PENDAHULUAN
Rumusan Masalah
Relevan pemikiran Yusuf Al-Qaradhawi tentang Ihtikar (penimbunan) kepada ekonomi Indonesia semasa pandemik Covid-19. Untuk mengetahui kepentingan pemikiran Yusuf Al-Qaradawi tentang Ihtikar (penimbunan barang) dalam ekonomi Indonesia semasa pandemik Covid-19.
Tujuan Penelitian
Kegunaan Penelitian
Penelitian Terdahulu
Monopoli dan penetapan harga pada dasarnya merugikan orang banyak, namun keduanya bisa dilakukan dalam kondisi terdesak dan harga tidak stabil.19 Sedangkan perbedaan penulis bertujuan untuk mengetahui bagaimana pemikiran Yususf Al-Qaradawi tentang ihtikar dan relevansinya bagi masyarakat. Perekonomian Indonesia di masa pandemi Covid-19. Pasal tersebut menguraikan tiga langkah yang diperlukan: (1) penafsiran monopoli sebagai tidak adanya persaingan dan tidak adanya pilihan harga; (2) kriteria monopoli diberikan dalam bentuk kesepakatan antar pelaku usaha pesaing yang mampu melawan efisiensi alokatif secara efektif; dan (3) menyasar larangan monopoli pada perjanjian horizontal yang eksplisit dan merger dalam jumlah besar.20 Sedangkan perbedaan penelitian penulis bertujuan untuk mengetahui bagaimana pendapat Yusuf Al-Qaradawi tentang ihtikar dan relevansinya dengan perekonomian Indonesia di masa pandemi Covid-19. .
Metode Penelitian
- Jenis dan Pendekatan Penelitian
- Waktu dan Lokasi Penelitian
- Subjek/Informan Penelitian
- Sumber dan Teknik Pengumpulan Data
- Teknik Analisis Data
Teknik penyajian data dalam penelitian kualitatif dapat dilakukan dalam berbagai bentuk seperti tabel, grafik dan sejenisnya. Dengan demikian, yang paling sering digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah teks naratif.
Sistematika Penulisan
Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif menurut Milles dan Huberman adalah menarik kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan awal yang ditemukan masih bersifat tentatif, dan akan berubah apabila tidak ditemukan bukti-bukti kuat yang mendukungnya pada tahap pengumpulan data berikutnya. Namun apabila kesimpulan yang diambil pada tahap awal didukung dengan bukti-bukti yang valid dan konsisten pada saat peneliti kembali ke lapangan untuk mengumpulkan data, maka kesimpulan yang diambil tersebut merupakan kesimpulan yang kredibel.
Oleh karena itu, kesimpulan dalam penelitian kualitatif mungkin bisa menjawab rumusan masalah yang telah dirumuskan sejak awal, namun bisa juga tidak, karena seperti yang telah dikatakan, permasalahan dan rumusan masalah dalam penelitian kualitatif masih bersifat sementara dan akan berkembang setelah peneliti berada di lapangan. Temuan dapat berupa uraian atau gambaran suatu objek yang sebelumnya tidak jelas, dapat berupa hubungan sebab akibat atau interaktif, hipotesis dan teori. Lalu soal perekonomian Indonesia, kebijakan perekonomian pemerintah pada masa pandemi dan penimbunan di Indonesia pada masa pandemi Covid-19.
KERANGKA TEORI
Pengertian Ihtikar
Ihtikar adalah perbuatan menyimpan harta, manfaat atau jasa, dan enggan untuk menjualnya dan memberikannya kepada orang lain, sehingga mengakibatkan harga pasar meningkat drastis karena terbatasnya persediaan atau stok barang yang hilang sama sekali dari pasar, sedangkan masyarakat negara dan hewan sangat membutuhkan produk, manfaat atau jasa tersebut.30 Nabi melarang praktik ihtikar, yaitu dengan sengaja menahan atau menimbun suatu barang, apalagi ketika terjadi kekurangan, dengan tujuan untuk menaikkan harga dalam jumlah besar. masa depan. 30 Siti Mutmainah, “Penimbunan Barang Dagangan Ditinjau Ekonomi Islam”, Metro: Skripsi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam, 2019, hal.25. Yusuf Al-Qaradawi mendefinisikan ihtikar sebagai “menahan barang beredar di pasar agar harganya naik.”
Ulama Hanafiyah mendefinisikan ihtikar sebagai “penimbunan barang oleh produsen baik berupa makanan, pakaian, dan barang apa saja yang dapat membahayakan pasar”. Dr. Ramadhan Al-Sayid Al-Syarnabasi berkata: “Ihtikar adalah kepemilikan berbagai jenis barang dagangan sehingga mengalami kelangkaan di pasaran dan harganya naik tajam, dengan tujuan memperoleh keuntungan berlipat ganda bagi para penimbun, padahal mereka adalah pelanggan ( konsumen) ) sangat menuntut.” Imam Al-Ghazali, seorang ahli fiqih, mendefinisikannya sebagai “penimbunan barang dagangan yang dilakukan oleh para pedagang untuk menunggu harga naik dan menjualnya ketika harga naik.”
Selain itu Ihtikar menurut Abi Yusuf adalah suatu benda yang jika dipegang (ditimbun) menimbulkan gangguan pada manusia. Menurut Adiwarman A. Karim, “Ihtikar memperoleh keuntungan melebihi keuntungan normal dengan menjual lebih sedikit barang dengan harga lebih tinggi.” Menurut Ibnu Qudaimah, ihtikar adalah “barang dagangan yang dibutuhkan masyarakat yang dibeli di pasar kemudian ditimbun hingga harganya naik dan penimbunnya memperoleh keuntungan yang besar.”32.
Barang yang Dilarang Diihtikar
Menurut Imam Syafi'i dan Hambali, yaitu menimbun barang-barang yang dibeli pada saat harga sedang sangat berfluktuasi untuk kemudian dijual dengan harga yang lebih tinggi pada saat dibutuhkan oleh penduduk sekitar atau orang lain. Berapa banyak barang yang kita temukan yang pada zaman dahulu dikategorikan sebagai sekunder atau pelengkap telah menjadi kebutuhan primer dan mendasar saat ini. Menurut Yusuf Al-Qaradawi, dilarang melakukan ihtikar terhadap segala barang yang dibutuhkan manusia, baik berupa makanan, obat-obatan, pakaian, perlengkapan sekolah, perabot rumah tangga, maupun perabot kantor.
Alasan Yusuf Al-Qaradawi adalah lafaz atau redaksi hadis pada umumnya berbunyi: “Tidak ada yang menimbun kecuali orang yang berbuat dosa”, jadi pada hakikatnya siapa pun yang melakukan ihtikar adalah orang yang berdosa. Bahaya ini timbul akibat tidak adanya bahan baku, karena kebutuhan manusia tidak hanya mencakup pangan, tetapi juga minuman, sandang, papan, pendidikan, obat-obatan, dan transportasi, menurut Yusuf Al-. Dan setiap kebutuhan seseorang akan sesuatu meningkat, maka dosanya pun bertambah, terutama makanan yang merupakan kebutuhan yang sangat mendasar.
Pedagang tidak boleh berbuat curang dan berkhianat sebagaimana sabda Rasulullah SAW dari Abu Hurairah, Ibnu Abbas dan Ibnu Mas’ud. Para pedagang tidak boleh menimbun barang pada saat orang sedang membutuhkan dengan tujuan mencari keuntungan yang sebesar-besarnya karena menimbun untuk tujuan tersebut haram. Pedagang tidak diperbolehkan menaikkan harga bagi umat Islam, apalagi jika harga tersebut ditetapkan oleh pemerintah.
Waktu Diharamkannya Ihtikar
Syarat-Syarat Dikatakan Ihtikar
Dengan mengunjungi daerah rawan pangan (kelaparan) pada masa sulit dan memborong perbekalan yang ada, dalam hal ini tidak ada perbedaan antara daerah kecil dan daerah luas.38. Kedua kondisi ini menunjukkan kesimpulan sementara bahwa penimbunan hanya berlaku pada barang yang dibeli (purchased item). Oleh karena itu, penimbunan barang hasil produksi sendiri atau barang hasil hasil kerja sendiri tidak dianggap sebagai penimbunan.
Karena kemungkinan besar tidak terjadi kelangkaan dan tidak merugikan harga pasar serta stabilitas perekonomian masyarakat. Secara ringkas syarat-syarat yang dapat dikatakan ihtikar adalah pertama, obyek penimbunannya adalah barang-barang yang diperlukan oleh masyarakat; dan kedua, tujuan penimbunan adalah untuk memperoleh keuntungan di atas keuntungan normal dan ketiga, menyulitkan dan merugikan masyarakat yang membutuhkan. Pangan merupakan hakikat dan kebutuhan primer (dharuriyat) dalam kelangsungan hidup dan kebutuhan umat manusia, agar tertib kehidupan manusia sebagai khalifah Allah di muka bumi ini tetap terjaga dengan baik.39.
Dalil-Dalil yang Berkaitan dengan Ihtikar
Orang ramai bertanya, "Ya Rasulullah, harga sekarang tinggi, maka turunkanlah harga untuk kami". Kandungan dalam hadis adalah kandungan dalam hadis di atas iaitu penentuan harga seperti seorang Amir atau wakilnya yang menentukan harga pelbagai barang. 42 Syeikh Ali Manshur Ali Nashif, Mahkota Pohon Hadis Rasulullah SAW Jilid 2, Penterjemah Bahrul Abu Bakar, (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 1993).
Dalam riwayat lain disebutkan bahawa tidak ada yang menimbun kecuali kesalahan. Sa'id yang namanya tertulis dalam hadis ini adalah seorang tabi'in anak Al-Musayyab yang biasa disimpannya, lalu mereka bertanya kepadanya tentang hal itu, lalu dia menjawab: "Sesungguhnya Ma'mar, perawi hadis ini selalu. ditimbun." . Maksud zahir kemusnahan di atas menunjukkan bahawa menyorok sesuatu barang adalah haram kerana ia membawa kemudaratan kepada ramai orang.
Sementara itu, Imam Syafi dan Imam Ahmad sama-sama mengatakan bahwa penimbunan (yang haram) hanya terfokus pada sembako karena itulah kebutuhan pokok umat. Namun sebagian ulama mengatakan, jika seseorang mengumpulkan hasil bumi atau hasil kerajinannya, maka tidak mengapa (tidak berdosa). Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta secara batil, kecuali melalui perdagangan yang dilakukan secara gotong royong di antara kamu.” (QS. an-Nisaa.
Perekonomian Indonesia
- Pengertian Perekonomian Indonesia
- Kebijakan Ekonomi Pemerintahan Indonesia di Masa Pandemi
- Penimbunan di Masa Pandemi Covid-19
Untuk jaring pengaman sosial penanganan dampak Covid-19, pemerintah menyiapkan anggaran sebesar 110 triliun rupiah yang terdiri dari: Program Keluarga Harapan (PKH), Program Sembako, Kartu Prakerja, Subsidi Listrik, Insentif Perumahan , Sembako Jabodetabek, bantuan sosial tunai yang bukan merupakan bagian dari wilayah Jabodetabek, dan program jaring pengaman sosial lainnya (Karyono, 2020). Harus diakui, di tengah wabah COVID-19 saat ini, bantuan sosial dan perlindungan sosial menjadi hal yang penting. Dipicu oleh penyaluran bantuan akibat pandemi COVID-19 yang ditutup-tutupi, video Sehan viral di media sosial pada bulan lalu.
Besaran bantuan yang dialokasikan pemerintah untuk masyarakat miskin dan terdampak COVID-19 sebenarnya cukup memadai. Tahun 2020 merupakan tahun yang sulit untuk dihadapi semua negara akibat wabah pandemi Covid-19. Saat ini perekonomian dunia, termasuk Indonesia, sedang mengalami ketidakpastian dan menuju resesi ekonomi akibat pandemi Covid-19.
54 Dewi Wuryandani, Dampak Pandemi Covid-19 Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia 2020, Jurnal Ekonomi dan Kebijakan Publik, Vol. Beberapa contoh nyata di lapangan terkait dampak Covid-19 terhadap sektor perekonomian adalah banyaknya pelanggaran ekonomi yang merugikan serta melanggar etika dan hukum. 55 Mohammad Faisol Soleh, Kumpulan Alat Pelindung Diri di Masa Pandemi Covid-19: Tinjauan Hukum Pidana Bidang Perlindungan Konsumen, Jurnal Hukum, Vol.3, No.
GAMBARAN OBJEK PENELITIAN
Perjalanan Hidup Yusuf Al-Qaradhawi
Pendidikan Yusuf Al-Qaradhawi
Beberapa karyanya seperti Fikih al-Zakah dan Fatawa Mu’asharah menjadi bukti betapa besar dan tingginya kepedulian Yusuf al-Qaradawi dalam melaksanakan pencerahan intelektual keagamaan masyarakat Islam.68. 69 Disini penulis sependapat dengan Yusuf Al-Qaradawi mengenai ihtikar karena membawa kerugian besar bagi masyarakat dan negara. Menurut Yusuf Al-Qaradawi, dilarang melakukan ihtikar terhadap segala jenis barang yang dibutuhkan manusia, baik itu makanan, obat-obatan, pakaian, peralatan sekolah, perabot rumah tangga, atau kantor.
Jadi pemikiran Yusuf Al-Qaradhwi tentang ihtikar adalah membatasi peredaran barang di pasar agar barangnya semakin banyak.Jenis barang yang dilarang ihtikar adalah barang yang dibutuhkan masyarakat. Sebagaimana diyakini Yusuf Al-Qaradawi, ihtikar berarti menahan barang beredar di pasar agar harganya naik. Sebagaimana diyakini Yusuf Al-Qaradawi, ihtikar berarti menahan barang beredar di pasar agar harganya naik.
Pemikiran Yusuf Al-Qaradawi tentang Ihtikar adalah mencegah segala jenis barang kebutuhan masyarakat beredar di pasaran sehingga harganya naik. Menurut Yusuf Al-Qaradawi, beliau melarang penimbunan ini setiap saat tanpa membedakan antara masa paceklik (sulit) dan masa kelebihan pangan. Pemikiran Yusuf Al-Qaradawi tentang Ihtikar dan relevansinya dengan perekonomian Indonesia di masa pandemi Covid-19 mengakibatkan terjadinya panik beli yang berujung pada kenaikan harga di pasaran dan peningkatan jumlah pembelian sehingga mengakibatkan kelangkaan barang. Di antaranya, makanan atau perlengkapan kesehatan lainnya seperti alat pelindung diri, masker alat pelindung diri (APD), dan hand sanitizer menjadi penyebab kenaikan harga bagi banyak penjual.
Menurut Yusuf Al-Karadawi, ihtikar berarti melarang segala jenis barang beredar di pasar agar harganya naik. Bagi masyarakat, perlu adanya sosialisasi yang jelas tentang ihtikar atau penimbunan barang berdasarkan pendapat salah satu tokoh yaitu Yusuf Al-Qaradawi.