STRUKTUR DAN FUNGSI MANTRA SILAT
DI NAGARI IV KOTO MUDIAK KECAMATAN BATANG KAPEH Oleh:
, ,
1) Mahasiswa STKIP PGRI Sumatera Barat
2) dan 3) Dosen Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia STKIP PGRI Sumatera Barat
Email: [email protected]
ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan untuk melestarikan sastra lisan mantra silat agar tidak hilang di tengah-tengah masyarakat, khususnya di Nagari IV Koto Mudiak Kecamatan Batang Kapeh Kabupaten Pesisir Selatan. Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan struktur teks mantra silat, mendeskripsikan aspek pendukung pembacaan mantra silat, proses pewarisan mantra silat, dan fungsi mantra silat. Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan menggunakan metode deskriptif. Informan penelitian ini adalah tiga orang pewaris aktif mantra silat. Data dikumpulkan melalui teknik observasi atau pengamatan, studi pustaka, wawancara, dan pencatatan data.
Penelitian ini mendeskripsikan struktur teks mantra silat yang terdiri atas pembukaan, isi, dan penutup. Aspek pendukung pembacaan mantra silat terdiri atas: (1) waktu pembacaan mantra; (2) tempat pembacaan mantra; (3) cara pembacaan mantra; (4) pelaku pembacaan mantra; (5) perlengkapan pembacaan mantra; (6) pakaian pembacaan mantra; dan (7) peristiwa atau kesempatan pembacaan mantra.
Proses pewarisan mantra silat adalah dengan masuk perguruan dari ketiga silat tersebut, kemudian menjalani masa latihan pertama selama seminggu. Kemudian menyiapkan seekor ayam, keris, bawang merah dan bawang putih, cabe, beras 1 liter, dan uang sebanyak RP. 200.000 setelah itu baru orang tersebut dapat mengambil mantra silat harimau, silat kumango, dan silat lintau dari guru silat tersebut. Fungsi mantra dalam kegiatan seni bela diri silat tersebut adalah pamaga diri anggota silat, sasaran (tempat latihan) silat, dan guru silat agar anggota dan guru silat tidak mengalami cidera pada saat kegiatan seni bela diri silat, serta kegiatan silat tersebut dapat berjalan dengan lancar.
Kata Kunci: struktur, fungsi, mantra silat
STRUCTURE AND FUNCTION MANTRA SILAT IN NAGARI IV KOTO MUDIAK DISTRIC OF BATANG KAPEH
By
, ,
1) Students STKIP PGRI West Sumatera
2) and 3) Lecturer Language Study Program and Literature Indonesia STKIP PGRI West Sumatra
Email: [email protected]
ABSTRACT
This study was done to preserve the oral literature martial mantra that is not lost in the midst of society, especially in Nagari Koto Mudiak IV District of Batang Kapeh South Coastal District. The purpose of this study is to describe the structure of text spells martial arts, describing the supporting aspects of martial incantations, spells inheritance process martial arts, and martial spells function. The research is a qualitative study using descriptive methods. The informants are three active heir martial spells. Data was collected through observation or observation, library research, interviews, and recording data.
This study describes the structure of the text spells martial consisting of opening, content, and cover. Supporting aspects of martial incantations consists of; (1) time incantations; (2) where incantations; (3) how incantations; (4) the perpetrator incantations; (5) equipment incantations; (6) clothing incantations; and (7) the event or occasion incantations.
Martial spells inheritance process is to enter the college of the three martial arts, then serving his first practice during the week. Then prepare a chicken, a dagger, onion and garlic, chili, rice 1 liter, and as much money as RP. 200,000 after that the person can take the spell t iger silat, silat Kumango, and martial Lintau of the martial arts teacher. Function spells in activities martial art Silat is pamaga themselves members of martial arts, the target (the gym) martial arts, and martial arts teacher for members and martial arts teacher was not injured during the times of martial arts martial arts, as well as the activities of martial can proceed smoothly.
Keywords: structure, function, mantra silat
A. PENDAHULUAN
Salah satu jenis sastra lisan adalah mantra. Mantra merupakan salah satu sastra lisan tertua di Minangkabau yang diwarisi dari mulut kemulut. Mantra adalah bunyi, suku kata, kata, atau sekumpulan kata-kata gaib yang dianggap mampu menciptakan perubahan suatu hal, kata-kata gaib pada mantra dapat mewujudkan hal-hal yang diinginkan oleh seseorang yang membaca mantra.
Pada masa dahulu, mantra sudah menjadi tradisi bagi masyarakat Minangkabau. Dalam setiap kegiatan atau pun acara masyarakat tidak terlepas dari mantra. Pada masa dahulu, masyarakat mempercayai dukun secara tradisional, dimana masyarakat percaya bahwa mantra yang diucapkan oleh dukun memiliki kekuatan yang mengabulkan semua hal, selain itu dukun juga dianggap seseorang yang memiliki ilmu dan kesaktian. Mantra tidak hanya digunakan oleh dukun saja, tetapi mantra juga digunakan dalam kegiatan seni bela diri silat di suatu nagari. Silat merupakan seni bela diri tradisional yang berasal dari Indonesia. Di Minangkabau silat juga mempunyai aliran dan ciri khas tersendiri, ada yang namanya silat kumango, silat lintau, silat harimau, dan lain sebagainya.
Namun pada saat sekarang ini tradisi seni bela diri silat kurang mendapat perhatian masyarakat, terutama oleh generasi muda. Mereka cendrung menyukai seni bela diri negara asing.
Perkembangan zaman dan juga tekhnologi mengakibatkan terjadinya pergeseran nilai-nilai budaya, khususnya pada masyarakat Nagari IV Koto Mudiak, Kecamatan Batang Kapeh. Hal ini terlihat dari hasil observasi lapangan yang dilakukan pada tanggal 02 Maret 2015 di Nagari IV Koto Mudiak, Kecamatan Batang Kapeh, Kabupaten Pesisir Selatan. Hasilnya yaitu banyak generasi muda yang cendrung menyukai seni bela diri asing seperti, taekwondo, karate, dan lain sebagainya.
Berkurangnya apresiasi masyarakat terhadap seni bela diri silat juga mengakibatkan berkurangnya pengetahuan masyarakat terhadap seni bela diri silat.
Bahasa dalam mantra berbeda dari bahasa komunikasi sehari-hari. Bahasa mantra dipilih sedemikian rupa sehingga dapat menggambarkan maksud dan tujuan pembacaannya. Menurut Djamaris (1990:20), mantra itu tidak lain daripada suatu gubahan bahasa yang diresapi oleh kepercayaan kepada dunia gaib dan sakti. Gubahan bahasa dalam mantra itu mempunyai seni kata yang khas pula. Kata-kata mantra dipilih secermat-cermatnya. Kalimat mantra tersusun dengan rapi, bagitu pula dengan iramanya. Isi mantra dipertimbangkan sedalam-dalamnya. Amir (2013:67) menyatakan bahwa mantra didaraskan seseorang pada tempat tertentu, teksnya juga tertentu, lafalnya tidak jelas, kekuatan magis implisit di dalamnya, dan ada akibat riil atas pelaksanaannya.
Di luar dunia sastra yang dinilai bukanlah bentuk teks atau bagaimana mantra itu diucapkan. Yang dinilai adalah mangkus (efektif) atau tidak mangkusnya mantra itu.
Menurut Sukatman (2009:62), berdasarkan sifat dan akibatnya terhadap kehidupan manusia, mantra dikelompokkan menjadi mantra kejahatan (mantra ilmu hitam) ialah mantra yang dapat mendatangkan celaka dan memperdaya orang lain karna sakit hati, mantra kebaikan (mantra ilmu putih) di antaranya mantra yang bertujuan untuk menguasai jiwa orang lain, agar disayang, agar perkasa, awet muda, dan lain-lain. Berdasarkan unsur magisnya, mantra dikelompokkan menjadi mantra syirik (mantra yang penggunanya bersekutu dengan setan) dan mantra tauhid (mantra yang penggunanya percaya kepada Tuhan). Mantra dalam kajian antropologi merupakan bagian dari magi. Firth (dalam Ahmadi (1986:145) mendefenisikan bahwa mantra memiliki tujuan: a) produktif (bertujuan menghasilkan, menambah kemakmuran, dan kebahagiaan seseorang); b) protektif (bertujuan melindungi sesuatu dari hal-hal yang berbahaya atau merugikan); dan c) desktruktif (bertujuan menimbulkan kerusakan, kesusahan, dan bencana).
Mengenai struktur mantra, Soedjijono (1987:34) menyatakan bahwa struktur teks mantra mencakup pembukaan (pengenalan) pada bagian ini dimulai dengan kata-kata penghormatan kepada zat yang bersifat berkuasa, yang mampu berbuat dan mencipta. Gagasan utama (isi) berisi permintaan untuk meminta zat atau kekuatan gaib yang disembah dipercayai untuk mengabulkan sesuatu yang dimintanya, dan penutup (bagian akhir) berisi permohonan agar mantra yang dibaca pemantra itu mangkus.
Menurut Udin (1998:4), fungsi mantra adalah sebagai berikut. Pertama, mantra berfungsi untuk memperkuat mental dan percaya diri. Kedua, pembacaan mantra dapat memberikan rasa aman di lingkungan yang memungkinkan adanya marabahaya. Ketiga, pembacaan mantra bagi orang yang percaya dipercayai dapat mengusir roh jahat yang mengganggu kehidupan manusia.
Keempat, mantra dapat dijadikan pelengkap cara untuk mengobati orang sakit.
Mantra juga dimiliki oleh masyarakat Nagari IV Koto Mudiak, Kecamatan Batang Kapeh, Kabupaten Pesisir Selatan. Salah satu jenis mantra yang masih ada sampai sekarang adalah mantra silat. Berdasarkan sifat dan akibatnya terhadap kehidupan manusia, mantra silat dikelompokkan pada mantra kebaikan (mantra ilmu putih) di antaranya, yaitu mantra yang bertujuan agar kuat dan perkasa. Berdasarkan unsur magisnya, mantra silat dikelompokkan kepada jenis mantra yang merupakan permohonan kepada Tuhan yang bertujuan untuk membuat tubuh menjadi kuat dan perkasa.
Mantra silat dalam kajian antropologi merupakan bagian dari keyakinan magis (cara memengaruhi suatu kejadian menurut kehendak seseorang dengan menggunakan kekuatan-kekuatan gaib dari alam atau makhluk halus). Mantra ini tergolong kepada magi protektif, yakni yang bertujuan untuk melindungi sesuatu dari hal-hal berbahaya atau merugikan.
Berdasarkan uraian di atas, tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan struktur teks mantra silat, aspek pendukung pembacaan mantra silat, fungsi mantra silat, dan proses pewarisan mantra silat di Nagari IV Koto Mudiak, Kecamatan Batang Kapeh, Kabupaten Pesisir Selatan, Provinsi Sumatra Barat.
B. METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan metode deskriptif. Menurut Moleong (2010:6), penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian, misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 26 Juli bertempat di Nagari IV Koto Mudiak, Kecamatan Batang Kapeh. Target dalam penelitian ini adalah mendeskripsikan struktur teks mantra silat, aspek pendukung pembacaan mantra silat, fungsi mantra silat, dan proses pewarisan mantra. Instrumen utama dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri, dan dibantu dengan lembaran pedoman wawancara, alat perekam, dan dilengkapi dengan alat tulis. Adapun langkah- langkah yang digunakan untuk menganalisis data adalah sebagai berikut: (1) mentranskripkan data hasil rekaman ke dalam bahasa tulis dan menyuntingnya sehingga menjadi bentuk sastra tulis dalam bahasa daerah bersangkutan; (2) menerjemahkankan kedalam bahasa Indonesia; (3) mengklasifikasikan data dan menganalisis data sesuai dengan tujuan peneliti berdasarkan teori-teori yang relevan; (4) menulis laporan berdasarkan hasil penelitian; dan 5) membuat kesimpulan berdasarkan hasil penelitian.
C. HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan wawancara dilakukan pada tanggal 26 Juli 2015 di rumah masing-masing informan, diperoleh tiga bacaan mantra silat yang berbeda, namun memiliki tujuan yang sama, seperti dibawah ini:
Informan I (Sainal) Kato Tagak
Bismillahirrahmanirrahim Bismillah namo tegakku Alhamdulillah namo tegakku Alhamdulillah namo sambuik Allah namo tangkok
Allahu pembunuh Allahu Akbar
Kato Tahan
Bismillahirrahmanirrahim
Hai tanjam sadang dalam Lailahaillah
Hai limbago insan yang berpeti Ya huma berbaju Besit tiada yang lain di dalam jubah
Melainkan Allah
Kato kunci
Bismillahirrahmanirrahim Pado aku Allah nan mangatam Muhammad nan mangunci kunci Allah kunci Muhammad kunci
Bagindo Rasulullah barakatiah Illahaillah
Kato Tenju
Bismillahirrahmanirrahim Anna mindula gara-gara lam Minduri ramulo
Alam tajadi pado aku
kan aku banamo Nur Muhammad sabanonyo Huallah
Lapeh Tangan
Bismillahirrahmanirrahim Si lacuik namo tangan aku Si gambure namo tenju aku Api-api tabang sakawan Sadare-dare aku pai satantang Lawan datang, in kato
Allah ina Muhammad Digunda kato Allah ta’ala
Kato Mandi
Bismillahirrahmanirrahim mandi aku mandi aras Mandi tubuh sarato nyawa Aku mandi sarato Allah
Terjemahan Kata Tegak
Bismillahirrahmanirrahim Bismillah nama tegakku Alhamdulillah nama sambut Allah nama tangkap Allahu pembunuh Allahu Akbar
Kata Tahan
Bismillahirrahmanirrahim
Hai tanjam sedang dalam Lailahaillah
Hai limbago Insan yang berpeti Ya huma berbaju Besit tiada yang di dalam jubah
Melainkan Allah
Kata Kunci
Bismillahirramanirrahim Pada aku Allah yang mangetam Muhammad yang mengunci kunci Allah kunci Muhammad kunci
Baginda Rasulullah berkat Laillahaillah
Kata Tinju
Bismillahirrahmanirrahim Anna mindula gara-gara lam Minduri ramulo
Alam terjadi pada aku
kan aku bernama Nur Muhammad sebenarnya Huallah
Lepas Tangan
Bismillahirrahmanirrahim Si lacuik nama tangan aku Si gambure nama tinju aku Api-api terbang sekawan Sadare-dare aku pergi sejajar Lawan datang, in kata Allah ina Muhammad Digunda kata Allah ta’ala
Kata Mandi
Bismillahirrahmanirrahim mandi aku mandi aras Mandi tubuh serta nyawa Aku mandi serta Allah
Informan II (Jamaris) Kato Tagak
Bismillahirrahmanirrahim Bismillah namo tegakku Alhamdulillah namo tegakku Alhamdulillah namo sambuik Allah namo tangkok
Allahu pembunuh Allahu Akbar
Terjemahan
Bismillahirramanirrahim Bismillah nama tegakku Alhamdulillah nama sambut Allah nama tangkap Allahu pembunuh Allahu Akbar
Informan III (Imam Nasir) Dua Kalimat Syahadat Bismillahirrahmanirrahim Asyhadu an-laa ilaaha illallah
Waa asyhadu anna Muhammadan Rasuulullah
Al Fatihah
Bismillahirrahmanirrahim Alhamdulillahi Rabbil alamin Arrahmanirrahim
Maaliki yaumiddin
Iyyaka nabudu waiiyaka nastain Ihdinasirrathal mustaqim
Shirratallazina an’amta alaihim ghairil Maghduubi alaihim waladdhalin
Surat Al Ikhlas
Bismillahirrahmanirrahim Qul huwa allahu ahad Allah hu samad
Lam yalid walam yulad
Wa lam yakunlahu kufuwan ahad
Doa selamat
Bismillahirrahmanirrahim Rabbana atina fiddunya hasanah Wafil akhiroti hasanah
Wa qina adza bannar
Terjemahan
Dua Kalimat Syahadat
Aku bersaksi tiada Tuhan selain Allah
Dan aku bersaksi bahwa Nabi Muhammad utusan Allah
Al Fatihah
Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam Maha pemurah lagi maha penyayang Yang menguasai di hari pembalasan Hanya Engkaulah yang kami sembah
Dan hanya kepada Engkaulah kami meminta pertolongan Tunjukilah kami jalan yang lurus
Yaitu jalan orang-orang telah Engkau beri nikmat kepada mereka Bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan
Bukan (pula jalan) mereka yang sesat
Al Ikhlas
Katakanlah: Dia-lah Allah, Yang Maha Esa
Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu Dia tidak beranak dan tidak pula diperanakkan
Dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia
Doa Selamat Wahai Tuhan kami
Anugrahkanlah kepada kami di dunia Dan kebaikan di akhirat
Serta peliharalah kami dari api neraka
Dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia
Dari ketiga mantra silat di atas memiliki perbedaan, namun maksud dan tujuannya sama, yaitu sebagai pamaga atau untuk melindungi guru silat, anggota silat, dan sasaran silat. Namun yang berbeda adalah cara masing-masing guru dan anggota silat membacakan mantranya saat acara silat dimulai dan aspek yang mereka gunakan. Struktur teks mantra silat, yaitu pembukaan dari ketiga mantra di atas selalu diawali dengan membaca kalimat bismillahirrahmaniirrahiim karena pemilik mantra yakin setiap amal perbuatan yang diawali dengan basmallah akan mendapat ridha Allah Swt. Kemudian ada yang membaca ayat pendek, ada yang juga langsung membacakan isi mantranya. Selanjutnya isi mantra, ketiga informan terdapat perbedaan, namun memiliki tujuan yang sama memohon kepada Allah Swt supaya mendapat perlidungan pada saat kegiatan silat dimulai dan kegiatan silat dapat berjalan dengan lancar. Dilihat dari segi bahasa, ketiga informan
menggunakan bahasa Minangkabau. Penutup mantra dua orang informan mengucapkan Barkatiah Lailahaillah, Huallah, dan Allahu Akbar. Ia menyeru kebesaran Allah untuk memperoleh berkat dari yang kuasa.
Waktu pembacaan mantra dari ketiga mantra di atas adalah pada malam hari setelah shalat Isya sebelum jam 00:00 Wib. Tempat pembacaan mantra sudah ditentukan, yaitu di gelanggang atau lapangan yang luas dan terbuka agar anggota silat dapat bergerak dengan bebas. Selanjutnya cara pembacaan mantra dari ketiga informan memiliki perbedaan. Cara informan I (Sainal) dan informan II (Jamaris) dalam pembacaan mantra silat pada acara peresmian Datuak bisa dilakukan dengan posisi berdiri berhadapan langsung dengan lawan main. Pada saat berdiri dan berhadapan dengan lawan main itulah guru silat dan anggota silat membacakan mantra dalam hati. Saat membacakan mantra, guru silat dan anggota silat mengucapkannya secara pelan, hati-hati, dan berbisik. Cara informan III (Imam Nasir) pembacaan ayat-ayat pendek dalam acara peresmian Datuak adalah dengan cara guru silat duduk bersila, pada saat itulah guru silat membacakan ayat-ayat pendek dalam hatinya. Pelaku pembacaan mantra silat harimau dan silat kumango mantra di atas adalah guru silat dan anggota silat sendiri, sedangkan pelaku pembacaan ayat pendek pada silat lintau adalah guru silat sendiri. Anggota silat cukup membawa perlengkapan yang telah ditentukan oleh guru silat. Perlengkapan yang digunakan saat membaca mantra dari ketiga informan tidak begitu sulit, cukup dengan menyiapkan seekor ayam, kemudian sebelum kegiatan silat dimulai oleh guru silat, guru silat melakukan badah ayam (bedah ayam). Menurut Informan pakaian yang digunakan saat pembacaan mantra silat pada acara peresmian Datuak sudah ditetapkan, yaitu menggunakan baju dan celana hitam yang lebih terkenal dengan sebutan endong atau galembong. Hitam ini sendiri memiliki makna tahan tapo (tahan terpaan) dan tentu saja pakaian hitam ini lebih baik digunakan untuk silat dibandingkan dengan pakaian putih yang terlihat cepat kotor, pengikat kepala kacang tiga helai, menurut guru silat Minang kalau bersilat tidak memakai ikat kepala maka pada saat berlatih akan diganggu oleh inyiak balang (Harimau), dan ikat pinggang.
Fungsi mantra dalam kegiatan seni bela diri silat tersebut adalah pamaga diri anggota silat, sasaran (tempat latihan) silat, dan guru silat agar anggota dan guru silat tidak mengalami cidera pada saat kegiatan seni bela diri silat, serta kegiatan silat tersebut dapat berjalan dengan lancar.
Proses pewarisan mantra dari ketiga informan tidak begitu sulit, syarat utama untuk bisa mengambil mantra silat harimau, silat kumango, dan silat lintau adalah dengan masuk perguruan dari ketiga silat tersebut, kemudian menjalani masa latihan pertama selama seminggu. Kemudian baru orang tersebut dapat mengambil mantra silat harimau, silat kumango, dan silat lintau dari guru silat tersebut setelah memenuhi persyaratan yang telah disebutkan. Adapun syarat yang harus dipenuhi untuk dapat mengambil mantra silat tersebut, yaitu: (1) uang sebanyak Rp. 200000 dan beras sebanyak 1 liter; (2) 1 ekor ayam kampung yang masih muda; (3) cabe dan bawang merah;
serta (4) keris.
D. KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan uraian penelitian di atas, yaitu tentang mantra silat di Nagari IV Koto Mudiak, Kecamatan Batang Kapeh, Kabupaten Pesisir Selatan dapat di simpulkan, yaitu struktur mantra silat dikaji dari segi pembukaan mantra, isi mantra, dan penutup mantra. Pembukaan pada setiap mantra pada umumnya selalu diawali dengan kalimat Basmallah dan ditutup dengan kalimat Barkatiah Lailahaillah, Huallah, dan Allahu Akbar. Secara umum, isi sebuah mantra dibawakan dengan bahasa Minang dan sedikit dengan bahasa Arab yang berisi kalimat permintaan.
Fungsi mantra dalam kegiatan seni bela diri silat tersebut adalah pamaga diri anggota silat, sasaran (tempat latihan) silat, dan guru silat agar anggota dan guru silat tidak mengalami cidera pada saat kegiatan seni bela diri silat, serta kegiatan silat tersebut dapat berjalan dengan lancar.
Berdasarkan hasil penelitian tentang mantra silat di Nagari IV Koto Mudiak, Kecamatan Batang Kapeh, dapat dikemukakan beberapa saran sebagai berikut. Pertama dengan adanya penelitian ini semoga dapat menambah pengetahuan tentang sastra lisan. Kedua dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat mempermudah peneliti selanjutnya. Ketiga diharapkan kepada generasi muda khususnya di Nagari IV Koto Mudiak terus menjaga dan melestarikan mantra silat dan seni bela diri silat.
KEPUSTAKAAN
Ahmadi, Abu. 1986. Antropologi Budaya. Surabaya: CV Pelangi.
Amir, Adriyetti. 2013. Sastra Lisan Indonesia. Yogyakarta: CV Andi Offset.
Djamaris, Edwar. 1990. Menggali Khazanah Sastra Melayu Klasik (Sastra Indonesia Lama).
Jakarta: Balai Pustaka.
Moleong. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Soedjijono, dkk. 1987. Struktur dan Isi Mantra Bahasa Jawa di Jawa Timur. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.
Sukatman. 2009. Butir-butir Tradisi Lisan Indonesia. Yogyakarta: Pressindo.
Udin, Syamsudin. 1998. Malin Kundang. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.