• Tidak ada hasil yang ditemukan

STRATEGI PENGHIDUPAN BERKELANJUTAN (SUSTAINABLE LIVELIHOOD) MASYARAKAT PASCA PERUBAHAN PERUNTUKAN KAWASAN HUTAN

N/A
N/A
Zani

Academic year: 2023

Membagikan "STRATEGI PENGHIDUPAN BERKELANJUTAN (SUSTAINABLE LIVELIHOOD) MASYARAKAT PASCA PERUBAHAN PERUNTUKAN KAWASAN HUTAN"

Copied!
30
0
0

Teks penuh

PUBLIKASIKAN PERUBAHAN PENEMPATAN KAWASAN HUTAN LINDUNG KE KAWASAN PENGGUNAAN LAIN DI KABUPATEN TINGGIMONCONG KABUPATEN GOWA. Puji dan puji syukur kami panjatkan hanya kehadirat Tuhan Yesus sang Pemilik Kehidupan, yang senantiasa memberkati dan melimpahkan kehidupan dan kesehatan, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi ini dengan judul “STRATEGI PENGHIDUPAN BERKELANJUTAN BAGI MASYARAKAT SETELAH PERUBAHAN TUJUAN PELAYANAN” KAWASAN HUTAN KE KAWASAN PENGGUNAAN LAIN DI KABUPATEN TINGGIMONCONG KABUPATEN GOWA'. Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam proses penelitian hingga selesainya tugas ini.

Yusran, S.Hut., M.Si., IPU selaku dosen pembimbing yang senantiasa memberikan bimbingan, bimbingan dan perhatian secara berkesinambungan selama penelitian berlangsung hingga selesainya disertasi ini. Teman-teman UPT KPH Jeneberang yang juga banyak memberikan dukungan dan bantuan selama penelitian dan penyelesaian skripsi ini. Dengan segala rasa hormat dan terima kasih yang setulus-tulusnya, penulis persembahkan disertasi ini kepada suami tercinta, Ir.

Penulis memahami bahwa penyusunan dan penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna dan penuh dengan kekurangan, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi pengembangan skripsi ini. Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang membutuhkan, khususnya penulis sendiri. Strategi Penghidupan Masyarakat Berkelanjutan Pasca Perubahan Peruntukan Kawasan Hutan Konservasi Menjadi Areal Penggunaan Lain di Kecamatan Tinggimoncong Kabupaten Gowa (dibimbing oleh Supratman dan Yusran).

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis keadaan aset penghidupan yang dimiliki dan dapat diakses oleh masyarakat, serta menganalisis strategi penghidupan berkelanjutan masyarakat berbasis aset.

PENDAHULUAN

  • Latar Belakang
  • Rumusan Masalah
  • Tujuan Penelitian
  • Manfaat Penelitian

Saat ini dan di masa depan, kecenderungan tuntutan perubahan peruntukan, fungsi dan penggunaan kawasan hutan untuk tujuan di luar fungsi kehutanan akan terus berlanjut, sesuai dengan dinamika pembangunan nasional, perubahan sosial dan kemajuan teknologi. Keterbatasan lahan yang dimiliki masyarakat sekitar hutan akan mempengaruhi kondisi hutan disekitarnya. Masyarakat bergantung pada hutan di sekitar pemukiman mereka untuk memenuhi kebutuhan mereka yang terus meningkat.

Perubahan pemanfaatan atau konversi kawasan hutan untuk keperluan infrastruktur seperti jalan dan fasilitas umum lainnya di beberapa negara pada awalnya menggunakan peningkatan kesejahteraan dan akses masyarakat sebagai alasannya. Namun seiring berjalannya proses pembangunan, pihak yang paling diuntungkan dari penyediaan infrastruktur adalah korporasi yang melakukan kegiatan ekstraktif di kawasan hutan. Deforestasi dan konversi kawasan hutan menjadi ancaman bagi upaya penurunan laju deforestasi di Sulawesi Selatan.

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan mengeluarkan Surat Keputusan (SC) tentang perubahan peruntukan kawasan hutan menjadi kawasan non hutan, dan perubahan fungsi kawasan hutan di Sulawesi Selatan dengan nomor: SK.362/Menlhk/Setjen/PLA.0/ 5/2019. Dari total usulan Pemprov Sulsel seluas 300.000 Ha, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan menampung kurang lebih 91.337 Ha kawasan hutan di Provinsi Sulsel untuk dilepas atau diubah menjadi kawasan non hutan. SK.362/Menlhk/Setjen/PLA.0/5/2019 dimana sebagian kawasan hutan konservasi berubah peruntukannya menjadi Areal Penggunaan Lain (APL) yang tersebar di 5 kota/kelurahan.

Hal inilah yang menarik perhatian peneliti untuk melakukan survei mengenai strategi penghidupan masyarakat berkelanjutan pasca rezonasi kawasan hutan konservasi menjadi areal penggunaan lain di Kecamatan Tinggimoncong, Kabupaten Gowa. Bagaimana status mata pencaharian masyarakat pasca dilakukannya rezonasi kawasan hutan konservasi menjadi areal penggunaan lain di Kecamatan Tinggimoncong Kabupaten Gowa. Analisis Status Mata Pencaharian Milik Masyarakat dan Mata Pencaharian Masyarakat Pasca Rezonasi Kawasan Hutan Konservasi Menjadi Areal Penggunaan Lain di Kecamatan Tinggimoncong Kabupaten Gowa.

Menganalisis strategi penghidupan masyarakat berbasis aset berkelanjutan untuk meningkatkan penghidupan dan melestarikan lingkungan sekitar areal pemanfaatan lain di Kecamatan Tinggimoncong Kabupaten Gowa. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi dan informasi ekonomi bagi pelaku usaha di Kecamatan Tinggimoncong Kabupaten Gowa dalam pengembangan industri kreatif pasca perubahan peruntukan Kawasan Konservasi Hutan di APL. Selain itu, penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan referensi dan informasi bagi pemerintah dan lembaga terkait dalam merumuskan konsep pembangunan desa berbasis penghidupan berkelanjutan untuk meningkatkan kesejahteraan dan kualitas hidup masyarakat serta pemanfaatan sumber daya alam secara berkelanjutan. sumber daya alam. .

TINJAUAN PUSTAKA

  • Hutan Konservasi
  • Perubahan Fungsi Kawasan Hutan
  • Areal Penggunaan Lain
  • Aset Penghidupan
    • Modal Manusia
    • Modal Alam
    • Modal Sosial
    • Modal Finansial
    • Modal Fisik
  • Strategi Penghidupan Masyarakat
  • Kerangka Pikir Penelitian

Nurrochmat dkk (2012) menyatakan bahwa adanya konflik yang berujung pada perambahan dan kerusakan kawasan hutan lindung dapat dilihat dari berbagai sudut pandang seperti faktor lemahnya pengendalian, sejarah pemukiman/pendudukan, hak adat masyarakat lokal, jumlah penduduk, pertumbuhan, investor, peningkatan aksesibilitas karena pembangunan jalan dan infrastruktur pendukung, lemahnya bantuan masyarakat dalam mengakses pasar, permodalan dan infrastruktur pendukung kegiatan produktif. Sesuai dengan UU No. 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan, pada Pasal 19 dikenal istilah konversi sebagai perubahan peruntukan dan fungsi kawasan hutan; Perubahan peruntukan kawasan hutan terjadi melalui proses perubahan kawasan hutan dan pelepasan kawasan hutan. Alih fungsi kawasan hutan yang terjadi melalui perubahan peruntukan kawasan hutan ditujukan untuk menunjang kepentingan di luar kehutanan (pertanian, perkebunan, migrasi, pembangunan wilayah, dan kawasan nonhutan lainnya).

Konversi kawasan hutan juga dapat dilakukan melalui perubahan fungsi hutan, namun tanpa mengurangi luas kawasan hutan, misalnya untuk keperluan pengembangan hutan (kawasan hutan alam/hutan tanaman, hutan pendidikan/penelitian). Faktor yang menarik untuk dikaji adalah persoalan perubahan (pemindahan) kawasan hutan, untuk menghindari kerusakan kawasan hutan. Menurut Peraturan Menteri Kehutanan Nomor 14 Tahun 2011 tentang Izin Pemanfaatan Kayu, Areal Penggunaan Lain (APL) adalah kawasan di luar kawasan hutan yang dikuasai masyarakat.

Istilah APL sendiri muncul karena adanya pembedaan atau klasifikasi kawasan hutan dan non hutan. Kedudukan Kawasan Penggunaan lain dalam Perencanaan Tata Ruang dan Wilayah mempunyai fungsi yang berbeda dengan fungsi kawasan hutan yang dilaksanakan untuk memenuhi tuntutan dan dinamika pembangunan nasional serta aspirasi masyarakat dengan tetap bertumpu pada: 1. Kawasan Penggunaan Lain itu sendiri berfungsi sebagai tempat tinggal, pembangunan, prasarana dan segala sesuatu di luar fungsi kawasan hutan.

Gambar 1 menyoroti pentingnya memahami berbagai kondisi kehidupan rumah tangga dan jenis aset yang mendukungnya. Tenaga kerja sebagai aset rumah tangga harus bebas dari berbagai penyakit atau gangguan kesehatan yang dapat menurunkan produktivitas (Ellis, 2000). Pada dasarnya modal manusia tidak hanya berupa ukuran rumah tangga dan ketersediaan tenaga kerja, namun mencakup aspek keterampilan, pendidikan, pengetahuan, pengalaman, kreativitas dan kesehatan yang memungkinkan penduduk menerapkan berbagai jenis strategi penghidupan dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya. kebutuhan.

Modal sosial merupakan sumber daya sosial yang berguna dan digunakan oleh masyarakat untuk mencapai tujuan penghidupannya. Menurut Ellis (2000), modal finansial mengacu pada rumah tangga yang memiliki akses terhadap sumber modal finansial, terutama tabungan dan akses terhadap kredit dalam bentuk pinjaman. Mata pencaharian didefinisikan sebagai aset dan aktivitas yang diperlukan untuk menjalani kehidupan dalam rumah tangga.

Strategi komunitas pada setiap rumah tangga mencerminkan keterlibatan rumah tangga tersebut dalam suatu kegiatan ekonomi (Ibrahim et al, 2020). Kerangka pemikiran dalam penelitian ini dari aspek mikro terdiri dari konteks (masyarakat sekitar areal pemanfaatan lain di Kecamatan Tinggimoncong), sumber penghidupan (kepemilikan aset) dan strategi penghidupan (livelihood strategi) rumah tangga pada masyarakat sekitar areal pemanfaatan lain di Kecamatan Tinggimoncong . .

Gambar 1. Pentagon Aset (sumber: DFID, 2001)
Gambar 1. Pentagon Aset (sumber: DFID, 2001)

Gambar

Gambar 1. Pentagon Aset (sumber: DFID, 2001)
Gambar 2. Kerangka Pikir Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Keputusan Menteri tentang perubahan peruntukan kawasan hutan untuk wilayah provinsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 31 ayat (7) diintegrasikan oleh gubernur dalam revisi rencana

Strategi yang direkomendasikan dalam rangka mewujudkan penghidupan berkelanjutan di Desa Buntu melalui peningkatan kapasitas/ ketrampilan dan permodalan bergulir bagi masyarakat,