STUDI TENTANG PENGELOLAAN BANK SAMPAH SAJATI (SAMPAH JADI PITIH) DI KABUPATEN
DHARMASRAYA
JURNAL
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Strata Satu (S-I)
SOPIA. M NIM: 11030122
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP) PGRI SUMATERA BARAT
PADANG
2015
STUDI TENTANG PENGELOLAAN BANK SAMPAH SAJATI (SAMPAH JADI PITIH) DI KABUPATEN
DHARMASRAYA
Oleh :
Sopia. M*Widya Prari Keslan**Farida**
Mahasiswa Program Studi Pendidikan Geografi STKIP PGRI Sumatera Barat*
Dosen Program Studi Pendidikan Geografi STKIP PGRI Sumatera Barat**
ABSTRACT
The SAJATI (sampah jadi pitih) garbage bank is the one alternative to invite the caring society for the garbages and it has an economic approach in manage and proces the garbages to earn the money, it save in garbages bank with called SAJATI (sampah jadi pitih). The purpose of this research is getting the information about SAJATI (sampah jadi pitih) garbage of bank, it can be seen: 1). The management of SAJATI (sampah jadi pitih) garbage bank in Dharmasraya Regency. 2). The Processing of SAJATI (sampah jadi pitih) garbage bank in Dharmasraya Regency. Design of this research is qualitative research with interview, observation, and field research method with the location of the research is in Dharmasraya Regency. Then, from data collction is taken by data from interview, observation, and documentation, after that the data of this research will analyses with descritivetechnique. The result of this fiel research are management of SAJATI (sampah jadi pitih) garbage bank in Dharmasraya Regency is people have not much money for invetate to manage SAJATI (sampah jadi pitih) garbage bank in Dharmasraya Regency and also there is less care about it from society. It will be good result from Processing it depends on of each director SAJATI (sampah jadi pitih) garbage in Dharmasraya Regency is generally manage an organic garbage such as glass, metal, alma, papers, and carld board. The plastich waste can be ufed as crafts such as bags, purse, and other crafts, further prosessing of organic wasteis ufed as fertilizer and animal feed.
Keywords : Management, Processing
PENDAHULUAN
Pemahaman masyarakat Indonesia akan pentingnya pemanfaatan sampah masih perlu ditingkatkan. Barang rusak, benda tak terpakai, kemasan produk, sisa makanan semua dibuang begitu saja. Sebagian bertumpuk di tempat pembuangan akhir, selebihnya berserakan di jalan atau mengambang di sungai. Kementrian lingkungan hidup mencatat pada 2012 rata-rata penduduk Indonesia menghasilkan dua kilogram sampah per orang per hari. Artinya, ada sekitar 490 ribu ton sampah yang dibuang oleh seluruh penduduk Indonesia dalam sehari (Utami, 2013:2)
Pengelolaan merupakan suatu usaha yang didalamnya meliputi beberapa aspek, seperti perencanaan, organisasi perencanaan, organisasi pelaksanaan, implementasi, monitoring, dan evaluasi setiap fungsi saling berkaitan dan merupakan satu kesatuan yang saling mempengaruhi. Pengelolaan sebagai usaha secara sadar untuk memelihara dan memberbaiki mutu lingkungan agar kebutuhan dasar kita dapat terpenuhi dengan sebaik-baiknya (Arifin, 2001)
Sampah adalah sesuatu bahan atau benda padat yang sudah tidak terpakai lagi oleh manusia, atau benda padat yang sudah tidak digunakan lagi dalam suatu kegiatan manusia dan dibuang. Para ahli kesehatan masyarakat Amerika membuat
batasan, sampah (waste) adalah sesuatu yang tidak digunakan, tidak dipakai, tidak disenangi atau sesuatu yang dibuang yang berasal dari kegiatan manusia, dan tidak terjadi dengan sendirinya (Notoatmodjo, (2011:190).
Pengelolaan sampah adalah kegiatan yang sistematis, menyeluruh, dan berkesinambungan yang meliputi pengurangan dan penanganan sampah (Undang-undang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, 2013:110).
Sampah tidak sekedar membuat pandangan tak enak atau bau tak sedap. Timbunan sampah ditempat pembuangan akhir yang terbuka bisa menimbulkan masalah yang lebih besar dari pada yang dibayangkan. Sampah organik mengalami proses dekomposisi secara anaerobik dan menghasilkan gas metan yang berda di atmosfer dalam waktu 7-10 tahun dapat meningkatkan suhu sekitar 1,30C per tahun. Penyelesaian masalah sampah tidak bisa dilakukan dengan hanya mengandalkan petugas kebersihan saja. Seluruh lapisan masyarakat harus turut serta membantu pemerintah untuk bergerak bersama dalam menangani masalah sampah. Salah satunya dengan menerapkan prinsip 3-R (reduce, reuse,recycle) dalam wujud bank sampah. Sistem ini berfungsi mengelola sampah dengan menampung, memilah dan mendistribusikan sampah ke fasilitas
pengolahan sampah yang lain atau kepada pihak yang membutuhkan. Sehingga bisa menambah nilai guna barang yang sebelumnya dianggap tidak berguna (Utami, 2013:2)
Menurut Kementrian Lingkungan Hidup, kini sudah ada 1.195 bank sampah telah dibangun di 55 kota di seluruh Indonesia. Selain itu, ada pula bank sampah yang digagas oleh perusahaan atau lembaga swadaya masyarakat, misalnya, sistem bank sampah yang diprakarsai Yayasan Unilever Indonesia di 10 kota besar di Indonesia. Gerakan ini harus segera ditularkan ke daerah lain, jika tidak, beberapa tahun mendatang 250 juta rakyat Indonesia akan hidup bersama tumpukan sampah (Utami, 2013:2).
Bank sampah pertama Indonesia adalah bank sampah yang didirikan oleh masyarakat Dusun Bandegan, Bantul di Yogyakarta dengan nama Gemah Ripah menjadi pelopor bank sampah indonesia. Bank sampah bekerja sama dengan pengepul barang–barang plastik, kardus dan lain–
lain, untuk bisa merupiahkan tabungan sampah masyarakat. Juga dengan pengolah pupuk organik untuk menyalurkan sampah organik yang ditabugkan. Konsep bank sampah mulai banyak dilakukan di Indonesia, dimana masyarakat dapat membawa sampah tertentu, lalu bisa diolah menjadi bahan bermanfaat, hal tersebut disampaikan Direktur Jendral Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (PP dan PL), Tjandra Yoga Aditama (Juliandoni,2013:5).
Sampah adalah salah satu masalah penyebab tidak seimbangnya lingkungan hidup, yang umumnya terdiri dari komposisi sisa makanan, daun-daun, plastik, kain bekas, karet, tanah dan lain-lain. Bila dibuang dengan cara ditumpuk saja akan menimbulkan bau dan mengeluarkan gas-gas yang berbahaya bagi kesehatan manusia. Bila dibakar akan menimbulkan pengotoran udara, apalagi bila yang dibakar itu bahan-bahan sintesis seperti karet dan benda sintesis lainnya, yang jenisnya telah banyak muncul akibat perkembangan peradaban (Iswandi, 2012:132)
Bank sampah adalah suatu sistem pengelolaan sampah kering secara kolektif yang mendorong masyarakat untuk berperan serta aktif didalamnya.
Sistem ini akan menampung, memilah, dan menyalurkan sampah bernilai ekonomi pada pasar sehingga masyarakat mendapat keuntungan ekonomi dari menabung sampah (Utami, 2013:3).
Untuk mengubah sampah agar lebih bermanfaat dan bernilai ekonomis bagi masyarakat serta untuk membantu menangani pengolahan sampah, Pemerintahan kabupaten Dharmasraya melalui Badan Lingkungan Hidup membuat terobosan dengan mendirikan pengumpulan dan pengolahan sampah yang dinamai Bank Sampah SAJATI (Sampah Jadi Pitih). Peresmian ditandai pembukaan selubung papan nama oleh Bupati Dharmasraya, usai upacara peringatan Hari Olah
Raga Nasional (Haornas) ke-31 dan Hari Perhubungan Nasional (Harhubnas) di halaman kantor Bupati Dharmasraya, Rabu 17 September 2014. Menurut Bupati, keberadaan bank sampah memiliki beberapa manfaat bagi masyarakat dan lingkungan hidup. Diantaranya menjadikan lingkungan lebih bersih, menyadarkan masyarakat akan pentingnya kebersihan, dan membuat sampah menjadi barang yang bernilai ekonomis, seperti kerajinan dan pupuk. “Yang pasti, dengan adanya bank sampah, akan dapat menambah penghasilan masyarakat, karena saat mereka menukarkan sampah mereka akan mendapatkan imbalan berupa uang yang dikumpulkan dalam rekening yang mereka miliki,” ujar Bupati. Rekening itu, lanjutnya, dapat diambil kapan saja mereka butuhkan (http://beritasumbar.com/bupati- dharmasraya-resmikan-bank-sampah-sajati/
17/09/2014).
Berdasarkan observasi yang dilakukan penulis bahwa pada dasarnya terdapat tiga Bank Sampah SAJATI di Kabupaten Dharmasraya, Bank sampah SAJATI (Sampah Jadi Pitih) I berlokasi di Jorong Padang Candi Kenagarian Sungai Dareh yang didirikan pada 19 Juni 2012 dan diresmikan pada 12 Juni 2014, selanjutnya Bank sampah SAJATI (Sampah Jadi Pitih) II berlokasi di Jorong Koto Agung Kenagarian Sungai Duo Kecamatan Sitiung yang resmikan pada 2012 dan Bank sampah SAJATI (Sampah Jadi Pitih) III terdapat di Jorong Lubuk Bulang Kenagarian Gunung Selasih Kecamatan Pulau Punjung, yang diresmikan pada 17 September 2014. Bank sampah ini berbeda dengan bank sampah yang ada di Pulau Jawa dari segi pegelolaannya, misalnya saja pada saat menabung sampah, di daerah Pulau Jawa masyarakat yang mengantarkan sampah ke bank sampah, sedangkan di bank sampah sajati ini pengelola yang menjemput ke nasabah sesuai dengan jadwal yang sudah disepakati. Sampah yang bisa ditabung berupa: koran bekas, kertas HVS bekas, gelas plastik, besi, karton dll (khusus sampah organik) sampah tersebut bisa diuangkan dan bisa diambil sesuai keinginan nasabah.
Berdasarkan pada pemikiran tersebut, maka peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian tentang:
“Studi tentang Pengelolaan Bank Sampah SAJATI (Sampah Jadi Pitih) Di Kabupaten Dharmasraya”.
METODOLOGI PENELITIAN
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif karena penelitian ini berusaha untuk mendapatkan atau mengungkapkan realitas bagaimana adanya.
Penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang berlandasan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci,
teknik pengumpulan data dilakukan secara tringulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi (Sugiyono, 2014:9).
Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bertujuan untuk mendapatkan pemahaman yang mendalam tentang masalah-masalah manusia dan sosial, bukan mendeskripsikan bagian dari suatu realitas sebagaimana dilakukan penelitian kualitatif dengan positivismenya (Gunawan, 2013:85).
Penelitian ini dilaksanakan di beberapa lokasi di Kabupaten Dharmasraya yaitu: Bank sampah SAJATI (Sampah Jadi Pitih) I di Jorong Padang Candi Kenagarian Sungai Dareh Kecamatan Pulau Punjung Kabupaten Dharmasraya, Bank sampah SAJATI (Sampah Jadi Pitih) II di Jorong Koto Agung Kenagarian Sungai Duo Kecamatan Sitiung Kabupaten Dharmasraya, Bank sampah SAJATI (Sampah Jadi Pitih) III di Jorong Lubuk Bulang Kenagarian Gunung Selasih kecamatan Pulau Punjung kabupaten Dharmasraya dan di Kantor BLH (Badan Lingkungan Hidup) kabupaten Dharmasraya.
Informan penelitian ini adalah, pengelola bank sampah SAJATI (Sampah Jadi Pitih), karyawan bank sampah SAJATI (Sampah Jadi Pitih) dan kantor BLH (badan lingkungan Hidup) Kabupaten Dharmasraya. Teknik atau cara penentuan informan dalam penelitian ini adalah dengan teknik purposive sampling. Maksud sampling adalah untuk menjaring sebanyak mungkin informasi dari berbagai sumber dan bangunannya (contructions).
Dengan demikian tujuannya adalah untuk merinci kekhususan yang ada dalam ramuan konteks yang unik. Maksud kedua dari sampling ialah menggali informasi yang akan menjadi dasar dari rancangan dan teori yang muncul (Maleong, 2010:224).
Purposive sampling adalah teknik pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu. Pertimbangan tertentu ini, misalnya orang tersebut yang dianggap paling tahu tentang apa yang kita harapkan, atau mungkin dia sebagai penguasa sehingga akan memudahkan peneliti menjelajahi obyek/situasi sosial yang diteliti. (Sugiyono, 2014: 218).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pertama, pengelolaan bank sampah SAJATI (Sampah Jadi Pitih) di Kabupaten Dharmasraya mempunyai tujuan yang sama yaitu memiliki prinsip mengekonomikan sampah, dengan kata lain menjadikan sampah tersebut menjadi lebih bermanfaat dan dapat menghasilkan uang, dan juga dapat menciptakan lingkungan yang bersih dan nyaman. Berdasarkan hasil dilapangan Terkendalanya modal merupakan salah satu masalah yang dihadapi dalam pengelolaan bank sampah SAJATI (Sampah Jadi Pitih) di Kabupaten Dharmasraya dan juga masih kurangnya
kesadaran masyarakat akan kepedulian terhadap sampah dan menciptakan lingkungan bersih, karna masih banyak masyarakat yang membuang sampah disungai dan sembarangan tempat. walaupun demikian pemerintah melalui BLH (Badan Lingkungan Hidup) berupaya memperkenalkan bank sampah SAJATI (Sampah Jadi Pitih) ke kantor-kantor, bahkan ke perumahan-perumahan dan juga bekerja sama dengan sekolah-sekolah di Kabupaten Dharmasraya mengadakan acara pemilihan sekolah bersih berwawasan lingkungan.
Keberhasilan tercapainya tujuan dari konsep bank sampah tergantung dari kesungguhan masing- masing direktur bank sampah SAJATI (Sampah Jadi Pitih) di Kabupaten Dharmasraya untuk menjadikan Dharmasraya yang bersih dari sampah dan nyaman serta pengelolaan yang tepat.
Menurut (Juliandoni, 2013:4) Pengelolaan sampah bertujuan untuk meningkatkan kesehatan masyarakat dan kualitas lingkungan serta menjadikan sampah sebagai sumber daya. Dari sudut pandang kesehatan lingkungan, pengelolaan sampah dipandang baik jika sampah tersebut tidak menjadi berkembang biaknya bibit penyakit serta sampah tersebut tidak menjadi medium perantara menyebar luasnya suatu penyakit. Syarat lainya yang harus dipenuhi, tidak mencemari udara, air, dan tanah, tidak menimbulkan bau (tidak mengganggu nilai estetis), tidak menimbulkan kebakaran dan lainnya.
Kedua, Pengolahan sampah masing-masing bank sampah SAJATI (Sampah Jadi Pitih) di Kabupaten Dharmasraya pada umumnya mengolah sampah plastik yaitu dengan cara dicacah atau digiling sebelum dikirim ke pabrik yang ada dipulau Jawa dan botol plastik yang masih bagus dibuat kerajinan tangan sehingga tercipta berbagai kerajinan seperti: Dompet dari plastik-plastik minyak goreng, tas dari agua gelas dan lain sebagainya. Sampah lain seperti alma, logam, kaca, kertas, karton dan lainnya disusun dan dikemas hingga bisa dikirim untuk pengolahan selanjutnya.
Pengolahan sampah Bank sampah SAJATI (Sampah Jadi Pitih) di Kabupaten Dharmasraya akan mengolah sampah organik yang dapat dijadikan makanan ternak, maupun dijadikan pupuk kompos, bantuan alat untuk mengolahnya telah diberikan oleh BLH (Badan Lingkungan Hidup) terutama kepada bank sampah SAJATI (Sampah Jadi Pitih) III di Jorong Lubuk Bulang Kenagarian Gunung Selasih Kecamatan Pulau Punjung Kabupaten Dharmasraya.
Menurut (Risman 2005:77-78). Pengolahan samapah dapat digolongkan menjadi dua yaitu sampah organik dan sampah anorganik. Sampah organik yaitu dapat dijadikan makanan ternak, komposting, dan biogas, selanjutnya sampah anorganik dapat dijual kepasar loak dan dapat diaur ulang, jenis sampah yang dapat diaur ulang adalah:
sampah plastik, logam, kaca, dan kertas.
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan sebagaimana yang dikemukakan pada bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Pengelolan bank sampah SAJATI (Sampah Jadi Pitih) di Kabupaten Dharmasraya yaitu terkendalanya modal merupakan salah satu masalah yang dihadapi dalam pengelolaan bank sampah SAJATI di Kabupaten Dharmasraya dan juga masih kurangnya kesadaran masyarakat akan kepedulian terhadap sampah. Keberhasilan tercapainya tujuan dari konsep bank sampah tergantung dari kesungguhan masing-masing direktur bank sampah SAJATI di Kabupaten Dharmasraya untuk menjadikan Dharmasraya yang bersih dari sampah dan nyaman serta pengelolaan yang tepat.
2. Pengolahan sampah masing-masing bank sampah SAJATI (Sampah Jadi Pitih) di Kabupaten Dharmasraya yaitu pada umum nya mengolah sampah an organik seperti:
plastik, kaca, logam, alma, kerta-kertas dan kardus. Sampah-sampah plastik dapat dijadikan kerajinan tangan berupa: tas, dompet dan kerajinan lainnya. selanjutnya pengolahan sampah organik yaitu dijadikan pupuk dan makanan ternak.
Saran
Berdasarkan hasil penelitian maka peneliti dapat memberikan saran sebagai berikut:
1. Diharapkan kepada BLH (Badan Lingkungan Hidup) atau pemerintah memberikan informasi atau pemahaman baru bagi masyarakat untuk masyrakat Dharmasraya yang memperhatikan lingkungan.
2. Diharapkan kepada masing-masing bank sampah SAJATI (Sampah Jadi Pitih) lebih mengenalkan konsep bank sampah kepada masyarakat agar terciptanya Dharmasraya yang cinta lingkungan.
3. Diharapkan kepada masyarakat untuk lebih memperhatikan lingkungan, agar sampah tidak dibuang sembarangan tempat, dan dapat memanfaatkan sampah tersebut dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA.
Gunawan, Imam. 2013. Metode Penelitian Kualitatif: Metode Dan Praktik. Jakarta:
Bumi Aksara.
Himpunan Peraturan Perundang-Undangan. 2013.
Undang-Undang Perlindungan Dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.
Bandung:Fokus Media.
Http://Beritasumbar.Com/Bupati-Dharmasraya- Resmikan-Bank-Sampah-Sajati/diakses tanggal 20 Mei 2015.
Juliandoni, Asdriyandi. 2013. Pelaksanaan Bank Sampah Dalam Sistem Pengelolaan Sampah di Kelurahan Gunung Bahagia Balik Papan.
Fakultas Hukum. Universitas Mulawarman.
Samarinda.
Maleong, Lexy J. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Pt. Remaja Rosdakarya
Notoatmodjo, Soekidjo. 2011. Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni (Edisi Revisi).
Jakarta: Rineka Cipta.
Risman. 2005. Bersahabat dengan Lingkungan Hidup. Jakarta: Swakarya.
Sugiyono 2014. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D (Edisi Revisi).
Banndung:Afabeta.
U, Iswandi. 2012. Ekologi Dan Ilmu Lingkungan.
Padang: UNP Press.
Utami, Eka. 2013. Buku Panduan Sistem Bank Sampah & 10 Kisah Sukses. Jakarta:
Yayasan Unilever Indonesia.
Wahyuni, Desi. 2013. Pengelolaan Sampah Di Kelurahan Dadok Tunggul Hitam Kecamatan Koto Tangah Kota Padang.
(Skripsi). Pendidikan Geografi Stkip Pgri Sumbar
Ramadhani Hilda, Dasrizal, Erita Yeni. (2014).
Pengelolaan Sampah Di Pasar Alai Kelurahan Alai Parak Kopi Kecamatan Padang Utara http://ejournal-s1.stkip-pgri- sumbar.ac.id/index.php/geografi/article/vie w/1950 di akses pada tanggal 06 Novmber 2015
Wahyuni Desi, Erita Yeni, Prari Keslan Widya 2013 Pengelolaan Sampah Di Kelurahan Dadok Tunggul Hitam Kecamatan Koto Tangah Kota Padang http://ejournal- s1.stkip-pgri-
sumbar.ac.id/index.php/geografi/article/vie w/21 di akses pada tanggal 06 Novmber 2015