23,34%
Aziz (1993) dalam menyatakan bahwa pada tingkat pemeliharaan <6 ekor maka dikatagorikan sebagai peternakan sapi potong baru bersifat dimiliki, belum diusahakan, biasanya ternak merupakan status sosial, serta pemasaran yang baru dilakukan apabila ada kebutuhan yang sangat mendesak untuk kepentingan yang bersifat sosial, budaya atau keagamaan.
Jenis sapiyang diusahakan adalah sapi persilangan atau keturunan bs Taurus (simental, limousine) mendominasi 86,67% dan Sapi local PO, Bali 13,33%. Karena peternak memahami sepintas bahwa usaha pengemukan lebih menjanjikan / menguntungkan hasilnya disbanding dengan pembibitan yang memerlukan waktu lama. Sehingga kepemilikan Betina produktif sebagai pembibitan hanya satu atau dua ekor per responden. Namun petani kurang memahami konsekuensi pemilihan bakalan persilangan atau bos Taurus yang memerlukan pemeliharaan intensif dengan pakan berkualtas tinggi.
Tabel 7. Jenis sapi yang diusahan
Jenis sapi Responden Persentase
Sapi Perilangan/Bos taurus 26 86,67%
Sapilokal (PO Bali) 4 13,33%
Sistem pemeliharaan yang dilaksanakan peternak tidak lepas dari kondisi sosial ekonomi peternak. Saat ini di kota Pagar Alam Telah menerapkan Perda yangmengatur bahwa seluruh ternak harus di kandangkan.
Tabel 8. Sistem pemeliharaan
Sistem pemiliharaan Jumlah responden Persentase
Intensif 21 70%
Semi intensif 9 30%
Sebanyak 70 persen ternak sapi dilaksanakan secara intensif berupa pengandangan dan pemberian pakan disediakan secara ad libitum. Dengan
385 dilakukannya sistem pemeliharaan semi intensif, maka pakan yang baik secara kualitas harus disiapkan untuk ternak untuk memenuhi kebutuhan nutrisinya, namun pada kenyataanya sebagian besar peternak di Kota Pagar Alam memberikan pakan jerami plus hijauan rumput sebagai selingan ditambah ampas tahun, sehingga kebutuhan nutrisi tidak terpenuhi dan berpengaruh pada produktifitas sapi potong.
Tabel 9. Mata pencaharian utama
Mata Pencaharian Jumlah responden Persentase
Peternak petani integrasi 17 56,67
Peternak usaha tahu/tempe 11 36,66
Wirasasta lain 2 6,67
Usaha satu satunya 0 -
Berdasarkan hasil penelitian tidak ada beternak sebagai usaha tunggal akan tetapi dilakukan sebagai usaha yang bersifat bersamaan waktu walaupun saat fokus group diskusi petani peternak tetap bersikukuh usaha dilakukan secara serius.
Dipahami bahwa berternak merupakan usaha subtituen untuk peningkatan sumber penghasilan, walaupun dalam perhitungannya peternakan masih lebih mengutungkan disbanding usaha harian mereka. Hal ini menyebabkan konsentrasi fokus pemeliharaan ternak kuran, sehingga berimbas pada hasil produksi dan penjualan ternak yang lebih rendah dari potensi pendapatan yang seharusnya mengingat sebagian besar mengusaha pengemukan.
Tabel 10. Umur peternak
Umur (Tahun) Jumlah responden Persentase
30-45 tahun 21 70
45-60 tahun 7 23,33
> 60 th 2 3,37
Chamdi (2003), menyatakan bahwa semakin muda usia peternak (usia produktif 20 – 45 tahun) umumnya rasa keingintahuan terhadap sesuatu semakin tinggi dan terhadap introduksi teknologi semakin tinggi. Santosa dkk (1979) menyatakan umur 30-60 tahun merupakan umur seseorang untuk melakukan segala sesuatu dengan berfikir dan bertindak secara hati-hati.
386 Berdasarkan hasil kegiatan menunjukkan bahwa Kota Pagar Alam memiliki potensi peternak dengan usia produktif dan akan memberikan pengaruh yang positif dalam mendukung pengembangan usaha ternak sapi potong. Usia produktif sangat penting bagi pelaksana usaha, karena pada usia ini peternak mampu mengkoordinasi dan mengambil langkah-langkah yang efektif bagi kemajuan usahanya.
Tabel 11. Pengalaman beternak
Pengalaman Jumlah Responden Persentase
<5th 8 26.66
5-10 Th 17 56.66
>10 th 5 16.67
Samsudin (1977), menyatakan bahwa dengan bertambahnya tingkat pengalaman diharapkan agar peternak lebih dinamis, aktif, dan terbuka dalam mengadopsi teknologi baru, namun pada kenyataanya, pengalaman berternak belum mempengaruhi keterampilan, keaktifan, dan keterbukaan dalam mengadopsi teknologi sebagian besar peternak di Kota Pagar Alam.
Berdasarkan hasil wawancara kepada responden, faktor yang berpengaruh besar terhadap pola pikir peternak adalah berternak sapi potong merupakan kegiatan sambilan dan tingkat pendidikan, sehingga pola pemeliharaan dalam berternak tidak dapat berkembang dengan baik.
Tabel 12. Pendidikan peternak
Pendidikan Jumlah Persentase
SD 3 52,78
SMP 12 33,33
SMA 9 13,89
PT/S1 6
Rakhmat (2000), menyatakan bahwa pendidikan formal yang tinggi akan membuat seseorang memiliki motivasi yang tinggi dan wawasan yang luas dalam menganalisa suatu kejadian. Salah satu penyebab lambatnya pembangunan peternakan adalah rendahnya tingkat pendidikan peternak sehingga kemampuan mengadopsi teknologi peternakan menjadi rendah.
Pendidikan peternak yang rendah di Kota Pagar Alam berdampak negatif dalam pelaksanaan pengembangan kawasan, karena berkaitan dengan kemampuan seseorang memahami sesuatu.
387 Masukan Teknologi Peternakan
Teknik pengolahan pakan
Untuk mendapatkan pakan yang memenuhi kebutuhan ternak perlu dilakukan beberapa teknik pengolahan yang buasa dkenal dengan fermentasi dan pencampuran bahan pakan yang seuai status fisologis ternak. Menurut Hungatae (1996), peningkatan kuantitas bagian yang dapat dicerna pada pakan yang berkualitas rendah dapat dilakukan melalui perlakuan kimia, fisik dan biologis.
Tabel 13. Penerapan teknik pengolahan pakan
Pengolahan Pakan/Ransum seimbang Jumlah Presentase
Ya 0 0
Tidak 30 100
Santoso (2005), menyatakan bahwa pakan yang diberikan pada ternak diusahakan mengandung zat-zat pakan yang dibutuhkan ternak untuk memenuhi kebutuhan hidup pokok, pertumbuhan, dan reproduksi. Berkaitan dengan hal tersebut, maka pengolahan pakan ternak dapat membantu pemenuhan gizi yang dibutuhkan ternak ditengah ketersediaan kualitas pakan yang buruk.
Masukan teknologi pengolahan pakan tidak diaplikasikan dalam melakukan usaha peternakan oleh seluruh responden yang terdapat di Kota Pagar Alam.
Berdasarkan hasil wawancara kepada responden, hal ini terjadi karena beberapa hal, diantaranya tidak keputusan adopsi inovasi dari proses penyuluhan tidak hanya karena frekuensi tapi karena pertimbangan ekonomis walaupun yang dilakukan oleh penyuluh dan dinas teknis cukup intens karena berternak merupakan usaha sambilan.
Metode perkawinan
Reproduksi menjadi dasar utama untuk menentukan tingkat produksi ternak di dalam peternakan. Reproduktivitas sapi potong yang tinggi merupakan kunci keberhasilan tingginya produksi ternak, terutama berhubungan dengan jumlah anak yang dilahirkan.
388 Tabel 13. Penerapan metode perkawinan
Metode perkawinan Jumlah Persentase
Alami 0 0
IB 22 73.33
Campuran 8 26,67
Masuknya teknik IB sudah ditunjang oleh fasilitas pendukun, yaitu Satuan Pelayanan Inseminasi Buatan Kota Pagar Alam. Inseminasi buatan dapat meningkatkan reproduktivitas ternak dan dapat meningkatkan genetik ternak sapi, sehingga dapat membantu dalam pengembangan usaha peternakan sapi potong yang lebih baik. Satuan Pelayana Inseminasi Buatan sudah berjalan baik, dengan melakukan pelayanan IB kepada peternak yang terdapat di Kota Pagar Alam.
Analisi Faktor Internal Eksternal
Komponen yang menjadi kekuatan dalam pengembangan sapi potong di Kota Pagar Alam, yaitu daya tampung ternak tinggi dengan skor (0,643) dengan potensi dalam penambahan populasi ternak sapi potong sebanyak 5.023,59 UT. Komponen yang menjadi kelemahan, yaitu berternak yang merupakan usaha sambilan dengan skor (0,232), sehingga hasil produksi yang dihasilkan rendah.
Tabel 14. Matriks evaluasi faktor internal
Faktor Internal Bobot Ranking Skor
Kekuatan Umur peternak 0.072 2 0.144
Iklim dan kondisi mendukung 0.144 4 0.576
Pengalaman 0.137 3 0.411
Daya tampung ternak tinggi 0.162 4 0.648 Jenis hijauan dan limbah pertanian 0.104 4 0.416 Kelemahan Rendahnya pendidikan peternak 0.127 2 0.254 Rendahnya pengetahuan peternak 0.139 3 0.417 Beternak masih merupakan sambilan 0.115 2 0.230
Total 3.096
389 Tabel 15. Matriks evaluasi faktor eksternal
Faktor Eksternal Bobot Ranking Skor Peluang Masukan Teknologi IB 0.135 4 0.54
Kebijakan Pemerintah 0.224 4 0.896
Fasilitas pendukung 0.241 4 0.964
Ancaman Belum diterapkannya Teknologi pakan
0.19 1 0.19
Pola Peternakan Tradisional 0.21 2 0.42 Total
Faktor peluang yang menjadi komponen penting dalam pengembangan sapi potong di Kota Pagar Alam a dalah tersedianya fasilitas pendukung dalam pengembangan sapi potong dengan skor (0.964). Ancaman terbesar dalam pengambangan peternakan sapi potong, yaitu belum diterapkannya teknologi pakan dengan skor (0,190) yang membuat kurangnya terapan teknologi peternakan, sehingga menghasilkan produksi yang tidak optimal.
Strategi Pengembangan Peternakan Sapi Potong di Kota Pagar Alam Strategi S-O
Strategi Pilihan yang dapat dilakukan yaitu mengoptimalkan sumberdaya lahan dan peran fasilitas pendukung untuk penguasaan teknologi peternakan dan perluasan informasi dengan melibatkan peran aktif pemerintah dalam hal ini penyuluh pertanian petugas fungsional peternakan pengawas mutu pakan.
Strategi W-O
Strategi terpilih yang dapat dilakukan, yaitu dengan menyiapkan lahan khusus peternakan, meningkatkan motivasi dan partisipasi peternak dalam hal kemampuan teknis budidaya dengan mengadopsi teknologi peternakan yang inovatif melalui peran pemerintah khususnya fasilitas pendukung. Pemberian modal usaha untuk peningkatan skala usaha yang lebih besar.
Strategi S-T
Strategi pilihan yang didapat, yaitu dengan meningkatkan kualitas sumber daya manusia melalui peran pemerintah dengan penyuluhan dalam memanfaatkan sumber daya alam secara baik serta menyerap masukan teknologi dan menuju peternakan yang modern.
390 Strategi W-T
Pilihan strategi pengembangan peternakan sapi potong yang dapat dilakukan, yaitu mengoptimalkan kemampuan teknis budidaya, penguasaan teknologi pengolahan pakan melalui penyuluhan dan pelatihan yang melibatkan pemerintah yang tersedia di Kota Pagar Alam.
KESIMPULAN DAN SARAN Simpulan
Berdasarkan hasil kegiatan maka simpulan dalam kegiatan ini sebagai berikut:
1. Kota Pagar Alam memiliki potensi lingkungan peternakan yang baik, dilihat dari iklim lingkungan baik dari segi curah hujan, suhu maupun kelembaban serta memiliki fasilitas pendukung peternakan seperti UPTD yang membantu dalam pengembangan sapi potong.
2. Terdapat potensi sumber daya alam (SDA) yang baik dalam pengembangan peternakan sapi potong dengan memiliki jenis hijauan pakan yang cukup dengan basis jerami adi sebagai hasil utama integrasi dengan tanaman pangan padi dan masih dapat dilakukan penambahan sapi potong sebanyak 5.023 ekor.
3. Kurang baiknya potensi sumber daya manusia (SDM) dalam pengembangan peternakan sapi potong. Tingkat pendidikan, pengetahuan yang rendah dari para peternak utamanya masalah pakan.
4. Memiliki potensi masukan teknologi terapan yang kurang baik dalam pengembangan peternakan sapi potong. Tidak adanya penerapan teknik pengolahan pakan ternak akan tetapi strategi pilihan bhanya berbasis pengemukan atau fattening yang kurang didukung dengan penyediaan bibit bersumber dari kota Pagar Alam karena mayoritas bibit berasal dariluar pagar alam.
5. Strategi yang dapat diterapkan di Kota Pagar Alam yaitu, meningkatkan peran aktif pemerintah untuk memberikan pengetahuan peternak dalam hal budidaya sapi potong khususnya penerapan teknologi pengolahan pakan ternak yang inovatif melalui penyuluhan dan pelatihan-pelatihan pembuatan pakan olahan serta perlu adanya bantuan dalam bentuk modal untuk peningkatan skala usaha ternak sapi potong.
391 Saran
Berdasarkan hasil kegiatan yang dilakukan, maka dapat disarankan untuk meningkatkan peran Unit Pelaksana Tugas Dinas (UPTD) BPP dalam menyadarkan dan memotivasi peternak untuk mengarahkan usaha peternakan sapi potong menjadi usaha yang berkembang, mandiri dan memiliki nilai ekonomis. meningkatkan penyuluhan dan pelatihan penerapan teknik pengolahan pakan dalam upaya meningkatkan hasil produksi sapi potong.
REFERENSI
Angraini, N dan Putra, RA, 2017, Analisis Potensi Wilayah Dalam Pengembangan Peternakan Sapi Potong di Kecamatan Sijunjung Kabupaten Sijunjung Jurnal AGRIFO Vol. 2 No. 2 November 2017
Aziz, M. A. 1993. Agroindustri Sapi Potong. Prospek Pengembangan pada PJPT II.
PT. Insan Mitra Satya. Jakarta.
Basuni et al. 2010. Sistem integrasi padi sapi potong di lahan sawah. JurnalIPTEK Tanaman Pangan. Vol 5 No1,
BKP5K. 2016. Programa Penyuluhan Pertanian Kota Pagar Alam 2019.
BPS. 2020. Ogan Komering Ilir Dalam Angka. Pupblikasi Kantor Badan Pusat StatistikKabupaten Ogan Komering Ilir.
Chamdi, A. N. 2003. Kajian Profil Sosial Ekonomi Usaha Kambing di Kecamatan Kradenan Kabupaten Grobogan. Prosiding Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. Bogor 29 -31 September 2003. Bogor; Puslitbang Peternakan Departemen Pertanian. 312-315.
Diwyanto, K. 2002. Pemanfaatan Sumberdaya Lokal dan Inovasi Teknologi dalam Mendukung Pengembangan Sapi Potong di Indonesia. Orasi APU .Badan Litbang Pertanian
Gufoni, A.R dan Ibrahim T (2005) Aplikasi Teknologi Model Model Pengembangan1Sistem Integrasi Peternakan Perkebunan Di Kalimantan Barat Hungate, R.E. 1996. The Rumen and Its Microbes. Academic Press. New York and
London.
Ma’sum, M., 1999. Kemungkinan Pengunaan Data Satelit untuk Mengestimasi Produksi Pakan Ruminansia. Pusat Kegiatan dan Pengembangan Peternakan.
Badan Kegiatan dan Pengembangan Pertanian. Deptan. Bogor.
392 Palabiran. 2012. Sistem Pemeliharaan Sapi Potong. Penebar swadaya. Jakarta.
Rakhmat, J. 2000. Psikologi Komunikasi. Remaja Rosdakarya. Bandung.
Samsudin, U. 1977. Dasar-dasar Penyuluhan dan Modernisasi Pertanian. Binacipta.
Bandung.
Santoso, U. 2005. Tata Laksana Pemeliharaan Ternak Sapi. Penebar Swadaya.
Jakarta
Santosa, U., Kusnadi., K, Suradisastra dan S, Sitorus. 1979. Analisa UsahaPeternakan Sapi Perah di Daerah Jalur Susu Jawa Tengah dan Jawa Timur. Buletin Lembaga Pertanian. Jakarta
Sofyan, I., 2003. Kajian Pengembangan Bisnis Pengusahaan Kebun Rumput Gajah untuk Penyediaan Pakan pada Usaha Penggemukan Sapi Potong PD. Gembala Kabupaten Garut Jawa Barat.