STUDI SYARIAT ISLAM ISLAM DI ACEH (UAS)
DISUSUN OLEH : Yunasar (190702028)
DOSEN PENGAMPU Dr. Teuku Zulkhairi, S.Pd.I., M.A
PRODI TEKNIK LINGKUNGAN FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI AR-RANIRY
BANDA ACEH
2023
1. Islam adalah agama yang didirikan oleh Nabi Muhammad pada abad ke-7 di Mekah, Arab Saudi. Pengikut agama Islam disebut Muslim. Islam diterima sebagai agama terakhir yang mengandung petunjuk dan wahyu terakhir dari Allah, seperti yang diungkapkan dalam kitab suci mereka, Al-Qur'an.
Paham dasar dalam Islam adalah kepercayaan kepada Allah sebagai Tuhan yang Maha Esa, dan pengikut Islam meyakini bahwa Muhammad adalah nabi terakhir yang diutus oleh Allah. Keyakinan ini diungkapkan dalam syahadat, yaitu kalimat dua kalimat syahadat: "Tiada Tuhan selain Allah, dan Muhammad adalah utusan Allah."
Islam mengajarkan adanya kewajiban dalam menjalankan lima rukun Islam, yang dikenal sebagai "Pilar-pilar Islam":
Syahadat: Mengucapkan dan meyakini kalimat syahadat sebagai ungkapan keimanan
Salat: Melakukan ibadah salat lima waktu sehari-sehari, yaitu salat fardhu.
Zakat: Memberikan sumbangan wajib kepada yang berhak menerimanya, sebagai bentuk kepedulian sosial dan penghapusan ketidaksetaraan.
Puasa: Melaksanakan ibadah puasa pada bulan Ramadan, di mana umat Muslim berpuasa dari fajar hingga matahari terbenam.
Haji: Melakukan ibadah haji ke Kota Mekah, jika memenuhi syarat fisik, finansial, dan sosial.
2. Secara bahasa, "syari'at" berasal dari bahasa Arab yang berarti "jalan" atau "metode".
Dalam konteks Islam, "syari'at" merujuk pada hukum-hukum dan aturan-aturan yang ditetapkan oleh Allah dalam Al-Qur'an dan Sunnah (ajaran dan tindakan Nabi Muhammad). Syari'at Islam mencakup panduan dan ketentuan dalam segala aspek kehidupan, termasuk ibadah, moralitas, keadilan, muamalah (urusan sosial dan ekonomi), dan hukum pidana.
Syari'at Islam diterapkan dengan tujuan mengarahkan kehidupan umat Muslim agar sesuai dengan kehendak Allah dan menghasilkan masyarakat yang adil, moral, dan taat beribadah. Syari'at mencakup berbagai perintah dan larangan, serta hukuman dan ganjaran bagi pelanggaran atau kepatuhan terhadap aturan tersebut.
Di Indonesia, Aceh adalah satu-satunya provinsi yang secara resmi menerapkan syari'at Islam dalam sistem hukumnya. Penyelenggaraan syari'at di Aceh didasarkan
pada UU No. 11 Tahun 2006 tentang Kebijakan Pemerintah Aceh. Syari'at Islam di Aceh mencakup berbagai aspek, termasuk kewajiban salat lima waktu, puasa Ramadan, dan pelarangan perilaku maksiat seperti minuman keras, judi, dan hubungan seksual di luar pernikahan. Selain itu, diterapkan juga hukuman pidana seperti cambuk untuk pelanggaran tertentu.
Penerapan syari'at di Aceh dilakukan dengan tujuan mempertahankan identitas keagamaan dan kebudayaan Aceh, serta mewujudkan keadilan dan ketertiban sosial berdasarkan prinsip-prinsip Islam. Namun, penting untuk dicatat bahwa penerapan syari'at di Aceh tetap dalam konteks hukum nasional Indonesia dan menghormati hak asasi manusia serta keberagaman masyarakat Aceh.
3. Berikut adalah lima tujuan umum dari pelaksanaan syari'at Islam:
Ketaatan kepada Allah: Pelaksanaan syari'at Islam bertujuan untuk memenuhi kewajiban dan perintah Allah yang terdapat dalam Al-Qur'an dan Sunnah Nabi Muhammad. Tujuan utama adalah untuk mencapai ketaatan kepada Allah dalam segala aspek kehidupan, baik dalam ibadah maupun dalam tindakan sehari-hari.
Pembentukan masyarakat yang adil: Syari'at Islam memiliki tujuan untuk menciptakan masyarakat yang adil dan berkeadilan. Hukum-hukum Islam dan prinsip keadilan dalam syari'at dirancang untuk melindungi hak-hak individu, mencegah penindasan, dan menghapuskan ketidaksetaraan sosial.
Moralitas dan etika: Pelaksanaan syari'at Islam bertujuan untuk mendorong dan memperkuat moralitas dan etika yang baik dalam kehidupan individu dan masyarakat. Syari'at memberikan pedoman yang jelas tentang perilaku yang benar dan yang salah, serta mengajarkan nilai-nilai seperti kejujuran, keadilan, kasih sayang, dan kesetiaan.
Pembangunan spiritual: Syari'at Islam juga bertujuan untuk membantu individu dalam membangun hubungan spiritual dengan Allah. Melalui ibadah-ibadah, amal saleh, dan pengabdian kepada Allah, syari'at mempromosikan pertumbuhan spiritual dan pengembangan diri yang lebih mendalam.
Pemeliharaan ketertiban sosial: Salah satu tujuan syari'at Islam adalah untuk menjaga ketertiban sosial. Dengan menerapkan hukum-hukum yang adil dan memberlakukan sanksi yang sesuai, syari'at bertujuan untuk mencegah
pelanggaran hukum, melindungi masyarakat dari kejahatan, dan mempromosikan keamanan dan ketentraman dalam masyarakat.
4. Di Aceh, pelaksanaan syari'at Islam melibatkan beberapa institusi yang memiliki peran dan kewenangan tertentu. Berikut adalah beberapa institusi yang berperan dalam pelaksanaan syari'at Islam di Aceh beserta fungsi dan kewenangannya:
Mahkamah Syari'ah: Mahkamah Syari'ah merupakan lembaga peradilan yang berwenang mengadili perkara-perkara yang terkait dengan pelanggaran syari'at Islam. Fungsi utamanya adalah menjalankan sistem peradilan syari'ah untuk menegakkan hukum Islam di Aceh. Mahkamah Syari'ah memutuskan perkara- perkara pernikahan, waris, perceraian, dan pelanggaran hukum syari'ah lainnya.
Badan Peradilan Agama: Badan Peradilan Agama berperan dalam penyelesaian perkara-perkara agama, termasuk perkara pernikahan, perceraian, dan waris di luar ranah syari'ah. Badan ini mengadili perkara-perkara yang tidak termasuk dalam yurisdiksi Mahkamah Syari'ah.
Wilayatul Hisbah: Wilayatul Hisbah adalah lembaga yang bertugas mengawasi dan menegakkan pelaksanaan hukum syari'at di masyarakat. Fungsi utamanya adalah melakukan pengawasan terhadap perilaku masyarakat yang melanggar ketentuan syari'at, seperti minuman keras, perjudian, atau hubungan seksual di luar pernikahan. Wilayatul Hisbah juga berperan dalam memberikan nasihat dan edukasi kepada masyarakat tentang ajaran Islam.
Dinas Syariat Islam: Dinas Syariat Islam memiliki peran penting dalam mengkoordinasikan dan menyelenggarakan kegiatan terkait syari'at Islam di Aceh. Fungsi utamanya adalah memfasilitasi dan memberikan dukungan administratif kepada institusi-institusi terkait, seperti Mahkamah Syari'ah dan Wilayatul Hisbah. Dinas ini juga bertanggung jawab untuk melakukan penyuluhan, edukasi, dan pengembangan syari'at Islam di masyarakat.
Majelis Permusyawaratan Ulama (MPU): MPU adalah lembaga konsultatif yang terdiri dari para ulama dan cendekiawan agama. Fungsi utamanya adalah memberikan nasihat dan panduan dalam menafsirkan dan menerapkan hukum syari'at di Aceh. MPU memiliki peran penting dalam memberikan fatwa atau pendapat hukum Islam dalam konteks pelaksanaan syari'at di Aceh.
5. Di Aceh, telah diterapkan sejumlah Qanun Syari'ah yang mengatur berbagai aspek kehidupan sesuai dengan prinsip dan nilai-nilai Islam. Berikut adalah beberapa contoh Qanun Syari'ah yang sudah diterapkan di Aceh:
Qanun Jinayat: Qanun ini mengatur hukum pidana Islam yang mencakup pelanggaran seperti zina, minuman keras, perjudian, pencurian, kekerasan, dan pelanggaran syari'at lainnya. Qanun Jinayat menetapkan hukuman seperti cambuk, denda, atau kurungan bagi pelaku kejahatan.
Qanun Perkawinan: Qanun ini mengatur hukum pernikahan dan perceraian dalam konteks Islam. Qanun ini memuat ketentuan tentang prosedur pernikahan, syarat sahnya pernikahan, hak dan kewajiban suami-istri, serta prosedur perceraian.
Qanun Waris: Qanun ini mengatur hukum waris dalam Islam. Qanun ini menetapkan aturan dan pembagian harta warisan antara ahli waris berdasarkan prinsip syari'at Islam.
Qanun Jaminan Sosial: Qanun ini mengatur tentang program jaminan sosial dalam konteks syari'at Islam. Qanun ini mencakup program bantuan sosial, perlindungan sosial, dan jaminan kesehatan bagi masyarakat Aceh.
Qanun Hukum Acara Mahkamah Syari'ah: Qanun ini mengatur tentang tata cara persidangan di Mahkamah Syari'ah. Qanun ini menetapkan prosedur, tahapan persidangan, pembuktian, banding, dan penyelesaian sengketa di dalam konteks peradilan syari'ah.
Qanun Kehutanan Syari'ah: Qanun ini mengatur tentang pengelolaan dan pelestarian hutan dan lingkungan hidup dalam konteks syari'at Islam. Qanun ini menekankan perlindungan alam dan kewajiban manusia untuk menjadi pengelola yang baik atas sumber daya alam.
6. Menurut saya pelaksanaan syari’at Islam di Aceh membawa berbagai manfaat.
Adapun pengaruh yang terjadi dimasyarakat seperti:
Identitas keagamaan: Pelaksanaan syari'at Islam di Aceh dipandang sebagai upaya untuk mempertahankan dan memperkuat identitas keagamaan masyarakat Aceh. Syari'at dianggap sebagai landasan moral dan etika yang sesuai dengan keyakinan mayoritas penduduk.
Keadilan sosial: Pelaksanaan syari'at Islam dianggap dapat mendorong terciptanya keadilan sosial. Hukum-hukum syari'at yang melarang perilaku melanggar moral dan sosial, seperti minuman keras dan perjudian, diharapkan dapat menciptakan masyarakat yang lebih adil dan terhindar dari kejahatan.
Spiritualitas dan moralitas: Pelaksanaan syari'at dianggap dapat memperkuat dimensi spiritualitas dan moralitas dalam kehidupan individu dan masyarakat.
Ketentuan syari'at dalam ibadah, perilaku, dan hubungan sosial diharapkan dapat memperbaiki moral dan kualitas hidup umat Muslim di Aceh.
7. Menurut saya ketidaksenangan yang ada terhadap pelaksanaan syari'at Islam di Aceh, serta cara meresponnya adalah sebagai berikut:
Perbedaan keyakinan dan pandangan: Banyak ketidaksenangan terhadap pelaksanaan syari'at Islam berasal dari individu atau kelompok yang memiliki keyakinan atau pandangan yang berbeda. Mereka mungkin memiliki keyakinan agama yang berbeda, atau menghargai prinsip-prinsip sekuler atau pluralisme.
Dalam merespon ketidaksenangan mereka, penting untuk menjaga dialog terbuka, saling menghormati, dan mempromosikan toleransi serta pemahaman yang saling memperkaya.
Ketakutan akan penyalahgunaan kekuasaan: Beberapa ketidaksenangan mungkin timbul karena ketakutan akan penyalahgunaan kekuasaan dalam pelaksanaan syari'at. Masyarakat khawatir tentang penegakan hukum yang tidak adil, pelanggaran hak asasi manusia, atau ketidakseimbangan kekuasaan yang dapat terjadi. Dalam menanggapi ketakutan ini, penting untuk menjaga transparansi, akuntabilitas, dan sistem pengawasan yang kuat dalam pelaksanaan syari'at agar dapat menghindari penyalahgunaan kekuasaan.
Pemahaman yang berbeda tentang nilai-nilai dan interpretasi syari'at: Ada perbedaan pemahaman dan interpretasi syari'at Islam di antara masyarakat dan kelompok. Beberapa orang mungkin memiliki pandangan yang lebih konservatif atau ketat tentang pelaksanaan syari'at, sementara yang lain mungkin lebih inklusif atau berpandangan bahwa nilai-nilai Islam dapat diterjemahkan secara beragam. Dalam merespon perbedaan pemahaman ini, penting untuk menjunjung tinggi dialog yang terbuka, memperkuat pendidikan dan pemahaman yang lebih
baik tentang syari'at, serta membangun toleransi dan penghargaan terhadap keragaman pendapat.
Implikasi sosial dan politik: Pelaksanaan syari'at Islam dapat memiliki implikasi sosial dan politik yang kompleks. Beberapa pihak mungkin merasa bahwa pelaksanaan syari'at dapat mempengaruhi kebebasan individu, kesetaraan gender, atau kemajuan sosial. Merespon ketidaksenangan ini melibatkan dialog terbuka, mencari keseimbangan antara nilai-nilai agama dan nilai-nilai universal hak asasi manusia, dan memastikan bahwa implementasi syari'at tidak menghambat kemajuan dan kesejahteraan masyarakat.
Penting untuk menciptakan lingkungan dialog yang saling menghormati, terbuka, dan inklusif untuk memahami dan merespon ketidaksenangan terhadap pelaksanaan syari'at Islam di Aceh. Melalui dialog yang konstruktif dan pemahaman saling, masyarakat dapat bekerja sama untuk mencapai kesepakatan yang mendorong kesejahteraan dan toleransi dalam kerangka hukum yang berlaku.
8. Berikut adalah 10 jenis pelanggaran dan hukumannya yang umum tercantum dalam Qanun Jinayat Aceh
Zina (hubungan seksual di luar pernikahan):
Hukuman bagi pelaku zina yang belum menikah: 100 kali cambuk had (hukuman maksimum).
Hukuman bagi pelaku zina yang sudah menikah: Rajam (dilempari dengan batu hingga meninggal).
Homoseksualitas:
Hukuman bagi pelaku homoseksualitas: Rajam (dilempari dengan batu hingga meninggal).
Perkosaan:
Hukuman bagi pelaku perkosaan: Rajam (dilempari dengan batu hingga meninggal).
Hubungan seksual di luar pernikahan:
Hukuman bagi pelaku hubungan seksual di luar pernikahan: 100 kali cambuk had.
Minuman keras:
Hukuman bagi pemabuk dan penjual minuman keras: 40 kali cambuk had.
Perjudian:
Hukuman bagi pelaku perjudian: 40 kali cambuk had.
Pencurian:
Hukuman bagi pelaku pencurian:
- Nilai pencurian di bawah had minimal: Pemotongan tangan kanan dan kiri.
- Nilai pencurian di atas had minimal: Pemotongan tangan dan kaki kanan dan kiri.
Pembunuhan:
Hukuman bagi pelaku pembunuhan: Qisas (balasan yang setara) atau pembayaran diyat (denda) kepada keluarga korban.
Pelecehan seksual:
Hukuman bagi pelaku pelecehan seksual: 40 kali cambuk had.
Penyiraman air keras:
Hukuman bagi pelaku penyiraman air keras: Penyiraman air keras kembali terhadap pelaku.
9. Ulama merupakan orang-orang yang memiliki pengetahuan dan keahlian dalam agama Islam. Mereka memainkan peran penting dalam membimbing umat Muslim dalam memahami ajaran agama, mempraktikkan ibadah dengan benar, dan memberikan nasihat moral dan etika. Berikut adalah beberapa keutamaan ulama dalam Islam:
Penjaga Tradisi Keagamaan: Ulama berfungsi sebagai penjaga tradisi keagamaan, memelihara dan menyampaikan warisan pengetahuan agama dari generasi ke generasi. Mereka memahami dan menginterpretasikan ajaran-ajaran agama serta mampu memberikan panduan dan bimbingan dalam menjalankan ibadah dengan benar.
Pembimbing Spiritual: Ulama memiliki peran penting dalam membimbing umat Muslim dalam aspek spiritual. Mereka memberikan nasihat, khotbah, dan ceramah keagamaan untuk meningkatkan kesadaran spiritual dan memperkuat hubungan individu dengan Allah SWT.
Penyebar Ilmu: Ulama berperan sebagai penyebar ilmu agama, baik melalui pengajaran formal di madrasah, pengajian umum, maupun media sosial. Mereka menyebarkan pengetahuan tentang ajaran Islam, etika, dan nilai-nilai moral kepada umat Muslim.
Penjaga Kesatuan Umat: Ulama juga memiliki tanggung jawab untuk mempertahankan persatuan dan kesatuan umat Islam. Mereka mendorong kerukunan antarumat beragama, menghindari perpecahan, dan mempromosikan nilai-nilai toleransi dan saling pengertian antarumat beragama.
Majelis Permusyawaratan Ulama (MPU) Aceh dan Pentingnya dalam Pelaksanaan Syari'at Islam di Aceh:
Majelis Permusyawaratan Ulama (MPU) Aceh adalah lembaga yang terbentuk untuk memberikan konsultasi dan nasihat kepada Pemerintah Aceh terkait pelaksanaan Syari'at Islam di Aceh. Berikut adalah pentingnya MPU Aceh dalam pelaksanaan Syari'at Islam di Aceh:
Penyelarasan dengan Nilai-Nilai Islam: MPU Aceh berperan dalam mengevaluasi dan menyusun Qanun Syari'ah, memastikan bahwa ketentuan yang diatur sesuai dengan prinsip-prinsip Islam dan norma-norma agama. Mereka membantu memastikan implementasi Syari'at Islam di Aceh sejalan dengan ajaran agama dan nilai-nilai Islam yang autentik.
Penafsiran Hukum Syari'ah: MPU Aceh memiliki peran dalam memberikan pandangan dan penafsiran hukum syari'ah dalam konteks kehidupan di Aceh.
Mereka berkontribusi dalam menghasilkan fatwa dan panduan hukum bagi masyarakat Aceh dalam memahami dan mengimplementasikan ajaran Islam dengan benar.
Penjaga Moralitas dan Etika: MPU Aceh berperan dalam menjaga moralitas dan etika masyarakat Aceh. Mereka memberikan bimbingan dan nasihat dalam hal perilaku dan norma sosial yang sesuai dengan ajaran Islam, serta membantu mempromosikan nilai-nilai kebajikan dan keadilan di masyarakat.
Konsultasi Pemerintah: MPU Aceh memberikan konsultasi dan nasihat kepada pemerintah dalam hal kebijakan dan implementasi Syari'at Islam. Mereka membantu pemerintah dalam mengambil keputusan yang berkaitan dengan hukum dan kebijakan yang didasarkan pada prinsip-prinsip Islam, serta memberikan pandangan agama dalam konteks pemerintahan.
10. Selama kuliah, saya pernah meninggalkan shalat. Salat yang biasa saya tinggalkan adalah shalat wajib ashar karena terkadang kesibukan dengan aktivitas sehari-hari, pekerjaan, kuliah, atau tanggung jawab lainnya. Saya akan mengupayakan untuk mengatur waktu dengan baik, menjadikan shalat sebagai prioritas utama dalam rutinitas harian saya, dan memperkuat pemahaman saya tentang pentingnya shalat melalui pembelajaran agama yang lebih mendalam. Saya juga akan mencari dukungan dari komunitas dan teman seiman untuk memperkuat komitmen ini. Saya menyadari bahwa menjaga komitmen ini adalah perjalanan pribadi yang membutuhkan kesabaran, ketekunan, dan niat yang tulus. Namun, saya yakin bahwa dengan bantuan Allah SWT dan kemauan serta usaha saya sendiri, saya dapat tetap konsisten dalam melaksanakan shalat sepanjang hidup saya. Saya memohon kepada Allah untuk memberikan kekuatan dan petunjuk dalam menjalankan ibadah dengan baik. Amin.