STUPEN
8 SISWA KETERGANTUNGAN SMARTPHONE
10 SISWA MENGALAMI PROKRASTINASI AKADEMIK
❓ 1. Bagaimana kriteria “tinggi” dan “sangat tinggi” ditentukan?
Jawaban:
Kriteria “tinggi” dan “sangat tinggi” ditentukan berdasarkan hasil skor dari kuesioner yang disusun mengacu pada skala yang sudah terstandarisasi. Untuk ketergantungan smartphone, kami menggunakan Skala Ketergantungan Smartphone dari Gunawan et al. (2021), sedangkan untuk prokrastinasi akademik menggunakan Skala dari Ramadhani (2019). Rentang skor diklasifikasikan ke dalam kategori sangat rendah, rendah, sedang, tinggi, dan sangat tinggi menggunakan pedoman distribusi persentil.
❓ 2. Mengapa hanya 10 siswa yang dijadikan responden?
Jawaban:
Jumlah 10 siswa dipilih sebagai bagian dari studi pendahuluan , bukan sampel utama penelitian.
Tujuannya adalah untuk memperoleh gambaran awal mengenai fenomena yang ingin diteliti, yaitu adanya kecenderungan ketergantungan smartphone dan prokrastinasi akademik di lingkungan sekolah tersebut. Data ini akan menjadi dasar untuk merumuskan masalah dan justifikasi perlunya penelitian lebih lanjut.
❓ 3. Bagaimana memastikan data dari 10 siswa ini mewakili kondisi umum?
Jawaban:
Data ini belum dimaksudkan untuk digeneralisasikan, melainkan hanya sebagai indikasi awal adanya permasalahan di lapangan. Nanti, pada tahap penelitian utama, akan digunakan teknik total sampling dengan jumlah responden yang lebih besar untuk meningkatkan validitas dan generalisasi temuan.
❓ 4. Apakah ada hubungan konkret antara ketergantungan dan prokrastinasi dari hasil ini?
Jawaban:
Ya, meskipun masih bersifat deskriptif, dari 8 siswa yang menunjukkan ketergantungan smartphone tinggi, sebagian besar juga menunjukkan tingkat prokrastinasi akademik yang sangat tinggi. Ini menjadi indikasi awal adanya hubungan antara kedua variabel yang akan diuji
lebih lanjut secara kuantitatif dalam penelitian utama menggunakan analisis statistik, seperti korelasi Pearson.
❓ 5. Bagaimana pendapat guru atau pihak sekolah terhadap masalah ini?
Jawaban:
Berdasarkan wawancara dengan guru Bimbingan dan Konseling, pihak sekolah juga menyadari bahwa penggunaan smartphone secara berlebihan mulai mengganggu aktivitas belajar siswa.
Guru mengungkapkan bahwa banyak siswa menggunakan smartphone secara diam-diam saat jam pelajaran, serta menunjukkan kecenderungan menunda tugas. Hal ini memperkuat hasil temuan dari kuesioner yang disebar kepada siswa.
PENJELASAN PENGUMPULAN DATA SAAT SEMPRO
Prosedur Pengumpulan Data 1. Tahap Persiapan
Memilih masalah riset, melakukan studi kepustakaan, dan menyusun proposal.
Mengurus surat izin penelitian ke Gerai Layanan Terpadu Fakultas Keperawatan.
Melakukan studi pendahuluan (25 Maret 2025) untuk menentukan jumlah responden, waktu, metode, dan lokasi penelitian.
Melakukan seminar proposal dan memperoleh persetujuan dosen pembimbing.
2. Tahap Pelaksanaan
Melakukan revisi proposal sesuai arahan penguji seminar proposal.
Mengurus izin penelitian dan uji etik di Fakultas Keperawatan.
Melaksanakan penelitian sesuai jadwal yang disepakati dengan pihak sekolah.
Memperkenalkan diri dan menjelaskan tujuan penelitian kepada responden.
Memberikan informed consent dan kuesioner, lalu memfasilitasi pengisian kuesioner oleh responden.
Mengumpulkan kembali kuesioner dan memeriksa kelengkapan data.
Mengucapkan terima kasih kepada responden atas partisipasinya.
3. Tahap Akhir
Mengolah data menggunakan aplikasi komputer setelah memastikan kelengkapan kuesioner.
Melakukan analisis data dengan uji statistik sesuai jenis data.
Menyusun laporan dan mempresentasikan hasil penelitian.
PROSEDUR PENGUMPULAN DATA
Pertanyaan yang mungkin muncul terkait pengumpulan data:
1. Bagaimana Anda memilih responden dalam penelitian ini?
(Jawaban: Penelitian menggunakan total sampling, sehingga seluruh siswa kelas X dan XI di SMA Negeri 2 Teluk Kuantan menjadi responden.)
2. Apa saja langkah-langkah yang Anda lakukan saat pengumpulan data di lapangan?
(Jawaban: Memperkenalkan diri, menjelaskan tujuan penelitian, memberikan instruksi pengisian kuesioner, membagikan informed consent dan kuesioner, mengumpulkan kembali kuesioner yang sudah diisi, dan memastikan kelengkapan data.)
3. Bagaimana Anda memastikan responden mengisi kuesioner dengan jujur dan benar?
(Jawaban: Peneliti menjelaskan tujuan penelitian dengan jelas, memberikan jaminan kerahasiaan data, serta memberikan waktu yang cukup bagi responden untuk mengisi kuesioner secara mandiri.)
4. Apakah Anda mengalami kendala selama proses pengumpulan data? Jika ya,
bagaimana mengatasinya?
(Jawaban: Contoh kendala bisa berupa waktu pengumpulan data yang terbatas atau ketidakhadiran responden, kemudian solusi dengan menjadwalkan ulang atau menghubungi responden secara langsung.)
5. Bagaimana Anda mengatur waktu pengumpulan data agar tidak mengganggu
kegiatan belajar siswa?
(Jawaban: Peneliti berkoordinasi dengan pihak sekolah untuk menentukan waktu yang tepat dan disepakati bersama.)
6. Apakah ada prosedur etika yang Anda lakukan sebelum pengumpulan data?
(Jawaban: Ya, peneliti melakukan pengurusan izin riset dan uji etik terlebih dahulu sebelum pengumpulan data dilakukan.)
7. Bagaimana prosedur penanganan data kuesioner yang tidak lengkap atau tidak valid?
(Jawaban: Data yang tidak lengkap atau tidak valid akan dikeluarkan dari analisis agar hasil penelitian tetap akurat.)
8. Apa isi dari informed consent yang Anda berikan kepada responden?
(Jawaban: Informed consent berisi penjelasan tentang tujuan penelitian, kerahasiaan data, hak responden untuk menolak atau menarik diri, dan kontak peneliti jika ada pertanyaan.)
ALASAN UJI SPEARMAN ?
Dalam penelitian ini, variabel yang digunakan termasuk dalam kategori variabel kategorik ordinal, karena data dihasilkan dari pengisian kuesioner skala Likert, yang kemudian diklasifikasikan ke dalam kategori tingkat seperti rendah, sedang, tinggi. Oleh karena itu, analisis hubungan antar variabel menggunakan uji Spearman yang sesuai untuk data ordinal."
-pertanyaan Populasi dan Sampel, beserta jawaban akademik:
1. Mengapa Anda memilih total sampling dalam penelitian ini?
Jawaban:
Saya memilih total sampling karena jumlah populasi relatif kecil dan masih memungkinkan untuk diteliti secara keseluruhan, yaitu 145 siswa. Dengan total sampling, semua anggota populasi dijadikan sampel sehingga meningkatkan representativitas data dan memperkuat validitas eksternal penelitian.
❓ 2. Apakah total sampling itu selalu lebih baik daripada teknik sampling lainnya?
Jawaban:
Tidak selalu. Total sampling cocok digunakan jika jumlah populasi tidak terlalu besar dan semua anggota dapat dijangkau secara efisien. Namun, untuk populasi besar, teknik sampling lain seperti random sampling atau stratified sampling bisa lebih efisien dan hemat sumber daya.
Dalam penelitian ini, total sampling sesuai karena populasinya terbatas dan homogen.
❓ 3. Mengapa hanya memilih kelas X dan XI, tidak termasuk kelas XII?
Jawaban:
Kelas XII tidak diikutsertakan karena umumnya sedang fokus pada persiapan ujian akhir nasional atau ujian masuk perguruan tinggi, sehingga dikhawatirkan sulit diakses dan tidak dapat memberikan perhatian penuh saat pengisian kuesioner. Oleh karena itu, fokus diberikan kepada kelas X dan XI yang masih aktif secara akademik.
❓ 4. Bagaimana jika ada siswa yang tidak hadir saat pengumpulan data? Apakah akan memengaruhi hasil penelitian?
Jawaban:
Jika ada siswa yang tidak hadir saat pengumpulan data, maka mereka masuk ke dalam kriteria eksklusi. Hal ini sudah diperhitungkan sejak awal agar data yang dianalisis hanya berasal dari responden yang benar-benar berpartisipasi aktif. Karena menggunakan total sampling dari populasi yang terbatas, saya akan tetap memaksimalkan kehadiran siswa dengan
menjadwalkan pengisian kuesioner di jam efektif.
❓ 5. Apakah Anda mempertimbangkan karakteristik khusus dari remaja desa dalam menentukan sampel?
Jawaban:
Ya, saya mempertimbangkan bahwa siswa yang menjadi sampel merupakan remaja yang tinggal dan bersekolah di wilayah perdesaan, yaitu di Desa Munsalo Kopah. Karakteristik geografis dan sosial desa inilah yang menjadi latar belakang penelitian, sehingga sampel ini relevan untuk melihat hubungan antara ketergantungan smartphone dan prokrastinasi akademik dalam konteks remaja desa.
pertanyaan Desain Penelitian, Waktu, dan Tempat Penelitian:
❓ 1. Mengapa Anda memilih desain deskriptif korelasi?
Jawaban:
Desain deskriptif korelasi dipilih karena penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dua variabel, yaitu ketergantungan smartphone sebagai variabel independen dan prokrastinasi akademik sebagai variabel dependen. Desain ini sesuai untuk menganalisis kekuatan dan arah hubungan antarvariabel tanpa melakukan manipulasi atau intervensi.
❓ 2. Apa alasan Anda menggunakan pendekatan cross-sectional?
Jawaban:
Pendekatan cross-sectional digunakan karena data kedua variabel dikumpulkan hanya sekali pada satu waktu tertentu. Pendekatan ini efisien dalam hal waktu dan sumber daya, serta cocok untuk melihat gambaran hubungan antarvariabel pada saat itu juga, tanpa perlu melakukan follow-up.
❓ 3. Apa perbedaan desain korelasional dengan eksperimental?
Jawaban:
Desain korelasional bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara dua variabel tanpa manipulasi variabel. Sedangkan desain eksperimental melibatkan manipulasi variabel independen dan kontrol terhadap variabel lain, biasanya untuk mengetahui pengaruh langsung atau kausalitas. Karena tujuan saya bukan untuk mengetahui sebab-akibat, maka desain
korelasional lebih tepat digunakan.
❓ 4. Mengapa Anda memilih SMA Negeri 2 Teluk Kuantan sebagai lokasi penelitian?
Jawaban:
SMA Negeri 2 Teluk Kuantan dipilih karena mewakili karakteristik remaja di daerah perdesaan. Meskipun berada di desa, sekolah ini mengizinkan penggunaan smartphone untuk keperluan belajar. Namun, terdapat fenomena penyalahgunaan smartphone untuk aktivitas non- akademik, seperti bermain game dan media sosial. Hal ini menunjukkan adanya potensi ketergantungan smartphone yang relevan dengan variabel penelitian saya.
❓ 5. Apa kriteria sekolah yang Anda anggap cocok untuk penelitian ini?
Jawaban:
Sekolah yang cocok adalah sekolah menengah atas di wilayah perdesaan dengan jumlah siswa yang cukup, serta memiliki kebijakan yang memperbolehkan penggunaan smartphone. Selain itu, sekolah tersebut harus bersedia bekerja sama dalam pelaksanaan penelitian dan memiliki siswa dengan rentang usia remaja (15–18 tahun) agar sesuai dengan fokus studi.
❓ 6. Bagaimana jika waktu pengumpulan data tidak sesuai dengan jadwal?
Jawaban:
Jika ada perubahan waktu pengumpulan data, saya akan melakukan koordinasi ulang dengan pihak sekolah agar bisa dijadwalkan pada waktu yang tidak mengganggu proses belajar siswa.
Jadwal fleksibel tetap disiapkan agar proses pengumpulan data dapat tetap berjalan dengan lancar sesuai prosedur etika dan izin yang berlaku.