• Tidak ada hasil yang ditemukan

Suatu negara wajib memberikan ijin kepada semua orang asing

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "Suatu negara wajib memberikan ijin kepada semua orang asing"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

PENGATURAN TENTANG MASUK KELUARNYA WARGA NEGARA ASING MENURUT HUKUM KEIMIGRASIAN

Kajian Hukum Internasional Tentang Keimigrasian

Dalam doktrin hukum internasional terdapat beberapa pendapat berkenaan dengan masuknya orang asing pada wilayah suatu negara :1

1. Suatu negara wajib memberikan ijin kepada semua orang asing.

2. Suatu negara wajib memberikan ijin kepada semua orang asing, dengan syarat bahwa negara tersebut boleh menolak golongan- golongan tertentu, misalnya pecandu obat bius, orang mengidap penyakit berbahaya .

3. Suatu negara terikat untuk mengijinkan orang asing masuk tetapi dengan mengenakan syarat-syarat pada ijin masuk.

4. Suatu negara sepenuhnya berhak melarang semua orang asing menurut kehendaknya.

Praktek negara-negara dalam hal pemberian izin masuk orang asing di wilayah negaranya, selalu disertai dengan persyaratan-persyaratan tertentu yang diatur dalam hukum nasional masing-masing negara. Tindakan ini sesuai dengan pencerminan dari prinsip kedaulatan negara yang dianut oleh suatu negara, bahkan praktek pengadilan di Amerika dan Inggris menegaskan bahwa larangan masuk orang asing yang dilakukan oleh suatu negara sebagai

1 https://jurnal.untan.ac.id/index.php/civika/article/view/399 Diakses pada tanggal 26 mei 2021

(2)

suatu peristiwa kedaulatan teritorial. Pengecualian terhadap larangan masuk orang asing ke wilayah suatu negara, dapat ditentukan dalam perjanjian internasional yang mengikat bagi negara-negara tersebut. Dalam hukum internasional sendiri tidak mempunyai kewajiban untuk mengijinkan masuknya orang asing secara bebas dan tidak menetapkan jangka waktu tertentu bagi orang asing yang masuk dalam wilayah suatu negara. Suatu negara bertanggungjawab terhadap warga negara asing dan harta miliknya yang berada di wilayah negaranya. Perjanjian internasional multilateral dan regional atau melalui hukum nasional menetapkan hak dan kewajiban negara terhadap orang asing yang berada dalam wilayah suatu negara, pelanggaran terhadap kewajiban itu menyebabkan negara harus bertanggungjawab terhadap orang asing tersebut.2

Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki lembaga yang bertugas melakukan pengawasan dan pemeriksaan terhadap orang asing yang ingin masuk keluar wilayah indonesia yaitu Keimigrasian. Keimigrasian sendiri merupakan hal ikhwal lalu lintas orang yang masuk atau keluar Wilayah Indonesia serta pengawasannya dalam rangka menjaga tegaknya kedaulatan negara.3

Oleh karena itu dalam hukum internasional keimigrasian merupakan penjaga kedaulatan negara karena fungsi dari Imigrasi sebagai penjaga pintu

2http://download.garuda.ristekdikti.go.id/article.php?article=1432468&val=4131&tit le=TANGGUNG%20JAWAB%20NEGARA%20TERHADAP%20ORANG%20ASING%20MEN URUT%20HUKUM%20INTERNASIONAL%20DAN%20HUKUM%20NASIONAL%20INDON ESIA Diakses pada tanggal 26 mei 2021

3 Arif, Moh. Keimigrasian Suatu Pengantar. Pusat Pendidikan, dan Latihan Pegawai Departemen Kehakiman, Departemen Kehakiman RI. Jakarta, 1997, hal 65

(3)

gerbang negara, dapat dikatakan demikian karena imigrasi merupakan institusi pertama dan terakhir yang menyaring kedatangan dan keberangkatan orang asing ke dan dari wilayah Republik Indonesia, pelaksanaan fungsi keamanan yang ditujukan kepada Warga Negara Indonesia dijabarkan melalui tindakan pencegahan ke luar negeri bagi Warga Negara Indonesia atas permintaan Menteri Keuangan dan Kejaksaan Agung tindakan ini guna untuk menghindari adanya ancaman dan gangguan yang dapat menyebabkan hilangnya kotrol kedaulatan negara khusus Warga Negara Indonesia (WNI) tidak dapat dilakukan pencegahan karena alasan-alasan keimigrasian belaka.

Dalam sejarah antar bangsa, dan praktik kenegaraan, keterkaitan antara kedaulatan (sovereignty) dan hak menentukan nasib sendiri suatu bangsa (national self-determination) seringkali menjadi sumber ketegangan dan

bahkan konflik dengan kekerasan di berbagai wilayah negara. ini juga terjadi proses interdependensi legal hukum multilateral yang dibangun dan diterima oleh masyarakat negara-negara pada asas regional maupun internasional. Ini menjadi alasan mengapa kedaulatan negara menjadi peran penting terhadap pembangunan bangsa. berbicara tentang ancaman kedaulatan negara yang berasal dari faktor eksternal, juga berbicara mengenai people smuggling tidak akan terlepas dari masalah imigran illegal atau imigran gelap. Kemudian adapun selain People Smuggling ada juga kejahatan transnasional hampir selalu

(4)

berkaitan dengan kejahatan dengan motif finansial, yang membawa dampak terhadap kepentingan lebih dari satu negara.4

Kejahatan ini antara lain, kejahatan terorganisir lintas batas negara (transborder organized criminal activity), pencucian uang (money laundering),

kejahatan finansial (financial crimes), perusakan lingkungan secara disengaja (willful damage to the environment), dan lain-lain yang dapat mengakibatkan

kestabilan politik di Indonesia tidak seimbang dan akan banyak berdampak buruk terhadap kehidupan sosial, budaya dan politik, akan ada banyak ketimpangan sosial akibat kejahatan Transnasional ini, maka Keimigrasian harus benar benar selektif dalam memeriksa orang asing yang ingin masuk ke wilayah Indonesia.

Peningkatan kejahatan transnasional menyebabkan kedaulatan negara terancam oleh karena itu di dalam Undang-Undang No 6 Tahun 2011 Tentang Keimigrasian mengatur mengenai pengawasan terhadap orang asing yang masuk ke Indonesia. dalam keimigrasian terdapat dua jenis pengawasan yaitu:5 1. Pengawasan Administrasi

Pengawasan administrasi diatur dalam Pasal 40 huruf a, b, d, dan e UU Nomor 9 Tahun 1992, yakni : melakukan pemeriksaan dan penelitian terhadap surat perjalanan, surat atau dokumen lain, daftar cekal, pemotretan, pengambilan sidik jari dan pengelolaan data keimigrasian dari pada warga negara Indonesia maupun orang asing, pemeriksaan dilakukan

4 Op. Cit, Arif, Moh. Keimigrasian Suatu Pengantar. Pusat Pendidikan, dan Latihan Pegawai Departemen Kehakiman, hal 77

5 Santoso, M Iman. Perspektif Imigrasi dalam Pembangunan Ekonomi dan Ketahanan Nasional: Universitas Indonersia ( UI – Press ). Jakarta. 1993, hal 88

(5)

sewaktu memberikan atau menolak memberikan perizinan keimigrasian di Tempat Pemeriksaan Imigrasi, Kantor Imigrasi, Bidang Imigrasi pada Kantor Wilayah Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia maupun Perwakilan Republik Indonesia di luar negeri dan Direktorat Jenderal Imigrasi. Pengawasan administrasi ini juga melakukan pemeriksaan terhadap surat perjalanan, surat, atau dokumen lain, daftar cekal, pemotretan, pengambilan sidik jari dan pengelolaan data keimigrasian, dalam memberikan perizinan keimigrasian baik di Tempat Pemeriksaan Imigrasi maupun di kantor imigrasi, terhadap WNI maupun orang asing.

2. Pengawasan Operasional

Pengawasan operasional diatur dalam Pasal 40 huruf c dan e UU Nomor 9 Tahun 1992, yakni : melalukan kegiatan rutin dan operasi di lapangan dengan melakukan serangkaian pemantauan atau penyelidikan berupa wawancara (interview), pengamatan (observasi), dan penggambaran, pengintaian/membuntuti (surveillance), penyadapan, pemotretan, penyusupan (undercover), penjejakan, penggunaan informan dan kegiatan lain dalam mengawasi setiap orang baik WNI maupun orang asing yang masuk dan keluar wilayah Indonesia. Ke semua kegiatan tersebut, adalah untuk memperoleh

(6)

bahan keterangan atau informasi yang dibutuhkan pada pengambilan keputusan dalam rangka memutuskan dan menetapkan kebijakan keimigrasian, khususnya dalam hal mengawasi setiap orang baik warga negara

Kedua pengawasan keimigrasian tersebut harus dilaksanakan secara maksimal oleh keimigrasian agar tingkat pelanggaran keimigrasian seperti warga negara asing masuk secara ilegal ke indonesia semakin menurun dengan demikian maka kedaulatan negara juga dapat terlindungi dari intervensi negara lain. Seperti diketahui bahwa Kedaulatan negara merupakan salah satu norma fondasional dalam sistem hukum internasional. Konsekuensinya, konsep tentang negara yang berdaulat sebagai kesatuan otoritas yang tidak tunduk pada pihak manapun merupakan penyangga sistem tata hukum internasional yang menjunjung tinggi prinsip non-intervensi dan kesepakatan (consent) negara.

Kajian Tentang Hukum Keimigrasian dan Perkembangannya

Berdasarkan lembaran negara Tahun 2011 Nomor 52 Tanggal 5 Mei 2011 pemerintah secara resmi menggunakan istilah Hukum Keimigrasian. Apa yang dimaksud dengan hukum keimigrasian terdapat dalam Pasal 1 angka 1 UndangUndang No. 6 Tahun 2011 Tentang Keimigrasian disebutkan adalah hal ikhwal lalu lintas orang yang masuk atau keluar Wilayah Indonesia serta pengawasannya dalam rangka menjaga tegaknya kedaulatan negara.

Kesimpulan dari isi ketentuan tersebut ialah, bahwa:6

6 Eugenia Liliawati Muljono, “UU Keimigrasian Beserta Peraturan Pelaksanannya 1992 - 1998“, buku I, Harvarindo, Jakarta, 1999, 76

(7)

1. Lapangan (obyek) hukum keimigrasian adalah lalu lintas dan pengawasan keimigrasian.

2. Sedangkan subyek hukum dari hukum keimigrasian adalah orang yang masuk dan keluar wilayah Negara Republik Indonesia dan orang asing yang berada di wilayah Negara Republik Indonesia.

Yang dimaksudkan dengan orang dalam ketentuan tersebut tidak saja berlaku terhadap orang Indonesia atau warga negara Indonesia tapi berlaku juga terhadap orang asing atau warga negara asing. Selanjutnya jika dilihat dari sistem hukum keimigrasian pada dasarnya merupakan sebagian kebijakan organ administrasi (negara) yang melaksankan kegiatan pemerintahan (administrasi negara) berupa perbuatan hukum pemerintah yang dilakukan Negara dalam keadaan bergerak (staat in beweging) 50 fungsi dan kewenangan keimigrasian di Indonesia dilaksanakan oleh Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia, yang secara khusus dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal Imigrasi. Penjabaran dari sistem hukum keimigrasian yang dijalankan oleh pemerintah secara operasional dituangkan ke dalam trifungsi imigrasi yaitu, Pertama, fungsi pelayanan masyarakat, Kedua, penegakan hukum, Ketiga, fungsi keamanan.

Prayudi Atmosudirdjo menyebutnya sebagai hukum mengenai pemerintah dalam kedudukan dan fungsinya sebagai Administrator Negara.

Selanjutnya diuraikan bahwa pemerintah suatu negara modern mempunyai lima fungsi pokok. Salah satu di antaranya adalah fungsi Administrasi Negara, yang meliputi tugas dan kegiatan-kegiatan:7

a. Melaksanakan dan menyelenggarakan kehendak-kehendak (strategi) serta keputusan-keputusan pemerintah secara nyata.

7 Prayudi Atmosudirdjo. Keimigrasian Suatu Pengantar. Pusat Pendidikan, dan Latihan Pegawai Departemen Kehakiman:. Departemen Kehakiman RI. 1997. Jakarta, hal 55

(8)

b. Menyelenggarakan undang-undang (menurut pasal-pasalnya) sesuai dengan peraturan-peraturan pelaksanaan yang ditetapkan oleh pemerintah.

Dilihat dari sisi ini, hukum keimigrasian yang termasuk hukum administrasi itu, bertugas melaksanakan dan menyelenggarakan ketentuan- ketentuan undang-undang keimigrasian. Administrasi Negara dari sudut ilmu hukum, menurut Prajudi Atmosudirdjo mempunyai tiga arti, yaitu:8

a. Sebagai aparatur negara yang dikepalai dan digerakkan oleh Pemerintah

b. Sebagai fungsi atau aktivitas atau administrasi dalam arti dinamis atau fungsional. Dalam hal ini Administrasi Negara merupakan kegiatan-kegiatan aparatur negara. Apabila administrasi bertindak sebagai fungsi hukum, maka ia merupakan penyelenggaraan undang-undang atau pelaksanaan ketentuan undang-undang secara konkret, kausal dan (kebanyakan) individual;

c. Sebagai proses tata kerja penyelenggaraan atau sebagai tata usaha.

Sebagai fungsi atau aktivitas ini berarti pengelolaan, perhitungan dan penarikan serta penyusunan ikhtisar data informasi tentang pekerjaan-pekerjaan dan kegiatankegiatan.

Pengertian Hukum Keimigrasian lebih kurang dapat dipergunakan sebagai pedoman atau pegangan sebagai berikut. .Hukum Keimigrasian adalah himpunan petunjuk yang mengatur tata tertib orang-orang yang berlalu lintas masuk keluar wilayah Indonesia dan pengawasan terhadap orang-orang asing yang berada di wilayah Indonesia. 9

Hukum Keimigrasian termasuk juga dalam hukum publik yaitu hukum yang mengatur hubungan antar individu dan negara (Pemerintah). Keterkaitan strategis antara kepentingan Negara terhadap ikhwal keimigrasian yang bersinggungan dengan aspek pendekatan keamanan Negara dan aspek

8 Ibid

9 H. J. Adiwinata, “Pengertian Imigrasi”, Diktat Kursus Pejabat Imigrasi, 1951, hal 66

(9)

pendekatan kesejahteraan berakibat hukum keimigrasian bukan sebagai hukum administratif yang bersifat umum.

Walaupun termasuk dalam hukum administatif, mengingat keimigrasian terkait dengan beberapa aspek strategis yang paling mengemuka adalah bahwa keimigrasian sebagai aspek penegakan kedaulatan Negara, oleh karena itu untuk mengawal penegakan hukum keimigrasian perlu sanksi pidana yang bersifat khusus diluar kelaziman yang berlaku sebagaimana hukum administratif lainnya, dan apabila dibandingkan dengan sanksi pelanggaran hukum adminsitratif lainnya yang lebih ringan maka kedudukan fungsi keimigrasian yang strategis secara rasional dapat diterima sebagai alasannya.

Hukum Keimigrasian yang merupakan suatu hukum administratif, namun karena kedudukan dan fungsi keimigrasian yang sangat strategis maka tidak sepenuhnya pelaksanaan sanksi dalam hukum administratif diterapkan dan malah sebaliknya sanksi diterapkan berupa kejahatan terhadap kasus tindak pidana keimigrasian.10

Ketentuan mengenai pengaturan sanksi pidana dalam kasus tindak pidana keimigrasian adalah dalam rangka melindungi kepentingan nasional, sebagaimana tujuan pidana adalah pidana tidak dikarenakan demi pidana itu sendiri melainkan untuk suatu tujuan yang bermanfaat, ialah untuk melindungi masyarakat atau untuk pengayoman. Kemudian unsur untuk dikatakan bahwa adanya perbuatan pidana didasarkan pada adanya kesalahan berupa kesengajaan (dolus, opzet, intention) yang diwarnai dengan sifat melawan

10 Herlin Wijayanti, “Hukum Kewarganegaraan dan Keimigrasian”, Bayumedia Publishing, Malang, 2011, hal 76

(10)

hukum kemudian dimanifestasikan dalam sikap tindak. Kesalahan berupa kealpaan atau culpa yang diartikan sebagai akibat kurang kehatihatian secara tidak sengaja sesuatu terjadi. Dalam bahasa Belanda asas tiada pidana tanpa kesalahan dikenal dengan istilah Geen Straf Zonder Schuld. Asas ini tidak dijumpai pada KUHPidana sebagaimana halnya asas legalitas, karena asas ini adalah asas yang ada dalam hukum tidak tertulis.11

Kepentingan melindungi masyarakat dalam hal ini tujuan pidana keimigrasian adalah untuk melindungi kepentingan masyarakat yang lebih luas yaitu kepentingan masyarakat dalam artian negara (Kepentingan Nasional).

Semua pengaturan hukum keimigrasian termasuk dalam hukum yang memaksa, hukum keimigrasian, termasuk hukum publik biasanya hukum yang memaksa, karena ia mengatur kepentingan-kepentingan umum. Undang- Undang Keimigrasian merupakan hukum tertulis tentang keimigrasian, sebagaimana prinsip dalam aliran hukum positif adalah aliran pemikiran hukum yang memberikan penegasan terhadap bentuk hukum (undang-undang), isi hukum (perintah penguasa), ciri hukum (sanksi, perintah, kewajiban dan kedaulatan), dan sistematika norma hukum. Di dalam Undang-Undang No. 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian yang isinya terdiri dari pengaturan yang bersifat hukum administratif dan sanksi yang menjelaskan mengenai ketentuan Pidana Keimigrasian.12

Hal yang bersifat hukum administratif adalah hal yang memuat tentang pengaturan, pelayanan, perijinan dari aspek-aspek keimigrasian yaitu mengenai

11 Ibid

12 Koerniatmanto Soetoprawiro, “Hukum Kewarganegaraan Dan Keimigrasian Indonesia”, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 1996., hal 66

(11)

masuk dan keluar wilayah Indonesia, Surat Perjalanan Republik Indonesia, sedangkan hal yang mengenai proses penegakan hukum, dan sanksi pidana adalah tentang Pengawasan Orang Asing dan Tindakan Keimigrasian, Penyidikan dan Ketentuan Pidana. Dari hal-hal yang dimuat di dalam Undang- Undang tersebut yang merupakan dasar hukum keimigrasian Indonesia. Hal ini tercatum dalam Undang-Undang No. 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian yang meliputi lalu lintas orang masuk dan ke luar wilayah merupakan hak dan wewenang negara Republik lndonesia serta merupakan salah satu perwujudan dan kedaulatannya sebagai negara hukum yang berdasarkan Pancasila dan UndangUndang Dasar 1945. Dalam rangka pelaksanaan pembangunan nasional yang berwawasan nusantara dan dengan semakin meningkatnya lalu lintas orang serta hubungan antara bangsa dan negara, diperlukan penyempurnaan peraturan-peraturan keimigrasian yang sesuai dengan perkembangan zaman.

Keimigrasian sendiri mempunyai peran penting dalam pengawasan dan pemeriksaan. Dalam pemeriksaan di Indonesia sendiri pemeriksaan keimigrasian telah ada sejak zaman penjajahan Belanda. Pada saat itu, terdapat badan pemerintah kolonial Belanda bernama Immigratie Dienst yang bertugas menangani masalah keimigrasian untuk seluruh Indonesia.13

Sejak Indonesia merdeka pada tanggal 17 Agustus 1945, namun baru pada tanggal 26 Januari 1950 Immigratie Dienst diserah terimakan dari H.

Breekland kepada kepala jawatan imigrasi dari tangan pemerintah Belanda ke tangan Pemerintah Indonesia, tetapi yang lebih penting adalah peralihan

13 H. J. Adiwinata, “Pengertian Imigrasi”, Op.Cit, Hal 55

(12)

tersebut merupakan titik mula dari era baru dalam politik hukum keimigrasian Indonesia, yaitu perubahan dari politik hukum keimigrasian yang bersifat terbuka (open door policy) untuk kepentingan pemerintahan kolonial, menjadi politik hukum keimigrasian yang bersifat selektif didasarkan pada kepentingan nasional Indonesia. Dianggap Keimigrasian tersebut masih bersifat “tambal sulam” karena sebagaian besar masih dari peraturan tersebut merupakan warisan dari pemerintah Hindia Belanda yang diberlakukan , berdasarkan pasal II aturan peralihan UUD 1945. Selain itu pembentukan hukum dibidang Keimigrasian baik Undang-undang maupun Peraturan Pemerintah dilakukan secara Parsial. Hal ini dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan pada saat itu, akibatnya pembentukan hukum dibidang Keimigrasian menjadi tumpang tindih dan tidak tertata secara Sistematis, sehingga dikeluarkanlah Undang-undang nomor 6 tahun 2011 yang menjawab permasalahan tersebut, dimana keimigrasian menurut Undang-undang tersebut bersifat Selective Policy.

Undang-undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian, dalam pasal 1 menyebutkan : “Keimigrasian adalah hal-ikhwal lalu lintas orang yang masuk atau keluar wilayah Indonesia dan pengawasan orang asing di wilayah Republik.14

Dalam rangka mewujudkan prinsip selective policy dipandang perlu untuk mengadakan pengawasan terhadap orang asing yang termasuk dalam lingkup tugas pengawasan keimigrasian. Dengan demikian, menurut Undang-

14 M. Imam Santoso, “Perspektif Imigrasi Dalam Pembangunan Ekonomi dan Ketahanan Nasional”, UI Press, Jakarta, 2004, hal 55

(13)

undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian terdapat dua unsur pengaturan yang penting, yaitu :

i. Pengaturan tentang berbagai hal mengenai lalu-lintas orang keluar, masuk, dan tinggal dari dan ke dalam wilayah Negara Republik Indonesia.

ii. Pengaturan tentang berbagai hal mengenai pengawasan orang asing di wilayah Republik Indonesia.

Unsur pertama, pengaturan lalu-lintas keluar masuk wilayah Indonesia.

berdasarkan hukum internasional pengaturan hal ini merupakan hak dan wewenang suatu negara serta merupakan salah satu perwujudan dan kedaulatan sebagai negara hukum yang berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945, Undang-undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian tidak membedakan antara emigrasi dan imigrasi. Selanjutnya, pengaturan lalu-lintas keluar-masuk wilayah Indonesia harus melewati tempat pemeriksaan imigrasi (TPI), yaitu di pelabuhan laut, bandar udara, atau tempat tertentu atau daratan lain yang ditetapkan menteri kehakiman sebagai tempat masuk atau keluar wilayah Indonesia (entry point). Pelanggaran atas ketentuan ini dikategorikan sebagai tindakan memasuki wilayah negara Indonesia secara tidak sah, artinya setiap tindakan keluar-masuk wilayah tidak melalui Tempat Pemeriksaan Imigrasi (TPI), merupakan tindakan yang dapat dipidana.15

Unsur kedua dari pengertian keimigrasian yaitu pengawasan orang asing di wilayah Indonesia. Dalam rangka ini “pengawasan” adalah keseluruhan proses kegiatan untuk mengontrol atau mengawasi apakah proses pelaksanaan tugas telah sesuai dengan rencana atau aturan yang telah

15 M. Imam Santoso, “Perspektif Imigrasi Dalam Pembangunan Ekonomi dan Ketahanan Nasional”, Op.Cit, hal 66

(14)

ditentukan. Dengan demikian pengertian pengawasan orang asing adalah seluruh rangkaian kegiatan yang ditujukan untuk mengontrol apakah keluar- masuknya serta keberadaan orang asing di Indonesia telah atau tidak sesuai dengan ketentuan keimigrasian yang berlaku.16

Pengawasan orang asing meliputi masuk dan keluarnya orang asing ke dan dari wilayah Indonesia, dan keberadaan serta kegiatan orang asing di wilayah Indonesia. Pengawasan orang asing sebagai suatu rangkaian kegiatan pada dasarnya telah dimulai dan dilakukan oleh perwakilan Republik Indonesia di luar negeri ketika menerima permohonan pengajuan visa. Pengawasan selanjutnya dilaksanakan oleh pejabat Imigrasi di Tempat Pemeriksaan Imigrasi (TPI) ketika pejabat imigrasi dengan kewenangannya yang otonom memutuskan menolak atau memberikan izin tinggal yang sesuai dengan visa yang dimilikinya. Selanjutnya pengawasan beralih ke kantor imigrasi yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal warga asing tersebut. Dari keseluruhan prosedur keimigrasian yang ditetapkan, perlu dipahami bahwa operasionalisasinya dilaksanakan berdasarkan politik hukum keimigrasian yang bersifat selektif.17

Berdasarkan pengertian umum, dapat dinyatakan bahwa pada hakikatnya keimigrasian merupakan: “suatu rangkaian kegiatan dalam pemberian pelayanan dan penegakan hukum serta pengamanan terhadap lalu lintas keluar masuknya setiap orang dari dan kedalam wilayah Republik

16 Abdullah Sjahriful (James), Memperkenalkan Hukum Keimigrasian, Cetakan Pertama, (Jakarta, Ghalia Indonesia, 1993), hal 78

17 Bagir Manan, Hukum Keimigrasian dalam Hukum Nasional, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2000), hal 66

(15)

Indonesia, serta pengawasan terhadap keberadaan warga negara asing di wilayah Republik Indonesia”. Secara operasional peran keimigrasian dapat diterjemahkan ke dalam konsep trifungsi imigrasi. Dimana konsep ini hendak menyatakan bahwa sistem keimigrasian, baik ditinjau dari budaya hukum keimigrasian, materi hukum. (peraturan hukum.) kemigrasian, lembaga, organisasi, aparatur, mekanisme hukum keimigrasian, sarana dan prasarana hukum keimigrasian, dalam operasionalisasinya harus selalu mengandung tri fungsi yaitu:18

a. Fungsi pelayanan masyarakat

Salah satu fungsi keimigrasian adalah fungsi penyelenggaraan pemerintah atau administrasi negara yang mencerminkan aspek pelayanan. Dari aspek itu, imigrasi dituntut untuk memberi pelayanan prima di bidang keimigrasian, baik kepada Warga Negara Indonesia (WNI) atau Warga Negara Asing (WNA).

1. Pelayanan bagi Warga Negara Indonesia terdiri dari :

a. Pemberian paspor/pemberian surat perjalanan laksana paspor (SPLP)/pas lalu lintas batas (PLB), dan

b. Pemberian tanda bertolak/ masuk

2. Pelayanan bagi Warga Negara Asing terdiri dari :

a. Pemberian dokumen keimigrasian berupa: kartu izin tinggal terbatas keimigrasian (KITAS), kartu izin tinggal tetap (KITAP), kemudahan khusus keimigrasian (DAHSUSKIM).

b. Perpanjangan izin tinggal meliputi: visa kunjungan wisata (VKM), visa kunjungan sosial budaya (VKSB), visa kunjungan usaha (VKU).

c. Perpanjangan DOKIM meliputi KITAS, KITAP, DAHSUSKIM d. Pemberian izin masuk kembali, izin bertolak

e. Pemberian tanda bertolak dan masuk.

b. Fungsi penegakan hukum

18 Ibid

(16)

Dalam Pelaksanaan tugas keimigrasian, keseluruhan aturan hukum keimigrasian itu ditegakkan kepada, setiap orang yang berada di dalam wilayah hukum Negara Republik Indonesia baik itu Warga Negara Indonesia (WNI) atau Warga Negara Asing (WNA). Penegakan hukum keimigrasian terhadap Warga Negara Indonesia (WNI), ditujukan pada permasalahan :

1. Pemalsuan identitas

2. Pertanggung jawaban sponsor 3. Kepemilikan paspor ganda

4. Keterlibatan dalam pelaksanaan aturan keimigrasian.

Penegakan hukum kepada Warga Negara Asing (WNA) ditujukan pada, permasalahan :

1. Pemalsuan identitas Warga Negara Asing (WNA)

2. Pendaftaran orang asing dan pemberian buku pengawasan orang asing

3. Penyalahgunaan izin tinggal

4. Masuk secara ilegal atau berada secara ilegal 5. Pemantauan/razia

6. Kerawanan keimigrasian secara geografis dalam pelintasan.

Secara operasional fungsi penegakan hukum yang dilaksanakan oleh institusi imigrasi Indonesia juga mencakup penolakan pemberian izin masuk, izin bertolak, izin keimigrasian, dan tindakan keimigrasian. Semua itu merupakan bentuk penegakan hukum yang bersifat administratif. Dalam hal penegakan hukum yang bersifat projustisia, yaitu kewenangan

penyidikan, tercakup tugas penyidikan (pemanggilan, penangkapan, penahanan, pemeriksaan, penggeledahan, penyitaan), pemberkasan perkara, serta pengajuan berkas perkara ke penuntut umum.

c. Fungsi keamanan

(17)

Imigrasi berfungsi sebagai penjaga pintu gerbang negara. Dikatakan demikian karena imigrasi merupakan institusi pertama dan terakhir yang menyaring kedatangan dan keberangkatan orang asing ke dan dari wilayah Republik Indonesia. Pelaksanaan fungsi keamanan yang ditujukan kepada Warga Negara Indonesia dijabarkan melalui tindakan pencegahan ke luar negeri bagi Warga Negara Indonesia atas permintaan Menteri Keuangan dan Kejaksaan Agung. Pelaksanaan fungsi keamanan yang ditujukan kepada Warga Negara Asing (WNA) adalah:19

1. Melakukan seleksi terhadap setiap maksud kedatangan orang asing melalui pemeriksaan permohonan visa.

2. Melakukan kerjasama dengan aparatur keamanan negara lainnya khususnya di dalam memberikan supervise perihal penegakan hukum keimigrasian.

3. Melakukan operasi intelijen keimigrasian bagi kepentingan keamanan negara.

4. Melaksanakan pencegahan dan penangkalan, yaitu larangan bagi seseorang untuk meninggalkan wilayah Indonesia dalam jangka waktu tertentu dan/atau larangan untuk memasuki wilayah Indonesia dalam waktu tertentu.

Dalam melaksanakan kegiatan tersebut, harus diingat bahwa di era globalisasi aspek hubungan kemanusiaan yang selama ini bersifat nasional berkembang menjadi bersifat internasional terutama di bidang perekonomian, demi peningkatan kesejahteraan. Untuk mengantisipasinya, perlu menata atau mengubah peraturan perundangan, secara sinergi baik di bidang ekonomi, industri, perdagangan, transportasi, ketenagakerjaan, maupun peraturan di bidang lalu lintas orang dan barang yang dapat memfasilitasi pertumbuhan ekonomi. Perubahan itu diperlukan guna meningkatkan intensitas hubungan

19 Koemiatmanto Soetorawiro, Hukum Kewarganegaraan dan Keimigrasian Indonesia, (, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 1996), hal 33

(18)

negara Republik Indonesia dengan dunia internasional yang mempunyai dampak sangat besar pada pelaksanaan fungsi dan tugas kemigrasian.20

Untuk kelancaran dan ketertiban pengawasan, pemerintah menye- lenggarakan pendaftaran orang asing yang berada di wilayah Indonesia. Oleh karena itu setiap orang asing yang berada di wilayah Indonesia berkewajiban untuk:21

1. Memberikan segala keterangan yang perlu mengenai identitas diri dan/atau keluarganya, perubahan status sipil dan kewarganegaraannya, serta perubahan alamatnya.

2. Memperlihatkan Surat perjalanan atau dokumen keimigrasian yang dimilikinya pada waktu diperlukan dalam rangka pengawasan.

3. Mendaftarkan diri jika berada di Indonesia lebih dari sembilan puluh hari.

Menurut ketentuan Undang-Undang Keimigrasian yang berkewajiban untuk melakukan pengawasan adalah Kementerian Hukum dan HAM, pejabat imigrasi dengan koordinasi bersama badan atau instansi pemerintah yang terkait. Badan atau instansi tersebut antara lain Departemen Luar Negeri, Departemen Dalam Negeri, Departemen Pertahanan dan Keamanan, Departemen Tenaga Kerja, Kejaksaan Agung, Badan Intelijen Nasional, dan Kepolisian Negara Republik Indonesia. Dengan demikian koordinasi pengawasan orang asing ini dilakukan secara terpadu. Koordinasi dengan Kepolisian Negara Republik Indonesia dilakukan dalam hal yang berkaitan dengan pendaftaran orang asing, dan kewajiban orang asing yang telah

20 Indra Muhamad,Perspektif Penegakan Hukum dalam Sistem Keimigrasian.

Bandung. , 2008,hal 76

21 Ibid

(19)

memperoleh izin tinggal untuk melapor pada Kantor Kepolisian Negara Republik Indonesia.

Ketentuan-Ketentuan Hukum Keimigrasian Tentang Warga Negara Asing yang Masuk Keluar Wilayah Indonesia

Di Indonesia, pemeriksaan keimigrasian telah ada sejak zaman penjajahan Belanda. Pada saat itu, terdapat Badan Pemerintahan Kolonial Belanda bernama Immigratie Dienst yang bertugas menangani masalah keimigrasian unutk seluruh kawasan Hindia Belanda. Sejak Indonesia merdeka pada tanggal 17 Agustus 1945, namun baru pada tanggal 26 Januari 1950 Immigratie Dients ditimbang diterimakan dari H. Breekland kepada Kepala Jawatan Imigrasi dari tangan Pemerintah Belanda ke tangan Pemerintah Indonesia tetapi yang lebih penting adalah peralihan tersebut merupakan titik mula dari era baru dalam politik hukum keimigrasian yang bersifat terbuka (open door policy) untuk kepentingan pemerintah kolonial, menjadi politik hukum keimigrasian yang bersifat selektif didasarkan pada kepentingan nasional Indonesia.22

Dengan ditetapkannya Undang-undang Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 1992 tentang Keimigrasian merupakan sebagai dasar hukum pelaksanaan hukum Keimigrasian di Indonesia, hingga pada tanggal 5 Mei 2011, ditetapkan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian sebagai perubahan baru bagi hukum Keimigrasian di Indonesia dalam pelaksanaannya di era globalisasi dengan perubahan zaman

22 Indra Muhamad,Perspektif Penegakan Hukum dalam Sistem Keimigrasian.

Bandung. , 2008, hal 77

(20)

yang sangat pesat sehingga menuntut adanya landasan hukum yang baru dalam pelaksanaan kinerja Imigrasi dalam pelaksanaan di wilayah Nasional maupun Internasional.23

Berdasarkan Undang-undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian, dalam pasal 1 ayat 1 menyebutkan : “Keimigrasian adalah hal ikhwal orang yang masuk atau keluar wilayah Indonesia serta pengawasannya dalam rangka menjaga tegaknya kedaulatan Negara”. Dengan menggunakan pendekatan Gramatikal (tata bahasa) dan pendekatan semantic (Ilmu tentang arti kata). Menurut kamus besar Bahasa Indonesia, kata hal diartikan sebagai keadaaan, peristiwa, kejadian (sesuatu yang terjadi). Sementara itu ihwal diartikan hal, perihal. Dengan demikian, hal ihwal diartikan sebagai berbagai keadaan, peristiwa, kejadian. Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata lalu lintas diartikan sebagai hubungan antara suatu tempat dan tempat lain, hili-mudik, bolak-balik.

Dengan demikian, berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian terdapat 2 (dua) unsur pengaturan yang penting, yaitu:24

a. Pengaturan tentang berbagai hal mengenai lalu lintas orang yang masuk, keluar dan tinggal dari dan dalam wilayah Negara Republik Indonesia.

b. Pengaturan tentang berbagai pengawasan tidak hanya orang asing saja, namun juga warga Negara Indonesia di wilayah Indonesia, guna tegaknya kedaulatan negara.

23 Ibid

24 H.S. Syarif, pedoman penggunaan tenaga kerja asing di Indonesia, Surabaya, 1997 hal 6

(21)

Unsur pertama, pengaturan lalu lintas keluar masuk wilayah Indonesia.

Berdasarkan hukum internasional pengaturan hal ini merupakan hak dan wewenang suatu negara serta merupakan salah satu perwujudan dan kedaulatan sebagai Negara hukum yang berdasarkan pancasila dan Undang-undang Republik Indonesia dasar 1945, Undang-undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2011 tentang keimigrasian

Membedakan antara emigrasi dan imigrasi. Selanjutnya, berdasarkan pasal 1 ayat 12 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2011 pengaturan lalu lintas keluar masuknya wilayah Indonesia ditetapkan harus melewati Tempat Pemeriksaan Imigrasi (TPI) yaitu di Pelabuhan Laut, Bandar Udara, Pos Lintas Batas, atau tempat lain sebagai tempat masuk dan keluar wilayah Indonesia.25

Dalam Undang-Undang No 6 Tahun 2011 pasal 8 dan 9 tentang keimigrasian yang berbunyi:

Pasal 8

1) Setiap orang yang masuk atau keluar Wilayah Indonesia wajib memiliki Dokumen Perjalanan yang sah dan masih berlaku.

2) Setiap Orang Asing yang masuk Wilayah Indonesia wajib memiliki Visa yang sah dan masih berlaku, kecuali ditentukan lain berdasarkan Undang-Undang ini dan perjanjian internasional.

Pasal 9

1) Setiap orang yang masuk atau keluar Wilayah Indonesia wajib melalui pemeriksaan yang dilakukan oleh Pejabat Imigrasi di Tempat Pemeriksaan Imigrasi.

25 Bagir Manan “Hukum keimigrasian dalam sistem hukum Nasional” disampaikan dalam rapat kerja Nasional Keimigrasian, Jakarta 14 Januari 2005, hal 7

(22)

2) Pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi pemeriksaan Dokumen Perjalanan dan/atau identitas diri yang sah.

3) Dalam hal terdapat keraguan atas keabsahan Dokumen Perjalanan dan/atau identitas diri seseorang, Pejabat Imigrasi berwenang untuk melakukan penggeledahan terhadap badan dan barang bawaan dan dapat dilanjutkan dengan proses penyelidikan Keimigrasian.

Pelanggaran atas ketentuan ini dikategorikan sebagai tindakan memasuki wilayah Negara Indonesia secara tidak sah, artinya setiap lalu-lintas keluar masuk wilayah tidak melalui Tempat Pemeriksaan Imigrasi, merupakan tindakan yang dapat dikenakan pidana dan hal tersebut ditetapkan dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian pasal 113. Unsur kedua dari pengertian Keimigrasian yaitu pengawasan orang asing di wilayah Indonesia. Dalam rangka ini “pengawasan”

adalah keseluruhan proses kegiatan untuk mengontrol atau mengawasi apakah proses pelaksanaan tugas telah sesuai dengan rencana atau aturan yang ditentukan.

Maka pengertian pengawasan orang asing adalah seluruh rangkaian kegiatan yang ditujukan untuk mengontrol masuk dan keluarnya wilayah Indonesia melalui Tempat Pemeriksaan Imigrasi serta keberadaan orang asing di Indonesia telah atau tidak sesuai maksud dan tujuan orang asing tersebut masuk ke Indonesia dengan visa yang diberikan sesuai dengan ketentuan Keimigrasian yang berlaku. Pengawasan orang asing meliputi masuk dan keluarnya orang asing dan dari wilayah Indonesia, dan keberadaan serta kegiatan orang asing di wilayah Indonesia. Pengawasan orang asing sebagai suatu rangkaian kegiatan pada dasarnya telah dimulai dan dilakukan oleh

(23)

perwakilan Republik Indonesia diluar negeri ketika menerima permohonan pengajuan visa.26

Pengawasan selanjutnya dilaksanakan oleh Pejabat Imigrasi di Tempat Pemeriksaan Imigrasi ketika Pejabat Imigrasi dengan kewenangannya yang otonom memutuskan menolak atau memberikan izin tinggal yang sesuai dengan visa yang dimilikinya sesuai dengan maksud dan tujuan orang asing tersebut masuk ke Indonesia, selanjutnya pengawasan beralih ke Kantor Imigrasi yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal warga asing tersebut guna mengawasi lebih lanjut kegiatan yang dilakukan. Dari keseluruhan prosedur Keimigrasian yang ditetapkan, perlu dipahami bahwa operasionalisasinya dilaksanakan berdasarkan politik Hukum Keimigrasian yang bersifat selektif.

Dalam pengawasan ini tidak hanya pada saat orang asing masuk ke wilayah Indonesia, tetapi juga selama orang asing berada di wilayah Indonesia termasuk kegiatan-kegiatannya sebab terdapat orang asing yang keberadaannya di Indonesia merugikan kepentingan bangsa seperti kasus-kasus penyalahgunaan ijin tinggal keimigrasian, overstay, imigran gelap dan lain sebagainya adalah suatu bentuk pelanggaran keimigrasian yang bersifat transnasional. 27

Pengawasan Orang Asing di wilayah Indonesia, berupa pengawasan terhadap orang asing yang masuk, keberadaan, kegiatan dan keluar dari wilayah Indonesia, antara lain dapat menimbulkan 2 (dua) kemungkinan yakni

26 Bagir Manan “Hukum keimigrasian dalam sistem hukum Nasional”, hal 87

27https://putusan3.mahkamahagung.go.id/search.html/?q=%22Keimigrasian.%22, Diakses Pada Tanggal 18 Februari 2021

(24)

: Pertama, Orang asing mantaati peraturan yang berlaku dan tidak melakukan kegiatan yang berbahaya bagi keamanan dan ketertiban umum, hal ini tidak menimbulkan masalah Keimigrasian maupun Kenegaraan. Kedua Orang asing tidak mentaati peraturan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia, hal ini menimbulkan masalah dan dapat dikenakan tindakan hukum berupa:28

1. Tindakan Hukum Pidana berupa penyidikan Keimigrasian yang merupakan bagian daripada rangkaian Integrated Criminal Justice sistem, sistem peradilan pidana ( penyidikan, penuntutan, peradilan) dan atau ;

2. Tindakan hukum administratif negara berupa tindakan keimigrasian adalah tindakan administratif dalam bidang keimigrasian di luar proses peradilan. Termasuk bagian daripada tindakan keimigrasian ini adalah diantaranya deportasi terhadap orang asing untuk keluar dari wilayah yurisdiksi negara kesatuan Republik Indonesia.

Ketika dalam pengawasan terdapat pelanggaran maka dapat dilakukan Penegakan hukum pidana keimigrasian yang merupakan penegakan hukum melalui proses penyidikan berdasarkan ketentuan Pasal 47 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 Tentang Keimigrasian yang dilaksanakan sesuai asas dan kaedah hukum acara pidana. Pasal 50 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 Tentang Keimigrasian menyatakan bahwa

Pasal 50

orang asing yang sengaja menyalahgunakan atau melakukan kegiatan yang tidak sesuai dengan maksud pemberian ijin keimigrasian yang diberikan kepadanya, dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun atau denda paling banyak Rp.25.000.000,- (dua puluh lima juta rupiah)

28https://pih.kemlu.go.id/files/UU%20No.%206%20Tahun%202011%20ttg%20Keimi grasian.pdf Diakses Pada Tanggal 18 Februari 2021

(25)

Pasal 42 (1) Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 mengatur tentang Tindakan Keimigrasian yang menyatakan bahwa

Pasal 42 (1)

Keimigrasian dilakukan terhadap orang asing yang berada di wilayah Indonesia yang :

1. Melakukan kegiatan berbahaya atau patut diduga akan berbahaya bagi keamanan dan ketertiban umum, atau

2. Tidak menghormati atau mentaati peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Maksud dari Tindakan Keimigrasian sebagaimana ditentukan dalam Pasal 1 (1) Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 Tentang Keimigrasian adalah Tindakan Administratif dalam bidang keimigrasian diluar proses peradilan. Dengan demikian maka orang asing yang melakukan pelanggaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 50 dapat dikenakan tindakan administratif diluar proses peradilan. Tindakan administratif yang dimaksud sesuai dengan ketentuan Pasal 42 ayat (2) dapat berupa :29

1. Pembatasan, perubahan atau pembatalan izin keimigrasian.

2. Larangan untuk berada di suatu atau beberapa tempat tertentu di wilayah Indonesia.

3. Keharusan untuk bertempat tinggal di suatu tempat tertentu di wilayah Indonesia.

4. Pengusiran atau deportasi dari wilayah Indonesia atau penolakan masuk ke wilayah Indonesia.

Pengertian tersebut mengandung arti bahwa segala bentuk tindakan administratif dibidang keimigrasian diluar tindakan hukum pidana atau penyidikan masuk kategori Tindakan Keimigrasian. Selain menurut ketentuan

29http://repository.unissula.ac.id/8428/8/File%208%20DAFTAR%20PUSTAKA.pdf Diakses Pada Tanggal 18 Februari 2021

(26)

hukum positif tersebut diatas, juga menurut hukum internasional bahwa tindakan keimigrasian berupa deportasi bukan tindakan hukum pidana dan ini berlaku secara universal pada negara-negara lain di dunia. Semua tahapantahapan tindakan keimigrasian, tentu diperlukan adanya suatu landasan yuridis maupun administrasi, sebagai dasar operasional dalam menangani suatu kasus pelanggaran keimigrasian. Oleh karena pada hakekatnya tindakan keimigrasian adalah suatu tindakan pengekangan atau pembatasan terhadap kebebasan, dan hak asasi manusia tersebut dijamin serta dilindungi peraturan perundang-undangan yang berlaku di negara Indonesia.30

Selain itu jika dalam pengawasan yang dilakukan terdapat pelanggaran yang terjadi maka dapat diterapkan sanksi administratif bagi warga negara asing yang melanggar

Pasal 113 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 Ketentuan Pidana menyebutkan: “setiap orang yang dengan sengaja masuk atau keluar Wilayah Indonesia yang tidak melalui pemeriksaan oleh Pejabat Imigrasi di tempat pemeriksaan imigrasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling lama1 (satu) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp 100.000.000,00 (seratus juta rupiah)”.

Pasal 116 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 Ketentuan Pidana menyebutkan: “setiap orang asing yang tidak melakukan kewajibannya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 71 dipidana dengan pidana kurungan

30 Ajat Sudrajat Havid, “Formalitas Keimigrasian Dalam Perspektif Sejarah”, Direktorat Jendral Imigrasi, Jakarta, 2008, hal 55

(27)

paling lama 3 (tiga) bulan atau pidana denda paling banyak Rp25.000.000,00 (dua puluh lima juta rupiah)”.

Pasal 119 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 Ketentuan Pidana menyebutkan:

1) Setiap orang asing yang masuk dan/atau berada diwilayah Indonesia yang tidak memiliki dokumen perjalanan dan visa yang sah dan masih berlaku sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 dipidana dengan pidana penjara paling lama 5(lima) tahun dan denda paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).

2) Setiap orang asing yang dengan sengaja menggunakan dokumen perjalanan, tetapi di ketahui atau patut di duga bahwa dokumen perjalanan itu palsu atau dipalsukan dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan denda paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta).

Referensi

Dokumen terkait

2 Glint 2019 Chief Patron Major General Mizanur Rahman Shameem BP, OSP, ndc, psc General Officer Commanding, 19 Infantry Division Area Commander, Ghatail Area and Shaheed