• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sumber-Sumber Kesalahan dalam Tahapan Pemeriksaan Laboratorium Klinik

N/A
N/A
Kiki rezky

Academic year: 2025

Membagikan "Sumber-Sumber Kesalahan dalam Tahapan Pemeriksaan Laboratorium Klinik"

Copied!
31
0
0

Teks penuh

(1)

SUMBER-SUMBER KESALAHAN PADA TAHAP PRA ANALITIK, ANALITIK DAN PASCA ANALITIK (S.K TEKNIK & S.K NON TEKNIK)

Disusun Oleh:

Nur Rezky Amaliah PO714203242025

Dosen Pengampu:

Yaumil Fachni Tandjungbulu, S.ST., M.Kes

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MAKASSAR 2025

(2)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan berkat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul “Sumber-Sumber Kesalahan Pada Tahap Pra Analitik, Analitik Dan Pasca Analitik (S.K Teknik & S.K Non Teknik”.

Penulisan makalah ini adalah salah satu syarat untuk menyelesaikan tugas mata kuliah QC & Validasi Metode Prodi Sarjana Terapan Poltekkes Kemenkes Makassar dengan dosen pengampu Ibu Yaumil Fachni Tandjungbulu, S.ST., M.Kes

Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, baik dari segi isi maupun tata bahasa, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik dari pembaca yang bersifat membangun sebagai masukan dalam penulisan makalah selanjutnya. Semoga makalah ini bermanfaat, akhir kata penulis mengucapkan terima kasih

Makassar, 19 Mei 2025

Penulis

(3)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...ii

DAFTAR ISI...iii

BAB I...1

PENDAHULUAN...1

A. Latar Belakang...1

B. Rumusan Masalah...3

C. Tujuan...3

BAB II...4

PEMBAHASAN...4

A. Definisi Laboratorium Klinik...4

B. Sumber Kesalahan Pemeriksaan Laboratorium...5

C. Kesalahan Teknik...6

D. Cara Mengatasi Kesalahan Teknik...15

E. Kesalahan Non Teknik...18

F. Cara Mengatasi Kesalahan Non Teknik...24

BAB III...26

PENUTUP...26

KESIMPULAN...26

DAFTAR PUSTAKA...27

(4)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Laboratorium merupakan sarana kesehatan yang melaksanakan pemeriksaan terhadap sampel yang berasal dari manusia atau bahan bukan berasal dari manusia untuk menentukan .penyakit, penyebab penyakit, kondisi kesehatan atau faktor yang dapat berpengaruh untuk kesehatan perorangan dan kesehatan masyarakat. Laboratorium kesehatan adalah sarana penunjang untuk pelayanan kesehatan, terkhususnya untuk kepentingan preventif, kuratif, promotif serta rehabilitative (Manik, 2021).

Pelayanan laboratorium adalah salah satu faktor prenunjang dalam sektor pelayanan kesehatan. Laboratorium mempunyai tugas dan tanggung jawab penting sebagai penunjang pelayanan medis di rumah sakit dan diperkirakan memegang peranan sekitar 60-70%

terutama dalam hal penegakan diagnosis, tindak lanjut pengobatan, monitoring, keputusan rawat inap serta pasien pulang(Rasyid).

Terdapat tiga tahapan penting dalam proses pemeriksaan laboratorium yaitu tahapan pra analitik, analitik dan pasca analitik.

Tahap pra analitik mencakup: persiapan pasien, pemberian identitas sampel, pengambilan sampel, penyimpanan sampel dan pengiriman sampel ke laboratorium. Tahap analitik meliputi: pemeliharaan dan kalibrasi alat, pemeriksaan serta pengawasan ketelitian dan ketepatan. Tahap pasca analitik meliputi : pencatatan dan pelaporan hasil.

Tujuan menetapkan standar kualitas laboratorium adalah untuk memastikan keakuratan hasil pemeriksaan, meningkatkan kepercayaan pasien terhadap hasil laboratorium dan masyarakat

(5)

dalam menilai kualitas pengujian laboratorium. Semua kegiatan laboratorium dapat mengalami kesalahan, dan penelitian telah menunjukkan bahwa kesalahan di laboratorium dapat terjadi di semua fase prosedur diagnostik. Sebagian besar kesalahan dalam pemeriksaan laboratorium terjadi pada fase pra analitik proses pemeriksaan (Qurotul, 2019). Sampel yang buruk akan memberikan hasil pemeriksaan laboratorium yang tidak valid. Ada beberapa alasan yang dapat menyebabkan sampel menjadi tidak layak untuk diperiksa. Alasan yang paling sering menyebabkan ditolaknya sampel pemeriksaan adalah sampel yang membeku untuk tes hematologi dan koagulasi, volume sampel yang tidak mencukupi untuk tes koagulasi, hemolisis, ikterik dan lipemik pada serum dan plasma yang dapat menyebabkan interferensi laboratorium (Hasan Z, 2017).

Kesalahan tahap pra analitik memberikan kontribusi paling besar pada kesalahan laboratorium (Lima-Oliveira, 2020). Tahapan pra analitik dapat memberikan kontribusi sekitar 61% dari total kesalahan laboratorium, sementara kesalahan analitik 25%, dan kesalahan pasca analitik 14% (Yaqin, M.A & Arista, 2015). Kesalahan pada tahap pra-analitik yang sering terjadi adalah hemolisis (53,2%), volume spesimen kurang (7,5%), tulisan tangan yang tidak bisa dibaca (7,1%), kesalahan identifikasi pasien, ada bekuan, vacum container yang salah/antikoagulan, volume antikoagulan yang tidak sesuai, spesimen diambil dari jalur infus, dan kesalahan waktu dalam pengambilan spesimen (Syauqiah, 2018; BJ and C, 2019).

Pengambilan spesimen tahapan yang merupakan termasuk dalam pengendalian mutu tahapan pra-analitik. Pengambilan spesimen darah merupakan langkah awal dalam menjamin ketelitian dan kepercayaan laboratorium, terhadap mengambil hasil dan menyiapkan spesimen darah untuk pemeriksaan tertentu harus sesuai SOP. Pengelolaan spesimen merupakan cara pengambilan,

(6)

penyimpanan dan pengiriman spesimen. Tujuan dari pemahaman cara penanganan spesimen yaitu agar spesimen dapat memberikan hasil yang akurat dalam pemeriksaan serta spesimen tidak rusak dalam rentang waktu pengiriman ke laboratorium (Riswanto, 2013).

B. Rumusan Masalah

Menjelaskan tentang sumber-sumber kesalahan pada tahap pra analitik, analitik dan pasca analitik berdasarkan kesalahan teknik dan kesalahan non teknik serta cara mengatasinya.

C. Tujuan

Untuk mengetahui tentang sumber-sumber kesalahan pada tahap pra analitik, analitik dan pasca analitik berdasarkan kesalahan teknik dan kesalahan non teknik serta cara mengatasinya.

(7)

BAB II PEMBAHASAN A. Definisi Laboratorium Klinik

Laboratorium klinik sebagai bagian dari pelayanan kesehatan mempunyai arti penting dalam diagnostik. Data hasil pemeriksaan laboratorium merupakan informasi yang penting digunakan untuk menegakkan diagnosis oleh klinisi berdasarkan anamnase dan riwayat penyakit pasien. Hasil uji laboratorium juga merupakan bagian integral dari penapisan kesehatan dan tindakan preventif kedokteran.

Menurut No. 411/Menkes/Per/III/2010, Laboratorium Klinik adalah laboratorium kesehatan yang melaksanakan pelayanan pemeriksaan spesimen klinik untuk menunjang upaya diagnosis penyakit, dan memulihkan kesehatan (Mardiana and Rahayu, 2017).

Layanan pemeriksaan yang dapat dilakukan diantaranya di bidang hematologi, kimia klinik, mikrobiologi klinik, parasitologi klinik, imunologi klinik, dan patologi anatomi di mana salah satu spesimen yang sering digunakan adalah darah (Siregar et al., 2018).

Pemeriksaan laboratorium harus dilakukan menurut prosedur yang telah ada, sehingga didapatkan hasil yang tepat, cepat dan dapat dipercaya. Pengujian di laboratorium terutama melibatkan tiga tahapan: 1)Tahap pra analitik; 2) Tahap Analitik dan 3) Tahap Pasca- Analitik.

Untuk mendapatkan hasil pemeriksaan laboratorium yang dipercaya/bermutu,maka setiap tahap kegiatan harus benar, sesuai dengan standar operasional prosedur (SOP). Mulai dari

(8)

mempersiapkan pasien untuk mendapatkan sampel yang reprasentatif, pengambilan sampel, pengolahan sampel, pengiriman sampel, pemeriksaan sampel sampai distribusi hasil pemeriksaan pasien kepada klinisi. Pada setiap tahap, mulai dari tahap pra analitik, tahap analitik dan tahap pasca analitik selalu ada peluang untuk terjadinya kesalahan.

B. Sumber Kesalahan Pemeriksaan Laboratorium

Secara umum kesalahan-kesalahan yang mempengaruhi hasil pemeriksaan laboratorium dikelompokkan menjadi sebagai berikut:

1. Pra Analitik

Sumber kesalahan pada tahap pra analitik meliputi : a. Ketatausahaan (clerical)

b. Persiapan Pasien c. Pengumpulan spesimen d. Penanganan spesiman 2. Analitik

Sumber kesalahan pada tahap analitik meliputi:

a. Reagen b. Peralatan

c. Kontrol & bakuan (control & Standard) d. Metode analitik

e. Ahli teknologi 3. Pasca Analitik

Sumber kesalahan pada tahap pasca analitik meliputi:

a. Perhitungan b. Cara menilai c. Ketatausahaan

(9)

d. Penanganan informasi (Kahar, 2005) C. Kesalahan Teknik

Pengukuran/pemeriksaan merupakan kegiatan yang dilaksanakan dalam tahap analitik. Setiap hasil pengukuran/pemeriksaan spesimen di laboratorium akan selalu mengandung kesalahan/error. Tidak ada pengukuran yang bebas dari kesalahan. Kesalahan ini disebut kesalahan teknik, yaitu kesalahan yang timbul pada saat melaksanakan pemeriksaan di labortaorium. Kesalahan teknik merupakan kesalahan yang sudah melekat, bersifat alamiah, selalu ada pada setiap pemeriksaan dan seakan-akan tidak mungkin dapat dihindari. Usaha perbaikan hanya dapat memperkecil kesalahan tapi tidak mungkin menghilangkannya, misalnya kesalahan dalam mengatur panjang gelombang pada fotometer atau kesalahan dalam mengatur suhu waterbath atau kesalahan dalam pengenceran larutan standar (Depkes, 2008; Santoso, 2008).

Faktor yang dipengaruhi akibat adanya Kesalahan teknik atau kesalahan analitik yang terjadi di laboratorium, pada umumnya sebagai berikut:

1. Reagen (Reagents)

Reagen adalah zat kimia yang digunakan dalam suatu reaksi untuk mendeteksi, mengukur, memeriksa dan menghasilkan zat lain.

a. Menurut tingkat kemurniannya reagen/zat kimia dibagi menjadi:

1) Reagen tingkat analitis (Analytical Reagen/ AR), adalah reagen yang terdiri atas zat-zat kimia yang mempunyai kemurnian sangat tinggi. Kemurniannya dicantumkan pada botol/wadahnya. Penggunaan bahan kimia ini tidak

(10)

dapat

digantikan dengan bahan kimia tingkat lain.

2) Zat kimia tingkat lain, zat kimia ini tersedia dalam tingkatan dan penggunaan yang berbeda, yaitu:

 Tingkat kemurnian kimiawi (Chemically Pure Grade)

 Tingkat praktis (Practical Grade)

 Tingkat komersil (Commercial Grade), merupakan zat kimia yang bebas diperjualbelikan dipasaran, seperti alkohol 70%.

 Tingkat teknis (Technical Grade), umumnya zat kimia tingkat ini digunakan pada industri kimia Zat kimia yang mempunyai tingkat kemurnian kimiawi (Chemically Pure Grade).

b. Menurut cara pembuatannya, dibagi menjadi:

1) Reagen jadi (reagen komersial) ; yaitu reagen yang dibuat oleh pabrik, reagen ini direkomendasikan sebagi pilihan utama. Jika tidak ada reagen komersial, maka diperbolehkan menggunakan reagen buatan sendiri.

2) Reagen buatan sendiri Keuntungan reagen buatan sendiri:

 Dapat dibuat segar sehingga penundaan dan kerusakan akibat transportasi dan penyimpanan dapat dihindari.

 Penggunaan zat pengawet dapat dihindari.

 Bila timbul masalah, pemecahannya lebih mudah sebab proses pembuatannya diketahui.

 Bila reagen rusak atau terkontaminasi, maka dapat segera membuat reagen tersebut. Tidak perlu menunggu pemgiriman reagen tersebut.

(11)

 Penghematan dari segi biaya.

Kerugian reagen buatan sendiri:

 Sulit distandarisasi

 Biasanya tidak melalui uji Quality Control (QC)

 Tidak dapat ditentukan stabilitasnya 2. Peralatan (instruments)

Setiap peralatan harus dilengkapi dengan petunjuk penggunaan ( instruction manual) yang disediakan oleh pabrik yang memproduksi alat tersebut. Petunjuk penggunaan tersebut pada umumnya memuat cara operasional dan hal-hal lain yang harus diperhatikan.

Cara penggunaan atau pengoperasian masing-masing jenis peralatan laboratorium harus ditulis dalam instruksi kerja. Setiap peralatan harus dilakukan pemeliharaan (maintenance) sesuai dengan petunjuk penggunaan, yaitu agar diperoleh kondisi yang optimal, dapat beroperasi dengan baik dan tidak terjadi kerusakan. Kegiatan pemeliharaan harus dilakukan secara rutin.

Setiap alat harus mempunyai kartu pemeliharaan yang diletakkan dekat alat tersebut, kartu ini berisi catatan setiap tindakan pemeliharaan yang dilakukan dan kelainankelainan yang ditemukan. Bila terjadi kerusakan/kelainan pada alat, maka segera dilaporkan kepada penanggung jawab alat tersebut untuk dilakukan perbaikan. Keuntungan melakukan pemeliharaan alat ( maintenance) akan diperoleh:

a. Peningkatan kualitas produksi b. Peningkatan keamanan kerja

c. Pencegahan produksi yang tiba-tiba berhenti

d. Penekanan waktu luang/pengangguran bagi tenaga pelaksana

e. Penurunan biaya perbaikan.

(12)

3. Kontrol dan Bakuan (Control and Standard)

Bahan kontrol adalah bahan yang digunakan untuk memantau ketepatan suatu pemeriksaan di laboratorium, atau untuk mengawasi kualitas hasil pemeriksaan sehari-hari. Persyaratan bahan kontrol:

a. Harus memilki komposisi yang sama dengan spesimen.

b. Harus stabil Komponen yang terkandung dalam bahan kontrol harus stabil.

c. Mempunyai sertifikat Analisa yang dikeluarkan oleh pabrik pembuatnya.

Bahan kontrol dapat dibedakan berdasarkan:

a. Sumber bahan kontrol

Berdasarkan sumbernya, bahan kontrol dapat berasal dari manusia, binatang atau bahan kimia murni. Untuk pemeriksaan spesimen dari manusia, sebaiknya menggunakan bahan kontrol dari manusia. Karena dalam bahan kontrol yang berasal dari binatang ada beberapa zat yang berbeda dengan spesimen dari manusia.

b. Bentuk bahan kontrol

Menurut bentuk bahan kontrol ada yang berupa: bentuk cair, bentuk padat bubuk (liofilisat) dan bentuk strip. Bentuk liofilisat lebih stabil dan tahan lama dibandingkan bentuk cair.

Bahan kontrol bidang kimia klinik, hematologi dan imunoserologi umumnya menggunakan bentuk cair dan liofilisat. Bidang urinealisa menggunakan bentuk cair, liofilisat dan strip.

(13)

c. Cara pembuatan bahan kontrol

Bahan kontrol dapat dibuat sendiri atau dibeli dalam bentuk jadi. Bahan kontrol yang dibuat sendiri dapat menggunakan bahan dari manusia (serum, lisat) atau menggunakan bahan kimia murni. Bahan kontrol yang diambil manusia harus bebas dari penyakit menular lewat darah, seperti HIV, hepatitis, HCV dan lain-lain.

Bahan kontrol yang sudah jadi (komersial):

a. Unassayed

Merupakan bahan kontrol yang tidak memiliki nilai rujukan sebagai tolak ukur. Nilai rujukan dapat diperoleh setelah dilakukan periode pendahuluan. Biasanya dibuat kadar normal/abnormal (abnormal tinggi atau abnormal rendah).

b. Assayed

Merupakan bahan kontrol yang diketahui nilai rujukannya serta batas toleransi menurut metode pemeriksaannya.

Hanya bahan kontrol ini lebih mahal. Bahan kontrol ini dapat digunakan untuk akurasi kontrol, selain itu dapat digunakan untuk menilai alat dan cara baru.

4. Metode analitik (Analytical Method)

Ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang laboratorium berkembang dengan pesat, persaingan antar laboratorium semakin ketat, serta tuntutan pelanggan terus meningkat, hal ini harus menjadi perhatian laboratorium dalam memilih metode pemeriksaan yang dibutuhkan. Sehingga dapat dipastikan bahwa metode pemeriksaan yang digunakan tetap memiliki makna klinis sebagaimana yang dibutuhkan. Mampu mendeteksi analit

(14)

dengan sensitifitas dan spesifisitas tinggi, untuk memenuhi kebutuhan pelanggan di bidang kesehatan. Berkembangnya teknologi automatisasi dan teknologi Informasi di dunia laboratorium semakin memudahkan dan mempercepat proses pemeriksaan untuk mendapatkan hasil laboratorium yang akurat.

Faktor yang menjadi pertimbangan dalam pemilihan metode pemeriksaan:

a. Tujuan pemeriksaan

Metode pemeriksaan yang digunakan dapat untuk uji saring, diagnostik dan evaluasi hasil pengobatan serta surveilen. Pemilihan metode pemeriksaan harus dengan kemampuan sensitifitas dan spesifisitas yang tinggi, agar hasil yang didapatkan mempunyai keandalan dan dapat dipercaya.

b. Kecepatan Hasil

Pemeriksaan Pasien di UGD (Unit Gawat Darurat) memerlukan hasil pemeriksaan laboratorium yang cepat untuk mengatasi kegawatdaruratannya, sehingga dibutuhkan metode pemeriksaan yang cepat untuk diagnostik dan pengobatan.

c. Rekomendasi Resmi

Metode pemeriksaan yang digunakan di laboratorium harus yang direkomendasikan oleh:

 WHO (World Health Organization)

 IFCC (International Federation of Clinical Chemistry) meliputi pemeriksaan kimia klinik

 NCCLS (National Comittee for Clinical Laboratory Standards) meliputi pemeriksaan mikrobiologi

 ICSH (International Comittee for Standarisationin Hematology) Meliputi pemeriksaan hematologi

(15)

5. Ahli Teknologi (Technologist)

Seorang Ahli Teknologi Laboratorium Medik (ATLM) mempunyai tugas dan tanggung jawab dalam mengeluarkan hasil laboratorium, sehingga harus mempunyai kompetensi yang sesuai. Hasil laboratorium digunakan oleh dokter untuk menangani pasien dalam hal terapi dan diagnostik, sehingga seorang ATLM berperan penting dalam proses penyembuhan penyakit pasien. Seorang ATLM yang bekerja di laboratorium harus memperoleh cukup banyak informasi mengenai pasien dan penyakitnya untuk mengambil keputusan hasil laboratorium (WHO, 2011).

ATLM dan dokter yang meminta pemeriksaan laboratorium wajib merahasiakan informasi mengenai hasil pemeriksaannya; hanya dokter yang berhak menerima laporan hasil laboratorium. Ketika pasien meminta keterangan mengenai hasil pemeriksaan tersebut, pasien diberi tahu agar menanyakannya kepada dokter.

Di kebanyakan negara, terdapat standar perilaku moral dan profesional yang tinggi bagi para dokter serta personel laboratorium yang kompeten. Setiap pekerja laboratorium yang bekerja dengan bahan-bahan klinis harus menjaga standar tersebut.

Kesalahan teknik yang merupakan kesalahan analitik dilaboratorium terdiri dari 2 jenis kesalahan, yaitu:

a. Kesalahan acak (random error)

Kesalahan acak (random error) disebabkan oleh faktor- faktor yang secara acak/random berpengaruh pada proses pengukuran. Kesalahan ini bersumber dari variasi yang bersifat acak dan dapat terjadi diluar kendali personil yang melakukan pengukuran. Kesalahan jenis ini

(16)

menunjukkan tingkat ketelitian (presisi) pemeriksaan.

Kesalahan ini akan tampak pada pemeriksaan yang dilakukan berulang pada sampel yang sama dan hasilnya bervariasi, kadang-kadang lebih besar, kadang-kadang lebih kecil dari nilai seharusnya. Hasil pengukuran berulang tersebut akan terdistribusi di sekitar nilai sebenarnya (true value), dan mengikuti distribusi normal (Gausian).

Faktor kesalahan acak ini dapat dikurangi dengan melakukan banyak pengulangan pengukuran. Kesalahan acak dapat ditentukan dengan menggunakan metode statistik. Kesalahan ini merupakan kesalahan dengan pola yang tidak tetap. Penyebab kesalahan ini adalah ketidakstabilan, misalnya pada penangas air, reagen, pipet, dan lain-lain.

Kesalahan ini berhubungan dengan prasisi/ketelitian.

Kesalahan acak dalam analitik seringkali disebabkan oleh hal berikut:

 Instrumen yang tidak stabil

 Variasi temperatur, variasi reagen dan kalibrasi

 Variasi teknik pada prosedur pemeriksaan (pipetasi,

pencampuran, waktu inkubasi)

Variasi operator/analis Selain beberapa hal tersebut, ada penyebab lain yang dapat menyebabkan kesalahan acak seperti fluktuasi tegangan listrik dan kondisi lingkungan (Santoso, 2008; Depkes, 2008).

b. Kesalahan sistematik (systematic error)

Kesalahan sistematik disebabkan oleh berbagai faktor yang secara sistematis mempengaruhi hasil pengukuran.

(17)

Kesalahan jenis ini menunjukkan tingkat ketepatan (akurasi) pemeriksaan. Sifat kesalahan ini menjurus ke satu arah. Hasil pemeriksaan selalu lebih besar atau selalu lebih kecil dari nilai seharusnya.

Kesalahan sistematik ini merupakan kesalahan yang terus menerus dengan pola yang sama. Hal ini dapat disebabkan oleh standar kalibrasi atau instrumentasi yang tidak baik. Kesalahan ini berhubungan dengan akurasi suatu metode atau alat, dan kesalahan ini dapat menghasilkan nilai yang tetap atau jika berubah dapat diprediksi. Jadi kesalahan sistematik akan memberikan bias pada hasil pengukuran. Bias tersebut dapat bernilai positif atau negatif. Sifat kesalahan ini menjurus ke satu arah. Hasil pemeriksaan selalu lebih besar atau selalu lebih kecil dari nilai seharusnya. Kesalahan ini tidak dapat dikurangi dengan cara pengulangan pengukuran. Dalam prakteknya, kesalahan ini sangat sulit untuk diidentifikasi/ditentukan.

Kesalahan sistematik umumnya disebabkan oleh hal-hal berikut ini:

 Spesifitas reagen rendah (mutu rendah) Kelemahan metode pemeriksaan

 Blangko sampel dan blangko reagen kurang tepat (kurva kalibrasi tidak liniear).Mutu reagen kalibrasi kurang baik

 Alat bantu (pipet) yang kurang akurat

 Panjang gelombang yang dipakai

 Salah cara melarutkan reagen

(18)

Kesalahan sistematik dibagi dua, yaitu:

a. Kesalahan sistematik konstan (constant systematic error)

Kesalahan sistematik konstan adalah kesalahan pada tes sistem dimana besarnya kesalahan tetap konstan pada seluruh rentang dari pengukuran tes. Kondisi ini disebut juga constant bias.

b. Kesalahan sistematik proporsional (proportional systematic error)

Kesalahan sistematik proporsional adalah kesalahan pada tes sistem dimana besarnya kesalahan meningkat sesuai dengan kadar substansi yang terukur (Maria Tuntun, 2018).

D. Cara Mengatasi Kesalahan Teknik

Kesalahan teknis yaitu kesalahan yang timbul pada saat melaksanakan pemeriksaan di labortaorium (tahap analitik).

Walaupun kesalahan teknik yang paling kecil jika dibandingkan kesalahan pra analitik dan pasca analitik, tetapi tetap harus mendapat perhatian. Di bawah ini adalah cara mengatasi/

meminimalkan kesalahan teknis yang berupa kesalahan acak dan sistematik.

(19)

Tabel 1. Cara meminimalkan kesalahan acak dan sistematik

(20)

Di bawah ini adalah alur pemecahan masalah untuk kesalahan sistematik, agar didapatkan hasil laboratorium yang andal dan dipercaya

Gambar 2. Alur pemecahan masalah untuk kesalahan sistematik

(21)

Gambar 3. Alur pemecahan masalah untuk kesalahan acak E. Kesalahan Non Teknik

Prosedur yang tepat pada tahap pra analitik sangat penting untuk mendapatkan spesimen yang sesuai untuk pemeriksaan. Dalam pengambilan spesimen penting untuk memperhatikan keselamatan pasien. Laboratorium merupakan mitra klinisi dalam mencapai upaya kesembuhan dan kesehatan pasien sehingga keandalan dan kualitas hasil pengujiannya merupakan fokus yang utama (Usman, 2015).

Teknisi laboratorium terus menerus mencari dan mengembangkan strategi untuk memperbaiki dan mengurangi kesalahan-kesalahan yang sering terjadi di laboratorium. Alur kerja di laboratorium adalah suatu proses yang saling berhubungan satu fase dengan fase berikutnya, sehingga baik secara langsung atau tidak langsung adanya kesalahan mulai tahap pra analitik sampai tahap terakhir akan sangat berpengaruh (Usman, 2015).

(22)

Kesalahan non teknik ada dua, yaitu : 1. Kesalahan Tahap Pra Analitik

Prosedur yang tepat pada tahap pra analitik sangat penting untuk mendapatkan spesimen yang sesuai untuk pemeriksaan. Dalam pengambilan spesimen penting untuk memperhatikan keselamatan pasien. Laboratorium merupakan mitra klinisi dalam mencapai upaya kesembuhan dan kesehatan pasien sehingga keandalan dan kualitas hasil pengujiannya merupakan fokus yang utama. Tahap pra analitik merupakan langkah pertama dalam proses pengujian spesimen pasien, dimana pada tahap ini dilakukan mulai dari persiapan, pengambilan sampai pengolahan specimen (Maria Tuntun, 2018).

Ada beberapa kesalahan yang mempengaruhi hasil pemeriksaan laboratorium dalam tahap pra analitik, yaitu:

a. Ketatausahaan (Clerical)

Kesalahan dalam ketatausahaan meliputi penulisan identitas pasien pada formular ataupun blanko permintaan pemeriksaan. Kesalahan dalam penulisan , tidak lengkapnya data (contoh : tidak ada nama pada pasien, umur, jenis kelamin atau nomor RM) dan tidak adanya diagnosis atau keterangan klinis.

b. Persiapan pasien (Patient Preparation)

Sebelum dilakukan pengambilan pada spesimen dilakukan persiapan pasien untuk bisa mendapatkan spesimen yang sesuai pada jenis pemeriksaannya.

Beberapa faktor dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan pada laboratorium, sehingga kebijakan laboratorium wajib menolak spesimen yang tidak memenuhi dalam persyaratan.

(23)

Faktor-faktor pada pasien yang mempengaruhi hasil pemeriksaan, yaitu:

1) Makanan dan minuman

Pemeriksaan gula darah puasa dan trigliserida dipengaruhi langsung oleh jenis makanan juga minuman, maka oleh itu pasien harus dihimbau melakukan puasa selama 8-10 jam sebelum diambil darah.

2) Obat-obatan

Pemberian obat secara intramuskuler bisa menimbulkan jejas (lebam) pada otot sehingga enzim pada otot masuk ke dalam

darah akan mempengaruhi pemeriksaan seperti Creatinin Kinase

(CK) dan Lactic dehydrogenase (LDH).

3) Aktivitas fisik

Aktivitas fisik dapat menyebabkan: meningkatnya kadar glukosa darah, perubahan yang terjadi pada substrat dan enzim, seperti konsentrasi AGD, kadar urid acid, kreatinin,CK, LDH, LED, Hb, hitung jumlah sel darah dan produksi urine.

4) Demam

Saat terjadi demam akan menyebabkan:

 Peningkatan gula darah mengakibatkan meningkatnya pelepasan insulin

 Penurunan kadar kolesterol dan trigliserida saat awal demam dikarenakan terjadinya peningkatan metabolisme lemak.

 Mudah dalam menemukan parasite dalam darah.

 Ada reaksi anamnestik yang disebabkan kenaikan pada titer widal.

(24)

5) Trauma

Luka trauma pada perdarahan disebabkan penurunan terhadap kadar substrat maupun aktivitas pada enzim, diantara kadar Hb, hematokrit dan produksi urine yang disebabkan pemindahan cairan pada tubuh ke dalam pembuluh darah yang menyebabkan darah jadi encer.

Saat tingkat lanjut kadar ureum, kreatinin serta enzim- enzim dalam otot, mengalami peningkatan.

6) Variasi harian

 Pada tubuh manusia terjadi perbedaan kadar zat- zat tertentu dari waktu ke waktu yang disebabkan oleh fluktuasi harian (variasi diurnal), seperti:

 Kadar besi pada serum saat diambil sore hari menyebabkan kadar lebih tinggi dari pada pagi hari.

 Pada pagi hari Kadar insulin akan mencapai puncaknya, maka dilakukan tes toleransi glukosa pada siang hari, maka hasil yang didapat akan lebih tinggi bila dilakukan pada pagi hari.

 Aktivitas pada enzim sering terjadi instabilitas, dikarenakan terjadinya kadar hormon yang berbeda dari waktu ke waktu.

 Pada malam sampai pagi hari Jumlah sel eosinofil lebih rendah, jika dibandingkan pada siang hari.

c. Pengumpulan spesimen (specimen Collection)

Spesimen yang akan di periksa di laboratorium harus bisa memenuhi syarat yaitu jenis spesimen sesuai dengan pemeriksaan, volume mencukupi, kondisi spesimen baik, pemakaian antikoagulan atau pengawet yang tepat, di tampung pada wadah yang tepat dan memenuhi syarat dan yang terahir identitas pasien benar dan sesuai data

(25)

pasien. Ada beberapa hal harus di perhatikan yaitu waktu pengambilan, volume spesimen, lokasi pengambilan spesimen, peralatan pengambilan spesimen, pengawetan spesimen dan cara pengambilan spesimen.

d. Penanganan sampel (sampling handling)

Dalam penangan sampel pada setiap jenis sampel berbeda penanganannya seperti darah dimasukaan dalam tabung yang berisisi antikoagulan yang sesuai pemeriksaan dan dapat di homogenkan dengan cara membolak balik tabung 10-12 kali secara perlahan, serum didiamkan di suhu kamar sampai membeku kurang lebih 20-30 menit setelah itu di sentrifuge 3000 rpm selama 5- 15 menit dilakukanf pemeriksaan paling lambat 2 jam dan serum tidak kelihatan merah atau keruh dan masih terdapat jenis spesimen yang lain diantarnya plasma, urine, dan dahak.

2. Kesalahan Pasca Analitik

Kesalahan pasca analitik adalah kesalahan tahap terakhir dari proses pemeriksaan di laboratorium. kesalahan pasca analitik merupakan kealahan paling sedikit tapi kesalahan tersebut merupakan kesalahan yang krusial dimana pelaporan hasil salah, keterlambatan pelaporan atau pemberian informasi yang merupakan keputusan klinis. Kesalahan pada pra analitik sering pula terjadi pada penghitungan dan penulisan (Cleritical error).

Pada pasca analitik kesalahan dapat terjadi berupa penulisan dan pengimputan hasil. Seperti pada tahap analitik, kesalahan pada tahap pasca analitik hanya berkisar 15% - 20%. Walaupun tingkat kesalahan ini lebih kecil jika dibandingkan kesalahan pada tahap pra analitik, tetapi tetap memegang peranan yang penting (Usman, 2015). Beberapa kesalahan yang dapat terjadi pada tahap pasca analitik, yaitu:

(26)

 Perhitungan (calculation)

 Cara menilai (method evaluation)

 Ketatausahaan (clerical)

 Penanganan informasi (information handling)

Beberapa hal di bawah ini dapat menjadi sumber kesalahan jika tidak dikerjakan dengan benar, yaitu:

a. Kesesuaian antara pencatatan dan pelaporan hasil dengan pasien/spesimen.

b. Penulisan hasil uji laboratorium dengan angka dan satuan yang digunakan. Pelaporan hasil uji laboratorium yang berupa angka maka perlu disesuaikan mengenai desimal angka dan satuan yang digunakan terhadap keperluan pasien maupun terhadap nila normal.

c. Pencantuman nilai normal. Pada pelaporan hasil laboratorium perlu dicantumkan nilai normal, yaitu rentang nilai dianggap merupakan hasil pemeriksaan orang-orang normal. Pada pencantuman hasil uji, perlu disertakan metode pemeriksaan yang digunakan serta kondisi-kondisi lain yang harus diinformasikan seperti batas usia dan jenis kelamin. Satuan yang digunakan harus sama antara hasil uji dengan satuan pada nilai normal.

d. Pencantuman keterangan yang penting, misalnya bila pemeriksaan dilakukan dua kali, spesimen darah yang lisis, atau serum yang lipemik dan lain-lain.

e. Penyampaian hasil keterlambatan penyampaian hasil uji dapat menghambat diagnostik dan pengobatan terhadap pasien, maka sampaikan hasil uji sesegera mungkin jika pemeriksaan laboratorium telah selesai dilaksanakan.

f. Dokumentasi/ Arsip. Setiap laboratorium harus mempunyai sistem dokumentasi yang lengkap, yang berisi catatan dan

(27)

laporan hasil uji laboratorium pasien. Dokumen ini harus lengkap, jelas dan muda digunakan ketika dibutuhkan untuk melihat data-data pasien, baik berupa data hasil uji laboratorium maupun data pasien itu sendiri (Depkes, 2008).

F. Cara Mengatasi Kesalahan Non Teknik

Pada prinsipnya untuk mengatasi kesalahan non teknik dapat dilakukan dengan menguasai standar operasional prosedur (SOP) pada setiap proses kegiatan, baik tahap pra analitik, maupun tahap pasca analitik. Kesalahan non teknik tahap pra analitik penyumbang terbesar pada hasil uji laboratorium, sehingga perlu penatalaksanaan pasien dengan tepat dan benar. Jika mendapatkan spesimen yang tidak sesuai atau rusak, maka harus ditolak dan diganti dengan spesimen yang sesuai dengan jenis pemeriksaannya. Ini penting dilakukan agar mendapatkan hasil uji laboratorium yang andal dan bermutu, yang dapat membantu penanganan dan kesembuhan pasien. Persiapan pasien adalah diluar kendali laboratorium, sehingg pasien harus mendapatkan informasi yang benar tentang persiapan yang harus dilakukan agar mendapatkan spesimen yang benar.

Kesalahan pasca analitik dapat dikurangi atau diperkecil dengan instrument laboratorium yang sudah otomatisasi dan terhubung dengan computer (sistem informasi laboratorium). Dengan adanya sistem informasi laboratorium maka kesalahan dalam menginput data dapat dikurangi, karena penginputan data pasien cukup dilakukan satu kali di ruang pendaftaran pasien dan datanya sudah dapat dilihat di ruang pemeriksaan. Teknisi laboratorium bagian pemeriksaan tidak perlu menginput data pasien lagi, hanya menginput hasil uji laboratoriumnya saja (Riswanto, 2010; Usman, 2015).

Namun demikian, otomatisasi tidak menjamin kemungkinan untuk terjadinya kesalahan. Kesalahan dapat terjadi karena faktor

(28)

kelalaian teknis laboratorium, seperti kesalahan dalam menginput data pasien atau menginput hasil uji laboratorium (Usman, 2015).

(29)

BAB III PENUTUP KESIMPULAN

Kegiatan pemeriksaan sampel di laboratorium dimulai dari tahap pra analitik, tahap analitik dan tahap pasca analitik. Untuk mendapatkan hasil pemeriksaan laboratorium yang dipercaya/ bermutu, maka setiap tahap kegiatan harus benar, sesuai dengan standar operasional prosedur (SOP).

Mulai dari mempersiapkan pasien untuk mendapatkan sampel yang reprasentatif, pengambilan sampel, pengolahan sampel, pengiriman sampel, pemeriksaan sampel sampai distribusi hasil pemeriksaan pasien kepada klinisi. Pada setiap tahap, mulai dari tahap pra analitik, tahap analitik dan tahap pasca analitik selalu ada peluang untuk terjadinya kesalahan.

Oleh karena itu dibutuhkan menetapkan standar kualitas laboratorium untuk memastikan keakuratan hasil pemeriksaan, meningkatkan kepercayaan pasien terhadap hasil laboratorium dan masyarakat dalam menilai kualitas pengujian laboratorium.

(30)

DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI. 2008. Good Laboratory Practice (Pedoman Praktek Laboratorium Yang benar. Dirjen Bina Pelayanan Medik departemen Kesehatan RI. Jakarta.

Hasan Z, Arif M, Bahrun U. 2017. Variasi Perlakuan Penanganan Sampel Serum Dan Pengaruhnya Terhadap Hasil Pemeriksaan Kreatinin Darah. Jst Kesehat. 7(1):72–8.

Lima-Oliveira, G. 2020. ‘Improving the preanalytical phase in laboratory medicine’, Electronic Journal of the International Federation of Clinical Chemistry and Laboratory Medicine, 31(1), pp. 4–5.

Maria Tuntun, S.Pd. Mb, Dra. Wieke Sriwulan, St Mk, Doni Setiawan, S.Si. Mb, Anik Nuryati, Ssi. Ms. 2018. Kendali Mutu. Jakarta

Mardiana and Rahayu, ira gustira. 2017. Bahan Ajar TLM; Pengantar Laboratorium Medik. Kementerian PPSDM.

Qurotul Aini Nur Ramadhani , Ardiya Garini, Nurhayati Shh. 2019.

Perbedaan Kadar Glukosa Darah Sewaktu Menggunakan Serum Dan Plasma Edta The Difference Of Blood Glucose Level Using Edta Serum And Plasma Qurotul Aini Nur Ramadhani , Ardiya Garini , Nurhayati , Sri Hartini Harianja Hasil : Hasil Penelitian Menunjukkan Ad. 14(2):80–4.

Rasyid H Al, Thoyib A, Studi P, Manajemen M, Sakit R, Kedokteran F, Et Al.

Pengaruh Pengetahuan , Sikap , Dan Perilaku Perawat Tentang Flebotomi Terhadap Kualitas Spesimen Laboratorium The Influence Of Nurses ’ Knowledge , Attitude , And Behavior Over Phlebotomy On Laboratory. 28(3):258 62.

Riswanto. 2013. Laboratorium Pemeriksaan Hematologi. Yogyakarta:

Alfamedia.

Santoso, Witono. 2008. Pemantapan Mutu. Pusat Laboratorium Kesehatan. Jakarta.

Siregar, M.T. et al. 2018. Bahan Ajar TLM; Kendali Mutu. Kementerian Kesehatan RI PPSDM.

(31)

Syauqiah, N.R. (2018) ‘Studi Kualitas Pemantapan Mutu Internal Pra Laboratorium Rumah Roemani’.

Usman, U; Javed Ahmed Siddiqui, Javed Lodhi. 2015. Evaluation and Control of Pra Analytical Errors in Required Quality Variables of Clinical Lab Services. IOSR-JNHS: 4 (3) 54-71.

Yaqin, M.A & Arista, D. 2015. ‘Analisis Tahap Pemeriksaan Pra Analitik Sebagai Upaya Peningkatan Mutu Hasil Laboratorium Di Rs. Muji Rahayu Surabaya’, Jurnal Sains, 5(10), pp. 1–7.

Referensi

Dokumen terkait

Tugas Akhir ini berkaitan dengan pembuatan aplikasi komputer untuk membantu manajemen Laboratorium Klinik Mikrotest dalam mendapatkan informasi mengenai laporan

Laboratorium klinik Prima menggunakan metode tradisional costing dalam menentukan biaya pemeriksaan, yaitu dengan cara mengalokasikan biaya operasional atas dasar yang

Ruang lingkup praktikum laboratorium patologi klinik adalah melakukan proses asuhan fisioterapi mulai dari pemeriksaan hingga intervensi serta evaluasi dan rujukan ke

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data Sekunder yang meliputi data kepegawaian Balai Laboratorium Kesehatan, sumber biaya untuk kegiatan pemeriksaan,

• Pasal 6 Permenkes 411 tahun 2010 tercantum bahwa laboratorium Klinik wajib melaksanakan pemantapan mutu eksternal yang diakui oleh pemeriksaan,. • Melaksanakan akreditasi

Jadi faktor-faktor flebotomi pada pemeriksaan trombosit adalah pada tahap pra analitik terutama pada saat pengambilan darah, sangat penting untuk diperhatikan

Dokumen ini merupakan makalah tentang manajemen pelayanan laboratorium kesehatan yang membahas tentang klasifikasi laboratorium klinik berdasarkan jenis

Teks ini membahas tentang pemeriksaan laboratorium pada penyakit saluran reproduksi wanita, khususnya pada sindrom ovarium polikistik