Diterjemahkan dari bahasa Inggris ke bahasa Indonesia - www.onlinedoctranslator.com
KERTAS •AKSES TERBUKA
Sifat morfologi dan hasil tanaman cengkeh (Bunga Syzygium Aromaticum) dibudidayakan di Sulawesi Selatan, Indonesia
Anda mungkin juga menyukai
- Analisis semi kuantitatif mineral komposisi dalam kopi harari dengan herbal aditif dengan menggunakan spektroskopi kerusakan yang diinduksi laser
E Ganash, R Alrabghi, S Mangl dkk.
- Investigasi pengaruh antioksidan terhadap deposisi karbon pada mesin pengapian kompresi untuk pengurangan emisi karbo n
Untuk mengutip artikel ini: M Susilowatidan lain-lainTahun 2025Seri Konferensi IOP: Ilmu Bumi dan Lingkungantahun 1469Tahun 012008 Sajjad Bhangwar, Ramzan Luhur, Liaquat Ali Memon dkk.
- Studi perbandingan beberapa sifat mekanik nanokomposit berdasarkan campuran polimer yang digunakan untuk aplikasi
Lihatartik el daring untuk pembaruan dan peningkatan. basis gigi tiruan
Sihama Issa Salih, Auda Jabbar Braihi dan Hussein Mohamed Sadeq
Lingkungan Ilmu dan
Bumi Konferensi IOP:
Seri
Konferensi Internasional Sistem Pangan Pertanian ke-3 (ASIC ke-3 2024) Penerbitan IOP Seri Konferensi IOP: Ilmu Bumi dan Lingkungantahun 1469(Tanggal 2025) 012008 nomor telepon:10.1088/1755-1315/1469/1/012008
Sifat morfologi dan hasil tanaman cengkeh (Bunga Syzygium Aromaticum) dibudidayakan di Sulawesi Selatan, Indonesia
M Susilowati
1S Wahyuni
2* dan A Setiadi
21
Pusat Penelitian Hortikultura, Lembaga Penelitian Pertanian dan Pangan, Badan Riset dan Inovasi Nasional, Jl. Raya Jakarta-Bogor Km 46, Cibinong, 16911, Jawa Barat, Indonesia
2Pusat Penelitian Tanaman Perkebunan, Lembaga Penelitian Pertanian dan Pangan, Badan Riset dan Inovasi Nasional, Jl. Raya Jakarta-Bogor Km 46, Cibinong, 16911, Jawa Barat, Indonesia
* Email: [email protected] ID ORCID: 0000-0001-6158-2516
Abstrak.Cengkeh (
Bunga Syzygium Aromaticum
) merupakan tanaman asli KepulauanMaluku, Indonesia. Tanaman ini telah menyebar ke berbagai daerah, termasuk Provinsi Sulawesi Selatan. Hampir 98% perkebunan Cengkeh sebagian besar dibudidayakan oleh petani. Daerah produksi utama cengkeh di Sulawesi Selatan meliputi Luwu, Bulukumba, Toraja, Sinjay, Selayar, dan Bantaeng.
Karakter morfologi dan hasil cengkeh dari setiap daerah produksi bervariasi, mungkin mencerminkan variasi genetik. Variasi ini penting untuk kegiatan pemuliaan tanaman, terutama untuk seleksi populasi tanaman. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui komponen hasil dan sifat morfologi cengkeh dari daerah Bulukumba dan Bantaeng, Sulawesi Selatan. Idiotipe cengkeh merupakan tanaman yang berdaya hasil tinggi dengan kandungan minyak atsiri dan eugenol yang tinggi. Penelitian dilakukan dengan memilih pohon induk dari blok berdaya hasil tinggi. Sembilan puluh pohon terpilih (pohon induk berdaya hasil tinggi-HYMTs) dari delapan lokasi diamati karakteristik morfologinya seperti tinggi tanaman, lingkar batang, bentuk tajuk, atribut daun, perbungaan, dan sifat hasil. Karakter lain yang diamati adalah warna kuncup kering, aroma kuncup kering, warna minyak atsiri, dan kadar minyak atsiri.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa cengkeh jenis Mappiare memiliki penampakan pohon paling besar. Selain itu, cengkeh jenis Asikin memiliki bunga per tandan paling banyak. Rata-rata hasil bunga segar 96,47 – 169,22 kg/pohon. Secara umum, cengkeh terpilih dari Bulukumba dan Bantaeng memiliki kuncup kering berwarna putih kecokelatan dengan warna minyak atsiri kuning pucat dengan kadar minyak atsiri 12,64 - 19,67%. Kadar minyak atsiri tertinggi adalah cengkeh jenis Sultan. cengkeh jenis Batukarop memiliki aroma kuncup kering paling kuat.
Kata kunci:Bulukumba, Bantaeng, minyak atsiri, hasil tinggi
1. Pendahuluan
Cengkeh (Bunga Syzygium Aromaticum) telah menjadi komoditas rempah-rempah penting dalam perdagangan global selama berabad-abad. Cengkeh dibudidayakan di hampir seluruh wilayah Indonesia dan tersebar di Maluku Utara, Sulawesi Selatan, dan sebagian Sumatera. Perluasan produksi cengkeh ke provinsi-provinsi lain di Indonesia berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi negara secara keseluruhan, menjaga tradisi pertanian adat, dan menopang mata pencaharian pedesaan. Indonesia merupakan salah satu produsen cengkeh teratas di dunia karena diversifikasi daerah produksi. Lebih jauh lagi, penggunaannya yang luas dalam makanan, obat tradisional, dan bisnis rokok menjadikannya sebagai komoditas pertanian yang vital. Lebih jauh lagi, karena minyak atsiri cengkeh memiliki kualitas antijamur dan antibakteri yang membantu
Konten dari karya ini dapat digunakan berdasarkan ketentuanLisensi Atribusi Creative Commons 4.0Distribusi lebih lanjut dari karya ini harus tetap mencantumkan atribusi kepada penulis dan judul karya, kutipan jurnal, dan DOI.
Diterbitkan di bawah lisensi oleh IOP Publishing Ltd
mengawetkan makanan, memiliki kualitas yang bermanfaat sehingga cocok digunakan sebagai pengawet alami. Cengkeh juga memiliki banyak kualitas obat, seperti pereda nyeri (analgesik), memiliki sifat yang mengurangi pembengkakan (antiinflamasi), dan kemampuan membunuh bakteri (antimikroba) [1]. Oleh karena itu, hal ini menghadirkan berbagai pasar untuk cengkih di seluruh dunia.
Budidaya dan perdagangan cengkeh telah memberikan dampak ekonomi dan historis yang mendalam bagi Indonesia dan perdagangan rempah-rempah global. Indonesia memiliki daya saing di pasar cengkeh global di beberapa negara,
1
termasuk Belanda, Pakistan, dan Amerika Serikat [2]. Indonesia tetap menjadi pemain kunci di pasar cengkeh global, dengan kontribusi rempah-rempah yang signifikan terhadap ekspor pertanian. Namun, Indonesia masih tertinggal dari lima negara pesaing dalam hal daya saing ekspor, meskipun tren produksi cengkeh meningkat dan daya saing ekspornya kuat [3]. Potensi cengkeh sebagai sumber devisa bagi Indonesia tidak terbatas pada ekspor pertanian. Namun, ada potensi yang signifikan melalui nilai tambah dengan mengembangkan dan memasarkan produk bernilai tambah, seperti minyak atsiri dan ekstrak, yang memiliki harga lebih tinggi di pasar global. Produk turunan cengkeh ini sangat diminati dalam industri kosmetik, farmasi, dan makanan, yang memungkinkan Indonesia untuk mendiversifikasi ekspor berbasis cengkeh dan menangkap pangsa yang lebih besar dari rantai nilai global
[4].
Indonesia merupakan produsen dan konsumen utama cengkeh, namun produksi cengkeh berfluktuasi dan tidak efisien [5]. Teknik pertanian tradisional dan faktor produksi yang tidak efisien telah diidentifikasi sebagai penyebab menurunnya produktivitas di beberapa wilayah [6]. Mengadopsi teknik pertanian ramah lingkungan, yang mencakup pertanian presisi atau pengendalian hama terpadu, penting bagi masa depan industri cengkeh. Teknik-teknik tersebut akan membantu meningkatkan volume ekspor dan membuatnya berkelanjutan terhadap perubahan iklim dan tekanan pasar
lainnya..Optimalisasi pemanfaatan lahan cengkeh, perluasan pasar, dan peningkatan mutu olahan cengkeh merupakan strategi yang dapat dilakukan untuk meningkatkan daya saing ekspor cengkeh Indonesia [3]. Praktik budidaya dengan menggunakan varietas unggul juga menjadi faktor penting dalam peningkatan produktivitas cengkeh [7]. Temuan penting lain dari penelitian ini [8] mengenai keragaman morfologi buah dan biji cengkeh dari berbagai daerah di Indonesia dapat menjadi dasar untuk pemuliaan cengkeh unggul di Indonesia. Selain itu, dalam penelitian [9] terungkap bahwa sekuensing genom cengkeh memberikan peluang untuk memahami jalur biosintesis eugenol dan dengan demikian mengembangkan varietas yang dicirikan dengan kandungan eugenol yang lebih tinggi.
Penting untuk mengidentifikasi pohon cengkeh yang menunjukkan hasil dan kualitas unggul guna merekomendasikan materi genetik yang sesuai untuk program pemuliaan hasil tinggi. Beberapa penelitian telah dilakukan untuk mengidentifikasi pohon cengkeh dengan kualitas dan produksi unggul untuk tujuan pemuliaan. Penelitian ini memberikan wawasan tentang keragaman genetik, kualitas minyak, dan pengaruh fenologi terhadap hasil dan kualitas cengkeh [10,11], serta sumber daya genom yang dapat membantu dalam pemuliaan [9]. Penelitian [11] menekankan pentingnya keragaman genetik dan kualitas minyak pada pohon cengkeh untuk meningkatkan budidaya dan mengatasinya dengan menganalisis perbedaan genetik dan kandungan eugenol dalam sampel dari ketinggian yang berbeda. Penelitian [10] menilai hasil, kualitas, dan aktivitas antioksidan minyak kuncup cengkeh pada berbagai tahap fenologi dan umur pohon, yang menunjukkan bahwa tahap penurunan menghasilkan minyak esensial terbaik.
Penelitian [12] berfokus pada hubungan filogenetik di antara varietas cengkeh lokal di Indonesia, yang sangat penting untuk program konservasi dan pemuliaan. Penelitianpenelitian ini secara kolektif menggarisbawahi perlunya mengkarakterisasi pohon cengkeh untuk strategi pemuliaan yang lebih baik. Penelitian [13] memilih dua puluh pohon induk dengan potensi penurunan hasil melebihi 100 kg per pohon, yang tidak menyerupai varietas yang dirilis tetapi memenuhi Standar Nasional Indonesia untuk kualitas cengkeh. Pohon-pohon ini disarankan untuk penyelidikan lebih lanjut sebagai sumber benih berkualitas tinggi. Penelitian [14]
mengkarakterisasi sifat morfologi keturunan dari pohon induk berdaya hasil tinggi (HYMT). Ini mengelompokkan mereka berdasarkan analisis dendrogram, memberikan informasi untuk program pemuliaan dengan menyoroti keragaman genetik dan potensi peningkatan hasil. Penelitian yang dilakukan oleh [15] mengidentifikasi sembilan jenis aksesi cengkeh lokal di Maluku, Indonesia, dengan memeriksa 32 karakter morfologi dan menyoroti
variabilitas signifikan pada plasma nutfah cengkeh di wilayah tersebut. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi pohon cengkeh dengan hasil dan kualitas lebih tinggi di Sulawesi Selatan, Indonesia.
2. Metode
2.1 Material Genetik
Di Kabupaten Bantaeng dan Bulukumba, Sulawesi Selatan, cengkeh dipilih dan diamati. Pedoman
[16] dirujuk saat memilih lokasi penelitian, blok produksi tinggi, dan pohon induk produksi tinggi (HYMT). Bantaeng merupakan salah satu sentra produksi cengkeh, terutama di Desa Lembang
Gantarankeke dan Patalasan, Kecamatan Tompobulu. Sementara itu, sentra produksi cengkeh di Bulukumba berada di Kecamatan Kindang, Rilau Ale, dan Bulukumpa. Lokasi penelitian terletak pada ketinggian 200–450 meter di atas permukaan laut, ditandai dengan lahan perkebunan dengan topografi yang relatif datar.
Tabel 1.Jenderal menjelaskan beberapa HYMT dari perkebunan di Sulawesi Selatan
Daerah
Nama petani Jumlah
pohon cengkeh
Jumlah HYMT Lokasi Label HYMT
Konferensi Internasional Sistem Pangan Pertanian ke-3 (ASIC ke-3 2024) Penerbitan IOP Seri Konferensi IOP: Ilmu Bumi dan Lingkungantahun 1469(Tanggal 2025) 012008 nomor telepon:10.1088/1755-1315/1469/1/012008
Bantaeng Asikin Sampara
HM Mengatakan
400 300 400
21 9 9
SAYA II
AKU AKU AKU
AS1 - AS21 SA1 - SA9
Kelas HS1 - HS9
Bulukumba Sultan
Basri Hasanudin
Peta
Perkebunan Batukarop
120 130 150 100 50
13 5 13 3 17
IV
SU1 - SU13Bahasa Indonesia: Bahasa V Inggris: BA1 - BA5
Bahasa Indonesia: HA1 Ke-VI- HA13
Bahasa Indonesia: 7MA1 - MA3
Bahasa Indonesia: Kedelapan BP1 -belas BP17
Total tahun 1650
90
2.2 Pengamatan karakteristik morfologi
Pedoman teknis cengkeh [16] digunakan sebagai acuan dalam pengamatan. Karakteristik morfologi cengkeh yang diamati meliputi tinggi tanaman, lingkar batang, lebar tajuk, jumlah cabang primer, bobot kuncup bawah, jumlah kuncup bawah per tandan, panjang kuncup bawah, lebar mahkota bunga, sifat hasil, dan kandungan minyak atsiri.
Karakteristik hasil dan minyak atsiri diamati setelah proses pemanenan selesai. Karakter kualitatif yang diamati dalam penelitian ini yaitu warna kuncup bawah kering, aroma kuncup bawah kering, dan warna minyak atsiri.
2.3 Analisis data
Variasi antar-HYMT dijelaskan dengan koefisien variasi (CV), rata-rata, nilai minimum, dan nilai maksimum.
Korelasi Pearson digunakan untuk menentukan hubungan antara karakter morfologi dan hasil. Semua data dianalisis menggunakan program Statistical Tool for Agricultural Research (STAR).
3. Hasil dan Pembahasan
Secara umum, bibit cengkeh di Bantaeng dan Bulukumba berasal dari Bogor. Penanaman cengkeh dilakukan sekitar tahun 1970-an dengan jarak tanam bervariasi, dari 6 × 6 m sampai 8 × 8 m. Di Bantaeng, terdapat tiga blok unggul, sedangkan di Bulukumba memiliki lebih banyak blok unggul yaitu lima (Tabel 1). Aksesibilitas lokasi, tanaman yang dibudidayakan dengan baik dan vigor, produksi segar rata-rata lebih dari 30 kg cengkeh per pohon, dan minimal 15 cengkeh per tandan merupakan kriteria penting dalam pemilihan blok unggul [16].
Tabel 2.Karakter kuantitatif HYMT dari perkebunan Sulawesi Selatan
HYM
1 Tinggi tanaman (m)Lingkar batang
(sentuh)
Jumlah Utama
Cabang Lebar Kanopi (m)
Jangkauan Berarti Jangkauan Berarti Jangkauan Berarti Jangkauan Berarti
SEBAGAI
SA SMA KAMI BA HA MA BP
6 - 15 8 - 15 11 - 14 7
- 13 11 - 13 8
- 15 11 - 17 10 - 15
10.71 12.67 12.33 10.84
tanggal 12.20 Jam 12.30 Jam 13.00
11.82
50 - 154 71 - 170 76 - 114 86 - 218 97 - 162 68 - 185 115 - 180
91 - 175
110.71 106.22 100.22 124.08 127.60 107.54 141.33 123.59
1-3 2-3 1-4 2-7 2-5 1-4 2-5 2-4
1.9 2.33 2.89 2.92 3.2 2.31 3.33 3.06
4.85 – 8.22 5.19 – 8.67 4.73 – 8.11 5.33 -8.93 5.86 -8.08 4.50 – 8.39 8.87 – 9.34 3,89 – 8,65
6.358 6.362 6.724 7.277 6.764 6.477 9.080 6.617
1Pohon induk yang menghasilkan banyak buah
Tabel 3.Ciri-ciri bunga HYMT dari perkebunan Sulawesi Selatan
HYM1 Jumlah bunga per tandan Berat kuncup bunga (g) Panjang kuncup bunga (cm) Lebar Corolla (cm)
Jangkauan Berarti Jangkauan Berarti Jangkauan Berarti Jangkauan Berarti
SEBAGAI
SA SMA KAMI BA HA MA BP
13.60 - 31.10 8.32 - 20.50
Pukul 10.30 - 23.00
11.20 - 24.40
Tanggal 10.10 - 13.60
10.80 - 20.60
Jam 09.30 - 17.40
12.43 - 19.50
pukul 19.15 pukul 15.40
16.46 16.67
tanggal 12.22
14.32 12.27 15.93
0,28 - 0,43 0,32 - 0,41 0,27 - 0,35 0,27 - 0,43 0,29 - 0,40 0,27 - 0,44 0,35 - 0,38 0,22 - 0,39
0.36 0.37 0.30 0.36 0,35 0,35 0.37 0.30
1,64 - 2,06 1,65 - 2,30 1,60 - 1,87 0,91 - 2,10 1,80 - 1,98 1,65 - 2,02 1,88 - 2,08 1.12 - 2.10
1.86 1.85 1.73 1.70 1.90 1.86 1.96 1.72
0,49 - 0,61 0,51 - 0,64 0,44 - 0,54 0,38 - 0,61 0,53 - 0,58 0,52 - 0,61 0,52 - 0,56 0,32 - 0,61
0,55 0,55 0,50 0.53 0,55 0.56 0.54 0.51
1Pohon induk yang menghasilkan banyak buah
3
Perkebunan cengkeh milik Asikin terletak di Kampung Baru, Dusun Jati, Desa Lembang Gantarankeke, Kecamatan Tompobulu. Jumlah pohon pada perkebunan cengkeh milik Asikin adalah 400 pohon dengan jarak tanam 7 × 7 m.
Berdasarkan kenampakan tanaman di lahan, dipilih 21 KTK untuk dilakukan pengamatan lebih lanjut (Tabel 1). Hasil pengamatan menunjukkan bahwa KTK milik Asikin memiliki kenampakan paling kecil dibandingkan dengan KTK lainnya terutama pada karakter tinggi tanaman, jumlah cabang primer, dan lebar tajuk (Tabel 2). Pertumbuhan KTK milik Asikin kurang optimal karena usia KTK yang sudah tua, letak lahan di pinggir jalan, dan kurangnya perawatan. Namun, KTK milik Asikin memiliki jumlah KTK per tandan paling banyak di antara KTK lainnya (Tabel 3).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa cengkeh jenis Mappiare memiliki penampilan paling besar. cengkeh jenis ini memiliki jumlah tanaman paling banyak, jumlah cabang primer paling banyak, rata-rata lingkar batang paling besar, dan tajuk paling lebar (Tabel 2). cengkeh jenis Mappiare berlokasi di Kampung Baru, Desa Jawi-jawi, Kabupaten Bulukumpa, dengan luas areal perkebunan cengkeh 1 ha yang terdiri dari 100 pohon. Beberapa cengkeh berada di sekitar pekarangan dan menunjukkan penampilan paling baik. cengkeh jenis Mappiare memiliki karakteristik yang unik, yaitu kuncup bawah lebih besar, terutama panjang dan berat kuncup bawah yang lebih besar dibandingkan cengkeh jenis Bantaeng dan Bulukumba lainnya (Tabel 3).
Tabel 4.Produksi HYMT selama empat tahun berdasarkan tunas segar
HYM
1 Tunas segar (kg/pohon)Tahun pertama Tahun kedua Tahun ketiga Tahun keempat2 Rata-rata
SEBAGAI
SA SMA KAMI BA HA MA BP
121.25
Nomor 136.11
120.78 183.85 152.50 136.82 128.33 174.74
153.67 154.00 133.44 127.69 185.00 283.23 160.67 198.82
150.81 139.60 130.33 56.92 168.75 139.38
Rp. 125.000,-
253.53
116.79 110.63
Rp. 125.000,-
112.31 168.75 117.85 223.33 71.88
134.41 128.44 127.57 96.47 168.75 142.18 169.22 166.72
1Pohon induk yang menghasilkan banyak buah
2Estimasi produksi berdasarkan pembungaan pada saat pengamatan di lapangan
Bobot kuncup bawah cengkeh HYMT Sulawesi Selatan berkisar antara 0,22-0,44 g. Bobot ini merupakan bobot rata- rata kuncup cengkeh Indonesia secara umum. Bobot kuncup cengkeh dari beberapa lokasi tercatat, seperti cengkeh Sukabumi (0,34-0,42 g) [17], cengkeh Semarang (0,37-0,49 g) [18], cengkeh Tuni kecil dari Maluku (0,29-0,32 g) [19], cengkeh lokal dan Afo dari Maluku Utara dan Halmahera (0,27-0,30 g) [20].
Secara umum produksi kuncup segar relatif sama selama empat tahun pengamatan. Meningkat dan
menurunnya produksi kuncup segar disebabkan oleh faktor lingkungan seperti iklim, curah hujan, dan pemeliharaan.
HIMT Batukarop menunjukkan peningkatan produksi kuncup segar secara terus menerus dari tahun pertama sampai tahun ketiga (Tabel 4). Pada tahun keempat pengamatan, sebagian besar HIMT Batukarop masih mulai mengalami penurunan. Tipe penurunan HIMT Batukarop lebih lambat dibanding HIMT Sulawesi Selatan lainnya. Produksi kuncup segar HIMT
Sulawesi Selatan meningkat pada tahun kedua dan menurun pada tahun ketiga pengamatan. HIMT Sultan memiliki produksi kuncup segar tertinggi pada tahun pertama pengamatan. HIMT Hasanudin memiliki produksi kuncup segar tertinggi pada tahun kedua pengamatan. HIMT Batukarop memiliki produksi kuncup segar tertinggi pada tahun ketiga pengamatan. HYMT Mappiare menunjukkan penurunan paling besar pada tahun keempat pengamatan.
Tabel 5.Karakter kualitatif dan minyak atsiri HYMT
Warna minyak
esensial Kuning
Kandungan minyak
Warna kuncup kering Aroma kuncup kering
1 Pohon induk yang menghasilkan banyak buah
Semua cengkeh dari Bantaeng dan Bulukumba memiliki warna minyak atsiri kuning pucat (Tabel 5). Warna kuncup kering cengkeh adalah coklat kecuali cengkeh Sultan memiliki warna kuncup kering coklat keputihan. Kadar minyak atsiri berkisar antara 12,64-19,67%. Cengkeh yang termasuk dalam Sampara (SA) memiliki kadar minyak atsiri yang rendah (12,64%). Hal ini disebabkan karena jenis cengkehnya lebih rendah, yaitu kuning kehijauan. Selain itu, warna kuncup cengkeh dari cengkeh lainnya adalah kemerahan hingga merah. Sebagian besar kadar minyak atsiri cengkeh memenuhi standar SNI minyak atsiri cengkeh, yaitu 15%.
Aroma kuncup kering cengkeh dari Sulawesi Selatan didominasi oleh aroma sedang. Hanya cengkeh dari Batukarop
HYM
1Karakter kualitatif
Konferensi Internasional Sistem Pangan Pertanian ke-3 (ASIC ke-3 2024) Penerbitan IOP Seri Konferensi IOP: Ilmu Bumi dan Lingkungantahun 1469(Tanggal 2025) 012008 nomor telepon:10.1088/1755-1315/1469/1/012008
SEBAGAI
SA SMA KAMI BA HA MA BP
Cokelat Cokelat Cokelat Coklat keputihan
Cokelat Cokelat Cokelat Cokelat
Sedang
Lemah-Sedang
Sedang Sedang Sedang Sedang
Lemah
Kuat
pucat Kuning pucat Kuning pucat Kuning pucat Kuning pucat Kuning pucat Kuning pucat Kuning pucat
atsiri (%)
Tanggal 16.10
12.64 14.37 19.67 16.84 17.90
pukul 15.00
18.67 memiliki aroma kuncup kering yang kuat. HYMT ini cenderung memiliki warna kuncup kering yang lebih gelap, meskipun HYMT Batukarop masih tergolong berwarna coklat.
Tabel 6.Korelasi antar karakter kuantitatif HYMT Sulawesi Selatan
Karakter kuantitatif
Tinggitanaman (PH)
Lingkar batang (SC) Jumlah cabang primer (NPB) Lebar tajuk (CW)
Jumlah bunga per tandan (NFB) Berat kuncup bunga (FBW) Panjang kuncup bunga (FBL) Lebar Corolla (CWi) Kuncup segar (FB)Bahasa Indonesia Bahasa Inggris
NPB 0.12
0.40 0,70
0.40
0,78*0.63
- 0,76* -0,57 -0,66 -0,52 -
0,010.27
- 0,280.48 0.36
- 0,030,04 0,15
- 0,370.40 0.40 0.31
Bahasa Indonesia: Bahasa CWIndonesia:
FBW
Tidak Ada Bahasa InggrisBahasa InggrisFBL
CWi
0.30 0.40 0,01 0,08
- 0,18 - 0,57 - 0,32 - 0,61
0.60
0,83*
- 0,18
0,71*
0.40 0.23
* menunjukkan korelasi signifikan sebesar 5%.
Terdapat korelasi signifikan antara bobot kuncup bawah (FBW) dengan lebar mahkota (CWi) dan panjang kuncup bawah (FBL) (Tabel 6.). Makin panjang dan besar kuncup bawah, makin berat. Produk utama cengkeh adalah kuncup bawah dan ukuran kuncup yang lebih besar lebih disukai. Keuntungan ukuran kuncup yang lebih besar adalah mudah ditangani, memiliki penampilan yang lebih menarik, dan lebih berat, yang menunjukkan hasil yang tinggi. Selain itu, lebar tajuk (CW) juga berkorelasi signifikan dengan lingkar batang (SC). Hal ini menunjukkan bahwa tanaman dengan SC yang lebih tinggi memiliki tajuk yang lebih lebar. Hal ini sesuai dengan tanaman pohon. Umumnya, tanaman dengan batang besar memiliki cabang yang lebih lebar dan lebih tebal.
4. Kesimpulan
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa cengkeh dari Mappiare menunjukkan sifat morfologi yang paling besar dibandingkan dengan cengkeh lainnya. cengkeh dari Asikin menghasilkan cengkeh per tandan paling banyak. Rata-rata hasil cengkeh segar 96,47 – 169,22 kg/pohon. Umumnya, cengkeh terpilih dari Bulukumba dan Bantaeng memiliki kuncup kering berwarna putih kecokelatan dengan warna minyak atsiri kuning pucat dengan kadar minyak atsiri 12,64 – 19,67%. Kadar minyak atsiri tertinggi terdapat pada cengkeh Sultan. cengkeh dari Batukarop memiliki aroma kuncup kering yang paling kuat.
Ucapan Terima Kasih
Penelitian ini didanai oleh Direktorat Jenderal Perkebunan, Kementerian Pertanian Republik
Indonesia, bekerja sama dengan Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura, dan Perkebunan Provinsi Sulawesi Selatan. Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada petani cengkeh dan dinas perkebunan setempat di Bantaeng dan Bulukumba atas kerja samanya selama proses pengumpulan data.
Referensi
[1] Pandey SK, Baruah J, Paw M, Sarma N, Begum T, Saikia S, Lal M 2022J. Essent. Tumbuhan Penghasil Minyak25234–249 [2]Hidayati SA, Ekaria 2023Prosiding. Int. Konf. Data Sci. Off. Stat.Tahun 2023446–457
[3]Haryana S, Usman M, Fajri dan Kasimin S 2021Konferensi IOP Ser. Ilmu Bumi dan Lingkungan644012042
[4] Suttiarporn P, Seangwattana T, Srisurat T, Kongitthinon K, Chumnanvej N, Luangkamin S 2024Curr. Res. Hijau Berkelanjutan. Kimia.8100411
5
[5] VPM Siringoringo, Bakce D, Dewi N 2023Jurnal Indones. Multidiscip. Sci.2tahun 2609–2625 [6] Loy MA, Suek J, Darlen MF 2024Bul.Ilm.
IMPAS2551–61
[7] Thomas L, Anees K dan Muhammad Nissar VA 2023J. Rempah Aromatik. Tanaman32161–169.
[8] Susilowati M, Wahyuni S, Setiadi A, Bermawie N 2023Konferensi AIP Prosiding.tahun 2462010001
[9] Ouadi S, Sierro N, Goepfert S, Bovet L, Glauser G, Vallat A, Peitsch MC, Kessler F, Ivanov NV 2022Komunikasi Biol. 5 684
[10] Alikri FN, Pujiarti R, Wibisono MG, Hardiyanto EB 2020Scientiica (Kairo)Tahun 20201–8 [11] DS, RR 2018Ann. Ilmu Tanaman.7tahun 2134
[12] Sundari S, Nurhasanah N, Mas'ud A, Amin M, Arumingtyas EL dan Azrianingsih R 2019Keanekaragaman Hayati J. Biol. Penyelam. 206.
[13] Bermawie N, Wahyuni S, Ginting R 2021Konferensi IOP Ser. Ilmu Bumi dan Lingkungan762012041 [14] Susilowati M, Wahyuni S, Setiadi A, Bermawie N 2022Konferensi AIP Prosiding.tahun 2462020033 [15] Mahulette AS, Alian A, Suyadi S 2022Keanekaragaman Hayati J. Biol. Penyelam.23
[16] Kementerian Pertanian 2009Pedoman Pelaksanaan Uji Keunikan, Keseragaman, dan Stabilitas Cengkeh (Jakarta: Pusat Perlindungan Varietas Tanaman )
[17] Randriani E, Syafaruddin S 2011J. Ind. Tanaman Minuman.2405–410
[18] Susilowati M, Wahyuni S, Setiadi A, Bermawie N 2024Konferensi IOP Ser. Ilmu Bumi dan Lingkungantahun 1377012097 [19] Namakule MY, Mahulette AS, Matatula AJ 2024Pertanian Wiralodra71–7
[20] Cahyaningrum H, Lala F, Polakitan A, Wahab A 2021Konferensi IOP Ser. Ilmu Bumi dan Lingkungantahun 803tanggal 01 tahun 2020